Anda di halaman 1dari 36

TUGAS KELOMPOK

STRUKTUR BAJA MEGA TRUSS TUBE

OLEH :
1. ARDYANA DESTA RIA 03420170057
2. MUH. FIKHI HIDAYAT 03420170001

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat,
nikmat, serta karuniaNya, sehingga penyusunan Makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Makalah yang berjudul “ STRUKTUR BAJA MEGA TRUSS


TUBE” disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Struktur Konstruksi
Dan Bangunan IV sebagai tugas mingguan . Makalah ini telah disusun
dengan baik dan saksama berdasarkan dengan landasan teori dari
seluruh referensi yang terkumpul.

Penyusun menyadari akan adanya beberapa kekurangan dalam


susunan Makalah ini, sehingga saran dan masukan diharapkan untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam penyusunan Makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar, Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I TEORI JUDUL ................................................................................. 1

A. pengertian struktur baja ................................................................... 1

B. Pengertian bangunan tinggi ............................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4

A. bangunan tinggi ............................................................................... 4

B. struktur baja mega truss tube ....................................................... 13

BAB III KESIMPULAN .............................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 32

iii
BAB I
TEORI JUDUL

A. Pengertian struktur baja

Struktur adalah pengaturan dan pengorganisasian unsur-unsur


yang saling terkait dalam suatu objek material atau sistem, atau objek atau
sistem yang terorganisasi. Struktur material meliputi benda-benda buatan
manusia, seperti bangunan dan mesin; dan benda-benda alami,
seperti organisme biologis, mineral, dan bahan kimia. Struktur abstrak
mencakup struktur data dalam ilmu komputer dan bentuk musik. Jenis
struktur terdiri dari hierarki (rangkai hubungan satu-ke-banyak), jaringan
yang menampilkan banyak-ke-banyak tautan, atau kisi yang menampilkan
koneksi antar komponen yang bertetangga dalam ruang. ( wikipedia
bahasa indonesia )

Penggunaan baja sebagai bahan struktur utama dimulai pada


akhir abad kesembilan belas ketika metode pengolahan baja yang murah
dikembangkan dengan skala yang luas. Baja merupakan bahan yang
mempunyai sifat struktur yang baik. Baja mempunyai kekuatan yang tinggi
dan sama kuat pada kekuatan tarik maupun tekan dan oleh karena itu baja
adalah elemen struktur yang memiliki batasan sempurna yang akan
menahan beban jenis tarik aksial, tekan aksial, dan lentur dengan fasilitas
yang hampir sama.

Berat jenis baja tinggi, tetapi perbandingan antara kekuatan


terhadap beratnya juga tinggi sehingga komponen baja tersebut tidak
terlalu berat jika dihubungkan dengan kapasitas muat bebannya, selama
bentuk-bentuk struktur yang digunakan menjamin bahwa bahan tersebut
dipergunakan secara efisien.

Baja adalah logam yang paling banyak digunakan. Seperti yang


telah diuraikan didepan bahwa baja pada dasarnya adalah paduan besi
dan karbon dengan sedikit unsur lain, ini dinamakan baja karbon (carbon
steel). Bila baja itu mengandung juga unsur lain dalam jumlah yang cukup

1
besar sehingga akan merubah sifatnya maka baja itu dinamakan baja
paduan (alloy steel). (Wahid Suherman, 1987)

Dalam mendesain sistem struktural, bagaimana kestabilan lateral


diperoleh merupakan hal dasar yang sangat penting. Hal ini sangat
penting diperhatikan untuk gedung dengan tinggi berapapun, tetapi lebih
penting lagi pada gedung bertingkat tinggi. Bagaimana suatu struktur
menahan gaya lateral tidak saja akan mempengaruhi desain elemen-
elemen vertikal struktur, tetapi juga elemen-elemen horisontalnya
(Schodek, 1992)

B. Pengertian bangunan tinggi

Bangunan Tinggi adalah istilah untuk menyebut


suatu bangunan yang memiliki struktur tinggi. Penambahan ketinggian
bangunan dilakukan untuk menambahkan fungsi dari bangunan tersebut.
Contohnya bangunanapartemen tinggi atau perkantoran tinggi.Bangunan
tinggi menjadi ideal dihuni oleh manusia sejak penemuan elevator (lift)
dan bahan bangunan yang lebih kuat. Berdasarkan beberapa standard,
suatu bangunan biasa disebut sebagai bangunan tinggi jika memiliki
ketinggian antara 75 kaki dan 491 kaki (23 m hingga 150 m). Bangunan
yang memiliki ketinggian lebih dari 492 kaki (150 m) disebut
sebagai pencakar langit. Tinggi rata-rata satu tingkat adalah 13 kaki (4
meter), sehingga jika suatu bangunan memiliki tinggi 79 kaki (24 m) maka
idealnya memiliki 6 tingkat.

Bahan yang digunakan untuk sistem struktural bangunan tinggi


adalah betonkuat dan besi.Banyak pencakarlangit bergaya Amerika mem
iliki bingkai besi, sementara blok menara penghunian dibangun tanpa
beton. Meskipun definisi tetapnya tidak begitu jelas, banyak lembaga
mencoba mengartikan pengertian 'bangunan tinggi', antara lain:

 International Conference on Fire Safety in High-Rise


Buildings mengartikan bangunan tinggi sebagai "struktur apapun
dimana tinggi dapat memiliki dampak besar terhadap evakuasi"

2
 New Shorter Oxford English Dictionary mengartikan bangunan tinggi
sebagai "bangunan yang memiliki banyak tingkat"
 Massachusetts General Laws mengartikan bangunan tinggi lebih tinggi
dari 70 kaki (21 m)
 Banyak insinyur, inspektur, arsitek bangunan dan profesi sejenisnya
mengartikan bangunan tinggi sebagai bangunan yang memiliki tinggi
setidaknya 75 kaki (23 m).

Struktur bangunan tinggi memiliki tantangan desain untuk


pembangunan struktural dan geoteknis, terutama bila terletak di wilayah
seismik atau tanah liat memiliki faktor risiko geoteknis seperti tekanan
tinggi atau tanah lumpur. Tantangan yang tidak kalah besar lainnya adalah
bagaimana pemadam kebakaran bertugas selama keadaan darurat pada
struktur tinggi. ( wikipedia bahasa indonesia )

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bangunan Tinggi
membahas bangunan gedung tinggi dan jembatan bentang panjang
sekaligus. Ada baiknya mengenal lebih mendalam karakter keduanya, sehingga
dapat diketahui apakah untuk mengenal keduanya dapat sekaligus (paralel) atau
secara sendiri-sendiri (seri). Karakter yang dimaksud, dapat dilihat di Tabel :

No Item Gedung tinggi Jembatan panjang


1 Orientasi fisik Vertikal Horizontal
Multidisiplin, arsitek
sebagai
Profesional Insinyur sipil, sangat
2 leader,ibantu
penentu jarang arsitek terlibat.
insinyur sipil, M&E,
dll.
Hunian, baik
sementara atau
Bukan hunian, hanya
tetap Interaksi
sebagai penghubung dan
manusia banyak,
karena tempatnya terbuka
faktor kenyamanan
(terpapar cuaca) maka
3 Tujuan pemakaian dan rasa terlindung
kesan keselamatan jadi
menjadi penting. Ini
utama. Arsitek tidak
gunanya arsitek.
punya peran yang
Insinyur beri
signifikan.
jaminan
keselamatan.
Material penutup, Struktur terlihat langsung.
bahan finishing Penutup, pelindung
4 Tampak visual luar bangunan yang pengaruh lingkungan
berupa non- luar.Sistem struktur terlihat
struktur.Sistem jelas, dapat digolongkan

4
struktur tidak dari sistem strukturnya.
menonjol, perlu
pengamatan khusus
mendalam.
Beban gempa
(sementara).Gedun
Beban gravitasi
g sudah berdiri, tapi
(tetap).Kondisi
belum teruji gempa
Beban yang pelaksanaan kadang paling
sesungguhnya.
5 menentukan dalam menentukan. Sering
Resiko runtuh saat
perencanaan. dijumpai runtuh saat
konstruksi relatif
pelaksanaannya belum
jarang,peran
selesai.
insinyur tidak
menonjol.
Sifatnya pribadi
Dimiliki pemerintah dan
Kepemilikan dan atau private, dan
6 dipakai oleh
pemakaian pemakaiannya
publik (masyarakat).
bersifat tertutup.
Beban hidup relatif
terkontrol, sebab
Beban hidup dari publik,
bangunan gedung
pelanggaran yaitu
sifatnya
7 Sifat beban kelebihan beban.Beban
tertutup.Beban hidup
hidup bergerak, resiko
bersifat statik, kecuali
terjadi fatik.
gempa yang
dinamik.
Metode konstruksi Metode konstruksi bagian
tidak menentukan desain, bisa menentukan
Metode konstruksi dalam sistem
8
dan proses desain. perencanaan.Untuk strukturnya.Pekerjaan
menghindari desain dan konstruksi
monopoli, maka harus sinkron dan

5
sistem struktur yang tergantung teknologi yang
didesain harus tersedia.
bersifat umum.

Sistem struktur
terlindung. Pengaruh
thermal tidak
Sistem struktur terbuka.
dominan, sehingga
Faktor lingkungan dominan,
struktur menerus
jadi korosi jadi penting
(statis tak tentu)
diperhatikan. Untuk struktur
tidak masalah. Ini
statis tak tentu (menerus)
dipilih untuk
pengaruh thermal,
menghasilkan
differential settlemen
Faktor lingkungan struktur redundan,
sangat penting. Untuk
dan sistem struktur sehingga ketika ada
mengatasinya struktur pisah
gempa dapat
(siar dilatasi,
dihasilkan
bearing).Kondisi struktur
keruntuhan
atas pisah dengan
bertahap.Struktur
struktur bawahnya
yang menyatu
membuatnya lebih baik
dengan
bilamana terjadi gempa.
pondasi menyebabkan
gempa diteruskan ke
struktur atas.

Tabel 1. Perbedaan karater gedung tinggi dan jembatan panjang

Jadi gedung (super) tinggi dan jembatan (sangat) panjang mempunyai karakter
yang saling berlainan. Oleh sebab, untuk mendapatkan pemahaman yang baik, uraiannya
sebaiknya tidak disatukan, tetapi dibahas tersendiri atau tepatnya dapat difokuskan. Adapun
kriteria yang dimaksud bangunan tinggi. Ternyata tidak ada definisi pastinya, bangunan
dapat menunjukkan unsur ketinggian melalui beberapa aspek atau kategori berikut.

6
a) Kriteria tinggi relatif terhadap lingkungannya

Ketinggian absolut bukan kriteria satu-satunya, tergantung bangunan sekitarnya.


Bangunan 14 lantai, bukan bangunan tinggi jika ada di kota Chicago atau Hong Kong, tetapi
akan menjadi bangunan tertinggi jika berada di kota kecil, di Jawa misalnya.

Gambar 1. Ketinggian relatif terhadap lingkungan sekitarnya (CTBUH 2012)

b) Kriteria tinggi berdasarkan proporsinya

Gedung tinggi ternyata bukan hanya tentang tinggi tetapi juga tentang proporsi.
Ada banyak bangunan yang tidak terlalu tinggi, tetapi cukup ramping untuk memberikan
tampilan sebuah gedung tinggi, terutama terhadap lingkungan gedung disekitarnya.
Sebaliknya, ada banyak tapak bangunan yang besar atau cukup tinggi tetapi karena
proporsi ukuran luas lantainya dan tingginya maka tidak termasuk bangunan tinggi.

Gambar 2. Kriteria tinggi berdasarkan proporsi ukurannya (CTBUH 2012)


c) Kriteria tinggi berdasarkan teknologi yang digunakan

Jika bangunan memakai teknologi yang spesifik pada bangunan tinggi (misalnya,

7
lift kecepatan tinggi, bracing penahan angin dll), dapat pula digolongkan gedung tinggi.

Gambar 3. Keberadaan teknologi pendukung (CTBUH 2012)


Meskipun jumlah lantai tidak cukup baik digunakan sebagai indikator ketinggian suatu
gedung, karena tinggi lantai kadang tergantung dari fungsi dan dapat berbeda antara satu
dengan yang lainnya (misal, kantor berbeda dengan perumahan), tapi bangunan lebih
dari 14 atau lebih dari 50 meter tingginya - dapat dipakai sebagai indikator batas untuk
disebut sebagai gedung tinggi.
d). Kriteria bangunan super tinggi
Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH) mendefinisikan "super
tinggi" sebagai bangunan lebih dari 300 meter tingginya. Meskipun saat ini ada gedung
tinggi lebih dari 800 meter, tetapi pertengahan tahun 2011 hanya ada 54 bangunan yang
lebih dari 300 meter yang telah selesai dan ditempati di seluruh dunia ini.

Gambar 4. Kriteria bangunan super tinggi (CTBUH 2012)

Catatan : Comcast Center (58 lantai, 297 m), selesai 2008, tertinggi di Philadelphia,
Pennsylvania, dan tertinggi ke-15 di USA; CCTV (China Central TV Headquarters) (44
lantai, 234 m), selesai 2008, Beijing, China; Almas Tower (68 lantai, 360 m), selesai
2008, tertinggi ke-3 di Dubai, setelah Emirates Park Towers dan Burj Khalifa.

Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH) mengelompokkan ketinggian


gedung berdasarkan bagian atas tertinggi yang diukur. Tentu saja semuanya diukur dari
bagian bawah, yaitu dari elevasi terbuka paling bawah yang menjadi pintu masuk
gedung tersebut. Tinggi bagian atas yang diukur adalah :

8
a) Tinggi puncak bangunan arsitektur, termasuk menara, tetapi tidak termasuk antena,
signage, tiang bendera atau peralatan non-arsitektural lainnya. Cara ini banyak dipakai
CTBUH menentukan peringkat ☜World☂s Tallest Buildings☝.

b) Tinggi lantai yang dihuni (terpakai) paling atas.

c) Tinggi ke puncak gedung tertinggi, termasuk peralatan non-arsitektural, misal menara


radio dsb.

Daftar bangunan tertinggi yang dibuat CTBUH sifatnya tidak absolut, tergantung waktu
tahun pengukurannya. Itu berarti daftarnya bisa berubah-ubah pada tiap tahunnya.
Sebagai contoh, daftar yang tercatat sampai tanggal 1 Januari 2011 sbb:

Gambar 5. The World☂s Tallest Buildings (Jan. 2011) ♠ puncak arsitektural.

Gambar 6. Gedung tertinggi ♠ lantai hunian paling atas

9
Gambar 7. Gedung tertinggi ♠ ujung paling atas

Pentingnya mengetahui karakter geometri atau bentuk fisik struktur gedung tinggi
berkaitan dengan perilakunya terhadap beban lateral. Ini tentu berbeda jika yang
mempelajarinya arsitek, yang akan mengevaluasi dari segi keindahan atau fungsinya
adapun engineer tentunya melihat dari sisi kekuatan, kekakuan dan faktor daktilitas.
Selanjutnya dapat dipelajari strategi peningkatan kekakuan lateral, ditinjau
sistem flat-slab kolom (yang paling sederhana). Kekakuan lateral semata-mata ditentukan
oleh elemen vertikal (kolom), yang bekerja sebagai kantilever. Berdasarkan teori elastisitas
dapat diketahui perilaku umumnya terhadap beban terpusat (Gambar ).

Gambar 8. Perilaku kolom kantilever terhadap beban lateral terpusat

Deformasi lateral (Ototal) akibat beban terpusat (P) terdiri deformasi lentur
(Olentur) dan deformasi geser (Ogeser), keseluruhannya adalah Ototal = Olentur +

10
Ogeser , adapun Olentur = PL3/(3EI) dan Ogeser = 1.2PL/(GA) pada
penampang persegi, G = ½E/(1+v) jadi jika v = 0.2 (material beton) maka G =
½E/(1+v) = 0.4167E.
Selanjutnya parameter numerik tersebut digunakan untuk menunjukkan seberapa
besar pengaruh deformasi terhadap perubahan ukuran kolom (b x h), dimana nilai h akan
ditingkatkan sesuai arah pembebanan, sampai akhirnya disebut dinding.

Tabel 2. Pengaruh dimensi kolom terhadap perilaku deformasi


No b h h/L I A Olentur Ogeser Ototal
1 1 0.5 0.05 0.01042 0.5 31,990 (99.8%) 58 (0.2%) 32,048 (100%)
2 1 1 0.10 0.08333 1 4,000 (99.3%) 29 (0.7%) 4,029 (100%)
3 1 3 0.30 2.25000 3 148 (93.7%) 10 (6.3%) 158 (100%)
4 1 5 0.50 10.41667 5 32 (84.0%) 6 (16%) 38 (100%)
5 1 7 0.70 28.58333 7 12 (75.0%) 4 (25%) 16 (100%)
6 1 10 1.00 83.33333 10 4 (58.0%) 3 (42%) 7 (100%)

Catatan : P =1; E=1 dan L=10


Dari Tabel 2 diketahui bahwa rasio tinggi penampang (h) terhadap tinggi kolom
(L), mempengaruhi perilaku struktur. Jika h/L kecil (kolom) maka deformasi lentur
dominan, tetapi h/L semakin besar (dinding), sehingga kekakuan lentur bertambah maka
deformasi yang terjadi sebagian disebabkan oleh adanya geser. Sehingga untuk kolom
langsing, deformasi geser dapat diabaikan, tetapi sebaliknya untuk dinding maka
deformasi geser yang terjadi harus diperhitungkan.
Untuk mendapatkan kekakuan perimeter dengan sistem frame-tube sebagaimana
halnya gedung WTC tentu tidak mudah. Perlu dukungan kuat dari arsitek, karena untuk
efektivitas sistem diperlukan kolom-kolom perimeter yang sangat rapat. Pada WTC
dengan jarak 3☂4☝ dan kolom 1☂2☝ maka jarak bersih antar

kolom hanya 2☂2☝ atau 0.66 m atau selebar jendela saja. Itu hanya bisa terjadi jika
arsiteknya memang menghendaki, kalau hanya dari sisi engineer pasti tidak akan
terwujud.
Untuk mengatasi permasalahan jarak kolom perimeter yang rapat, maka strategi
peningkatan kekakuan sebelumnya dapat digunakan, sistem rigid-frame diubah ke brace-
frame. Hanya saja brace atau batang diagonal yang dimaksud harus dapat
ditempatkan di sekeliling perimeter bangunan. Lihat Gambar di bawah.

11
Gambar 9. (a) Tube building with multistory diagonal bracing; (b) rotated square tube with super diagonal
(Taranath 2005) dan Bank of China Hongkong (kanan)

Konsep brace atau batang diagonal memang populer digunakan pada bangunan
dari baja. Itu disebabkan batang diagonal akan memikul gaya tarik suatu saat, dan gaya
tekan di saat yang lain. Baja kuat terhadap tarik dan tekan, sedangkan beton hanya
mengandalkan tulangan baja terpasang, sehingga perlu tempat yang mencukupi oleh
karena itu sistem brace-frame akan digantikan dengan sistem shear-wall.
Dengan jumlah lantai dan ukuran keseluruhan yang besar, gedung beton
bertulang juga dapat dibuat brace-frame. Caranya, kolom perimeter beton bertulang dibuat
rapat, juga baloknya, kemudian pada lobang-lobang antara kolom-balok tersebut dapat
dibuat dinding pengisi yang penempatannya diagonal (lihat Gambar ).

12
(a). Wang Building, New York (b). Onterie Center, Chicago
Gambar 10. Trussed-tube beton bertulang

B. Struktur Baja Mega Truss Tube

Gedung dengan struktur baja atau beton, bukanlah sesuatu yang asing,
termasuk istilah komposit, yang umumnya diasosiasikan dengan perilaku balok
komposit. Padahal sebenarnya beton bertulang itu sendiri juga adalah struktur komposit
juga. Adapun komposit yang dimaksud di sini adalah gabungan profil baja dengan beton
bertulang yang disusun untuk bekerja sama agar pemakaian materialnya efisien.Istilah
yang cukup baru atau asing didengar adalah struktur campuran. Oleh sebab itu akan
dibahas terlebih dahulu perbedaan dan persamaan antara dua sistem itu, yaitu struktur
komposit dan struktur campuran.

1. Struktur Komposit
Penampang beton bertulang pada dasarnya adalah struktur komposit, yaitu
elemen struktur yang terdiri dari dua macam material berbeda (E berbeda) untuk

13
bersama- sama memikul gaya-gaya. Tidak disebut komposit karena beton bertulang dan
beton tanpa tulangan perilakunya sangat berbeda. Selain itu tulangan baja yang
digunakan adalah juga khusus, hanya untuk sistem beton bertulang saja, tidak bisa
dipakai mandiri seperti halnya profil baja. Oleh karena itu material beton yang
dirangkai bersama-sama dengan tulangan baja dianggap satu kesatuan, beton
bertulang.
Istilah elemen struktur komposit adalah untuk elemen struktur yang
menggabung- kan keunggulan beton-bertulang dengan pemakaian profil baja, yang
biasa dipakai pada konstruksi baja, untuk bersama-sama memikul gaya-gaya dan momen
jika ada.

Elemen struktur komposit yang paling banyak dijumpai, untuk konstruksi


bangunan mulai dari yang rendah sampai tinggi adalah balok atau slab komposit. Ini wajar
saja karena pemilihan balok komposit memang ditujukan untuk mengantisipasi masalah
pada struktur bentang lebar, yaitu terjadinya momen lentur besar. Balok dibebani lentur,
sisi tarik ditahan oleh material baja secara efisien, sedangkan bagian desak ditahan oleh
beton yang berdimensi lebih besar dan mempunyai ketahanan tekuk yang lebih baik.
Jika dipakai baja pada sisi desak, tidak efisien, karena kegagalan tekuk akan terjadi lebih
dulu tanpa harus mengalami kelelehan. Jadi penggunaan mutu baja yang tinggi
menjadi tidak efisien.

Sistem balok komposit paling sesuai diterapkan pada balok pendukung lantai
(dari beton bertulang), baik pada bangunan gedung maupun jembatan. Pada sistem balok
lantai, agak susah membedakan dari tampilan luar apakah sistem balok baja non-
komposit atau komposit. Perbedaan hanyalah ditentukan oleh keberadaan shear stud
atau shear connector yang tertanam pada pelat betonnya, yang menyebabkan kedua
komponen struktur (profil baja dan lantai beton) berperilaku komposit.

14
Gambar 11 . Sistem Balok Komposit pada Jembatan Standar
(Sumber : Trans Bakrie)
Sistem balok komposit pada jembatan di atas, menghasilkan struktur yang
sangat efisien, kinerjanya bahkan dapat dibandingkan dengan sistem beton prategang.
Jembatan dipilih karena strukturnya simple-beam dan dapat berbentang panjang, kasus
masalah yang paling cocok memakai sistem balok komposit. Agar aksi komposit
bekerja optimal, yaitu profil baja menerima tarik dan pelat beton menerima tekan, maka
penempatannya sangat menentukan.
Dalam hal ini, pelat beton umumnya adalah lantai, yang posisinya pasti ada di
atas profil balok bajanya. Untuk kondisi itu, akan optimal jika tegangan bagian atas
(beton) adalah desak, dan bagian bawah (baja) adalah tarik. Itu akan terjadi pada
sistem balok sederhana (simple-beam), khususnya untuk antisipasi momen lapangan
balok bentang panjang.

Sistem simple-beam dengan bentang panjang jarang dijumpai pada gedung


tinggi. Kalau ada, umumnya diperuntukkan pada sistem lantai terhadap beban tetap.
Untuk balok dengan sistem menerus, dimana momen terbesar di tumpuan maka kondisi
tegangan jadi terbalik, sisi tarik di atas (beton) dan isi tekan di bawah (baja) pada
kondisi ini maka aksi komposit tidak efektif, sebaiknya diabaikan saja.

Meskipun sistem balok komposit tidak banyak dipakai pada gedung tinggi,
tetapi strateginya cocok diaplikasikan pada sistem pelat lantai. Bagaimanapun juga, lantai
gedung umumnya adalah beton, karena mempunyai redaman yang baik terhadap
getaran dan bunyi-bunyian. Masalahnya dari segi pelaksanaan, perlu bekisting dan

15
waktu melepaskannya. Masalah diatasi dengan menggunakan pelat corrugated baja
sehingga dapat sekaligus berfungsi sebagai bekisting sekaligus tulangan positip. Itu
berarti sistem lantai harus mengakomodasi sistem pelat komposit.

Gambar 12. Sistem pelat dan balok komposit pada lantai bangunan

Jadi keunggulan penggunaan pelat komposit adalah juga dalam segi


pelaksanaannya, yaitu sebagai bekisting permanen. Adapun kelemahan balok komposit
pada sistem menerus (momen negatif), diatasi dengan penambahan tulangan baja.
Sedangkan shear connector yang terdapat pada balok (Gambar), tidak sekedar agar
menjadi balok komposit, tetapi juga diperlukan untuk menyatukan lantai dengan sistem
struktur utamanya, yaitu agar lantainya dapat bekerja sebagai floor-diaphragm yang
menyebabkan gerakan lateral secara sekaligus pada saat gempa.
Penggunaan lantai komposit memakai pelat corrugated baja menghasilkan
perilaku slab satu arah (one-way slab). Kondisi tersebut mempengaruhi konfigurasi balok
pemikulnya sehingga sistem balok dan pelat komposit perlu dipakai bersama-sama,
seperti yang terdapat pada sistem lantai tipikal gedung Petronas di Kuala Lumpur.

16
Gambar 13. Struktur komposit di Petronas, Kuala Lumpur

(Taranath 2005)

Jadi penggunaan sistem struktur komposit pada gedung Petronas ditujukan


untuk sistem gravitasi, pada sistem struktur lantainya. Itulah mengapa balok kompositnya
lebih banyak berupa balok tunggal (simple-beam). Atas dasar asumsi simple-beam itu
pula maka hubungan balok komposit (profil baja) ke core-wall atau rangka beton
perimeternya menjadi tidak rumit detailnya, sambungan tipe geser atau tumpu akan
mencukupi (Gambar 66). Sistem balok komposit tidak memberi kekakuan lateral pada
bangunan, terhadap gempa hanya berfungsi sebagai Floor Diaphragms.
Keuntungan sistem balok dan pelat komposit untuk lantainya adalah tidak memer-
lukan sistem bekisting dan perancah khusus, sehingga konstruksinya jadi cepat.

17
Gambar 14. Hubungan profil baja ke dinding beton (Taranath 2005)

Sistem balok dan pelat komposit pada Gedung Petronas sifatnya lokal
(memikul lantai itu saja), tidak mempengaruhi perilaku struktur keseluruhan, arah
vertikal atau arah lateral, maka sistem strukturnya tetap kategori gedung beton.

Kecuali struktur balok dan slab komposit, yang lainnya adalah kolom. Ada dua
jenis kolom komposit yang biasa dipakai pada konstruksi bangunan. Pertama, profil baja
terbungkus beton bertulang (Gambar ). Kedua, pipa baja diisi beton struktur.

Gambar 15. Konsep desain kolom komposit (Taranath 2005)

Pada prinsipnya, perilaku dan perencanaan kolom komposit sama seperti


kolom beton bertulang biasa, dalam hal ini profil baja dianggap seperti diskrit-diskrit
tulangan. Adapun motivasi yang mendasari dipilihnya kolom komposit adalah agar
jumlah luasan baja pada kolom tidak dibatasi seperti halnya kolom beton bertulang (t 4%

18
Ab). Dengan kandungan material baja yang lebih banyak pada kolom tersebut maka
kapasitasnya diharapkan akan meningkat. Selain itu, karena banyak memakai material
baja, maka resiko terjadinya rangkak (creep) dapat dikurangi signifikan. Penggunaan
kolom komposit memungkinkan proses pengecoran lantai-lantai secara paralel.
Dalam hal ini, profil baja untuk kolom komposit dipilih sesuai kebutuhan
erection, yaitu untuk memikul beberapa lantai di atasnya. Selanjutnya setelah lantai
selesai dirakit dapat dilakukan pengecoran beton beberapa lantai secara sekaligus,
termasuk kolom kompositnya. Contoh konfigurasi yang dijumpai di kota Louisiana dan
Texas (Taranath 2005) dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 16. Tube system dengan kolom komposit (Taranath 2005)

Gambar diatas adalah konfigurasi bangunan tinggi dengan sistem framed-


tube, kolom perimeternya harus rapat. Untuk konstruksi beton bertulang, proses
pelaksanaan harus bertahap, lantai-per-lantai. Oleh karena itu, dipilih sistem rangka baja
untuk memikul beban gravitasi, sehingga dapat direncanakan ukuran minimalis. Adapun
kolom tengah didesain sebagai kolom komposit, tetapi profil baja yang dipilih cukup untuk
beberapa lantai di atasnya, meskipun sekedar untuk proses pelaksanaan saja.

19
Gambar 17. Alternatif sistem komposit pada gedung (Taranath 2005)

Elemen-elemen komposit bangunan di atas ditujukan untuk sistem struktur


pemikul beban gravitasi, tetapi sebagian juga sebagai sistem struktur penahan lateral.
Oleh karena itu bangunan tinggi di atas memakai sistem struktur komposit.
Implementasi sistem struktur komposit yang lengkap, pada sistem struktur gedung First
City Tower, di Houston, Texas dalam dilihat secara detail, sebagai berikut:

Gambar 18. First-City Tower (49 lantai), di Houston, Texas (Taranath 2012)

Gedung First-City Tower dibangun tahun 1981, perencana struktur Walter P.


Moore & Associate, menarik dibahas selain karena bentuknya yang unik, juga
pemakaian sistem komposit lengkap, mulai balok, slab, kolom, bahkan core-wall
utamanya.

20
(i) Kolom komposit (ii) Shear-wall komposit
Gambar 19. Detail Elemen komposit First-City Tower (Taranath 2012)
Struktur yang terdiri profil dan tulangan baja, serta beton yang dapat bekerja
secara sekaligus disebut struktur komposit. Tinjauan bisa lokal (elemen struktur),
sehingga dapat ditinjau dari segi penampangnya saja (balok/slab/kolom/dinding-
komposit).

Gambar 20. Perilaku komposit dinding geser berangkai (Taranath 2012)

Selain penampang, efek komposit dapat diterapkan dengan cara lain. Pada
dinding- geser-berangkai, efek komposit dicapai dengan mengganti balok beton dengan
profil baja, sedangkan dinding dari beton bertulang. Ini dipilih karena balok perangkai
akan mengalami kondisi inelastis akibat momen bolak-balik. Jika dipilih profil baja,
detailnya relatif sederhana dan juga lebih daktail, meskipun belum tentu lebih kaku.

Gedung dengan sistem penahan lateral memakai elemen struktur komposit


disebut gedung dengan sistem struktur komposit. Selain itu, bisa saja tidak ada

21
elemen- elemen komposit yang digunakan, tetapi juga disebut sistem struktur komposit
jika ditinjau secara keseluruhan, misalnya ☝portal-baja☝ dan ☝dinding geser beton☝.

Gambar 21. Sistem struktur komposit (Taranath 2012)

2. Struktur Campuran

Penjelasan gedung dengan sistem struktur komposit sebenarnya relatif


kompleks, maklum banyak variasi dapat berkembang, dari lokal (elemen), juga global
(sistem). Pada kondisi khusus, dapat juga dijumpai sistem struktur yang berbeda jika
ditinjau terhadap elevasinya yang lain.

Lihat Gambar di bawah, sistem struktur bagian atas dari portal baja,
sedangkan di bawahnya dari portal beton, atau bisa juga yang diatas dari brace-frame
sedangkan di bawahnya shear-wall. Gedung tinggi seperti itu, disebut sebagai sistem
struktur campuran, bukan sistem komposit seperti portal baja dan core-wall pada
Gambar di atas. Sistem campuran, karena sistem tadi dapat bekerja secara
mandiri untuk suatu segmen tertentu.

22
(a) perimeter frame (b) internal lateral system
Gambar 22. Sistem struktur vertikal campuran (Taranath 2012)

Ada beberapa alasan dipilihnya sistem campuran. Umumnya karena tahapan


kons- truksi yang tidak sama. Untuk itu, sistem struktur atas yang banyak dipakai adalah
konstruksi baja yang berbentuk modul, dibuat di fabrikasi (luar proyek) jadi tinggal
dibawa ke lapangan untuk pemasangannya. Prosesnya terkesan sangat cepat.

Bisa juga akibat fungsi bangunan berbeda, misal level tertentu untuk kantor
yang perlu bentang lebar dan grid ruang tertentu, sehingga sistem rangka baja cocok.
Level yang lain, untuk fungsi apartemen dengan grid-grid ruangan bervariasi
sehingga perlu sistem lantai flate-slab dari beton agar fleksibel sifatnya.

a. Gedung Beton Tertinggi Saat Ini

Burj Khalifa (828 m) di Dubai, saat ini (2012) menjadi bangunan tertinggi di
dunia. Ketinggiannya melesat 60% lebih tinggi dari Taipei 101 (508 m), yang
sebelumnya telah menduduki singgasana itu selama 6 tahun (2004 ♠ 2010) setelah
mengalahkan menara kembar Petronas Tower (452 m), di Kuala Lumpur.

23
Gambar 23. Burj Khalifa (828 m) gedung tertinggi di dunia (2012)

Arsiteknya Adrian Smith didukung Bill Baker (structural engineer) dari


Skidmore, Owings & Merrill (SOM), Chicago. Kontraktornya Samsung C&T, Besix dan
Arabtec. Konstruksi utama beton bertulang, dan baja untuk bagian menaranya.
Penggunaan beton cukup menarik, sepertinya akan menjadi kecenderungan gedung
super-tinggi yang lain. Faktor-faktor yang menyebabkannya (Taranath 2010),
adalah :

▪ Besarnya massa dan rigiditas beton memperbesar redaman dibanding baja,


yang akan mengurangi gaya akibat angin pada bangunan super-tinggi.
▪ Peningkatan mutu campuran beton semakin baik, dari segi kekuatan (fc) dan
modulus elastisitas (Ec), termasuk SCC (Self-Consolidating Concrete).
▪ Beton bertulang secara nature bersifat tahan api (fire resistant)

▪ Penggunaan sistem lantai flat-slab, dapat menghasilkan tinggi lantai-ke-


lantai yang sangat minimal dan lebih efisien karena two-way system.
▪ Tersedia self-climbing form-work dinding otomatis dari Doka, Austria.

▪ Tersedia teknologi pompa beton kapasitas 5500 psi padahal perlunya


hanya 3000 psi, yaitu buatan Putzmeister, Jerman. Crane sudah tidak diperlukan lagi.

24
Untuk mengetahui keistimewaan Burj Khalifa, Dubai terkait dengan
ketinggiannya maka akan diperbandingkan dengan bangunan tinggi lain yang tercatat di
dunia ini.

Gambar 24. Perbandingan tinggi berbagai objek buatan manusia (2012)

Dari perbandingan di atas, Burj Khalifa tingginya sangat signifikan


mengalahkan yang lain, padahal terbuat dari beton bertulang (kecuali menaranya).
Keistimewaan yang lain, yang tercatat dari pembangunan gedung Burj Khalifa
adalah:

▪ Tinggi arsitektur 828 m, jumlah lantai 160, konstruksi mulai 2004 sampai
2010, setara dengan kerja sebanyak 22 juta orang per jam.

▪ Tower beton bertulang seluas 280,000 m 2 digunakan untuk tempat tinggal


dan kantor, sebagian juga hotel. Adapun luas tower dan podium adalah 465,000 m 2.
Luas dasar (site area) adalah 104,210 m2, luasan proyek 454,249 m2.

▪ Mutu beton 60 ♠ 80 MPa dan Ec 43,800 N/mm² (maks) sebanyak


250,000 m3 (setara 110,000 gajah), tulangan baja perlu 39,000 ton, dinding penutup

83,600 m2 kaca dan 27,900 m2 metal (ekivalen 17 lapangan bola). Aluminium yang
dipakai setara lima pesawat A380, panjang baja stainless setara 293 kali tinggi menara
Eiffel di Paris.

Untuk mewujudkan bangunan tertinggi, arsitek dan insinyur SOM, Chicago

25
memakai prinsip geometri organik triaksial yang bertumbuh secara spiral (lihat Gambar
dibawah ). Untuk itu perlu sistem struktur baru, yang dinamakan ☝buttressed core☝, terdiri
dari dinding beton mutu tinggi membentuk tiga sayap yang saling menopang satu sama
lain melalui enam sisi core tengah atau hub hexagonal. Idenya sederhana, core beton
menghasilkan kekakuan torsi, sekaligus pelindung elevator. Tiga sayap menopang core
beton terhadap angin. Untuk menghasilkan satu kesatuan diberikan outriggers di setiap
ketinggian tertentu. Hasilnya denah berbentuk Y, yang ternyata ideal sekali untuk
bangunan resident dan hotel, karena memberikan keleluasaan pemandangan luar yang
terbaik.

Gambar 25. Tampak gedung tertinggi Burj Khalifa, di Dubai (Baker et.al
2010)

26
Gambar 26. Denah Tipikal Burj-Khalifa (Baker et.al 2010)
Model struktur Burj-Khalifa dianalisis terhadap beban gravitasi (efek P-delta),
angin, dan gempa, memakai program ETABS versi 8.4 dari Computers & Structures,
Inc., Berkeley, California. Model strukturnya terdiri RC-wall, link beam, slab, dan sistem
pondasi (rc-slab raft h = 3.7 m dan bore pile $ 1.5 m Pijin = 3000 ton), sekaligus juga
menara baja di atas. Model struktur lengkap terdiri dari 73,500 element Shells dan
75,000 titik nodal, untuk model struktur lantai tipikal dapat dilihat pada Gambar dibawah.

27
Gambar 27. Model Struktur lantai typikal dengan ETABS 8.4

Lendutan lateral akibat angin memenuhi persyaratan umum, dari analisa


dinamik diketahui bahwa ragam pertama (mode-1) berupa deformasi lateral dengan
perioda 11.3 detik, ragam ke-2 juga deformasi lateral arah tegak
lurusnya dengan perioda 10.2 detik. Deformasi torsi terjadi pada ragam ke-5 dengan
perioda 4.3 detik, yang berarti tidak menentukan perilaku bangunan terhadap
pembebanan lateral.

Untuk perencanaan gempa, Dubai termasuk pada Zone-2 di Uniform Building


Code (International Code Council, 1997), yang berarti daerah gempa sedang (moderate)
sebanding kota New York dan Boston. Kondisi tanahnya pada kategori sangat padat
atau karang muda. Analisa gempanya berupa analisa respons spektrum khusus
kondisi tanah di sana. Hasilnya menunjukkan bahwa pembebanan gempa tidak
menentukan perencanaan bangunan tower beton bertulang, hanya bagian podium dan
menara baja di puncak tower yang terpengaruh. Meskipun demikian pada
perencanaan bangunan ini telah dilakukan seismic hazard analysis secara khusus,
termasuk mempelajari potensi terjadinya bahaya likuifaksi ketika terjadi gempa.

Gambar 28. Tahapan konstruksi yang khusus (Baker et.al 2010)

28
Material beton mengalami creep (rangkak) dan shringkage (susut), yaitu
deformasi sebagai fungsi waktu. Karena tower sebagian besar beton bertulang, hanya
bagian atas yang menara baja, maka pengaruh rangkak dan susut harus dihitung
cermat. Strategi jangka panjang, mengusahakan tegangan tekan akibat beban gravitasi
pada penampang yang merata. Caranya ukuran penampang diproporsikan terhadap
gaya tekan yang ada. Ini mudah, karena proporsi kolom atau dinding menerus, dan
konsisten sesuai luasan lantai yang dipikul, tidak ada balok transfer dsb.

Untuk mengatasi perpendekan elastis jangka pendek, selama tahapan


konstruksi dilakukan analisis struktur, lihat Gambar 84. Analisis harus berurutan
disesuaikan dengan kondisi aktual pelaksanaannya, termasuk umur beton pada
konfigurasi yang ditinjau. Maklum, umur beton menentukan modulus elastisitas, dan itu
parameter yang menentukan besarnya deformasi aksial yang terjadi (ingat E.A). Hasil
analisis digunakan untuk menentukan besarnya kompensasi horizontal dan vertikal.

Gambar 29. Tahapan konstruksi (Baker et.al 2010)

Kompensasi horizontal adalah untuk mengantisipasi adanya distorsi arah


horizontal menuju pusat. Jadi untuk pengecoran lantai di atasnya diperhitungkan
kompensasi arah lateral yang mengkoreksi terjadinya distorsi lateral yang terjadi.
Deformasi lateral tiap lantai dapat terdeteksi jika pemodelan struktur lantainya
memakai element Shell (atau Frame). Jika dipakai diapraghm-floor pada pemodelan
lantai seperti cara lama, maka kondisi distorsi lateral tidak akan terdeteksi.

Kompensasi vertikal adalah untuk mengantisipasi adanya distorsi vertikal


akibat adanya perpendekan kolom atau wall. Untuk itu diberikan penambahan tinggi,
yang besarnya sebanding dengan beban akibat jumlah lantai di atas yang dipikulnya.

29
Fenomena distorsi akibat perpendekan aksial diperlihatkan pada Gambar 85.
Beban di tengah lebih besar karena jumlah lantainya lebih banyak dibanding pinggir.

Gambar 30. Distorsi akibat perpendekan elastik elemen vertikal

Adanya pengaruh creep dan shrinkage pada struktur beton bertulang itulah yang
menyebabkan proses konstruksi Burj-Khalifa tidak dapat dikerjakan sekaligus pada arah
horizontal, yaitu keseluruhan luasan lantainya. Konstruksi dimulai dari bagian yang nantinya
akan paling tinggi terlebih dahulu, yaitu bagian tengah, kemudian disusul oleh lantai-lantai
ujung yang nanti ada di bawahnya (lihat Gambar 83).

30
BAB III
KESIMPULAN
Uraian makalah diatas di mulai dengan membahas beberapa pengertian
dari judul makalah ini. Yakni tentang struktur, bangunan tinggi, dan sedikit
membahas tentang baja.dari beberapa materi-materi diatas yang saya ambil
menurut jurnal-jurnal dan juga buku-buku yang ada di internet. Dan dapat
disimpulkan bahwa Perancah (megatruss) merupakan komponen penting dalam
pekerjaan beton sehingga struktur harus diperhitungkan dengan tepat.
Kegagalan dalam perencanaan perancah akan berakibat pada kegagalan
struktur saat pekerjaan beton.
Tujuan munculnya perancah baja modifikasi ini adalah untuk
memungkinkan struktur perancah untuk dapat menopang beban yang lebih besar
dibandingkan dengan struktur perancah (scaffolding) pada umumnya. Dampak
dari perubahan perancah berakibat pada pembengkakan biaya akibat dari
penggunaan profil baja. Oleh sebab tersebut, maka perlunya dilakukan evaluasi
agar tercapainya efisiensi dari segi dimensi profil bajanya serta biaya produksi
dari penggunaan perancah baja modifikasi. Dari pendapat ini didapatkan hasil
bahwa diperoleh efisiensi dimensi profil baja untuk struktur perancah tersebut.

31
DAFTAR PUSTAKA

Ariestadi, D. (2008). Teknik Struktur Bangunan. Direktorat Jenderal


Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dewobroto, W. (2012). Menyongsong Era Bangunan Tinggi dan
Bentang Panjang. Universitas Pelita Harapan. Tangerang.
Fatoni, Z. (2016). Pengaruh perlakuan panas terhadap sifat
kekerasan baja paduan rendah untuk bahan pisau penyayat batang
karet. Jurnal Desiminasi Teknologi, 4(1).
Karamoy, M. (2016). EKSPLORASI STRUKTUR CANGKANG
UNTUK BANGUNAN TINGGI. MEDIA MATRASAIN, 13(1), 38-46.
Nugraha, H. R. (2018). Evaluasi Terhadap Penggunaan Perancah
Baja Modifikasi Sebagai Penopang Sementara Untuk Struktur Transfer Beam
Column.
Nugraha, H. R., Arifin, S., & Wahyuningtyas, W. T. (2018).
EVALUATION OF MODIFICATED STEEL SCAFFOLD APPLICATION AS A
TEMPORARY SUPPORT FOR THE TRANSFER BEAM COLUMN
STRUCTURE (CASE STUDY: TUNJUNGAN PLAZA 6 PROJECT IN
SURABAYA). Jurnal Rekayasa Sipil dan Lingkungan, 2(01), 31-42.
Pesik, E. R., Wallah, S. E., & Handono, B. D. (2018). RESPON
DINAMIS BANGUNAN BERTINGKAT BANYAK DENGAN VARIASI TATA
LETAK OUTRIGGER. Jurnal Sipil Statik, 6(3).
PRISTINA, D., & Idris, Y. (2018). STUDI PENGGUNAAN MATERIAL
BAJA STRUKTUR ATAS BANGUNAN TINGGI TERHADAP VARIABEL
JUMLAH LANTAI (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).
Robi, S. (2017). PERILAKU BERBAGAI SISTEM STRUKTUR BAJA
PENAHAN BEBAN LATERAL AKIBAT BEBAN STATIK
MONOTONIK (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).
Saputra, A. A., Winarto, S., & Ridwan, A. (2018). Perencanaan
Struktur Baja Pada Konstruksi Empat Lantai Pada Hotel Jaya Baya. Jurnal
Manajemen Teknologi & Teknik Sipil, 1(2), 248-258.

32
Schodek, D. L., Subagdja, D., & Suryoatmono, B. (1999). Struktur.
Erlangga.
SUMBER LAIN :
https://id.wikipedia.org/wiki/Bangunan_tinggi
https://id.wikipedia.org/wiki/Struktur
https://docplayer.info/69824037-Perilaku-dan-sistem-struktur-rangka-baja-
jembatan.html

33

Anda mungkin juga menyukai