Anda di halaman 1dari 11

Nama: Dade Mudwwan

Nim: 2103020015

Kelas: Sipil A

TUGAS RESUME

CARA PEROSIDA GOLONGAN 4,3,2 PETAK SALURAN TERSIER

Prosida merupakan salah satu jenis kofisien tanaman pada periode tanam prosida pada periode
tanam prosida juga digunakan untuk mengetahui konsumtif air pada tanaman dengan rumus sebagai
berikut

𝐸𝑇𝑐 = 𝐾𝑐 𝑥 𝐸𝑡𝑜 ( 2.17)

Keterangan:

Kc = Koefisien tanaman

Eto = Evapotranspirasi potensial (Penmann modifikasi) (mm/hari)

Etc = Penggunaan air konsumtif tanaman (mm/hari)

Koefisien tanaman digunakan untuk menghitung Etc dan Eto pada rumus penman.koefisien yang
digunakan tergantung dengan jenis tanaman dan fase pertumbuhan tanamannya.koefisien yang
dipakai sangatlah berpengaruh terhadap kebutuhan air tanaman tersebut.

Berikut adalah table koefisien tanaman sesuiai dengan jenisnya

Langkah berikutnya untuk menentukan golongan 4,3,2 pada saluran tersier adalah

1. Survey dan Pengumpulan Data: a. Lakukan survei topografi untuk mendapatkan data elevasi dan
kontur tanah, lalu kumpulkan data hidrologi termasuk debit air dan pola aliran yang ada

2. Kategorisasi Petak Saluran Tersier

Identifikasi keempat petak berdasarkan karakteristik tanah dan kebutuhan air.

- Golongan 1: Tinggi kebutuhan air, tanah yang subur.


- Golongan 2: Kebutuhan air sedang, tanah dengan drainase baik.

- Golongan 3: Kebutuhan air rendah, tanah dengan tekstur khusus.

- Golongan 4: Kebutuhan air rendah, tanah kurang subur. Pada langkah ini dilakukan dengan analisis
atau menghitung nilai IR atau juga

Contoh perhitungan kebutuhan air

3.Analisi Debit Airr Dan Prioritas

Hitung debit air yang masuk ke saluran tersier dari sumber air utama. Kemudian, sesuaikan jumlah
air ke masing-masing kelompok berdasarkan apa yang paling penting dan diperlukan.

4.Pemantaun Kelembaban Tanah

Terapkan sensor kelembaban tanah disetiap petak .dan lakukan pemantauan real time untuk
membantu dalam menyesuaikan alokasi air sesuai kondisi tanah

5.Praktik Pengelolaan Tanh Dan Irigasi

Terapkan praktik konservasi tanah seperti penanaman turupan tanah dan terasering.lalu gunakan
Teknik irigasi yang paling seuai dengan kondisi topgrapi petak.

6. Penerapan Teknologi Pemantauan:

a. Pasang sensor kualitas air untuk memonitor kondisi air dan Implementasikan teknologi
pemantauan otomatis untuk memantau dan mengelola distribusi air.
7. Evaluasi dan Penyesuaian Periodik:

a. Lakukan evaluasi rutin terhadap efisiensi sistem, serta Sesuaikan alokasi air berdasarkan
perubahan kebutuhan atau kondisi lingkunga.
JADWAL DAN KAPASITAS RENCANA

Kapasitas rencana saluran tersier dan kuarter didasarkan pada 100% Omaks· Jika tidak tersedia
data mengenai kebutuhan irigasi, angka-angka umum akan dipergunakan untuk perkiraan. Besamya
angka-angka masih membutuhkan penyelidikan atau dapat diperoleh dari daerah irigasi yang
berdekatan.

Berikut ialah sebuah perencanaan dalam menentukan kapasitas rencana pada petak tersier
maupun pada petak kuarter

1.Debit rencana sebuah saluran dihitung dengan rumus umum berikut :

Q= (c NFR A)/e

Dimana :

Q = Debit rencana, ltr/dt

c = Koefisien pengurangan karenaad anya sistem golongan,

NFR = Kebutuhan bersih (netto) air di sawah, ltr/dt/ha

A = Luas daerah yang diairi, ha

e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan.

Jika penyaluran air dari jaringan irigasi tidak hanya untuk kebutuhan irigasi maka debit rencana
juga harus ditambah sesuai dengan kebutuhan yang lain.kebutuhan selain irigasi seperti adanya kolam
ikan atau tambak,kebutuhan industry,dan kebutuhan air yang lainnya.

2.Kebutuhan Air Disawah

Kebutuhan air disawah dipengaruhi oleh factor factor berikut

a. cara penyiapan lahan

b. kebutuhan air untuk tanaman

c. perkolasi dan rembesan

d. pergantian lapisan air, dan

e. curah hujan efektif.

3.Efesiensi

Efisiensi jaringan tersier (et) dikalikan dengan efisiensi jaringan sekunder (CS) dan efisiensi
jaringan primer (ep), dan nilai berkisar antara 0,65 sampai 0,79. Akibatnya, kebutuhan air bersih sawah
(NFR) harus dibagi dengan e untuk mendapatkan jumlah air yang diperlukan untuk bangunan yang
mengambil air dari sungai. Faktor efisiensi yang digunakan untuk perhitungan saluran ditunjukkan di
sini.

Kehilangan yang sebenarnya di dalam jaringan bisa jauh lebih tinggi, dan efisiensi yang
sebenarnya yang berkisar antara 30 sampai 40 % kadang- kadang lebih realistis, apalagi pada waktu-
waktu kebutuhan air rendah. Walaupun demikian, tidak disarankan untuk merencanakan jaringan
saluran dengan efisiensi yang rendah itu. Setelah beberapa tahun diharapkan efisiensi akan dapat
dicapai.
Keseluruhan efisiensi irigasi yang disebutkan di atas dapat diterapkan pada proyek yang
memiliki sumber air terbatas dan memiliki luas area yang mencapai 10.000 ha atau lebih. Proyek yang
sangat kecil atau yang airnya diambil dari waduk yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan harga
efisiensi yang lebih tinggi, hingga 75 persen dari total biaya. Di wilayah yang baru dibangun Kebutuhan
air di sawah yang sebelumnya tidak ditanami padi akan lebih besar dalam tiga hingga empat tahun
pertama. Setelah itu, kebutuhan udara bisa menjadi tiga hingga empat kali lebih besar dari yang
direncanakan untuk menstabilkan kondisi tanah.

4.Rotasi Teknis

Keuntungan sistem golongan teknis termasuk penurunan kebutuhan pengambilan puncak (koefisien
pengurangan rotasi) dan peningkatan kebutuhan pengambilan secara bertahap pada awal waktu
pemberian air irigasi (pada periode penyiapan lahan) seiring dengan peningkatan debit sungai. Namun,
kekurangan sistemnya adalah sebagai berikut:

- Timbulnya komplikasi sosial - Operasional lebih rumit

- Kehilangan air akibat eksploitasi sedikit lebih tinggi, dan

- Jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibatnya lebih sedikit waktu tersedia untuk
tanaman kedua.

Areal irigasi harus dibagi menjadi sekurang-kurangnya tiga atau empat golongan, dan tidak
lebih dari lima atau enam golongan. Ini akan membuat eksploitasi jaringan irigasi agak sulit.

Selain itu, untuk mengurangi debit puncak, sistem rotasi diperlukan.

Karena alasan-alasan di atas, untuk proyek irigasi yang mencakup area seluas 10.000 ha yang
dapat diairi dan mengambil udara langsung dari sungai, biasanya tidak ada rencana pengurangan debit
(koefisien pengurangan c = 1). Perumusan dan pelaksanaan proyek termasuk tahap studi. Tahap Studi
mencakup aspek teknis dan nonteknis, sedangkan Tahap Perencanaan membahas proyek pekerjaan
irigasi secara mendalam. Aspek yang tercakup di sini terutama bersifat teknis.
Ketentuan Bentuik Saluran Terrsier Dan Kuarter

1.Saluran Tersier

Saluran tersier adalah saluran yang menerima air dan mengalirkannya Kembali kesaluran drainase
sekunder

Untuk tanah cadas tebing, saluran irigasi tersier biasanya berbentuk trapesium. Namun,
ukuran saluran bergantung pada banyaknya aliran air, kecepatan rata-rata proses aliran, dan
penurunan muka air di dalam saluran.

Untuk membuat penampang yang seimbang, beberapa faktor harus dipertimbangkan. Ini
termasuk ketinggian air, lebar dsasar saluran, dan besaran aliran. Untuk mencegah longsor saat
membangun saluran, tingkat kemiringan tanah juga harus dipertimbangkan.

2.Saluran Kuarter

Saluran irigasi kuarter merupakan saluran yang mengalirkan air ke sawah dan lahan pertanian lainnya
melalui bangunan sadap.

Bentuk penampang yang seimbang perlu memperhatikan beberapa faktor beberapa


diantaranya meliputi, ketinggian air, lebar dsasar saluran dan besaran aliran. Tidak hanya itu, tingkat
kemiringan tanah juga perlu diperhatikan agar saat pembuatan saluran tidak mudah mengalami
longsor.

Ketentuan

Jika kita merencanakan penampang berbentuk trapezium maka dapat menggunakan rumus
sebagai berikut.

a.stricler

V = K.R 2/3 . I 1/2

Q = V.F

dimana:

Q = Debit Saluran (m3 /dtk)

V = Kecepatan aliran (m/dt)


K = Koefisien kekasaran Strickler

I = Kemiringan aliran

R = Jari-jari Hidrolisi (m)

R=F/O

Dimana :

F = Luas Basah (m2 ) O = Keliling basah penampang (m)

Tinggi jagaan minimum untuk saluran tanah (Dinas Pekerjaan Umum Kuantan Singingi 1986).
Untuk menganalisa dimensi dan ukuran saluran irigasi ada beberapa pedoman yang harus di
perhatikan untuk menentukan perencanaan saluran irigasi, dapat dilihat Tabel 3.4 Tabel 3.4
Karakteristik Saluran (Dinas Pekerjaan Umum Kuantan Singingi 1986).
Dalam menentukan ukuran dimensi juga perlu di perhatikan koefisien kekasaran sticler, untuk lebih
jelas lihat pada tabel 3.5 Tabel 3.5 Koefisien Kekasaran Sticler (Dinas Pekerjaan Umum Kuantan Singingi
1986).

a. Manning

Cara lain untuk menghitung kecepatan aliran pada saluran ditemukan oleh Robert Manning
dengan persamaan (Dep, PU, 1986),

Q=V.F

Dimana:

Q = Debit Saluran Air (m3 /dtk)

V = Kecepatan Aliran rata-rata (m/dt)

R = Jari-jari hidrolis (m)

I = Kemiringan dasar saluran

n = Koefisien kekasaran manning


Tabel 3.6 Nilai Koefisien Kekasaran Dasar Saluran (n), (Rosalina, 1989)
BOKS TERSIER DAN KUARTER SAWAH TERTINGGI

Boks untuk dipasang di antara saluran tersier dan kuarter. Ini digunakan untuk membagi air
irigasi ke seluruh petak tersier dan kuarter.Boks perencanaan harus sesuai dengan adat istiadat
petani setempat dan memenuhi kebutuhan operasi di wilayah yang bersangkutan saat ini dan
mungkin akan berkembang menjadi populasi yang lebih besar di masa depan .Kotak bagi dapat
membagi air secara proposional atau rotasional, tergantung pada jumlah udara yang tersedia.
Jika lebar dibiarkan proporsional dengan area yang akan diisi air oleh saluran, pembagian air
secara proposional dapat dilakukan.Untuk semua membuka boks, meninggikan ambang dan
muka air di atas ambang harus sama.

Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau lebih (tersier, subtersier,
dan/atau kuarter)

ELEVASI SAWAH TERTINGGI

Untuk mengetahui ketinggian muka air bangunan, pertama-tama kita harus mengetahui tinggi
sawah tertinggi. Kemudian, kita harus menambah tinggi air sawah sebesar 0,10 m, dan kemudian
kita harus menambah energi tinggi sebesar 0,05 m ke saluran kuarter. Ini adalah hasil dari
hilangnya energi tinggi di pipa atau bambu.

pnentuan Elevasi Mercu Bendung Dalam penentuan elevasi mercu bendung dapat dilakukan
langkah kegiatan sebagai berikut :

1) Ditetapkan elevasi sawah tertinggi yang akan diairi; tinggi muka air di sawah dan di saluran
irigasi hingga mendapatkan tinggi muka air di bangunan bagi pertama.
2) Dihitung kebutuhan tinggi tekan untuk mengalirkan air dari intake ke bangunan ukur dan ke
bangunan bagi pertama ke saluran sekunder, tersier dan sawah dengan memperhatikan
kehilangan tekanan akibat gesekan sepanjang saluran.
3) Dihitung kehilangan tinggi tekan pada bangunan ukur dengan memperhitungkan tipe alat
ukur yang dipakai.
4) Dihitung kehilangan tinggi tekan di intake dengan memperhitungkan kehilangan tekanan
akibat saringan sampah dan pintu-pintu.
5) Bila bendung dilengkapi dengan kantong sedimen maka; dihitung tinggi elevasi muka air di
awal intake berdasarkan keadaan aliran untuk pembilasan sedimen di kantong sedimen.
6) Dipilih elevasi muka air di udik intake yang lebih menentukan antara hasil perhitungan untuk
keperluan jaringan irigasi dan hasil perhitungan untuk keperluan pembilasan sedimen.
7) Ditentukan kehilangan tinggi tekan akibat saringan sampah dan atau saringan batu yang
dipasang di udik intake.
8) Ditambahkan tinggi mercu sekurangnya sebesar 0,10 meter, untuk mengatasi penurunan
muka air di udik mercu akibat gelombang yang timbul oleh tiupan angin dan kebocoran di
pintu.
9) Dievaluasi hasil perhitungan di atas, sehingga pada debit desain tetap terjadi aliran
sempurna.

Anda mungkin juga menyukai