untuk saluran kecil ( Q < 0,6 m3/dt ), 3 kali lebar muka air.
untuk saluran besar ( Q > 10 m3/dt ), 7 kali lebar muka air.
4.2.3.7 Tinggi Jagaan.
Pada stiap saluran harus diberi jagaan, dengan tujuan untuk :
menaikkan muka air diatas muka air maksimum.
mencegah kerusakan tanggul saluran.
Tinggi jagaan minimum untuk saluran primer dan sekunder,
dipengaruhi oleh besarnya debit
dan disajikan pada Tabel 4.5 dibawah ini.
4.2.4 Saluran Pasangan.
Kegunaan saluran pasangan
1. Mencegah kehilangan air akibat rembesan.
2. Mencegah gerusan atau erosi.
3. Mengurangi biaya pemeliharaan.
4. Memberi kelonggaran untuk lengkung yang lebih kecil.
5. Memperkecil dimensi saluran.
Tanda-tanda adanya kemungkinan rembesan dalam jumlah yang
besar dapat dilihat dari peta tanah. Penyelidikan tanah disepanjang
trase saluran akan lebih banyak memberikan informasi mengenai
kemungkinan terjadinya rembesan. Oleh karena itu pasangan
mungkin hanya diperlukan untuk ruas-ruas saluran tertentu saja.
4.2.4.1 Jenis-Jenis Pasangan.
Banyak bahan yang dapat dipakai untuk pasangan saluran. Di
Indonesia biasanya hanya dipakai 3 jenis bahan, yaitu ;
1. Pasangan Batu
2. Pasangan Beton
3. Pasangan Tanah.
Pasangan batu dan beton lebih cocok untuk semua keperluan,
kecuali untuk perbaikan stabilitas tanggul. Sedangkan pasangan
tanah hanya cocok untuk pengendalian rembesan dan
perbaikan stabilitas tanggul.
Tebal minimum untuk pasangan batu adalah 30 cm. Untuk beton
tumbuk minimum 8 cm untuk saluran kecil dan 10 cm untuk saluran
besar. Tebal minimum pasangan beton bertulang adalah 7 cm,
sedangkan untuk pasangan semen tanah yang dipadatkan, tebal
minimum 10 cm untuk saluran kecil dan 15 cm untuk saluran yang
lebih besar. Tebal pasangan tanah, 60 cm untuk dasar saluran dan
75 cm untuk tanggul saluran. Stabilitas pasangan permukaan keras
hendaknya dicek untuk mengetahui tekanan air tanah dibalik
pasangan. Bila perlu, sebaiknya dibuat konstruksi pembebas
tekanan (lubang pembuang). Pemilihan jenis pasangan akan
bergantung kepada kondisi dan bahan yang tersedia. Gambar 4.7,
dibawah ini memperlihatkan contoh berbagai jenis dan bentuk
saluran pasangan.
4.2.4.2 Perencanaan Hidrolis.
Perencanaan hidrolis mengikuti prosedur yang sama seperti pada
perencanaan saluran tanpa pasangan. Saluran pasangan batu dan
beton mempunyai koefisien strickler yang lebih tinggi, sehingga
potongan melintang untuk saluran-saluran dengan pasangan ini
akan lebih kecil daripada potongan melintang untuk saluran tanah,
dengan kapasitas debit yang sama.
Kecepatan maksimum untuk aliran sub-kritis ditentukan sebagai
berikut ;
pasangan batu : 2 m/dt.
pasangan beton : 3 m/dt.
pasangan tanah : kecepatan maksimum untuk saluran tanah.
Perhitungan bilangan Froude adalah penting apabila
dipertimbangkan pemakaian kecepatan aliran dan kemiringan
saluran yang tinggi. Untuk aliran yang stabil, bilangan Froude harus
kurang dari 0,55 untuk aliran sib-kritis, atau lebih dari 1,4 untuk
saluran superkritis. Saluran dengan bilangan Froude antara 0,55 dan
1,4 dapat memiliki pola aliran dengan gelombang tegak (muka air
bergelombang), yang akan merusak kemiringan tanggul. Apabila
terjadi aliran superkritis, bangunan diperhtungkan sebagai got
miring.
Koefisien kekasaran.
Koefisiei kekasaran strikler yang dianjurkan, adalah sebagai berikut,
Pasangan batu = 60
Pasangan beton = 70.
pasngan tanah = 35 - 45.
Harga-harga untuk pasangan keras dapat dicapai, jika pasangan itu
dikonstruksi dengan baik.
Untuk potongan melintang dengan kombinasi berbagai macam
pasangan, kekasaran masingmasing permukaan akan berbeda-beda
(bervariasi). Koefisien kekasaran campuran ini dapat dihitung dengan
rumus ;
Pada saluran pasangan, kemiringan tanggul bisa dibuat
lebih curam, bahkan untuk saluran yang lebih kecil ( h < 0,4
m ), tanggul dapat dibuat vertikal. Untuk saluran yang lebih
besar kemiringan tanggul minimum dibuat 1 : 1, untuk h
sampai dengan 0,75 m, lihat Tabel 4.8 , dibawah ini.
Untuk saluran yang lebih besar, stabilitas tanggul harus
diperiksa agar tidak terjadi gelincir dsb. Tekanan air
dibelakang pasangan merupakan faktor penting dalam
keseimbangan ini. Jari-jari minimum lengkung saluran
pasangan diambil tiga kali lebar permukaan air.
Sedangkan tinggi jagaan untuk saluran pasangan diambil
sebagai berikut, Tabel 4.9.
4.2.4 Profil Memanjang.
Tinggi muka air yang diinginkan dalam jaringan utama didasarkan
pada tinggi muka air yang diperlukan disawah-sawah yang diairi.
Prosedur penentuannya adalah, pertama-tama menghitung tinggi
muka air yang diperlukan dibangunan sadap tersier. Lalu seluruh
kehilangan disaluran kwarter dan tersier serta bangunannya
dijumlahkan menjadi tinggi muka air di sawah yang diperlukan
dalam petak tersier. Ketinggian ini ditambah lagi dengan
kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier dan longgaran
(persediaan) untuk variasi muka air akibat eksploitasi jaringan utama
pada tinggi muka air parsial (sebagian). Gambar 4.8 berikut ini
memberikan ilustrasi cara perhitungan ketinggian muka air
disepanjang saluran.
Apabila prosedur ini menyebabkan muka air di jaringan utama naik
diatas muka tanah, maka pengurangan tinggi muka air tersier dapat
dipertimbangkan. Situasi demikian dapat terjadi pada topografi
yang sangat datar dimana kehilangan energi yang terjadi pada
bangunanbangunan di petak tersier dapat menambah tinggi muka
air yang diperlukan di jaringan utama jauh di atas muka tanah.
Dalam hal demikian maka jaringan tersier harus ditinjau kembali
dan sedapat mungkin kehilangan energi diperkecil. Sebagian daerah
mungkin tidak dapat diairi.
Eksploitasi muka air parsial sangat mungkin terjadi di jaringan
irigasi di Indonesia. Kebutuhan air irigasi pada debit rencana
berlangsung sebentar saja dimusim tanam pada harga rencana
maksimum. Disamping itu tersedianya air di sungai tidak akan
selamanya cukup untuk mengeksploitasi jaringan pada debit
rencana.
Longgaran untuk variasi muka air H, ditetapkan 0,18 x h100,
dimana h100 adalah kedalaman air rencan dan 0,82 h100 adalah
kedalaman air perkiraan pada 70 % dari debit rencana.
4.2.5 Batas Pembebasan Tanah.
Lebar tanah yang dibutuhkan untuk pembuatan saluran harus
disediakan lebih lebar dari yang dibutuhkan untuk sebaran
pembuatan saluran dan harus ditandai dengan batas pembebasan
tanah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.6 .
4.3 Bangunan Bagi dan Sadap
Salah satu syarat untuk suatu daerah irigasi teknis, adalah bahwa
air harus dapat dibagi dan diukur dengan baik sesuai dengan
kebutuhan masing-masing petak. Untuk ini maka jaringan
irigasi harus dilengkapi dengan bangunan-bangunan pembagi.
Secara umum bangunan ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu
Bangunan Bagi dan Bangunan Sadap.
Bangunan Bagi adalah bangunan irigasi yang berfungsi membagi air
dari Saluran Induk ke Saluran Sekunder, atau dari Saluran Sekunder
ke Saluran Sekunder lain.
Sedangkan Bangunan Sadap berfungsi membagi air dari Saluran
Sekunder atau Saluran Induk ke Saluran Tersier.
4.3.1 Alat Pengukur Debit.
Agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif, maka debit harus diukur
(diatur), baik pada hulu saluran primer, pada cabang (banguan bagi)
maupunpada bangunan sadap tersier. Berbagai macam jenis alat ukur
debit telah dikembangkan untuk keperluan ini. Namun demikian
untuk menyederhanakan pengelolaan jaringan irigasi, hanya
beberapa jenis bangunan saja yang boleh digunakan dalam suatu
daerah irigasi. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih penggunaan jenis alat pengukur debit, antar lain ;
• Karena pembuatan mercu jenis ini juga rumit, maka penggunaannya tidak
dianjurkan.
c. Mercu Horizontal dan Lingkaran Tunggal.
Jenis ini adalah kondisi yang terbaik, baik dari
segi hidrolis perencanaan konstruksinya. Oleh
karena itu bentuk ini sangat dianjurkan.