PENDAHULUAN
Setiap aktifitas manusia disadari atau tidak, dapat menjadi sumber bising.
Seiring perkembangan zaman manusia pun membutuhkan industri untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun kebanyakan aktifitas dalam suatu
industri terutama proses produksi, dapat menimbulkan kebisingan yang dapat
mengganggu pekerja maupun masyarakat sekitarnya.
Kebisingan adalah bentuk energi yang bila tidak disalurkan pada
tempatnya akan berdampak serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Upaya pengawasan dan pengendalian kebisingan menjadi faktor yang
menentukan kualifikasi suatu perusahaan dalam menangani masalah
lingkungan yang muncul.
PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (PUSRI) adalah perusahaan yang
bergerak di bidang produksi dan penjualan pupuk urea di Indonesia. Namun
sejak beberapa tahun ke belakang perusahaan yang terletak di sekitar sungai
musi palembang ini sering mendapat tudingan dari masyarakat dan
pemerintah karena kegiatan produksinya yang mencemari lingkungan. Dalam
pengelolaan pupuk, pabrik pupuk tertua di Asia Tenggara ini menggunakan
amoniak sebagai bahan baku . Aktivitas dari PT. Pusri ini tidak hanya
mencemari udara dan air sungai musi tetapi juga menimbulkan kebisingan di
sekitar pemukiman di wilayah tersebut.
Kebisingan merupakan salah satu aspek lingkungan yang perlu
diperhatikan. Karena termasuk polusi yang mengganggu dan bersumber pada
suara / bunyi. Oleh karena itu bila bising tidak dapat dicegah atau dihilangkan,
maka yang dapat dilakukan yaitu mereduksi dengan melakukan pengendalian
melalui berbagai macam cara.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan
mata kuliah Pengendalian Bising Program Studi Teknik Lingkungan
Universitas Riau
1.2.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kebisingan
Pengertian kebisingan menurut beberapa ahli, antara lain:
a. Menurut Doelle (1993): suara atau bunyi secara fisis merupakan
penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastis seperti
misalnya udara. Secara fisiologis merupakan sensasi yang timbul sebagai
akibat propagasi energi getaran dari suatu sumber getar yang sampai ke
gendang telinga.
b. Menurut Patrick (1977): kebisingan dapat pula diartikan sebagai bentuk suara
yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya.
c. Menurut Prabu, Putra (2009) bising adalah suara yang mengganggu
d. Menurut Ikron I Made Djaja, Ririn A.W, (2005) bising adalah bunyi yang
tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau membahayakan
kesehatan.
e. Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-
48/MENLH/11/1996 definisi bising adalah bunyi yang tidak diinginkan dari
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan.
Kebisingan dapat juga diartikan bentuk suara yang tidak sesuai dengan
tempat dan waktunya, sehingga secara umum kebisingan dapat diartikan sebagai
suara yang merugikan manusia dan lingkungan. Bising dikategorikan pada
polutan lingkungan/buangan yang tidak terlihat, tapi efeknya cukup besar.
Kebisingan adalah bahaya yang umum di tempat kerja.
Kadarnya berbeda;
Jumlah tingkat bising bertambah, maka gangguan akan bertambah;
Bising perlu dikendalikan karena sifatnya mengganggu.
2.2.2 Sumber Bising
Sumber-sumber bising sangat banyak, namun dikelompokkan menjadi
kebisingan industri, kebisingan kegiatan konstruksi, kebisingan kegiatan
olahraga dan seni, dan kebisingan lalu lintas. Selanjutnya, emisi
kebisingan dipantulkan melalui lantai, atap, dan alat-alat.
Sumber bising secara umum (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003):
a. Indoor : manusia, alat-alat rumah tangga dan mesin;
b. Outdoor: lalu lintas, industri dan kegiatan lain.
1. Earmuffs
Earmuffs terbuat dari karet dan plastik. Earmuffs bisa digunakan untuk
intensitas tinggi (>95 dB), bisa melindungi seluruh telinga, ukurannya
bisa disesuaikan untuk berbagai ukran telinga, mudah diawasi dan
walaupun terjadi infeksi pada telinga alat tetap dapat dipakai.
Kekurangannya, penggunaan earmuffs menimbulkan
ketidaknyamanan, rasa panas dan pusing, harga relatif lebih mahal,
sukar dipasang pada kacamata dan helm, membatasi gerakan kepala
dan kurang praktis karena ukurannya besar. Earmuffs lebih protektif
daripada earplugs jika digunakan dengan tepat, tapi kurang efektif jika
penggunaannya kurang pas dan pekerja menggunakan kaca mata.
2. Earplugs
Earplugs lebih nyaman dari earmuffs, berlaku untuk tingkat
kebisingan sedang (80-95 dB) untuk waktu paparan 8 jam. Jenis
earplugs ada bermacam-macam: padat dan berongga. Bahannya
terbuat dari karet lunak, karet keras, lilin, plastik atau kombinasi
dari bahan-bahan tersebut.
Gambar 2.2 Earplug (Tambunan, 2005)
Keuntungan dari ear plug adalah: mudah dibawa karen akecil, lebih
nyaman bila digunakan pada tempat yang panas, tidak membatasi gerakan
kepala, lebih murah daripada ear muff, lebih mudah dipakai bersama
dengan kacamata dan helm. Sedangkan kekurangan dari ear plug yaitu
atenuasi lebih kecil, sukar mengontrol atau diawasi, saluran telingan lebih
mudah terkena infeksi dan apabila sakit ear plug tidak dapat dipakai.
BAB III
PEMBAHASAN
Tingkat
Arah
Tanggal Pukul Tempat Bising
Angin
(dBA)
Prilling Tower bagian bawah 88 T
Sebelah timur Prilling Tower 83 T
7 Januari
09.00 Depat Kantor Kabag Shift PPU 81 T
2005
Demin Plant PUSRI III 83 T
Dermaga PUSRI II/III 75 T
Prilling Tower Urea 88 S
10.00 Dermaga 5 65 S
Green Barier 68 S
Prilling Tower Urea 89 S
13.00 Dermaga 5 66 S
Green Barier 67 S
Depan CR UR PII 87 S
24
Sebelah barat Prim.Ref 89 S
Januari 14.00
Amoniak PII 88 S
2005
Selatan Demin Plant PII
Sebelah Barat Pril. Ref. Amn 91 S
25 PII 86 S
Januari 08.30 Depan CR UR PII 87 S
2005 Sekitar Demin lant PII 78 S
Sekitar Dermaga II
Depan CR UR PII 85 S
Sekitar Carb Tank UR PII 86 S
14.30
Sekitar Dermaga III 71 S
Sekitar Demin Plant PII 79 S
Depan CR UR PII 85 S
Sekitar Carb Tank UR PII 88 S
17.30
Sekitar Dermaga III 70 S
Sekitar Demin Plant PII 86 S
26
Januari 08.10 Sekitar Demin Plant PUSRI II 78 S
2005
08.20 Dermaga III 71 S
08.40 Depan Control Room Urea PII 76 S
14.30 Depan Control Room UR P2 75 S
14.40 Sekitar Demin Plant PII 76 S
14.50 Dermaga III 70 S
Depat CR Urea PUSRI II 85 S
27
Sekitar Carbamat Tank PII 80 S
Januari 08.30
Sekitar Dermaga III 65 S
2005
Sekitar Demin Plant PUSRI II 70 S
Sekitar CR UR PIV 89 S
14 Carb Tank UR PIV 87 S
Februari 00.00 Depan CR PIB 88 S
2005 Depan CR PIII 88 S
Green Barier 72 S
Compressor UR PIII 107 S
16 Compressor PIV 87 S
Februari 10.00 Pabrik Amoniak PIV 93 S
2005 Pabrik Amoniak PIB 90 S
Primary Ref 104 S
21
Februari 00.00 Sekitar Stack UR PII 92 S
2005
00.10 Sekitar Musi Sewer 1 80 S
00.30 Depan CR UR PII 98 S
05.10 Sekitar Carb Tank UR PII 85 S
Sekitar Control Resource UR
05.15 90 S
PII
05.20 Sekitar Musi Sewer 1 70 S
05.30 Sekitar Kolam Limbah 60 S
23 Compressor NH3 PIB 98 S
Februari 16.00 Compressor PII 96 S
2005 Green Barrier 78 S
Sumber: Data LABLING PT PUSRI (dikutip pada Rozita E, Wahyuni T),
2005
3.3.1 Pengukuran Kebisingan di Lingkungan
Untuk mengetahui tingkat kebisingan lingkungan, pengukuran dilakukan
mulai tanggal 3-25 Februari 2005. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui
apakah tingkat kebisingan yang terjadi telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB)
yang ditetapkan berdasarkan SK Menaker No. KEP-51/MEN/1999 tentang NAB
faktor fisika di tempat kerja, dan prosedur pelaksanaan pengukuran berdasarkan
keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang metode pengukuran, perhitungan
dan evaluasi kebisingan lingkungan, Kep.Men LH NO.48/Men-LH/II/1996.
A. Tujuan dan Waktu Pengukuran
Pengukuran dilakukan untuk menentukan Ls yaitu nilai tertentu kebisingan
yang berubah-ubah (fluktuasi selama waktu tertentu, yang setara dengan
tingkat kebisingan dari kebisingan yang steady pada selang waktu yang sama)
pada siang hari dalam satuan dB. Waktu pengukuran dilakukan pada aktivitas
paling tinggi pada siang hari selama 10 jam dengan selang waktu 06.00-22.00
dengan menetapkan 4 waktu pengukuran yang mewakili selang waktu tertentu
yaitu:
o L1 pada jam 08.00, mewakili jam 06.00-09.00
o L2 pada jam 11.00, mewakili jam 09.00-11.00
o L3 pada jam 14.00, mewakili jam 14.00-17.00
o L4 pada jam 17.00, mewakili jam 17.00-22.00
B. Alat yang Digunakan
1. Sound Level Meter Type CR-274
2. Stop Watch
C. Lokasi Pengukuran
Pengukuran dilakukan pada dua titik/lokasi pengukuran yaitu:
Titik 1: berada pada sebelah utara gedung Dinas Lingkungan Hidup
Titik 2: berada pada sebelah barat gedung Dinas Lingkungan Hidup
Lokasi kedua titik ini dapat dilihat pada peta lokasi pengukuran pada
lampiran.
D. Prosedur Pengukuran
Prosedur Pengukuran:
i. Pasang baterai pada tempatnya
ii. Kalibrasikan alat dengan noise calibrator
iii. Atur skala dalam satuan desibel yang diperlukan pada tampilan skala
meter, untuk kondisi yang normal adalah dari 30130 dBA
iv. Berdiri pada titik pengukuran dan pegang alat dan mircophone diarahkan
pada sumber bising pada derah tersebut
v. Pengukuran dilakukan selama 10 menit untuk masing-masing titik dan
pembacaan dilakukan setiap 1 menit pada empat waktu pengukuran yaitu pada
pukul 08.00, 11.00, 14.00, dan 17.00.
vi. Lakukan pengukuran yang sama untuk titik 2.
Contoh Perhitungan:
Untuk data pada tanggal 3 Februari 2005:
Titik 1
L1 (jam 08.00) = 64,6 dBA
L2 (jam 11.00) = 66 dBA
L3 (jam 14.00) = 63,8 dBA
L4 (jam 17.00) = 65,6 dBA
Sehingga, LS = 10 log 1/16 (3 . 100,1.64,6 + 2. 10 0,1.66 + 3.10 0,1..63,8 + 5 . 10 0,1.65,6)
= 64,2 dBA
Titik 2
L1 (jam 08.00) = 67,4 dBA
L2 (jam 11.00) = 78,2 dBA
L3 (jam 14.00) = 69,8 dBA
L4 (jam 17.00) = 71,4 dBA
Sehingga, LS = 10 log 1/16 (3 . 100,1..67,4 + 2. 10 0,1.78,2 + 3.10 0,1..69,8 + 5 . 10 0,1.71,4)
= 71,87 dBA
3.4 Sistem Pengendalian Kebisingan di PT PUSRI
Usaha-usaha yang dilakukan oleh PT PUSRI dalam rangka mengurangi
tingkat kebisingan meliputi:
Silencer terbuat dari konstruksi baja dimana permukaan luar dilapisi dengan
baik. Alat ini didisain untuk menangani udara kering dengan temperatur di
bawah 93oC. Untuk temperatur tinggi digunakan kemasan fiberglass.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Bising merupakan suatu polusi lingkungan yang tidak terlihat namun
efeknya cukup besar. Kerusakan yang diakibatkan oleh bising
kebanyakan merupakan kerusakan setempat dan sporadis. Selain
berpengaruh pada fisiologis dan psikologis manusia, bising juga
berpengaruh terhadap auditori manusia.
b. Komponen utama timbulnya bising adalah sumber bising, media
penghantar dan objek pendengar atau manusia. Pengendaliannya dapat
dilakukan terhadap salah satu bagian maupun keseluruhan dari
komponen tersebut.
c. Berdasarkan hasil pengukuran, tingkat kebisingan di PT Pupuk
Sriwijaya berada pada taraf yang mengganggu. Usahausaha yang telah
dilakukan oleh PT Pusri untuk mengurangi kebisingan di
perusahaannya meliputi pengendalian di sumber, medium penghantar
dan pekerjanya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Dian. 2006. Hubungan Antara Lama Pemaparan Kebisingan Menurut
Masa Kerja Dengan Keluhan Subyektif Tenaga Kerja Bagian Produksi PT.
Sinar Sosro Ungaran Semarang. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Universitas Negeri Semarang. Jawa Tengah.
http://digilib.unnes.ac.id. diakses pada 09 September 2009.
Doelle, L. Leslie., Akustik Lingkungan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993.
Defi P., Iferta Inafalia., 2005. Monitoring Kualitas Lingkungan Kerja di Billet
Steel Plant PT. Krakatau Steel. Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas
Andalas. Padang.
Freddy Hernawan. 2008. Gangguan Kebisingan Selama Di Wonodadi.
Patrick, Cunniff F., Enviromental Noise Pollution, John Wiley & Sons Inc.
Canada. 1977.