NOISE DOSIMETER
Disusun oleh :
Zeta Zahwa (2013201010)
Dosen Pengampu :
Entianopa, SKM, M.Kes
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang
sangat pesat dalam bidang industri, sarana transportasi, perluasan daerah
pemukiman dan lain sebagainya. Dampak dari perkembangan tersebut antara
lain banyaknya pemukiman dan sarana kegiatan manusia sehari-hari lainnya
yang berdekatan dengan sumber kebisingan seperti: daerah industri,
berhadapan langsung dengan jalan raya, bandar udara, rel kereta api dan lain-
lain sebagainya. Pertumbuhan jumlah kendaraan di Indonesia dari tahun ke
tahun meningkat rata-rata 125 setiap tahunnya. Pencatatan hasil dari Badan
Pusat Statistik pada tahun 2013, kendaraan yang paling banyak digunakan
masyarakat adalah kendaraan bermotor dengan jumlah 104,18 juta kendaraan.
Seiring dengan meningkatnya perkembangan tersebut, membawa dampak
negatif bagi kehidupan manusia yang salah satunya adalah kebisingan.
Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau
kegiatan dalam tingkat dan waktu dan tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Kepmen LH No
48. tahun 1996). Jenis pekerjaan yang melibatkan paparan terhadap
kebisingan antara lain pertambangan, pembuatan terowongan, mesin berat,
penggalian (pengeboman, peledakan), mesin tekstil, dan uji coba mesin jet.
Kebisingan merupakan suatu masalah yang berdampak langsung dan
mengganggu kegiatan manusia sehari-hari bahkan mengancam tingkat
kenyamanan dan kesehatan manusia. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk
menjaga kenyamanan dan kelestarian lingkungan, maka diperlukan
usahausaha untuk mengurangi dampak negatif tersebut berupa pengendalian
kebisingan. Pengendalian kebisingan dapat dilakukan dengan tiga metode
yaitu pengendalian pada sumber, pengendalian pada medium dan
pengendalian pada penerima. Ada dua cara pengendalian pada sumber,
pertama secara teknologi yaitu dengan mengganti atau menciptakan mesin,
1
perkakas atau sumber bising lainnya yang ramah lingkungan. Cara kedua
pengendalian kebisingan lingkungan pada sumber adalah dengan
dikeluarkannya regulasi berupa keputusan oleh Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 48/MENLH/11/1996.
Pengendalian tersebut harus dilakukan dengan pengukuran kebisingan
di area kerja maupun personal pekerja tersebut. Pengukuran dilakukan oleh
orang-orang yang mampu mengoperasikan alat pengukur kebisingan dengan
baik dan benar. Pengukuran tersebut dapat dilakukan sesuai Standar
Operating Prosedure (SOP) penggunaan alat. Data hasil yang didapat dapat
dihitung dan dibandingkan dengan standar kebisingan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara mengukur kebisingan dengan menggunakan Noise
Dose Meter
2. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis dari kebisingan
3. Untuk mengidentifikasi sumber kebisingan
4. Untuk menganalisis hasil pengukuran dari kebisingan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Suara
Suara adalah sensasi yang sewaktu vibrasi longitudinal dari
molekul-molekul udara, yang berupa gelombang mencapai membrana
timpani dari telinga (Perhimpunan Ahli Telinga, Hidung, dan
Tenggorokan Indonesia, 1985). Tambunan (2005), menyatakan bahwa
dalam konteks keselamatan dan kesehatan kerja, pembahasan suara
(sound) agak berbeda dibandingkan pembahasan-pembahasan suara
dalam ilmu fisika murni maupun fisika terapan. Dalam K3, pembahasan
suara lebih terfokus pada potensi gelombang suara sebagai salah satu
bahaya lingkungan potensial bagi pekerja di tempat kerja beserta teknik-
teknik pengendaliannya.
b. Pengertian Kebisingan
Berdasarkan Kepmenaker No. Kep-51/Men/1999, kebisingan
adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat,
proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
kesehatan dan pendengaran. Menurut Suma’mur (2009), bunyi atau suara
didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengaran dalam telinga
oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber bunyi
atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau
penghantar lainnya, dan manakala bunyi atau suara tersebut tidak
dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul diluar kemauan orang
yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan
sebagai kebisingan. Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak
dikehendaki. Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga
kerja, seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan
komunikasi dan ketulian, atau ada yang menggolongkan gangguannya
4
berupa gangguan pendengaran, misalnya gangguan terhadap pendengaran
dan gangguan pendengaran seperti komunikasi terganggu, ancaman
bahaya keselamatan, menurunnya performa kerja, kelelahan dan stres.
Jenis pekerjaan yang melibatkan paparan terhadap kebisingan
antara lain pertambangan, pembuatan terowongan, mesin berat,
penggalian (pengeboman, peledakan), mesin tekstil, dan uji coba mesin
jet. Frekuensi kebisingan juga penting dalam menentukan perasaan yang
subjektif, namun bahaya di area kebisingan tergantung pada frekuensi
bising yang ada (Ridley, 2003). Yang dimaksud dengan “tuli akibat kerja”
yaitu gangguan pendengaran parsial atau total pada satu atau kedua
telinga yang didapat di tempat kerja. Termasuk dalam hal ini adalah
trauma akustik 10 dan tuli akibat kerja karena bising. Industri yang
menghasilkan pajanan 90 dBA atau lebih ditemukan pada pabrik tekstil,
penggergajian kayu, industri mebel, produk-produk yang menggunakan
bahan baku logam, dan industri otomotif.
c. Jenis-jenis Kebisingan
1. Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi
atas :
a) Bising kontinyu dengan spektrum frekuensi luas
Bising jenis ini merupakan bising yang relatif tetap dalam batas
amplitudo kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-
turut. Contoh : mesin diesel, kipas angin, dapur pijar.
b) Bising kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit
Bising ini relatif tetap dan hanya pada frekuensi tertentu saja
(misal 5000, 1000 atau 4000 Hz), misalnya suara gergaji
sirkuler, suara katup gas.
c) Bising terputus-putus
Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu
kebisingan tidak berlangsung terus menerus, melainkan ada
periode relatif tenang. Contoh kebisingan ini adalah suara lalu
lintas, kebisingan di lapangan terbang dan lain-lain.
d) Bising impulsif
Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40
dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan
pendengarnya. Contoh bising impulsif : suara ledakan mercon,
tembakan, meriam dan lain-lain.
e) Bising impulsif berulang-ulang
Sama seperti bising impulsif, tetapi terjadi berulang-ulang
misalnya pada mesin tempa.
3. Efek Kebisingan
a) Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu,
apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba.
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg),
peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama
pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan
gangguan sensoris.
b) Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah.
c) Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi
yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan
kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan
cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya
pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena
tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya.
d) Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di
ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan
fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
e. Penyebab Kebisingan
1. Frekuensi
Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu
(detik) dengan satuan Hz. Frekuensi yang dapat didengar manusia 20-
20.000 Hz. Suara percakapan manusia mempunyai rentang frekuensi
250 – 4.000 Hz. Umumnya suara percakapan manusia punya frekuensi
sekitar 1.000 Hz.
2. Intensitas suara
Intensitas didefinisikan sebagai energi suara rata-rata yang
ditransmisikan melalui gelombang suara menuju arah perambatan
dalam media.
3. Amplitudo
Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber
suara pada arah tertentu.
4. Kecepatan suara
Kecepatan suara adalah suatu kecepatan perpindahan perambatan
udara per satuan waktu.
5. Panjang gelombang
Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan
suara untuk satu siklus.
6. Periode
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitudo,
satuan periode adalah detik.
7. Oktave band
Oktave band adalah kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara
yang dapat di dengar dengan baik oleh manusia. Distribusi frekuensi-
frekuensi puncak suara meliputi Frekuensi : 31,5 Hz – 63 Hz – 125 Hz
– 250 Hz – 500 Hz – 1000 Hz – 2 kHz – 4 kHz – 8 kHz – 16 kHz.
8. Frekuensi bandwidth
Frekuensi bandwidth dipergunakan untuk pengukuran suara di
Indonesia.
9. Pure tune
Pure tone adalah gelombang suara yang terdiri yang terdiri hanya satu
jenis amplitudo dan satu jenis frekuensi.
10. Loudness
Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap suara pada amplitudo
tertentu satuannya Phon. 1 Phon setara 40 dB pada frekuensi 1000 Hz
11. Kekuatan suara
Kekuatan suara satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara
per satuan waktu.
12. Tekanan suara
Tekanan suara adalah satuan daya tekanan suara per satuan
f. Noise Dose Meter / Noise Dosimeter
1. Pengertian Noise Dose Meter / Noise Dosimeter
Noise Dosimeter adalah alat yang dipakai untuk mengukur tingkat
kebisingan yang dialami pekerja selama shiftnya. Alat ini dapat
mengukur selama 8, 10, 12 jam atau berapa pun lamanya. Meter
tingkat suara akan memberikan hasil berupa angka yang dapat
dibandingkan dengan aturan batas maksimum (85 dBA untuk shift
selama 8 jam, 40 jam per minggu, batasnya akan lebih rendah untuk
waktu kerja yang lebih lama).
2. Kegunaan dan Aplikasi Noise Dose Meter / Noise Dosimeter
a) Kegunaan
Noise Dosimeter digunakan sebagai alat ukur terhadap tingkat
kebisingan dari suatu ruangan kerja dengan rentang 40 dB sampai
143 dB.
b) Aplikasi
Noise Dosimeter biasanya digunakan pada tempat-tempat berikut
ini:
1) Bandara Udara
2) Industri Pertambangan
3) Pemerintahan
4) Militer
5) Manufaktur
6) Laboratorium K3 dan Lingkungan (Badan Penelitian).
g. Pengukuran Kebisingan
Maksud pengukuran kebisingan adalah :
1. Memperoleh data tentang frekuensi dan intensitas kebisingan di
perusahaan atau dimana saja;
2. Menggunakan data hasil pengukuran kebisingan untuk mengurangi
intensitas kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulknan
gangguan dalam rangka upaya konservasi pendengaran tenaga kerja,
atau perlindungan masyarakat dari gangguan kebisingan atas
ketenangan dalam kehidupan masyarakat atau tujuan lainnya.
h. NAB Kebisingan
Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan adalah 85 dB yang
ditanggap aman untuk sebagaian besar tenaga kerja bila bekerja 8
jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai ambang batas untuk kebisingan
ditempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang
masih dapat diterima tenega kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya
dengar yang tetap untuk waktu teus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari
atau 40 jam seminggunya. Setelah pengukuran kebisingan dilakukan,
maka perlu dianalisis apakah kebisingan tersebut dapat diterima oleh
telinga. Berikut ini standar atau kriteria kebisingan yang ditetapkan oleh
berbagai pihak berdasarkan Peraturan Menteri Nomor Per.
13/MEN/X/2011/Bentuk Negara RI No. 684
Tabel 1. NAB Standar Kebisingan
Intensitas (dB) Waktu Paparan per hari
85 8
88 Jam 4
91 2
94 1
97 30
100 15
103 7,5
106 Menit 3,75
109 1,88
112 0,94
115 28,12
118 14,06
121 7,03
124 3,52
127 Detik 1,76
130 0,88
133 0,44
136 0,22
139 0,11
140 0
B. Perundang-undangan
1. Surat Keputusan Mentri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja, yang dimaksud
dengan NAB adalah standart faktor tempat kerja yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau
40 jam seminggu.
2. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 13 mewajibkan kepada semua
orang yang akan memasuki tempat kerja untuk menaati semua petunjuk
keselamatan kerja.
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-
48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.718/Men/Kes/Per/XI/1987, tentang kebisingan yang berhubungan
dengan kesehatan.
BAB III
HASIL
http://laboratoriumcore.blogspot.co.id/2012/04/noise-dosimeter.html
(diakses pada tangga 30 Oktober 2016)
Suma’mur. 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko
Gunung Agung, p:116.
31