Anda di halaman 1dari 11

AKUSTIK LINGKUNGAN DAN BANGUNAN

A. Pendahuluan

1. Teori Akustik

Kata aksutik berasal dari bahasa Yunani “akuostikos’’ yang berarti segala
sesuatu yang bersangkutan dengan pendengaran pada suatu kondisi ruang yang
dapat mempengaruhi mutu bunyi. Akustik mempunyai tujuan untuk mencapai
kondisi pendengaran suara yang sempurna yaitu murni, merata, jelas dan tidak
berdengung sehingga sama seperti hasilnya, bebas dari cacat dan kebisingan.

Akustik mempunyai ruang lingkup yang sangat luas dan menyentuh ke


hampir semua segi ke`hidupan manusia. Akustik lingkungan adalah menciptakan
suatu lingkunga, dimana kondisi ideal disediakan, baik dalam ruang maupun
diudara terbuka.

2. Jenis Kebisingan
Menurut Suma’mur (1999) dalam Ramdan (2013), jenis-jenis kebisingan
yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
a. Kebisingan Kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state,
wide band noise ).
Jenis kebisingan ini dapat dijumpai misalnya pada mesin-mesin produksi,
kipas angin, dapur pijar dan lain-lain.
b. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state,
narrow band noise)
Jenis kebisingan ini dapat dijumpai pada gergaji sirkuler, katup gas dan
lain-lain.
c. Kebisingan terputus-putus (intermittent)
Kebisingan jenis ini dapat ditemukan misalnya pada lalu lintas darat, suara
kapal dan lain-lain.
d. Kebisingan implusif (impact or implusive noise)
Jenis kebisingan ini dapat ditemukan misalnya pada pukulan mesin
konstruksi, tembakan senapan atau suara ledakan.
e. Kebisingan implusif berulang
Jenis kebisingan ini dapat dijumpai misalnya pada bagian penempaan besi
diperusahaan besi.

3. Alat-alat Penyerap Kebisingan

- Bata : merupakan blok bangunan moduler, terbuat dari tanah liat, bersifat
sebagai pereduksi udara yang sangat baik terutama pada system dua parallel
dibuat tanpa hubungan dengan adukan semen atau tanpa pelapis.
- Beton : material hasil campuran dari bahan air mempunyai daya yang kuat
terhadap gaya tekan, digunakan untuk struktur slab atau dinding structural.
Beton merupakan pereduksi kebisingan udara sangat baik, dan tidak bersifat
sebagai penyerap. Bila beton diberi celah udara dapat menyerap kebisingan
dengan lebih baik lagi.
- Unit-unit blok beton : digunakan sebagai modular bangunan, bersifat
mereduksi bunyi dan sangat baik, tergantung pada berat dan tidak pada
kepadatan blok beton.
- Kaca : merupakan bahan transparan dari silikat yang sangat ringan, dan
bersifat sebagai pereduksi yang sangat baik terutama pada frekuensi
menengah. Kualitas dapat ditingkatkan dengan system berlapis dan berfungsi
sebagai penyerap kebisingan tetapi beresiko pada resonansi frekuensi rendah.
- Plywood : jenis material ini tidak efektif untuk mereduksi bunyi kecuali
bila digabung dengan material lain tetapi bila bentuknya tipis dapat menjadi
penyerap yang kuat pada frekuensi rendah. Bahan plywood merupakan
pemantul bunyi yang cukup baik.
- Rangka baja : Merupakan material dengan banyak kemungkinan. Susunan
untuk menopang lantai atau atap sifatnya tidak mereduksi bunyi karena cukup
kaku. Material baja berlubang yang dilengkapi dengan bahan penyerap seperti
fiberglass, bersifat menyerap bunyi (NRC 0,5-0,9). Bahan yang banyak
digunakan dalam sistem ekspos untuk mengurangi kebisingan dan dengung.
- Busa Akustik : Merupakan material penyerap yang baik (NRC 0,25-0,9)
sebagai bahan pengisi pada kursi teater sehingga dengan kosongnya penonton
tidak akan mengakibatkan perubahan dengung dalam ruang.
- Kaca Laminasi : Penggabungan dua atau lebih lembar kaca dengan perekat.
Jika dibandingkan dengan kaca tunggal, akan berfungsi sebagai pereduksi
bunyi yang lebih baik.
- Karpet : Jenis material yang berfungsi sebagai bahan absorbs ruang dalam
bentuk elemen lantai dengan tingkat penyerapan tinggi. Keberhasilan fungsi
ditentukan oleh tebal dan proporsi bahan
- Tirai dan Tenunan : Beberapa jenis kain yang berfungsi sebagai penyerap
bunyi yang baik bila memiliki (± 500 gr/m²). Tirai yang ringan hanya memiliki
NRC 0,2 dan tirai yang berat berat dapat memiliki NRC lebih dari 0,7. Selimut
berserat : Berupa fiberglassyang digunakan untuk dinding atau plafon ekspos,
berfungsi mengabsorbsi bunyi serta mereduksi kebisingan dan dengung (NRC
0,9).
- Papan berserat : Biasa digunakan untuk panel dinding atau plafon,
merupakan material penyerap yang baik tergantung dari ketebalannya (NRC
0,75- 0,9).
- Semprotan Berserat : Bersifat sebagai penyerap bunyi yang sangat baik dalam
bentuk selimut atau papan, tergantung pada ketebalan, kepadatan dan diameter
bahan.
- Fiber mineral dan selulosa : Jenis bahan fiber yang sering digunakan sebagai
ubin, selimut, papan atau semproten untuk penyerap bunyi.

B. PEMBAHASAN

1. Kebisingan/Noise
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.13/MEN/X/2-11 Tahun 2011 tentang Nilai ambang batas factor fisika dan factor
kimia ditempat kerja menyebutkan kebisingan adalah semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja
yang pada tingkat tertentu dapat menimbilkan gangguan pendengaran.
Noise didefinisikan sebagai suara bising yang dihasilkan dari getaran
nonperiodic diudara atau secara lebih umum dapat didefinisikan sebagai suara yang
tidak diinginkan. Noise atau bising dapat menimbulkan gangguan emotional baik
secara sadar atau tidak sadar. Misalnya bisa menimbulkan kemarahan, mengganggu
perhatian atau konsentrasi, menimbulkan frustasi dan bisa menyebabkan tekanan
secara fisiologis dan psikologis.

Efek dari noise dapat dikategorikan sebagai berikut:

- Noise dapat menyebabkan kehilangan pendengaran


- Efek nonauditory Kesehatan
- Efek terhadap perilaku individu
- Efek kebisingan terhadap tidur
- Komunikasi interferensi
- Efek pada binatang

a. Kebisingan Lingkungan dan bangunan


Kebisingan lingkungan adalah bunyi yang tidak diinginkan dan dapat
mengganggu Kesehatan dan kenyamanan manusia yang berada pada lingkungan.

Kebisingan yang terjadi dalam bangunan dapat berasal dari berbagai titik,
namun demikian kebisingan yang berasal dari dalam lahan atau dari dalam
bangunan sendiri lebih dapat dikontrol ketimbang kebisingan yang berasal dari
luar lahan.

Kebisingan dapat masuk kedalam lingkungan suatu bangunan dipengaruhi


oleh tingkat kerapatan elemen bangunan secara keseluruhan seperti dinding,
lantai, plafond dan atap, serta hirarki ruang dengan cara menjauhkan ruangan yang
membutuhkan tingkat akustik tinggi dari sumber bising.

b. Sumber-sumber kebisingan
Sumber bising utama dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu:
- Bising Dalam
Bising dalam yaitu sumber bising yang berasal dari manusia, bengkel mesin
dan alat-alat rumah tangga.
- Bising Luar
Bising luar yaitu sumber bising yang berasal dari lalu lintas, industri, tempat
pembangunan Gedung dan lain sebagainya. Sumber bising terdapat dua
ketgori yaitu sumber bergerak seperti kendaraan bermotor yang sedang
bergerak, kereta api yang sedang melaju, pesawat terbang jenis jet maupun
jenis baling-baling. Sumber bising yang tidak bergerak adalah perkantoran,
diskotik, pabrik tenun, pabrik gula, pembangkit listrik tenaga diesel dan
perusahaan kayu (feidihal,2007).

c. Aspek fisik suara dalam lingkungan dan bangunan


- Frekuensi
Adalah jumlah satuan getaran yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik),
dengan satuan herts (Hz). Frekuensi suara yang dapat didengan oleh manusia
mulai dari 20 Hz sampai dengan 20.000 Hz.

- Internsitas Suara
Intensitas suara didefinisikan sebagai energi suara rata-rata yang
ditransmisikan melalui gelombang suara menuju arah perambayan dalam
media (udara, air, benda dan sebagainya
- Amplitude
Amplitude adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber suara
pada arah tertentu.
- Kecepatan suara
Kecepatan suara adalah satuan kecepatan perpindahan perambatan udara per
satuan waktu
- Panjang gelombang
Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan suara untuk
satu siklus
- Periode
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitude dengan
satuan detik.
- Octave band merupakan kelompok=kelompok frekuensi tertentu dari suara
yang dapat didengar dengan baik oleh manusia.
- Frekuensi bandwidth
Frekuensi bandwidth dipergunakan untuk pengukuran suara industri.
- Puretone, adalah gelombang suara yang terdiri hanya dari satu jenis amplitude
dan satu jenis frekuensi.
- Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap suara pada amplitude tertentu.
Satuannya adalah phon, 1 phon setara dengan 4 Db pada frekuensi 1000 Hz.
- Kekuatan suara adalah satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara
persatuan waktu.
- Tekanan suara adalah satuan daya suara persatuan luas.

d. Pengukuran kebisingan
Alat pengukur tingkat kebisingan yang utama adalah sound lever meter
(SLM). Alat ini berfungsi untuk mengukur kebisingan dengan kisaran 30-130
desibel (db) dengan frekuensi 20-20.000 Hz (Chandra,2006). Komponen
dasarnya adalah microphone, amplifer, weighting network, rectifier dan
display meter. SLM memiliki 4 skala yaitu A,B,C,dan D. A weighting atau
biasa ditulis dengan Dba digunakan untuk pengukuran paling sesuai dengan
respon twlinga manusia dan digunakan sebagai alat prediksi kehilangan
pendengaran karena paparan bising. Prosedur oenggunaan SLM menurut SNI
7231:2009 adalah :
- Kalibrasi perlu dilakukan sebelum digunakan
- Periksa kondisi baterai, pastikan dalam keadaan yang baik
- Hidupkan alat ukur intesitas kebisingan
- Pastikan skala pembobotan pada A-Weighting
- Sesuaikan pembobotan waktu respon alat ukur dengan akrakteristik sumber
bunyi yang diukur.
 S= untuk sumber bunyi relatif konstan
 F= Sumber bunyi kejut
- Posisikan mikrofon alat ukur setinggi posisi telinga manusia yang ada di
tempat kerja. Hindari terjadinya refleksi bunyi
- Arahkan mikrofon kesumber bunyi sesuai karakteristik mikrofon (mikrofon
tegak liiris dengan sumber bunyi, 70°-80° dari sumber bunyi )
- Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi sinambung setara
(Leq) sesuaikan dengan tujuan pengukuran Leq (Equivalen Control Noise
Level) adalah nilai tingkat kebisingan dari kebisingan yang fluktuatif atau
berubah-ubah selama waktu tertentu yang setara dengan tingkat kebisingan
yang tetap (steady) dengan satuan dBA.
- Bila alar tidak memiliki fasilitas Leq maka dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan :

L1 = tingkat tekanan bunyi pada period eke 1


La = tingkat tekanan bunyi pada periiode ke n

- Catat hasil pengukuran pada lembar data.

e. Gangguan akibat kebisingan

- Gangguan Psikologi akibat kebisingan


Psikologi berdasarkan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasioanl adalah
sifat kewajiban ditinaju dari segi kejiwaan yang berkaitan dengan stimulus dan
respon seseorang bertingkah laku.

 Gangguan (Annoyance)
Gangguan didefinisikan sebagai keadaan emosional akibat
ketidaksengaan dari kondisi yang terjadi oleh seseorang atau kelompok
yang dapat mengganggu.

 Speech Interference
Paparan kebisingan dapat mengurangi kemampuan dalam
berkomunikasi. Efek kebisingan ini cenderung untuk meredam suara,
sehingga mengganggu percakapan. Speech interference dapat
menghasilkan kesalahpahaman, akibat adanya suara yang tidak
diinginkan sehingga informasi yang disampaikan dapat mempengaruhi
pendengar.
 Sleep Dsturbance (Gangguan Tidur)
Paparan kebisingan yang dirasakan juga dapat menurunkan kualitas
tidur, suasana hati (mood), dan kinerja seseorang.

 Human Activiy Performance


Kebisingan dapat mempengaruhi performa aktifitas manusia secara
langsung dan tidak langsung .

- Gangguaan Fisiologi Akibat Kebisingan

Fisiologi berhubungan dengan fisik pada makhluk hidup. Dalam hal ini
fisiologi akibar kebisingan dapat menyebabkan gangguan Kesehatan akibat
paparan kebisingan seperti :
 Pelemahan Pendengaran (ketulian)
 Resiko Kesehatan

- Gangguan Lingkungan Akbiat Kebisingan


Selain berdampak pada manusia, kebisingan juga berdampak pada
lingkungan sekitar, salah satu contih kebisingan lingkungan adalah
pengeboran minyak lepas pantai (offshore exploration). Kegiatan pengeboran
minyak lepas pantaii ini menghasilkan getaran suara yang cukup besar dari
alat-alat berat, suara yang dihasilkan kedalam air. Hal ini mempengaruhi
kehidupan laut khususnya mamalia laut (paus, lumba-lumba dan Sebagian
ikan lainnya) yang bergantunng pada suara untuk mencari makan,
berkomunikasi dan berkembang biak. Jika efek ini terus berlanjut maka
spesies tesebut sulit menemukan makanan dan berkembang biak dalam radius
area 100.000 m sehingga banyak spesies akan punah karena gangguan suara
tersebut.
2. Akustik
Akustik bangunan merupakan sebuah ilmu pengendalian suara atau kebisingan
pada bangunan, termasuk juga minimalisasi bising yang ditransmisi dari satu ruang ke
ruangan lainnya serta pengendalian karakteristik suara dalam ruangan. Pemahaman
akan hal ini sangat penting, terutama pada bangunan-bangunan tertentu seperti misal
concert hall, studio rekaman, ruang kelas, dan sebagainya, yang memiliki kebutuhan
akan kualitas serta kejelasan suara yang baik.

a. Bahan dan konstruksi kebisingan


- Bahan berpori, seperti papan serat (fiber board),  plesteran lembut,
mineral wools, dan selimut isolasi, memiliki karakteristik dasar suatu jaringan
seluler dengan pori-pori yang saling berhubungan. Energi bunyi datang di
ubah menjadi energi panas dalam pori-pori ini. Bahan-bahan selular, dengan
sel yang tertutup dan tidak saling berhubungan seperti damar busa, karet
selular, dan gelas busa, adalah penyerap bunyi yang buruk. Penyerap berpori
mempunyai karakteristik penyerapan bunyinya lebih efisien pada frekuensi
tinggi dibandingkan pada frekuensi rendah dan efisiensi akustiknya membaik
pada jangkauan frekuensi rendah dengan bertambahnya tebal lapisan penahan
yang padat dan dengan bertambahnya jarak dari lapisan penahan ini. Bahan
berpori ini antara lain ubin selulosa, serat mineral, serat-serat karang (rock
wool), serat-serat gelas (glass wool), serat-serat kayu, lakan (felt), rambut,
karpet, kain dan sebagainya.
- Penyerap panel atau selaput merupakan penyerap frekuensi rendah yang
efisien. Bila dipilih dengan benar, penyerap panel mengimbangi penyerapan
frekuensi sedang dan tinggi yang agak berlebihan oleh penyerap-penyerap
berpori dan isi ruang. Jadi penyerap ruang menyebabkan karakteristik dengung
yang serba sama pada seluruh jangkauan frekuensi audio. Penyerap-penyerap
panel yang berperan pada penyerapan frekuensi rendah antara lain panel kayu
dan hardboard, gypsum boards, langit-langit plesteran yang digantung,
plesteran berbulu, jendela, kaca, dan pintu. Bahan-bahan yang berpori yang
diberi jarak dari lapisan penunjangnya yang padat juga berfungsi sebagai
penyerap panel yang bergetar dan menunjang penyerapan pada frekuensi
rendah.
- Resonator rongga (Helmholtz) merupakan penyerap bunyi yang terdiri dari
sejumlah udara tertutup yang dibatasi dinding-dinding tegar dan dihubungkan
oleh celah sempit ke ruang sekitarnya, di mana gelombang bunyi merapat.

b. Pemilihan Bahan Penyerap Bunyi

Bahan-bahan akustik dimaksudkan untuk mengkombinasikan fungsi


penyerapan bunyi dan penyelesaian interior, maka dalam pemilihan lapisan
akustik sejumlah pertimbangan di luar segi akustik juga harus diperhatikan.
Perincian berikut ini harus diperiksa dalam pemilihan lapisan-lapisan penyerap
bunyi yaitu mengenai koefisien penyerapan bunyi pada frekuensi-frekuensi
wakil jangkauan frekuensi audio, penampilan (ukuran, tepi, sambungan, warna,
jaringan), daya tahan terhadap kebakaran dan hambatan terhadap penyebaran
api, biaya instalasi, kemudahan instalasi, keawetan (daya tahan terhadap
tumbukan, luka-luka mekanis, dan goresan), pemantulan cahaya, ketebalan dan
berat, nilai insulasi termis, daya tarik terhadap kutu, kutu busuk, jamur,
kemungkinan penggantiannya dan kebutuhan serentak akan insulasi bunyi yang
cukup (Doelle,1986).

Jenis bahan peredam suara yang sudah ada yaitu bahan berpori, resonator
dan panel (Lee, 2003). Dari ketiga jenis bahan tersebut, bahan berporilah yang
sering digunakan. Khususnya untuk mengurangi kebisingan pada ruang-ruang
yang sempit seperti perumahan dan perkantoran. Hal ini karena bahan berpori
retaif lebih murah dan ringan dibanding jenis peredam lain (Lee, 2003). Material
yang telah lama digunakan pada peredam suara jenis ini
adalah glasswool dan rockwool.

c. Rancangan system akustik berdasarkan system arsitektural dan structural

Desain akustik ruangan tertutup pada intinya adalah mengendalikan


komponen suara langsung dan pantul ini, dengan cara menentukan karakteristik
akustik permukaan dalam ruangan (lantai, dinding dan langit-langit) sesuai
dengan fungsi ruangannya. Ada ruangan yang karena fungsinya memerlukan
lebih banyak karakteristik serap (studio, home theater, dll) dan ada yang
memerlukan gabungan antara serap dan pantul yang berimbang (auditorium,
ruang kelas, dsb). Dengan mengkombinasikan beberapa karakter permukaan
ruangan, seorang desainer akustik dapat menciptakan berbagai macam kondisi
mendengar sesuai dengan fungsi ruangannya, yang diwujudkan dalam bentuk
parameter akustik ruangan (Sarwono, 2008).

Karakteristik akustik permukaan ruangan pada umumnya dibedakan atas


(Sarwono, 2008):

- Bahan Penyerap Suara (absorber) yaitu permukaan yang terbuat dari material
yang menyerap sebagian atau sebagian besar energi suara yang datang
padanya. Misalnya glasswool, mineral wool, foam. Bisa berwujud sebagai
material yang berdiri sendiri atau digabungkan menjadi
sistem absorber (fabric covered absorber, panel absorber, grid absorber,
resonator absorber, perforated panel absorber, acoustic tiles, dsb).
- Bahan Pemantul Suara (reflektor) yaitu permukaan yang terbuat dari material
yang bersifat memantulkan sebagian besar energi suara yang datang
kepadanya. Pantulan yang dihasilkan bersifat spekular (mengikuti kaidah
Snelius yaitu sudut datang = sudut pantul). Contoh bahan ini misalnya
keramik, marmer, logam, aluminium, gypsum board, beton, dsb.
- Bahan pendifuse/penyebar suara (diffusor) yaitu permukaan yang dibuat tidak
merata secara akustik yang menyebarkan energi suara yang datang kepadanya.
Misalnya QRD diffuser, BAD panel, diffsorber dsb

Anda mungkin juga menyukai