Anda di halaman 1dari 2

Kebisingan

Kebisingan Bising (noise) diartikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan dan dapat merusak pendengaran
manusia. Bunyi dinilai bising sangatlah relatif sekali, suatu contoh bunyi mesin-mesin di pabrik
merupakan hal yang biasa bagi opertornya, tetapi tidak demikian pada orang-orang lain disekitarnya. Itu
adalah suara yang tidak diinginkan, suara itu adalah kebisingan. Tetapi hampir semua mesin-mesin yang
dihasilkan, baik itu untuk industri maupun pada kendaraan bermotor selalu disertai dengan kebisingan
(Mediastika, 2009).

Menurut (Sander dan McCormick,1987) dalam buku Mediastika(2009) toleransi manusia terhadap
kebisingan bergantung pada factor akustikal dan nonakustikal. Factor akustikal meliputi: tingkat
kekerasan bunyi, frekuensi bunyi, durasi munculnya bunyi, fluktasi kekerasan bunyi, dan waktu
munculnya bunyi. Sementara factor non-akustikal meliputi: pengalaman terhadap kebisingan, kegiatan,
perkiraan terhadap kemungkinan munculnya kebisingan, manfaat objek yang menghasilkan kebisingan,
kepribadiaan, lingkungan dan keadaan.

Kebisingan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: kebisingan tunggal dan kebisingan majemuk.
Kebisingan tunggal dihasilkan oleh sumber bunyi berbentuk titik dan kebisingan majemuk dihasilkan
oleh sumber bunyi berbentuk garis. Tingkat gangguan kebisingan dapat diukur dengan menggunakan
skala berdasarkan apa yang dirasakan manusia, seperti merasakan adanya kebisingan, merasa terusik,
merasa terganggu, sampai merasa terganggu dan tidak tahan (Mediastika, 2009). 2.4.1 Sumber-sumber
Kebisingan

Sumber kebisingan utama dalam pengendalian kebisingan lingkungan dapat diklasifikasikan dalam
beberapa kelompok yaitu :

1. Sumber bising interior Berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga, atau mesin-mesin gedung.
Keberadaan dinding-dinding pemisah, lantai, pintu, dan jendela harus dirancang sedemikian agar dapat
mengadakan perlindungan yang cukup terhadap bising-bising ini di dalam gedung. Universitas Sumatera
Utara 18

2. Sumber bising luar (outdoor) Berasal dari lalu lintas, transportasi, industri, alat-alat mekanis, dan
berbagai kegiatan di luar gedung yang menimbulkan bising. Kebisingan yang paling mengganggu dari
kategori ini dihasilkan oleh kendaraan bermotor, transportasi sel, transportasi air, dan transportasi
udara serta termasuk hiruk pikuk di lingkungan industri dan perkotaan.

Berdasarkan lokasi timbulnya bunyi, sumber kebisingan dibagi menjadi:

1. Bunyi yang timbul di udara (Air Borne) Merupakan penyebab kebisingan akibat fenomena turbulen,
shock dan pulsasi didalam media udara atau gas misalnya suara manusia atau bunyi musik.

2. Bunyi timbul di struktur bahan (Solid Borne / Structur Borne) Fenomena kebisingan yang terjadi pada
benda solid akibat dari impak, medan magnet dan lainnya misalnya bising langkah-langkah kaki dan
benturan antar beberapa benda keras (Doelle, 1993).

Upaya Pengendalian Kebisingan

Bermacam-macam cara dilakukan untuk mereduksi bising dengan efektif di dalam maupun di luar
bangunan. Hal terpenting dari upaya pengendalian kebisingan adalah kerja sama semua pihak dalam
perancangan untuk mencapai lingkungan yang bebas kebisingan. Selain dengan perancangan,
pengendalian kebisingan dapat dilakukan dengan cara modifikasi tertentu dari sumber atau jejak
perambatan atau dengan pengaturan kembali seluruh daerah bising dengan sebaikbaiknya. Berikut
beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kebisingan :

1. Penekanan bising di sumbernya Upaya ini dapat dilakukan dengan cara menekan bising tepat di
sumbernya dengan memilih mesin-mesin dan peralatan yang relatif tenang dan dengan memakai
proses-proses pabrik atau metode kerja yang tidak menyebabkan tingkat kebisingan yang mengganggu.

2. Perencanaan lingkungan Langkah ini merupakan langkah yang tepat untuk lingkungan perkotaan
karena pertumbuhan transportasi darat dan udara yang cepat di perkotaan menyebabkan kebisingan
menjadi masalah serius.

3. Perencanaan tempat (site planning) Pengalaman menunjukkan bahwa sekali suatu sumber bising di
luar ada di suatu daerah, maka sulit untuk menghilangkannya. Oleh karena itu sangat penting untuk
meletakkan gedung-gedung yang membutuhkan lingkungan bunyi yang tenang (sekolah, rumah sakit,
lembaga penelitian, dan lainlain) pada tempat tenang, jauh dari jalan raya, daerah industri, dan bandar
udara.

4. Rancangan arsitektur Rancangan arsitektur yang baik dengan memperhatikan kebutuhan akan
penegendalian kualitas bunyi adalah pendekatan yang paling ekonomis dalam mengendalikan
kebisingan yang cukup efektif dalam bangunan.

5. Penyerapan bunyi Tingkat bising bunyi dengung dapat direduksi sampai batas tertentu dengan upaya
penyerapan bunyi. Penggunaan bahan penyerap bunyi dalam suatu ruang tidak bolrh dianggap sebagai
pengganti atau pengobatan insulasi bunyi yang tidak sempurna.

6. Penyelimutan (masking) bising Dalam banyak situasi, masalah kebisingan dapat dipecahkan dengan
menenggelamkan atau menyelimuti bising yang tidak diinginkan lewat bising latar belakang yang dibuat
secara elektronik (Doelle, 1993).

Anda mungkin juga menyukai