Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling

Pada praktikum Kebisingan dan Kondisi Meteorologi dilakukan di Parkiran


Departemen Teknik Lingkungan dan Teknik Industri pada hari Jumat, 17 Maret
2023 pukul 08.54 WIB. Kondisi wilayah sampling terletak pada 0o54’40” LS dan
100o27’40” BT dengan elevasi 273 meter di atas permukaan laut. Keadaan cuaca
saat pengambilan sampel cerah berawan dengan suhu rata-rata 28,7°C. Tekanan
rata-rata yang diperoleh adalah 978,5 inHg. Sementara itu, kelembapan udara
yang diperoleh dari lokasi pengambilan sampel adalah 71,3%. Angin yang bertiup
berasal dari barat ke timur dengan kecepatan rata-rata 0,08 m/s. Sumber
pencemaran berasal dari kendaraan bermotor serta aktivitas manusia.

2.2 Umum

Definisi dari suara adalah sensasi yang dihasilkan apabila getaran longitudinal
molekul-molekul dari lingkungan luar, yaitu fase pemadatan dan peregangan dari
molekulmolekul yang silih berganti, mengenai membrane timpani. Pola dari
gerakan ini digambarkan sebagai perubahanperubahan tekanan pada membran
timpani tiap unit waktu merupakan sederetan gelombang dan gerakan ini dalam
lingkungan sekitar kita umumnya dinamakan gelombang suara. Lebih lanjut,
Kepmenaker No. 51 Tahun 1999 memberikan pengertian mengenai kebisingan
sebagai seluruh jenis suara atau bunyi yang tidak diharapkan yang bersumber baik
dari suatu proses alat-alat produksi maupun peralatan kerja pada tingkat tertentu
yang dapat mendorong terjadinya gangguan pendengaran. Intensitas kebisingan
atau arus energi persatuan luas secara umum dinyatakan dalam satuan logaritmis
yang disebut dengan desibel (dB) dengan memperbandingkan dengan kekuatan
dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1.000 Hz yang
tepat didengar oleh telinga normal (Rimantho, 2015).

Komunikasi adalah salah satu percakapan yang bisa menyebabkan kebisingan


karena mengganggu pendengar manusia lain. Selain itu, kebisingan juga
menyebabkan gangguan psikologis seperti munculnya kejengkelan, kecemasan,
LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
dan ketakutan. Gangguan psikologis terjadi karena intensitas, frekuensi, periode
kejadian, kompleksitas spektrum atau kegaduhan dan ketidakteraturan kebisingan.
(Fithri, 2015).

2.3. Kebisingan

2.3.1 Pengertian Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh manusia dan merupakan
faktor lingkungan yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
Berdasarkan Kepmen LH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Nilai Ambang Batas
Tingkat Kebisingan menyatakan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan,
termasuk ternak, satwa, dan sistem alam. Setelah polusi udara dan air, polusi suara
di perkotaan dianggap sebagai jenis pencemaran lingkungan yang paling serius
ketiga oleh WHO. Secara umum polusi suara di daerah perkotaan dihasilkan
melalui sumber yang berbeda, diantaranya lalu lintas jalan, konstruksi dan
kegiatan komersial, industri, bandara dan daerah perumahan (Dewanty, 2015).

Kebisingan berasal dari kata bising yang artinya semua bunyi yang mengalihkan
perhatian, mengganggu, atau berbahaya bagi kegiatan sehari hari, bising
umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan dan juga dapat
menyebabkan polusi lingkungan. Suara adalah sensasi atau rasa yang dihasilkan
oleh organ pendengaran manusia ketika gelombang-gelombang suara dibentuk di
udara sekeliling manusia melalui getaran yang diterimanya. Gelombang suara
merupakan gelombang longitudinal yang terdengar sebagai bunyi bila masuk ke
telinga berada pada frekuensi 20–20.000 Hz atau disebut jangkauan suara yang
dapat didengar. Kebisingan bisa didefinisikan sebagai suara yang tidak
diharapkan. Kebisingan adalah suara apapun yang tidak diperlukan dan memiliki
efek buruk pada kualitas kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Suara lalu lintas
dan suara keras lainnya adalah contoh kebisingan yang dapat menurunkan tingkat
konsentrasi belajar (Hendrawan, 2020).

HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY 2110943013


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
2.3.2 Sifat, Sumber, Jenis dan Karakteristik Kebisingan

Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang


bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara
sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini
menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium
udara menurut pola rambatan longitudinal. Rambatan gelombang di udara ini
dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan waktu
dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan (Adillah, 2017).

Sifat dari kebisingan antara lain (Adillah, 2017):


1. Kadarnya berbeda;
2. jumlah tingkat bising bertambah, maka gangguan akan bertambah;
3. bising perlu dikendalikan karena sifatnya mengganggu.

Sumber kebisingan di tempat kerja berasal dari peralatan dan mesin-mesin yang
sedang beroperasi. Hal-hal yang dapat menimbulkan kebisingan pada peralatan
dan mesin-mesin yaitu (Fithri, 2015):
1. Mengoperasikan mesin-mesin produksi yang sudah cukup tua.
2. Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas kerja cukup
tinggi dalam periode operasi cukup panjang.
3. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala kadarnya.
Misalnya mesin diperbaiki hanya pada saat mesin mengalami kerusakan
parah.
4. Melakukan modifikasi/perubahan/pergantian secara parsial pada komponen-
komponen mesin produksi tanpa mengidahkan kaidah-kaidah keteknikan
yang benar, termasuk menggunakan komponen-komponen mesin tiruan.
5. Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak tepat
(terbalik atau tidak rapat/longgar), terutama pada bagian penghubung antara
modul mesin (bad conection).
6. Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai dengan fungsinya.

Sumber-sumber kebisingan pada dasarnya dibagi menjadi tiga macam yaitu


sumber titik, sumber bidang, dan sumber garis. Sumber-sumber kebisingan dapat
bersumber dari (Ramadhan, 2014):
HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY 2110943013
LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
1. Bising dalam (Interior)
Bising Interior atau bising dalam yaitu sumber bising yang bersumber dari
manusia, alat-alat rumah tangga, dan mesin-mesin gedung.
2. Bising Luar (Outdoor)
Bising Outdoor atau bising luar yaitu sumber bising yang berasal dari
aktivitas lalu lintas, transportasi, industri, alat-alat mekanis yang terlihat
dalam gedung, tempat-tempat pembangunan gedung, perbaikan jalan,
kegiatan olahraga dan lain-lain di luar ruangan atau gedung.

Berdasarkan sifat dan spektrum bunyi frekuensi bunyi, bising dibagi menjadi
(Ramadhan, 2014):
1. Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan spektrum
frekuensi yang lebar (steady state, wide bind noise), misalnya bising mesin,
kipas angin, dapur pijar, dan lain-lain.
2. Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi tipis (steady
state dan narrow band noise), misalnya bising gergaji sirkuler, katup gas dan
lain-lain.
3. Kebisingan terputus-putus (intermitten noise), misalnya bising lalu lintas
suara kapal terbang di bandara.

Sumber kebisingan di tempat kerja sangat beragam (Ramadhan, 2014):


1. Suara mesin. Jenis mesin penghasil suara di tempat kerja sangat bervariasi,
demikian pula karakteristik suara yang dihasilkan.
2. Aliran material. Aliran material dalam proses distribusi di tempat kerja sedikit
banyak akan menimbulkan kebisingan.
3. Manusia. Intensitas kebisingan suara manusia memang jauh lebih kecil
dibandingkan kebisingan yang dihasilkan mesin. Namun, suara manusia juga
tetap diperhitungkan sebagai sumber kebisingan.

Hubungan antara kebisingan dengan kemungkinan timbulnya gangguan terhadap


kesehatan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu intensitas kebisingan,
frekuensi kebisingan, dan lamanya seseorang berada di tempat atau di dekat bunyi
tersebut, baik dari hari ke hari ataupun seumur hidupnya. Kebisingan dapat
berhubungan dengan terjadinya kenaikan tekanan darah. Hal ini didukung dengan

HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY 2110943013


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
suatu studi epidemiologis di Amerika Serikat. Peneliti tersebut mengaitkan
masyarakat, kebisingan, serta risiko terjadinya peningkatan tekanan darah. Hasil
penelitian tersebut menyebutkan bahwa masyarakat yang terpapar kebisingan,
cenderung memiliki emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi tersebut akan
mengakibatkan stress. Stress yang cukup lama, akan menyebabkan terjadinya
penyempitan pembuluh darah, sehingga memacu jantung untuk bekerja lebih
keras memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Tekanan darah akan naik dalam
jangka waktu yang lama dan menyebabkan hipertensi (Diningsih dan Zulfian,
2018).

2.3.3 Dampak Kebisingan

Kebisingan merupakan suara yang tidak dikendaki. Apabila suatu suara


menganggu orang yang sedang membaca ataupun yang sedang mendengarkan
musik, maka suara itu adalah kebisingan bagi orang itu meskipun orang-orang lain
tidak terganggu oleh suara tersebut. Meskipun pengaruh bising banyak kaitannya
dengan faktor-faktor psikologis dan emosional, ada terdapat juga kasus-kasus
dimana akibat-akibat serius seperti kehilangan pendengaran terjadi karena
tingginya tingkat kenyaringan suara atau karena lamanya telinga terpasang pada
kebisingan tersebut. Pengaruh-pengaruh kebisingan antara lain (Fithri, 2015):
1. Pengaruh kebisingan terhadap fisiologis, meliputi:
a. Kerusakan Pendengaran
Kerusakan pendengaran akibat kebisingan adalah rusaknya organ-
organ dalam pendengaran.
b. Penurunan Pendengaran (Hearing Loss)
Penurunan pendengaran adalah bergesernya ambang batas pendengaran
seseorang menjadi lebih tinggi dari ambang batas manusia normal,
sehingga telinga tidak mampu mendeteksi tingkat tekanan bunyi pada 0
dBA sampai batas pergeseranya.
2. Pengaruh kebisingan terhadap psikologis, meliputi:
a. Gangguan Tidur (Sleep Disturbance)
Gangguan tidur yang dialami seseorang akibat kebisingan adalah
bergesernya tingkat perasaan nyenyak saat tidur menjadi lebih rendah.

HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY 2110943013


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
Berkurangnya kenyamanan dan perasaan nyenyak saat tidur menyebabkan
penurunan kebugaran.
b. Stress
Kebisingan yang mengenai seseorang sampai 85 dB(A) bisa berakibat
stressnya seseorang. Stress ini ditandai dengan membesarnya pupil mata,
naiknya tekanan darah dan meningkatnya asam lambung. Lebih jauh,
kebisingan yang mengenai seseorang dengan jangka waktu yang lama
mengakibatkan sakit mental, gelisah dan perasaan mudah marah.

2.3.4 Pengendalian Kebisingan

Pengendalian bising dan akustik pada ruang arsitektur dapat dilakukan dengan
mengendalikan getaran dan juga penggunaan material bangunan yang efektif.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebisingan dan bunyi
yang tidak diinginkan adalah dengan pemasangan bahan penyerap suara, yaitu
dengan pemilihan material yang dapat mengurangi 73 mereduksi kebisingan dan
kekuatan suara hingga 10 dB. Sedangkan menurut Cox dan D'Antonio (2009),
dengan penambahan bahan yang memiliki kemampuan penyerapan suara,
kebisingan menurun sampai 3-4 dBA dan tingkat gema dalam ruang akan
berkurang (Putra dan Nazhar, 2020).

Material akustik yang memiliki kemampuan sebagai peredam suara biasanya


ditandai dengan adanya pori. Kemampuan menyerap suara dari material ini
tergantung pada variabel ketebalan, kerapatan, dan arah seratnya. Material
penyerap suara yang memiliki pori-pori dengan memanfaatkan limbah serat alam
menjadi bentuk papan komposi. Pemilihan bentuk, arah atau orientasi ruang, dan
pemilihan material permukaan ruang akan menentukan kualitas dan kuantitas
bunyi yang kemudian akan menentukan karakter bunyi. Penggunaan bahan yang
menyerap suara dapat mengatasi masalah akustik, pengurangan kebisingan, dan
pengontrol waktu dengung (reverberation time) (Putra dan Nazhar, 2020).

Pengendalian kebisingan dapat dilakukan dengan beberapa metode. Tujuan dari


pengendalian kebisingan sendiri adalah untuk mencegah agar pekerja tidak
terpapar oleh bahaya kerja tersebut. Terdapat beberapa metode pengendalian
bahaya kebisingan, menurut hirarki pengendalian bahaya ada enam, yaitu
HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY 2110943013
LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
eliminasi, substitusi, isolasi, rekayasa engineering, administratif dan alat
pelindung diri (Setyaningrum, 2014):
1. Eliminasi
Eliminasi yaitu dilakukan dengan cara menghilangkan bahan atau proses kerja
yang berbahaya.
2. Substitusi
Subsitusi yaitu dengan cara mengganti bahan atau proses dengan yang lebih
aman.
3. Isolasi
Isolasi merupakan teknik pengendalian dengan memindahkan pekerja ke area
yang tingkat kebisingannya lebih rendah atau memperbesar jarak dari sumber
bising sehingga tingkat tekanan suara kebisingan yang sampai ke alat
pendengaran pun berkurang.
4. Rekayasa engineering
Teknik pengendalian ini pada umumnya dilakukan dengan membuat atau
merekayasa mesin dengan tingkat kebisingan yang tinggi, seperti penggantian
alat dari tingkat kebisingan tinggi dengan alat yang tingkat kebisingan rendah,
memodifikasi alat, menyerap kebisingan yang dihasilkan alat/mesin,
menempatkan mesin di ruang kedap bunyi dengan ventilasi yang memadai
agar mesin tidak kepanasan.
5. Administratif
Pengendalian ini dapat dilakukan dengan mengurangi waktu pemajanan
terhadap pekerja dengan cara pengaturan waktu kerja dan istirahat, sehinga
waktu kerja dari pekerja masih berada dalam batas aman. Pengaturan waktu
kerja ini disesuaikan antara pemajanan intensitas kebisingan dengan waktu
maksimum yang diizinkan untuk setiap area kerja.
6. Alat Pelindung Diri
Pengendalian dengan pemberian dan kewajiban pekerja dalam pemakaian
APD merupakan alternatif terakhir yang harus dilakukan jika urutan hirarki
pengendalian bahaya tidak bisa berjalan serta menyesuaikan dengan
kemampuan ekonomi perusahaan.

HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY 2110943013


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
Karakteristik dari kebisingan adalah berbentuk suara yang tidak diinginkan yang
bersumber dari alat produksi dan atau alat yang pada tingkat tertentu akan
menimbulkan gangguan pendengaran. Terbentuk dari sebuah getaran yang dapat
berpindah melalui medium padat, cair, dan gas (Fithri, 2015).

2.3.5 Pengukuran Tingkat Kebisingan

Pengukuran tingkat tekanan suara dilakukan pada tempat dan waktu yang telah
ditetapkan. Peralatan yang digunakan dalam pengukuran tingkat kebisingan
adalah Sound Level Meter (SLM). Penentuan waktu sampling berpedoman
KepMenLH No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Lamanya
waktu pengukuran untuk menentukan tingkat kebisingan adalah selama 24 jam
(LSM). Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan
menetapkan 4 waktu pengukuran siang hari dan 3 waktu pengukuran malam hari.
Pencatatan tingkat tekanan suara dilakukan setiap 5 detik selama 10 menit, waktu-
waktu pengukuran tersebut adalah sebagai berikut (Bachtiar, dkk., 2018):
a. L1 terletak antara 06.00-09.00 WIB.
b. L2 terletak antara 09.00-14.00 WIB.
c. L3 terletak antara 14.00-17.00 WIB.
d. L4 terletak antara 17.00-22.00 WIB.
e. L5 terletak antara 22.00-24.00 WIB.
f. L6 terletak antara 24.00-03.00 WIB.
g. L7 terletak antara 03.00-06.00 WIB.

Mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan dengan menggunakan


alat Sound Level Meter (SLM). Ada tiga cara atau metode pengukuran akibat
kebisingan di lokasi kerja, diantaranya adalah sebagai berikut (Harahap, 2016):
1. Pengukuran dengan titik sampling
Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas
hanya pada satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat
dilakukan untuk mengevaluasi kebisingan yang disebabkan oleh suatu
peralatan sederhana, misalnya kompresor atau generator. Jarak pengukuran
dari sumber harus dicantumkan. Selain itu, perlu diperhatikan pula arah
mikrofon alat pengukur yang digunakan. Data sampel yang diperoleh pada
HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY 2110943013
LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
pengukuran ini selanjutnya diolah dengan menggunakan uji statistik, dengan
cara melakukan uji kecukupan dan keseragaman data.
2. Pengukuran dengan peta kontur
Pengukuran ini sangat bermanfaat dalam mengukur kebisingan, karena peta
tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi kebisingan suatu area.
3. Pengukuran dengan Grid
Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh data kebisingan
pada lokasi yang diinginkan. Titik– titik sampling harus dibuat dengan jarak
interval yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi
menjadi beberapa kotak dengan ukuran dan jarak yang sama. kotak tersebut
ditandai dengan baris dan kolom untuk memudahkan identitas.

Tahap-tahap yang harus dilalui dalam proses penelitian menggunakan SLM ini
adalah (Harahap, 2016):
1. Mengidentifikasi area yang terpapar kebisingan untuk menentukan titik
sampling pengambilan data.
2. Menentukan cuplikan pengukuran dalam pengambilan data sampel.
3. Menyiapkan SLM dan tripod (dengan tinggi 1,2 meter) pada titik area yang
terpapar kebisingan.
4. Melakukan pengukuran dengan cuplikan 15 detik selama lima menit pada
setiap titik sampel.
5. Mencatat hasil pengukuran yang tertera pada SLM pada setiap cuplikan.
6. Menentukan nilai LAeq berdasarkan hasil pengukuran.
7. Melakukan analisis terhadap data dengan menentukan nilai Lmax, Lmin dan
LAeq.
8. Memeriksa apakah upaya penanganan kebisingan yang telah dilakukan sudah
memadai.

2.3.6 Baku Mutu Kebisingan

Baku mutu tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan terpapar ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996

HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY 2110943013


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
Tentang Baku Tingkat Kebisingan menyebutkan bahwa tingkat kebisingan
maksimum untuk beberapa kawasan seperti yang tercantum pada tabel:

Tabel 2.1 Baku Tingkat Kebisingan Lingkungan


Peruntukan Kawasan/ Lingkungan Kegiatan Tingkat kebisingan (dBA)
1. Peruntukan Kawasan
a. Perumahan, pemukiman dan kawasan/ 55
lingkungan pendidikan
b. Perdagangan dan Jasa 70
65
c. Perkantoran dan Perdagangan
50
d. Ruang Terbuka Hijau
70
e. Industri
60
f. Pemerintahan dan fasilitas Umum 70
g. Rekresi
h. Khusus:
-Bandar Udara 60
-Stasiun Kereta Api 70
-Pelabuhan Laut
-Cagar Budaya
2. Lingkungan Kegiatan
a. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
b. Sekolah atau sejenisnya 55
c. Tempat Ibadah atau sejenisnya 55
Sumber : Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996

2.4 Kondisi Meteorologis

Pengukuran kondisi meteorologi merupakan faktor penting dalam melakukan


pengukuran tingkat tekanan suara. Kondisi meteorologi seperti suhu,
kelembaban, tekanan udara, arah dan kecepatan angin dapat berpengaruh
terhadap besarnya intensitas suara yang terukur (Bachtiar, 2013).
1. Suhu
Suhu udara di bumi semakin naik ke atmosfer semakin turun, dengan teori
setiap kita naik 100 m suhu akan turun 1°C (udara dalam keadaan kering).
Secara horizontal, suhu di berbagai tempat di permukaan bumi tidak sama.

HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY 2110943013


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
Perbedaan suhu udara di banyak tempat dipengaruhi factor-faktor sebagai
berikut:
a. Letak lintang
b. Ketinggian tempat;
c. Jenis permukaan;
d. Kelembaban udara;
e. Tutupan awal diangkasa;
f. Arus samudera
g. Jarak dari laut.
2. Tekanan Udara
Permukaan bumi secara langsung ditekan oleh udara karena udara memiliki
massa. Udara adalah benda gas yang menyelubungi bumi dan mempunyai
massa. Pertanda bahwa adanya massa akan terjadi peristiwa di bawah ini yaitu:
a. Massa udara menumpuk dipermukaan bumi dan udara diatas menindih udara
dibawahnya, tekanan inilah yang dinamakan tekanan udara;
b. Massa udara dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Hal ini menyebabkan
semakin dekat dengan bumi maka udara semakin mampat dan apabila
semakin ke atas semakin renggang. Akibatnya semakin dekat dengan bumi
maka tekanan udara semakin besar dan sebaliknya;
c. Massa udara jika mendapatkan panas akan memuai dan jika mendapatkan
dingin akan menyusut.
3. Angin
Perbedaan tekanan udara di satu tempat dengan tempat yang lain menimbulkan
aliran udara. Pada dasarnya angin terjadi disebabkan oleh perbedaan
penyinaran matahari pada tempat-tempat yang berlainan di muka bumi.
Perbedaan temperatur menyebabkan perbedaan tekanan udara. Aliran udara
berlangsung dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke tempat dengan tekanan
udara yang lebih rendah.

HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY 2110943013


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
4.3 Pembahasan

Pengambilan sampel pada praktikum kali ini dilakukan di daerah sekitaran


Parkiran Departemen Teknik Lingkungan dan Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas Andalas pada hari Jumat, 17 Maret 2023 pukul 08.54 WIB. Koordinat
titik sampling berada pada 0°54’40” LS dan 100°27’40” BT dengan elevasi 273
meter di atas permukaan laut. Keadaan cuaca pada saat sampling cerah berawan.
Kondisi meteorologi saat pengambilan sampel dengan suhu rata-rata sebesar
28,7°C dan tekanan rata-rata sebesar 978,5 inHg. Sedangkan kelembapan udara
yang diperoleh dari lokasi pengambilan sampel adalah 71,3%. Angin yang bertiup
berasal dari barat ke timur dengan kecepatan rata-rata 0,08 m/s. Sumber
kebisingan diperkirakan berasal dari kendaraan yang berada di parkiran.

Pengukuran tingkat tekanan suara dilakukan pada tempat dan waktu yang telah
ditetapkan. Peralatan yang digunakan dalam pengukuran tingkat kebisingan
adalah Sound Level Meter (SLM). Penentuan waktu sampling berpedoman
KepMenLH No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Lamanya
waktu pengukuran untuk menentukan tingkat kebisingan adalah selama 24 jam
(LSM) dengan asumsi pada siang hari tingkat aktivitas yang paling tinggi selama
16 jam (LS) pada selang waktu 06.00-22.00 WIB dan aktivitas malam hari selama
8 jam (LM) pada selang waktu 22.00-06.00 WIB. Setiap pengukuran harus dapat
mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan 4 waktu pengukuran siang
hari dan 3 waktu pengukuran malam hari.

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, tingkat kebisingan rata-rata yang


terjadi di lokasi sampling adalah sebesar 54,1 dB dan hasil pengukuran tingkat
kebisingan di siang hari didapatkan sebesar 33,6 dB. Menurut Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Pemerintah Nomor 48 Tahun 1996 tentang Baku Mutu
Tingkat Kebisingan yang diperbolehkan untuk lingkup sekolah dan sejenisnya
adalah sebesar 55 dB. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kadar kebisingan di lokasi
sampling memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.

Kebisingan dapat mengganggu percakapan sehingga memengaruhi komunikasi


yang sedang berlangsung, selain itu dapat menimbulkan gangguan psikologis
seperti kejengkelan, kecemasan, serta ketakutan. Gangguan psikologis akibat
HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY 2110943013
LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
kebisingan tergantung pada intensitas, frekuensi, periode, dan lama kejadian
kompleksitas spektrum atau kegaduhan dan tidak teraturnya suara kebisingan.
Gangguan kesehatan yang timbul akibat adanya kebisingan yaitu gangguan
pendengaran, pencernaan, stress, sakit kepala, peningkatan tekanan darah dan
penurunan prestasi kerja. Kebisingan juga memberikan dampak berupa penurunan
fungsi pendengaran yang dapat menyebabkan ketulian progresif.

Salah satu teknik pengendalian bising dapat dilakukan dengan cara


mengendalikan getaran dan penggunaan material bangunan yang efektif. Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebisingan dan bunyi yang tidak
diinginkan adalah dengan pemasangan bahan penyerap suara, yaitu dengan
pemilihan material yang dapat mengurangi kebisingan. Material akustik yang
memiliki kemampuan sebagai peredam suara biasanya ditandai dengan adanya
pori. Kemampuan menyerap suara dari material ini tergantung pada variabel
ketebalan, kerapatan, dan arah seratnya. Material penyerap suara yang memiliki
pori-pori dengan memanfaatkan limbah serat alam menjadi bentuk papan
komposi.

Peran Sarjana Teknik Lingkungan dalam hal ini yang dapat dilakukan yaitu
melakukan pengamatan lingkungan, melakukan pengukuran dan pengujian atas
data-data serta menganalisis permasalahan kebisingan dan meteorologi, kemudian
menarik kesimpulan sehingga didapatkan pengendalian yang tepat terhadap
kebisingan udara yang terjadi. Sarjana Teknik Lingkungan juga dapat melakukan
sosialisasi mengenai upaya pengendalian kebisingan yaitu memulai kebiasaan
naik angkutan umum atau mengurangi jumlah angka kendaraan yang menjadi
salah satu sumber kebisingan.

HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY 2110943013


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:


1. Sampel diambil di daerah sekitaran Parkiran Departemen Teknik Lingkungan
dan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas pada hari Jumat, 17
Maret 2023 pukul 08.54 WIB. Koordinat titik sampling berada pada 0°54’40”
LS dan 100°27’40” BT dengan elevasi 273 meter di atas permukaan laut;
2. Pengukuran tingkat kebisingan diukur menggunakan alat Sound Level Meter
(SLM). Penentuan waktu sampling berpedoman KepMenLH No. 48 Tahun
1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan;
3. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Pemerintah Nomor
48 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan adalah 55 dB. Nilai
intensitas kebisingan di lokasi sampling didapatkan sebesar 54,1 dB dan pada
siang hari sebesar 33,6 dB. Maka, dapat disimpulkan nilai intensitas bising di
lokasi sampling memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan;
4. Dampak yang dapat diakibatkan oleh tingkat kebisingan yang tinggi pada
lokasi sampling ini adalah gangguan fisiologis, psikologis maupun komunikasi
yang sedang berlangsung disekitar wilayah tersebut;
5. Teknik pengendalian bising yang dapat dilakukan adalah dengan pemasangan
bahan penyerap suara, yaitu dengan pemilihan material yang dapat mengurangi
kebisingan;
6. Sarjana Teknik Lingkungan dapat melakukan sosialisasi mengenai upaya
pengendalian kebisingan dan menciptakan teknologi yang dapat meredam
kebisingan.
LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan setelah melaksanakan praktikum ini adalah:


1. Praktikan selanjutnya harus memahami prosedur percobaan dan alat yang akan
digunakan pada praktikum baik sebelum praktikum, saat praktikum maupun
setelah praktikum;
2. Masyarakat seharusnya lebih sadar dan peduli akan kondisi bising disekitar
karena apabila kondisi bising di lingkungan sekitar kita melebihi baku mutu
akan berdampak pada kesehatan;
3. Pemerintah sebaiknya dapat memberi sanksi atau denda terhadap masyarakat
ataupun pihak-pihak yang menghasilkan kebisingan melebihi batas baku mutu
yang telah ditetapkan;
4. Sarjana Teknik Lingkungan sebaiknya mampu mengaplikasikan ilmunya untuk
melakukan penelitian, pencegahan, dan pengendalian kebisingan.

HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY 2110943013


DAFTAR PUSTAKA

Adillah. 2017. Kajian tingkat kebisingan di kawasan Bandara Pinang Kampai Kota
Dumai. Pekanbaru: Universitas Riau.

Bachtiar, V.S., Afrianita, R. dan Zamzamy, A., 2018. Evaluasi Tingkat Kebisingan
Kawasan Selatan Universitas Negeri Padang. Jurnal Dampak, Volume 15,
Nomor 1.

Dewanty, R.A, Sudarmaji. 2015. Analisis Dampak Intensitas Kebisingan Terhadap


Gangguan Pendengaran Petugas Laundry. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.
8, No. 2.

Diningsih, Septilia Eka Enggar, Zulfian. 2018. Pengaruh Intensitas Kebisingan di

Tempat Kerja Terhadap Tekanan Darah. Jurnal Ilmu Kedokteran dan

Kesehatan, Volume 5, Nomor 1.

Fithri, Prima. 2015. Analisis Intensitas Kebisingan Lingkungan Kerja Pada Area
Utilities Unit PLT Dan Boiler Di PT.Pertamina RU II Dumai. Padang:
Universitas Andalas.

Harahap, Juliansyah. 2016. Penentuan Tingkat Kebisingan Pada Area Pengolahan


Sekam Padi, Siltstone Crusher, Cooler Dan Power Plant Pada PT. Lafarge
Cement Indonesia-Lhoknga Plant. Program Studi Teknik Lingkungan. UIN
Ar-Raniry: Darussalam Banda Aceh.

Hendrawan, A. 2020. Analisa Tingkat Kebisingan Kamar Mesin Pada Kapal. In


Wijayasukma Prosiding Seminar Nasional (Vol. 1, No. 1, pp. 10-15).

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang Baku
Tingkat Kebisingan.

Putra, A.R. dan Nazhar, R.D., 2020. Peranan Material Interior dalam Pengendalian
Akustik Auditorium Bandung Creative Hub. Waca Cipta Ruang: Jurnal Ilmiah
Desain Interior. Volume 6, Nomor 2.
Ramadhan, Nissa Putri. 2014. Pengaruh Kebisingan Aktivitas di Bandar Udara
terhadap Lingkungan Sekitar. Jakarta: Universitas Trisakti.

Rimantho, Dino dan Bambang Cahyadi. 2015. Analisis Kebisingan Terhadap


Karyawan di Lingkungan Kerja Pada Beberapa Jenis Perusahaan. Fakultas
Teknik, Universitas Pancasila.

Setyaningrum, Indri. 2014. Analisa Pengendalian Kebisingan Pada Penggerindaan


Di Area Fabrikasi Perusahaan Pertambangan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal), Volume 2, Nomor 4.

Anda mungkin juga menyukai