Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM AKUSTIK FISIKA LABORATORIUM II - 01111940000035 1

Room Acoustics
Nur Isnaini, Eveline Bangga, Steve Armando dan Sudarsono
Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: nurisnaini0508@gmail.com

Abstrak— Telah dilakukan percobaan yang berjudul Room sumber bunyi dan bergerak secara bergantian pada medium.
Acoustics, yang memiliki tujuan untuk mempelajari tentang room Gelombang bunyi adalah getaran/osilasi yang terjadi akibat
acoustics dan mengetahui nilai reverberation time (RT30), SPL fenomena tekanan, regangan, perubahan posisi partikel, dan
dan C50. Adapun cara pengembilan datanya yaitu, pertama-
perubahan kecepatan partikel dari medium pengantar
tama, peralatan disiapkan dan disusun seperti pada skema
pengambilan data di Gambar 1. Kedua,SPL Meter dibuka dan gelombang suara itu sendiri (udara, air/cairan atau juga benda
dilakukan record untuk sekali tepukan pada posisi yang telah padat). Getaran/osilasi itu sendiri, terjadi pada sumber
ditentukan jaraknya yaitu 60 cm. Ketiga, record dimatikan. suaranya, misalnya snar gitar dan juga body gitar itu sendiri.
Keempat, dilakukan untuk variasi posisi yang lain dan Gelombang suara itu sendiri harus merambat melalui medium
didapatkan record setiap posisi dan data SPL. Terakhir, record (atau juga kombinasi medium dengan jenis berbeda, misalnya
tadi diolah pada realtime analyzer dan sound analyzing system
udara dan tembok atau kaca jendela). Gelombang suara yang
untuk mendapatkan hasil berupa C50 dan reverberation time
(RT30). Adapun rata-rata hasil data yang diperoleh pada merambat di udara (umumnya) merupakan penyebab
percobaan yaitu, SPL sebesar 87.175 dBA, T30 sebesar 3.27925 terjadinya sensasi pendengaran pada telinga manusia. Seperti
s, dan C50 sebesar -0.3775. Nilai tekanan bunyi/SPL dan efek domino, pergerakan gelombang terjadi dengan cara
kejelasan bunyi/C50 paling besar terdapat pada posisi 3. perpindahan energi yang terdapat pada gelombang tersebut
Dimana, semakin besar nilai kejelasan bunyi atau nilai C50, maka dari satu partikel ke satu partikel dekat lainnya pada suatu
semakin kuat suara awal dari sumber dibandingkan suara yang medium. Kecepatan rambat gelombang bergantung pada
terpantulkan. kerapatan massa mediumnya [1]. Bunyi yang berada pada
suatu ruangan ada juga yang diteruskan. Gelombang bunyi
Kata Kunci—Bunyi, Reverberation Time, Room Acoustics, Sound
Pressure Level. tersebut dapat diteruskan saat dinding yang menjadi bidang
pantul dari gelombang tersebut memiliki celah yang cukup
lebar untuk masuknya gelombang bunyi. Pelenturan atau
I. PENDAHULUAN difraksi gelombang bunyi dapat terjadi apabila bidang pantul

F ISIKA adalah ilmu yang tidak lepas dari kehidupan sehari-


hari, bisa berupa fenomena alam ataupun berupa energi di
dalam tubuh manusia. Pemanfaatan ilmu fisika sangat banyak,
dari dinding atau permukaan dalam ruangan tersebut memiliki
posisi yang tidak simetris dengan lantai ruangan tersebut.
Sebagai penunjang ruang yang memiliki difusifitas baik,
contohnya adalah room acoustics. Room acoustics atau yang sehingga terdapat diffuser sebagai bidang yang menguraikan
disebut juga dengan akustik ruang adalah tatanan suara dalam gelombang bunyi supaya keterarahan gelombang dapat
ruangan agar suara yang sampai ke pendengar tidak berlebihan menjadi acak Bunyi yang berada pada suatu ruangan ada juga
dan dapat diterima secara proporsional. Dalam kehidupan, yang diteruskan. Gelombang bunyi tersebut dapat diteruskan
akustik ruang sering dimanfaatkan, seperti pada pemukiman di saat dinding yang menjadi bidang pantul dari gelombang
dekat bandara yang terkena polusi suara, pada tempat tersebut tersebut memiliki celah yang cukup lebar untuk masuknya
memanfaatkan perilaku suara dalam akustik ruang yaitu gelombang bunyi [2].
absorbsi, dengan menggunakan sabut kelapa sebagai absosber Sifat bunyi dalam ruang dipengaruhi oleh jenis material dari
untuk mengurangi polusi suara yang ada. Oleh karena itu, dinding ruang ataupun benda benda dalam ruang tersebut.
penting untuk mempelajari mengenai akustik ruang yang Semua material bangunan memiliki tingkat penyerapan
bertujuan untuk mempelajari tentang room acoustics dan tertentu. Material-material tersebut dibagi menjadi material
mengetahui nilai reverberation time (RT30), SPL dan C50. penyerap, material pemantul (reflector), dan material penyebar
Bunyi adalah getaran yang merambat sebagai gelombang (diffuser). Material penyerap digunakan untuk mengurangi
akustik, melalui media transmisi seperti gas, cairan atau padat. waktu dengung. Material ini dibagi menjadi dua, yakni
Adapun gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal, material penyerap berporos dan material penyerap membran.
karena gelombang berosilasi searah dengan gerak gelombang Yang kedua adalah material pemantul (reflector), material ini
tersebut, membentuk daerah bertekanan tinggi dan rendah digunakan jika diinginkan adanya bunyi pantul yang
(rapatan dan renggangan). Partikel yang saling berdesakan mendukung kualitas akustik diposisi tertentu. Bahan yang
akan menghasilkan gelombang bertekanan tinggi, sedangkan digunakan biasanya bersifat licin dan keras. Pemantulan ini
molekul yang meregang akan menghasilkan gelombang sesuai kaidah snellius. Yang ketiga adalah material penyebar
bertekanan rendah. Kedua jenis gelombang ini menyebar dari (diffuser), material ini dibutuhkan jika diinginkan adanya
LAPORAN PRAKTIKUM AKUSTIK FISIKA LABORATORIUM II - 01111940000035 2

Gambar 1. Skema Pengambilan Data

Tabel 1.
Data Hasil Percobaan Room Acoustics

Posisi Niai SPL (dBA) T30 (s) C50


Posisi 1 87.4 0.556 0.01
Posisi 2 85.9 0.566 -1.63
Posisi 3 90.3 11.446 0.1
Gambar 2. Diagram Alir Room Acoustics
Posisi 4 85.1 0.549 0.01
Rata-rata 87.175 3.27925 -0.3775

distribusi bunyi yang merata dengan mempertahankan waktu kaca. Selain bunyi langsung, akan muncul pula bunyi yang
dengung ruang [3]. berasal dari pantulan tersebut. Bunyi yang berkepanjangan
Bising latar belakang (Background Noise) dapat akibat pemantulan permukaan yang berulang-ulang ini disebut
didefinisikan sebagai suara yang bukan berasal dari sumber dengung. Waktu dengung adalah waktu yang dibutuhkan suatu
suara utama atau suara yang tidak diinginkan. Dalam suatu energi suara untuk meluruh hingga sebesar sepersatujuta dari
ruangan tertutup seperti auditorium maka bising latar belakang energi awalnya, yaitu sebesar 60 dB. Sabine (1993)
dihasilkan oleh peralatan mekanikal atau elektrikal di dalam mendefinisikan waktu dengung yaitu waktu lamanya terjadi
ruang seperti pendingin udara (air conditioning), kipas angin, dengung di dalam ruangan yang masih dapat didengar. Dalam
dan seterusnya. Demikian pula, kebisingan yang datang dari perkembangannya, waktu dengung tidak hanya didasarkan
luar ruangan, seperti bising lalu lintas di jalan raya, bising di pada peluruhan 60 dB saja, tetapi juga pada pengaruh suara
area parkir kendaraan, dan seterusnya. Bising latar belakang langsung dan pantulan awal (EDT) atau peluruhan-peluruhan
tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, akan tetapi dapat yang terjadi kurang dari 60 dB, seperti 15 dB (RT15), 20 dB
dikurangi atau diturunkan melalui serangkaian perlakuan (RT20), dan 30 dB (RT30). Waktu dengung (Reverberation
akustik terhadap ruangan. Besaran bising latar belakang ruang Time) sangat menentukan dalam mengukur tingkat kejelasan
dapat diketahui melalui pengukuran SPL (Sound Pressure speech. Auditorium yang memiliki waktu dengung terlalu
Level) atau disebut juga Tingkat Tekanan Bunyi (TTB) di panjang akan menyebabkan penurunan speech inteligibility,
dalam ruangan pada rentang frekuensi tengah pita oktaf antara karena suara langsung masih sangat dipengaruhi oleh suara
63 Hz sampai dengan 8 kHz, dimana hasil pengukuran pantulnya. Sedangkan auditorium dengan waktu dengung
digunakan untuk menentukan kriteria kebisingan ruang dengan terlalu pendek akan mengesankan ruangan tersebut “mati”[1].
cara memetakannya pada kurva kriteria kebisingan (Noise Clarity diukur dengan membandingkan antara energi
Criteria – NC) [1]. suara yang termanfaatkan (yang datang sekitar 0.05–0.08 detik
Parameter yang sangat berpengaruh dalam desain akustik pertama setelah suara langsung) dengan suara pantulan yang
auditorium adalah waktu dengung (Reverberation Time). datang setelahnya, dengan mengacu pada asumsi bahwa suara
Hingga saat ini, waktu dengung tetap dianggap sebagai kriteria yang ditangkap pendengar dalam percakapan adalah antara 50-
paling penting dalam menentukan kualitas akustik suatu 80 ms dan suara yang datang sesudahnya dianggap suara yang
auditorium. Dalam geometri akustik disebutkan bahwa bunyi merusak. Semakin tinggi nilai C50, maka semakin pendek
juga mengalami pantulan jika mengenai permukaan yang waktu dengung, demikian pula sebaliknya. Tingkat kejelasan
keras, tegar, dan rata, seperti plesteran, batu bata, beton, atau pembicaraan akan bernilai baik jika C50 lebih kecil atau sama
LAPORAN PRAKTIKUM AKUSTIK FISIKA LABORATORIUM II - 01111940000035 3

dengan -2 dB. Sedangkan, C80 merupakan rasio dalam dB dibuka dan dilakukan record untuk sekali tepukan pada posisi
antara energi yang diterima pada 80 ms pertama dari signal yang telah ditentukan jaraknya yaitu 60 cm. Ketiga, record
yang diterima dan energi yang diterima sesudahnya. Batas ini dimatikan. Keempat, dilakukan untuk variasi posisi yang lain
ditujukan untuk kejelasan pada musik. Nilai C80 adalah nilai dan didapatkan record setiap posisi dan data SPL. Terakhir,
parameter yang terukur lebih dari 80 ms, semakin tinggi nilai record tadi diolah pada realtime analyzer dan sound analyzing
C80 maka suara akan semakin tidak bagus.[1]. system untuk mendapatkan hasil berupa C50 dan reverberation
time (RT30).
Pada percobaan ini dilakukan di dalam ruangan kamar, yang
II. METODOLOGI PENELITIAN
mana pada setiap ruangan menghasilkan katakteristik bunyi
A. Alat dan Bahan yang berbeda-beda bergantung pada material bangunan pada
Peralatan dan bahan yang digunakan untuk menunjang ruangan tersebut. Setelah dilakukan uji coba dengan empat
jalannya percobaan Room Acoustics antara lain, device 1 posisi dengan titik pusat yang berbeda di bagian tengah
sebagai SPL Meter, dimana SPL Meter berfungsi untuk ruangan. Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh nilai dari
mengukur Tingkat tekanan bunyi. Device 2 untuk merekam parameter akustik ruang seperti, Sound Pressure Level (tingkat
suara dari sekali tepukan tangan, sticky notes sebagai penanda tekanan bunyi), Reverberation Time (T30), Sound Clarity
jarak untuk setiap posisi pada jarak 60 cm. Penggaris untuk (kejelasan bunyi)/C50. Berdasarkan percobaan, diperoleh nilai
mengukur jarak setiap posisi, serta realtime analyzer dan Reverberation Time (T30) berturut-turut sebesar 0.566 s,
sound analyzing system untuk mendapatkan hasil berupa C50 0.566 s, 11.446 s, dan 0.549 s. Nilai tingkat tekanan bunyi
dan reverberation time (RT30). untuk setiap posisi berturut-turut, yaitu 87.4 dBA, 85.9 dBA,
90.3 dBA dan 85.1 dBA. Dimana, nilai tekanan bunyi terbesar
B. Skema Pengambilan Data
ada pada posisi 3. Sedangkan untuk kejelasan bunyi saat
Adapun skema pengambilan data yang digunakan pada berbicara, digunakan perhitungan dengan interval 50 ms.
percobaan ini seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Berdasarkan perhitungan dengan paramater C50, diperoleh
C. Langkah Kerja nilai kejelasan bunyi untuk setiap posisi berturut-turut sebesar
Dalam percobaan ini ada beberapa langkah yang harus 0.01, -1.63, 0.1, dan 0.01. Terlihat bahwa tingkat kejelasan
dilakukan yaitu, Pertama-tama, peralatan disiapkan dan bunyi yang paling besar berada pada posisi 3. Dimana,
disusun seperti pada skema pengambilan data di Gambar 1. semakin besar nilai kejelasan bunyi, maka semakin kuat suara
Kedua,SPL Meter dibuka dan dilakukan record untuk sekali awal dari sumber dibandingkan suara yang terpantulkan.
tepukan pada posisi yang telah ditentukan jaraknya yaitu 60 Dinding ruangan kamar menyebabkan terjadinya
cm. Ketiga, record dimatikan. Keempat, dilakukan untuk pemantulan suara karena permukannya yang keras. Ini sesuai
variasi posisi yang lain dan didapatkan record setiap posisi dan dengan teori yang ada, yaitu perambatan bunyi terjadi ke
data SPL. Terakhir, record tadi diolah pada realtime analyzer segala arah, ketika gelombang bunyi mengenai suatu objek
dan sound analyzing system untuk mendapatkan hasil berupa yang permukaannnya datar dan keras maka gelombang bunyi
C50 dan reverberation time (RT30). akan dipantulkan. Selain itu, karena dinidngnya terbuat dari
beton yang di cat, maka juga mampu melakukan penyerapan
D. Flowchart bunyi. Dibagian depan ruangan terdapat pintu yang terbuat
Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini dari kayu. Ketika pintu ditutup maka benda tersebut dapat
yang disajikan dalam bentuk diagram alir/flowchart berperan sebagai penyerap bunyi. Dalam kenyataannya juga
ditunjukkan pada Gambar 2. ruangan kamar yang digunakan untuk pengambilan data dapat
melakukan penyerapan suara, dikarenakan ketika ruangan
tertutup dan di dalam ruangan menyalakan music yang keras,
III. HASIL DAN DISKUSI
dari luar tidak begitu terdengar suara musiknya.
A. Analisa Data
Berdasarkan percobaan Room Acoustics yang telah
IV. KESIMPULAN
dilakukan dengan menggunakan variasi posisi sebanyak 4
posisi dengan jarak masing-masing posisi terhadap titik pusat Berdasarkan hasil percobaan yang telah diakukan dapat
sejauh 60 cm. Adapun data yang diperoleh ditunjukkan pada ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Tabel 1. 1) Room acoustics atau yang disebut juga dengan akustik
ruang adalah tatanan suara dalam ruangan agar suara yang
B. Pembahasan sampai ke pendengar tidak berlebihan dan dapat diterima
Telah dilakukan percobaan yang berjudul Room Acoustics, secara proporsional. Dimana di dalamnya menjelaskan
yang memiliki tujuan untuk mempelajari tentang room juga mengenai perilaku suara dan material akustik ruang.
acoustics dan mengetahui nilai reverberation time (RT30), 2) Berdasarkan percobaan, diperoleh nilai Reverberation
SPL dan C50. Adapun cara pengembilan datanya yaitu, Time (T30) berturut-turut sebesar 0.566 s, 0.566 s, 11.446
pertama-tama, peralatan disiapkan dan disusun seperti pada s, dan 0.549 s. Nilai tingkat tekanan bunyi untuk setiap
skema pengambilan data di Gambar 1. Kedua,SPL Meter posisi berturut-turut, yaitu 87.4 dBA, 85.9 dBA, 90.3
LAPORAN PRAKTIKUM AKUSTIK FISIKA LABORATORIUM II - 01111940000035 4

dBA dan 85.1 dBA. Dimana, nilai tekanan bunyi terbesar


ada pada posisi 3. Sedangkan untuk kejelasan bunyi saat
berbicara, digunakan perhitungan dengan interval 50 ms.
Berdasarkan perhitungan dengan paramater C50,
diperoleh nilai kejelasan bunyi untuk setiap posisi
berturut-turut sebesar 0.01, -1.63, 0.1, dan 0.01.
3) Nilai tekanan bunyi/SPL dan kejelasan bunyi/C50 paling
besar terdapat pada posisi 3. Dimana, semakin besar nilai
kejelasan bunyi atau nilai C50, maka semakin kuat suara
awal dari sumber dibandingkan suara yang terpantulkan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT dan
kepada kedua orang tua yang selalu memberi dukungan. Gambar 2. SPL Meter pada Posisi 2
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Ssudarsono, S.Si., M.Si. sebagai dosen pengampu, Mbak
Eveline Bangga dan Mas Steve Armando sebagai asisten
laboratorium yang telah memberikan panduan serta bimbingan
saat melakukan praktikum dari awal hingga akhir, serta teman-
teman satu kelompok praktikum yang telah bekerjasama dalam
menyelesaikan percobaan ini. Penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya sehingga pada akhirnya penulisan
laporan praktikum ini dapat terselesaikan..

DAFTAR PUSTAKA Gambar 3. SPL Meter pada Posisi 3

[1] Kusuma Kencanawati.2016.”Bahan Ajar Mata Kuliah Akustik dan


Material Penyerap Suara”. Denpasar : Univeristas Udayana.
[2] Sutanto, Handoko.2015.”Prinsip–Prinsip Akustik dalam Arsitektur”.
Daerah Istimewa Yogyakarta : PT KANISIUS.
[3] Kinsler, Lawrencee E,.dkk. 1982.“Fundamental of Acoustics”. New
York : John Wiley & Sons Inc.

LAMPIRAN
Adapun berikut ini adalah lampiran hasil SPL dari SPL
Meter pada aplikasi.

Gambar 4. SPL Meter pada Posisi 4

Gambar 1. SPL Meter pada Posisi 1

Anda mungkin juga menyukai