Anda di halaman 1dari 36

AKUSTIK

Kata akustik berasal dari bahasa Yunani akuostikos yang berarti, segala sesuatu yang
bersangkutan dengan pendengaran pada suatu kondisi ruang yang dapat mempengaruhi mutu
bunyi[1]. Akustik mempunyai tujuan untuk mencapai kondisi pendengaran suara yang
sempurna yaitu murni, merata, jelas dan tidak berdengung sehingga sama seperti aslinya,
bebas dari cacat dan kebisingan.
Akustik mempunyai ruang lingkup yang sangat luas dan menyentuh ke hampir semua segi
kehidupan manusia. Akustik lingkungan adalah menciptakan suatu lingkungan, dimana
kondisi ideal disediakan, baik dalam ruang tertutup maupun di udara terbuka.
Faktor faktor yang mendasari masalah akustik adalah[2] :

Sumber suara

Perambatan suara

Penerimaan suara

Intensitas suara

Frekuensi suara

Faktor faktor lain yang juga ikut mempengaruhi keberhasilan tata suara didalam ruang
antara lain faktor konstruksi bangunan, kualitas dan sifat bahan serta kondisi lingkungan.
http://architecturefiles.blogspot.co.id/2009/09/teori-akustik.html

PERSYARATAN AKUSTIK DALAM RANCANGAN


AUDITORIUM
Dalam merancang sebuah auditorium musik kondisi akustik ruang musti mulai diperhatikan
sejak dimulainya perancangan sampai pada saat evaluasi pasca huni. Pertunjukan musik
dalam suatu gedung auditorium membutuhkan penyampaian bunyi serta ekspresi yang sejelas
mungkin kepada para penonton atau pendengarnya.

[1]
[2]

1. Bunyi datang / bunyi langsung


2. Bunyi pantul
3. Bunyi yang diserap oleh lapisan permukaan
4. Bunyi difus / bunyi yang disebar
5. Bunyi difraksi, bunyi yang dibelokkan
6. bunyi yang ditransmisi
7. Bunyi yang hilang oleh struktur bangunan
8. Bunyi yang dirambatkan oleh struktur bangunan

Waktu Dengung (RT)[1]


Waktu agar tekanan tingkat bunyi (TTB) dalam ruang berkurang 60dB setelah bunyi
dihentikan. Rumus penghitungan RT :

Keterangan :
RT : Waktu dengung, sekon
V : Volume ruang, meter kubik
A : Penyerapan ruang total, sabin meter kubik
X : koefisien penyerapan udara

http://architecturefiles.blogspot.co.id/2009/09/persyaratan-akustik.html

PENGENDALIAN BISING
Material bangunan yang memenuhi persyaratan akustik untuk pengendalian bising antara lain
berfungsi sebagai [1]:
1. Pemantul suara
Untuk mendapatkan pemantul suara digunakan lembar berkarakteristik permukaan yang
keras, tegar, dan rata. Contohnya papan gypsum, plywood, fleksiglass, fiber dan plastik keras.
2. Penyerap suara
Material berpori
Penyiapan bahan bahan berpori lebih efisien untuk frekuensi tinggi, semakin bertambah
tebal akan semakin baik untuk frekuensi rendah. Pada bahan berpori terdapat tiga jenis :
Bahan berpori
Bahan berpori plastik plesteran akustik
Bahan berpori kain dan karpet
3. Perambatan suara
Dengan memperhatikan sifat sifat material akustik diharapkan bisa membantu mendapatkan
suara yang lebih jernih seperti aslinya
4. Penyerap Panel
Bersifat positif karena menghasilkan karakteristik dengung yang merata dan berfungsi
sebagai penyerap frekuensi rendah cocok untuk ruang kecil.
5. Penyerap Ruang
Bahan yang mudah dipasang dan dipindahkan dengan menggunakan sistem gantung.
6. Penyerap Variabel
Digunakan untuk ruang yang membutuhkan Reverberation Time (RT) yang berubah-ubah,
fungsinya sebagai pemantul dan juga sebagai penyerap
7. Resonator RonggaBerfungsi sebagai penyerap energi bunyi maksimum pada daerah
frekuensi yang sempit
[1]
[1]

Akustik Ruang
Posted on Oktober 12, 2012 by rekamanstudio

Bagi para desainer interior, akustik ruang memiliki teori-teori dasar yang harus diikuti para
desainer interior untuk dapat menciptakan ruang yang memiliki kualitas akustik yang baik
dan dapat dinikmati oleh orang yang merasakannya. Banyak hal yang harus diperhatikan
seperti besar ruang, penggunaan bahan dan pengaturan sound system pada studio musik.
Dalam hal ini besar ruang sangat mempengaruhi penggunaan bahan untuk menciptakan suatu
ruang yang menghasilkan kualitas akustik yang baik. Dalam artikel ini saya coba
mengasumsikan bahwa desain interior studio musik dapat dikatakan berhasil jika ruang
tersebut dapat memantulkan, menyalurkan getaran dan mengisolasi suara sehingga dapat
menghasilkan kualitas suara yang baik dan suara tidak tembus sehingga akan mengganggu
tetangga sebelah.
AKUSTIK
Akustik adalah salah satu bidang yang mempelajari suara, gelombang mekanik pada gas,
cairan dan bahan. Akustik memiliki beberapa sub-divisi. Salah satu sub-divisinya
Architectural Acoustics, yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengontrol kualitas
suara didalam gedung atau ruang. Kalkulasi mode ruangan dengan bentuk persegi akan lebih
mudah dibanding pada ruang beda bentuk yang akan menimbulkan perhitungan yang
kompleks bahkan sulit dan tidak dapat dihitung.
Kita akan mengenal Noise Control pada bahasan ini. Noise control pada architectural
acoustics berhubungan dengan bagaimana cara pengurangan reverberation pada suatu
ruangan. Noise control pada umumnya digunakan untuk membantu pengkedapan suara pada
ruangan, atau untuk meningkatkan kualitas akustik ruang secara menyeluruh. Pada umumnya
penggunaan metode noise control digunakan pada instalasi gypsum, dinding ceiling, karpet
dan panels. Dinding akustik dapat dibangun dengan berbagai material. Namun harus kita
perhatikan, bahwa material yang tebal tidak selalu menghasilkan daya redam yang sempurna
dibanding material yang lebih tipis.

Noise

Lalu apakah Noise?? Noise adalah suatu sinyal gangguan yang bersifat akustik (suara),
elektris, maupun elektronis yang hadir dalam suatu sistem (rangkaian listrik/ elektronika)
dalam bentuk gangguan yang bukan merupakan sinyal yang diinginkan. Sistem pendengaran
manusia memiliki sensitifitas yang berbeda-beda pada tingkatan frekuensi yang berbeda-beda
pula. Hal ini mengindikasikan noise tidak sama pada setiap frekuensi. Noise pada tingkatan
tertentu (dB) pada frekuensi rendah maupun tinggi tidak akan sama dengan noise yang
memiliki pemusatan suara pada frekuensi tengah. Dengan kata lain noise pada tingkatan
tertentu (dalam dB) tidak akan dapat terditeksi oleh pendengaran manusia.
Khusus pada bagian lantai, semakin tinggi rata-rata Impact Isolation Class (IIC : satuan yang
digunakan untuk mengidentifikasikan pengisolasian suatu pembatas) maka semakin efisien

pula konstruksi ruang tersebut dalam mengatasi noise. Dan Sound Transmission Class (STC)
adalah ketentuan yang digunakan untuk mengidentifikasikan pengisolasian suatu pembatas.
4:12 AM
To be Continue,,
_Reverberation Time, Penyerapan, Resonansi Ruangan_
Reverberation Time
Reverberation time adalah sebuah ukuran waktu yang digunakan untuk mendesain suatu
akustik ruang. Reverberation time didefinisikan sebagai waktu yang digunakan oleh suatu
suara untuk mencapai 60 dB setelah sumber suara mengeluarkan bunyi atau suara. Besar
ruangan, bentuk, penggunaan material pada ruangan dan obyek yang diletakan dapat
memberi dampak pada reverberation. Untuk sebuah ruangan musik dibutuhkan reverberation
times yang lama.
Ada beragam metode pengukuran waktu Reverb tetapi yang paling sering digunakan adalah
Reverberation Time 60dB yang lebih dikenal dengan istilah RT 60. Definisi RT60 adalah
waktu (detik) yang dibutuhkan untuk suara melemah sebanyak 60dB.
Untuk membuat ruangan dengan hasil akustik yang baik kita perlu menghitung:
(1) Besaran gema (RT60) rata rata pada ruangan (detik)
(2) Besaran gema (RT60) pada frekuensi tertentu (detik)
Waktu gema yang ideal (RT60) untuk ruang dengar dengan volume 10 meter kubik adalah 0.9
detik dan 500 meter kubik adalah 1.4 detik. Jika angka (RT60) ruang jauh lebih kecil dari
angka patokan di atas kita akan merasakan ruangan yang cenderung mati (dead room) atau
jika angka (RT60) ruang jauh di atas angka patokan di atas kita akan merasakan ruang yang
terlalu bergema.
Misalnya anda memiliki ruangan dengan ukuran 29 meter kubik maka ideal nya waktu
gemanya (RT60) adalah 1,15 detik. Tetapi jika ruangan tersebut memiliki waktu gema (RT60)
sebesar 1.7 detik maka ruangan tersebut membutuhkan material serap suara. Atau sebaliknya
jika pada ruangan tersebut memiliki waktu gema (RT60) sebesar 0,7 detik maka ruangan
tersebut dapat kita sebut sebagai dead room dimana pada ruang tersebut banyak terdapat
material serap suara.
Rumus perhitungan RT60 adalah sebagai berikut:
RT60 = (0,161 x V) / (A x S)

V = volume ruangan (m3)


A = luas permukan material (m2)
S = koefisien serap material (m/detik)
Penyerapan
Koefisien penyerapan suatu bahan diindikasikan dengan nomer antara 0 dan 1 dimana hal
tersebut mengindikasikan proporsi suara yang diserap dipermukaan dibandingkan dengan
proporsi yang dipantulkan kembali kedalam ruangan. Sebuah jendela yang dibuka tidaka
akan memantulkan suara, dan hal tersebut akan diberi indikasi 1. Sebaliknya sebuah dinding
ceiling yang tebal, halus dan dicat akan menjadi sebuah bahan akustik yang akan memiliki
koefisien penyerapan dekat dengan 0.
Resonansi Ruangan
Ruang manapun akan meresonansikan macam-macam frekuensi. Hal tersebut dipengaruhi
oleh bentuk, besaran dan bahan pembentuk ruangannya, sedangkan ketajaman dan ketinggian
dari resonansi yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh penyerapan bunyi yang dimiliki oleh
ruangan. Sebuah modal awal untuk mendesain sebuah ruangan yang memiliki kualitas
akustik yang baik adalah dengan membentuk sebanyak mungkin resonansi yang berbeda, dan
kemudian menyebarkan frekuensi tersebut. Ruangan yang lebih besar juga akan mengurangi
sela waktu antar resonansi.
https://konfigurasistudio.wordpress.com/2012/10/12/akustik-ruang/

Untuk dapat mengenal akustik dengan baik, berikut diuraikan sejarah


perkembangannya yang berawal dari desain bangunan umum bangsa Yunani. Dahulu
perkembangan akustik ruang berasal dari kebutuhan akan perlakuan bunyi pada
bangunan umum, mulai dari perkembangan teater Yunani klasik dan Romawi, gereja
Gothic dan Baroque, gedung opera abad ke-19 serta gedung pertunjukan abad ke-20.
Dalam membangun tempat-tempat pertemuan umum, bangsa Yunani telah
mempelajari dasar-dasar akustik ruang dengan mengarahkan bunyi yang dikehendaki
dan mengurangi bunyi yang mengganggu. Bangunan-bangunan Yunani yang perlu
diperhatikan akustiknya seperti arena gladiator, tempat pertandingan, dan olah raga
Bentuk denah teater Yunani antara lain berupa semi-circular atau semi-elliptical
dengan panggung melingkar di tengah dan tempat duduk penonton mengelilingi
panggung sedangkan di belakang panggung merupakan bangunan yang berfungsi
sebagai ruang ganti, ruang istirahat, ruang pelayanan (service) dan sebagainya.
Bangsa Yunani berusaha untuk mendapatkan kenyamanan garis pandang sekaligus
pendengaran yang baik dengan cara pengaturan tempat duduk yang bertingkattingkat. Maksud dan tujuan pengaturan ini agar penonton dapat sedekat mungkin
dengan panggung, sehingga dialog dapat didengar dan ekspresi muka aktor dapat
terlihat. Contoh teater yang masih ada sampai saat ini antara lain teater berbentuk
semi-elliptical di Herodes Atticus-Athena, yang bentuknya didesain dengan
menggunakan banyak permukaan pantul di sekeliling panggung untuk memperkuat
intensitas bunyi asli.

Pada perkembangan selanjutnya, bangsa Romawi memotong lingkaran


panggung menjadi setengah lingkaran, sehingga penonton menjadi lebih dekat
dengan sumber bunyi. Teater Romawi memperlihatkan tempat duduk yang
bertingkat-tingkat lebih curam dibandingkan dengan teater Yunani. Belakang
panggung diberi latar belakang dan ornamen, berfungsi untuk memantulkan bunyi
dari panggung agar intensitas bunyi langsung menjadi bertambah kuat. Contoh teater
Romawi yang megah antara lain Colloseum di Roma juga teater di Orange, Perancis
yang dibangun abad ke-50 SM. Setelah kerajaan Romawi jatuh, satu-satunya
bangunan umum yang dibangun selama abad pertengahan adalah gereja. Pada abad
pertengahan, drama yang berkembang berasal dari gereja katolik dengan karakteristik
liturgis, kadang-kadang diiringi dengan koor yang berfungsi juga untuk mengiringi
misa (kebaktian). Ruang-ruang di katedral biasanya tertutup sepenuhnya dengan
volume sangat besar, sehingga waktu dengung (reverberation time) dapat mencapai
sekitar 8 detik. Akustik pada bangunan ini dengan waktu dengung (reverberation
time) yang panjang diperuntukkan bagi musik organ dan koor gereja. Pada jaman
Renaissance dan sesudahnya, bentuk terbuka teater Romawi berkembang menjadi
teater tertutup di Itali, sehingga bunyi dapat dipantulkan berulang kali melalui
dinding dan plafon, daripada diserap oleh udara terbuka. Contohnya pada Teatro
Olimpico di Vicenza (1585) yang dirancang oleh Palladio dan diselesaikan oleh
Scamozzi. Teater ini menjadi awal mula yang penting dari sejarah perkembangan
teater modern. Kemudian, bentuk denah berkembang menjadi bentuk U atau bentuk
telur. Tempat duduk di dalam kotak mengelilingi panggung secara berhadap-hadapan,
dan berkembang menjadi opera house. Contoh desain awal antara lain Teatro di Tor
di Nona (1671) serta Opera House di Bayreuth-Jerman (1748) yang
mempertunjukkan music khusus karya Wagner. Pengaturan tempat duduk seperti ini
dipertahankan terus sampai abad ke-19. Pada abad ke-19 beberapa nama yang
menaruh perhatian terhadap akustik muncul, diantaranya Lord Rayleigh dengan
bukunya berjudul The Theory of Sound. Sebelum abad ke-20, W.C. Sabine dari
Univeristas Harvard telah merintis perancangan akustik ruang, dengan teorinya
Reverberation Time (waktu dengung). Mulai saat itu, ilmu akustik menjadi maju
dengan pesat. Pada abad ke-20 (1927) Walter Gropius mendesain The Total
Theatre yang mengambil inspirasi dari teater Yunani. Denahnya berbentuk oval
dengan tempat duduk penonton melingkari panggung. Selain itu masih banyak lagi
desain-desain auditorium dengan kapasitas penonton lebih dari 2.000 orang, yang
7
tentunya membutuhkan desain akustik serius, seperti The Boston Symphony Hall
dengan kapasitas 2.600 tempat duduk (Legoh, 1993).
2.3 Dasar Dasar Akustik
1. Gelombang Suara
Gelombang suara adalah getaran/osilasi yang terjadi akibat fenomena tekanan,
regangan, perubahan posisi partikel, dan perubahan kecepatan partikel dari medium
pengantar gelombang suara itu sendiri (udara, air/cairan atau juga benda padat).
Getaran/osilasi itu sendiri, terjadi pada sumber suaranya, misalnya snar gitar dan juga
body gitar itu sendiri. Gelombang suara itu sendiri harus merambat melalui medium
(atau juga kombinasi medium2 dengan jenis berbeda, misalnya udara dan tembok
atau kaca jendela). Gelombang suara yang merambat di udara (umumnya) merupakan
penyebab terjadinya sensasi pendengaran pada telinga manusia. Seperti efek domino,
pergerakan gelombang terjadi dengan cara perpindahan energi yang terdapat pada
gelombang tersebut dari satu partikel ke satu partikel dekat lainnya pada suatu
medium. Kecepatan rambat gelombang bergantung pada kerapatan massa

mediumnya. Di udara, gelombang suara merambat dengan kecepatan kira-kira 340


m/s. Pada medium rambat zat cair dan padat, kecepatan rambat gelombang suara
menjadi lebih cepat yaitu 1500 m/s di dalam air dan 5000 m/s di dalam besi.
1. Parameter gelombang suara.
Penyimpangan tekanan medium dari kondisi seimbangnya yang terjadi akibat adanya
propagasi gelombang suara. Diukur dalam satuan Pascal (Pa). Parameter ini
dipersepsikan oleh telinga manusia sebagai Jumlah osilasi partikel medium yang
terjadi dalam setiap detik. Diukur dalam satuan cps (cycle per second) atau Hertz
8
tentunya membutuhkan desain akustik serius, seperti The Boston Symphony Hall
dengan kapasitas 2.600 tempat duduk (Legoh, 1993)
tentunya membutuhkan desain akustik serius, seperti The Boston Symphony Hall
dengan kapasitas 2.600 tempat duduk (Legoh, 1993).
2.3 Dasar Dasar Akustik
tentunya membutuhkan desain akustik serius, seperti The Boston Symphony Hall
dengan kapasitas 2.600 tempat duduk (Legoh, 1993).
2.3 Dasar Dasar Akustik
1. Gelombang Suara
Gelombang suara adalah getaran/osilasi yang terjadi akibat fenomena tekanan,
regangan, perubahan posisi partikel, dan perubahan kecepatan partikel dari medium
pengantar gelombang suara itu sendiri (udara, air/cairan atau juga benda padat).
Getaran/osilasi itu sendiri, terjadi pada sumber suaranya, misalnya snar gitar dan juga
body gitar itu sendiri. Gelombang suara itu sendiri harus merambat melalui medium
(atau juga kombinasi medium2 dengan jenis berbeda, misalnya udara dan tembok
atau kaca jendela). Gelombang suara yang merambat di udara (umumnya) merupakan
penyebab terjadinya sensasi pendengaran pada telinga manusia. Seperti efek domino,
pergerakan gelombang terjadi dengan cara perpindahan energi yang terdapat pada
gelombang tersebut dari satu partikel ke satu partikel dekat lainnya pada suatu
medium. Kecepatan rambat gelombang bergantung pada kerapatan massa
mediumnya. Di udara, gelombang suara merambat dengan kecepatan kira-kira 340
m/s. Pada medium rambat zat cair dan padat, kecepatan rambat gelombang suara
menjadi lebih cepat yaitu 1500 m/s di dalam air dan 5000 m/s di dalam besi.
1. Parameter gelombang suara.
Penyimpangan tekanan medium dari kondisi seimbangnya yang terjadi akibat adanya
propagasi gelombang suara. Diukur dalam satuan Pascal (Pa). Parameter ini
dipersepsikan oleh telinga manusia sebagai Jumlah osilasi partikel medium yang
terjadi dalam setiap detik. Diukur dalam satuan cps (cycle per second) atau Hertz
(Hz). Perbandingan antara jarak tempuh gelombang dengan waktu yang
diperlukannya. Diukur dalam satuan meter/sekon (m/s) atau meter/detik (m/dt).
1. Intensitas Suara
Gelombang suara pada umumnya menyebar dengan arah persebaran spheris / bola,
atau menyebar ke segala arah dengan merata, kecuali pada kondisi-kondisi tertentu
yang disebabkan oleh atenuasi lingkungan. Intensitas suara menggambarkan
kerapatan energy suara persatuan uas persebaran. Pada sumber dengan propagasi
gelombang bidang (satu dimensi), penghitungan Intensitas (I) menggunakan rumus
berikut
(Hz). Perbandingan antara jarak tempuh gelombang dengan waktu yang
diperlukannya. Diukur dalam satuan meter/sekon (m/s) atau meter/detik (m/dt).
1. Intensitas Suara

Gelombang suara pada umumnya menyebar dengan arah persebaran spheris / bola,
atau menyebar ke segala arah dengan merata, kecuali pada kondisi-kondisi tertentu
yang disebabkan oleh atenuasi lingkungan. Intensitas suara menggambarkan
kerapatan energy suara persatuan uas persebaran. Pada sumber dengan propagasi
gelombang bidang (satu dimensi), penghitungan Intensitas (I) menggunakan rumus
berikut :
Untuk sumber titik dengan propagasi gelombang bola, intensitas suara dapat dihitung
menggunakan rumus :
Dimana :
p
rms
= tekanan akustik RMS, Pa
c
0
= kecepatan rambat gelombang di udara, m/s
= rapat masa medium rambat g/m
3
2.4 Parameter Akustik Ruang
Kriteria yang biasa dipakai untuk mengukur kualitas akustik ruang auditorium
adalah parameter subjektif dan objektif. Parameter subjektif lebih banyak ditentukan
oleh persepsi individu, berupa penilaian terhadap seorang pembicara oleh pendengar
dengan nilai indeks antara 0 sampai 10. Parameter subjektif meliputi intimacy,
spaciousness atau envelopment, fullness, dan overal impressions yang biasanya
dipakai untuk akustik teater dan concert hall (Legoh, 1993). Paramater ini memiliki
banyak kelemahan karena persepsi masing-masing individu dapat memberikan
penilaian yang berbedabeda sesuai dengan latar belakang individu, sehingga
diperlukan metoda pengukuran yang lebih objektif dan bersifat analitis seperti bising
latar belakang (background noise), distribusi Tingkat Tekanan Bunyi (TTB), RT
(Reverberation Time), EDT (Early Decay Time), D50 (Deutlichkeit), C50, C80
(Clarity), dan TS (Centre Time).
Tingkat Bising Latar Belakang (Background Noise Level)
Dalam setiap ruangan, dirasakan atau tidak, akan selalu ada suara. Hal ini
menjadi dasar pengertian tentang adanya bising latar belakang (background noise).
Bising latar belakang dapat didefinisikan sebagai suara yang berasal bukan dari
sumber suarautama atau suara yang tidak diinginkan. Dalam suatu ruangan tertutup
seperti auditorium maka bising latar belakang dihasilkan oleh peralatan mekanikal
atauelektrikal di dalam ruang seperti pendingin udara (air conditioning), kipas angin,
dan seterusnya. Demikian pula, kebisingan yang datang dari luar ruangan, seperti
bising lalu lintas di jalan raya, bising di area parkir kendaraan, dan seterusnya. Bising
latar belakang tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, akan tetapi dapat dikurangi atau
diturunkan melalui serangkaian perlakuan akustik terhadap ruangan. Besaran bising
latar belakang ruang dapat diketahui melalui pengukuran Tingkat Tekanan Bunyi
(TTB) di dalam ruangan pada rentang frekuensi tengah pita oktaf antara 63 Hz
sampai dengan 8 kHz, dimana hasil pengukuran digunakan untuk menentukan kriteria
kebisingan ruang dengan cara memetakannya pada kurva kriteria kebisingan (Noise
Criteria NC)
Distribusi Tingkat Tekanan Bunyi (TTB)
Salah satu tujuan dalam mendesain ruang auditorium adalah mencapai suatu
tingkat kejelasan yang tinggi sehingga diharapkan agar setiap pendengar pada semua
posisi menerima tingkat tekanan bunyi yang sama. Suara yang dipancarkan oleh

pembicara atau pemusik diupayakan dapat menyebar merata dalam auditorium, agar
para pendengar dengan posisi yang berbeda-beda dalam auditorium tersebut memiliki
penangkapan dan pemahaman yang sama akan informasi yang disampaikan oleh
pembicara maupun pemusik. Syarat agar pendengar dapat menangkap informasi yang
disampaikan meskipun dalam posisi berbeda adalah selisih antara tingkat tekanan
bunyi terjauh dan terdekat tidak lebih dari 6 dB. Jika dalam suatu ruangan yang relatif
kecil di mana sumber bunyi dengan tingkat suara yang normal telah mampu
menjangkau pendengar terjauh, maka hampir dapat dipastikan bahwa distribusi
tingkat tekanan bunyi dalam ruangan tersebut telah merata.
Respon Impuls Ruang
a. Waktu Dengung (Reverberation Time)
Parameter yang sangat berpengaruh dalam desain akustik auditorium adalah
waktu dengung (Reverberation Time). Hingga saat ini, waktu dengung tetap dianggap
sebagai kriteria paling penting dalam menentukan kualitas akustik suatu auditorium.
Dalam geometri akustik disebutkan bahwa bunyi juga mengalami pantulan jika
mengenai permukaan yang keras, tegar, dan rata, seperti plesteran, batu bata, beton,
atau kaca. Selain bunyi langsung, akan muncul pula bunyi yang berasal dari pantulan
tersebut. Bunyi yang berkepanjangan akibat pemantulan permukaan yang berulangulang ini disebut dengung. Waktu dengung adalah waktu yang dibutuhkan suatu
energi suara untuk meluruh hingga sebesar sepersatujuta dari energi awalnya, yaitu
sebesar 60 dB. Sabine (1993) mendefinisikan waktu dengung yaitu waktu lamanya
terjadi dengung di dalam ruangan yang masih dapat didengar. Dalam
perkembangannya, waktu dengung tidak hanya didasarkan pada peluruhan 60 dB
saja, tetapi juga pada pengaruh suara langsung dan pantulan awal (EDT) atau
peluruhan-peluruhan yang terjadi kurang dari 60 dB, seperti 15 dB (RT15), 20 dB
(RT20), dan 30 dB (RT30). Waktu dengung (Reverberation Time) sangat menentukan
dalam mengukur tingkat kejelasan speech. Auditorium yang memiliki waktu dengung
terlalu panjang akan menyebabkan penurunan speech inteligibility, karena suara
langsung masih sangat dipengaruhi oleh suara pantulnya. Sedangkan auditorium
dengan waktu dengung terlalu pendek akan mengesankan ruangan tersebut mati.
b. EDT (Early Decay Time)
EDT atau Early Decay Time yang diperkenalkan oleh V. Jordan yaitu
perhitungan waktu dengung (RT) yang didasarkan pada pengaruh bunyi awal yaitu
bunyi langsung dan pantulan-pantulan awal yaitu waktu yang diperlukan Tingkat
Tekanan Bunyi (TTB) untuk meluruh sebesar 10 dB. Pengukuran EDT disarankan
untuk menghitung parameter subjektif seperti reverberance, clarity, dan impression.
c. Definition atau Deutlichkeit ( a time window of 50 ms), D50
Definition merupakan kemampuan pendengar membedakan suara dari masing-masing
instrumen dalam sebuah pertunjukan musik dalam kondisi transien, nada dasar dan
harmoniknya mulai membentuk sehingga kemungkinan terjadi variasi spektrum.
Definition juga merupakan kriteria dalam penentuan kejelasan pembicaraan dalam
suatu ruangan dengan cara memanfaatkan konsep perbandingan energi yang
termanfaatkan dengan energi suara total dalam ruangan. D50 merupakan rasio antara
energi yang diterima pada 50 ms pertama dengan total energi yang diterima. Durasi
50 ms disebut juga batas kejelasan speech yang dapat diterima. Semakin besar nilai
D50 maka semakin baik pula tingkat kejelasan pembicaraan, karena semakin banyak
energi suara yang termanfaatkan dalam waktu 50 ms. Inteligibilitas atau kejelasan
yang baik didapatkan untuk harga D50 >0%. Adapun kategori penilaian bagi speech
intelligibility berdasarkan D50 dapat diukur seperti pada Tabel 1
D50(%) SI (%) Kategori

0- 20 0-60 Sangat buruk


20-30 60-80 Buruk
30-45 80-90 Cukup/sedang
45-70 90-97,5 Bagus
70-80 97,5-100 Sangat bagus
d. Clarity atau Klarheitsmass (C50 ; C80)
Clarity diukur dengan membandingkan antara energi suara yang
termanfaatkan (yang datang sekitar 0.05 0.08 detik pertama setelah suara langsung)
dengan suara pantulan yang datang setelahnya, dengan mengacu pada asumsi bahwa
suara yang ditangkap pendengar dalam percakapan adalah antara 50-80 ms dan suara
yang datang sesudahnya dianggap suara yang merusak. Semakin tinggi nilai C50,
maka semakin pendek waktu dengung, demikian pula sebaliknya. Tingkat kejelasan
pembicaraan akan bernilai baik jika C50 lebih kecil atau sama dengan -2 dB. C80
merupakan rasio dalam dB antara energi yang diterima pada 80 ms pertama dari
signal yang diterima dan energi yang diterima sesudahnya. Batas ini ditujukan untuk
kejelasan pada musik. Nilai C80 adalah nilai parameter yang terukur lebih dari 80 ms,
semakin tinggi nilai C80 maka suara akan semakin tidak bagus.
e. TS (Centre Time)
TS merupakan waktu tengah antara suara datang (direct) dan suara pantul
(early to late), semakin tinggi nilai TS maka kejernihan suara akan semakin buruk.TS
merupakan sebuah titik dimana energi diterima sebelum titik ini seimbang dengan
energi yang diterima sesudah titik tersebut. TS sebagai pengukur sejauh mana
kejelasan sebuah suara diterima oleh pendengar, di mana semakin rendah nilai TS
semakin jelas suara yang diterima. Menurut Ribeiro (2002), parameter objektif
berupa respon impuls ruang yang meliputi waktu dengung (Reverberation Time),
waktu peluruhan (Early Decay Time), D50 (Definition), C50, C80 (Clarity) dan TS
(Centre Time) memiliki standar besaran optimum tertentu yang perlu diperhatikan,
pada Tabel 2.
Nilai Optimum Parameter Akustik Objektif Ruang Auditorium
Accoustical Parameters Conference Music
Reverberation Time (RTmid,s) 0.85<Rtmid<1.30 1.30<RTmid<1.83
Early Decay Time (EDT,s) 0.648<EDTmid0.81 1.04<EDTmid1.76
Definition (D,%) 65 Clarity (C50, C80, dB) C50>6 -2<C80<4
Centre Time (TS, ms) <80 <80
Parameter Subjektif
Parameter subjektif (berupa intimacy) merupakan impresi dalam kualitas
bunyi yang seolah-olah sumber bunyi berada di dekat pendengar, atau disebut pula
presence.Spaciousness atau envelopment merupakan kriteria bunyi yang seolaholah meliputi seluruh ruang dengan merata. Sedangkan fullness of tone merupakan
karakter yang mudah dikenali dalam musik, berkaitan dengan kualitas bunyi yang
dihasilkan oleh instrumen musik secara memuaskan, kualitasnya sangat ditentukan
oleh waktu dengung.Overal impression merupakan penilaian rata-rata dari semua
parameter yang penting.
Kondisi akustik suatu pertunjukan perlu disesuaikan dengan karakter
kebutuhan akustik bagi suatu pertunjukan. Untuk ruang yang tidakterlalu besar,
sampai dengan 2.800 m2, perlakuan akustiknya tidak begitu berbeda.Namun, untuk
ruang yang lebih besar, pilihan waktu dengung yang tepat perlu dikompromikan.
Apabila auditorium tidak dilengkapi oleh sistem pengeras suaraelektronik (elektroakustik ), sebaiknya jumlah penonton dibatasi sampai 1.000 orang. Bila ruang

dilengkapi dengan sistem pengeras suara elektronik, maka karakter akustikyang


diinginkan dapat diatur dengan mudah, disesuaikan dengan waktu dengung yang
tepat untuk kebutuhan tertentu. Sistem tersebut dapat dipakai untuk mengubah dan
menyesuaikan kondisi akustik yang dibutuhkan.
2.5 Tata suara dan Akustik pada Bioskop
Film adalah media audio-visual, maka suara atau audio haruslah mendapat porsi 50%
dari film tersebut. Sejak ditetapkannya standar sound untuk film pada tahun 1930
oleh The Academy of Motion Picture Arts and Sciences, film seperti mendapat nafas
baru. Para pembuat filmpun mulai memikirkan bagaimana instalasi suara pada
bioskop. Mereka tidak hanya berkutat pada bagimana merekam suara pada filmnya,
tetapi juga bagaimana suara pada film itu akan terdengar oleh penonton di dalam
bioskop.
Setelah itu, berturut-turut teknologi suara untuk bioskop semakin
berkembang. Dari 4 channel, bertambah menjadi 6 channel. Tidak
berhenti di 6 channel, tahun 1970, lahirlah teknologi suara Dolbys A
Type yang pertama kali dipraktekkan pada film Clockwork Orange.
Teknologi Dolby yang digunakan sekarang ini
adalah teknologi Dolby Digital di mana suara
surround sudah bisa dinikmati dengan total di

sekeliling bioskop. Dolby Digital 5.1 Channel


Surround adalah yang paling umum digunakan.
Terdapat 5 speaker dan 1 subwoofer yang
1
dipasang. .1 channel menandakan subwoofer yang digunakan untuk menghasilkan
low-frequency Effect (LFE).
Pemasangangannya kurang lebih seperti di bawah ini, 2 channel dipasang di kiri
kanan depan, 1 channel di tengah depan, 2 channel surround di kanan dan kiri, juga 1

channel LFE. Standardnya, speaker kanan dan kiri depan bersudut 30 dari speaker
depan, dan speaker surround yang ada di kanan kiri membentuk sudut 120.
Prinsip dasar peletakan speaker yang digunakan untuk menghasilkan aliran suara
yang konsisten di semua tempat dalam bioskop kurang lebih seperti di bawah ini.
Speaker yang ada di belakang layar diletakkan mengarah ke bagian ruangan yang
terletak 2/3 kedalaman ruangan. Sedangkan tinggi speaker berada di 1/3 dari tinggi
ruangan. Speaker surround terdekat dari layar, minimal berjarak 1/3 dari kedalaman
ruangan.

dipasang. .1 channel menandakan subwoofer yang digunakan untuk menghasilkan


low-frequency Effect (LFE).
Pemasangangannya kurang lebih seperti di bawah ini, 2 channel dipasang di kiri
kanan depan, 1 channel di tengah depan, 2 channel surround di kanan dan kiri, juga 1
channel LFE. Standardnya, speaker kanan dan kiri depan bersudut 30 dari speaker
depan, dan speaker surround yang ada di kanan kiri membentuk sudut 120.
Prinsip dasar peletakan speaker yang digunakan untuk menghasilkan aliran suara
yang konsisten di semua tempat dalam bioskop kurang lebih seperti di bawah ini.
Speaker yang ada di belakang layar diletakkan mengarah ke bagian ruangan yang
terletak 2/3 kedalaman ruangan. Sedangkan tinggi speaker berada di 1/3 dari tinggi
ruangan. Speaker surround terdekat dari layar, minimal berjarak 1/3 dari kedalaman
ruangan.
ta
mpak atas
ta
mpak samping
Gedung konser pada umumnya tidak memiliki surround sound, karena suara dari arah
yang berbeda dengan panggung akan menimbulkan gangguan dalam menikmati
bunyi. Oleh karena itu, penonton konser lebih suka tempat duduk yang dekat dengan
panggung. Berbeda dengan gedung bioskop, surround sound justru merupakan
elemen penting untuk membuat susasana spasial dalam ruangan yang tentunya tidak
bertabrakan dengan suara dari speaker yang ada di depan. Dikatakan bahwa total
1
energi yang berasal dari surround speaker haruslah mengimbangi speaker yang ada di
depan. Posisi speaker harus diarahkan ke arah yang berlawanan dari tempat speaker
berasal sehingga speaker dapat menghasilkan minimum perbedaan kekuatan antara
dinding dan kursi penonton sebesar -3 dB.
Suara yang dihasilkan dari surround speaker tidak boleh terdengar sama dengan suara
yang berasal dari speaker depan. Maka dari itu, waktu delay dari speaker surround
terhadap speaker yang ada di depan biasanya adalah 1 ms untuk jarak 340 mm.

Berarti, suatu ruangan bioskop dengan panjang 34 m akan mempunyai waktu delay
sebesar 100 ms atau 1/10 s.
Selain teknologi suara, baik tidaknya akustik ruangan bioskop sangat mempengaruhi
terdengarnya suara dari film. George Augspurger seorang ahli akustik mengatakan
bahwa dalam akustik ada 3R yang harus diperhatikan
1.Room resonance (resonansi ruang)
2.Early reflections (refleksi)
3.Reverberation time (waktu dengung)
Absorpsi merupakan hal terpenting dalam objektif perancangan sebuah bioskop.
Berbeda dengan gedung konser di mana suara harus dipantulkan sebanyak mungkin,
maka pada gedung bioskop suara justru harus diserap sebanyak mungkin. Pada
gedung bioskop, pantulan suara harus diminimalisasi. Penyerapan suara biasanya
disiasati dengan pemasangan kain tirai pada dinding samping kiri dan kanan, serta
dinding pada bagian belakang. Selain itu bahan jok dan sandaran kursi harus dipilih
yang tidak menyerap suara, tetapi tetap membuat penonton nyaman. Prinsipnya,
1

dalam keadaan kosong atau diduduki, diusahakan agar tingkat penyerapan suara
sama. Waktu dengung adalah rentang waktu antara saat bunyi terdengar hingga
melenyap. Gedung bioskop dianggap baik ketika memiliki waktu dengung sekitar 1,1
detik.
Kebanyakan
pemasangan tirai pada
dinding berhasil
mengabsorpsi suara
dengan frekuensi
tinggi, tetapi kurang memperhatikan frekuensi rendah. Oleh Karena itu, diberlakukan
prinsip 1/4 . Bahan penyerap suara yang digunakan harus diletakkan sejauh 1/4
dari frekuensi terendah yang diserap. Pada contoh di bawah ini, jika frekuensi
terendahnya adalah 42 Hz, maka bahan penyerap suara sebaiknya diletakkan pada
jarak 2 meter dari dinding. Untuk materialnya, dapat digunakan rock wool
(fibreglass) yang dikatakan merupakan material dengan kemampuan absorpsi yang
cukup tinggi. Material ini dikatakan dapat membuat sebuah ruangan hampir
mendekati ruangan anechoic, dengan harga yang cukup murah.
Hal yang harus diperhatikan lainnya
adalah penghitungan Critical Distance
atau Jarak kritis. Jarak kritis merupakan
batas jarak di mana suara langsung yang
berasal dari speaker dan suara pantul
memiliki energi yang sama. Jarak kritis
ini berbeda-beda di segala frekuensi. Semakin tinggi tingkat absorpsi suara di
ruangan tersebut, maka semakin jauh pulalah jarak kritisnya. Desain ruangan akustik
yang baik diusahakan memiliki Critical Distance sejauh mungkin dari sumber suara.
1

Selain itu, ada standard kenyamanan sistem audio yang disebut THX.
Speakernya sistem satelit, artinya speakernya tersebar di seluruh ruang
bioskop itu. Untuk mendapatkan efek suara optimal sistem akustiknya juga harus
mendukung. Jadi aliran suara bagi penonton yang duduk di depan maupun di
belakang bisa merata. Selain itu Di Indonesia sendiri, bioskop yang sudah mendapat
akreditasi THX adalah Blitz Megaplex dan The Premiere. THX pertama kali
diperkenalkan oleh Thomas Holman dari LucasFIlm. Eksperimen ini dibuat
dikarenakan George Lucas yang menginginkan Star Wars (1983) ditayangkan di
bioskop-bioskop dengan standar kenyaman menonton yang cukup baik. THX
menyatakan standar kualitas bangku penonton, jumlah air-conditioning, sistem
teknologi (surround) dan tata letak (akustik) speaker. Sekarang ini, Holman yang juga
merupakan pengajar di University of Southern California sedang mengembangkan
teknologi 10.2 channel surround sound. Sistem 10.2 ini menggunakan 12 speaker di
10 lokasi pemasangan dan 2 subwoofers untuk menciptakan kualitas suara yang
dikatakan ada di luar batas imajinasi kita

Sistem Akustik Ruang


Posted on January 31, 2011 by agusaditya

Mari berbicara tentang sistem akustik, satu lagi yang begitu mempengaruhi desain arsitektur
pada ruang dalam, terutama pada hall, auditorium, studio, dan ruang-ruang yang sering
dipakai untuk kegiatan yang mengeluarkan suara besar.
pengertian akustik ruang sendiri menurut http://id.wikipedia.org adalah :
Akustik Ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan
perubahan bunyi atau suara yang terjadi.
Akustik sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek pasif dari
alam.
Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara, misalnya dalam gedung rapat
akan sangat mempengaruhi artikulasi dan kejelasan pembicara.

Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaitu :

Perubahan suara karena pemantulan dan

Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain.

********
Ya pada intinya sistem akustik ruang adalah cara menata suatu ruang agar suara tidak
terjadinya gangguan suara pada ruangan-ruangan seperti hall, panggung, auditorium, atau
studio, itu menurut saya (pemikiran simple saja, hehehe).
ada beberapa cara mendesain akustik ruang yaitu dengan material penutup dinding, bentuk
dinding dan ceilling, pengaturan tata suaranya sendiri, tekstur permukaan dinding, dan lainlain.

pantulan dinding : merupakan bidang masiv yang akan memantulkan jika


tidak terdapat bahan yang bisa menyerap gelombang cahaya pada
dinding tersebut.

untuk menghindari suara pantul yang bisa mengaburkan suara langsung maka diperlukan
bahan penyerap suara untuk melapisi dinding, contohnya pada gambar dibawah
menggunakan lapisan peredam suara :

bahan dan material bisa bermacam-maca seperi gypsum, kalsiboard, polyester.

selain material, tekstur juga bisa digunakan untuk mengakali pemantulan suara,
menggunakan tekstur bergerigi bisa membuat bias pemantulan suara menjadi pecah dan tidak
terdengar lagi di telinga.

dan bentuk ceilling, jika anda pernah memasuki ruangan dengan fungsi teater, atau pernah
melihat interior Sydney Opera house di internet, maka anda tidak akan melihat plafond yang
datar, melainkan dengan lekukan dan sudut-sudut tajam, ini berfungsi untuk memantulkan
suara ke tempat yang jauh dr pendengar/penonton teater.

sekian mungkin yang bisa saya share tentang sistem akustik ruang, semua sumber telah saya
cantumkan dan link ke site aslinya. semoga bermanfaat, :) .

getaran dan gelombang


selamat datang pada materi pembelajaran GETARAN DAN GELOMBANG
Semoga bermanfaat..
A. PENGERTIAN GETARAN DAN GELOMBANG

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Gelombang adalah
suatu getaran yang merambat, selama perambatannya gelombang membawa energi. Pada
gelombang, materi yang merambat memerlukan medium, tetapi medium tidak ikut berpindah.
B. JENIS-JENIS GELOMBANG
Walaupun terdapat banyak contoh gelombang dalam kehidupan kita, secara umum hanya
terdapat dua jenis gelombang saja, yakni gelombang mekanik dan gelombang
elektromagnetik. Pembagian jenis gelombang ini didasarkan pada medium perambatan
gelombang.
Gelombang Mekanik
Gelombang mekanik merupakan gelombang yang membutuhkan medium untuk berpindah
tempat. Gelombang laut, gelombang tali atau gelombang bunyi termasuk dalam gelombang
mekanik. Kita dapat menyaksikan gulungan gelombang laut karena gelombang menggunakan
laut sebagai perantara. Kita bisa mendengarkan musik karena gelombang bunyi merambat
melalui udara hingga sampai ke telinga kita. Tanpa udara kita tidak akan mendengarkan
bunyi. Dalam hal ini udara berperan sebagai medium perambatan bagi gelombang bunyi.
Gelombang mekanik terdiri dari dua jenis, yakni gelombang transversal (transverse wave)
dan gelombang longitudinal (longitudinal wave).

Gelombang Transversal

Suatu gelombang dapat dikelompokkan menjadi gelombang trasnversal jika partikel-partikel


mediumnya bergetar ke atas dan ke bawah dalam arah tegak lurus terhadap gerak gelombang.
Contoh gelombang transversal adalah gelombang tali. Ketika kita menggerakan tali naik
turun, tampak bahwa tali bergerak naik turun dalam arah tegak lurus dengan arah gerak
gelombang. Bentuk gelombang transversal tampak seperti gambar di bawah.

Berdasarkan gambar di atas, tampak bahwa gelombang merambat ke kanan pada bidang
horisontal, sedangkan arah getaran naik-turun pada bidang vertikal. Garis putus-putus yang
digambarkan di tengah sepanjang arah rambat gelombang menyatakan posisi setimbang
medium (misalnya tali atau air).

Titik tertinggi gelombang disebut puncak sedangkan titik terendah disebut lembah.
Amplitudo adalah ketinggian maksimum puncak atau kedalaman maksimum lembah, diukur
dari posisi setimbang. Jarak dari dua titik yang sama dan berurutan pada gelombang disebut
panjang gelombang (disebut lambda huruf yunani). Panjang gelombang juga bisa juga
dianggap sebagai jarak dari puncak ke puncak atau jarak dari lembah ke lembah.

Gelombang Longitudinal

Selain gelombang transversal, terdapat juga gelombang longitudinal. Jika pada gelombang
transversal arah getaran medium tegak lurus arah rambatan, maka pada gelombang

longitudinal, arah getaran medium sejajar dengan arah rambat gelombang. Jika dirimu
bingung dengan penjelasan ini, bayangkanlah getaran sebuah pegas. Perhatikan gambar di
bawah

Pada gambar di atas tampak bahwa arah getaran sejajar dengan arah rambatan gelombang.
Serangkaian rapatan dan regangan merambat sepanjang pegas. Rapatan merupakan daerah
di mana kumparan pegas saling mendekat, sedangkan regangan merupakan daerah di mana
kumparan pegas saling menjahui. Jika gelombang tranversal memiliki pola berupa puncak
dan lembah, maka gelombang longitudinal terdiri dari pola rapatan dan regangan. Panjang
gelombang adalah jarak antara rapatan yang berurutan atau regangan yang berurutan. Yang
dimaksudkan di sini adalah jarak dari dua titik yang sama dan berurutan pada rapatan atau
regangan (lihat contoh pada gambar di atas).
Salah satu contoh gelombang logitudinal adalah gelombang suara di udara. Udara sebagai
medium perambatan gelombang suara, merapat dan meregang sepanjang arah rambat
gelombang udara. Berbeda dengan gelombang air atau gelombang tali, gelombang bunyi
tidak bisa kita lihat menggunakan mata. Materi lain pdf. beberapa video terkait dengan materi
getaran dan gelombang video
https://anurlita.wordpress.com/sains/getaran-dan-gelombang/

Gelombang Infrasonik itu bunyi yang memiliki frekuensi kurang dari 20 Hertz. Bunyi ini
hanya bisa didengar oleh Hewan, tapi tidak semua jenis hewan yang bisa mendengar bunyi
ini. Contoh hewan yang bisa dengar bunyi gelombang infrasonic seperti jangkrik, anjing,
Gelombang Audisonik itu bunyi yang memiliki frekuensi antara 20 sampe 20.000 Hertz.
Nah bunyi ini bisa didengar manusia.
Gelombang ultrasonic adalah bunyi yang memiliki frekuensi diatas 20.000 Hertz. Bunyi ini
bisa didengar oleh hewan seperti lumba-lumba, anjing, kelelawar.
Untuk rumus cepat rambat bunyi yaitu V = s/t
Ket :

V : cepat rambat gelombang bunyi (m/s)


S : jarak yang ditempuh
T : waktu tempuh (s)
Gelombang bunyi inilah yang dimanfaatkan manusia untuk berbagai kepentingan manusia
dimana tujuannya untuk mempermudah hidup dan pekerjaan manusia. Dan ini beberapa
manfaat yang dirasakan dan kita temui sehari-hari.
Gelombang ultrasonic :
*dalam dunia kesehatan : Untuk mendeteksi janin ato yang kita kenal dengan sebutan USG
kalo ada ibu hamil. USG sendiri kepanjangannya Ultrasonografi.
*dalam dunia industry biasanya menggunakan bor-bor ultrasonic yang dimanfaatkan untuk
membuat berbagai bentuk dan ukuran lubang pada gelas dan baja.
*Untuk mengukur kedalaman laut dan lokasi objek dalam air
*Ahli geologi dan geofisika memanfaatkan bunyi ini untuk membantu mencari sumber bahan
bakar fosil baru.
*kacamata Tunanetra yang dilengkapi alat pengirim dan penerima yang memanfaatkan
ultrasonic.
*mendeteksi retak-retak dalam struktur logam atau beton
Gelombang Audiosonic :
*dimanfaatkan untuk membuat speaker yang sekarang ini masih menjadi trendmini
speakers
Untuk cepat rambat bunyi, contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
*nelayan yang memanfaatkan cepat rambat bunyi ini untuk mengetahui siang dan malam.
*pada malam hari kita mendengar suara lebih jelas daripada siang hari yang kita kenal siang
hari itu bising banget. Kenapa? Karena kerapatan udara pada malam hari lebih rapat
dibandingkan dengan siang hari.
Untuk resonansi bunyi dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan memanfatkan resonansi
pada alat music seperti kendang, drum, beduk, seruling, terompet, etc.
http://www.kompasiana.com/ahwal/macam-macam-bunyi-berdasarkanfrekuensi_552c93f66ea83453718b4576

Pengertian Gelombang dan Jenis-jenis Gelombang


A. PENGERTIAN GELOMBANG
Pada gambar tersebut terlihat ada beberapa bagian dari suatu sinyal audio yaitu :
Amplitudo, Frekuensi, Periode. Besaran-besarn ini akan dijelaskan lebih lanjut pada
pembahasan di bawah.

Gambar 1.1. Gelombang audio yang diukur dengan alat Osiloskop

1. Amplitudo.
Pada gambar 1.1, bagian B merupakan puncak teratas dan bagian D merupakan
cekungan terbawah. Besarnya puncak ke cekungan disebut juga puncak ke puncak (peak to
peak). Bila kedua puncak tersebut diakumulasi tingginya dalam nilai mutlak, maka disebut
amplitudo. Dalam sinyal audio, Amplitudo indentik dengan tegangan puncak ke puncak
(Vp-p). Satuan dari amplitudo adalah volt. Amplitudo juga dapat diartikan lemah-lembut
atau keras-kecilnya suara.

2. Perioda
Periode merupakan lamanya waktu dari gelombang membentuk satu siklus. Pada
gambar 1.1. di atas terdapat dua buah siklus gelombang.. Waktu satu siklus gelombang atau
disebut periode dinyakan dalam satuan detik (second).

3. Frekuensi.

Gambar 1.2. Amplitudo dan Frekuensi gelombang

Berdasarkan waktu untuk membangun satu perioda positip dan satu perioda
negatip atau untuk membetuk satu periode gelombang maka dapat dicari atau diketahui
banyaknya gelombang atau siklus gelombang yang terbentuk dalam satu detik. Banyaknya
siklus gelombang dalam satu detik disebut frekuensi (frequency). Frekuensi juga dapat
diartikan getaran suara atau warna suara. Besaran frekuensi dinyatakan dalam satuan Hertz.
Satuan ini diambil dari nama penemu rumusnya. Perhitungan frekuensi dapat dilakukan
dengan rumus
Besaran frekuensi yang mampu didengar oleh telinga manusia adalah sebesar 20
Hz s/d 20 Khz. Artinya bahwa dalam satu detik mampu menghasilkan 20 s/d 20000
gelombang. Gelombang audio bisa didengar oleh telinga manusia karena ada rambatan
udara sebagai media rambatan.

4. Kecepatan Rambat Gelombang

Kecepatan rambat gelombang suara di udara dipengaruhi oleh cuaca atau suhu.
Sifat perambatan gelombang suara di udara adalah gelombang surut, artinya bahwa
gelombang tersebut makin lama makin habis energinya atau dalam hal ini amplitudonya
makin mengecil.
Berdasarkan penelitian, kecepatan rambat gelombang suara adalah 340
meter/detik yang diukur pada dengan kekuatan amplitudo sebesar 20 dB (deciBell), serta
noise environment (lingkungan) sebesar 0% yaitu pada saat suasana hening. Kecepatan
rambat suata ini juga dipengaruhi oleh suhu udara dan angin.

Gambar 1.3. Bentuk gelombang surut dan gelombang tak surut (stabil)

B. JENIS-JENIS GELOMBANG
1. Pengertian Jenis Gelombang Secara Umum

Gelombang secara umum lebih dikenal dengan sebutan sinyal. Sinyal adalah
besaran listrik yang memiliki ampitudo, periode dan frekuensi. Masing-masing bentuk
gelombang ini dapat dikonversi ke bentuk gelombang yang lain dengan suatu rangkaian
khusus. Gelombang atau sinyal yang sering digunakan dalam bidang audio berupa sinyal
sinus.

2. Gelombang Sinus (Sinusoida Wave)

Gelombang sinusioda merupakan gelombang dasar yang salah satunya dihasilkan


dari putaran generator. Disebut gelombang sinus karena berbentuk grafik persamaan
sinusoida. Sumber suara atau bunyi dari alam jika dikonversi ke sinyal listrik dan dilihat
dengan osiloskop juga berbentuk gelombang sinus.

Gambar 1.4. Gelombang hasil pemrosesan penguat

Gambar 1.5. Proses Digital to Analog Converter

3. Gelombang Kotak ( Square Wave )

Square wave atau gelombang kotak banyak dikenal dalam sistem digital. Sinyal
atau gelombang jenis ini dapat dikonversi ke bentuk sinus dengan mengguakan sistem ADC
(Analog to Digital Converter).
Sistem-sistem audio dewasa ini sudah banyak yang menerapkan pengolah digital.
Sinyal aduio berupa sinyal sinus dirubah ke dalam bentuk gelombang kotak kemudian
dikuantisasi kemudian dirubah ke dalam data stream atau urutan data yang selanjutnya
menjadi data digital. Data tersebut selanjutnya diolah dalam pengolah digital. Keluaran
pengolah digital selanjutnya dirubah lagi ke dalam bentuk sinyal sinusoida untuk dikuatkan
dan digunakan untuk menggerakkan speaker.

Gambar 1.6. Proses Analog to Digital Converter

4. Gelombang Gigi Gergaji ( Saw Tooth Wave )

Sawtooth Wave adalah gelombang gigi gergaji. Gelombang ini dapat dihasilkan
dari gelombang sinusoida dengan rangkaian khusus. Pada sistem audio sinyal ini jarang
digunakan. Penggunaan gelombang ini biasanya pada bagian penguat vertikal dari system
penerima televisi hitam-putih maupun televisi berwarna.

Gambar 1.7. Penguat integrator menghasilkan sinyal segitiga

5. Pengertian Karakteristik Sinyal Audio dan Gelombang Bunyi

. Perlu disepakati bahwa istilah sinyal mengacu pada besaran listrik dan tanpa
kata sinyal berarti mengacau pada besaran akustik. Sebagai contoh; sinyal suara berarti
suara dalam besaran listrik atau suara yang dirubah ke dalam energi listrik. Sinyal suara
berarti sinyal audio yang diproses dalam suatu penguat audio. Sedangkan suara berarti
suara dalam bentuk akustik.
Pada dasarnya kita tidak dapat melihat bentuk suara secara langsung. Untuk
melihat suara atau bunyi digunakan peralatan untuk melihat bentuk gelombang yaitu
osiloskop yang juga disebut CRO (Cathode Ray Osciloscope) namun dengan cara dikonversi
dulu ke dalam sinyal listrik.
Pengertian dari bunyiatausuara adalah suatu getaran yang dapat dirasakan oleh
pendengaran kita. Bunyi diakibatkan dari getaran benda padat yang menyebabkan partikel
udara disekitarnya ikut bergetar dan getran ini sampai ke gendang telinga. Dari pengertian
di atas maka agar sesuatu dapat didengar manusia harus ada sumber suara, media perantara
dan gendang telinga.

Gelombang suara sebagai sumber bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia
pada dasarnya merupakan sumber dari sinyal audio atau sinyal suara. Sumber bunyi pada
dasarnya adalah sesuatu yang bergetar. Jika diamati, sumber suara sampai ke telinga namun
tidak diikuti gerakan udara.
Gerakan udara sering kita sebut angin. Hembusan angin terkadang menghasilkan
suara namun suara tidak menimbulkan hembusan angin. Angin adalah udara yang bergerak
namun suara adalah partikel udara yang begerak. Getaran dari sumber bunyi membuat
partikel udara bergetar menjadi rapat dan renggang mengikuti pola getaran sumber bunyi,
sehingga sampai telinga kita dan menggetarkan gendang telinga.

6. Karakteristik Telinga Manusia

Karakteristik telinga manusia didasarkan pada persepsi level yang diterima akibat
tekanan suara atau biasanya dikenal dengan istilah phon. Karakteristik telinga manusa
sangat ditentukan oleh frekuensi suara dan usia. Karakteristik suara secara umum adalah
peka terhadap frekuensi menengah dan kurang peka pada frekuensi rendah dan frekuensi
tinggi. Telinga yang sangat normal mampu mendengar suara dengan frekuensi 20Hz sampai
20KHz pada tekanan suara 40dB. Namun terkadang telinga yang mampu mendengar pada
frekuensi 40Hz sampai 16Hz pada level 40dB, sudah dianggap normal. Semakin bertambah
usia manusia karakteristik pendengarannya semakin berubah dan kemampuan
mendengarkan pada level rendah dan tinggi semakin berkurang.
Berdasar karakteristik telinga manusia pada umumnya inilah yang mendasari
disain semua sistem penguat audio. Sistem penguat audio seringanya didisain dengan
karakteristik yang berkebalikan dengan karakteristik telinga manusi. Hal ini bertujuan agar
diperoleh persepsi level pendengaran yag sama disetiap frekuensi.

7. Karakteristik Sinyal/ Suara Frekuensi Rendah

Di dalam sistem audio sering dilakukan pengelompokkan atau pembagian


frekuensi dari rentang frekuensi dengar manusia atau frekuensi audio yakni 20 Hz-20Khz.
Pengelompokkan ini di dasarkan pada tiga daerah utama dari frekuensi dengar yaitu pada
frekuensi rendah, frekuensi menengah dan frekuensi tinggi.
Sinyal suara pada bidang frekuensi rendah umumnya ditentukan pada frekuensi
20Hz sampai 200Hz atau 300Hz. Dimana tidak ada patokan yang jelas dari sumber resmi
batasan dari frekuensi rendah ini. Frekuensi ini adalah frekuensi paling sulit untuk
diproduksi atau dihasilkan dalam suatu sistem audio.
Pada suatu peralatan musik, suara-suara frekuensi rendah biasanya dihasilkan dari
pukulan drum, suara gong, suara guitar bass. Suara-suara ini teras sangat dalam
menggetarkan dada. Jadi suara fekuensi rendah yang memiliki kualitas yang bagus bukan
terasa di telinga tetapi terasa menggetarkan dada. Pada sistem penguat audio suara ini
sangat susah dihasilkan kembali.
Frekuensi rendah memiliki panjang gelombang () yang panjang. Kriteria seperti
ini membuat frekuensi rendah sulit untuk dipantulkan. Frekuensi rendah dapat terdengar
pada jarak yang cukup jauh, lebih jauh dari frekuensi menengah dan frekuensi tinggi.

8. Karakteristik Sinyal/ Suara Frekuensi Menengah

Sinyal suara pada bidang frekuensi menengah umumnya ditentukan pada


frekuensi 300Hz sampai 3000Hz atau 300Hz sampai 5000Hz. (tidak ada patokan yang
jelas). Frekuensi ini adalah frekuensi paling mudah untuk diproduksi atau dihasilkan dalam
suatu sistem audio. Telinga manusia sangat peka terhadap frekuensi menengah.

Sumber bunyi atau suara pada umumnya menghasilkan suara pada rentang
frekuensi menengah. Seperti gamelan, guitar, seruling, terompet, suaru binatang dan suara
alam lainnya.
Frekuensi menengah memiliki panjang gelombang () yang cukup panjang. Kriteria
seperti ini membuat frekuensi menengah tidak mudah dipantulkan. Beberapa bahan seperti
tembok, papan kayu masih dapat ditembus. Frekuensi menengah dapat terdengar pada jarak
yang cukup jauh, lebih jauh dari frekuensi tinggi.

9. Karakteristik Sinyal/ Suara Frekuensi Tinggi

Sinyal suara pada bidang frekuensi tinggi umumnya ditentukan pada frekuensi
5000Hz sampai 20000Hz. Frekuensi ini adalah frekuensi dengan panjang gelombang (;
lambda) yang paling kecil atau pendek. Kriteria seperti ini membuat frekuensi tinggi mudah
dipantulkan. Telinga manusia kurang peka terhadap frekuensi tinggi.
Sumber bunyi atau suara yang menghasilkan suara pada rentang frekuensi tinggi
sangat sedikit, contohnya seperti; simbal dan suara gelas jatuh. Sumber bunyi ini juga sulit
untuk diubah menjadi sinyal suara dengan hasil yang baik. Tranduser pengubah suara
menjadi sinyal suara tidak cukup baik memiliki karakteristik untuk frekuensi tinggi. Begitu
juga proses tranduser pengubah sinyal suara menjadi suara, juga sulit untuk bekerja pada
frekuensi yang relatif tinggi.

10. Karakteristik Sinyal/ Suara Frekuensi Sangat Rendah dan Sangat Tinggi

Sinyal suara pada bidang frekuensi sangat rendah biasa disebut subsonic.
Frekuensi ini pada rentang 1Hz sampai 20Hz. Frekuensi ini adalah frekuensi yang sering
menggangu sistem penguat audio. Frekuensi ini tidak dapat didengar oleh telinga manusia
tetapi membutuhkan daya yang besar. Sinyal ini tidak sadar telah ikut dikuatkan dalam
sistem penguat. Untuk mengurangi efek tersebut biasanya dalam sistem penguat dilengkapi
dengan filter subsonic.
Sinyal suara pada bidang frekuensi sangat tinggi biasa disebut ultrasonic.
Frekuensi ini pada rentang di atas 20KHz. Frekuensi ini tidak dapat didengar oleh telinga
manusia. Dalam sistem audio fekuensi ini jarang ditemui, namun dalam sistem elektronika
yang lain sinyal ini sering dimanfaatkan untuk keperluan penginderaan.

http://edywijaya29.blogspot.co.id/2013/01/pengertian-gelombang-dan-jenisjenis.html

GETARAN, GELOMBANG, DAN BUNYI


1.

Getaran

a.

Pengertian getaran
Getraran adalah:gerak bolak-balik benda secara teratur melalui titik
keseimbangan.Salah satu cirri getaran adalah adanya mplitude ( simpang
terbesar suatu getaran ).

b.

Periode dan frekuensi getaran


Setiap benda yang bergetar selalu memiliki frekuensi dan periode getar.
Apakah yang di maksud dengan frekuensi getaran? Dan apakah yang di maksud
dengan periode getaran? Bagaimana hubungan antara frekuensi dan periode
getaran?
Periode adalah waktu yang di perlukan benda untuk melakukan satu kali
getaran.Periode dinyatakan dalam satuan sekon.
Periode dapat di nyatakan dalam rumus matematika sebagai berikut.
Periode getaran (T)= waktu getar /Jumlah
getaran (n)
Ferkuensi adalah jumlah getran dalam satu sekon. Satuan ferkuensi adalh
hertz (Hz)
Frekuensi dapat dinyatakan
dalam satuaan matematika sebagai berikut:
Frekuensi (f) =
getaran (t)

Jumlah getaran / Waktu

Hubungan antara frekuensi da periode dinyatakan sebagai berikut:


F= 1/T
T =1/f
Keterangan : f= ferekuensi
2.

Gelombang

a.

Pengertian gelombang

T=periode

Gelombang adalah getran yang merambat. Gelombang terjadi karna


adanya sumber getaran. Pada perambatanya gelombang merambatkan energy
gelombang,sedangakan perantaranya tidak ikut merambat.

b.

Macam-macam gelombang

menurut zat perantaranya


1. Gelombang mekanik :gelombang yang perambatanya memerlukan medium,
contoh :gelombang air dan gelombang bunyi.
2. Gelombang elektrik : gelombang yang dalam perambatanya
memerlukan medium.contoh gelombang radio dan gelombang cahaya

tidak

menurut arah rambat dan arah getarannya


1.

Gelombang transversal

adalah
getaranya.
gelombang
gelombang

gelombang yang arah rambatanya tegak lurus terhadap arah


Gelombang transversal berbentuk bukit gelombang dan lembah
yang merambat. Contoh gelombang pada tali, permukaan air dan
cahaya.

Gambar gelombang transversal :

Panjang gelombang pada gelombang transversal


Panjang gelombang adalah panjang suatu gelombang yang terdiri dari satu
bukit dan satu lembah gelombang.panjang gelombang di lambangkan dengan
lamda ( )dan satuanya adalah meter
2.

Gelombang longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya sejajar dengan
arah rambatnya. Gelombang longitudinal berbentuk rapatan dan renggangan.
Contohnya gelombang bunyi.
Gambar gelombang longitudinal :
Panjang gelombang lkongitudinal
Panjang gelombang lkongitudinal adalahpanjang satu gelombang yang terdiri
dari satu rapatan dan satu renggangan.

Periode gelombang (T)


Yaitu waktu yang di prlukan untuk menempuh satu gelombang,satuanya adalah
sekon (s)

Frekuensi gelombang((f)
Yaitu jumlah gelombang yang terbentuk dalam satu detik,satuanya adalah Hz
(hertz)

Cepatrambat gelombang (v)


Yaitu jarak yang di tempuh gelombang dalam waktu satu detik ,satuanya adalah
meter/detik (m/s)

Hubungan antara pajang gelombang,periode,frekuensi, dan cepat rambat


gelomabang.

Rumus dasar gelombang adalah: = vT atau v = /T Dan f = 1/T maka v =


f
v

= cepat rambat gelombang (m/s)

= panjang gelombang (m)

= periode (s)

= frekuensi (Hz)

Menurut
amplitudo
dan
fasenya
:
1. gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya sama di
setiap
titik
yang
dilalui
gelombng.
2. gelombng diam (stasioner) adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya
berubah (tidak sama) di setiap titik yang dilalui gelombang.

Menurut
medium
perantaranya
:
1. . gelombang mekanik adalah gelombang yang didalam perambatannya
memerlukan medium perantara. Hampir semua gelombang merupakan
gelombang
mekanik.
2. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang didalam perambatannya
tidak memerlukan medium perantara. Contoh : sinar gamma (), sinar X, sinar
ultra violet, cahaya tampak, infra merah, gelombang radar, gelombang TV,
gelombang radio.

3.

Bunyi

a.

Pengertian bunyi
bunyi adalah sesuatu yang dihasilkan dari benda yang bergetar. Benda yang
menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi. Sumber bunyi yang bergetar akan
menggetarkan molekul-molekul udara yang ada disekitarnya. Dengan demikian,
syarat terjadinya bunyi adalah adanya benda yang bergetar. Perambatan bunyi
memerlukan medium. Kita dapat mendengar bunyi jika ada medium yang dapat
merambatkan bunyi

b.

Syarat bunyi

1.

ada benda yang bergetar (sumber bunyi)

2.

ada medium yang merambatkan bunyi, dan

3.

ada penerima yang berada di dalam jangkauan sumber bunyi


Bunyi memiliki cepat rambat yang terbatas. Bunyi memerlukan waktu untuk
berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Cepat rambat bunyi sebenarnya tidak
terlampau besar. Cepat rambat bunyi jauh lebih kecil dibandingkan denga cepat
rambat cahaya. Bahkan sekarang orang telah mampu membuat pesawat yang
dapat terbang beberapa kali daripada cepat rambat bunyi. Cepat rambat bunyi
sering dirumuskan sebagai berikut:

v=s/t
v = cepat rambat bunyi (m/s), s = jarak sumber ke pengamat (m), t = selang
waktu (s)

c.

Sifat bunyi
1. Merupakan gelombang longitudinal
2. Tidak bisa merambat pada ruang hampa
3. Kecepatan
rambatnya
dipengaruhi
oleh
kerapatan
medium
perambatannya (padat, cair, gas). Paling cepat pada medium yang
kerapatannya tinggi.
4. Dapat mengalami resonansi dan pemantulan.
Bunyi dapat mengalami resonansi. Apa itu resonansi? Pengertian
resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda akibat getaran benda
lain, karena frekuensinya sama. Bunyi dapat mengalami pemantulan, proses
pemantulan bunyi dimanfaatkan pada:

d.

Penentuan cepat rambat bunyi

Pendeteksian cacat dan retak pada pipa logam

Survei geofisika

Pengukuran ketebalan pelat logam

Pengukuran kedalaman tempat.

jenisbunyi
1. Bunyi infrasonik: yaitu bunyi yang frekuensinya kurang dari 20 Hz, dan
dapat didengar oleh anjing, jangkrik, angsa, dan kuda.

2. Bunyi audiosonik, yaitu bunyi yang frekuensinya berada antra 20 Hz20.000 Hz dan dapat didengar manusia.
3. Bunyi untrasonik, yaitu bunyi yang frekuensinya lebih dari 20.000 Hz,
dapat didengar oleh kelelawar dan lumba-lumba.
4. Nada, yaitu bunyi yang frekuensinya beraturan.
5. Desah, yaitu bunyi yang frekuensinya tidak teratur.
6. Gaung atau kerdam, yaitu bunyi pantul yang sebagian datang bersamaan
dengan bunyi asli, sehingga menggangu bunyi asli.
7. Gema yaitu, bunyi pantul yang datang setelah bunyi asli, sehingga
memperkuat bunyi asli.

Diposkan oleh Melly Camelia di 23.33


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
- See more at: http://www.komputerseo.com/2010/12/cara-membuat-teksbergerak-melingkar.html#sthash.mcg3qWKR.dpuf

Arsip Blog

2015 (7)
o

Maret (2)

Februari (5)

CONTROL PANEL

TERMODINAMIKA

Mengenai
Saya

Melly Camelia

MAGNET DAN ELEKTROMAGNET

PENGERTIAN GETARAN, GELOMBANG, DAN


BUNYI

STRATIFIKASI SOSIAL

Lihat profil
lengkapku

- See more at: http://www.komputerseo.com/2010/12/cara-membuat-teksbergerak-melingkar.html#sthash.mcg3qWKR.dpuf

Template Simple. Gambar template oleh gaffera. Diberdayakan oleh Blogger.

http://cameliamelly.blogspot.co.id/2015/02/penge
rtian-getaran-gelombang-dan-bunyi.html

Anda mungkin juga menyukai