Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai
aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus
ada sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya drainase tersebut
genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari dan tidak akan
menimbulkan dampak ganguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas
masyarakat tidak akan terganggu.
Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang
sehat, apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan.Drainase juga
merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi
kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota
(perencanaan infrastruktur khususnya).
Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke
badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaantanah) dan atau bangunan
resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan
dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Oleh karena itu, penulis mengambil tema drainase agar penulis dan
pembaca dapat lebih mendalami lagi segala hal yang berkaitan dengan konstruksi
drainase.

1.2. Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan :
1. Agar penulis dan pembaca lebih mengetahui dan memahami segala hal yang
berkaitan dengan drainase
2. Agar penulis dan pembaca lebih memahami dan dapat merencanakan saluran
drainase
3. Agar penulis dan pembaca dapat menghitung kebutuhan alat, bahan tenaga
kerja, serta biaya pelaksanaan drainase
4. Sebagai pengganti ujian workshop drainase.

BAB II
2

DRAINASE

2.1.Pengertian Drainase
Kata drainase berasal dari kata drainage yang artinya mengeringkan atau
mengalirkan. Drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menangani persoalan
kelebihan air baik kelebihan air yang berada di atas permukaan tanah, maupun air yang
berada di bawah permukaan tanah. Kelebihan air dapat disebabkan oleh intensitas hujan
yang tinggi atau akibat dari durasi hujan yang lama. Secara umum drainase didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan pada
suatu kawasan.

2.2. Fungsi Drainase


1. Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan
dapat difungsikan secara optimal.
2. Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah
becek, genangan air/banjir.
3. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
4. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
5. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.

2.3. Macam-Macam Drainase

2.3.1. Menurut Sejarah Terbentuknya


1. Drainase Alamiah ( Natural Drainase )
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-
bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-
gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak
karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti
sungai.

2. Drainase Buatan ( Arficial Drainage )


Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
3

memerlukan bangunan bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton,


gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.

2.3.2. Menurut Letak Bangunan


1. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa
open chanel flow.

2. Drainase Bawah Permukaan Tanah ( Subsurface Drainage )


Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan
melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-
alasan tertentu. Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi
permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah
seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.

2.3.3. Menurut Fungsi


1. Single Purpose
Adalah saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan,
misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah
domestik, air limbah industri dan lain lain.

2. Multi Purpose
Adalah saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan
baik secara bercampur maupun bergantian.

2.3.4. Menurut Konstruksi


1. Saluran Terbuka
Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di
daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-
hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.

2. Saluran Tertutup
4

Yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran kotor (air
yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di
kota/permukiman.

Gambar 2.1. Bentuk Saluran

2.4. Pola Jaringan Drainase


1. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada
sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah kota.

Gambar 2.2. Pola Jaringan Drainase Siku


2. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang
(sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan
kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.

Gambar 2.3. Pola Jaringan Drainase Pararel


5

3. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-
saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.

Gambar 2.4. Pola Jaringan Drainase Grid Iron

4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar

Gambar 2.5. Pola Jaringan Drainase Alamiah

5. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

Gambar 2.6. Pola Jaringan Drainase Radial


2.5. Prinsip-prinsip Umum Perencanaan Drainase
6

1. Daya guna dan hasil guna (efektif dan efisien)


Perencanaan drainase haruslah sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas
drainase sebagai enampung, pembagi dan pembuang air dapat sepenuhnya berdaya
guna dan berhasil guna.
2. Ekonomis dan aman
Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase haruslah mempertimbangkan faktor
ekonomis dan faktor keamanan.
3. Pemeliharan
Perencanaan drainase haruslah mempertimbangkan pula segi kemudahan dan
nilai ekonomis dari pemilihan sistem drainase tersebut.

2.6. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Merencanakan Drainase


Permukaan
2.6.1. Kemiringan Melintang Perkerasan dan Bahu Jalan
1. Pada daerah jalan yang datar dan lurus
Penanganan pengendalian air untuk daerah ini biasanya dengan membuat
kemiringan perkerasan dan bahu jalan mulai dari tengah perkerasan
menurun/melandai kearah selokan samping.Besarnya kemiringan bahu jalan
biasanya diambil 2% lebih besar daripada kemiringan permukaan jalan.

2. Daerah jalan yang lurus pada tanjakan/penurunan


Penanganan pengendalian air pada daerah ini perlu mempertimbangkan
pula besarnya kemiringan alinyemen vertikal jalan yang berupa tanjakan dan
turunan agar supaya aliran air secepatnya bisa mengalir ke selokan samping.

3. Pada daerah tikungan


Kemiringan melintang perkerasan jalan pada daerah ini biasnya harus
mempertimbangkan pula kebutuhan kemiringan jalan menurut persyaratan
alinyemen horizontal jalan. Karena itu kemiringan perkerasan jalan harus dimulai
dari sisi luar tikungan menurun/meland ai kesisi dalam tikungan.
Besarnya kemiringan pada daerah ini ditentukan oleh nilai maksimum dari
kebutuhan kemiringan alinyemen horizontal atau kebutuhan kemiringan menurut
keperluan drainase.

2.6.2. Selokan Samping


Selokan samping adalah selokan yang dibuat disisi kiri dan kanan badan
jalan. Fungsi selokan samping antara lain sebagai berikut :
7

1. Menampung dan membuang air yang berasal dari permukaan jalan.


2. Menampung dan membuang air yang berasal dari daerah pengaliran sekitar
jalan.
3. Dalam hal daerah pengaliran luas sekali atau terdapat air limbah maka untuk itu
harus di buat sistem drainase terpisah atau tersendiri.

Dalam pemilihan jenis material untuk seokan samping pada umumnya


ditentukan oleh besarnya kecepatan rencana aliran air yang akan melewati selokan
samping tersebut. Kecepatan aliran air ditentukan oleh sifat hidrolis penampang
saluran, salah satunya adalah kemiringan saluran.

2.6.3. Plot rute jalan pada peta topografi


Plot rute ini untuk mengetahui gambaran/kondisi topografi sepanjang trase
jalan yang akan direncakanan sehingga dapat membantu dalam menentukan bentuk
dan kemiringan yang akan mempengaruhi pola aliran.

2.6.4. Inventarisasi data bangunan drainase


Data ini digunakan untuk perencanaan sistem drainase jalan tidak menggangu
sistem drainase yang sudah ada.

2.6.5. Panjang segmen saluran


Dalam menentukan panjang segmen saluran berdasarkan pada kemiringan
rute jalan dan ada tidaknya tempat buangan air seperti sungai, waduk dan lain-lain.

2.6.6. Luas daerah layanan


Digunakan untuk memperkirakan daya tampung terhadap curah hujan atau
untuk memperkirakan volume limpasan permukaan yang akan ditampung saluran.
Luasan ini meliputi luas setengah badan jalan, luas bahu jalan dan luas daerah
disekitarnya untuk daerah perkotaan kurang lebih 10 m sedang untuk luar kota
tergantung topografi daerah tersebut.

2.6.7. Koefisien pengaliran


Angka ini dipengaruhi oleh kondisi tata guna lahan pada daerah layanan.
Koefisien pengaliran akan mempengaruhi debit yang mengalir sehingga dapat
diperkirakan daya tampung saluran. Oleh karena itu diperlukan peta topografi dan
survey lapangan.
8

2.6.8. Faktor limpasan


Merupakan faktor/angka yang dikalikan dengan koefisien runoff, biasanya
dengan tujuan supaya kinerja saluran tidak melebihi kapasitasnya akibat daerah
pengaliran yang terlalu luas.

2.6.9. Waktu konsentrasi


Yaitu waktu terpanjang yang diperlukan untuk seluruh daerah layanan dalam
menyalurkan aliran air secara simultan (runoff) setelah melewati titik-titik tertentu.

2.6.10. Analisa hidrologi dan debit aliran air


Menganalisa data curah hujan harian maksimum dalam satu tahun (diperoleh
dari BMG) dengan periode ulang sesuai dengan peruntukannya (saluran drainase
diambil 5 tahun) untuk mengetahui intensitas curah hujan supaya dapat menghitung
debit aliran air.

BAB III
PERHITUNGAN PERENCANAAN

3.1. Dasar Teori Perencanaan


Pengendalian banjir pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun
yang lebih penting adalah pertimbangan secara keseluruhan dan dicari sistem yang paling
9

optimal. Kegiatan pengendalian banjir menurut lokasi atau daerah pengedaliannya dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu Bagian Hulu dan Bagian Hilir.
3.1.1. Tinggi Jagaan Saluran
Menurut SNI 03-3424-1994 : 24 besarnya tinggi jagaan bervariasi mulai dari 20
cm sampai 1,5 meter.

3.1.2. Data Curah Hujan


Curah hujan pada suatu daerah Catchment area akan menentukan besarnya debit
banjir yang terjadi pada daerah studi. Karakteristik hujan pada suatu daerah akan
berbeda dengan daerah lainnya, dengan diketahuinya besar curah hujan pada suatu
daerah maka akan dapat diperkirakan intensitas hujan pada daerah tersebut dan
nantinya akan digunakan untuk menghitung besarnya debit rencana.

3.1.3. Frekuensi Curah Hujan


Tiga parameter penting dalam Log-Person III yaitu harga rata-rata, simpangan
baku dan koefisien kemencengan.
1. Hitung harga rata-rata curah hujan

2. Hitung harga simpangan baku(standar deviasi)

3. Hitung koefisien kemencengan

4. Hitung logaritma hujan/banjir periode ulang T

Dimana K adalah variabel standar untuk X yang besarnya tergantung koefisien


kemencengan G.
10

3.1.4. Intensitas Curah Hujan


Dalam perencanaan ini penulis menggunakan metode mononobe, karena
metode ini lebih terarah dengan adanya ketersediaan bahan. Adapun rumusnya
adalah:

Dimana:
R24 = tinggi hujan maksimum dalam 24 jam dalam mm
t = lama waktu konsentrasi dalam jam
I = intensitas hujan dalam mm/jam

3.1.5. Koefisien Pengaliran


Berdasarkan tata cara perencanaan drainase SNI-03- 3424-1994, luas daerah
pengaliran atas-batasnya tergantung dari daerah pembebasan dan daerah
sekelilingnya ditetapkan seperti pada Gambar 1 berikut :

Gambar 1 Daerah pengaliran


sumber: SNI 1994

Keterangan:
L : batas daerah pengaliran (L1+L2+L3)
L1 : ditetapkan dari as jalan sampai tepi perkerasan
L2 : ditetapkan dari tepi perkerasan sampai tepi bahu
L3 : tergantung dari keadaan setempat, maksimum 100 m

Rumus untuk menghitung koefisien pengaliran adalah:


11

dimana :
C = Koefisien pengaliran gabungan
C1,C2,C3 = Koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi permukaan
A1,A2,A3 = Luas daerah pengaliran yang diperhitungkan dengan kondisi
permukaan

3.1.6. Debit Air Buangan Rumah Tangga


Untuk menghitung air untuk jumlah penduduk sama air yang dibuang
kebutuhan air rata-rata tiap orang 150 liter/hari sedangkan faktor maksimum air
bersih 1,75 faktor buangan maksimum dipakai 0,90.

3.1.7. Debit Banjir Rencana


Untuk Menghitung debit banjir rencana penulis menggunakan metode
rasional, dengan rumus sebagai berikut:

Dimana :
Qr = Debit rencana dengan masa ulang T tahun (m3/detik)
C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah aliran dalam (km)

3.1.8. Perencanaan Penampang


Dimensi yang ekonomis adalah saluran yang dapat melewatkan debit
maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran, dan kemiringan dasar tertentu.
Dalam perencanaan ini penulis merencanakan penampang berbentuk trapesium.
12

3.1.9. Kecepatan Pengaliran


Untuk mendapatkan kecepatan air pada saluran dihitung dengan persamaan
rumus kecepatan aliran seragam, yaitu:

Keterangan :
V : Kecepatan Aliran (m/dtk)
R : jari jari hidrolik (m)
n : koefisien kekasaran manning
S : kemiringan dasar saluran (%)

3.2.Perhitungan Rencana Saluran untuk Dusun Kumu


3.2.1. Analisa Frekuensi Curah Hujan
Perhitungan analisa frekuensi curah hujan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
13

1. Harga rata rata curah hujan LOG =

2. Harga simpangan baku

3. Koefisien kemencengan

Dengan nilai G 0,005 , selanjutnya menentukan koefisien kemencengan (K)


maka nilai G dibulatkan menjadi 0,0. seperti dibawah ini:

3.2.2. Periode Ulang


Dengan menggunakan rumus LOG XT = LOG +K . s maka didapat
hasilnya sebagai berikut:
Log X 2 = 2,645
X 2 = 441,570

Nilai selanjutnya dapat dilihat pada tabel 3.


14

3.2.3 Intensitas Curah Hujan


1. Dengan menggunakan nilai R dengan priode 2 tahun

2. Dengan menggunakan nilai R dengan priode 5 tahun

3. Dengan menggunakan nilai R dengan priode 10 tahun

Nilai selengkapnya dicantumkan dalam bentuk tabel dibawah ini.

3.2.4. Koefisien Pengaliran


Prosedur untuk menghitung koefisien pengaliran adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Luas Daerah Pengaliran
Luas daerah pengaliran ini didapat dari hasil perkalian batas daerah
pengaliran yang diperhitungkan (L1, L2, L3) dengan panjang saluran drainase
rencana. Hasil dari perkalian tersebut penulis tuangkan dalam tabel seperti dibawah
ini:
15

2. Menentukan Nilai Koefisien Pengaliran ( C )


Nilai koefisien pengaliran ini diketahui berdasarkan pengamatan dilapangan,
nilai koefisien ini ditentukan berdasarkan keadaan daerah/ tipe kondisi permukaan
tanah pada daerah yang di amati. Kondisi yang diperhatikan sebagai berikut:
a. Kondisi jalan ( C1 )
b. Kondisi bahu jalan ( C2 )
c. Kondisi tata guna lahan disekitar daerah perencanaan ( C3 )
Nilai dari C1, C2, dan C3 bersumber pada SNI 03-3424-1994.

Karena nilai koefisien pada setiap STA berbeda maka nilainya sebagai berikut:

3.2.5. Debit Air Buangan Rumah Tangga


Setelah kami mengupulkan data penduduk sekitar aliran drainase rencana,
maka penulis memperoleh data penduduk berdasarkan data yang diperoleh dari
pengurus desa setempat, data yang penulis dapat bersumber dari ketua RT sekitar
perencanaan. Adapun data yang kami peroleh sebagai berikut:
16

3.2.6. Debit Banjir Rencana


Pada perencanaan drainase ini penulis menggunakan priode ulang yang
sesuai dengan daerah perencanaan. Metode yang digunakan untuk menghitung debit
banjir rencana adalah metode rasional.

Untuk perhitungan selanjutnya lihat tabel dibawah ini:

3.2.7. Perencanaan Penampang


Di ketahui data sebagai berikut :
Qr = 3,655 m/dtk
Kemiringan talud = 1:1,5
Kemiringan dasar saluran rencana = 0,01%
Bentuk trapesium paling ekonomis adalah setengah heksegonal, dengan persamaan
sebagai berikut:

Untuk dimensi saluran selanjutnya dicantumkan dalam bentuk tabel.


17

Berikut ini gambar penampang drainase beserta dimensi nya.

3.2.8. Kecepatan Aliran


Untuk mentukan kecepatan aliran yang mengalir di saluran drainase di
gunakan rumus manning :

Dimana rumus menentukan debit adalah :


Q = A x V atau
V = Q/A. Maka:
V = 3,655/3,897 = 0,938 m/det
Untuk hasil perhitungan selanjutnya dicantumkan dalam tabel dibawah ini.
18

Berdasarkan hasil dari perhitungan dan pembahasan pada perhitungan


dimensi saluran drainase dengan menggunakan metode yang sesuai dengan aturan-
aturan yang dipakai dalm merencanakan drainase, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa besar dimensi saluran di dusun Kumu adalah lebar atas 3,5 m,
lebar bawah 1,7 m dan tinggi saluran 1,4 m, dengan bentuk saluran trapesium.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan
Tingkat curah hujan merupakan faktor alami yang tidak mungkin diatur oleh
tangan manusia. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi atau menghindari kerusakan jalan
perlu dilakukan pembenahan-pembenahan pada variabel atau faktor lain, diantaranya yaitu
pada faktor sistem drainase. Drainase merupakan salah satu faktor terpenting dalam
perencanaan jalan raya. Curah hujan dan tingkat kerusakan jalan memiliki hubungan yang
bertolak belakang. Dalam hal ini, semakin tinggi curah hujan yang terjadi maka umur jalan
19

akan semakin pendek, dan sebaliknya semakin rendah curah hujan maka umur jalan pun
akan semakin panjang.
Sistem drainase memiliki kontribusi yang paling besar terhadap tingkat kerusakan
jalan. Semakin baik sistem drainase tersebut, maka umur jalan akan semakin panjang.
Untuk mencapai sistem drainase yang baik, maka diperlukan perencanaan yang matang
dan pelaksanaan yang baik.

4.2.Saran
Sebagai mahasiswa Teknik Sipil kita harus lebih memperhatikan segala aspek yang
berhubungan dengan pembangunan. Namun tak hanya pembangunannya saja yang harus
diperhatikan, pemeliharaan juga tak kalah pentingnya.
Pembenahan sistem drainase perlu dilakukan karena terbukti sistem drainase ini
memiliki kontribusi yang paling besar terhadap kerusakan jalan dan bangunan lainnya.
Pembenahan sistem drainase ini dapat dilakukan dengan cara memperhatikan tingkat
kebersihan saluran drainase tersebut sehingga tidak mengganggu aliran air ataupun dengan
merencanakan dengan matang saluran drainase tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Perencanaan Sistem Drainase Jalan (Pd-T-02-2006-B). Departemen Pekerjaan Umum


Lubis Hamdani. Jurnal Perencanaan Saluran Drainase (Studi Kasus Desa Rambah). 2013
https://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/
http://architulistiwa.blogspot.co.id/2014/11/definisi-fungsi-dan-macam-macam-
drainase_27.html
20

DAFTAR REFERENSI

A. Harga Semen Terbaru 2015

SEMEN

1. Semen Tiga Roda(Indocement) Rp. 61,000,-/sak


2. Semen Baturaja Rp. 62,000,-/sak
3. Semen Padang Rp. 60,000,-/sak
4. Semen Holcim Rp. 61,000,-/sak

Nama Produk Jenis Harga


Rp.
Semen Tiga Roda 50kg PC
63.000,-
Portland Rp.
Semen Tiga Roda 40kg
Cement 52.000,-
Nama Produk Jenis Harga
21

Rp.
Semen Holcim 50kg PC
62.000,-
Portland Rp.
Semen Holcim 40kg
Cement 51.000,-
Nama Produk Jenis Harga
Semen Gresik 50kg PC Rp. 61.000,-
Semen Gresik 40kg Portland CementRp. 50.000,-
Nama Produk Jenis Harga
Rp.
Semen Padang 50kg PC
60.000,-
Portland Rp.
Semen Padang 40kg
Cement 49.000,-
Nama Produk Jenis Harga
Semen Putih Tiga Roda Semen Putih Rp. 80.000,-

http://hargabahanbangunan.co/harga-semen-terbaru.html#sthash.yOPkf84o.dpuf

B. Harga Pasir Dan Batu Terbaru 2015 :

Harga Pasir Merapi

Spek Barang Satuan Harga


Pasir Merapi per m3 165.000
Pasir Batu/Sirtu per m3 125.000
Split per m3 175.000
Padas 4-5m3 155.000
Batu Split pick up 250.000,-
Batu Split truk 1.250.000,-

PASIR

Spesifikasi Barang satuan Harga (Rp.)


Pasir Putih Bangka m3 250.000,-
Pasir Putih Bangka pick up 550.000,-
Pasir Putih Bangka truk 1.330.000,-
Pasir Mundu m3 225.000,-
Pasir Mundu pick up 575.000,-
Pasir Mundu ton 3.750.000,-
22

Pasir Cileungsi truk 1.150.000,-


Pasir Cileungsi m3 185.000,-

BATU MATERIAL STRUKTUR RUMAH

Spesifikasi Barang satuan Harga (Rp.)


Batako Semen Besar buah 2.500,-
Batu Bata Merah (biasa) buah 425,-
Batu Bata Merah (oven) buah 600,-
Batu Kali Belah m3 175.000,-
Batu Split pick up 250.000,-
Batu Split truk 1.250.000,-
Batu Knecker m3 200.000,-

http://hargabahanbangunan.co/harga-pasir-dan-batu-terbaru.html#sthash.42WAAQCN.dpuf

C.Upah Harian Kerja Wilayah JABOTABEK(Agustus 2015)


Mandor / Kepala Tukang : Rp 150.000,-/hari
Tukang batu : Rp 125.000 /hari
Pekerja : Rp. 95.000,-/hari
Cost and Free : 10% x Upah Keseluruan
http://surya-asri.blogspot.co.id/p/harga-upah-kerja.html

D. Material Pipa Galvanis


1. Pipa galvanis medium B " 59.333,33 M'
2. Pipa galvanis medium B " 87.000,00 M'
3. Pipa galvanis medium B 1" 38.300,00 M'
4. Pipa galvanis medium B 1" 60.300,00 M'
5. Pipa galvanis medium B 2" 123.333,33 M'
6. Pipa galvanis medium B 3" 145.833,33 M'
7. Pipa galvanis medium B 4" 116.830,00 M'
8. Pipa galvanis medium B 6" 235.600,00 M'
9. Pipa galvanis medium B 8" 333.380,00 M'

E. Material Pipa Pvc


1. Pipa PVC tipe AW dia 1" 10.041,67 M'
2. Pipa PVC tipe AW dia 11/2" 9.036,67 M'
3. Pipa PVC tipe AW dia 2" 12.853,33 M'
23

4. Pipa PVC tipe AW


dia 3"
12.853,33 M'
5. Pipa PVC tipe AW
dia 4"
18.476,67 M'

F. Material Buis Beton


1. Buis Beton 20 cm 60.250,00 Bh
2. Buis Beton 30 cm 84.350,00 Bh
3. Buis Beton 40 cm 96.400,00 Bh
4. Buis Beton 60 cm 140.000,00 Bh
5. Buis Beton 80 cm
190.000,00 Bh
6. Got Normal U-20
36.150,00 Bh
7. Got Normal U-30
42.000,00 Bh
8. Got Normal U-40
50.000,00 Bh
9. Got Normal U-60
70.000,00 Bh
10. Got Normal U-80 95.000,00 Bh

Anda mungkin juga menyukai