Anda di halaman 1dari 9

Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan
dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga
dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi
yang menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran.
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran
sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga molekulmolekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang
rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan
gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan
waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan
Sumber kebisingan
Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran
baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat
berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat
pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat di
klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu

Mesin; kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.


Vibrasi; kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat
gesekan, benturan atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda
gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
Pergerakan udara, gas dan cairan; kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara,
gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur
cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.

Jenis Kebisingan
Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat dibagi sebagai berikut:
1. Bising yang kontinyu: bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB
dan tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
o Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. bising ini
relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturutturut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun.
o Norrow Spectrumadalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya
mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya
gergaji sirkuler, katup gas.

2. Bising terputus-putus: bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu
bising yang berlangsung secar tidak terus-menerus, melainkan ada periode relatif
tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta api.
3. Bising impulsif: bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB
dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara
tembakan, suara ledakan mercon, meriam.
4. Bising impulsif berulang: sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi
berulang-ulang, misalnya mesin tempa.
Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi atas :
1. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Merupakan bising yang mempunyai
intensitas tidak terlalu keras, misalnya mendengkur.
2. Bising yang menutupi (Masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas, secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja , karena teriakan atau isyarat tanda bahaya
tenggelam dalam bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise). Merupakan bunyi yang
intensitasnya melampui Nilai Ambang Batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau
menurunkan fungsi pendengaran.
Penyebab kebisingan
Beberapa faktor terkait kebisingan yaitu:
1. Frekuensi. Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik)
dengan satuan Hz. Frekuensi yang dapat didengar manusia 20-20.000 Hz. Frekuensi
dibawah 20 Hz disebut Infra Sound sedangkan frekuensi diatas 20.000 Hz disebut
Ultra Sound. Suara percakapan manusia mempunyai rentang frekuensi 250 4.000
Hz. Umumnya suara percakapan manusia punya frekuensi sekitar 1.000 Hz.
2. Intensitas suara. Intensitas didefinisikan sebagai energi suara rata-rata yang
ditransmisikan melalui gelombang suara menuju arah perambatan dalam media.
3. Amplitudo. Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber
suara pada arah tertentu.
4. Kecepatan suara. Kecepatan suara adalah suatu kecepatan perpindahan perambatan
udara per satuan waktu.
5. Panjang gelombang. Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan
suara untuk satu siklus.
6. Periode. Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitudo, satuan
periode adalah detik.
7. Oktave band. Oktave band adalah kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara
yang dapat di dengar dengan baik oleh manusia. Distribusi frekuensi-frekuensi
puncak suara meliputi Frekuensi : 31,5 Hz 63 Hz 125 Hz 250 Hz 500 Hz
1000 Hz 2 kHz 4 kHz 8 kHz 16 kHz.

8. Frekuensi bandwidth. Frekuensi bandwidth dipergunakan untuk pengukuran suara di


Indonesia.
9. Pure tune.Pure tone adalah gelombang suara yang terdiri yang terdiri hanya satu jenis
amplitudo dan satu jenis frekuensi.
10. Loudness.Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap suara pada amplitudo
tertentu satuannya Phon. 1 Phon setara 40 dB pada frekuensi 1000 Hz
11. Kekuatan suara. Kekuatan suara satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara
per satuan waktu.
12. Tekanan suara. Tekanan suara adalah satuan daya tekanan suara per satuan
Pengukuran Kebisingan
Setelah mengetahui pengertian kebisingan serta jenis dan penyebab bising maka, untuk
mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sound
Level Meter. Ada tiga cara atau metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja.

Pengukuran dengan titik samplingPengukuran ini


dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang
batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja.
Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk
mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu
peralatan sederhana, misalnya Kompresor/generator.
Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan,
misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga
harus diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang
digunakan.
Pengukuran dengan peta konturPengukuran dengan
membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam mengukur kebisingan, karena peta
tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area.
Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet pada kertas berskala yang
sesuai dengan pengukuran yang dibuat. Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk
menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau untuk kebisingan dengan intensitas
dibawah 85 dBA warna orange untuk tingkat kebisingan yang tinggi diatas 90 dBA,
warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85 90 dBA.
Pengukuran dengan GridUntuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat
contoh data kebisingan pada lokasi yang di inginkan. Titiktitik sampling harus dibuat
dengan jarak interval yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi
dibagi menjadi beberpa kotak yang berukuran dan jarak yang sama, misalnya : 10 x
10 m. kotak tersebut ditandai dengan baris dan kolom untuk memudahkan identitas.

Nilai Ambang Batas Kebisingan


Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian
besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk

kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih
dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk
waktu terus-menerus tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu
maksimum bekerja adalah sebagai berikut

Zona Kebisingan
Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan
Zona A : Intensitas 35 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat
perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya.
Zona B : Intensitas 45 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan
dan rekreasi.
Zona C : Intensitas 50 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, Perdagangan dan
pasar.

Zona D : Intensitas 60 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA,
terminal bis dan sejenisnya.
Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association)
Zona A: intensitas > 150 dB daerah berbahaya dan harus dihindari
Zona B: intensitas 135-150 dB individu yang terpapar perlu memakai pelindung telinga
(earmuff dan earplug)
Zona C: 115-135 dB perlu memakai earmuff
Zona D: 100-115 dB perlu memakai earplug
Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan
Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat menyebabkan berbagai
gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan
ketulian. Ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya
gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti gangguan komunikasi,
ancaman bahaya keselamatan, menurunya performan kerja, stres dan kelelahan. Lebih rinci
dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut:
1. Gangguan Fisiologis; Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu,
apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa
peningkatan tekanan darah ( 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh
darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan
gangguan
sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini
disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam
yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak
nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ,
kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
2. Gangguan Psikologis; Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama
dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan
dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi; Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect
(bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara.
Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini
menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya
kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi
ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.
4. Gangguan Keseimbangan; Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan
berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan
fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
5. Efek pada pendengaran; Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan
pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah

diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada
pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan
di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising
maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai
pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan
akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan. Macammacam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas :
Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift=TTS); diakibatkan pemaparan
terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami penurunan
daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu
singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya
dengarnya akan pulih kembali.
Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS); diakibatkan waktu paparan yang
lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor seperti :tingginya level
suara,lama paparan, spektrum suara, temporal patternbila kebisingan yang
kontinyu maka kemungkinan terjadi TTS akan lebih besar, kepekaan individu,
pengaruh obat-obatanbeberapa obat-obatan dapat memperberat (pengaruh
synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya
quinine, aspirin, dan beberapa obat lainnya, dan keadaan kesehatan.
Trauma Akustik; Trauma akustik adalah setiap perlukaan yang merusak sebagian
atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal
atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakanledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat
memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf
sensoris pendengaran.
Prebycusis; Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan
gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis
(menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus diperhitungkan jika
menilai penurunan daya dengar akibat pajanan bising ditempat kerja.
Tinitus; Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan
pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang
dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening
seperti saat tidur malam hari atau saat berada diruang pemeriksaan audiometri
(ILO, 1998).

Getaran

Pengertian Getaran
Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan
arah bolakbalik dari kedudukan keseimbangannya. Intensitas getaran diukur dengan vibrasi
meter, dimana sensor diletakkan pada tangan untuk jenis HAV pada 3 sumbu (x, y, z).
Sedangkan untuk jenis WBV, sensor diletakkan pada tempat pijakan karyawan tersebut. Nilai
Ambang Batas (NAB) getaran yang ditetapkan sesuai KEP.51 / MEN / 1999 yaitu 4 m/det2.
Jenis Jenis Getaran
1. Getaran karena gerakan udara
Menurut Gierke dan Nixon (1976) getaran udara disebabkan oleh benda bergetar dan
diteruskan melalui udara sehingga akan mencapai telinga. Getaran dengan frekuensi 1-20 Hz
tidak akan menimbulkan gangguan vestibulur. yaitu kehilangan keseimbangan dan mualmual.
2. Getaran mekanis
Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2000:87) Getaran mekanis dapat diartikan sebagai
getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis yang sebagian dari getaran ini
sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita.
Getaran mekanis dapat dibedakan berdasarkan pajanannya. Terdapat dua bentuk yaitu getaran
seluruh badan dan getaran tangan lengan.
a. Getaran seluruh badan (Whole Body Vibration)
Getaran pada seluruh badan yaitu terjadi getaran pada tubuh pekerja yang bekerja sambil
duduk atau sedang berdiri dimana landasannya yang menimbulkan getaran. Biasanya
frekuensi getaran ini adalah sebesar 5-20 Hz. Getaran seperti ini biasanya dialami oleh
pengemudi kendaraan seperti : traktor, bus, helikopter, atau bahkan kapal.
b. Getaran tangan lengan (Hand Arm Vibration )
Getaran tangan lengan yaitu getaran yang merambat melalui tangan akibat pemakaian
peralatan yang bergetar, frekuensinya antara 20-500 Hz. Frekuensi yang paling berbahaya

adalah pada 128 Hz, karena tubuh manusia sangat peka pada frekuensi ini. Getaran ini terjadi
pada pekerjaan seperti : Operator gergaji rantai, Tukang potong rumput, Gerinda, dan
pengeboran.

1.
2.
3.

4.
5.

6.

Efek Getaran
Efek yang ditimbulkan oleh getaran yaitu :
Gangguan kenikmatan dalam bekerja
Cepat lelah, disebabkan menambahnya tonus otot-otot oleh karena getaran dibawah frekuensi
20 Hz. Kontraksi statis ini mengakibatkan penimbunan asam laktat dalam jaringan tubuh
Gangguan penglihatan, pada frekuensi sampai dengan 4 Hz, mata masih dapat mengikuti
gerakan gerakan yang berada antara kepala dan objek yang dilihat, sedangkan untuk
frekuensi yang lebih tinggi mata tidak memiliki kemampuan untuk mengikuti gerakan
tersebut.
Efek Neurologik, buku jari ujung mengalami kesemutan
Kelainan pada persyarafan dan peredaran darah
Gejala kelainan ini mirip dengan Phenomena Raynoud yaitu keadaan pucat dan biru dari
anggota badan, kedinginan, tanpa ada penyumbatan pembuluh darah tepi dan kelainan gizi.
Phenomena Raynoud ini terjadi pada frekuensi sekitar 30-40 Hz.
Kerusakan pada persendian dan tulang
Sebab utama kerusakan persendian atau tulang adalah akibat kekerasan tulang rawan yang
disebabkan oleh getaran. Gejalanya adalah rasa nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi
sendi.
Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir dari penyakit masih memungkinkan mereka
bekerja dengan alat-alat yang bergetar. Namun pada berbagai hal, penyakit demikian
memburuk, sehingga kapasitas kerja terganggu dan tenaga kerja harus menghentikan
pekerjaannya. Dari sudut cacat kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya dibanding dengan
hilangnya perasaan tangan dan tidak dapat digunakan sebagai mestinya. Hal ini terutama
berat bagi pekerjaan dengan tangan kanan yang memerlukan ketelitian.

Pengendalian Getaran
Pengendalian getaran dibedakan atas :
a. Pengendalian Secara Teknis
Mengunakan peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya (dilengkapi dengan damping /
peredam)
Menambah atau menyisipkan damping diantara tangan dan alat, misalnya membalut
pegangan alat dengan karet
Menggunakan bantalan tempat duduk atau injakan kaki yang berisikan kapuk atau busa
Memelihara / merawat peralatan dengan baik. Dengan mengganti bagian-bagian yang aus
atau memberikan pelumasan
Meletakkan peralatan dengan teratur.
Alat yang diletakan diatas meja yang tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan getaran di
sekelilingnya
Menggunakan remote kontrol

Tenaga kerja tidak terkena paparan getaran, karena dikendalikan dari jauh.
b. Pengendalian Secara Administratif
Yaitu dengan Mengatur waktu kerja, misalkan:
Merotasi pekerjaan
Apabila terdapat suatu pekerjaan yang dilakukan oleh 3 orang, maka dengan mengacu pada
NAB yang ada, paparan getaran tidak sepenuhnya mengenai salah seseorang, akan tetapi
bergantian, dari A,B kemudian C.
Mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat pendek (minimal 2 menit setiap 30 menit
kerja pada bagian tangan yang terpapar dengan getaran langsung)
Mengurangi waktu pemaparaan terhadap getaran
Waktu pemaparan
per hari kerja ( jam )
4-<8
2-<4
1-<2
<1

Nilai percepatan
(meter / detik2)
4
6
8
12

Nilai percepatan
(g meter / detik2)
0,41
0,61
0,81
1,22

c. Pengendalian Secara Medis


Pada saat awal, dan kemudian pemeriksaan berkala setiap 5 tahun sekali. Sedangkan untuk
kasus yang berlanjut, maka interval yang diambil adalah 2-3 tahun sekali. Pemeriksaan
sebelum penempatan dan pemeriksaan berkala mempermudah pengenalan dini individuindividu yang terutama rentan dan membantu mengurangi meluasnya masalah.
d. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan yang telah
dilengkapi peredam getar (busa).

Sumber:

Kepmenkes Nomor 1405 /2002


Kepmenaker Nomor 51/1999
Nasri, Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat Kerja, 1997
Sastrowinoto, Penanggulangan Dampak Pencemaran Udara Dan Bising Dari Sarana
Transportasi, 1985
Widya Ambar,Pencemaran Udara, 1999

Anda mungkin juga menyukai