Disusun oleh :
150201055
D-3 Aeronautika
Yogyakarta
BAB I
PENDAHULUAN
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Pengaruh kebisingan terhadap kesehatan pekerja maintenance pesawat di
bandara Adisutjipto Yogyakarta
2. Frekuensi kebisingan yang ditimbulkan di lingkungan Bandar udara.
3. Dampak kebisingan terhadap pekerja maintenance pesawat di bandara
Adisutjipto Yogyakarta
4. Pengendalian intensitas kebisingan yang diterima maintenance pesawat di
bandara.
C. BATASAN MASALAH
Agar variabel masalah tidak menyimpang darimaksud dan tujun yang
telah direncarakan, penulis membatasi pembahasan pengaruh atau dampak
kebisingan dan pengendalian intensitas kebisingan yang diterima oleh
maintenance pesawat di bandara Adisutjipto Yogyakarta.
D. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan kebisingan ?
2. Bagaimana pengaruh paparan kebisingan terhadap kesehatan pekerja
maintenance pesawat di bandar udara Adisutjipto Yogyakarta?
3. Bagaimana mengendalikan intensitas kebisingan yang diterima seorang
pekerja maintenance pesawat di bandar udara Adisutjipto Yogyakarta?
E. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui pengertian kebisingan
2. Mengetahui jenis jenis kebisingan
3. Mengetahui dampak dari paparan kebisingan
4. Mengetahui cara pengendalian intensitas kebisingan yang diterima oleh
maintenance pesawat di bandara Adisutjipto Yogyakarta.
F. MANFAAT PENELITIAN
Tujuan penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
G. HALAMAN KEASLIAN
Sri lujeng Agusti, 2012 mempelajari tentang “pengaruh intensitas kereta api
terhadap gangguan pendengaran pada masyarakat Tegalharjo” yang tringgal di
pinggiran rel kereta api, sementara penelitian ini dilakukan terhadap pekerja
mekanik di lingkungan Bandar udara Adisutjipto Yogyakarta.
Atang kusman, 2003 mempelajari tentang “hubungan antara kebisingan dan
gangguan pendengaran pada pekerja penggilingan beras di cirebon”, sedangkan
penelitian ini dilakukan terhadap pekerja mekanik pesawat di Bandar udara
Adisutjipto Yogyakarta. Olehkarena itu, keaslian penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN PUSTAKA
a. PENGERTIAN KEBISINGAN
b. JENIS KEBISINGAN
1. Continuous Noise.
Continuous noise merupakan jenis kebisingan yang memiliki
tingkat dan spektrum frekuensi konstan. Kebisingan jenis ini memajan
pekerja dengan periode waktu 8 jam per hari atau 40 jam per minggu.
2. Intermittent Noise.
Intermittent noise merupakan jenis kebisingan yang memajan
pekerja hanya pada waktu-waktu tertentu selama jam kerja. Contoh
pekerja yang mengalami pajanan kebisingan jenis ini adalah inspector
atau plant supervisor yang secara periodik meninggalkan area kerjanya
yang relatif tenang menuju area kerja yang bising.
3. Impact Noise.
Impact noise disebut juga dengan kebisingan impulsif, yaitu
kebisingan dengan suara hentakan yang keras dan terputus-putus kurang
dari 1 detik. Contoh kebisingan jenis ini adalah suara ledakan dan
pukulan palu.
dianjurkan diperbolehkan
1 Zona A adalah zona 35 45
yang diperuntukan bagi
tempat tempat
penelitian, rumah sakit,
tempat perawatan
kesehatan atau social
dan sejenisnya
2 Zona B adalah zona 45 55
yang diperuntukan
bagi perumahan,
tempat pendidikan,
rekreasi dan
sejenisnya
3 Zona C adalah zona 50 60
yang diperuntukan bagi
perkantoran, pertokoan,
perdagangan, pasar dan
sejenisnya
4 Zona D adalah zona 60 70
yang diperuntukan bagi
industri pabrik, stasiun
kereta, terminal
bus dan sejenisnya
c. PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP TENAGA KERJA
Kebisingan yang terjadi pada suatu daerah mempunyai pengaruh
yang penting terhadap kesehatan masyarakat, kenyamanan hidup
masyarakat, pada binatang ataupun gangguan pada ekosistem alam.
Dampak dari kebisingan pada manusia yaitu dapat merubah ketajaman
pendengaran, mengganggu pembicaraan dan mengganggu kenyamanan.
Secara umum kebisingan dapat diartikan sebaga suara yang merugikan
terhadap manusia dan lingkungannya (Suratmo, 1995 dalam Latief dan
Azmy, 2011).
Menurut Habsari (2003),pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja
adalah sebagai berikut :
1. Menurunkan kenyaman dalam bekerja.
Tidak semua tenaga kerja terganggu akan kebisingan yang ada. Ini
disebabkan mereka sudah sangat terbiasa oleh kondisi yang ada dalam
jangka waktu yang cukup lama.
2. Mengganggu komunikasi/percakapan antar pekerja.
Kesalahan informasi yang disampaikan, terutama bagi pekerja baru
dapat berakibat fatal.
3. Mengurangi konsentrasi.
4. Menurunkan daya dengar, baik yang bersifat sementara atau permanen.
5. Tuli akibat kebisingan (Noise Induce Hearing Loss = NIHL).
Menurut WHO (1995), sumbat telingan yang hanya dapat sekali pakai
dari lilin atau yang terbuat dari palstik dapat mengurangi tingkat bising 8-30
dB. Pelindung telinga tipe gumpala kapas dan headphone lebih efektif
(pengurangan 20-40 dB). Sedangkan menurut DK3N (1985), sumbat telinga
dapat menurunkan tingkat bising antara 25-30 dB.
Ear muff terdiri dari dua tudung untuk menutu telinga, dapat berupa
cairan atau busa yang dapat menyerap suaya berfrekuensi tinggi. Earmuff
dapat mengurangi intensitas suara hingga 20 sampai dengan 30 dB.
Sedangkan menurut DK3N (1998), earmuff dapat menurunkan tingkat
bising antara 30-40 dBA.
Pengguanaan APT harus melalui pemilihan APT yang cocok dan harus
dilakukan fit-test agar tidak ada kebocoran-kebocoran yang mengakibatkan
tingginya tingkat pajanan kebisingan terhadap pendengaran pekerja. Kriteria
penggunaan APT sebagai berikut (Febriani, 2009) :
`
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
C. Jenis data.
1. Wawancara
BAB I (Pendahuluan)
a. Latar belakang
b. Identifikasi masalah
c. Batasan masalah
d. Rumusan masalah
e. Keaslian penelitian
f. Manfaat penelitian
g. Tujuan penelitian