Anda di halaman 1dari 10

A.

PERTANYAAN KONSEP/ TEORI

1. Komunikasi sebagai ilmu

Komunikasi telah didefinisikan juga sebagai usaha penyampaian pesan antarmanusia, maka ilmu
komunikasi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari usaha penyampaian pesan antar
manusia. Ilmu memiliki syarat diantaranya adalah memiliki obyek kajian yang terdiri satu
golongan masalah yang sama sifat hakikaktnya. Obyek ilmu dapat dibedakan atas obyek material
dan forma. Obyek material adalah obyek dari mana ilmu dalam bidang yang sama diamati,
sedangkan obyek formal adalah sudut dari mana obyek materi dikaji secara lebih spesifik. Dalam
hal ilmu komunikasi, obyek materia adalah tindakan manusia dalam konteks sosial, sama seperti
sosiologi atau antropologi misalnya, dan karenanya masuk dalam rumpun-rumpun ilmu-ilmu
sosial. Sedangkan obyek forma ilmu komunikasi adalah komunikasi itu sendiri. Ilmu komunikasi
berada dalam rumpun ilmu-ilmu sosial yang berobyek abstrak yaitu tindakan manusia dalam
konteks sosial.
2. Perbedaan Ilmu, Filsafat dan Agama
Sebelum merujuk kepada perbedaan antara tiga hal tersebut, berikut ini merupakan definisi dari
ilmu, filsafat dan agama.

Pengertian ilmu berasal dari kata bahasa Arab ‘ilm, Inggris science, Belanda watenchap, dan
Jerman wissenchaf. Definisi ilmu yang dikemukakan oleh pakar luar negeri salah satunya yaitu R.
Harre. Menurut Harre, ilmu adalah kumpulan teori-teori yang sudah diuji coba yang menjelaskan
pola teratur ataupun tidak teratur diantara fenomena yang dipelajari secara hati-hati. Selanjutnya
yang dimaksud dengan Ilmu pengetahuan, adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat,
dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategorikategori, dan kebenarannya diuji
dengan praktis.

Selanjutnya pengertian Filsafat. Secara historis- sosiologis, istilah filsafat berasal dari bahasa
yunani “philosophia” yang merupakan gabungan dua kata “philo” dan “sophia”. Philo berarti cinta,
dan sophia berarti kebijaksanaan (yang mencangkup pengetahuan, keterampilan, pengalaman,
inteligensi). Jadi filsafat berarti mencintai kebijaksanaan. Maksudnya, ketika seseorang sudah
mengerti filsafat secara mendalam bila dia telah mendapatkan atau telah meraih kebijaksanaan.
Filsafat disebut sebagai “ibu dari ilmu pengetahuan. Menurut filsuf, Ismaun, fungsi filsafat ilmu
memberi landasan filosofis untuk memahami berbagai konsep dan teori disiplin ilmu maupun
membekali kemampuan membangun teori ilmiah.

Agama merupakan istilah bahasa Indonesia secara etimologi selain bahasa Indonesia berbeda-beda
istilah. Religion (bahasa Inggris), religic (bahasa Belanda), dan din (bahasa Arab). Tidak mudah
untuk membuat definitive agama. Menurut penulis definitive agama adalah kepecayaan seseorang
terhadap sesuatu yang bersifat spiritual dan hal-hal yang ghaib (tidak dapat dilihat oleh mata),
dalam agama Islam disebut keimanan.

Tiga hal di atas memiliki persamaan yaitu sama-sama untuk mencari kebenaran. Ilmu melalui
metode ilmiahnya mencari kebenaran dengan cara mengadakan riset dan penyelidikan untuk
mencari kebenaran tersebut. Filsafat dengan caranya menempuh hakikat sesuatu baik tentang alam,
manusia maupun tentang Tuhan. Agama dengan caranya sendiri memberikan jawaban atas segala
persoalan asasi perihal alam, manusia, dan Tuhan.
Ilmu, filsafat, dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan manusia.
Dikatakan terkait, karen ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada tiga alat
dan tenaga utama yang berada didalam diri manusia. Tiga alat dan tenaga utama manusia adalah
akal pikir, rasa, dan keyakinan, sehingga dengan ketiga hal tersebut manusia dapat mencapai
kebahagiaan bagi dirinya.

Terdapat perbedaan antara ilmu, filsafat, dan agama dimana ilmu dan filsafat bersumber dari akal
budi atau rasio manusia, sedangkan agama bersumber dari wahyu Tuhan. Ilmu pengetahuan
mencari kebenaran dengan cara penyelidikan (riset), pengalaman (empiris), dan percobaan
(eksperimen). Filsafat menemukan kebenaran atau kebijakan dengan cara penggunaan akal budi
atau rasio yang dilakukan secara mendalam, menyeluruh, dan universal. Kebenaran yang diperoleh
atau ditemukan oleh filsafat adalah murni hasil pemikiran (logika) manusia, dengan cara
perenungan (berpikir) yang mendalam (logika) tentang hakikat sesuatu (metafisika). Agama
mengajarkan kebenaran atau memberi jawaban berbagai masalah asasi melalui wahyu atau kitab
suci yang berupa firman Tuhan. Kebenaran yang diperoleh melalui ilmu pengetahuan, dengan cara
penyelidikan tersebut adalah kebenaran positif, yaitu kebenaran atau teori yang lebih kuat dalil
atau alasannya. Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif, berupa dugaan yang tidak dapat
dibuktikan secara empiris, riset dan eksperimen. Baik kebenaran ilmu maupun kebenaran filsafat,
keduanya nisbi (relatif), sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut), karena ajaran
agama adalah wahyu yang maha benar, yang maha mutlak.

Selanjutnya, filsafat dan ilmu juga dapat mempunyai hubungan yang baik dengan agama. Filsafat
dan ilmu dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama kepada manusia. Filsafat
membantu agama dalam mengartikan teks-teks sucinya. Filsafat membantu dalam memastikan arti
objektif tulisan wahyu. Filsafat menyediakan metode-metode pemikiran untuk teologi. Filsafat
membantu agama dalam menghadapi masalah-masalah baru. Misalnya, mengusahakan mendapat
anak dengan in vitro fertilization (“bayi tabung”) dapat dibenarkan bagi orang Kristen atau tidak?
Padahal Kitab Suci diam seribu bahasa tentang bayi tabung. Filsafatlah, dalam hal ini etika, yang
dapat merumuskan permasalahan etis sedemikian rupa sehingga agama dapat menjawabnya
berdasarkan prinsip-prinsip moralitasnya sendiri. Sebaliknya, agama dapat membantu memberi
jawaban terhadap problem yang tidak dapat dijangkau dan dijawab oleh ilmu dan filsafat.
Meskipun demikian, tidak juga berarti bahwa agama adalah di luar rasio, agama adalah tidak
rasional. Agama bahkan mendorong agar manusia memiliki sikap hidup yang rasional: bagaimana
manusia menjadi manusia yang dinamis, yang senantiasa bergerak, yang tak cepat puas dengan
perolehan yang sudah ada di tangannya, untuk lebih mengerti kebenaran, untuk lebih mencintai
kebaikan, dan lebih berusaha agar cinta Allah kepadanya dapat menjadi dasar cintanya kepada
sesama sehingga bersama-sama manusia yang lain mampu membangun dunia ini.

3. Filsafat komunikasi yaitu suatu pemahaman yang menelaah secara mendasar mengenai
keilmuan komunikasi. Penelaahan ini dari teori hingga semua hal yang terkait dengan ilmu
komunikasi.
Filsafat komunikasi juga mempelajari proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut
bidangnya, sifat, tatanan, tujuaan dan fungsinya, teknik, serta peranannya. Sederhananya, filsafat
komunikasi merupakan ilmu yang mengkaji setiap aspek dari komunikasi dengan menggunakan
pendekatan dan metode filsafat sehingga didapatkan penjelasan yang mendasar, utuh, dan
sistematis seputar komunikasi.
4. Manusia dalam filsafat
Manusia adalah makhluk mukallaf, yang dibebani kewajiban dan tanggung jawab. Dengan akal
pikirannya ia mampu menciptakan kreasi spektakuler berupa sains dan teknologi. Manusia juga
bagian dari realitas kosmos yang menurut para ahli pikir disebut sebagai al-kain an-
natiq, “makhluk yang berbicara” dan “makhluk yang memiliki nilai luhur”. Menurut Al-‘Aqqad
(1973:21), manusia lebih tepat dijuluki “makhluk yang berbicara” dari pada sebagai “malaikat
yang turun ke bumi” atau “binatang yang berevolusi”, sebab manusia lebih mulia ketimbang semua
itu.
Manusia mengembangkan pengetahuannya mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup. Manusia
mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna pada kehidupan, manusia memanusiakan
diri dalam hidupnya. Manusia dalam hidupnya memiliki tujuan tertentu yang lebih tinggi dari
sekadar kelangsungan hidup. Hal tersebutlah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Manusia mampu berpikir dan mengembangkan pengetahuan hingga nalar sehingga dapat
mengembangkan ilmu pengetahuannya, sedangkan binatang mampu berpikir namun tidak bisa
berpikir nalar, binatang memiliki pengetahuan namun terbatas untuk kelangsungan hidupnya saja.

Contoh:
Seekor kera bisa mengetahui mana buah pisang yang enak namun hanya sebatas itu
Sedangkan manusia bisa menganalisis buah pisang yang enak, bagaimana buah pisang itu bisa
enak, apa faktor faktor penyebabnya.

Penyebab manusia dapat mengembangkan pengetahuan, diantaranya:


1. Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran
yang melatarbelakangi informasi tersebut.
2. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap karena ada
kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.

5. Sebagai sebuah ilmu, komunikasi telah berkembang sedemikian rupa sejalan dengan
semakin kompleksnya fenomena sosial yang terjadi di tengah masyarakat serta
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat. Sebagai ilmu
terapan, komunikasi telah berkembang menjadi sebuah profesi. Terdapat beragam topik
penting untuk dipelajari secara formal yang dapat menjadikan kita menjadi seorang
professional dalam bidang komunikasi. Topik-topik itu adalah jurnalistik, public relations,
periklanan, dan kajian media. Jika ditelaah lebih lanjut, keempat topik tersebut memiliki
struktur bangunan sebagai sebuah ilmu yaitu adanya definisi, teori atau aksioma atau
postulat, dan hukum atau prinsip-prinsip.Contoh-contoh dari produk ilmu komunikasi
diantaranya:
- Jurnalisme: proses mengumpulkan, menilai, menciptakan, dan menyajikan berita dan
informasi.
- Public Relations: sebuah fungsi manajemen yang membangunan dan mengelola
hubungan yang saling menguntungkan antara sebuah organisasi dengan publik sebagai
dasar moral dan etika profesi.
- Periklanan: berbagai bentuk berbayar dari sebuah presentasi non personal dan
merupakan sarana promosi dari berbagai ide, barang dan pelayanan yang dilakukan
oleh sebuah sponsor yang teridentifikasi.
- Kajian media: mempelajari peran dinamis media dalam masyarakat.
Secara umum, hal di atas merupakan hasil dari adanya komunikasi sebagai ilmu. Masih banyak
lagi hasil dari produk komunikasi. Saat ini di era digital bermunculan produk ilmu komunikasi
yang baru dan berkembang dengan dasar dasar keilmuan yang telah disebutkan di atas.
Contoh profesi dari ilmu komunikasi diantaranya: announcer, news anchor, MC, public relations
officer, event organizer, social media manager, youtuber dan masih banyak lagi.

6. Pada hakikatnya aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan yang didasarkan tiga masalah
pokok yaitu: Apakah yang ingin diketahui, bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan
apakah nilai pengetahuan tersebut. Oleh karena itu, ilmu tidak terlepas dari landasan
ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi membahas apa yang ingin diketahui
mengenai teori tentang “ ada “ dengan perkataan lain bagaimana hakikat obyek yang
ditelaah sehingga membuahkan pengetahuan. Epistemologi membahas tentang bagaimana
proses memperoleh pengetahuan. Dan aksiologi membahas tentang nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Obyek telaah ontologi adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan tertentu, ontologi
membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat
setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya. Ditinjau dari segi
ontologi, ilmu membatasi diri pada kajian yang bersifat empiris.
Objek penelaah ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca
indera manusia. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hal-hal yang sudah berada diluar
jangkauan manusia tidak dibahas oleh ilmu karena tidak dapat dibuktikan secara
metodologis dan empiris, sedangkan ilmu itu mempunyai ciri tersendiri yakni berorientasi
pada dunia empiris. Berdasarkan objek yang ditelaah dalam ilmu pengetahuan dua macam:
1. Obyek material (obiectum materiale, material object) ialah seluruh lapangan atau bahan
yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu.
2. Obyek Formal (obiectum formale, formal object) ialah penentuan titik pandang terhadap
obyek material

Kajian epistemologi membahas tentang bagaimana proses mendapatkan ilmu pengetahuan,


hal-hal apakah yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar, apa
yang disebut kebenaran dan apa kriterianya. Objek telaah epistemologi adalah
mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang, bagaimana kita mengetahuinya,
bagaimana kita membedakan dengan lainnya, jadi berkenaan dengan situasi dan kondisi
ruang serta waktu mengenai sesuatu hal. Jadi yang menjadi landasan dalam tataran
epistemologi ini adalah proses apa yang memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika,
etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan
moral dan keindahan seni, apa yang disebut dengan kebenaran ilmiah, keindahan seni dan
kebaikan moral.

Epistemologi dapat diawali dengan langkah-langkah : perumusan masalah, penyusunan


kerangka pikiran, perumusan hipotesis, dan penarikan kesimpulan

Selanjutnya yang disebut aksiologi, yaitu aksiologi adalah untuk apa pengetahuan itu
digunakan? Bagaimana hubungan penggunaan ilmiah dengan moral etika? Bagaimana
penentuan obyek yang diteliti secara moral? Bagimana kaitan prosedur ilmiah dan metode
ilmiah dengan kaidah moral?
Berkaitan dengan etika, moral, dan estetika maka ilmu itu dapat dibagi menjadi dua
kelompok:
1. Ilmu bebas nilai:
2. Ilmu tidak bebas nilai

Nilai kegunaan ilmu tergantung dari manusia yang memanfaatkannya. Dalam realitas
manusia terdiri dari dua golongan ;pertama golongan yang mengatakan bahwa ilmu itu
bebas mutlak berdiri sendiri. Golongan kedua berpendapat bahwa ilmu itu tidak bebas nilai.
Adapun dalam Islam ilmu itu tidak bebas nilai ia dilandasi oleh hokum normatif
transendental. Nilai yang menjadi dasar dalam penilaian baik buruknya segala sesuatu
dapat dilihat dari nilai etika (agama) dan estetika.

7. Etika, Logika dan Estetika


a. Etika
Etika adalah cabang dari filsafat yang membicarakan tentang nilai baikburuk. Etika disebut
juga Filsafat Moral. Etika membicarakan tentang pertimbangan pertimbangan tentang
tindakan-tindakan baik buruk, susila tidak susila dalam hubungan antar manusia. Etika dari
bahasa Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan moral dari kata
mores yang berarti cara hidup atau adat. Ada perbedaan antara etika dan moral. Moral lebih
tertuju pada suatu tindakan atau perbuatan yang sedang dinilai, bisa juga berarti sistem
ajaran tentang nilai baik buruk. Sedangkan etika adalah adalah pengkajian secara
mendalam tentang sistem nilai yang ada, Jadi etika sebagai suatu ilmu adalah cabang dari
filsafat yang membahas sistem nilai (moral) yang berlaku. Moral itu adalah ajaran system
nilai baik-buruk yang diterima sebagaimana adanya, tetapi etika adalah kajian tentang
moral yang bersifat kritis dan rasional. Contoh etika adalah kita jika melakukan kesalahan
perlu meminta maaf. Hal tersebut berkaitan dengan apa yang benar dan salah.

b. Logika
Logika berasal dari kata Yunani kuno, logos yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran
yang diutarakan lewat kata, dinyatakan dalam bahasa. Logika juga merupakan suatu
keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek, hal ini yang
menyebabkan logika disebut dengan filsafat yang praktis, dalam proses pemikiran, terjadi
pertimbamgan, menguraikan, membandingkan dan menghubungkan pengertian yang satu
dengan yang lain. Logika ini berguna dalam melakukan penyelidikan/menganalisa,
merumuskan, serta juga menerapkan peraturan, sehingga logika ini bukan merupakan teori
saja melainkan merupakan suatu keterampilan dalam menerapkan peraturan mengenai
pemikiran dalam prakterk atau juga tindakan.

Contohnya adalah ketika kita menghadapi masalah terlambat datang ke kantor karena
kesiangan, logika berpikir bagaimana agar tidak terlambat yaitu menghidupkan alarm agar
tidak terlambat bangun.

c. Estetika
Estetika merupakan cabang filsafat yang memuat keindahan. Estetika merupakan ilmu
yang membahas bagaimana keindahan dapat terbentuk, serta bagaimana agar bisa
merasakannya.
Menurut Bruce Allsopp (1977), estetika adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang proses dan aturan dalam menciptakan suatu karya seni, yang
diharapkan bisa menimbulkan perasaan positif bagi orang yang melihat dan merasakannya.
Pada dasarnya estetika memiliki manfaat penting bagi manusia. Selain untuk ilmu
pengetahuan, keberadaan estetika juga membuat seseorang dapat menikmati seni dan
keindahan.
Contoh estetika adalah dalam sebuah karya sastra yang menciptakan irama yang merdu,
nikmat didengar, menarik dan penuh pesona untuk didendangkan dan lain sebagainya. Nilai estetis
tersebut mampu memberi hiburan, kepuasan, kenikmatan, dan kebahagiaan batin bagi penikmat
karya tersebut.
B. TUGAS IMPLEMENTASI

Jurnal : Does social media matter for post typology? Impact of post content on Facebook
and Instagram metrics
Penerbit : Emerald Group Publishing, 2016

1. Substansi yang diteliti yaitu mengenai media sosial dan dampaknya melalui jenis unggahan
yang dipost diantaranya iklan, event, promosi dan informasi.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui bagaimana mengukur dampak dari jenis post/unggahan
media sosial dalam dua unsur yaitu likes dan comment. Media sosial yang ditelaah adalah
facebook dan instargam.
2. Peneliti telah melakukan prosedur ilmiah diketahui dengan adanya rumusan masalah yang
diketahui dan menggunakan metode penelitian analisis regresi berganda dengan jumlah
1.849 post dari 5 perusahaan yang berbeda, lalu ditemukannya hipotesis dari penelitian dan
kesimpulan dari penelitian di jurnal ini. Selain itu juga adanya penjabaran mengenai apa
saja penelitian yang dilakukan. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu media sosial seperti
Facebook dan Instagram lebih efisien digunakan untuk melakukan promosi sehingga
menimbulkan keinginan konsumen untuk membeli produk.
3. Nilai guna dari jurnal ini secara teoritis dapat memberikan ilmu atau teori baru mengenai
cara-cara melakukan promosi melalui media sosial, secara praktis adalah memberikan
masukan kepada akademisi dan social media manager agar dapat meningkatkan indikator
komunikasi interaksi dalam postingan. Pentingnya bagi perusahaan memahami dinamika
ini karena akan berhubungan dengan individu yang menikmati setiap postingan yang
dibagikan serta mengomentari, juga membagikannya kembali.
Sumber referensi:

Achmad Charis Zubai, 1987, Kuliah Etika, Rajawali, Jakarta

Alex Lanur. Logika: Selayang Pandang. Yogyakarta: Kanisius, 1983. W. Pespoprodjo dan T.
Gilareso. Logika Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis.
Bandung: Pustaka Grafika, 2011.

Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet. X; Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1990)

Bahrum. 2013. ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI. Volume 8 Nomor 2 Tahun


2013
Ruang Ilmu, Perbedaan dan Hubungan antara Filsafat Ilmu dan Agama, diakses 14 November
pukul 22.06

Anda mungkin juga menyukai