Anda di halaman 1dari 25

Tugas Besar Plambing 2018

Gedung Keuangan Negara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum
Untuk memenuhi air bersih dan penyaluran air buangan, pada suatu bangunan
memerlukan suatu sistem perpipaan atau plumbing. Sistem plambing adalah sistem perpipaan
dan semua kelengkapannya dalam gedung dan halaman/persil, tidak termasuk pipa diluar
halaman dan industri (SNI 03-6481-2000).

2.1.1. Definisi Alat Plumbing


Alat plambing merupakan media untuk menyediakan (memasukkan) air panas atau air
dingin, dan untuk menerima (mengeluarkan) air buangan. Secara singkat, alat plambing dapat
dikatakan sebagai semua peralatan yang dipasang pada ujung akhir pipa (untuk memasukkan
air) dan ujung awal pipa (untuk membuang air buangan) (Morimura dan Noerbambang,
1999).

2.1.2. Kualitas Alat Plumbing


Bahan yang digunakan sebagai alat plambing harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Tidak menyerap air
b. Mudah dibersihkan
c. Tidak berkarat dan tidak mudah aus
d. Relatif mudah dibuat dan mudah dipasang
Bahan yang banyak digunakan adalah porselen, besi, baja yang dilapisi email,
berbagai jenis plastik, baja tahan karat, dan kayu. Alat plambing yang tergolong mewah
menggunakan marmer berkualitas (Morimura dan Noerbambang, 1999).

2.2. Sistem Penyediaan Air Bersih


Penyediaan air bersih dengan kualitas yang tetap baik merupakan prioritas utama.
Sistem penyediaan air bersih dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Sistem Sambungan Langsung
Pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air
minum (misalnya dari Perusahaan Air Minum). Sistem ini digunakan untuk
gedung/rumah yang memiliki kebutuhan dan tekanan yang sama dengan atau lebih kecil
dari kapasitas dan tekanan dari sistem penyediaan air minum.
ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-1
21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

Gambar 2.1 Sistem Sambungan Langsung


Sumber : Morimura dan Noerbambang, 1999
2. Sistem Tangki Atap
Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang di lantai
terendah bangunan atau di bawah permukaan tanah), kemudian dipompakan ke tangki
atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini,
air didistribusikan ke seluruh bangunan.

Gambar 2.2 Sistem Tangki Atap


Sumber : Morimura dan Noerbambang, 1999
3. Sistem Tangki Tekan
Sistem ini digunakan untuk bangunan yang memerlukan tekanan melebihi tekanan yang
tersedia dan kebutuhan air juga melebihi kapasitas yang tersedia.

Gambar 2.3 Sistem Tangki Tekan


Sumber : Morimura dan Noerbambang, 1999

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-2


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

4. Sistem Tanpa Tangki (Booster System)


Sistem ini juga digunakan untuk bangunan dengan tekanan yang tidak mencukupi. Air
dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung
dari pipa utama.

2.2.1. Penentuan Kebutuhan Air Bersih


Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk suatu gedung, kapasitas peralatan
dan dimensi pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air (kebutuhan air bersih) dari tiap-
tiap peralatan plambing yang ada dalam gedung yang harus disediakan untuk gedung
tersebut.
Untuk memperkirakan besarnya laju aliran air, terdapat 3 metode yang dapat
digunakan, yaitu :

1. Penaksiran berdasarkan jumlah pemakai (penghuni)


Metode ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari tiap penghuni dan
perkiraan jumlah penghuni. Apabila jumlah penghuni tidak diketahui, dapat ditaksir
berdasarkan luas lantai dan menetapkan kepadatan hunian per luas lantai. Luas lantai yang
digunakan sebagai patokan adalah luas lantai efektif, berkisar antara 55 sampai 80 % dari
luas keseluruhan gedung. Tabel Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari dapat dipakai
sebagai acuan, tetapi harus tetap diperiksa kondisi pemakaian gedung yang dirancang.
Tabel 2.1
Pemakaian Air Rata-Rata Per Orang Setiap Hari
Pemakaian Air Jangka Waktu
Perbandingan
Rata-rata Pemakaian Rata-
No Jenis Gedung Luas lantai Keterangan
Sehari rata Sehari
Efektif/total (%)
(liter) ( jam)
1. Perumahan 250 8-10 42-45 Setiap penghuni
mewah
2. Rumah biasa 160-250 8-10 50-53 Setiap penghuni
3. Apartement 200-250 8-10 45-50 Mewah 250 L
Menengah 180 L
Bujangan 120 L
4. Asrama 120 8 Bujangan
5. Rumah Sakit Mewah>1000 (setiap tempat tidur
Menengah 500- pasien)
1000 8-10 45-48 Pasien luar: 8 L
Umum Staf/pengawal: 120
350-500 L
Keluarga pasien:
160 L

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-3


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

Pemakaian Air Jangka Waktu


Perbandingan
Rata-rata Pemakaian Rata-
No Jenis Gedung Luas lantai Keterangan
Sehari rata Sehari
Efektif/total (%)
(liter) ( jam)
6. Sekolah dasar 40 5 58-60 Guru: 100 L
7. SLTP 50 6 58-60 Guru: 100 L
8. SLTA dan lebih 80 6 Guru/dosen: 100 L
tinggi
9. Rumah-toko 100-200 8 Penghuni: 160 L
10. Gedung kantor 100 8 60-70 Setiap pegawai
11. Toserba (toko 3 7 55-60 Pemakaian hanya
serba ada untuk kakus, belum
departement store termasuk untuk
Pabrik/industri restoran
12. Pria: 60 8 Perorang, setiap
Wanita: 100 giliran (kalau kerja
lebih dari 8 jam
Stasiun/terminal sehari)
13. 3 15 Setiap penumpang
(yang tiba maupun
Restoran berangkat)
14. Restoran Umum 30 5 Untuk penghuni 160
15. 15 7 L
Untuk penghuni 160
L, pelayan: 100 L,
70%dari jumlah
tamu perlu 15
L/orang untuk
kakus, cuci tangan
Gedung dsb.
16. pertunjukkan 30 5 53-55 Kalau digunakan
siang dan malam,
pemakaian dihitung
per penonton. Jam
pemakaian dalam
tabel adalah per
penonton
Gedung bioskop IDEM
17. 10 3
Toko pengecer Pedagang besar:
18. 40 6 30L/tamu, 150
L/staff, atau 5 L
perhari setiap m2
luas lantai.
Hotel/penginapan Untuk setiap tamu,
19. 250-300 10 untuk staff 120-150
L, penginapan 200 L
Berdasarkan jumlah
Gedung jamaah perhari
20. peribadatan 10 2 Untuk setiap
pembaca yang
Perpustakaan tinggal
21. 25 6 Setiap tam
Setiap tamu
Bar

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-4


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

Pemakaian Air Jangka Waktu


Perbandingan
Rata-rata Pemakaian Rata-
No Jenis Gedung Luas lantai Keterangan
Sehari rata Sehari
Efektif/total (%)
(liter) ( jam)
22. Perkumpulan 30 6 Setiap tempat
23. sosial 30 duduk
Kelab malam Setiap tamu
24. Gedung 120-350 Setiap staff
25. perkumpulan 150-200
Laboratorium
26. 100-200 8
Sumber: Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal 48, Morimura dan
Noerbambang,1985

Jika jumlah penghuni tidak diketahui dengan pasti, maka jumlah penghuni
ditetapkan dari luas lantai efektif dengan penetapan hunian 5-10 m2/orang, terutama untuk
gedung perkantoran seperti pada perencanaan ini. Pemakaian air rata-rata yang diperoleh
dengan metode ini hanya bisa digunakan untuk menghitung dimensi pipa penyediaan air
(misalnya pipa dinas/pipa dari PAM) dan bukan untuk menentukan dimensi pipa dalam
seluruh jaringan.
Persamaan yang digunakan adalah :
Luas efektif total = 55-80% x luas total (Persamaan 2.1)
Jumlah Penghuni = luas lantai ef./kep.hunian (Persamaan 2.2)
Q =  penghuni x keb.air per kapita (Persamaan 2.3)
2. Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
Metode ini dipakai bila kondisi pemakaian dan jumlah dari setiap jenis alat plambing
diketahui. Apabila tidak diketahui, dapat diperkirakan berdasarkan jumlah penghuni gedung
dan untuk jumlah alat plumbingnya dapat dilihat pada tabel 1-2a “Plumbing” hal 8, Harold E.
Babbitt. Tabel Pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran airnya dan ukuran pipa cabang
pipa air dan Tabel Faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing dapat digunakan sebagai
referensi dalam perhitungan kebutuhan air rata-rata, yakni kebutuhan air setiap alat plumbing
disesuaikan dengan faktor pemakaiannya.
Tabel 2.2
Jumlah Alat Plumbing Berdasarkan Jumlah Penghuni
Water Closet (WC) Urinoir (UR) Lavatory (LV)
Tipe Bangunan Jumlah Laki-laki Wanita Jumlah Laki- Jumlah Jumlah
Orang Orang laki Orang Alat
Sekolah 1-15 1 1 1-30 1 1-30 1
16-30 1 2 31-55 2 31-55 2

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-5


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

Water Closet (WC) Urinoir (UR) Lavatory (LV)


Tipe Bangunan Jumlah Laki-laki Wanita Jumlah Laki- Jumlah Jumlah
Orang Orang laki Orang Alat
31-55 2 3 56-80 2 56-80 2
56-80 3 4 81-110 3 81-110 3
81-110 4 5 111-150 4 11-150 3
11-150 6 7 151-190 4 151-190 4
151-190 7 8 191-240 6 191-240 4
191-240 8 10 241-300 6 241-300 5
242-300 9 12 lebih dr 1 per lebih dr 1 per 50
lebih dr 1 per 30 1 per 30 300 50 org 300 org
300 org org
Gedung 1-15 1 1 1-15 0 1-15 1
kantor/bangunan 16-35 2 2 16-35 1 16-35 2
umum 36-60 3 4 36-60 1 36-60 3
61-90 4 5 61-90 1 61-90 4
91-120 5 7 91-120 2 91-120 4
121-150 6 8 121-150 2 121-150 5
151-190 6 9 151-190 3 151-190 5
191-240 8 11 191-240 4 191-240 6
241-300 9 12 241-300 4 241-300 7
lebih dr 1 per 35 1 per 25 lebih dr 1 per lebih dr 1 per 405
300 org org 300 75 org 300 org
Auditorium 1-100 1 1 1-200 1 1-100 1
umum 101-200 2 2 201-750 2 101-200 1
201-400 3 3 lebih dr 1 per 201-400 2
401-750 3 4 750 300 org 401-750 3
lebih dr 1 per 1 per lebih dari 1 per 500
750 500 org 300 org 750 org

Sumber: “Plumbing” hal. 8, Harold E. Babbitt, 1960


Tabel 2.3
Pemakaian air Tiap Alat Plumbing, Laju Aliran air, dan Ukuran Pipa Cabang Air
Penggunaa Pipa Pipa cabang air
Waktu
n air untuk Laju sambungan bersih ke
Nama alat Penggunaan untuk
penggunaa aliran alat plambing (mm)
plambing per jam pengisian
n satu kali (ltr/min) plambing Pipa Temba-
(detik)
(liter) (mm) baja ga
1 Kloset
(dgn tangki 13 – 15 16 - 12 15 60 13 20 13
gelontor)
2 Peturasan
(dgn katup 5 12 - 20 30 10 13 20 13
gelontor)
3 Peturasan, 22,5 - 31,5 12 4,5-6,3 300 13 20 13
5-7 orang (@ 4,5)

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-6


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

Penggunaa Pipa Pipa cabang air


Waktu
n air untuk Laju sambungan bersih ke
Nama alat Penggunaan untuk
penggunaa aliran alat plambing (mm)
plambing per jam pengisian
n satu kali (ltr/min) plambing Pipa Temba-
(detik)
(liter) (mm) baja ga
(dgn tangki
gelontor)
4 Bak cuci
tangan
10 6 - 12 15 40 13 20 13
biasa
(Lavatory)
5 Bak cuci
dapur
(sink) dgn 25 6 - 12 25 60 20 20 20
keran 20
mm
6 Pancuran
mandi 24 – 60 3 12 120-300 13 - 20 20 13 - 20
(shower)
Sumber: Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal 49, Morimura dan Noerbambang,
1985
Tabel 2.4
Faktor Pemakaian Serentak (%) dan Jumlah Alat Plumbing
Jumlah Alat
Plumbing
1 2 4 8 12 16 24 32 40 50 70 100
Jenis
Alat Plumbing
Kloset dengan 1 50 50 40 30 27 23 19 17 15 12 10
katup gelontor satu 2 3 4 5 6 7 7 8 9 10
Alat plumbing 1 100 75 55 48 45 42 40 39 38 35 33
biasa Dua 5 5 6 7 10 13 16 19 25 33
Sumber:Morimura dkk. Hal. 66,1985

3. Penaksiran berdasarkan unit beban alat plambing


Dalam metode ini untuk setiap alat plumbing ditetapkan suatu unit beban (fixture unit).
Untuk setiap bagian pipa, besarnya unit beban dari semua alat plambing dijumlahkan,
kemudian ditentukan besarnya laju aliran air dengan memplotkan antara unit beban alat
plambing dengan laju aliran air dengan kurva pada kurva hubungan antara unit beban alat
plambing denga laju aliran (Gb. 3.61. pada Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-7


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

Morimura dkk hal. 67). Dalam menentukan besarnya laju aliran air dengan kurva tersebut,
perlu dimasukkan faktor kemungkinan penggunaan serempak dari masing-masing alat
plambing. Tabel Unit alat plambing untuk penyediaan air dingin (tabel 3.16 pada
Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Morimura hal. 68) memberikan besarnya
unit beban untuk setiap alat plambing.
Untuk menentukan kebutuhan air yang diperlukan untuk perancangan diameter pipa
yaitu kebutuhan air jam maksimum yang diperoleh dari pemakaian air rata-rata. Rumus yang
digunakan adalah :
Qh = Qd/T (Persamaan 2.4)
Di mana :
Qh = Pemakaian air rata-rata (m3/jam)
Qd = Pemakaian air rata-rata sehari (m3)

T = Jangka waktu pemakaian (jam)


Faktor Peak (Fp) = Kebutuhan air berdasarkan alat plumbing/Kebutuhan air rata-
rata (Qd)
Kebutuhan air jam maksimum:
Qh-max = C1 x Qh (Persamaan 2.5)
Dimana: C1 = konstanta yang berkisar antar 1,5-2
Kebutuhan air menit maksimum:
Qh-max = C2 x (Qh/60) (Persamaan 2.6)
Dimana: C2 = konstanta yang berkisar antara 3-4
Tabel 2.5
Unit Beban Alat Plumbing untuk air Bersih

Unit alat plambing


Jenis Jenis
Alat Plambing Penyediaan Air Untuk Untuk
pribadi umum
Kloset Katup gelontor 6 10
Kloset Tangki gelontor 3 5
Peturasan terbuka
Katup gelontor - 5
(urinal stall)
Peturasan terbuka
Tangki gelontor - 3
(urinal stall)
Bak cuci tangan Keran 1 2

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-8


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

Bak cuci bersama (untuk tiap keran) - 2


Sumber: Morimura dkk. hal.68,1985

2.2.2. Penentuan Tekanan Air


Secara umum dikatakan bahwa besarnya tekanan standar adalah 1 kg/cm2, tekanan
statik diusahakan antara 4-5 kg/cm2 untuk perkantoran, dan 2,5 – 3,5 kg/cm2 untuk
perumahan. Alat-alat plambing tidak akan berfungsi dengan baik apabila tekanan airnya
kurang dari batas minimum yang terdapat pada tabel, sebagai berikut :
Tabel 2.6
Tekanan Yang Dibutuhkan Alat Plumbing

Tekanan Standar
Nama Alat Plambing Tekanan yang Dibutuhkan (kg/cm2)
(kg/cm2)
Katup gelontor kloset 0,7
Katup gelontor peturasan 0,4
Pancuran mandi dengan 0,7 1,0
pancaran halus
Pancuran mandi biasa 0,35
Keran biasa 0,3
Pemanas air langsung 0,25-0,7
Sumber : Morimura dkk. Hal. 50,1985

2.2.3. Penentuan Keceptan Aliran


Biasanya standar kecepatan adalah 0,6 – 1,2 m/dt dan batas maksimumnya adalah
1,5 – 2,0 m/dt. Kecepatan aliran yang terlalu rendah dapat menimbulkan efek yang kurang
baik dari segi korosi, pengendapan kotoran, ataupun kualitas air. Kecepatan terlalu tinggi
akan menambah kemungkinan adanya pukulan air, suara berisik, dan kadang-kadang
menyebabkan ausnya permukaan pipa (Morimura dan Noerbambang,1985).

2.2.4. Penentuan Dimensi Pipa


Ukuran pipa ditentukan berdasarkan laju aliran puncak. Di samping itu, ada
tambahan pertimbangan-pertimbangan lain yang didasarkan pada pengalaman perancangan,
tetapi dalam pelaksanaannya akan menimbulkan kesulitan dengan setiap kali memasang
reduser, maka biasanya ukuran pipa dibuat sama setelah mencapai diameter terkecil yang
diinginkan. Dengan demikian, pada beberapa bagian dari sistem pipa tersebut akan diperoleh
diameter pipa yang lebih besar dari yang ditentukan berdasarkan perhitungan. Hal ini

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-9


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

terutama apabila makin besar kemungkinan penggunaan serentak dari peralatan plambing
tersebut (Morimura dan Noerbambang,1985).

a. Dimensi Pipa Induk


Pipa induk adalah pipa yang menghubungkan sumber air (sumur) dengan reservoir 1
(ground tank). Diameter pipa induk ditentukan berdasarkan debit rata-rata. Berdasarkan
persamaan:
Q=VxA (Persamaan 2.7)
A = ¼ x D2 x π  Q = V. ¼ x D2 x π (Persamaan 2.8)

Dengan asumsi aliran air dalam pipa mempunyai kecepatan 1,5 – 3 m/det
4 xQ
D= √ Vx π (Persamaan 2.9)

Di mana:
D = diameter pipa (cm atau mm atau inch)
Q = debit rata-rata (kebutuhan air rata-rata) (m3/det )
V = asumsi kecepatan aliran air dalam pipa (m/det)
Dari rumus tersebut akan didapatkan diameter pipa induk sehingga dapat dihitung
kecepatan aliran air dalam pipa dengan menggunakan rumus:

V = Q/A (Persamaan 2.10)


Di mana :
Q = debit rata-rata (kebutuhan air rata-rata) (m3/det)
A = luas pipa
V = kecepatan aliran dalam pipa

b. Dimensi Pipa Penghantar dari Pompa Ground Tank ke Roof Tank


Debit yang dipakai untuk menentukan dimensi pipa penghantar yaitu debit pompa,
dengan rumus sebagai berikut:
Dengan asumsi kegiatan perkantoran berlangsung selama 8 jam yaitu mulai 08.00-16.00.

Q pompa = 24jam/8 jam x Q rata-rata (Persamaan 2.11)


Asumsi aliran air dalam pipa memiliki kecepatan di antara 0.9 - 3 m/detik.

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-10


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

4 xQ p
Diameter pipa = D = √ Vx π (Persamaan 2.12)
Setelah diperoleh diameter pipa maka dapat ditentukan beasrnya kecepatan aliran
dalam pipa dengan rumus:
V = Q/A
Di mana :
Q = debit pompa (m3/det)
A = luas pipa
V = kecepatan aliran dalam pipa

c. Dimensi Pipa Horisontal dan Pipa Tegak


Dalam menentukan ukuran pipa perlu juga dipertimbangkan batas kerugian gesek
(gradien hydraulic) yang diizinkan, demikian juga batas kecepatan tertinggi yang biasanya 2
m/dtk atau kurang. Ada dua metode penentuan dimensi pipa air bersih yang dapat dipakai:
1. Metode Ekivalensi Tekanan Pipa
Metode ini didasarkan pada konsep sirkuit tertutup pipa-pipa cabang yang bermula dari
pipa terjauh menuju ke pipa pengumpul (header). Pertama yang harus dilakukan yaitu
mencari fixture unit dari masing-masing alat plumbing (plumbing fixture) pada setiap sektor
(tabel 2.5). Dari kumulatif fixture unit dapat ditentukan besarnyanya flow (debit) dengan cara
membaca gambar di bawah ini:

Gambar 2.4 Hubungan Antara Unit Beban Alat Plumbing dengam flow
Sumber: Sofyan, Morimura, Takeo, 1999
Kurva 1) untuk sistem yang sebagian besar menggunakan katup gelontor. Kurva 2)
untuk sistem yang sebagian besar menggunakan tangki gelontor. Setelah mendapatkan

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-11


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

besarnya flow (gpm), maka dapat diketahui besarnya diameter pipa dengan membaca tabel
2.7 berikut ini:

Tabel 2.7
Diameter Pipa
Number of Fixture
Fixture
1 2 4 8 12 16 24 32 40
1.Water loset Tank:
Gpm 8 16 24 48 60 80 96 128 150
Pipe size 0,5 0,75 1 1,25 1,5 1,5 2 2 2
Water Closet Flush valve:
Gpm 30 50 80 120 140 160 200 250 300

Pipe size 1 1,25 1,5 2 2 2 2 2,5 2,5

1. Urinal Tank
 Gpm 6 12 20 32 42 56 72 90 120

 Pipe size 0,5 0,75 1 1,25 1,25 1,25 1,5 2 2

Urinal flash valve


Gpm 25 37 45 75 85 100 125 150 120

Pipe size 1 1,25 1,25 1,5 1,5 2 2 2 2

2. Wash Basin:
 Gpm 4 8 12 24 30 40 48 64 75

 Pipe size 0,5 0,5 0,75 1 1 1,25 1,25 1,5 1,5

3. Bathtube:
15 30 40 80 96 112 144 192 240
 Gpm
0,75 1 1,25 1,5 2 2 2,5 2,5 3
 Pipe size
4. Shower Bath:
8 16 32 64 96 128 192 256 320
 Gpm
0,5 0,75 1,25 1,5 2 2 2 2,5 3
 Pipe size
5. Sink:
15 25 40 64 84 96 120 150 200
 Gpm
0,75 1 1,25 1,5 1,5 2 2 2 2,5
 Pipe size
Sumber: Babbitt, hal. 55, 1960
Kemudian setelah didapatkan flow dan diameter maka dapat diketahui panjang
equivalen fitting, headloss pipa, serta kecepatan aliran dalam pipa.
2. Metode Kerugian Gesek yang Diizinkan
Kerugian gesek yang diizinkan dapat dihitung dengan rumus:

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-12


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

R = (1000) (H – H1) / (l + l’) (Persamaan 2.13)

Di mana:
R = Kerugian gesek yang diizinkan (mm air/m)
H = Head statik pada alat plambing (m)
H1 = Head standart pada alat plambing (m)
l = Panjang lurus pipa (m)
l’ = Panjang ekivalen perlengkapan pipa (m)
Selain rumus di atas, ada juga rumus yang dapat digunakan untuk memperhitungkan kerugian
gesek yang diizinkan, yaitu:
R = (1000) (H – H1) / K(L + 1) (Persamaan 2.14)
Di mana:
R = Kerugian gesek yang diizinkan (mm air/m)
H = Head statik pada alat plambing (m)
H1 = Head standart pada alat plambing (m)
K = Koefisien sistem pipa (2 – 3)
L = Penjang pipa lurus, pipa cabang (m)
Koefisien sistem pipa perlu ditentukan di sini karena pada awal perancangan perlu
ditetapkan perbandingan (ratio) antar panjang pipa (termasuk panjang ekivalen) terhadap
tahanan lokal pipa. Menurut pengalaman, koefisien K sebesar 2,0 sampai 3,0 biasanya cukup.
Perancang dapat mengurangi koefisien K ini, asal setelah ukuran-ukuran pipa diperoleh,
koefisien ini diperiksa kembali. Kalau sistem pipa mempunyai banyak cabang, koefisien K
bertambah besar.
Kerugian gesek yang diizinkan dapat dihitung untuk pipa dengan laju aliran tertinggi.
Untuk lantai yang lebih rendah dari lantai tertinggi, harus dikurangkan dengan kerugian
gesek pipa utama antara lantai tersebut sampai lantai tepat di atasnya.
Jadi untuk kerugian gesek yang diizinkan untuk lantai ke n , dapat dihitung dengan rumus:

Rn = (Hn–Rn-1(Ln-1+L’n-1) - R n-2(Ln-2+L’n-2 )…– H1nx1000) / K(Ln+l n)


(Persamaan 2.15)
Di mana:
Rn = Kerugian gesek yang diizinkan pada lantai ke (n)

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-13


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

Rn-1 = Kerugian gesek yang diizinkan pada lantai ke (n-1)


R n-2 = Kerugian gesek yang diizinkan pada lantai ke (n-2)
Hn = Head statik pada alat plambing lantai ke-n
H1n = Head statik standar pada alat plambing lantai ke-n
K = Koefisien sistem pipa
Ln = Panjang lurus pipa utama pada lantai ke (n)
Ln-1 = Panjang lurus pipa utama pada lantai ke (n-1)
Ln-2 = Panjang lurus pipa utama pada lantai ke (n-2)
ln = Panjang lurus pipa-pipa cabang pada lantai ke (n)
Dalam menghitung kerugian gesek yang diizinkan, perlu dicari dahulu keadaan yang
paling buruk, misalnya pada suatu sistem penyediaan air dengan tangki atap, ditinjau dari
tekanan yang tersedia, perlu diperiksa lebih dahulu alat plumbing mana yang akan mendapat
tekanan paling rendah, yang terletak pada jarak vertikal paling rendah/pendek dari tangki
atap. Perhitungan kemudian dilakukan terhadap alat plumbing yang mendapat tekanan akhir
(tekanan sisa) paling rendah.

2.3. Tangki Air


Apabila tekanan dari pipa tidak cukup untuk mensuplai air ke gedung yang
bertingkat maupun tidak tercukupinya kebutuhan maksimal, maka dalam hal ini dapat
dilakukan penampungan terlebih dahulu ke dalam tangki-tangki air sebelum didistribusikan
ke seluruh sistem. Tangki penampung tersebut berupa ground reservoir dan roof tank
(Morimura dan Noerbambang,1985).

2.3.1. Ground Tank


Penentuan kapasitas ground reservoir ini didasarkan pada besarnya suplai air yang
masuk, yaitu dari jaringan pipa PDAM. Besarnya suplai ini dianggap 100%, artinya bahwa
air yang nantinya akan dipergunakan dalam gedung perkantoran ini semuanya berasal dari
PDAM tanpa ada sumber tambahan. Hal ini bisa diasumsi bahwa suplai air dari jaringan
PDAM kuantitasnya mencukupi - juga pada saat peak time - hanya saja faktor head tidak
memenuhi sehingga diperlukan suatu reservoir dimana air nantinya dipompa ke roof tank.
Pada perencanaan ini dianggap bahwa aliran dari PDAM mengalir secara kontinu selama 24
jam. Sehingga besarnya suplai dari PDAM utnuk setiap jamnya dapat ditentukan berikut :
% suplai per jam = besar suplai / 24 jam (Persamaan 2.16)

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-14


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

Persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan ground reservoar sebagai berikut:
VR = (% kebutuhan air per-jam - % pelayanan air) x jam pemakaian x Qd
(Persamaan 2.17)
Di mana :
VR = Volume Ground Reservoir ( m3 )
Qd = Kebutuhan air rat-rata per hari (m3/hari )
Pengisian kekurangan air bersih dilakukan pada saat bukan jam kantor dan selama
jam kantor PDAM terus mensuplai air bersih, sehingga kebutuhan air dalam sehari dapat
terpenuhi (Morimura dan Noerbambang,1985).

2.3.2. Roof Tank


Roof tank atau elevated reservoir atau tangki atap dimaksudkan untuk menampung
kebutuhan puncak dan biasanya disediakan dengan kapasitas cukup untuk kebutuhan puncak
tersebut. Volume roof tank dihitung berdasarkan jumlah air yang dicadangkan untuk setiap
peralatan plumbing (Morimura dan Noerbambang,1985).

2.3.3. Penentuan Tinggi Menara Roof Tank


Dari rancangan sistem distribusi air bersih dalam gedung dapat dilihat letak alat
saniter yang mempunyai suatu jumlah head yang besar sehingga mempunyai kerugian gesek
yang ukup besar. Tekanan sisa pada titik tersebut menentukan tinggi roof tank yang harus
disediakan.
Tinggi menara reservoir diperoleh berdasarkan hasil perbandingan H kritis dengan H
available. H available diperoleh dari tinggi lantai teratas ditambah dengan tinggi roof tank.
Sedangkan H kritis diperoleh dari penjunmlahan Headloss horizontal terbesar ditambah
dengan head tertinggi alat plumbing.

2.4. Pemompaan
Dalam memilih suatu pompa untuk tujuan tertentu harus tersedia data-data mengenai
sistem pemompaan maupun data pompa-pompa yang ada di pasaran yang didapat dari brosur
pompa yang dikeluarkan suatu pabrik. Data mengenai sistem pemompaan yang harus tersedia
adalah sebagai berikut :
1. Kapasitas sistem
2. Head sistem yang didasarkan pada:
 kondisi suction

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-15


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

 kondisi discharge
3. Daya / energi yang tersedia (Morimura dan Noerbambang,1985).

Dalam perencanaan sistem plambing kali ini digunakan 2 perhitungan pompa, yaitu :
1. Pompa Submersible
Pompa Submersible (pompa benam) atau electric submersible pump (ESP ) adalah
pompa yang dioperasikan di dalam air. Jenis pompa ini mempunyai tinggi minimal air yang
dapat dipompa dan harus dipenuhi ketika bekerja agar life time pompa tersebut lama. Pompa
jenis ini bertipe pompa sentrifugal dengan prinsip kerjanya mengubah energi kinetis
(kecepatan) cairan menjadi energi potensial (dinamis) melalui suatu impeller yang berputar
dalam casing.
Berikut kelebihan dari jenis pompa submersible :
1. Biaya perwatan yang rendah
2. Tidak bising, karena berada dalam sumur
3. Pompa memiliki pendingin alami, karena posisinya terendam dalam air
4. System pompa tidak menggunakan shaft penggerak yang panjang dan bearing, jadi 
problem yang biasa terjadi pada pompa permukaan ( Jet Pump ) seperti keausan bearing
dan shaft tidak terjadi.
Qpompa = VGT / jam operasional (Persamaan 2.18)
Hstatis = Tinggi gedung + Tinggi muka air max RT + Tinggi muka air max GT
(Persamaan 2.19)
Lpipa = Tinggi gedung + Tinggi GT – Tinggi muka air + Tinggi RT
(Persamaan 2.20)
Hmayor = Q1,85 / (0,2785 x C x D2,63)1,85 x L pipa penghantar
(Persamaan 2.21)
Hf = H mayor + H minor (Persamaan 2.22)

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-16


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

Gambar 2.5 Pompa Submersible


Sumber : Morimura dan Noerbambang, 1999

2. Pompa Pneumatik

Gambar 2.6 Pompa Pneumatik


Sumber : Morimura dan Noerbambang, 1999
2.4.1. Kapasitas Sistem
Dalam menentukan kapasitas pompa, perlu diketahui kondisi sistem pemompaan.
Pada sistem distribusi air minum, kapasitas yang harus dialirkan tergantung dari kebutuhan
air suatu daerah pelayanan (dalam hal ini adalah gedung perencanaan), dimana kebutuhan air
ini berfluktuasi tergantung dari pemakaiannya.Dalam merencanakan sistem pompa distribusi
dan menentukan kapasitas pompa distribusi, diperlukan data perkiraan kebutuhan air
maksimum, kebutuhan air rata-rata dan kebutuhan air minimum, sehingga diharapkan sistem
dapat melayani kebutuhan air daerah pelayanan (gedung perencanaan) (Morimura dan
Noerbambang,1985).

2.4.2. Head Sistem


Dalam pompa, head adalah ukuran energi yang diberikan ke air pada kapasitas dan
kecepatan operasi tertentu, sehingga air dapat mengalir dari tempat yang rendah ke tempat
yang tinggi. Dalam sistem pompa ada beberapa macam head :
a. Head Statik
b. Head kecepatan
c. Headloss
Persamaan untuk head total pompa :
H = Hf + HS + HV + RH (Persamaan 2.23)

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-17


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

Di mana :
H = head total
HS = head statik pompa
2
v
HV = 2g
Hf = head mayor + head minor
RH = head sisa tekan (residu head)
Untuk menghitung headloss pipa dapat menggunakan dua cara yaitu:
1. Persamaan head akibat gesekan :
1 , 85
Q
hmayor = x L
(0 , 2785 xD 2 , 63 xC )1 , 85
hminor = 10% x hminor
Di mana :

Hf = kehilangan tekanan akibat gesekan (m)


Q = debit air dalam pipa (m3/dt)
C = koefisien kekasaran pipa
D = diameter pipa (m)
L = Panjang jalur pipa (m)
2. Headloss dicari dengan cara menjumlahkan panjang pipa dan
panjang equivalen (Leq) fitting. Cara ini terdapat dalam buku “Plambing” Harold E.
Babbitt (Gambar 2.16, Tabel 2.7, Gambar 2.17, Gambar 2.18).Untuk cara perhitungannya
sudah dijelaskan didepan yaitu pada penentuan dimensi pipa horisontal dan pipa tegak.

2.4.3. Daya dan Efisiensi Pompa


Data mengenai daya/energi yang tersedia diperlukan untuk menentukan motor yang
digunakan untuk menggerakkan pompa. Daya hidraulik adalah daya yang dimasukkan ke
dalam air oleh rotor atau torak pompa sehingga air tersebut dapat mengalir.
Nh = 0,163 x Q x H x γ
Di mana: H : tinggi angkat total (m)
Q : kasitas pompa (m3/menit)
γ : berat spesifik (kg/liter)

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-18


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

Daya poros pompa (brake horse power) adalah daya yang harus dimasukkan ke
dalam poros pompa.
Np = Nh/ η p

Di mana: Nh : daya hidraulik pompa (Kwatt)


η p : efisiensi pompa
Daya motor penggerak pompa (Nm) harus lebih besar dari pada daya poros pompa,
kelebihannya tergantung pada jenis motor dan hubungan poros pompa dengan poros motor.
Nm = Np x (1+A)/( η p x η k )
Di mana:
Np : daya poros pompa (KWatt)
η p : efisiensi pompa
A : faktor yang bergantung jenis motor
0,1 sampai 0,2 untuk motor listrik
0,2 untuk motor bakar besar
0,25 untuk motor bakar kecil
k : efisiensi hubungan poros, dengan nilai 1 untuk poros yang dikopel langsung
Untuk menentukan besarnya efisiensi pompa dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 2.7 Grafik Efisiensi Pompa


Sumber : Morimura dan Noerbambang, 1999

2.4.4. Karakteristik Pompa


Karakteristik pompa dapat digambarkan pada kurva karakteristik yang menyatakan
hubungan antara kapasitas dengan head daya poros dan efesiensi pompa. Kurva head
kapasitas dapat dibedakan menjadi 2 macam :

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-19


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

1. Karakteristik stabil, yaitu karakteristik dimana satu kapasitas dapat diperoleh satu
head. Karakteristik dapat dibedakan menjadi :
a. Rising Characteristic
Peningkatan head secara kontinu terhadap pengurangan kapasitas
b. Steep Characteristic
Pertambahan head lebih besar daripada pengurangan kapasitas
c. Dropping Characteristic
Head pada kapasitas nol bukan head yang terbesar
d. Flat Characteristic
Variasi yang stabil dibandingkan pertambahan kapasitas
2. Karakteristik tidak stabil, yaitu karakteristik di mana pada head yang sama dapat
diperoleh dua atau lebih kapasitas.
2.5. Sistem Pembuangan
Sistem pembuangan air kotor sangat penting bagi kesehatan suatu gedung, sehingga
sistem pembuangannya harus sehat dan tidak mencemari lingkungan. Air buangan atau air
limbah biasanya berasal dari toilet yaitu berupa kotoran manusia atau air sisa penyiraman dan
air sisa dari aktivitas manusia lainnya.

2.5.1. Jenis Air Buangan


Air buangan dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
1. Air kotor, yaitu air buangan yang berasal dari kloset dan peturasan.
2. Air bekas, yaitu air buangan dari bak mandi, bak cuci tangan, bak dapur dan
sebagainya.
3. Air hujan, yaitu air hujan yang jatuh dari atap dan dari air halaman.
4. Air buangan khusus, yaitu air buangan yang mengandung bahan-bahan berbahaya,
seperti gas dan racun (Morimura,1985).

2.5.2. Klasifikasi Sistem Pembuangan Air


Sistem pembuangan air umumnya dibagi dalam beberapa klasifikasi menurut jenis
air buangan, cara membuang air dan sifat-sifat lain dari lokasi dimana saluran itu akan
dipasang.
Tabel 2.8
Klasifikasi Sisem Pembuangan Air menurut Jenis Air Buangan

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-20


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

Klasifikasi Keterangan
Sistem pembuangan dimana air kotor dari kloset,
Sistem Pembuangan Air Kotor peturasan dan lain-lain dalam gedung dikumpulkan
dan dialirkan keluar.
Sistem pembuangan untuk air bekas dalam gedung
Sistem Pembuangan Air Bekas
yang dikumpulkan dan dialirkan ke luar.
Sistem pembuangan khusus untuk air hujan dari atap
Sistem Pembuangan Air Hujan gedung dan tempat lainnya, yang dikumpulkan dan
dialirkan ke luar.
Hanya untuk air buangan khusus, ditinjau dari segi
kesehatan lingkungan, adalah sangat berbahaya
apabila air buangan khusus dibuang langsung ke riol
Sistem Air Buangan Khusus
umum. Karena itu perlu disediakan peralatan
pengolahan yang tepat pada sumbernya dan baru
kemudian dimasukkan ke dalam riol umum.
Khusus untuk air buangan yang berasal dari bak cuci
dapur; untuk air buangan dari dapur rumah makan
yang terletak di ruang bawah tanah sebuah gedung
harus diperlakukan secara khusus, mencegah
Sistem Pembuangan Air dari Dapur
timbulnya pencemaran akibat aliran balik dari saluran
air kotor atau air bekas, sedangkan bila air
buangannya banyak mengandung lemak perlu
dilengkapi dengan perangkap lemak.
Sumber : Morimura, 1985
Tabel 2.9
Klasifikasi Sisem Pembuangan Air menurut Cara Pembuangan Air
Klasifikasi Keterangan
Sistem pembuangan di mana segala macam air
buangan dikumpulkan ke dalam satu saluran dan
Sistem Pembuangan Air Campuran
dialirkan ke luar gedung tanpa memperhatikan jenis
air buangan.
Sistem pembuangan di mana setiap jenis air buangan
Sistem Pembuangan Air Terpisah dikumpulkan dan dialirkan ke luar gedung secara
terpisah.
Sistem pembuangan di mana air buangan dari
Sistem Pembuangan Air Tak Langsung beberapa lantai gedung bertingkat digabungkan
dalam satu kelompok.
Sumber : Morimura, 1985
Klasifikasi menurut cara pengalirannya:

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-21


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

a. Sistem gravitasi yaitu air buangan mengalir dari tempat lebih tinggi secara gravitasi ke
saluran umum yang lebih rendah.
b. Sistem bertekanan (Morimura, 1985).
2.5.3. Sistem Pembuangan Air
1. Sistem Campuran
Yaitu sistem pembuangan dimana air kotor dan air bekas dikumpulkan dan dialirkan
dalam satu aliran.
2. Sistem Terpisah
Yaitu sistem pembuangan dimana air kotor dan air bekas masing-masing
dikumpulkan dan dialirkan secara terpisah.
2.5.4. Bagian-Bagian Sistem Pembuangan
Sistem pembuangan terdiri dari :
1. Pipa pembuangan alat plambing
Adalah pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap alat plambing dengan pipa
pembuangan lainnya.
2. Cabang mendatar
Adalah semua pipa pembuangan mendatar yang menghubungkan pipa pembuangan
alat plambing dengan pipa tegak air buangan.
3. Pipa tegak air buangan
Adalah pipa tegak untuk mengalirkan air buangan dari cabang-cabang mendatar.
4. Pipa tegak air kotor
Adalah pipa tegak untuk megalirkan air kotor dari cabang-cabang mendatar.
5. Pipa atau saluran pembuangan gedung
Adalah pipa pembuangan dalam gedung, yang mengumpulkan air kotor, air bekas dari
pipa-pipa tegak air buangan.
6. Riol gedung
Adalah pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan gedung
dengan riol umum (Morimura,1985).

2.5.5. Kemiringan dan Kecepatan Aliran Pipa Pembuangan


Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan yang
biasanya mengandung bagian-bagian padat. Maka, pipa pembuangan harus mempunyai
ukuran

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-22


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

dan kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyak dan jenis air buangan yang harus
dialirkan.

Kecepatan terbaik dalam pipa berkisar antara 0,6 sampai 1,2 m/detik. (Morimura. Hal.174,
1985).

2.6. Sistem Vent

2.6.1. Tujuan Sistem Vent


Tujuan pemasangan pipa ven adalah sebagai berikut :
1. menjaga sekat perangkap dari efek sipon atau tekanan
2. menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan
3. mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan (Morimura dan
Noerbambang,1999).
2.6.2. Jenis Sistem Vent dan Pipa Vent
Sistem vent merupakan bagian yang penting dari suatu sistem pembuangan. Jenis
pipa vent yang utama adalah :
1. Sistem vent tunggal
Dipasang untuk melayani suatu alat plambing dan disambungkan kepada sistem vent
lainnya atau langsung terbuka ke udara luar.
2. Sistem vent lup
Melayani dua atau lebih perangkat alat plambing dan disambungkan pada pipa vent
tegak.
3. Sistem vent pipa tegak
Perpanjangan dari pipa tegak air buangan, diatas cabang mendatar pipa air buangan
tertinggi.
4. Sistem vent bersama
Melayani perangkap dari 2 alat plambing yang dipasang bertolak belakang atau sejajar.
Pipa ini dipasang pada pipa pengering bersama kedua alat plambing.
5. Sistem vent basah
Sekaligus menerima air buangan selain dari buangan kloset.
6. Sistem vent balik

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-23


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

Pipa vent tunggal yang membelok ke atas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat
plambing kemudian membelok ke bawah dan mendatar pada lantai gedung untuk
selanjutnya disambungkan pada vent pipa tegak.
7. Sistem vent pelepas
Adalah pipa vent untuk melepas tekanan udara dalam pipa pembuangan air (Morimura,
1985).

Gambar 2.8 Contoh Ven Balik


Sumber : Morimura, 1985
2.6.3. Persyaratan Pipa Vent
1. Kemiringan pipa vent
Tujuannya agar titik air yang terbentuk atau air yang terbawa masuk ke dalamnya
dapat mengalir secara gravitasi kembali ke pipa buangan.
2. Cabang pada pipa vent
Pipa vent untuk cabang mendatar pipa air buangan harus disambungkan ke pipa
cabang pada bagian tertinggi dari penampang pipa cabang tersebut secara vertikal. Hal
ini dimaksudkan untuk mencegah masuknya air buangan di mana vent tersebut
disambungkan.
3. Letak bagian mendatar pipa vent
Dari tempat sambungan pipa vent dengan cabang mendatar pipa air buangan, pipa
vent rersebut harus dibuat tegak sampai sekurang-kurangnya 250 mm di atas muka aiar
banjir alat plambing tertinggi yang dilayani vent tersebut, sebelum dibelokkan mendatar
atau disambungkan kepada cabang pipa vent.
4. Ujung pipa vent
Ujung pipa vent harus terbuka ke udara luar, tetapi harus dengan cara yang tidak
menimbulkan gangguan kesehatan. Berikut ini adalah persyaratan untuk pembukaan
ujung pipa tersebut:

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-24


21080116130059
Tugas Besar Plambing 2018
Gedung Keuangan Negara

 Ujung terbuka
 Lokasi ujung pipa vent

2.6.4. Penentuan Diameter Pipa Vent


Ukuran pipa vent lup, pipa vent pelepas dan pipa vent tunggal, ukuran minimum
yang dipakai adalah 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah cabang pipa air buangan
yang
dilayani atau pipa tegak vent yang disambung. Ukuran pipa vent didasarkan pada nilai unit
beban alat plumbing dari pipa air buangan yang dilayani dan panjang pipa vent tersebut.
Bagian pipa vent mendatar, tidak termasuk pipa vent dibagian bawah lantai, tidak boleh lebih
dari 20 % dari total panjangnya. Pada sistem vent pipa tegak, semua pipa pengering alat
plambing disambungkan langsung dengan pipa tegak air buangan (Morimura,1985).

2.7. Septic Tank


Menurut SNI 0 3 – 2 3 9 8 – 2 0 0 2 , t angki septik adalah suatu ruang kedap air atau
beberapa kompartemen ruangan yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah rumah
tangga dengan kecepatan alir yang lambat, sehingga memberikan kesempatan untuk terjadi
pengendapan terhadap suspense benda-benda padat dan kesempatan untuk menguraikan
bahan-bahan organic oleh jasad anaerobic untuk membentuk bahan larut dan gas. Terdapat
dua septik tank, sistem tercampur yaitu tangki septik yang digunakan hanya dari buangan
kakus dan sistem terpisah tangki septik yang digunakan hanya dari buangan kakus.

ANASTASIA DINDA PRINANINGRUM II-25


21080116130059

Anda mungkin juga menyukai