Anda di halaman 1dari 33

PRAKTIKUM FISIKA LINGKUNGAN

ANALISIS KEBISINGAN

“PERUMAHAN GRAHA ESTETIKA”

Disusun Oleh:

1. Wildan Dyah Ulfath


2. Arum Choirunnisa
3. Bella Yunita
4. Karina Martia
5. Muhammad Shidiq
6. Aurelia Teresa Senduk (21080114130080)
7. Syauqina Nashihi Aufar (21080114140083)
8. Angelica Oktaviana Sianturi

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur dihaturkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena hanya
atas rahmat dan berkatnya sehingga laporan praktikum analisis kebisingan ini
dapat dibuat dan diselesaikan dengan baik.
Tugas ini disusun sebagai persyaratan mengikuti Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Fisika Lingkungan yang wajib ditempuh oleh mahasiswa Program
Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Selanjutnya terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Ir.Syarifudin, CES, M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan
Unversitas Diponegoro.
2. Dr. Eng. Agus Setyawan, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Fisika
Lingkungan atas penjelasan materi yang diberikan.
3. Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa.
4. Teman-teman sekelompok yang saling bekerja sama dalam menyelesaikan
laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini tidak lepas dari berbagai
kekurangan, oleh karena itu penyusun menerima semua kritik dan saran
untuk kemajuan. Penyusun berharap kiranya laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Semarang, 27 Juni 2015

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi menjadi sebuah tuntutan dimasa kini. Perkembangan yang


sangat pesat, memasuki hampir seluruh sendi-sendi kehidupan manusia.
Berbagai alat-alat teknologi diciptakan dengan maksud untuk membantu
dan mengurangi beban kerja manusia baik di industri maupun di rumah.
Alat-alat teknologi tersebut hampir semuanya disertai dengan produk
kebisingan. Seperti alat musik, pembersih lantai, alat penyedot debu,
gerinda listrik, gergaji listrik, kendaraan bermotor, dan lain-lain.
Penggunaan alat-alat tersebut dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan sociocusts yakni manusia menjadi tuli karena kehidupannya
bermasyarakat dimana tidak lepas dari alat-alat teknologi setiap harinya.
Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk tempat kerja. Bahkan bunyi yang kita tangkap
melalui telinga kita merupakan bagian dari kerja misalnya bunyi telepon,
bunyi mesin ketik atau komputer, mesin cetak, dan sebagainya. Namun
sering bunyi-bunyi tersebut meskipun merupakan bagian dari kerja kita,
tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan orang, bunyi mesin diesel
yang melebihi ambang batas pendengaran, dan sebagainya. Bunyi yang
tidak kita inginkan atau kehendaki inilah yang sering disebut bising atau
kebisingan.
Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering
dijumpai di tempat kerja. Seiring dengan proses industrialisasi yang
disertai dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi, kebisingan
tidak bisa dipisahkan dari perkembangan teknologi dan kemajuan
industrialisasi.
Kebisingan mempengaruhi kesehatan, antara lain dapat menyebabkan
kerusakan pada indra pendengaran sampai pada ketulian. Dari hasil
penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan
bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah di atas 60
dB. Oleh sebab itu, para karyawan yang nekerja di pabrik dengan
intensitas bunyi mesin di atas 60 dB, maka harus dilengkapi dengan alat
pelindung (penyumbat) telinga, guna mencegah gangguan-gangguan
pedengaran.
Demikian halnya pada penelitian yang dilakukan pada tenaga kerja
pengolahan kayu di Kota Semarang, menemukan bahwa kebisingan dapat
menyebabkan kelelahan sebesar 42,8% dan sisanya dipengaruhi oleh
faktor lain. Dan penelitian lain yang dilakukan menemukan bahwa
produktivitas kerja pada tingkat kebisingan 85 dB mengalami penurunan
sebessar 12% bila dibandingakan dengan produktivitas kerja pada kondisi
kebisingan 80,3 dB.
Selain itu kebisingan juga dapat mempengaruhi peningkatan tekanan
darah seperti pada penelitian menemukan bahwa sebesar 95,9% pekerja
mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dan 69,% pekerja yang
mengalami peningkatan tekanan darah diastolik.

Tembalang merupakan salah satu daerah di kota Semarang yang


penduduknya cenderung padat karena terdapat kampus UNDIP. Kelompok
kami melakukan percobaan di salah satu titik di daerah Tembalang yakni
di perumahan Graha Estetika dimana merupakan salah satu titik dengan
tingkat kebisingan yang cukup tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah tingkat kebisingan di daerah Perumahan Graha Estetika
Tembalang sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.48
Tahun 1996 tentang batas kebisingan pada suatu tempat?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kebisingan di daerah
Perumahan Graha Estetika?
3. Bagaimana untuk mengurangi tingkat kebisingan di daerah Perumahan
Graha Estetika?

1.3 Tujuan
Mengetahui tingkat kebisingan di perumahan yang ada di daerah Tembalang.

1.4 Manfaat

1.4.1 Mengenal aplikasi alat Sound Level Meter

1.4.2 Mengetahui tingkat kebisingan di suatu area penelitian

1.5 Pembatasan Masalah

Pengukuran kebisingan dilakukan di daerah perumahan Graha Estetika di


kecamatan Tembalang, Kota Semarang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bising

Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak


dikehendaki, defenisi ini menunjukkan bahwa bising itu sangat subjektif,
tergantung dari masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya
bising. Pengaruh khusus akibat kebisingan berupa gangguan pendengaran,
gangguan kehamilan, pertumbuhan bayi, gangguan komunisasi, gangguan
istirahat, gangguan tidur, psikofisiologis, gangguan mental, kinerja,
pengaruh terhadap perilaku pemukiman, ketidak nyamanan, dan juga
gangguan berbagai aktivitas sehari-hari. Saat ini kebisingan telah menjadi
masalah yang banyak di hadapi penduduk. Untuk kegiatan pembangunan
secara fisik seperti sarana transportasi harus dikendalikan tingkat
kebisingannya sehingga tidak melampaui batas.

Dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat


menurunkan pendengaran baik secara kwantitatif (peningkatan ambang
pendengaran) maupun secara kwalitatif (penyempitan spektrum
pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas , frekuensi, durasi, dan
pola waktu.

Suara dikatakan bising bila suara-suara tersebut menimbulkan


gangguan terhadap lingkungan seperti gangguan percakapan, gangguan
tidur dan lain-lain (Suma’mur, 1996).

Menurut Doelle (1993): “suara atau bunyi secara fisis merupakan


penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastis seperti
misalnya udara. Secara fisiologis merupakan sensasi yang timbul sebagai
akibat propagasi energi getaran dari suatu sumber getar yang sampai ke
gendang telinga.”

Menurut Patrick (1977): “kebisingan dapat pula diartikan sebagai


bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya.”

Menurut Prabu, Putra (2009) bising adalah suara yang


mengganggu.

Menurut Ikron I Made Djaja, Ririn A.W, (2005) bising adalah


bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau
membahayakan kesehatan.

Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-


48/MENLH/11/1996 definisi bising adalah “bunyi yang tidak diinginkan
dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan.

Kebisingan dapat juga diartikan sebagai bentuk suara yang tidak


sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga secara umum kebisingan
dapat diartikan sebagai suara yang merugikan manusia dan lingkungan.
Bising dikategorikan pada polutan lingkungan/buangan yang tidak terlihat,
tapi efeknya cukup besar. Kebisingan adalah bahaya yang umum di tempat
kerja.

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan


dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang
dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan
sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang
menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang
tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan
pendengaran.
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber
suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan
molekul udara sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar.
Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi
mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan longitudinal.
Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi
sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan
gangguan kenyamanan dan kesehatan
2.2 Sumber Bising
Sumber bising dapat dibedakan berdasarkan dua 2 kategori, yaitu
sumber bising berdasarkan jenis dan sumber bising berdasarkan bentuk.

A. Berdasarkan Jenis
Sumber-sumber bising sangat banyak, namun
dikelompokkan menjadi kebisingan industri, kebisingan kegiatan
konstruksi, kebisingan kegiatan olahraga dan seni, dan kebisingan
lalu lintas. Selanjutnya, emisi kebisingan dipantulkan melalui
lantai, atap, dan alat-alat.
Sumber bising secara umum (Goembira, Fadjar, Vera S
Bachtiar, 2003):

1. Indoor   : manusia, alat-alat rumah tangga dan mesin;


2. Outdoor: lalu lintas, industri dan kegiatan lain.
Pembagian sumber bising lain dapat dibedakan menjadi:
1. Sumber terbesar: lalu lintas (darat, laut dan udara)
Tingkat tekanan suara dari lalu lintas dapat diprediksi dari:
-      Kecepatan lalu lintas;
-      Kecepatan kendaraan;
-      Kondisi permukaan jalan.
2. Industri: tergantung kepada jenis industri dan peralatan. Di
Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3
macam, yaitu
1. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.
2. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan
akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian
mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan,
bearing, dan lain-lain.
3. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan
cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa
penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan
lain-lain.

B. Berdasarkan Bentuk

Sumber Titik (sumber diam), adalah penyebaran


kebisingannya dalam bentuk bola-bola konsentris dengan sumber
kebisingan sebagai pusatnya dan menyebar diudara dengan
kecepatan sekitar 360 m/det.
Sedangkan sumber Garis (sumber bergerak), merupakan
penyebaran kebisingannya dalam bentuk silinder-silinder
konsentris dan sumber kebisingan sebagai sumbunya dengan
menyebar ke udara dengan kecepatan sekitar 360 m/det. Sumber
kebisingan ini umumnya berasal dari kegiatan transportasi.

2.3 Pengaruh Bising


Kesepakatan para ahli mengemukakan bahwa batas toleransi untuk
pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang
batas 85 dBA. Pemaparan kebisingan yang keras selalu di atas 85 dBA,
dapat menyebabkan ketulian sementara. Biasanya ketulian akibat
kebisingan terjadi tidak seketika sehingga pada awalnya tidak disadari oleh
manusia. Baru setelah beberapa waktu terjadi keluhan kurang pendengaran
yang sangat mengganggu dan dirasakan sangat merugikan. Pengaruh-
pengaruh kebisingan selain terhadap alat pendengaran dirasakan oleh para
pekerja yang terpapar kebisingan keras mengeluh tentang adanya rasa
mual, lemas, stres, sakit kepala bahkan peningkatan tekanan darah.
Gangguan kesehatan lainnya selain gangguan pendengaran
biasanya disebabkan karena energi kebisingan yang tinggi mampu
menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan
tekanan darah, dan tingkat pengeluaran keringat. Sebagai tambahan, ada
efek psikososial dan psikomotor ringan jika dicoba bekerja di lingkungan
yang bising. Bising menyebabkan berbagai gangguan pada tenaga
kerja.Gangguan kesehatan yang ditimbulkan akibat bising pada tenaga
kerja bermacam-macam.

a. Gangguan pada pendengaran


 Trauma Akustik: Merupakan gangguan pendengaran
yang disebabkan pemaparan tunggal (Single exposure)
terhadap intensitas yang tinggi dan terjadi secara tiba-tiba,
sebagai contoh gangguan pendengaran atau ketulian yang
disebabkan suara ledakan bom. Hal ini dapat
menyebabkan robeknya membran tympani dan kerusakan
tulang-tulang pendengaran.
 Temporary Threshold Shift (TTS) atau kurang pendengaran
akibat bising sementara (KPABS). Adalah efek jangka
pendek dari pemaparan bising, berupa kenaikan ambang
sementara yang kemudian setelah berakhirnya pemaparan
terhadap bising akan kembali normal. Faktor yang
mempengaruhi terjadinya TTS adalah intensitas dan
frekuensi bising, lama waktu pemaparan dan lama waktu
istirahat dari pemaparan, tipe bising dan kepekaan
individual.
 Permanent Threshold shift (PTS) atau kurang pendengaran
akibat bising tetap. Adalah kenaikan ambang pendengaran
yang bersifat irreversibel, sehingga tidak mungkin terjadi
pemulihan. Ini dapat disebabkan oleh efek kumulatif
pemaparan terhadap bising yang berulang selama
bertahun-tahun.
b. Gangguan pada Fisiologi

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu,


apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba.
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg),
peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada
tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan
sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan
pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang
situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan
menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan
sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem
saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah,
sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah,
peningkatan nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah
kecil terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan
gangguan sensoris.

Kebisingan bisa direspon oleh otak yang merasakan


pengalaman ini sebagai ancaman atau stres, yang kemudian
berhubungan dengan pengeluaran hormon stres seperti
epinephrine, norepinephrine dan kortisol. Stres akan mempengaruhi
sistim saraf yang kemudian berpengaruh pada detak jantung,
akan berakibat perubahan tekanan darah. Stres yang berulang-ulang
bisa menjadikan perubahan tekanan darah itu menetap. Kenaikan
tekanan darah yang terus- menerus akan berakibat pada hipertensi
dan stroke.

c. Gangguan pada pembicaraan (komunikasi)


Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect
(bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau
gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus
dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan
terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya
kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya.
Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan
keselamatan seseorang
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya
pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi
pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi
ini secara tidak langsung mengakibatkan bahaya pada keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau
isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu
pekerjaan dan produktifitas kerja.

2.4 Pernyataan Tingkat Kebisingan

• Tingkat Kebisingan Statistik


Model yang dipergunakan untuk menyatakan distribusi kebisingan selama
interval tertentu secara lebih mendalam.
o L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 - 09.00
o L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 12.00
o L3 diambil pada jam 13.00 mewakili jam 12.00 - 15.00
o L4 diambil pada jam 16.00 mewakili jam 15.00 – 18.00
o L5 diambil pada jam 19.00 mewakili jam 18.00 - 22.00
o L6 diambil pada jam 22.00 mewakili jam 22.00 - 24.00
o L7 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - 03.00
o L8 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 - 06.00
• Tingkat Kebisingan Ekivalen
Model yang dipergunakan untuk menyatakan tingkat kebisingan rerata
dalam interval waktu tertentu. Salah satu perhitungan tingkat tekanan
bunyi adalah tingkat tekanan bunyi ekuivalen dimana nilai tertentu bunyi
yang fluktuatif selama waktu tertentu setara dengan tingkat bunyi yang
steady state pada selang waktu yang sama. Tingkat tekanan bunyi rata-rata
terhadap waktu ( Leq ) dapat ditentukan melalui persamaan :
Li
1
Leq = 10 log ( Σ t i 10 10 ) dBA
T
Li
10
atau Leq = 10 log (Σ Pi 10 )

Deviasi standar dari Tingkat kebisingan ekuivalen adalah :


N 1

σ=
[∑
i =1
Pi L2i − ( Σ P i Li )
]
2 2

ti = Lamanya waktu dengan Tingkat Kebisingan Li


T = ∑ ti = t1 + t2 + t3 + ……….
Pi = ti/T = fraksi waktu

• Tingkat Kebisingan Siang Malam


Model yang dipergunakan untuk menyatakan tingkat kebisingan
lingkungan.
 Interval Siang : 16 jam (06.00 – 22.00)
 Interval Malam : 8 jam (22.00 – 06.00

Persamaannya adalah sebagai berikut :


1
LSM = 10 log [ ¿¿
24
2.5 PENGUKURAN KEBISINGAN

Cara Pengukuran Tingkat Kebisingan

Suara atau bunyi memiliki intensitas yang berbeda, contohnya


jika kita berteriak suara kita lebih kuat daripada berbisik, sehingga
teriakan itu memiliki energi lebih besar untuk mencapai jarak yang lebih
jauh. Unit untuk mengukur intensitas bunyi adalah desibel (dB). Skala
desibel merupakan skala yang bersifat logaritmik. Penambahan tingkat
desibel berarti kenaikan tingkat kebisingan yang cukup besar. Contoh,
jika bunyi bertambah 3 dB, volume suara sebenarnya meningkat 2 kali
lipat.

Kebisingan bisa menggangu karena frekuensi dan volumenya.


Sebagai contoh, suara berfrekuensi tinggi lebih menggangu dari suara
berfrekuensi rendah. Untuk menentukan tingkat bahaya dari kebisingan,
maka perlu dilakukan monitoring dengan bantuan alat:

 Noise Level Meter dan Noise Analyzer (untuk mengidentifikasi paparan)


 Peralatan audiometric, untuk mengetes secara periodik selama paparan
dan untuk menganalisis dampak paparan pada pekerja.

Peralatan yang dipergunakan

Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara


lain sound survey meter, sound level meter, octave band analyzer, narrow
band analyzer, dan lain-lain. Untuk permasalahan bising kebanyakan
sound level meter dan octave band analyzer sudah cukup banyak
memberikan informasi.

 Sound Level Meter (SLM)

Adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran


kebisingan. SLM terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik
termasuk attenuator, 3 jaringan perespon frekuensi, skala indikator dan
amplifier. Tiga jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar SLM.
Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan yang terbaik dalam
pengukuran tingkat kebisingan total. Respon manusia terhadap suara
bermacam-macam sesuai dengan frekuensi dan intensitasnya. Telinga
kurang sensitif terhadap frekuensi lemah maupun tinggi pada intensitas
yang rendah. Pada tingkat kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon
manusia terhadap berbagai frekuensi. Tiga pembobotan tersebut
berfungsi untuk mengkompensasi perbedaan respon manusia. Octave
Band Analyzer (OBA)

Saat bunyi yang diukur bersifat komplek, terdiri atas tone yang
berbeda-beda, oktaf yang berbeda-beda, maka nilai yang dihasilkan di
SLM tetap berupa nilai tunggal. Hal ini tentu saja tidak representatif.
Untuk kondisi pengukuran yang rumit berdasarkan frekuensi, maka alat
yang digunakan adalah OBA. Pengukuran dapat dilakukan dalam satu
oktaf dengan satu OBA. Untuk pengukuran lebih dari satu oktaf, dapat
digunakan OBA dengan tipe lain. Oktaf standar yang ada adalah 37,5 –
75, 75-150, 300-600,600-1200, 1200-2400, 2400-4800, dan 4800-9600 H

Analisis kebisingan Menurut Keputusan Menteri Negara


Lingkungan Hidup Nomor:Kep-48/MENLH/ 11/ 1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan Tanggal 25 Nopember 1996,

maka pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara:

2.6 Sound Level Meter

Sound Level Meter (SLM) mengukur tingkat tekanan suara dan


biasanya digunakan dalam pengukuran polusi suara untuk kuantifikasi
hampir semua kebisingan, tetapi khusus untuk perindustrian, lingkungan
dan kebisingan pesawat terbang. Namun pembacaan oleh sound level
meter tidak berkorelasi secara baik dengan kenyaringan yang dirasakan
oleh manusia, sehingga memerlukan alat untuk mengukur kenyaringan.
Standar internasional untuk kinerja sound level meter adalah IEC
61672:2003. Sound level meter standar yang lebih tepat disebut sebagai
sound level meter perataan eksponensial seperti sinyal AC dari
microphone yang dikonversikan ke DC melalui rangkaian akar - rata-rata
– kuadrat (RMS) dan memiliki integrasi waktu konstan. Output dari
rangkaian RMS linier menurut tegangan dan melalui rangkaian logaritma
yang menghasilkan pembacaan linier dalam decibel (dB). Proses ini 20
kali 10 basis logaritma dari rasio tekanan suara RMS yang diketahui
dengan tekanan suara referensi. Tekanan referensi telah diatur berdasarkan
persetujuan Internasional menjadi 20 mikropaskal untuk suara pada
medium udara. Hal ini menyatakan bahwa decibel adalah nilai yang bukan
satuan, secara sederhana menyatakan ratio dimensional – dalam hal ini
rasio dari dua tekanan.(http://wikipedia.org)

1. Metode Pengukuran

Menurut Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No 48 tahun 1996,


pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara:

A. Cara Sederhana
Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi
dB(A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan
dilakukan setiap 5 (lima) detik.
B. Cara Langsung
Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai
fasilitas pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik,
dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit. Waktu pengukuran
dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari
tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 12 jam (LS) pada selang waktu
06.00 – 18.00 dan aktivitas dalam hari selama 12 jam (LM) pada selang
18.00 - 06.00. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu
tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang
hari dan pada malam hari paling sedikit 4 waktu pengukuran, sebagai
contoh:
 L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 - 09.00
 L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 12.00
 L3 diambil pada jam 13.00 mewakili jam 12.00 - 15.00
 L4 diambil pada jam 16.00 mewakili jam 15.00 – 18.00
 L5 diambil pada jam 19.00 mewakili jam 18.00 - 22.00
 L6 diambil pada jam 22.00 mewakili jam 22.00 - 24.00
 L7 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - 03.00
 L8 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 - 06.00

Keterangan :

- Leq : Equivalent Continous Noise Level atau Tingkat Kebisingan


Sinambung Setara ialah nilai tingkat kebisingan dari kebisingan yang
berubah-ubah (fluktuatif) selama waktu tertentu, yang setara dengan
tingkat kebisingan dari kebisingan yang ajeg (steady) pada selang waktu
yang sama. Satuannya adalah dB(A).

- LTMS = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik

- LS = Leq selama siang hari

- LM = Leq selama malam hari

- LSM = Leq selama siang dan malam hari

2. Metode Perhitungan

(dari contoh) LS dihitung sebagai berikut:

LS = 10 log 1/16 {T1.100,1 L1 + ... + T5.100,1 L4} dB(A)


LM dihitung sebagai berikut: LM = 10 log 1/8 {T5.100,1 L6 + ... +
T8.100,1 L7} dB(A)

Untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan sudah melampaui tingka


kebisingan maka, perlu dicari nilai LSM dari pengukuran lapangan. LSM
dihitung dari rumus:

LSM = 10 log 1/24 {12.100,1 LS + 12.100,1 (LM+5)} dB(A)

Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas


pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan
pengukuran selama 10 (sepuluh) menit. Evaluasi hasil pengukuran dengan
baku mutu kebisingan yang ditetapkan dengan toleransi +3 dBA
(Sasongko dan Hadiyarto, 2000)

Tabel Lampiran SK Menteri Negara

Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996


2.6 UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN

a. Pengendalian pada Sumber

Pengendalian kebisingan pada sumber mencakup:

1) Perlindungan pada peralatan, struktur dan pekerja dari dampak


bising.

2) Pembatasan tingkat bising yang boleh dipancarkan sumber


(Sasongko, 2000).

b. Pengendalian Pada Media Rambatan

Pengendalian pada lintasan (media rambatan) adalah pengendalian


diantara sumber dan penerima kebisingan. Prinsip pengendaliannya
adalah dengan melemahkan intensitas kebisingan yang merambat dari
sumber kepenerima dengan cara membuat hambatan-hambatan. Ada 2
cara pengendalian kebisingan pada lintasan yaitu out door noise control
dan indoor noise control.

1) Outdoor Noise Control

Pengendalian kebisingan di luar sumber suara adalah mengusahakan


menghambat rambatan suara di luar ruangan sedemikian rupa sehingga
intensitas suaranya menjadi lemah (Sasongko, 2000).
2) Indoor Noise Control

Pengendalian di dalam ruang sumber suara adalah usaha menghambat


rambatan suara atau kebisingan di dalam ruangan atau gedung sehingga
intensitas suara menjadi lemah (Sasongko, 2000).

c. Pengendalian Pada Pendengar

Pengendalian kebisingan pada pendengar dilakukan untuk mereduksi


tingkat kebisingan yang diterima harian, sering disebut dengan personal
hearing protection. Pengendalian ini ditujukan pada pekerja pabrik atau
mereka yang bertempat tinggal didekat jalan raya yang ramai. Karena
daerah utama kerusakan akibat kebisingan pada manusia adalah
pendengaran (telinga bagian dalam), Maka metode pengendaliannya
dengan memanfaatkan alat bantu yang bisa mereduksi tingkat kebisingan
yang masuk ke telinga bagian luar dan bagian tengah, sebelum masuk ke
telinga bagian dalam. Cara yang biasa digunakan untuk pengendalian
kebisingan pada penerima adalah:

 Pengendalian Secara Teknis

1. Mengubah cara kerja, dari yang menimbulkan bising menjadi


berkurang suarayang menimbulkan bisingnya.
2. Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap
suara
3. Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan
4. Substitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising
5. Menggunakan fondasi mesin yang baik agar tidak ada
sambungan yanggoyang, dan mengganti bagian-bagian logam
dengan karet
6. Modifikasi mesin atau proses
7. Merawat mesin dan alat secara teratur dan periodik sehingga
dapatmengurangi suara bising
 Pengendalian Secara Administratif
Yaitu berupa kriteria atau tingkat baku kebisingan untuk tindakan
pencegahan yang menetapkan tingkat kebisingan maksimal yang
diperbolehkan dan lamanya kebisingan yang boleh diterima dalam
kaitannya dengan perlindungan pendengaran. Pengendalian secara
administratif mempunyai tujuan untuk mengendalikan tingkat dan lama
kebisingan yang diterima oleh pekerja dengan mengatur pola kerja sesuai
lingkungannya.
 Penggunaan Alat Pelindung Diri
Apabila pengendalian secara teknis dan administratif belum dapat
mereduksi tingkat dan lama kebisingan yang diterima maka digunakan
alat pelindung kebisingan yaitu ear plug atau ear muff. Tindakan yang
terpenting dalam pengendalian kebisingan adalah dengan mengurangi
tingkat bunyi dengan cara-cara teknis, baik korektif (peredam bunyi,
panel anti pantulan, lapis pelindung, pelindung kepala dll) atau lebih baik
dengan merancang mesin-mesin yang kurang bising (Joko Suyono,
1995:173).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat yang Digunakan

1. Sound Level Meter, sebagai alat untuk mengukur tingkat kebisingan


suatu daerah

2. Meteran, sebagai pengukur jarak

3.2. Diagram Kerja


MULAI

Mengkalibrasi sound level


meter

Mencatat tingkat kebisingan


tiap 5 detik selama 10 menit

SELESAI

1.3 Diagram skematik Sound Level Meter


1.4. Gambar Alat

Gambar 3.3 Beberapa alat yang digunakan,dari kiri ke kanan : Sound


level meter (SLM), dan Stopwatch.

BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Pada interval :
00.00-03.00, data diambil pada pukul 02.00
03.00-06.00, data diambil pada pukul 04.30
06.00-09.00, data diambil pada pukul 08.00
09.00-12.00, data diambil pada pukul 11.10
12.00-15.00, data diambil pada pukul 14.00
15.00-18.00, data diambil pada pukul 17.15
18.00-21.00, data diambil pada pukul 20.30
21.00-24.00, data diambil pada pukul 23.00

Data kebisingan yang didapatkan:


00.00-03.00
Menit ke 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1 39.2 40.1 37.3 42.5 47.1 43.8 41.3 37.7 42.3 42.2 41.5 40.9
2 41.2 44.5 44 45.7 48.3 47.7 47 39.8 41.4 43.7 43.3 45
3 47.2 45.3 44.2 40.8 41.3 44.2 45.2 40.9 39.2 38 39.9 41.5
4 46.3 44.8 45.8 40.2 45.6 47.2 40.1 39.2 37.3 36 39.9 38.7
5 41.3 42.4 43.8 44 44.5 42.3 41.5 42.6 47.5 44.5 44.8 40.1
6 42.5 43.3 42.7 40.8 39.2 36.8 42.7 42.5 42.7 43.9 44 46
7 46.4 45 44.3 44.2 46 47.9 46.3 44.3 46.9 43 46.3 45.6
8 48 44.7 44.7 40 44.7 44.9 48.3 49.4 44.7 44.5 44.9 46.7
9 39.7 43.2 38.3 43.1 43.2 43.8 40.9 38.2 39.7 43.5 40.3 43.2
10 36.2 44.7 39.7 46.7 37.3 47.8 45.5 43 39.3 36.4 34.7 38.8
Rata-rata : 42,8

03.00-06.00
Menit ke 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1 42.3 44.7 41.5 44.5 43.5 41.8 46.8 52.5 49.3 47.3 48.3 47
2 43.5 48.2 44.5 42.4 41 45.7 44.6 43.4 41 39.7 44.5 43.2
3 49.8 41.7 44.2 43.2 44.5 44.1 44.1 47 46.3 45.2 49.8 47.5
4 40.8 46.3 48.2 42.4 43.3 45.2 46 44.7 45.2 44.9 39 42.5
5 49.2 55.6 52 48.7 43.2 43.8 44.4 47 45.2 41.5 46.3 43.3
6 44.3 42.5 42.3 44.7 50.9 48.6 45.6 46.5 47.2 49 49.5 45.7
7 40.2 39.8 43.8 44.6 42.7 44 43.2 41.5 41.3 45.2 39.2 40.8
8 44.2 42.4 39.8 43.1 40.2 46.3 48 46.8 44.7 46.2 45.6 43.2
8
9 43.5 46.3 49.9 42.6 42.3 49.6 46.6 42.1 43.2 45.6 39.3 43
10 47.1 44.6 43.7 43 43.6 42.8 52.6 55.9 50.1 48.7 43.8 42.4
Rata-rata : 44,9

06.00-09.00
Menit ke 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1 57.7 58.2 62.1 63.4 58 65.5 63.2 64 62.2 59 58.1 55
2 56.1 56.6 59.3 57.5 56.6 58.9 63.4 65.2 63.3 55.2 57.7 60.1
3 62.1 59.3 58.4 55.6 54.5 53 49.8 53.2 58.8 60.3 57.6 55.4
4 56.7 58.8 60.5 57.1 55.9 59.4 61.1 62.4 65.7 64 63.3 59.3
5 55.9 51.9 57.8 58.9 56.7 56.4 57.8 59.0 63.9 68.3 69.4 67.9
2
6 69.4 72.9 68.3 69 65.7 57 50.3 55.6 56.7 54.5 52.4 55.7
7 51.9 49.9 52.3 55.8 57.6 58.9 60.3 64.8 63.5 65.7 67.4 62.5
8 60.4 65.7 69.4 67.9 64.4 59.8 63.2 62.4 66.6 68.9 63 59.9
9 57.8 53.8 55.6 56.3 60.4 64.8 69.3 65.5 60.9 57 57.2 55.4
10 56.5 57.7 58.9 62.3 61.9 61.5 63.4 58.9 57.3 55.6 56.7 54.5
Rata-rata : 59,9

09.00-12.00
Menit ke 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1 69.1 70.2 70.4 72 68.8 67.8 65.1 72.3 66.7 66.7 64.2 72.3
2 70 70.3 66.2 73.2 69.7 69 65.9 69.8 67.2 66.2 66.5 74.4
3 71.3 69.9 66.5 68.2 70.2 70.1 66.4 71.2 60.3 63.4 66.7 70.4
4 70.3 69.3 67 69 72.2 73.2 63.3 71 68.9 65.3 65.4 72.1
5 69.6 68.7 66.6 70 71.3 71.4 67.4 72.4 67.4 67.8 66.7 69.8
6 70.2 68.2 68.7 68.3 69.7 70.8 68.2 72.2 67.5 66.3 69.4 70.3
7 71.2 72.2 72.3 67 66.7 69.7 70 68.2 70.3 67.5 66.3 69.4
8 68.4 74.5 68.2 67.8 69 69.8 69.3 69.4 69.7 70.3 69.5 71.2
9 67.8 69 67 69.4 69.6 68.3 70.4 65.5 69.5 67.8 71.9 67.3
10 66.8 66.1 70.4 708 69.3 71.4 69.7 69.1 71.5 67.8 66.5 65.4
Rata-rata: 74,2

12.00-15.00
Menit ke 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1 49,1 52 59 45 43,7 55 65 71,2 43,3 45 51,9 63,2
2 53,4 50,2 60,5 66,4 59,2 55,3 52,7 48,9 44,2 50 72,5 48,6
3 50,8 56 64,2 46,3 53 58,2 60 56,6 62,2 58,4 49,8 51,7
4 62,7 70,2 73 61,9 57 49 71 63,1 58 47,2 52,3 47,6
5 51 53,7 48 49,1 63,7 45 69,2 55 69,5 60 52 48,2
6 57,2 49,1 67,1 57 48,8 57,8 58,9 60,6 63 58,2 46 56
7 54,3 57 49 52,9 50,2 44,7 58,2 69,1 57 65,5 65,9 47,9
8 62,7 53 48,7 60 56 47,7 51 58,1 52,7 69 49,5 58,5
9 70 48,5 67 52,5 59 50 55,9 49,5 53 58 47 63,5
10 64,4 60,4 53,2 46 55,3 48,5 60,6 66,3 72 66,2 52,2 61
Rata-rata : 56,1

15.00-18.00
Menit ke 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1 64.2 59.7 65.5 62.6 59.7 61.9 62.9 70.4 61.9 56.9 59.7 66.1
2 63.1 58.9 65.9 61.2 63.1 61 60.4 66.5 64.7 60.9 60 62.3
3 63.1 62.7 63.3 64.7 68.7 62.5 60.2 60.6 67.8 64.6 61.4 65.7
4 64.2 67.5 58.3 68.7 59.5 63.8 64.3 60.8 61.4 63.3 62.6 67.4
5 60.2 66.3 63.1 62 60.3 67.9 56.1 66.5 62.4 62.8 60.5 69
6 65.5 67.1 63.1 59.2 60.7 65.4 59.3 64.6 63.5 61.5 67.7 66.7
7 63.3 66.3 55.8 62.4 58.2 67.8 65.2 59.2 64.7 61 69.2 66.4
8 61.1 63.3 59.2 65.5 67 61.7 66.9 67.7 60.3 59.7 63.5 75.9
9 61.3 64.6 59.Y 63.9 63.3 60.6 62.5 62.4 63.4 60.3 66.1 65.2
10 67.7 66 60.7 64.6 59.2 62.1 61.6 66.8 62.2 59.3 61.5 65.5
Rata-rata: 63,2

18.00-21.00
Menit ke 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1 74.7 75.4 75 73.8 73 76.4 75 69.3 72.1 74.7 75.2 70.1
2 69.9 72.3 70.1 79.1 69.4 70.6 73.7 70.4 71.8 73.9 72.8 75
3 69.6 72.2 72.6 70.1 71.5 75 74.9 75.2 71.8 66.7 71.1 74.1
4 74.4 72.6 72.4 72.7 79.6 78.8 79.8 74.7 79.8 75.9 74.2 74
5 76.1 75.8 73 78.1 68.5 67.9 76.9 82.4 76.4 73.2 65.7 65.4
6 77.3 80.1 73.4 69.3 78.2 83.4 79.8 75.2 70.3 67.3 70.2 66.7
7 74.1 75.3 71.5 72.5 77.1 76.1 71.4 75.7 76.3 71.7 73.6 74
8 73.2 73.5 71.8 71.6 74.4 78.2 80 72.8 76.1 71.1 71.9 73.3
9 76.4 78.5 72.3 71.8 72.7 74.1 69.7 68.2 73.5 71.9 72.7 76.2
10 73.5 70.1 68.9 73.5 74.1 70.6 70.7 74.2 73.8 70.1 72.2 73.4
Rata-rata : 73,4

21.00-24.00
Menit ke 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1 72.2 76.2 73.3 74 66.7 65.4 74.2 75 70.1 72.6 76.6 74
2 70.1 72.7 71.1 73.6 70.1 65.7 74.2 71.1 71.8 75.2 71 77.2
3 73.8 71.9 71.1 74.7 67.3 73.2 75.9 66.2 83.9 74.7 71 77.2
4 77.7 73.5 76.1 76.3 70.5 70.7 73.8 71.8 72.1 78.3 79.1 72.8
5 79.2 70.7 68.3 72.8 75.7 63.6 82.4 74.7 75.2 70.4 60.3 72.9
6 70.7 69.7 73.2 71.4 70.9 76.9 79.8 74.9 73.7 75 77.2 67.9
7 79.6 74.1 78.2 76.1 83.4 67 78.6 79 70 76.4 74.6 76.9
8 74.1 72.7 74.4 77.1 78.2 68.5 79.6 71.5 69.4 73 73.4 77.2
9 73.5 71.8 71.6 72.5 69.4 70.1 72.7 70.2 79.1 73.8 75.3 76.1
10 68.3 70.3 71.8 71.5 73.4 73 72.4 72.6 70.1 75.2 73 75.1
Rata-rata : 73,3

Sehingga, didapatkan rata-rata dari keseluruhan data yakni 61.03032 dB.

V. PEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di Daerah


Tembalang Semarang, lebih spesifiknya di perumahan, yaitu daerah
Perumahan Graha Estetika Tembalang.

Kami telah melakukan pengukuran kebisingan pada hari Sabtu, 20 Juni


2015 di daerah Perumahan Graha Estetika, Tembalang, Semarang.
Pengukuran kebisingan dilakukan selama 24 jam dengan interval waktu
kurang lebih 3 jam sekali. Pengambilan data dilakukan setiap 5 detik selama
10 menit. Dari pengambilan data yang telah dilakukan, kami menyimpulkan
bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kebisingan antara lain:

1. Kendaraan
Faktor yang mempengaruhi kebisingan adalah banyaknya kendaraan yang
melintas di dekat tempat pengukuran. Data yang diambil di kebisingan
sangat variatif, dikarenakan pengambilan data berlokasi dekat jalan raya
sehingga data yang diperoleh berubah secara fluktuatif.
2. Aktifitas
Aktifitas di lokasi pengambilan data juga berpengaruh terhadap data yang
diperoleh. Pada pengukuran yang telah dilakukan aktifitas yang sangat
mempengaruhi adalah kendaraan yang lewat.
3. Waktu pengukuran
Faktor ini berkaitan dengan teknik pengambilan data. Idealnya waktu
pengambilan data harus bisa mewakili dari interval yang telah ditentukan.
Pada pengkuran yang telah dilakakukan, waktu yang dilakukan adalah 10
menit untuk interval 3 jam. Porsi waktu yang telah dilakukan kurang
efektif karena kurang dapat merepresentasikan interval yang dibutuhkan.
Sebaiknya waktu yang digunakan adalah 1:6 dari waktu yang dibutuhkan,
sehinga waktu yang paling efesien.
4. Lokasi pengambilan data
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kebisingan di area daerah
Perumahan Graha Estetika adalah lokasi pengambilan data. Hal ini dapat
mempengaruhi data yang beragam karena letak pengambilan data berada
di dekat jalan raya, cenderung banyak kendaraan melintas. Selain itu, sifat
jalan raya yang membelok sehingga para pengendara melewati jalan
tersebut dengan kecepatan yang rendah sehingga deru mobil atau motor
lebih kedengaran ketika lewat.

Dari pengukuran yang dilakukan dapat memberikan gambaran


terhadap tingkat kebisingan di lokasi tersebut. Agar pengukuran lebih
valid, maka pengukuran harus dilakukan dengan standar yang stabil dan
jelas.

Dari data-data yang diperoleh, didapat rata-rata seluruh data adalah


61,03032 dB sedangkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor KEP-48/MENLH/11/1996 menjelaskan bahwa baku mutu
kebisingan pada perumahan adalah 55 DB . Hal ini menjelaskan bahwa
kebisingan di daerah Perumahan Graha Estetika Tembalang sudah
melewati batas kebisingan yang ditetapkan oleh KepMENLH sehingga
masih dalam zona tidak aman.

Solusi mengatasi Kebisingan di Tembalang

Solusi untuk mengatasi kebisingan, diantaranya :


1. Pengurangan kebisingan pada sumbernya
Hal ini bisa dilakukan dengan menempelkan alat peredam suara pada
alat yang bersangkutan. Pada waktu sekarang penelitian dan perencanaan
yang disertai teknologi modern, mesin-mesin baru yang mutakhir tidak
lagi banyak menimbulkan kebisingan. Suara yang ditimbulkan juga sudah
tidak lagi mengganggu dan membahayakan lingkungan.

2. Penempatan penghalang pada jalan transmisi


Usaha ini dilakukan dengan jalan mengadakan isolasi ruangan atau
alat-alat penyebab kebisingan dengan jalan menempatkan bahan-bahan
yang mampu menyerap suara sehingga suaara-suara yang keluar tidak lagi
merupakan gangguan bagi lingkungan.
3. Pemakaian sumbat atau tutup telinga
Cara ini terutama dianjurkan kepada orang yang berada di sekitar
sumber kebisingan yang tidak dapat dikendalikan, seperti ledakan. Alat
penyumbat telinga ini bisa mengurangi intensitas kebisingan kurang lebih
24 dB. Selain itu, bagi orang yang bekerja di ruangan dengan kebisingan
di atas 100 dB diharuskan memakai tutup telinga.

Solusi Lain Untuk Mengatasi Kebisingan

a. Pagar penghalang
Pagar rumah dibuat tinggi sekitar 2 - 4 meter agar dapat menghalangi
masuknya debu-debu yang berterbangan dari jalan raya, juga untuk meredam
suara-suara bising dari kendaraan bermotor. Material yang digunakan sebagai
pagar penghalang dipilih materal-material yang mmapu meredam suara,
seperti misalnya bahan kayu, bahan beton dan sejenisnya. Selain itu, ditanam
tanaman menjalar disekitar pagar sebagai barrier sekaligus penyejuk rumah.
b. Vegetasi
Pada luar dan dalam pagar ditanami rumput dan pohon-pohon kecil yang
berfungsi sebagai buffer dari bunyi dan debu yang berterbangan dari jalan
raya. Ditanam pohon-pohon yang berdaun lebat sehingga dapat berfungsi
sebagai buffer (peredam suara sekaligus penghalang polusi debu).
c. Jarak gedung terhadap sumber bunyi
Seharusnya jarak rumah dengan jalan tidak terlalu dekat. ada jarak jalan yang
ideal untuk membuat rumah
d. Lapisan permukaan
Sebaiknya lapisan permukaan halaman tidak menggunakan paving block,
karena dapat memantulkan bunyi. Akan lebih baik apabila halaman ditanam
rerumputan.
e. Ketinggian bangunan terhadap sumber bunyi
Untuk mereduksi bising, maka bangunan rumah sebaiknya didirikan lebih
tinggi dari jalan raya. Namun, untuk bangunan yang tinggi, harus didukung
juga dengan pagar yang tinggi. Jarak bangunan dengan pagar jalanan juga
harus diatur sedemikian rupa agar mendapatkan sudut deviasi yang cukup,
sehingga dapat meredam dna membelokkan bunyi-bunyi bising dari jalan raya
agar tidak langsung masuk ke dalam bangunan rumah.
f. Bentuk dasar rumah
Bentuk dasar rumah dapat membantu meredam kebisingan suara dari sumber
suara di jalan raya. Pilih bentuk rumah menyerupai huruf U terbalik dapat
membantu masuknya suara-suara bising secara langsung ke dalam bangunan
rumah. Penataan ruangan-ruangan di dalam bangunan rumah juga turut
menentukan. Seperti misalnya meletakkan kamar tidur lebih baik di areal yang
lebih dalam dari jalan raya
g. Peletakan Jendela dan ventilasi
Tatanan jendela dan bukaan-bukaan di dalam rumah turut membantu dalam
meredam kebisingan dan juga masuknya debu dari jalan raya. Sebaiknya
menghindari bukaan yang terlampau banyak terutama bukaan yang langsung
menuju ke arah jalan raya.

BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Pada pengukuran kebisingan di daerah Perumahan Graha Estetika ini
didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Kebisingan di daerah Perumahan Graha Estetika sudah melewati batas
kebisingan menurut SK Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun
1996 dan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan di daerah Perumahan
Graha Estetika yaitu aktivitas manusia dan kendaraan, serta kurangnya
vegetasi di sekitar area daerah Perumahan Graha Estetika.
3. Penanganan yang dapat dilakukan adalah menambah pepohonan dan
pagar penghalang di sekitar kampus untuk mereduksi kebisingan

6.2. Saran
1. Dalam melakukan pengukuran kebisingan sebaiknya memilih lokasi
yang cukup strategis.
2. Pada saat melakukan percobaan, sebaiknya praktikan berkonsentrasi
penuh dalam pengambilan data sehingga data yang diteliti lebih valid.
.

DAFTAR PUSTAKA

Doelle, L. Leslie..1993. Akustik Lingkungan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ikron, I Made Djaja, Ririn Arminsih Wulandari. 2005. Pengaruh Kebisingan Lalu
lintas Terhadap Psikologi Anak Di Sekolah Dasar Cipinang
Muarakabupaten Jatinegara, Jakarta Timur, Provinsi Jakarta. Departemen
Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, Indonesia.
Patrick, Cunniff F. 1997. Enviromental Noise Pollution. Canada: John Wiley &
Sons Inc.

Suma’mur, P.K. 1984. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Saksama.

http://putraprabu.wordpress.com

Joko Suyono. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: EGC.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:Kep-48/MENLH/ 11/ 1996


tentang Baku Tingkat Kebisingan Tanggal 25 Nopember 1996

Dwi P. Sasongko. 2000. Kebisingan Lingkungan. Semarang: Universitas


Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai