Anda di halaman 1dari 23

Prosedur Pengukuran

Kebisingan Suara (Indoor)


Zubair Aman Daulay, ST, MM
FST UINSU
A. Indoor Measurement

 A.1. General

 These requirements relate to the measurement of internal noise


levels in Part X of the Policy, and for other purposes where
exceptional measurement of internal noise levels may be required.
A.2. Microphone position

• The microphone must be located at least 1 m from walls


and other major reflecting surfaces, 1.2 metres above
the floor and at least 1.5 metres from any windows. If
these distance conditions cannot be met, variations are
to be noted.
• The presence of discrete frequencies or narrow band
signals may cause the sound pressure level inside a
building to vary spatially within a particular area. Where
this occurs, the sound level must be determined as the
highest level measured in the occupied location(s).
A.3. Condition of the building

 Where the space is naturally ventilated, at least half of the area of


ventilation openings must be open during measurements. All neighbouring
spaces in the building must be occupied with normal activities in progress.
 Any building services such as ventilation systems, air conditioning systems,
lifts, plumbing and lighting must be operating normally.
A.4. Adjustment for intrusive or
dominant characteristics
 Indoor measurements must be adjusted for intrusive or dominant
characteristics if present, unless the characteristics result solely from the
influence of the building.

 Dari buku Noise_Measurement_Procedures_Manual


B.1. Noise Mapping

 Noise Mapping adalah tampilan grafis dari rata-rata Tingkat Tekanan Bunyi
pada beberapa lokasi yang diberikan.
 Near field adalah area yang dekat dengan sumber bunyi, dimana gerakan
medium didominasi oleh aliran hidrodinamik lokal/radiasi bunyi yang
diradiasikan dari sumber bunyi sedangkan far field adalah area yang jauh dari
sumber bunyi, dimana gerakan medium didominasi oleh perambatan
gelombang bunyi.
 Kebisingan dihubungkan dengan beberapa faktor,antara lain:
 Intensitas
 Intensitas bunyi yang ditangkap oleh telinga berbanding lurus dengan logaritma kuadrat
tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat didengar. Tingkat
tekanan bunyi diukur dengan skala logaritma dalam decibel (dB).
 Frekuensi
 Frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak antara 20 hingga 20000
Hz. Frekuensi bicara terletak pada rentang 500 – 2000 Hz.
 Bunyi dengan frekuensi paling tinggi merupakan bunyi yang paling berbahaya.
 Durasi
 Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya bunyi bising tersebut berlangsung,
dan berhubungan dengan jumlah total energy yang mencapai telinga dalam. Sehingga
perlu dilakukan pengukuran semua elemen akustik yang dapat mengakibatkan kebisingan.
 Sifat
 Sifat ini mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil, berfluktuasi,
intermiten). Berdasarkan sifat ini, bising yang paling berbahaya adalah bising impulsive,
yang terdiri dari satu atau lebih lonjakan energi dengan durasi kurang dari satu detik.
 Transmission Loss
 Kebisingan juga dipengaruhi dengan berkurangnya jumlah decibel energi bunyi datang
pada partisi bila melewati suatu struktur.
B.2. Jenis Kebisingan
Kebisingan sangat beragam jenisnya dan dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa
kriteria.Berikut ini adalah jenis kebisingan berdasarkan sifatnya menurut Roestam (2004):
 Bising Kontinyu dengan spektrum frekuensi luas
 Bising jenis ini merupakan bising yang relative tetap dalam amplitudo kurang lebih 5 dB untuk
periode 0,5 detik berturut-turut. Contoh untuk kebisingan jenis ini adalah bunyi kipas angin dan
suara di dalam kokpit helikopter. Bising kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit Bising ini
juga relatif tetap,namun hanya memiliki frekuensi saja (pada frekuensi 500,1000 dan 4000
Hz).Contoh bising jenis ini adalah gergaji sirkuler dan suara katup gas.
 Bising Terputus-putus
 Bising ini tidak terjadi secara terus menerus,melainkan pada periode relatif tenang.Misalnya
adalah suara lalu lintas.
 Bising impulsive
 Bising ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 Db dalam waktu yang sangat cepat dan
mengejutkan pendengarannya.Contohnya daalah ledakan bom dan suara tembakan.
 Bising impulsive berulang
 Bising ini sama dengan bising impulsif, namun terjadi berulang-ulang. Misalnya adalah mesin
tempa.
B.3. Medan Bunyi
Berikut ini adalah pembagian medan bunyi menurut ISO 12001 :
 Near Field
 Adalah daerah yang dekat dengan sumber dimana tekanan suara dan kecepatan partikel akustik
tidak dalam satu fasa. Pada daerah ini bidang suara tidak berkurang sebesar 6 dB setiap kali
jarak dari sumber meningkat (seperti halnya pada far field).
 Far Field
 Adalah Far field dimulai dimana daerah terakhir pada near field dan meluas sampai tak
terbatas. Transisi dari near field ke far field adalah bertahap di daerah transisi.
 Free Field
 Adalah daerah dimana suara dapat merambat bebas dari segala bentuk halangan. Daerah ini
dapat dicirikan dengan mudah dimana nilai SPL akan berkurang 6 dB setiap kelipatan jarak SLM
dari sumber bunyi. Pengukuran bising sangat direkomendasikan pada daerah ini.
 Direct Field
 Direct field dari sumber suara didefinisikan sebagai bagian dari bidang suara yang tidak
mengalami refleksi apapun dari setiap permukaan ruang ataupun hambatan.
 Reverberant field
 Bagian dari bidang suara yang dipancarkan oleh sumber yang telah mengalami setidaknya satu
refleksi dari batas ruang ataupun dari sumber sendiri.
B.4. PERCOBAAN

Peralatan Percobaan
 Pada percobaan ini alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut :
 Sound Level Meter (alat ukur tingkat tekanan bunyi)
 Roll meter
 Speaker pasif
 Sumber bunyi (file untuk dimainkan di laptop/PC)
 Kapur
Prosedur Percobaan
Adapun prosedur prosedur percobaan dibagi menjadi dua, yaitu noise mapping
dan tingkat tekanan bunyi sebagai berikut :
 Noise mapping
Pada percobaan ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Mengukur panjang dan lebar dengan ukuran 9x6 meter dengan pemetaan setiap
1x1 meter.
b) Merangkai peralatan seperti pada gambar berikut

Gambar 3.1 Susunan alat yang digunakan


c) Sumber bunyi berupa sinyal generator disiapkan pada laptop/PC.
d) Sumber bunyi dimainkan dengan mode looping dan diletakkan pada bagian
tengah atau pusat area pengukuran seperti pada gambar berikut.

Gambar 3.2 Area pengukuran dan posisi sumber bunyi


e) Mengukur TTB pada setiap titik pemetaan sebanyak tiga kali pengukuran
setiap lima detik pada setiap titik menggunakan Sound Level Meter. Titik yang
diukur adalah area utama dan 5 titik yang berjarak 4 meter di sebelah barat
area utama.
f) Mencatat setiap data yang diperoleh, kemudian dibuat noise mapping pada
software Surfer.
Hasil Penelitian Peta Kebisingan
C. KARAKTERISTIK AKUSTIK RUANG :
Waktu Dengung
Latar Belakang
 Setiap ruangan mempunyai karakteristik akustik yang tergantung pada
besarnya volumenya dan bahan-bahan dinding, lantai, langit-langit dan
perabot yang ada di dalam ruangan tersebut.
 Salah satu karakteristik akustik ruang disebut waktu dengung. Semakin besar
nilai waktu dengung maka ruangan itu semakin berdengung.
 Efek dari nilai waktu dengung ini adalah dapat mengakibatkan ketidakjelasan
pembicaraan. Para ahli telah memberikan nilai rekomendasi untuk setiap
ruang, misalnya untuk ruang kelas waktu dengung yang direkomendasikan
sebesar 0,5 detik untuk frekuensi bunyi 500 Hz (Beranek, Acoustics, 1957)
Teori

 Kumpulan dari semua bunyi yang telah mengalami pantulan disebut bunyi
dengung. Energi bunyi akan berkurang pada saat setelah sumber bunyi
dimatikan.
 Waktu dengung (T) adalah waktu yang diperlukan oleh bunyi dengung supaya
energinya berkurang menjadi 10-6 dari energi saat sumber dimatikan. Dari
definisi di atas, dapat ditulis :

D (T) = 10-6 Do
 Pada temperatur 220 C atau 71,60 F, kecepatan gelombang bunyi C = 343 m/s
atau C = 1130 ft/s, sehingga persamaan (2.8) menjadi :

 T= (satuan Metrik)

Atau

 T= (satuan British)
 dalam ruang yang besar (misal auditorium), absorpsi bunyi oleh udara tidak dapat
diabaikan, sehingga waktu dengung (T) untuk ruang yang besar adalah :

 T= (satuan Metrik)

atau

 T= (satuan British)

 Dengan : m = konstanta attenuasi energi bunyi, m-1 (ft-1)


 A = absorpsi total ruang, m2 (ft2)
Peralatan yang digunakan :
1. Dua buah laptop (1 untuk dihubungkan dengan loudspeaker dan satu lagi
untuk hubungkan dengan Sound Level Meter)
2. Loudspeaker dengan amplifier atau loudspeaker aktif
3. Meteran gulung
Cara Melakukan Percobaan :
1. Siapkan laptop dengan software Real Time Analyzer dan hubungkan
loudspeaker ke laptop.
2. Letakkan loudspeaker di depan dinding (dinding A) pada jarak 1/3 dari
panjang antara dinding tersebut dengan dinding yang di hadapannya (dinding
B), dan arahkan loudspeaker ke dinding depannya (dinding B).
3. Siapkan laptop dengan software Real Time Analyzer dan hubungkan Sound
Level Meter ke laptop.
4. Tentukan posisi titik ukur di depan loudspeaker pada jarak 1/3 dari panjang
antara dua dinding A dan B.
5. Ukur Tingkat Tekanan Bunyi Latar Belakang (Background Noise) dan catat.
6. Bangkitkan bunyi dengan frekuensi 31.5 Hz, dan atur volumenya hingga
Tingkat Tekanan Bunyi di posisi Sound Level Meter ≥ 65 dB dari Tingkat
Tekanan Bunyi Latar Belakang.
7. Matikan Sumber Bunyi, dan catat nilai waktu dengung pada table 1 di bawah
ini.
8. Ulangi langkah 5 dan 6 dengan mengganti frekuensi bunyi 63, 125, 250, 500,
1000, 2000, 4000, 8000, 16000 Hz.
FREKUENSI BUNYI, Hz WAKTU DENGUNG, detik
31.5
63
125
250
500
1000
2000
4000
8000
16000
 Bandingkan nilai Waktu Dengung yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan
persamaan ( 2.9) dan persamaan (2.13). Bagaimana pendapat anda tentang
hasil ini ?
 Apakah ruang kelas ini memenuhi standar yang direkomendasikan?
 Berilah kesimpulan tentang percobaan ini.

Anda mungkin juga menyukai