Anda di halaman 1dari 28

BUNYI.

AKUSTIK.
KEBISINGAN.
FITRIA KUSUMA WARDANI – 052.00.13.000.27
GENDIS PRAGMASEA – 052.00.13.000.28
RINTISDAYATI ANINDITA – 052.00.13.000.57
APA ITU AKUSTIK DAN BUNYI?
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, akustik merupakan ilmu fisika yang mempelajari suara.

 Satwiko (2004 : 124), akustik berarti ilmu tentang bunyi. Dengan demikian, sistem akustik adalah ilmu yang
mempelajari tentang mutu suara dan bunyi yang dihasilkan. Akustik sendiri berhubungan dengan organ pendengar,
suara, atau ilmu bunyi. Sistem akustik dalam sebuah ruangan merupakan keadaan sebuah ruang yang mempengaruhi
mutu bunyi yang terjadi di dalamnya. Akustik ruang ini sendiri banyak dikaitkan dengan hal yang mendasar seperti
perubahan suara karena pantulan dan juga gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain. Banyak material
penyerap yang sangat efektif untuk digunakan. Material-material tersebut biasanya digunakan untuk memperjelas
suara yang dihantarkan dalam ruang atau juga mengurangi kejelasan suara yang timbul.

 Menurut Satwiko (2004:125), bunyi adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih
bisa ditangkap oleh telinga normal manusia, dengan rentang frekuensi antara 20-20.000 Hz. Namun, batasan-
batasan ini dapat menurun karena faktor usia dan faktor subjektif lainnya, misalnya kebiasaan. Bunyi adalah suatu
bentuk gelombang longitudinal yang merambat secara perapatan dan perenggangan terbentuk oleh partikel zat
perantara serta ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran. Bunyi tidak dapat terdengar pada ruang
hampa udara, karena bunyi membutuhkan zat perantara untuk menghantarkan bunyi, baik zat padat, cair, maupun
gas
BUNYI
Sifat-sifat bunyi
 Asal, Perambatan, dan kecepatan bunyi
 Freukuensi, titik nada, warna nada, panjang
gelombang.
 Tekanan bunyi, intensitas bunyi dan
kekerasan.
 Sumber-sumber bunyi dan daya akustik
 Keterarahan sumber-sumber bunyi
 Selubung
 Bunyi dan jarak
KESBISINGAN
Pengertian dan Dasar-dasar Kebisingan

 Leslie (1993), kebisingan adalah semua bunyi yang mengalihkan perhatian, mengganggu atau berbahaya
bagi kegiatan sehari-hari. Sebagai definisi standart, tiap bunyi yang tidak diinginkan oleh penerima
dianggap sebagai bising.

 Harris, Cyril M. (1979) menyatakan kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai
dengan ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan manusia.

 Sv Szokolay (1979) kebisingan didefinisikan sebagai getaran getaran yang tidak teratur memperlihatkan
bentuk yang tidak biasa. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah pola intensitas,
frekuensi, dan pembangkitan (kontinu versus acak). 
KEBISINGAN
•Kriteria Kebisingan adalah tingkat kebisingan terendah yang dipersyaratkan untuk ruang tertentu menurut fungsi
utamanya. Pengurangan kebisingan adalah pengaruh kekuatan bunyi, diukur dlam dB. Kriteria pengurangan kebisingan
merupakan perhitungan rata-rata dibulatkan kebilangan terdekat 0,05 antara 250,500,1000,2000

•Tingkat Kebisingan yang diperbolehkanadalah tingkat kebisingan yang diperkenankan terjadi di suatu ruangan agar
aktifitas tidak terganggu.

Zona tingkat kebisingan


Tingkat Kebisingan Maks dalam
Zone Peruntukan bangunan (dBA)
Dianjurkan Diperbolehkan
A Laboraturium, rmh sakit, 35 45

r.perawatan
B Rumah, sekolah, tempat 45 55

rekreasi
C Kantor, pertokoan 50 60
D Industry, terminal, stasiun 60 70
Akustik Lingkungan
Faktor-faktor alami yang memungkinkan reduksi kebisingan:
 Jarak
Semakin jauh jarak telinga terhadap sumber kebisingan maka semakin lemahnya bunyi yang diterimanya. Reduksi kebisingan akibat jarak
akan berbeda besaranya antara sumber kebisingan tunggal atau majemuk.
 
 Serapan udara
Serapan udara yang lebih besar akan terjadi pada udara bersuhu rendah dibandingkan dengan udara bersuhu tinggi. Serapan juga terjadi
lebih baik pada udara dengan kelembaban relative yang rendah dibandingkan pada udara dengan kelembaban relative tinggi
Selain karena suhu dan kelembaban, tingkat serapan udara juga berbeda-beda tergantung pada frekuensi bunyi yang merambat.
 
 Angin
Angin dipengaruhi oleh kecepatan dan arah angin. Pada kondisi angin bertiup menuju arah yang berlawanan, menjauhi suatu titik, maka titik
trersebut akan menerima bunyi dengan lebih cepat dan dalam kekuatan yang cukup besar.
 
 Permukaan tanah
Permukaan bumi yang masih dibiarkan sebagaimana adanya, sepertinya tertutup tanah atau rerumputan adalah pemukaan yang lunak.
Bunyi yang merambat di permukaan yang lunak maka akan menyerap bunyi dan melemah kekuatan bunyinya. Sedangkan permukaan yang
keras akan memberikan efek sebaliknya.
Akustik Lingkungan
 Halaman
Ada 2 jenis penghalang reduksi bunyi, alamiah dan buatan.
 Alamiah
Terjadi ketika diantara sumber bunyi dan suatu titik berdiri penghalang yang tidak sengaja dibangun oleh manusia, seperti kontur
alam berbentuk bukit dan lembah.
 Buatan
Dibuat karena manusia bisa berupa pagar, tembok dll.
 
 Langkah langkah perancangan akustik luar ruangan yang dapat digunakanyaitu :
1. Menciptakan jarak sejauh mungkin antara dinding muka bangunan dengan jalan pada lahan yang tersedia melalui layout.
2. Menempatkan eleman terbuka tidak secara langsung menghadap kejalan.
3. Membuat penghalang untuk menahan atau mengurangi rambatan kebisingan dari jelan ke bangunan.
4. Memilih material dinding muka bangunan dengan kombinasi elemen desain yang memberikan nilai insulasi tinggi.
 
 Penghalang buatan
Disebut juga sebagai sound barrier tau barrier dapat menjadi pilihan ketika pengurnagan kebisingan melalui layout bangunan tidak
memberikan reduksi/pengurangan maksimal.
 
Faktor untuk membuat barrier yaitu posisi peletakan, dimensi/ukuran, pemilihan material dan estetika.
AKUSTIK BANGUNAN
Elemen yang terlibat dalam akustik bangunan :
 Sumber bunyi
Berupa benda yang bergetar, misalnya pita suara manusia, senar gitar, loudspeaker, tepuk.
 
 Penerima bunyi
Berupa telinga manusia atau miicrophone.
 
 Media
Sarana untuk perambatan bunyi berupa zat gas, cair, padat.Tanpa media gelombang bunyi tidak dapt merambat dari
sumber ke penerima bunyi.
 
 Gelombang bunyi
Merambat langsung melalui udara dari sumbernya ke telinga manusia.Dan dapat terpantul-pantul oleh permukaan
bangunan, menembus dinding, atau merambat melalui struktur bangunan.
AKUSTIK RUANG
Akustik Ruang merupakan bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi.

Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara, misalnya dalam gedung rapat akan sangat memengaruhi artikulasi dan kejelasan
pembicara.
Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaitu :
 Perubahan suara karena pemantulan dan
 Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain.

Akustik ruang Akustik ruang pada teater

Banyak material penyerap yang sangat efektif untuk digunakan, misalnya TraFlex.Mempunyai banyak variant produk yang memungkinkan

untuk membuat hasil yang optimal. Tipe TraFlex 10.15, dengan spesifikasi alfa=0,7 pada 300Hz-16KHz, sangat efektif jika digunakan untuk
Persyaratan Akustik dalam Rancangan
Auditorium
Kondisi mendengar dalam tiap auditorium sangat dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan arsitektur murni, seperti
bentuk ruang, dimensi, dan volume, letak batas-batas permukaan, pengaturan tempat duduk, kapasitas penonton, lapisan
permukaan dan bahan-bahan untuk dekorasi interior.

 Garis Besar Persyaratan Akustik


Berikut ini adalah persyaratan kondisi mendengar yang baik dalam suatu auditorium :
1. Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup dalam tiap bagian auditorium terutama di tempay-tempat duduk yang jauh.
2. Energi bunyi harus didistribusikan secara merata (terdifusi) dalam ruang.
3. Karakteristik dengung optimum harus disediakan dalam auditorium untuk memungkinkan penerimaan bahan acara yang
paling disukai oleh penonton dan penampilan acara yang paling efisien oleh pemain.
4. Ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik seperti gema, pemantulan yang berkepanjangan ( long-delayed reflections),
gaung, pemusatan bunyi, distorsi, bayangan bunyi, dan resonansi ruang.
5. Bising dan getaran yang akan mengganggu pendengaran atau pementasan harus dihindarai atau dikurangi dengan cukup
banyak dalam tiap bagian ruang.
Persyaratan Akustik dalam Rancangan
Auditorium
 Kekerasan (Loudness) yang cukup
Hilangnya energi bunyi dapat dikurangi dan kekerasan yang cukup dapat diadakan dengan cara-cara sebagai berikut :
 Auditorium harus dibentuk agar penonton sedekat mungkin dengan sumber bunyi, dengan demikian mengurangi jarak
yang harus ditempuh bunyi.

DENAH BENTUK KIPAS DENAH SEGI EMPAT


DENGAN BALKON TANPA BALKON

Dalam auditorium bentuk kipas dengan balkon, penonton dapat didudukan lebih dekat ke sumber bunyi daripada dalam
auditorium segiempat dengan kapasitas sama tanpa balkon. C (pusat gravitasi daerah pendengar); D 1, D2 (jarak rata-rata
antara sumber bunyi dan pendengar).
Persyaratan Akustik dalam Rancangan
Auditorium
 Sumber bunyi harus dinaikkan agar sebanyak mungkin terlihat.

Bila pendengar menerima banyak bunyi langsung, maka hal ini menguntungkan kekerasan bunyi.

 Lantai di mana penonton duduk harus dibuat cukup landai atau miring (ramped or raked).

Metoda untuk mendapatkan garis pandang yang baik didasarkan pada pandangan satu
baris.

 Sumber bunyi harus dikelilingi oleh permukaan-permukaan pemantul bunyi (plaster, gypsum board, plywood, plexiglas,
papan plastik kaku, dll) yang besar dan banyak.

Langit-langit pemantul yang diletakkan dengan tepat, dengan pemantulan bunyi yang makin
banyak ke tempat-tempat duduk yang jauh, secara efektif menyumbang kekerasan yang cukup.
Persyaratan Akustik dalam Rancangan
Auditorium
 Luas lantai dan volume auditorium harus dijaga agar cukup kecil, sehingga jarak yang harus ditempuh bunyi langsung dan
bunyi pantul lebih pendek

 Permukaan pemantulan bunyi yang paralel (horizontal maupun vertikal), terutama yang dekat dengan sumber bunyi, harus
dihindari, untuk menghilangkan pemantulan kembali.

 Penonton harus berada di daerah penonton yang menguntungkan.

 Dalam tiap auditorium, sebanyak mungkin energi bunyi harus dipancarkan dari semua posisi “pengirim” ke semua daerah
“penerima”.

 Di samping permukaan pemantul yang berfungsi menguatkan bunyi langsung ke penonton, permukaan tambahan harus
disediakan untuk mengarahkan bunyi kembali ke pementas.
Persyaratan Akustik dalam Rancangan
Auditorium
 Difusi Bunyi
Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam usaha pengadaan difusi dalam ruang yaitu :

 Permukaan tak teratur (elemen-elemen bangunan yang ditonjolkan, langit-langit yang ditutup, dinding-dinding yang
bergerigi, kotak-kotak yang menonjol, dekorasi permukaan yang dipahat, bukaan jendela yang dalam, dll) harus banyak
digunakan, dan harus cukup besar.

 Distribusi bahan-bahan penyerap bunyi yang acak atau penggunaan bahan pemantul bunyi dan penyerap bunyi secara
bergatian.

 Pengendalian Dengung
Perpanjangan bunyi sebagai akibat pemantulan berulang-ulang dalam ruang tertutup setelah sumber bunyi dimatikan disebut
dengung.
Sebagai aturan umum, bahan penyerap bunyi harus diapasang sepanjang permukaan batas auditorium yang mempunyai
kemungkinan besar menghasilkan cacat akustik seperti gema, gaung ( flutter echoes), pemantulan yang berkepanjangan dan
pemusatan bunyi.
Persyaratan Akustik dalam Rancangan
Auditorium
 Eliminasi Cacat Akustik Ruang
 Gema
Sebuah dinding belakang yang berhadapan dengan sumber bunyi dan memantulkan bunyi, merupakan penyebab gema
yang potensial dalam suatu auditorium.
 
Gema tidak boleh dicampur-adukkan dengan dengung.Gema adalah pengulangan bunyi asli yang jelas dan sangat tak
disukai; sedang dengung, sampai batas-batas tertentu adalah perluasan atau pemanjangan bunyi yang menguntungkan.

Cacat-cacat akustik dalam auditorium :


• Gema
• Pemantulan dengan waktu tunda yang panjang ( long-delayed)
• Bayang-bayang bunyi
• Pemusatan bunyi
Persyaratan Akustik dalam Rancangan
Auditorium
 Gaung
Gaung terdiri dari gema-gema kecil yang berurutan dengan cepat dan dapat dicatat serta diamati bila ledakan bunyi
sunyi singkat, seperti tepuk tangan atau tembakan, dilakukan di antara permukaan-permukaan pemantul bunyi yang
sejajar, walaupun kedua pasangan dinding lain yang berhadapan tidak sejajar, menyerap atau merupakan permukaan-
permukaan difus.
 
Eliminasi permukaan-permukaan pemantulan yang berhadapan dan saling sejajar adalah salah satu cara untuk
menghindari gaung.
 
Gema, pemantulan yang berkepanjangan, dan gaung dapat dicegah dengan memasang bahan penyerap bunyi pada
permukaan pemantul yang menyebabkan cacat ini.Bila penggunaan lapisan akustik sepanjang daerah-daerah kritis ini
tidak memungkinkan, maka permukaan itu harus dibuat difusif atau miring, agar menghasilkan pemantulan yang ditunda
secara singkat dan menguntungkan.
 
 Pemusatan Bunyi
Pemusatan bunyi, yang kadang-kadang dinyatakan sebagai titik panas ( hot spots), disebabkan oleh pemantulan bunyi
pada permukaan-permukaan cekung.
Persyaratan Akustik dalam Rancangan
Auditorium
 Distorsi
Distorsi adalah perubahan kualitas bunyi musik yang tidak dikehendaki, dan terjadi karena ketidak-seimbangan atau
penyerapan bunyi yang sangat banyak oleh permukaan-permukaan batas pada frekuensi-frekuensi lain.
 
 Resonansi Ruang
Kadang-kadang disebut kolorasi, terjadi bila bunyi tertentu dalam pita frekuensi yang sempit mempunyai
kecendrungan berbunyi lebih keras dibandingkan dengan frekuensi-frekuensi lain.
 

 Bayangan Bunyi
Gejala bayangan bunyi dapat diamati di bawah balkon yang menonjol terlalu jauh ke dalam ruang udara suatu
auditorium.Ruang di bawah balkon semacam itu, dengan kedalaman yang melebihi dua kali tinggi harus dihindari.
 
Penyerapan Bunyi
 Pengertian penyerapan bunyi
Penyerapan bunyi adalah perubahan energi bunyi menjadi suatu bentuk lain, biasanya panas, ketika melewati
suatu bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan. Jumlah energi panas yang dihasilkan pada perubahan
energi ini adalah sangat kecil, sedang kecepatan perambatan gelombang bunyi tidak dipengaruhi oleh
penyerapan.

 Unsur-unsur penyerapan bunyi


1. Lapisan permukaan dinding, lantai dan atap.
2. Isi ruangan seperti penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan lunak dan karpet.
3. Udara dalam ruang.
BAHAN PENYERAP BUNYI
1. Bahan berpori-pori Karakter akustik bahan berpori seperti papan serat (fiber board), plesteran lembut
(soft plasters), mineral wools dan selimut isolasi adalah jaringan selular dengan pori-pori yang saling
berhubungan. Penyerapan bunyi lebih efisien pada frekuensi tinggi dibandingkan pada frekuensi rendah.
Efisiensi akustiknya membaik pada jangkauan frekuensi rendah dengan bertambahnya tebal lapisan penahan
yang padat dan dengan bertambahnya jarak dari lapisan penahan ini. Bahan berpori komersial dapat dibagi
dalam tiga kategori :  Unit akustik siap pakai.  Plesteran akustik dan bahan yang disemprotkan.

2. Penyerap panel atau penyerap selaput Penyerap panel pada konstruksi auditorium yang berperan pada
penyerapan frekuensi rendah antara lain : Panel kayu dan hardboard, Gypsum boards, Langit-langit
plesteran yang digantung, Plesteran berbulu, Plastic board tegar, Jendela, Kaca, Pintu, Lantai kayu dan
panggung, Pelat-pelat logam (radiator)

3. Resonator rongga (atau Helmholtz) Adalah sejumlah udara tertutup yang dibatasi oleh dinding-dinding tegar
dan dihubungkan oleh lubang/celah sempit (disebut leher) ke ruang sekitarnya, dimana gelombang bunyi
merambat. Resonator ini dapat digunakan :  Sebagai unit individual,  Sebagai resonator panel berlubang,
 Sebagai resonator celah.
PENANGGULANGAN AKUSTIK
LUAR RUANGAN
Ada beberapa langkah perancangan akustika luar-ruangan yang dapat ditempuh dalam menanggulangi
kebisingan yakni:
1. Menciptakan jarak sejauh mungkin antara dinding muka bangunan dengan jalan pada lahan yang
tersedia melalui siasat penataan (layout) bangunan
2. Menempatkan elemen terbuka tidak secara langsung menghadap ke jalan
3. Mendirikan penghalang untuk menahan atau mengurangi merambatnya kebisingan dari jalan ke
bangunan,
4. Memilih material dinding muka bangunan dengan kombinasi elemen disa
Pengendalian Akustik lingkungan
NOISE CONTROL (Pengendalian Bunyi) pada ruang luar/ lingkungan, dapat dilakukan dengan cara :

1. Barier lingkungan/ bangunan


2. Lay out bangunan/ tata letak bangunan pada masterplan
3. Pengolahan disain façade
4. Penataan lansekap

Large Cantilever Barrier & Barrier Length


Sumber : Benz Kotzeu, Colin English ( 2009 )
Pengendalian Akustik lingkungan

Cantilevered Barrier & Road Barrier


Sumber : Benz Kotzeu, Colin English
( 2009 )
Pengendalian Akustik lingkungan

Vegetation Barrier
Sumber : Benz Kotzeu, Colin
English ( 2009 )

Anda mungkin juga menyukai