BAB VII
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI
7.1
UMUM
Perencanaan sistem jaringan irigasi D.I. Baloboro (Jampea) Kabupaten Selayar, terdiri dari
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
Penentuan kapasitas debit rencana
Penentuan muka air rencana
Perencanaan dimensi saluran
Data yang dipakai untuk merencanakan sistem jaringan ini berupa hasil peta topograf
D.I. Baloboro dengan skala 1 : 2.000.
Dalam melakukan pekerjaan ini konsultan akan menggunakan beberapa referensi yang
akan digunakan dalam pekerjaan perencanaan detail bendung, bangunan pelengkap,
jaringan irigasi antara lain :
A. Kriteria Perencanaan
KP-01
KP-02
KP-03
KP-04
KP-06
KP-07
:
:
:
:
:
:
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
B. Bangunan Irigasi
BI-01
BI-02
:
:
C. Persyaratan Teknis
PT-01
PT-02
:
:
7.2
Jaringan adalah meliputi satu sistem yang terdiri dari saluran dan bangunan.
VII -16
16
Laporan Akhir
VII -16
16
Laporan Akhir
K
(m1/3/detik)
Q > 10
45,00
5 < Q < 10
42,50
1<Q<5
40,00
35,00
Sumber : Standart Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan Bagian Saluran, Hal 199
Kemiringan Saluran
Talud saluran dirrencanakan securam mungkin dimana harga-harga kemiringan
minimum untuk saluran tanah yang dibuat dengan bahan-bahan kohesif yang
dipadatkan dengan baik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7-2
Kemiringan Saluran
Bahan Tanah
batu
gambut kenyal
lempung kenyal
tanah lus
lempung pasiran
tanah pasiran kohesif
pasir lanauan
gambut lunak
*)
Pt
CL,CH,MH
SC,SM
SM
Pt
Kisaran
Kemiringan
<
0.25
1
2
1
1.5 2
3
-
2
2.5
3
4
Geluh : (Loam) adalah campuran pasir, lempung dan lumpur yang kira-kira sama
banyaknya.
Sumber
Simbol
Lengkung Saluran
Lengkung yang diijinkan untuk tanah tergantung pada :
- ukuran dan kapasitas saluran
- jenis tanah
- kecepatan aliran
VII -16
16
Laporan Akhir
Jari-jari minimum lengkung seperti yang diukur pada as harus diambil sekurangkurangnya 8 kali lebar atas pada lebar permukaan air rencana.
Tinggi jagaan
Meningginya muka air sampai di atas tinggi yang direncanakan yang bisa
disebabkan oleh penutupan pintu secara tiba-tiba di bagian hilir, variasi ini akan
menambah besar debit sehingga menambah tinggi muka air di saluran.
Meningginya muka air dapat juga disebabkan oleh pengaliran air buangan ke
dalam saluran.
Tinggi jagaan berguna untuk :
- menaikan muka air diatas muka air maksimum
- mencegah kerusakan tanggul saluran
Tinggi jagaan minimum yang dipakai pada saluran dengan berbagai variasi debit
diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 7-3
Tinggi Jagaan Saluran Tanpa Pasangan (Tanah)
Debit Q
(m3/det)
Tinggi Jagaan
(m)
< 0,50
0,40
0,5 1,5
0,50
1,5 5,0
0,60
5,0 10,0
0,75
10,0 15,0
0,85
>15,0
1,00
Sumber : Standart Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan Bagian Saluran, Hal 203
VII -16
16
Laporan Akhir
2) Saluran Pasangan
Saluran pasangan (lining) yang direncanakan dibangun dimaksudkan untuk :
1. Mencegah kehilangan air akibat rembesan
2. Mencegah gerusan dan erosi
3. Mengurangi biaya pemeliharaan
4. Memberi kelonggaran untuk lengkung yang lebih besar
5. Mempercepat distribusi aliran ke petak-petak, terutama petak terjauh.
Perencanaan Hidrolis
Kecepatan-kecepatan maksimum untuk aliran sub kritis pada saluran pasangan
yang dianjurkan adalah:
- pasangan batu
: 2 m/det
- pasangan beton : 3 m/det
- pasangan tanah : kecepatan maksimum yang diijinkan 0,8 m/dt
Kecepatan maksimum ijin akan menentukan kecepatan rencana untuk saluran
tanah dengan pasangan campuran.
Bilangan Froude sangat penting untuk
pemakaian kecepatan yang tinggi dan kemiringan saluran yang tinggi. Dengan
kriteria bilangan Froude sebagai berikut :
- < 0,55
: aliran stabil
- 0,55 < Fr < 1,40: aliran sub kritis
- > 1,40
: aliran super kritis
Apabila terjadi aliran superkritis di saluran maka harus diperhitungan sebagai got
miring :
Fr
v.( g .h.
mn
)
2m n
Lengkung saluran
Jari-jari minimum untuk saluran pasangan diambil tiga kali lebar permukaan. Jika
dibutuhkan tikungan yang lebih tajam, kehilangan tinggi energi tambahan harus
diperhitungkan.
Tinggi jagaan
VII -16
16
Laporan Akhir
Harga harga minimum untuk tinggi jagaan adalah seperti yang disajikan pada
tabel berikut ini. Harga harga tersebut diambil dari USBR yang menunjukan tinggi
jagaan tanggul tanah yang sama dengan tanggul saluran tanah pasangan.
Tabel 7-4
Tinggi Jagaan Untuk Saluran Dengan Pasangan
Debit
Tanggul (F)
Pasangan (F)
(m3/det)
(m)
(m)
< 0.5
0.40
0.20
0.5 < 1.5
0.50
0.20
1.5 < 5.0
0.60
0.25
5.0 <10.0
0.75
0.30
10.0 <15.0
0.85
0.40
15.0 >
1.00
0.50
Sumber :
VII -16
16
Laporan Akhir
Saluran Tersier
Bahwa disini tidak diperkenankan mengambil air secara langsung. Batas-batas
saluran tersier adalah dari sadap tersier dijaringan utama dan berakhir pada Boks
bagi kuarter yang terakhir.
VII -16
16
Laporan Akhir
Saluran Kuarter
Apabila sawah terletak lebih dari 150 m dari saluran kuarter, maka diperbolehkan
mengambil air langsung disaluran kuarter dengan saluran cacing. Batas saluran
kuarter adalah dari boks bagi kuarter ke lubang-lubang sadap sawah atau ke saluransaluran cacing ke sawah kemudian berakhir pada bangunan akhir selanjutnya
berhubungan dengan saluran pembuang (sistem pembuang yang ada).
Bangunan Terjun
Fungsi bangunan terjun sebagai berikut :
Bagian pengontrol, berfungsi sebagai mencegah penurunan muka air secara
berlebihan di hulu saluran
Bagian pembawa ke elevasi yang lebih rendah
Peredam energi, berfungsi sebagai meredam energi yang berlebihan di ruas
saluran hulu.
Lindungan aliran keluar, berfungsi mencegah kerusakan akibat gerusan dan erosi
Gorong-Gorong
Defenisi dari gorong-gorong adalah bangunan irigasi yang dipakai untuk membawa
aliran air baik irigasi maupun drainase untuk melewati jalan, saluran lain serta
tanggul. Bentuk gorong-gorong biasanya dipakai bulat dan persegi empat, sedang
type gorong-gorong ada dua yaitu :
o Gorong-gorong terisi penuh
o Gorong-gorong tidak terisi penuh
Bangunan Talang
Defnisi dari bangunan talang adalah sebuah bangunan pelintasan air yang melewati
cekungan, alur pembuang alam, sungai kecil serta jalan.
VII -16
16
Laporan Akhir
Kecepatan aliran di bangunan talang lebih besar dari saluran hulunya, dalam
perencanaan bangunan talang kecepatan aliran air dibatasi jangan sampai terjadi
kecepatan super kritis, (Fr 0,7).
Q K ab
dimana :
Q
=
K
=
=
a
=
b
=
g
=
h1
=
2 g h1
VII -16
16
Laporan Akhir
Untuk melengkapi Prasarana Jaringan Irigasi maka pada D.I. Baloboro juga
direncanakan jalan baik itu jalan Inpeksi dan Jalan Petani, guna untuk melayani
pengangkutan hasil panen serta keperluan eksploitasi dan pemeliharaan jaringan.
Jalan Inspeksi
Kegunaan utama jalan inspeksi adalah untuk melayani kegiatan eksploitasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi secara keseluruhan. Lebar jalan inspeksi direncanakan
sesuai anjuran Kriteria Perencanaan Irigasi KP.03 : 28.
Jalan Petani
Kegunaan jalan petani adalah untuk melayani pengangkutan hasil panen serta
melayani prasarana pertanian seperti jalur pengangkutan traktor mini, sepeda motor,
sepeda dan angkutan rakyat lainnya.
Jalan petani ini hanya direncanakan untuk bisa dilalui kendaraan roda dua dan traktor
mini dengan lebar 2.00 m yang diberi perkerasan seadanya.
VII -16
16
Laporan Akhir
dengan nama ruas dimana bangunan tersebut terletak, juga mulai dengan huruf B
(Bangunan) lalu diikuti dengan huruf kecil sedemikian sehingga bangunan yang
terletak di ujung hilir mulai dengan a dan bangunan-bangunan yang berada lebih
jauh di hilir memakai huruf b, c, d, dan seterusnya. Sebagai contoh B.Bl.2.b adalah
bangunan kedua pada ruas RBl.2 di Saluran Baloboro, terletak antara bangunanbangunan bagi BBl.1 dan BBl.2.
C. Sistem Tata Nama Petak Tersier
Petak tersier diberi nama seperti bangunan sadap tersier dari jaringan utama.
Misalnya, petak tersier S.1.Ki mendapat air dari pintu kiri bangunan bagi BBl.1 yang
terletak di saluran Baloboro.
1. Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang terletak di
antara kedua boks, misalnya (T.1 - T.2), (T.3 K.1).
2. Boks Tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum jam,
mulai dari boks pertama di hilir bangunan sadap tersier : T.1, T.2, dan sebagainya.
3. Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan nomor urut
menurut arah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C dan seterusnya menurut
arah jarum jam.
4. Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum jam,
mulai dari boks kuarter pertama di hilir boks tersier dengan nomor urut tertinggi :
K1, K2, dan seterusnya.
5. Saluran Irigasi Kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dilayani
tetap dengan huruf kecil, misalnya a1, a2 dan seterusnya.
6. Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang
dubuang airnya menggunakan huruf kecil diawali dengan dk, misalnya dka.1,
dka.2 dan seterusnya.
7. saluran pembuang tersier diberi kode dt.1, dt.2 juga menurut arah jarum jam.
7.3.
VII -16
16
Laporan Akhir
VII -16
16
Laporan Akhir
Gambar 7 1
Peta Situasi Layout Daerah Irigasi Baloboro
7.3.2. Panjang Saluran Irigasi
Penempatan saluran irigasi sangat tergantung sekali pada kondisi topograf di lokasi
studi. Penempatan saluran irigasi diusahakan untuk bisa menjangkau dan mengairi pada
daerah terjauh dengan elevasi sawah tertinggi, dengan tanpa mengesampngkan nilai
ekonomis dan sosial.
Berdasarkan peta ikhtisar yang sudah dibuat, maka bisa diketahui panjang saluran yang
sudah diplotkan pada peta topograf. Berikut disajikan tabel panjang saluran D.I. Baloboro
:
Tabel 7-5
Panjang Saluran D.I. Baloboro
No.
Nama Saluran
1.
2.504 m
2.
2.765 m
3.
7.700 m
VII -16
16
Laporan Akhir
VII -16
16
Laporan Akhir
Gambar 7-2
Skema Jaringan irigasi D.I. Baloboro
7.3.4. Luas Areal Irigasi
Luas pembagian petak tersier D.I. Baloboro diperoleh dari hasil perhitungan luas dengan
menggunakan Peta Topograf hasil dari pengukuran di lapangan.
D.I. Baloboro dibagi menjadi dua pengambilan yaitu D.I. Baloboro Kiri dan D.I. Baloboro
Kanan.
D.I. Baloboro Kiri luas total areal sawah potensial sebesar 552,5 Ha, sedangkan D.I.
Baloboro Kanan luas total areal sawah potensial sebesar 569 Ha. Total luas areal sawah
keseluruhan 1121,5 Ha.
Untuk pembagian petak dan luasannya akan ditabelkan sebagai berikut :
Tabel 7-6
Luas Petak Tersier D.I. Baloboro Kanan
Nama Bang.
Nama
Luas Petak
No.
Pengambilan
Petak Tersier
Tersier (Ha)
1
SP1
Bl.1.Ki
25.56
2
SS2
Bl.2.Ki
69.33
3
SS3
Bl.3.Ki
65.82
4
SS4
Bl.4.Ka
54.00
5
SS4
Bl.4.Ki
30.41
6
SS5
Bl.5.Ki
100.00
7
SS6
Bl.6.Ki
100.10
8
SS7
Bl.7.Ki
68.73
9
SS8
Bl.8.Ka
53.58
10
SS8
Bl.8.Ki
144.89
11
SM
Bl.Tg
40.60
Jumlah
753.02
Sumber :Hasil Perhitungan
Tabel 7-7
Luas Petak Tersier D.I. Baloboro Kiri
Nama Bang.
Nama
Luas Petak
No.
Pengambilan Petak Tersier
Tersier (Ha)
1 SS9
Bl.9.Ka
89.29
2 SS10
Bl.10.Ka
100.00
3 SS11
Bl.11.Ka
50.51
VII -16
16
Laporan Akhir
Jumlah
239.80
Tabel 7-8
Kebutuhan Air Irigasi D.I. Baloboro Kiri
No.
Nama Bang.
Pengambilan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
SP1
SS2
SS3
SS4
SS4
SS5
SS6
SS7
SS8
SS8
SM
Nama
Petak Tersier
Bl.1.Ki
Bl.2.Ki
Bl.3.Ki
Bl.4.Ka
Bl.4.Ki
Bl.5.Ki
Bl.6.Ki
Bl.7.Ki
Bl.8.Ka
Bl.8.Ki
Bl.Tg
Luas Petak
Tersier (Ha)
25.56
69.33
65.82
54.00
30.41
100.00
100.10
68.73
53.58
144.89
40.60
Debit
(ltr/dt)
49.15
133.33
126.58
103.85
58.48
192.31
192.50
132.17
103.04
278.63
78.08
VII -16
16
Laporan Akhir
Jumlah
753.02
1448.12
Tabel 7-9
Kebutuhan Air Irigasi D.I. Baloboro Kanan
No.
1
2
3
Nama Bang.
Pengambilan
SS9
SS10
SS11
Nama
Petak Tersier
Luas Petak
Tersier (Ha)
Bl.9.Ka
Bl.10.Ka
Bl.11.Ka
Jumlah
89.29
100.00
50.51
239.80
Debit
(ltr/dt)
171.71
192.31
97.13
461.15
7.4.
VII -16
16
Laporan Akhir
e
f
g
h
Z
m
n
:
:
:
:
:
:
:
Bahan Pipa
Bahan pipa untuk jaringan air irigasi tersebut diatas akan dipilih berdasarkan faktor
keadaan tanah/topograf, tekanan, diameter, kualitas air, tersedianya bahan di
pasaran dan kemudahan pada saat pemasangan.
Pada kondisi tanah yang bisa dibuktikan sangat korosive, penggunaan pipa
Galvanized Iron Pipe (GIP) tidak akan dipilih. Pada kasus tanah tersebut diusulkan
pemanfaatan pipa Polivinyl Chloride pipe (PVC) untuk diameter 400 mm, dan
Ductive Cast Iron Pipe (DCIP) untuk diameter yang lebih besar. Untuk keadaan
topograf daerah studi yang bergelombang dianjurkan menggunakan pipa GIP atau
DCIP. Dari segi tekanan yang terjadi dalam pipa, pipa jenis manapun dapat digunakan
sepanjang tekanan yang terjadi tersebut masih dalam batas-batas yang diizinkan. Hal
yang sama dengan kualitas air sepanjang air yang akan diangkut telah memenuhi
syarat kualitas sebagaimana disebut di depan, maka jenis pipa manapun yang dipilih
tidak akan jadi masalah.
Faktor kemudahan pada saat pemasangan ditentukan oleh kesulitan pencapaian dan
transportasi pipa. Untuk daerah yang terpencil yang memerlukan perjalanan untuk
membawa pipa, pipa yang ringan (misalnya pipa PVC) akan lebih menguntungkan.
Kesemua faktor tersebut diatas akan ditinjau satu persatu pada saat pemilihan jenis
pipa dilakukan. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah faktor harga dan
ketersediaan jenis pipa dipasaran.
Jenis Tanah
Korosive
Tidak korosive
Tabel 7-10
Jenis-jenis Pipa
Cara
Tekanan
Pemasangan
Maks (atm)
Ditanam
10
10
Tidak tertanam
10
Ditanam
10
10
Tidak tertanam
10
mm
400
PVC
DCIP
GIP
PVC
GIP
GIP
400
DCIP
DCIP
DCIP
GIP
DCIP
DCIP
Keterangan :
Detail Desain Embung & Jaringan Irigasi Jampea
Kab. Selayar
VII -16
16
Laporan Akhir
Walaupun demikian, saat ini sudah banyak beberapa jenis pipa PVC yang mempunyai tekanan kerja
di atas 10 atm.
3. Kedalaman Pipa
Baik pipa transmisi maupun pipa distribusi sedapat mungkin ditanam dalam tanah.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan kerusakan pipa yang disebabkan faktor
alam (pohon tumbang, longsor), atau hewan dan manusia. Untuk pemasangan pipa
dalam tanah beberapa hal perlu diperhatikan antara lain lebar galian, dalamnya
penanaman pipa serta perlu tidaknya lapisan pasir sebagai alas dan penutup.
Lebar galian dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Untuk jenis
pipa kecil dimana memungkinkan penyambungan setelah pemasangan, lebar galian
tersebut tidak terlalu dipermasalahkan. Untuk pipa dengan diameter yang lebih besar,
lebar galian adalah diameter pipa ditambah ruang kerja secukupnya ke kiri atau ke
kanan pipa atau sesuai dengan kebutuhan desain. Kondisi pipa sangat menentukan
kedalaman pipa. Kedalaman diukur dari bagian atas pipa sampai muka tanah asal.
Pada tabel dibawah ini diperlihatkan persyaratan kedalaman dengan kondisi lahan
yang berbeda-beda.
Tabel 7-11
Kedalaman Penanaman Pipa
Kedalaman
No
Jenis Pipa
Kondisi Lahan Yang Dilalui
(cm)
1
Transmisi
Sawah, Lapangan Terbuka
80
Jalan Desa
100
Jalan Raya
120
2
Distribusi
Sawah, Lapangan Terbuka
80
Trotoar
100
Pada jaringan pipa sebaiknya digunakan lapisan pasir sebagai lapisan dasar sebelum
pemasangan pipa. Lapisan pasir tersebut juga diisikan disisi kiri dan kanan pipa dan
bagian atas pipa. Tebal lapisan pasir pada bagian bawah pipa adalah 10 cm pada sisi
pipa dan pada bagian atas pipa 10 cm atau disesuaikan dengan diamater pipa, untuk
pipa-pipa transmisi khususnya tebal lapisan pasir sebaiknya direncanakan lebih tebal.
Ketebalan ini bervariasi dari 10 cm 25 cm. Namun dalam menentukan tebal lapisan
pasir bergantung juga dalam penentuan lebar galian dalam memudahkan
pelaksanaan.
0,80 m
0,20 m
Dpipa
0,20 m
Dpipa
0,20 m
0,20m
Gambar 7-3
Kedalaman Bahan Material Yang
Detail Desain Embung & Jaringan Irigasi Jampea
Kab. Selayar
VII -16
16
Laporan Akhir
dimana
H
=
HL =
V
=
z
=
P
=
G
=
=
f
=
L
=
D
=
2g
2g
2gD
:
total energi pada suatu titik (m)
kehilangan energi (m)
kecepatan aliran pada suatu titik (m/dtk)
titik berat pipa terhadap suatu datum (m)
tekanan air pada suatu titik (t/m2)
gravitasi bumi (9,81 m/dt2)
berat jenis air (1,00 t/m3)
koefsien kekasaran pipa
panjang pipa (m)
diameter pipa (m)
VII -16
16
Laporan Akhir
L x Q1,85
HL = 10,666 x ------------Ch1,85 x D4,87
dimana:
HL = Kehilangan Tekanan (m)
L
= Panjang pipa (m)
Q
= Debit air (m3/det)
D
= Diamater pipa (m)
Ch = Koefsien kekasaran pipa
Sedangkan untuk menghitung kecepatan rata-rata pada aliran pipa digunakan
persamaan Hazen Willeams sebagai berikut :
V = 1,318 ch R0.63 S0.54
dimana :
V
= Kecepatan rata-rata pada pipa (m/dtk)
ch
= koefsien geseran Hazen Williems (bergantung pada kekasaran pipa) seperti
ditunjukkan pada Tabel 7-3 untuk jenis pipa baru.
R
= jari-jari hidroulik (m)
S
= HL/L (kemiringan geser/garis energi)
L
= Jarak yang ditinjau (m)
Kecepatan aliran maksimum yang digunakan adalah 2,00 m/det dan kecepatan
minimum 0,30 m/det. Pengecekan kecepatan ini akan dilakukan setelah terjadi
keseimbangan tekanan di dalam jaringan distribusi. Pada jalur transmisi, batasan
kecepatan tersebut di atas ditetapkan saat menentukan diameter pipa yang akan
digunakan.
Tabel 7-12
Koefsien Kekasaran Pipa Baru (ch)
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis Pipa
Cast iron
Concrete or concrete limid
Galvanized iron
Plastic
Steel
Vitrifed clay
Nilai Ch
130 140
120 130
120
140 150
140 150
110
Untuk jaringan distribusi yang tertutup, perataan tekanan didalam jaringan dilakukan
dengan metode hardy cross. Perhitungan perataan dihentikan bilamana jumlah
kehilangan energi didalam loop sudah mencapai angka 0,005m.
Tekanan sisa minimum pada jaringan induk distribusi sebaiknya adalah 20 m kolam
air. Pengecekan terhadap tekanan sisa tersebut akan dilakukan setelah perataan
tekanan dan akan turut diperhitungkan didalamnnya elevasi muka tanah dari titik
tersebut. Angka sebesar 20 m kolom air bertujuan, setelah pipa disambung masuk
kedalam rumah penduduk air akan bisa keluar dengan baik pada kran dan tidak
diperlukan lagi pompa di rumah-rumah. Tetapi dalam perencanaan ini perhitungan
dilakukan pada jaringan pipa tunggal.
VII -16
16
Laporan Akhir
Dalam menentukan tekanan sisa tersebut, selain tersebut di atas tentunya akan
bergantung pada posisi kolam air (ketinggian) serta dipengaruhi oleh besarnya pipa
dan jenis pipa yang akan dipakai yang berkaitan dengan besarnya biaya konstruksi.
Kehilangan tekanan pada aliran dalam pipa terdiri dari :
Minor losses yaitu pemasukan (hi), lengkung atau belokan (hl), sambungan antara
pipa dengan diameter yang berbeda (hs), pengeluaran, akibat adanya bends dan
fttings (acessoris pipa).
Secara ringkas kehilangan tekanan pada jaringan pipa diuraikan sebagai berikut :
Kehilangan tekanan pada pemasukan
hi
= 0,50 V2/g
dimana :
hi = Kehilangan tekanan pada pemasukan (m)
V = Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)
g = Gravitasi (9,81 m/dt2)
35
0,146
40
0,184
45
0,234
90
0,250
VII -16
16
Laporan Akhir
VII -16
16
Laporan Akhir
VII -16
16
Laporan Akhir
dimana :
Q
:
V
:
A
:
P
:
R
:
K
:
I
:
b
:
h
:
n
:
m
:
Perhitungan Dimensi selanjutnya dapat dilihat pada tabel 7-15 dan Tabel 7-16
7.5
VII -16
16
Laporan Akhir
Gambar 7-4
Skema Bangunan Irigasi D.I. Baloboro (Jampea)
VII -16
16
Laporan Akhir
Tabel 7-15
Dimensi Saluran Induk dan Sekunder D.I. Baloboro Kiri
Nama
(m)
(m)
(m2)
(m)
(m)
m/dt
(m3/dt)
Fr
IR0,5
Tanggul
0.172
0.400
0.017
0.0009
0.34
0.50
1.00
0.29
1.46
0.20
0.61
0.17
0.02
0.33
0.00040
0.16
0.50
0.400
0.017
0.0009
0.38
0.75
1.00
0.42
1.81
0.23
0.68
0.29
0.02
0.36
0.00043
0.22
0.60
Saluran
Lebar
V2/2g
Q
(m3/dt
)
H+W
Tabel 7-16
Dimensi Saluran Induk dan Sekunder D.I. Baloboro Kanan
Nama
1.909
0.500
0.017
0.0005
0.95
1.30
1.00
2.15
4.00
0.54
0.89
1.91
0.04
0.29
0.00037
0.35
1.30
1.399
0.500
0.017
0.0006
0.86
1.00
1.00
1.59
3.42
0.46
0.88
1.40
0.04
0.30
0.00041
0.34
1.20
1.265
0.500
0.017
0.0006
0.88
0.75
1.00
1.44
3.25
0.44
0.88
1.26
0.04
0.30
0.00042
0.32
1.20
1.139
0.500
0.017
0.0007
0.83
0.75
1.00
1.32
3.11
0.42
0.86
1.14
0.04
0.30
0.00042
0.27
1.10
0.977
0.400
0.017
0.0007
0.77
0.75
1.00
1.16
2.92
0.40
0.84
0.98
0.04
0.31
0.00042
0.23
1.00
0.193
0.400
0.017
0.0010
0.33
0.60
1.00
0.31
1.53
0.20
0.63
0.19
0.02
0.35
0.00042
0.17
0.50
0.592
0.400
0.017
0.0008
0.58
0.75
1.00
0.77
2.39
0.32
0.77
0.59
0.03
0.32
0.00043
0.22
0.80
0.400
0.017
0.0008
0.50
0.75
1.00
0.63
2.17
0.29
0.73
0.46
0.03
0.33
0.00042
0.20
0.70
(m)
(m)
(m2)
(m)
(m)
m/dt
(m3/dt)
Fr
IR0,5
Tanggul
Saluran
Lebar
V2/2g
Q
(m3/dt
)
H+W
VII -16
16
Laporan Akhir
Tabel 7-17
Bangunan Irigasi D.I. Baloboro
No.
Jenis Bangunan
Jumlah
(buah)
Keterangan
1.
Baru
2.
Bangunan Sadap
Baru
4.
Box Tersier
Baru
5.
Terjunan
14
Baru
6.
Gorong-gorong
Baru
7.
Talang
Baru
VII -16
16
Laporan Akhir
Tabel 7-18
Dimensi Pintu Saluran Primer dan Sekunder D.I. Baloboro Kanan Dan Kiri
VII -16
16
Laporan Akhir
Tabel 7-19
Perhitungan Hidrolis Bangunan Bagi dan Pintu Sorong D.I. Baloboro Kanan dan Kiri
Bagian 1 dari 2
VII -16
16
Laporan Akhir
Bagian2 dari 2
VII -16
16
Laporan Akhir
Bangunan Talang
Defnisi dari bangunan talang adalah sebuah bangunan pelintasan air yang melewati
cekungan, alur pembuang alam, sungai kecil serta jalan.
Kecepatan aliran di bangunan talang lebih besar dari saluran hulunya, dalam
perencanaan bangunan talang kecepatan aliran air dibatasi jangan sampai terjadi
kecepatan super kritis, (Fr 0,7).
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan hidrolis adalah Strickler:
Q AV
V k R 2 / 3 i1 / 2
dimana :
Q
= debit yang lewat di bangunan talang, m3/dt
A
= luas penampang basah, m
V
= kecepatan aliran, m/dt
k
= koefsien kekasaran strickler, m1/3/dt
R
= jari-jari hidrolis, m
I
= kemiringan dasar saluran di bangunan dalang
Persamaan bilangan Froude :
V
Fr
(sumber KP Penunjang : 174)
gh
dimana :
Fr
=
V
=
g
=
h
=
bilangan Froude
kecepatan aliran, m/dt
percepatan graftasi, 9.8
kedalaman air di bangunan talang, m
H masuk masuk
H keluar keluar
(Va - V1 )
2g
(V2 - Va)
2g
dimana :
H
= tinggi kehilangan energi masuk dan keluar bangunan talang, m
masuk
=
faktor kehilangan tinggi energi yang tergantung pada bentuk
hidrolis saluran masuk.
keluar= faktor kehilangan tinggi energi yang tergantung pada bentuk hidrolis
saluran keluar.
Va
= kecepatan aliran dalam bangunan talang, m/dt
Detail Desain Embung & Jaringan Irigasi Jampea
Kab. Selayar
VII -16
16
Laporan Akhir
V1
=
V2
=
HTotal
=
i
=
L
=
Perhitungan untuk bangunan Talang D.I. Baloboro dapat dilihat pada Tabel berikut :
VII -16
16
Laporan Akhir
Tabel 7-20
Perencanaan Dimensi Talang D.I. Baloboro
VII -16
16
Laporan Akhir
Gorong-Gorong
Defenisi dari gorong-gorong adalah bangunan irigasi yang dipakai untuk membawa
aliran air baik irigasi maupun drainase untuk melewati jalan, saluran lain serta
tanggul. Bentuk gorong-gorong biasanya dipakai bulat dan persegi empat, sedang
type gorong-gorong ada dua yaitu :
1. Gorong-gorong terisi penuh
Gorong-gorong pendek ( L 20 m )
Persamaan sebagai berikut :
Q A 2 g z
(sumber KP.04 : )
dimana :
Q =
debit, m3/dt
=
koefsien debit
A =
luas penampang gorong-gorong, m
g =
percepatan graftasi, 9.8
z =
beda tinggi energi hulu dengan hilir, m
Tinggi dasar
sama dengan
Sisi
Segi empat
Bulat
dibangunan
di saluran
0.8
0.9
Segi empat
Segi empat
0.72
Bulat
Segi empat
0.76
Bulat
Bulat
0.85
Gorong-gorong panjang ( L 20 m )
Persamaan sebagai berikut :
H masuk masuk
H keluar keluar
(Va - V1 )
2g
(V2 - Va)
2g
dimana :
H
= tinggi kehilangan energi masuk dan keluar bangunan goronggorong, m
masuk
= faktor kehilangan tinggi energi yang tergantung pada bentuk
hidrolis saluran masuk.
keluar
= faktor kehilangan tinggi energi yang tergantung pada bentuk
hidrolis saluran keluar.
Va
= kecepatan aliran dalam bangunan talang, m/dt
V1
= kecepatan aliran saluran masuk, m/dt
V2
= kecepatan aliran saluran keluar, m/dt
Kehilangan akibat gesekan :
Hf
= ixL
kR
HTotal
i
L
2/3
=
=
=
=
VII -16
16
Laporan Akhir
Q b h1
2g z
Untuk h1 2/3 h
Q 0.385 b h1
dimana :
Q
=
=
b
=
h
=
h1
=
g
=
z
=
2g h
debit, m3/dt
koefsien debit, 0,85 0,90
lebar gorong-gorong, m
kedalaman air masuk, m
kedalaman air di gorong-gorong, m
percepatan graftasi, 9.8
kehilangan tinggi energi, m
VII -16
16
Laporan Akhir
Tabel 7-21
Perencanaan Dimensi Gorong-gorong D.I. Baloboro
VII -16
16
Laporan Akhir
Bangunan Terjun
Fungsi bangunan terjun sebagai berikut :
Bagian pengontrol, berfungsi sebagai mencegah penurunan muka air secara
berlebihan di hulu saluran
Bagian pembawa ke elevasi yang lebih rendah
Peredam energi, berfungsi sebagai meredam energi yang berlebihan di ruas
saluran hulu.
Lindungan aliran keluar, berfungsi mencegah kerusakan akibat gerusan dan erosi
a. Bagian Pengontrol
Jenis bagian pengontrol ada dua macam yaitu :
Pengontrol tampa ambang
Pengontrol dengan ambang permukaan hulu miring
Persamaan debit yang lewat bagian pengontrol adalah :
Q70% Cd 2/3 2/3 g Bc H1.5
dimana :
Q70% = 0.70% x Q100%
= debit yang dipakai dalam perhitungan hidrolis, m3/dt
Cd
= koefsien debit
Bc
H
g
L
=
=
=
=
=
0.93
0.10 H
L
b. Bagian Pembawa
Dalam pemilihan bagian pembawa hanya tergantung kepada tinggi terjun (z) saja.
z 1.50 m, dipakai bangunan terjun miring
z 1.50 m, dipakai bangunan terjun tegak
c. Kolam olak
Kolam olak untuk terjun miring utnuk perhitungan hidrolisnya menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Vu
Fr
g Yu
q
Yu
Q
q
Bc
(sumber KP Penunjang : 181)
Vu
dimana :
Fr
=
Vu
=
g
=
Yu
=
q
=
bilangan Froude
kecepatan aliran pada u (m/dt)
percepatan graftasi (9,81 m2/dt)
kedalam air di bagian masuk kolam olak (m).
debit persatuan lebar (m)
VII -16
16
Laporan Akhir
Bc
Q
Gambar 6.3.
Sketsa Bangunan Terjun Tegak dan Terjun Miring
VII -16
16
Laporan Akhir
Tabel 7-22
Perhitungan Hidrolika Terjunan Tegak D.I. Baloboro
VII -16
16
Laporan Akhir
Tabel 7-23
Perhitungan Dimensi Terjunan Tegak D.I. Baloboro
VII -16
16
Laporan Akhir
Q K ab
dimana :
Q
=
K
=
=
a
=
b
=
g
=
h1
=
2 g h1
Jalan Inspeksi
Kegunaan utama jalan inspeksi adalah untuk melayani kegiatan eksploitasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi secara keseluruhan. Lebar jalan inspeksi direncanakan
sesuai anjuran Kriteria Perencanaan Irigasi KP.03 : 28.
Jalan Petani
Kegunaan jalan petani adalah untuk melayani pengangkutan hasil panen serta
melayani prasarana pertanian seperti jalur pengangkutan traktor mini, sepeda motor,
sepeda dan angkutan rakyat lainnya.
Jalan petani ini hanya direncanakan untuk bisa dilalui kendaraan roda dua dan traktor
mini dengan lebar 2.00 m yang diberi perkerasan seadanya.
VII -16
16