Anda di halaman 1dari 15

PENGKONDISIAN BANGUNAN

MATERIAL AKUSTIK BANGUNAN


DOSEN PENGAMPUH : MUHAMMAD ATTAR, ST.,MT
• FUADIYAH SALSABILA ASRIJAL
KELOMPOK (60100122085)
• ILYAS JAURY (60100122103)
6 • AHMAD FAQIH (60100120051)
• A. SUSILO RIDWAN (60100121095)
PENDAHULUAN
Akustik dalam arsitektur merupakan lingkup dalam ilmu akustik yang mempelajari tentang penerapan aspek-aspek
akustik dalam suatu desain arsitektur, yang meliputi keseluruhan aspek rancangan (Sutanto, 2015). Salah satu
lingkup akustik dalam arsitektur adalah akustik ruang. Pendengaran dan penglihatan merupakan alat komunikasi
manusia yang terpenting. Jika penglihatan manusia bisa dikontrol dengan memejamkan mata, pendengaran selalu
terbuka dan menerima segala bunyi yang terjadi di sekitarnya, sehingga kenyamanan dari pendengaran harus
didukung oleh kondisi akustik yang baik. Prinsip dalam akustik interior adalah memperkuat atau mengarahkan
bunyi yang berguna serta menghilangkan atau memperlemah bunyi yang tidak berguna untuk pendengaran manusia.

Untuk mencapai keadaan akustik yang optimal, terdapat beberapa faktor utama yang mempengaruhi. Salah satu
faktor utamanya ialah material. Material juga memiliki banyak macam karakter atau sifat tertentu, misalnya saja ada
material yang sifatnya memantulkan dan ada juga sifatnya menyerap. Penerapan material-material tersebut pada
elemen interior tertentu juga dapat memberikan dampak terhadap keadaan akustik dan penyebaran bunyi yang
terjadi dalam ruang yang ada.
MACAM MACAM MATERIAL AKUSTIK

Semua material bangunan dan perlakuan terhadap


permukaan suatu bahan memiliki tingkat penyerapan
tertentu (Doelle, 1980). Penyerapan bunyi tersebut
mempengaruhi waktu dengung sehingga menentukan
kualitas akustik sebuah ruang. Material tersebut dapat
berupa :
• MATERIAL PENYERAP
(ABSORBER)
Material penyerap digunakan jika di dalam ruang didinginkan adanya pengurangan
waktu dengung. Material penyerap ini juga memiliki beberapa jenis :
• Penyerap Berporos (Lunak) / Porous Absorber
Material ini biasa dianggap mampu menyerap bunyi dengan baik. Namun jika dilihat
lebih jauh bahwa bunyi memiliki sifat yang berbeda-beda di masing-masing frekuensi,
maka material jenis ini cenderung baik dalam menyerap bunyi di frekuensi tinggi
(>1000Hz). Contoh dari material ini adalah panel akustik fabrikasi seperti amrstrong
acoustic panel / jayabell, mineral wool seperti rockwool dan glass wool, dan karpet /
fabric. Setiap produk dan jenis material memiliki koefisien absorpsinya masing-masing,
namun kecenderungan penyerapan dapat dilihat dalam gambar berikut :
Yang pertama (kiri) adalah ditempel langsung pada tembok, yang kedua (tengah) adalah dengan
menambahkan rongga udara yang berpengaruh dalam peningkatan penyerapan di frekuensi rendah,
sedangkan yang ketiga (kanan) adalah dengan menggunakan penutup berupa panel perforasi yang
berpengaruh dalam peningkatan penyerapan di frekuensi tengah namun di frekuensi tinggi, bunyi
tidak diserap seluruhnya.
Mineral Wool Tanpa Penutup

Mineral Wool dengan


Penutup Perforasi

Material berporos memiliki kecenderungan menyerap energi bunyi di frekuensi


tinggi, dalam gambar dicontohkan material berporos yaitu mineral wool dalam
berbagai perlakuan.
• Penyerap Membran / Membrane Absorber
Panel ini biasanya digunakan untuk menyerap energi bunyi di frekuensi rendah. Penyerap membran
memanfaatkan ruang hampa udara di belakang membran untuk menyerap energi bunyi di frekuensi
rendah. Membran berfungsi sebagai penerima energi bunyi yang kemudian bergetar dan diubah menjadi
energi panas. Membran biasanya terbuat dari panel tipis seperti multipleks 6mm atau bisa juga lembaran
kayu solid 9mm.
Panel ini bergantung pada
massa panel dan jarak
rongga udara. Semakin
besar massa panel dan
rongga udara, maka energi
bunyi di frekuensi bawah
akan semakin terserap.

Membrane Absorber Dengan dan Tanpa Mineral


Kecenderungan Penyerapan Membrane Absorber
Woo
2. MATERIAL PEMANTUL (REFLEKTOR)
Panel pemantul digunakan jika menginginkan adanya bunyi pantul yang
mendukung kualitas akustik di posisi tertentu. Bahan yang digunakan
biasanya bersifat licin dan keras sehingga pemantulan spekular dapat
terjadi. Hukum pemantulan bunyi terjadi sesuai dengan kaidah Snellius
Panjang Minimum
dimana sudut datang sama dengan sudut pantul. Dimensi panel Panel Reflektor
Terhadap Frekuensi
setidaknya sepanjang 4 kali panjang gelombang yang akan dipantulkan
sehingga jika panjang gelombang 0,3m (1000Hz) maka dimensi panel Time Delay Dalam
Menentukan Posisi
setidaknya 1,2m. Panel Reflector

Yang perlu diperhatikan dalam pemantulan bunyi yang baik adalah


adanya waktu tunda (time delay) bunyi pantulan yang sesuai. Untuk
fungsi musik, jarak waktu antara bunyi langsung dengan bunyi pantulan
setidaknya 12-25 mili detik, sedangkan untuk fungsi speech atau suara
manusia setidaknya berjarak kurang dari 15 mili detik.
3. MATERIAL PENYEBAR (DIFFUSER)
Material penyebar bunyi / diffuser dibutuhkan jika
menginginkan adanya distribusi bunyi yang merata dengan
mempertahankan waktu dengung ruang. Dengan adanya
diffuser, respon ruang terhadap bunyi menjadi lebih
“diffuse” sehingga tidak terdapat adanya “focusing effect”
atau “flutter echo” atau bahkan “echo” / gema itu sendiri
yang dapat mengurangi kejelasan bunyi. Selain itu, diffuser
juga membuat kesan ruang menjadi lebih “live” karena
peluruhan waktu dengung menjadi lebih “smooth”. Dalam
penentuan nilai sebar material dikenal dengan istilah
koefisien sebar (scattering coefficient), nilai 0 berarti
pantulan spekular sempurna, sedangkan nilai 1 berarti
pantulan sebar sempurna.
Panel penyebar yang konvensional seperti
Skyline dan QRD diffuser masih sering
digunakan Panel penyebar yang demikian
memang efektif dalam menyebarkan bunyi jika
prinsipnya dipenuhi. Sebagai contoh, dapat
dilihat dalam gambar di bawah koefisien sebar
dari Skyline dan QRD diffuser. Skyline diffuser
terlihat lebih baik dalam menyebarkan bunyi di
frekuensi tinggi daripada QRD, sedangkan QRD
diffuser terlihat lebih baik dalam menyebarkan
bunyi di frekuensi rendah. Namun, nilai tersebut
dapat berubah jika dimensi dan kedalaman dari
elemen panel berubah Perbandingan Skyline Dengan QRD Diffuser
Material penyebar bunyi / diffuser dibutuhkan jika
menginginkan adanya distribusi bunyi yang merata dengan
mempertahankan waktu dengung ruang. Dengan adanya
diffuser, respon ruang terhadap bunyi menjadi lebih
“diffuse” sehingga tidak terdapat adanya “focusing effect”
atau “flutter echo” atau bahkan “echo” / gema itu sendiri
yang dapat mengurangi kejelasan bunyi. Selain itu,
diffuser juga membuat kesan ruang menjadi lebih “live”
karena peluruhan waktu dengung menjadi lebih “smooth”.
Dalam penentuan nilai sebar material dikenal dengan
istilah koefisien sebar (scattering coefficient), nilai 0
berarti pantulan spekular sempurna, sedangkan nilai 1
Perbandingan Koefisien Sebar Setiap
berarti pantulan sebar sempurna.
Komposisi BAD (
Binary Amplitude Diffsorber)
Contoh Penerapan BAD dan Skyline Diffuser dalam Desain Studio
Mr. Arthur by Mystudio
KESIMPULAN
Dengan demikian, mendesain interior ruang tertentu, harus
disesuaikan dengan kebutuhan akustik dari aktivitas yang
terjadi di dalamnya, misalnya seperti ruang kelas untuk
aktivitas belajar dan mengajar, ruang musik untuk aktivitas
musik, ada pula ruang serbaguna seperti auditorium dan
stage yang dapat mengakomodasi kedua aktivitas tersebut.
SELESAI SUDAH PRESENTASI
KAMI HARI INI, SEPERTI KAMU
DAN DIA YANG SELESAI TANPA
PERNAH MEMULAI
TERIMAGAJI

Anda mungkin juga menyukai