BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Untuk memenuhi air bersih dan penyaluran air buangan, pada suatu bangunan
memerlukan suatu sistem perpipaan atau plumbing. Sistem plambing adalah sistem perpipaan
dan semua kelengkapannya dalam gedung dan halaman/persil, tidak termasuk pipa diluar
halaman dan industri (SNI 03-6481-2000).
Jika jumlah penghuni tidak diketahui dengan pasti, maka jumlah penghuni
ditetapkan dari luas lantai efektif dengan penetapan hunian 5-10 m2/orang, terutama untuk
gedung perkantoran seperti pada perencanaan ini. Pemakaian air rata-rata yang diperoleh
dengan metode ini hanya bisa digunakan untuk menghitung dimensi pipa penyediaan air
(misalnya pipa dinas/pipa dari PAM) dan bukan untuk menentukan dimensi pipa dalam
seluruh jaringan.
Persamaan yang digunakan adalah :
Luas efektif total = 55-80% x luas total (Persamaan 2.1)
Jumlah Penghuni = luas lantai ef./kep.hunian (Persamaan 2.2)
Q = penghuni x keb.air per kapita (Persamaan 2.3)
2. Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
Metode ini dipakai bila kondisi pemakaian dan jumlah dari setiap jenis alat plambing
diketahui. Apabila tidak diketahui, dapat diperkirakan berdasarkan jumlah penghuni gedung
dan untuk jumlah alat plumbingnya dapat dilihat pada tabel 1-2a “Plumbing” hal 8, Harold E.
Babbitt. Tabel Pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran airnya dan ukuran pipa cabang
pipa air dan Tabel Faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing dapat digunakan sebagai
referensi dalam perhitungan kebutuhan air rata-rata, yakni kebutuhan air setiap alat plumbing
disesuaikan dengan faktor pemakaiannya.
Tabel 2.2
Jumlah Alat Plumbing Berdasarkan Jumlah Penghuni
Water Closet (WC) Urinoir (UR) Lavatory (LV)
Tipe Bangunan Jumlah Laki-laki Wanita Jumlah Laki- Jumlah Jumlah
Orang Orang laki Orang Alat
Sekolah 1-15 1 1 1-30 1 1-30 1
16-30 1 2 31-55 2 31-55 2
Morimura dkk hal. 67). Dalam menentukan besarnya laju aliran air dengan kurva tersebut,
perlu dimasukkan faktor kemungkinan penggunaan serempak dari masing-masing alat
plambing. Tabel Unit alat plambing untuk penyediaan air dingin (tabel 3.16 pada
Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Morimura hal. 68) memberikan besarnya
unit beban untuk setiap alat plambing.
Untuk menentukan kebutuhan air yang diperlukan untuk perancangan diameter pipa
yaitu kebutuhan air jam maksimum yang diperoleh dari pemakaian air rata-rata. Rumus yang
digunakan adalah :
Qh = Qd/T (Persamaan 2.4)
Di mana :
Qh = Pemakaian air rata-rata (m3/jam)
Qd = Pemakaian air rata-rata sehari (m3)
Tekanan Standar
Nama Alat Plambing Tekanan yang Dibutuhkan (kg/cm2)
(kg/cm2)
Katup gelontor kloset 0,7
Katup gelontor peturasan 0,4
Pancuran mandi dengan 0,7 1,0
pancaran halus
Pancuran mandi biasa 0,35
Keran biasa 0,3
Pemanas air langsung 0,25-0,7
Sumber : Morimura dkk. Hal. 50,1985
terutama apabila makin besar kemungkinan penggunaan serentak dari peralatan plambing
tersebut (Morimura dan Noerbambang,1985).
Dengan asumsi aliran air dalam pipa mempunyai kecepatan 1,5 – 3 m/det
4 xQ
D= √ Vx π (Persamaan 2.9)
Di mana:
D = diameter pipa (cm atau mm atau inch)
Q = debit rata-rata (kebutuhan air rata-rata) (m3/det )
V = asumsi kecepatan aliran air dalam pipa (m/det)
Dari rumus tersebut akan didapatkan diameter pipa induk sehingga dapat dihitung
kecepatan aliran air dalam pipa dengan menggunakan rumus:
4 xQ p
Diameter pipa = D = √ Vx π (Persamaan 2.12)
Setelah diperoleh diameter pipa maka dapat ditentukan beasrnya kecepatan aliran
dalam pipa dengan rumus:
V = Q/A
Di mana :
Q = debit pompa (m3/det)
A = luas pipa
V = kecepatan aliran dalam pipa
Gambar 2.4 Hubungan Antara Unit Beban Alat Plumbing dengam flow
Sumber: Sofyan, Morimura, Takeo, 1999
Kurva 1) untuk sistem yang sebagian besar menggunakan katup gelontor. Kurva 2)
untuk sistem yang sebagian besar menggunakan tangki gelontor. Setelah mendapatkan
besarnya flow (gpm), maka dapat diketahui besarnya diameter pipa dengan membaca tabel
2.7 berikut ini:
Tabel 2.7
Diameter Pipa
Number of Fixture
Fixture
1 2 4 8 12 16 24 32 40
1.Water loset Tank:
Gpm 8 16 24 48 60 80 96 128 150
Pipe size 0,5 0,75 1 1,25 1,5 1,5 2 2 2
Water Closet Flush valve:
Gpm 30 50 80 120 140 160 200 250 300
1. Urinal Tank
Gpm 6 12 20 32 42 56 72 90 120
2. Wash Basin:
Gpm 4 8 12 24 30 40 48 64 75
3. Bathtube:
15 30 40 80 96 112 144 192 240
Gpm
0,75 1 1,25 1,5 2 2 2,5 2,5 3
Pipe size
4. Shower Bath:
8 16 32 64 96 128 192 256 320
Gpm
0,5 0,75 1,25 1,5 2 2 2 2,5 3
Pipe size
5. Sink:
15 25 40 64 84 96 120 150 200
Gpm
0,75 1 1,25 1,5 1,5 2 2 2 2,5
Pipe size
Sumber: Babbitt, hal. 55, 1960
Kemudian setelah didapatkan flow dan diameter maka dapat diketahui panjang
equivalen fitting, headloss pipa, serta kecepatan aliran dalam pipa.
2. Metode Kerugian Gesek yang Diizinkan
Kerugian gesek yang diizinkan dapat dihitung dengan rumus:
Di mana:
R = Kerugian gesek yang diizinkan (mm air/m)
H = Head statik pada alat plambing (m)
H1 = Head standart pada alat plambing (m)
l = Panjang lurus pipa (m)
l’ = Panjang ekivalen perlengkapan pipa (m)
Selain rumus di atas, ada juga rumus yang dapat digunakan untuk memperhitungkan kerugian
gesek yang diizinkan, yaitu:
R = (1000) (H – H1) / K(L + 1) (Persamaan 2.14)
Di mana:
R = Kerugian gesek yang diizinkan (mm air/m)
H = Head statik pada alat plambing (m)
H1 = Head standart pada alat plambing (m)
K = Koefisien sistem pipa (2 – 3)
L = Penjang pipa lurus, pipa cabang (m)
Koefisien sistem pipa perlu ditentukan di sini karena pada awal perancangan perlu
ditetapkan perbandingan (ratio) antar panjang pipa (termasuk panjang ekivalen) terhadap
tahanan lokal pipa. Menurut pengalaman, koefisien K sebesar 2,0 sampai 3,0 biasanya cukup.
Perancang dapat mengurangi koefisien K ini, asal setelah ukuran-ukuran pipa diperoleh,
koefisien ini diperiksa kembali. Kalau sistem pipa mempunyai banyak cabang, koefisien K
bertambah besar.
Kerugian gesek yang diizinkan dapat dihitung untuk pipa dengan laju aliran tertinggi.
Untuk lantai yang lebih rendah dari lantai tertinggi, harus dikurangkan dengan kerugian
gesek pipa utama antara lantai tersebut sampai lantai tepat di atasnya.
Jadi untuk kerugian gesek yang diizinkan untuk lantai ke n , dapat dihitung dengan rumus:
Persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan ground reservoar sebagai berikut:
VR = (% kebutuhan air per-jam - % pelayanan air) x jam pemakaian x Qd
(Persamaan 2.17)
Di mana :
VR = Volume Ground Reservoir ( m3 )
Qd = Kebutuhan air rat-rata per hari (m3/hari )
Pengisian kekurangan air bersih dilakukan pada saat bukan jam kantor dan selama
jam kantor PDAM terus mensuplai air bersih, sehingga kebutuhan air dalam sehari dapat
terpenuhi (Morimura dan Noerbambang,1985).
2.4. Pemompaan
Dalam memilih suatu pompa untuk tujuan tertentu harus tersedia data-data mengenai
sistem pemompaan maupun data pompa-pompa yang ada di pasaran yang didapat dari brosur
pompa yang dikeluarkan suatu pabrik. Data mengenai sistem pemompaan yang harus tersedia
adalah sebagai berikut :
1. Kapasitas sistem
2. Head sistem yang didasarkan pada:
kondisi suction
kondisi discharge
3. Daya / energi yang tersedia (Morimura dan Noerbambang,1985).
Dalam perencanaan sistem plambing kali ini digunakan 2 perhitungan pompa, yaitu :
1. Pompa Submersible
Pompa Submersible (pompa benam) atau electric submersible pump (ESP ) adalah
pompa yang dioperasikan di dalam air. Jenis pompa ini mempunyai tinggi minimal air yang
dapat dipompa dan harus dipenuhi ketika bekerja agar life time pompa tersebut lama. Pompa
jenis ini bertipe pompa sentrifugal dengan prinsip kerjanya mengubah energi kinetis
(kecepatan) cairan menjadi energi potensial (dinamis) melalui suatu impeller yang berputar
dalam casing.
Berikut kelebihan dari jenis pompa submersible :
1. Biaya perwatan yang rendah
2. Tidak bising, karena berada dalam sumur
3. Pompa memiliki pendingin alami, karena posisinya terendam dalam air
4. System pompa tidak menggunakan shaft penggerak yang panjang dan bearing, jadi
problem yang biasa terjadi pada pompa permukaan ( Jet Pump ) seperti keausan bearing
dan shaft tidak terjadi.
Qpompa = VGT / jam operasional (Persamaan 2.18)
Hstatis = Tinggi gedung + Tinggi muka air max RT + Tinggi muka air max GT
(Persamaan 2.19)
Lpipa = Tinggi gedung + Tinggi GT – Tinggi muka air + Tinggi RT
(Persamaan 2.20)
Hmayor = Q1,85 / (0,2785 x C x D2,63)1,85 x L pipa penghantar
(Persamaan 2.21)
Hf = H mayor + H minor (Persamaan 2.22)
2. Pompa Pneumatik
Di mana :
H = head total
HS = head statik pompa
2
v
HV = 2g
Hf = head mayor + head minor
RH = head sisa tekan (residu head)
Untuk menghitung headloss pipa dapat menggunakan dua cara yaitu:
1. Persamaan head akibat gesekan :
1 , 85
Q
hmayor = x L
(0 , 2785 xD 2 , 63 xC )1 , 85
hminor = 10% x hminor
Di mana :
Daya poros pompa (brake horse power) adalah daya yang harus dimasukkan ke
dalam poros pompa.
Np = Nh/ η p
1. Karakteristik stabil, yaitu karakteristik dimana satu kapasitas dapat diperoleh satu
head. Karakteristik dapat dibedakan menjadi :
a. Rising Characteristic
Peningkatan head secara kontinu terhadap pengurangan kapasitas
b. Steep Characteristic
Pertambahan head lebih besar daripada pengurangan kapasitas
c. Dropping Characteristic
Head pada kapasitas nol bukan head yang terbesar
d. Flat Characteristic
Variasi yang stabil dibandingkan pertambahan kapasitas
2. Karakteristik tidak stabil, yaitu karakteristik di mana pada head yang sama dapat
diperoleh dua atau lebih kapasitas.
2.5. Sistem Pembuangan
Sistem pembuangan air kotor sangat penting bagi kesehatan suatu gedung, sehingga
sistem pembuangannya harus sehat dan tidak mencemari lingkungan. Air buangan atau air
limbah biasanya berasal dari toilet yaitu berupa kotoran manusia atau air sisa penyiraman dan
air sisa dari aktivitas manusia lainnya.
Klasifikasi Keterangan
Sistem pembuangan dimana air kotor dari kloset,
Sistem Pembuangan Air Kotor peturasan dan lain-lain dalam gedung dikumpulkan
dan dialirkan keluar.
Sistem pembuangan untuk air bekas dalam gedung
Sistem Pembuangan Air Bekas
yang dikumpulkan dan dialirkan ke luar.
Sistem pembuangan khusus untuk air hujan dari atap
Sistem Pembuangan Air Hujan gedung dan tempat lainnya, yang dikumpulkan dan
dialirkan ke luar.
Hanya untuk air buangan khusus, ditinjau dari segi
kesehatan lingkungan, adalah sangat berbahaya
apabila air buangan khusus dibuang langsung ke riol
Sistem Air Buangan Khusus
umum. Karena itu perlu disediakan peralatan
pengolahan yang tepat pada sumbernya dan baru
kemudian dimasukkan ke dalam riol umum.
Khusus untuk air buangan yang berasal dari bak cuci
dapur; untuk air buangan dari dapur rumah makan
yang terletak di ruang bawah tanah sebuah gedung
harus diperlakukan secara khusus, mencegah
Sistem Pembuangan Air dari Dapur
timbulnya pencemaran akibat aliran balik dari saluran
air kotor atau air bekas, sedangkan bila air
buangannya banyak mengandung lemak perlu
dilengkapi dengan perangkap lemak.
Sumber : Morimura, 1985
Tabel 2.9
Klasifikasi Sisem Pembuangan Air menurut Cara Pembuangan Air
Klasifikasi Keterangan
Sistem pembuangan di mana segala macam air
buangan dikumpulkan ke dalam satu saluran dan
Sistem Pembuangan Air Campuran
dialirkan ke luar gedung tanpa memperhatikan jenis
air buangan.
Sistem pembuangan di mana setiap jenis air buangan
Sistem Pembuangan Air Terpisah dikumpulkan dan dialirkan ke luar gedung secara
terpisah.
Sistem pembuangan di mana air buangan dari
Sistem Pembuangan Air Tak Langsung beberapa lantai gedung bertingkat digabungkan
dalam satu kelompok.
Sumber : Morimura, 1985
Klasifikasi menurut cara pengalirannya:
a. Sistem gravitasi yaitu air buangan mengalir dari tempat lebih tinggi secara gravitasi ke
saluran umum yang lebih rendah.
b. Sistem bertekanan (Morimura, 1985).
2.5.3. Sistem Pembuangan Air
1. Sistem Campuran
Yaitu sistem pembuangan dimana air kotor dan air bekas dikumpulkan dan dialirkan
dalam satu aliran.
2. Sistem Terpisah
Yaitu sistem pembuangan dimana air kotor dan air bekas masing-masing
dikumpulkan dan dialirkan secara terpisah.
2.5.4. Bagian-Bagian Sistem Pembuangan
Sistem pembuangan terdiri dari :
1. Pipa pembuangan alat plambing
Adalah pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap alat plambing dengan pipa
pembuangan lainnya.
2. Cabang mendatar
Adalah semua pipa pembuangan mendatar yang menghubungkan pipa pembuangan
alat plambing dengan pipa tegak air buangan.
3. Pipa tegak air buangan
Adalah pipa tegak untuk mengalirkan air buangan dari cabang-cabang mendatar.
4. Pipa tegak air kotor
Adalah pipa tegak untuk megalirkan air kotor dari cabang-cabang mendatar.
5. Pipa atau saluran pembuangan gedung
Adalah pipa pembuangan dalam gedung, yang mengumpulkan air kotor, air bekas dari
pipa-pipa tegak air buangan.
6. Riol gedung
Adalah pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan gedung
dengan riol umum (Morimura,1985).
dan kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyak dan jenis air buangan yang harus
dialirkan.
Kecepatan terbaik dalam pipa berkisar antara 0,6 sampai 1,2 m/detik. (Morimura. Hal.174,
1985).
Pipa vent tunggal yang membelok ke atas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat
plambing kemudian membelok ke bawah dan mendatar pada lantai gedung untuk
selanjutnya disambungkan pada vent pipa tegak.
7. Sistem vent pelepas
Adalah pipa vent untuk melepas tekanan udara dalam pipa pembuangan air (Morimura,
1985).
Ujung terbuka
Lokasi ujung pipa vent