Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP PEKERJA

MAINTENANCE PESAWAT DI BANDAR UDARA


ADISUTJIPTO YOGYAKARTA

Disusun oleh :

DIAH SAFRINA VILANDARI

150201055

D-3 Aeronautika

Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan

Yogyakarta
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan
psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada yang menggolongkan
gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya gangguan terhadap
pendengaran dan gangguan non Auditory seperti gangguan komunikasi, ancaman
bahaya keselamatan, menurunya performan kerja, stres dan kelelahan.

Di wilayah Bandara Udara, banyaknya frekuensi pesawat yang landing


dan take off dengan intensitas bising yang cukup tinggi dapat menimbulkan resiko
terpapar bising yang cukup tinggi bagi tenaga kerja mekanik. Hal tersebut
sangatlah berpengaruh pada kesehatan tenaga kerja mekanik di Bandar Udara.

Mekanik merupakan pelaku penerbangan yang bergerak pada bidang


perawatan pesawat selama berada di darat untuk tujuan keselamatn penerbangan.
Umumnya, mekanik pesawat bekerja pada area apron rata-rata 6 hari dalam
seminggu dengan lama kerja 8 jam sehari. Hal tersebut merupakan salah satu
faktor mekanik dapat mengalami paparan kebisingan dengan intensitas yang
cukup tinggi karena tempat pekerjaanya dan waktu kerjanya. Semakin lama
intensitasnya manusia terken paparansura kebisingan, maka hal tersebut akan
berpengaruh juga terhadap kesehatan fisiologis mupun psikologos, disamping itu
hl tersebut akan dapat mempengaruhu efektifitas kerja.

Berbicara tentang penerbangan adalah berbicara mengenai safety,


disamping keselamatan penumpng yang harus diutamakan, keselamtan kesehatan
pekerja juga merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Karena keadaan
fisiologis yang sehat dan psikologis pekerja yang baik dapat menjadikan suasana
kerja yang produktif dan efisien dan meminimalisir kendala keselamatn kerja.

Kebisingan pada suatu lingkungan dapat ditanggulangi atau di minimalisir


dengan cara tertentu. Suatu perusahaan penerbangan yang bagus pasti memiliki
cara yang terorganisir untuk mengendalikan suara kebisingan yang diterima oleh
pekerja.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Pengaruh kebisingan terhadap kesehatan pekerja maintenance pesawat di
bandara Adisutjipto Yogyakarta
2. Frekuensi kebisingan yang ditimbulkan di lingkungan Bandar udara.
3. Dampak kebisingan terhadap pekerja maintenance pesawat di bandara
Adisutjipto Yogyakarta
4. Pengendalian intensitas kebisingan yang diterima maintenance pesawat di
bandara.

C. BATASAN MASALAH
Agar variabel masalah tidak menyimpang darimaksud dan tujun yang
telah direncarakan, penulis membatasi pembahasan pengaruh atau dampak
kebisingan dan pengendalian intensitas kebisingan yang diterima oleh
maintenance pesawat di bandara Adisutjipto Yogyakarta.

D. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan kebisingan ?
2. Bagaimana pengaruh paparan kebisingan terhadap kesehatan pekerja
maintenance pesawat di bandar udara Adisutjipto Yogyakarta?
3. Bagaimana mengendalikan intensitas kebisingan yang diterima seorang
pekerja maintenance pesawat di bandar udara Adisutjipto Yogyakarta?

E. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui pengertian kebisingan
2. Mengetahui jenis jenis kebisingan
3. Mengetahui dampak dari paparan kebisingan
4. Mengetahui cara pengendalian intensitas kebisingan yang diterima oleh
maintenance pesawat di bandara Adisutjipto Yogyakarta.
F. MANFAAT PENELITIAN
Tujuan penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Agar dapat memberikan mafaat bagi pembaca mengenai dampak dan


pengendalian intensitas kebisingan yang diterima oleh maintenance
pesawat di bandara
2. Sebagai dokumen referensi untuk mengembangkan ilmu tentang kesehatan
dan penerbangan.

G. HALAMAN KEASLIAN
Sri lujeng Agusti, 2012 mempelajari tentang “pengaruh intensitas kereta api
terhadap gangguan pendengaran pada masyarakat Tegalharjo” yang tringgal di
pinggiran rel kereta api, sementara penelitian ini dilakukan terhadap pekerja
mekanik di lingkungan Bandar udara Adisutjipto Yogyakarta.
Atang kusman, 2003 mempelajari tentang “hubungan antara kebisingan dan
gangguan pendengaran pada pekerja penggilingan beras di cirebon”, sedangkan
penelitian ini dilakukan terhadap pekerja mekanik pesawat di Bandar udara
Adisutjipto Yogyakarta. Olehkarena itu, keaslian penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA
a. PENGERTIAN KEBISINGAN

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau


kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
(Kep. MenLH. N0. 48 Tahun 1996)
Kebisingan merupakan semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat- alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
(Kep. MenNaker. No. 51 Tahun 1999).
Pada suatu bandara, kebisingan dapat diartikan sebagai bunyi yang
tidak dikehendaki dari lingkungan bandara, bunyi tersebut berasal dari
kegiatan operasional bandara seperti bunyi mesin pesawat yang dapat
menimbulkan kebisingan serta dapat mengganggu aktivitas pekerja
bandara (ground handling) maupun masyarakat yang tinggal disekitar
bandara.

b. JENIS KEBISINGAN

1. Continuous Noise.
Continuous noise merupakan jenis kebisingan yang memiliki
tingkat dan spektrum frekuensi konstan. Kebisingan jenis ini memajan
pekerja dengan periode waktu 8 jam per hari atau 40 jam per minggu.

2. Intermittent Noise.
Intermittent noise merupakan jenis kebisingan yang memajan
pekerja hanya pada waktu-waktu tertentu selama jam kerja. Contoh
pekerja yang mengalami pajanan kebisingan jenis ini adalah inspector
atau plant supervisor yang secara periodik meninggalkan area kerjanya
yang relatif tenang menuju area kerja yang bising.

3. Impact Noise.
Impact noise disebut juga dengan kebisingan impulsif, yaitu
kebisingan dengan suara hentakan yang keras dan terputus-putus kurang
dari 1 detik. Contoh kebisingan jenis ini adalah suara ledakan dan
pukulan palu.

Sedangkan Menurut Suma’mur (2009) menurut sifatnya kebisingan dapat


dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady
state, wide band noise). Contohnya adalah : mesin-mesin, kipas angin,
dapur pijar.
b. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state,
narrow band noise). Contohnya adalah: gergaji sirkuler, katup gas.
c. Kebisingan terputus-putus (intermittent). Contohnya adalah: lalu lintas,
suara kapal terbang.
d. Kebisingan impulsive (impact impulsive noise). Contohnya adalah:
tembakan bedil, meriam, ledakan.
e. Kebisingan impulsive berulang. Contohnya adalah: mesin tempa,
pandai besi

Menurut teori human factor, kebisingan bersasarkan pengaruhnya terhadap


manusia dapat dibagi menjadi:
1. Irritating Noise (Bising yang Mengganggu) Merupakan bising yang
mempunyai intensitas tidak terlalu keras, misalnya mendengkur.
2. Masking Noise (Bising yang Menutupi) Merupakan bunyi yang
menutupi pendengaran yang jelas, secara tidak langsung bunyi ini akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena
teriakan atau isyarat tanda bahaya dalam bising dari sumber lain
menjadi tidak terdengar.
3. Damaging/Injurious noise (Bising yang Merusak) Merupakan bunyi
yang intensitasnya melampui Nilai Ambang Batas. Bunyi jenis ini akan
merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.

Menurut peraturan mentri kesehatan tentang kebisingan yang berhubungan


dengan kesehatan, membagi daerah menjadi 4 zona, seperti dalam tabel
berikut :
No ZONA Tingkat kebisingan Maksimum

dianjurkan diperbolehkan
1 Zona A adalah zona 35 45
yang diperuntukan bagi
tempat tempat
penelitian, rumah sakit,
tempat perawatan
kesehatan atau social
dan sejenisnya
2 Zona B adalah zona 45 55
yang diperuntukan
bagi perumahan,
tempat pendidikan,
rekreasi dan
sejenisnya
3 Zona C adalah zona 50 60
yang diperuntukan bagi
perkantoran, pertokoan,
perdagangan, pasar dan
sejenisnya
4 Zona D adalah zona 60 70
yang diperuntukan bagi
industri pabrik, stasiun
kereta, terminal
bus dan sejenisnya
c. PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP TENAGA KERJA
Kebisingan yang terjadi pada suatu daerah mempunyai pengaruh
yang penting terhadap kesehatan masyarakat, kenyamanan hidup
masyarakat, pada binatang ataupun gangguan pada ekosistem alam.
Dampak dari kebisingan pada manusia yaitu dapat merubah ketajaman
pendengaran, mengganggu pembicaraan dan mengganggu kenyamanan.
Secara umum kebisingan dapat diartikan sebaga suara yang merugikan
terhadap manusia dan lingkungannya (Suratmo, 1995 dalam Latief dan
Azmy, 2011).
Menurut Habsari (2003),pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja
adalah sebagai berikut :
1. Menurunkan kenyaman dalam bekerja.
Tidak semua tenaga kerja terganggu akan kebisingan yang ada. Ini
disebabkan mereka sudah sangat terbiasa oleh kondisi yang ada dalam
jangka waktu yang cukup lama.
2. Mengganggu komunikasi/percakapan antar pekerja.
Kesalahan informasi yang disampaikan, terutama bagi pekerja baru
dapat berakibat fatal.

3. Mengurangi konsentrasi.
4. Menurunkan daya dengar, baik yang bersifat sementara atau permanen.
5. Tuli akibat kebisingan (Noise Induce Hearing Loss = NIHL).

d. GANGGUAN AKIBAT KEBISINGAN


1. Gangguan Fisiologis dan Psikologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg),
peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan
dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala.
Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular
dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo.
Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan
bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin,
tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam
waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis,
jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi
yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan
suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak.
Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada
kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau
tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung
membahayakan keselamatan seseorang.
4. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang
angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis
berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
5. Gangguan Pendengaran (Patologis Organis)

Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada


indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah
diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising
pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat
sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-
menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal
kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin
meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang
biasanya digunakan untuk percakapan.
e. PENGENDALIAN KEBISINGAN

Menurut Habsari (2003), untuk mengurangi pengaruh bising terhadap


pendengaran dapat dilakukan upaya pengendalian, sebagai berikut :

1. Pengendalian secara Teknis

Pengendalian cara ini dilakukan dengan mengubah cara kerja dari


yangmenimbulkan bising menjadi berkurang suara yang menimbulkan
bisingnya, menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap
suara,mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan, subtitusi
mesin yang bising dengan yang kurang bising, menggunakan fondasi mesin
yang baik agar tidak ada sambungan yang goyang dan mengganti bagian-
bagian logam dengan karet, dan merawat mesin dan alat secara teratur
sehingga dapat mengurangi suara bising.

2. Pengendalian secara Administratif

Pengendalian ini meliputi pengadaan ruang kontrol padabagian tertentu


dan pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan Nilai AmbangBatas (NAB)
yang ada.

3. Pengendalian secara Medis

Pengendalian secara medis yaitu pemeriksaan audiometri yang sebaiknya


dilakukanpada awal masuk kerja, secara periodik, secara khusus dan pada
akhir masakerja.

4. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Pengadaan Alat Pelindung Diri ini merupakan alternatif terakhir bila


pengendalian yang lain telah dilakukan. Tenaga kerja dilengkapi dengan alat
pelindung diri yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan, kondisi dan
penurunan intensitas kebisingan yang diinginkan, yaitu :

1) Sumbat telinga (ear plug)

Ear plug yang dapat mengurangi intensitas suara 10 sampai dengan 15


dB, ear plug dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ear plug sekali pakai
(disposable plugs) dan ear plug yang dapat dipakaikembali (reusable plugs).
Earplugs dapat terbuat dari kapas, wax, plastic karet alami dan sintetik.

Menurut WHO (1995), sumbat telingan yang hanya dapat sekali pakai
dari lilin atau yang terbuat dari palstik dapat mengurangi tingkat bising 8-30
dB. Pelindung telinga tipe gumpala kapas dan headphone lebih efektif
(pengurangan 20-40 dB). Sedangkan menurut DK3N (1985), sumbat telinga
dapat menurunkan tingkat bising antara 25-30 dB.

2) Tutup telinga (ear muff)

Ear muff terdiri dari dua tudung untuk menutu telinga, dapat berupa
cairan atau busa yang dapat menyerap suaya berfrekuensi tinggi. Earmuff
dapat mengurangi intensitas suara hingga 20 sampai dengan 30 dB.
Sedangkan menurut DK3N (1998), earmuff dapat menurunkan tingkat
bising antara 30-40 dBA.

Leksono (2009) menambahkan bahwa penggunaan Alat Pelindung


Telinga (APT) merupakan kewajiban oleh pekerja apabila lingkungan
sekitarnya terpapar kebisingan dengan intensitas 85 dBA selama 8 jam kerja
atau 40 jam per minggu. Penggunaan APT merupakan langkah terakhir
dalam pengendalian kebisingan di tempat kerja. Secara teknis, cara kerja
APT adalah mengurangi atau menghambat intensitas gelombang suara yang
masuk ke dalam telinga manusia.

Pengguanaan APT harus melalui pemilihan APT yang cocok dan harus
dilakukan fit-test agar tidak ada kebocoran-kebocoran yang mengakibatkan
tingginya tingkat pajanan kebisingan terhadap pendengaran pekerja. Kriteria
penggunaan APT sebagai berikut (Febriani, 2009) :

a. Dapat mencegah gangguan pendengaran

b. Dapat menurunkan tingkat paparan

c. Dapat memenuhi derajat kenyamanan


B. LANDASAN TEORI

1. Penjelasan tentang kebisingan ( Regulasi MenLH. N0. 48 Tahun 1996 dan


regulasi MenNaker. No. 51 Tahun 1999)
2. Penjelasan tentang jenis jenis kebisingan (Fundamentals of Industrial Hygiene
5th Edition)
3. Penjelasan tentang pengaruh dan gangguan akibat kebisingan terhadap tenaga
kerja (Kebisingan Di Tempat Kerja (Occuptional Noise)).
4. Penjelasan mengenai pengendalian kebisingan ( Dasar Akustik; untuk
Pengendalian Kebisingan Lingkungan oleh Drs. Dodi Rusjadi TE. )

`
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian asosiatif


yaitu dengan membandingkan data udia dengan pengaruh pendengaran terhadap
maintenance pesawat yang bekerja atau sudah tidak bekerja (pensiun) dari
pekerjaan maintenance pesawat di Bandar udara Adisutjipto Yogyakarta.

B. Waktu dan Tempat pelaksanaan

Waktu pelaksanaan : Bulan Januari – Maret 2018

Tempat pelaksanaan : Bandar udara Adisutjipto Yogyakarta.

C. Jenis data.

1. Data wawancara kondisi kesehatan maintenance berdasarkan usia.

2. Data angket tentang gangguan fisik maupun psikis yang mempengaruhi


gangguan kerja maintenance pesawat di Bandar udara Adisutjipto
Yogyakarta.

D. Teknik pengumpulan data

1. Wawancara

Metode ini dilakukan dengan wawancara kepada pekerja


maintenance pesawat di Bandar udara Adisutjipto Yogyakarta.

2. Studi kasus dan studi literature

Metode ini dilakukan dengan manfaat kepustakaan dan literature


dengan membandingkan dengan hasil observasi wawancara dan data
angket yang dilakukan kepada pekerja maintenance pesawat di Bandar
udara Adisutjipto Yogyakarta.
E. Teknik analis data
Pada metode penelitian ini dilaksanakan dengan teknik teknik analisis data
kuantitatif yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel
dan hasilnya diberlakukan untuk populasi dan menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan data yang sudah terkumpul, sebagaimana adanya.

F. Langkah langkah penelitian

BAB I (Pendahuluan)
a. Latar belakang
b. Identifikasi masalah
c. Batasan masalah
d. Rumusan masalah
e. Keaslian penelitian
f. Manfaat penelitian
g. Tujuan penelitian

BAB II (Tinjauan Pustaka)


a. Tinjauan pustaka
b. Landasan teori

BAB III (Metode Penelitian)


a. Desain penelitian
b. Waktu dan tempat penelitian
c. Jenis penelitian
d. Teknik pengumpulan data
e. Teknik analisis data
f. Langkah langkah penelitian.
.

Anda mungkin juga menyukai