Anda di halaman 1dari 24

TEKNIK IRIGASI

PROFIL DAERAH IRIGASI SERAYU, JAWA


TENGAH

KELOMPOK 2 – P4

Hardiyan Yulianto (F44190077)

Aliyah Baida Wiwiyanti (F44190108)

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2022
PENDAHULUAN

Kegiatan pertanian tentunya tak pernah lepas dari 3 unsur tanah, air, dan udara.
Namun, tidak seperti tanah dan udara yang tak pernah habis, air (terutama air hujan)
tidak berlimpah sepanjang tahun. Oleh karena itu, demi meningkatkan hasil
pertanian perlu dilakukan pengairan agar pertanian dapat berlangsung sepanjang
tahun walau sedang tidak berada di musim penghujan. Usaha pengairan ini disebut
dengan irigasi. Air irigasi menjadi sumber daya yang strategis karena berdampak
pada pertumbuhan produksi pertanian dan kesejahteraan masyarakat luas
(Widhyanto 2014).

Pengairan irigasi harus diusahakan agar irigasi cukup baik dan teratur, sehingga
petani mampu mengerjakan sawahnya sepanjang tahun tanpa timbul masalah
kekurangan air. Pengairan ini juga perlu dilakukan seefisien mungkin agar semakin
banyak lahan yang dapat dialiri. Pemberian air dapat dinyatakan efisien bila debit
air yang disalurkan melalui sarana irigasi seoptimal mungkin sesuai dengan
kebutuhan tanaman pada lahan potensial yang ada. Pemberian air yang optimal ini
tentunya tak pernah lepas dari perencanaan bangunan air yang fungsinya untuk
mengalirkan atau menyuplai air untuk kebutuhan irigasi di persawahan. Bangunan
air tersebut antara lain bendung maupun saluran irigasi. Oleh karena itu, sebelum
melakukan perencanaan irigasi lebih lanjut, kali ini akan dilakukan analisis
terhadap profil daerah irigasi. Hal ini dilakukan agar nantinya dapat direncanakan
sistem irigasi yang optimal sesuai kebutuhan air tiap tanaman.

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1982 dalam Setiadi dan


Muhaemin (2018), irigasi merupakan usaha penyediaan dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian. Sedangkan, daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang
mendapatkan air dari suatu jaringan irigasi. Sistem pengaliran irigasi menggunakan
beberapa jenis bangunan yang berfungsi membantu aliran air sampai ke lahan
pertanian. Bangunan tersebut seperti bendung, pintu air, bangunan bagi, maupun
saluran irigasi. Bendung adalah bangunan yang melintasi sungai dan berfungsi
mempertinggi elevasi air sungai serta membelokkan air agar dapat mengalir ke
saluran irigasi dan masuk ke sawah untuk keperluan pengairan (Hanif 2018).
Bendung ini memiliki beberapa bagian seperti pintu air dan bangunan bagi. Pintu
air adalah bangunan air yang digunakan untuk mengatur debit masuknya air ke
saluran irigasi (Pudyono dan Sunik 2013). Bangunan bagi merupakan bangunan
yang memiliki fungsi membagi air irigasi yang berasal dari saluran primer atau
saluran sekunder ke saluran dua saluran atau lebih yang memiliki debit lebih kecil
(Romah et al. 2017).

Selanjutnya dalam pengaliran irigasi, digunakan saluran tipe terbuka untuk


membawa air dari sumber ke lahan. Saluran ini terbagi menjadi beberapa jenis,
antara lain saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier, dan saluran kuarter.
Saluran primer merupakan saluran irigasi yang membawa air dari bangunan sadap
ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang dialiri (Haris et al. 2016).
Saluran sekunder merupakan saluran yang membawa air dari saluran primer dan
kemudian dibagikan ke saluran tersier. Saluran tersier sendiri berfungsi membawa
air dari saluran primer dan saluran sekunder untuk dibagikan ke petak-petak tersier.
Terakhir, saluran kuarter berfungsi untuk membawa air dari saluran tersier untuk
didistribusikan ke petak-petak sawah (Setiawan et al. 2020).

Luasan daerah irigasi biasanya dideskripsikan dengan menggunakan 3 jenis


luasan, yaitu luas baku, potensial, dan luas fungsional. Luas baku atau luas rencana
yaitu luas bersih suatu daerah irigasi yang dapat diairi oleh jaringan irigasi secara
teknis (KPUPR 1994). Tentunya dalam merencanakan luas baku ini diperlukan
analisis terhadap debit andalan sungai sebagai sumber air utama daerah irigasi.
Debit andalan merupakan debit terkecil disungai yang memungkinkan untuk dapat
menjamin kecukupan dan kelangsungan pemberian air untuk keperluan irigasi
(Lake et al. 2021). Selanjutnya, luas potensial atau luas terbangun merupakan
bagian dari luas baku (termasuk luas lahan yang sudah sawah ataupun bukan sawah
yang belum terairi) yang masuk wilayah pelayanan jaringan irigasi yang sudah
terbangun jaringan utamanya (primer dan sekunder). Terakhir, luas fungsional
adalah bagian dari luas potensial yang telah dilayani dengan jaringan tersier.
METODOLOGI

Tahap awal perencanaan irigasi dimulai dengan pencarian data terkait profil
daerah irigasi. Pencarian data dilaksanakan mulai tanggal 25-30 Januari 2022.
Daerah irigasi yang diamati yaitu daerah irigasi Serayu. Profil yang diamati
meliputi peta, skema irigasi, foto-foto seperti bending, pintu intake, jaringan utama,
jaringan tersier, dan box bagi. Selain itu data curah hujan, iklim, kebutuhan air
irigasi, dan debit andalan juga diperlukan untuk analisis. Luas layanan irigasi yang
terdiri atas luas baku, luas potensial, dan luas fungsional juga perlu diketahui. Pola
tanam juga perlu diketahui untuk analisis jaringan irigasi yang terdiri dari jenis
tanaman, luas tanam, dan waktu tanam. Kelembagaan (P3A) daerah irigasi juga
penting untuk diketahui. Diagram alir penelitian kali ini dapat dilihat pada Gambar
1 berikut.
Mulai

Pencarian data profil daerah irigasi Serayu

Pembuatan bahan praktikum dalam format PPT

Pengumpulan bahan praktikum

Presentasi dilaksanakan pada waktu praktikum

Pembuatan laporan praktikum dan notulensi presentasi

Pengumpulan laporan praktikum

Selesai

Gambar 1 Diagram alir pelaksanaan praktikum teknik irigasi


HASIL DAN PEMBAHASAN

Daerah irigasi Serayu merupakan daerah irigasi terbesar di Jawa Tengah yang
terletak pada Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah.
Hal ini dibuktikan dengan data luas baku daerah irigasi Serayu mencapai 68.679
hektar. Sebagian dari luas baku tersebut sudah menjadi luas potensial yang jaringan
utamanya telah selesai dibangun sebesar 20.795 hektar. Semua luas potensial
tersebut berfungsi seluruhnya untuk mengairi lahan, sehingga luas fungsionalnya
sama seperti luas potensial sebesar 20.795 hektar. Berdasarkan data tersebut,
perbedaan antara luas baku dengan luas potensial cukup jauh. Hal ini berarti air
pada daerah irigasi serayu masih bisa dimanfaatkan untuk mengairi lahan sebesar
47.884 hektar. Potensi tersebut dapat direalisaskan dengan diadakan pembangunan
jaringan irigasi primer, sekunder, maupun tersier pada daerah irigasi serayu agar air
pada sungai serayu dapat dimanfaatkan secara efektif dan juga lahan pertanian
dapat terjangkau oleh irigasi serayu guna mendapatkan hasil panen yang melimpah.

Gambar 2 Peta daerah irigasi Serayu

Jaringan irigasi serayu memiliki panjang saluran induk sebesar 32,73 km,
panjang saluran sekunder 33,70 km, dan panjang saluran tersier 4,159 km. Saluran
induk daerah irigasi serayu diantaranya terdiri atas saluran induk cilacap, maos,
doplang, sumpiuh, dan binangun. Saluran induk cilacap memiliki beberap cabang
membentuk saluran sekunder diantaranya yaitu saluran sekunder wujil, mertelu,
kali sabuk, dan kesugihan. Saluran induk maos memiliki cabang saluran sekunder
kemojing, maos kidul, kali kudi, dan adipala. Saluran induk doplang, sumpiuh, dan
binangun mempunyai beberapa saluran sekuder. Skema lengkap saluran induk,
saluran sekunder, dan saluran tersier dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 3 Skema jaringan irigasi Serayu (lembar 1)

Gambar 4 Skema jaringan irigasi Serayu (lembar 2)


Daerah irigasi Serayu mempunyai beberapa komponen struktur bangunan.
Struktur tersebut diantaranya seperti bending, pintu intake, jaringan utama, jaringan
tersier, dan box bagi. Bendung pada sungai serayu merupakan jenis bending gerak.
Bendung gerak yaitu jenis bendung yang tinggi pembendungannya dapat diubah
sesuai dengan yang dikehendaki (Rizqiana 2019). Bendung gerak serayu
menggunakan pintu radial sebanyak 8 buah untuk mengatur debit aliran air sungai
serayu (Kurniawan 2019). Foto bendung gerak serayu dapat dilihat pada Gambar 5
berikut.

Gambar 5 Bendung gerak Serayu

Data curah hujan dan iklim diperlukan untuk memperkirakan kebutuhan air
irigasi pada daerah irigasi serayu. Apabila curah hujan sudah tinggi, maka
kebutuhan air irigasi menjadi lebih sedikit bahkan pada beberapa kondisi tidak
diperlukan irigasi karena jumlah air yang dibutuhkan sudah cukup. Kondisi ini
biasanya terjadi pada musim penghujan. Sementara pada musim kemarau, sulit
ditemukan air, sehingga diperlukan adanya air irigasi untuk menunjang kebutuhan
air tanaman. Oleh karen itu, data curah hujan dan iklim selama 10 tahun terakhir
pentng digunakan untuk menghitung kebutuhan air irigasi. Data curah hujan dan
iklim berupa data suhu udara, kelembapan, dan kecepatan angin daerah irigasi
serayu dapat dilihat pada lampiran 2.
Kebutuhan air irigasi pada daerah irigasi serayu berbeda-beda tergantung
masing-masing saluran dan daerah cakupannya. Berikut ini disajikan data
kebutuhan air irigasi saluran sekunder sumpiuh dan saluran sekunder selandaka
(Tabel 1). Terdapat perbedaan cukup jauh antara kebutuhan air irigasi SS Sumpiuh
dengan SS Selandaka. Hal ini dikarenakan, SS Sumpiuh mengairi cakupan lahan
jauh lebih luas dibandingkan SS Selandaka sehingga membutuhkan air lebih
banyak. Selain itu, dimungkinkan juga karena curah hujan pada daerah sekitar SS
Sumpiuh lebih rendah dari daerah cakupan SS Selandaka yang menyebabkan
kebutuhan akan air juga lebih banyak.

Terdapat perbandingan kebutuhan air irigasi secara perhitungan dan lapangan.


Pada kedua saluran sekunder tersebut, kebutuhan air irigasi lapangan lebih kecil
dari kebutuhan air irigasi secara perhitungan. Oleh karena itu, lahan pertanian pada
daerah tersebut masih kekurangan air untuk mencapai kondisi optimal, hal ini
mengakibatkan pertumbuhan tanaman pada daerah tersebut kurang optimal bak
pada masa tanam pertama, kedua, maupun ketiga. Kebutuhan air irgasi pada masa
tanam pertama dan kedua relatif mirip. Hal ini dikarenakan pada MT I dan MT II
menggunakan padi sebagai jenis tanaman, yang membutuhkan air lebih banyak
dibandingkan MT III yang menggunakan palawija sehingga dibutuhkan air paling
sedikit pada masa tanam ketiga.
Tabel 1 Kebutuhan air irigasi SS Sumpiuh dan SS Selandaka

Pola tanam pada daerah irigasi serayu yaitu padi-padi-palawija. Masa tanam
pertama dengan jenis tanaman berupa padi pada bulan oktober-januari dengan luas
tanam sebesar 17.464 hektar. Masa tanam kedua dengan jenis tanaman berupa padi
juga pada bulan februari-mei dengan luas tanam sebesar 17.464 hektar juga seperti
pada MT I. Sedangkan masa tanam ketiga pada bulan juni-september berupa
palawija dengan luas tanam sebesar 6.758 hektar. Data pola tanam daerah irigasi
serayu pada kabupaten cilacap dapat dilihat pada lampiran.

Daerah Irigasi Serayu memiliki debit andalan sebesar 271,714 m3/tahun. Hal ini
diharapkan dapat memberikan manfaat pada produksi padi sebesar 5 ton/hektar dan
259.937,50 ton/tahun. Estimasi total nilai ekonomis sebesar 1.169,72 milyar
pertahun. Unit kerja DI Serayu yaitu PPK Irigasi dan Rawa II, SNVT PJPA Serayu
Opak, BBWS Serayu Opak, unit kerja ini ditujukan antara lain untuk
pengembangan kota Cilacap melalui penyediaan air baku, peningkatan taraf hidup
masyarakat dan petani, penunjangan pengembangan wisata (sungai) di Kabupaten
Banyumas dan penurunan tingkat resiko bencana yang menjadi ancaman terhadap
jiwa manusia dan harta benda.

Simpulan

Daerah Irigasi Serayu berlokasi di Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap


Provinsi Jawa Tengah. Memiliki luas baku 68.679 ha, luas potensial 20.795 ha dan
luas fungsional 20.795 ha. Panjang saluran induk 32,73 km, saluran sekunder 33,70
km, panjang saluran tersier 4,159 km. Debit andalan daerah irigasi Serayu sebesar
271,714 m3/tahun. Pola tanam daerah ini berupa padi-padi-palawija.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap. 2020. [diakses 2022 Jan 29].
https://cilacapkab.bps.go.id

Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak. 2010. Daerah Irigasi Serayu. [diakses
2022 Jan 29]. https://sda.pu.go.id/balai/bbwsserayuopak/projects-item/daerah-
irigasi-serayu/#show

Hanif F. 2018. Peninjauan ulang perencanaan pondasi, lantai bendung, dan


retaining wall proyek pembangunan bendung gerak banjir Kanal Barat Kota
Semarang [tugas akhir]. Semarang : Universitas Diponegoro.

Haris VT, Saleh A, Anggraini M. 2016. Perencanaan dimensi ekonomis saluran


primer Daerah Irigasi (DI) Bunga Raya. Jurnal Teknik Sipil Siklus. 2(1): 47-57.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 1994. BIK PUSDATA PU.

Keputusan Bupati Cilacap Jawa Tengah Nomor 521/484/18/Tahun 2021 tentang


Jadwal dan Pola Tanam Tahun 2021/2022 Kabupaten Cilacap. 2021.

Kurniawan KI. 2019. Bendung gerak serayu 2005-2015 [disertasi]. Banyumas:


Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Lake TCM, Sayekti RW, Soetopo W. 2021. Studi simulasi pemberian air irigasi
berdasarkan debit andalan di Daerah Irigasi Bena Kecamatan Amanuban Selatan
Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air. 1(2):839-849.

[PP] Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1982 tentang Irigasi. 1982

Pudyono, Sunik. 2013. Penentuan kedalaman dan pola gerusan akibat aliran
superkritik di hilir pintu air menggunakan end sill dan buffle block dengan
simulasi model integrasi numerik. Rekayasa Sipil. 7(2): 118-131.

Rizqiana H. 2019. Tinjauan pondasi lantai bendung dan retaining wall bendung
gerak banjir kanal barat Kota Semarang [disertasi]. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Romah SKH, Besperi, Gunawan G. 2017. Redesain bangunan bagi dan bangunan
sadap di Daerah Irigasi Bendung Air Kemumu Kabupaten Bengkulu Utara.
Jurnal Inersia. 9(2): 11-22.

Setiadi D, Mehaemin MNA. 2018. Penerapan Internet of Things (IoT) pada sistem
monitoring irigasi (smart irigasi). Jurnal Infotronik. 3(2): 95-102.

Setiawan R, Kartini, Gunarto D. 2020. Kajian jaringan Daerah Irigasi Merowi


Kecamatan Kembayan Kabupaten Sanggau. JeLAST : Jurnal PWK, Laut, Sipil,
Tambang. 7(3): 103-109.

Widhyanto KF. 2014. Penentuan Efisiensi Irigasi Pada Saluran Sekunder Di Daerah
Irigasi Curah Malang Kab. Jember [tesis]. Jember : Politeknik Negeri Jember.
Lampiran

Lampiran 1 Gambar pada Bangunan Irigasi Serayu

Gambar 6 Bangunan bagi sampang

Gambar 7 Saluran primer cilacap

Gambar 8 Saluran sekunder cilacap


Gambar 9 Saluran tersier

Gambar 10 Saluran kuarter

Gambar 11 Pintu air bendung gerak serayu


Lampiran 2 Tabel Data Curah Hujan dan Iklim Daerah Irigasi Serayu

Tabel 2 Data curah hujan daerah irigasi Serayu

Banyaknya Curah Hujan dan Hari Hujan/Number of Preticipatios and Rainy days
Bulan Curah Hujan/Precipitations
2020 2019 2018 2017 2016 2015 2014 2013 2012 2011
Januari 157.50 365.00 298.10 371.00 171.90 294.00 363.00 254.00 406.40 210.10
Februari 343.10 463.00 - 375.50 437.10 319.00 307.00 340.00 235.80 317.70
Maret 415.60 403.00 199.00 140.60 159.30 259.00 296.00 240.00 251.00 255.90
April 273.90 279.00 339.00 408.90 367.00 204.00 321.00 236.00 409.50 547.10
Mei 378.90 174.00 29.00 148.00 340.80 244.00 182.00 311.00 273.00 481.80
Juni 465.10 9.00 40.00 271.00 385.00 110.00 362.00 457.00 20.10 117.60
Juli 51.20 6.00 13.00 67.50 658.00 33.00 659.00 507.00 4.40 48.80
Agustus 34.60 - 4.00 2.70 319.00 6.00 91.00 85.00 1.50 2.10
September 229.50 - 18.00 197.50 636.00 - 4.00 29.00 0.00 1.00
Oktober 765.30 4.40 84.00 838.00 955.00 - 56.00 75.00 108.00 165.60
November 826.70 145.00 682.00 307.00 526.00 382.00 579.00 290.00 647.00 407.90
Desember 554.30 120.50 471.00 366.00 483.00 425.00 627.00 334.00 658.50 332.40
Sumber: BPS Kab. Cilacap
Tabel 3 Data suhu udara minimum daerah irigasi Serayu

Minimum
2020 2019 2018 2017 2016 2015 2014 2013 2012 2011
Januari 24 25.10 24.80 24 24 22.50 22.80 23.50 23.30 23.40

Februari 24.20 24.80 24.50 23.60 24 23.60 22.80 23.20 22.90 23.20

Maret 23 24.70 24.50 23.40 24.60 23 23.40 23.60 23.80 23

April 24.60 25.60 25.10 23.60 23.80 23.20 22.80 23 23.50 23

Mei 24.70 25.60 25.50 23.40 24.30 22 24.40 22.30 23.60 23.40

Juni 23.80 23.50 24.70 22.80 23 21.70 23.80 23.40 21.90 21.20

Juli 21.40 23 22.70 22 22.80 21.40 22.40 21.90 21.50 21.20

Agustus 20.50 22.70 22.60 21.60 23 20 21.80 20.80 19.50 20

September 23.20 23 24.10 23.20 23.20 22 21.80 22 21 21.50

Oktober 22.70 23 25.20 23.40 23.40 23 23 22.50 23.50 22

November 23.60 25.10 25.10 23.30 24.80 23.80 23.40 23 23.20 22

Desember 24 25.70 25 23.60 24.90 24 23.60 23.80 24 23.40


Sumber: BPS Kab. Cilacap
Tabel 4 Data suhu udara rata-rata daerah irigasi Serayu

Rat-rata/Average
2020 2019 2018 2017 2016 2015 2014 2013 2012 2011
Januari 28.25 27.90 27.40 27.50 28.60 27.40 27.10 27.80 27.20 27.50

Februari 27.98 27.70 27.40 27.20 27.60 27.20 27.50 27.80 27.50 27.20

Maret 28.08 27.30 27.50 27.80 28.50 27.50 27.70 27.80 27.60 27.20

April 28.31 28.30 28 27.60 28.40 27.70 27.70 28.20 27.50 27.40

Mei 28.35 27.90 27.90 27.60 28.10 27.40 28.30 27.90 27.40 27.10

Juni 27.67 25.50 26.70 27 27.50 26.30 27.50 27.10 26.60 26.20

Juli 27.06 25.10 25 25.90 27.50 25.60 26.30 26.30 25.30 25.70

Agustus 26.77 24.70 25.20 25.60 27.30 25.30 26.10 26.10 24.90 24.80

September 27.07 25.20 26.40 27.40 27.40 25.50 25.90 26.30 26.10 25.40

Oktober 27.01 25.20 27.40 26.80 27.20 26.70 27.20 27.40 27.40 26.60

November 27.60 27.70 27.40 27.20 27.30 27.70 27.50 27.20 27.40 27.20

Desember 27.15 28.60 27.40 27.50 27.70 27.80 27.30 27.30 27.40 27.60
Sumber: BPS Kab. Cilacap
Tabel 5 Data suhu udara maksimum daerah irigasi Serayu

Maksimum/Maximum
2020 2019 2018 2017 2016 2015 2014 2013 2012 2011
Januari 34.10 31.80 31.20 33.60 34.40 33.20 33.20 34.80 34.60 34

Februari 33.60 31.80 31.80 33.80 34 33.40 34.20 34.50 34.40 34.40

Maret 33.80 31 31.60 33.20 33.80 33 34.20 35.20 35.30 33

April 32.80 31.90 31.70 32.60 33.60 33.20 34.40 33 32.40 32.80

Mei 33 30.80 30.80 31.80 33.30 31.90 33.20 33.40 32.40 32.30

Juni 31.80 28.50 29.60 32 32.70 30.70 33 33.80 31.60 33.20

Juli 31.60 28 28 29 32.80 30.50 31.80 31.20 28.80 31.60

Agustus 30.20 27.60 28.30 29 32 28.80 31.60 29.80 30.80 31

September 30.60 28.10 29.20 33.20 33.20 28.80 30 32.20 31.60 31.40

Oktober 31.20 28 30.20 30.60 34 30.90 31.80 33.50 32.40 31.80

November 32.40 30.70 30.40 31.90 34 32 31.90 32.10 32.40 32.20

Desember 32.80 32.30 30.30 33.20 31.40 33 32.80 33 34 33.60


Sumber: BPS Kab. Cilacap
Tabel 6 Data arah angin daerah irigasi Serayu

Arah Angin/Wind Direction (derajat/degree)


Bulan
2020 2019 2018 2017 2016 2015 2014 2013 2012 2011
Januari 250 260 250 260 210 290 280 240 260 270

Februari 260 130 260 230 270 300 260 290 300 270

Maret 240 240 240 210 230 290 140 300 300 260

April 170 160 170 260 180 260 290 120 120 260

Mei 110 110 110 110 120 110 120 120 120 120

Juni 110 110 110 110 160 150 120 300 120 120

Juli 110 110 110 110 170 120 120 110 100 110

Agustus 110 110 110 110 110 120 100 100 100 110

September 120 110 120 - 120 120 100 120 100 120

Oktober 130 110 130 120 140 120 120 130 120 120

November 120 130 120 150 130 120 140 150 120 130

Desember 150 160 150 250 240 130 200 160 270 260
Sumber: BPS Kab. Cilacap
Tabel 7 Data kecepatan angin daerah irigasi Serayu

Bulan Kecapatan Angin/Wind Velocity (knots)


2020 2019 2018 2017 2016 2015 2014 2013 2012 2011
Januari 3.10 2.50 3.10 3 4 4 3 4 3 4

Februari 2.90 1.50 2.90 4 3 4 3 3 3 3

Maret 2.10 1.70 2.10 3 3 4 3 3 4 3

April 2.60 2.60 2.60 3 3 3 3 3 4 3

Mei 4.50 4.50 4.50 5 5 5 4 3 5 4

Juni 5.20 4 5.20 5 3 6 4 3 6 6

Juli 4.70 5 4.70 7 4 6 6 6 7 7

Agustus 5.10 4.60 5.10 7 5 6 8 7 6 7

September 5.20 4.30 5.20 - 4 7 7 7 6 7

Oktober 4.90 4.10 4.90 5 3 6 6 5 6 6

November 3 3.10 3 3 3 4 3 3 4 3

Desember 2.50 2.40 2.50 3 4 12 3 3 3 3


Sumber: BPS Kab. Cilacap
Tabel 8 Data kelembapan daerah irigasi Serayu

Bulan Kelembaban/Humidity (%)


2020 2019 2018 2017 2016 2015 2014 2013 2012 2011
Januari 82 83 82 84 81 82 83 81 83 81

Februari 82 81 82 84 85 83 81 82 81 82

Maret 82 85 82 82 82 82 81 82 80 83

April 83 82 83 83 84 83 83 82 82 83

Mei 81 81 81 83 86 82 82 83 82 84

Juni 83 84 83 85 84 84 83 86 81 81

Juli 83 84 83 84 83 84 84 84 81 82

Agustus 81 84 81 83 81 81 81 80 81 83

September 82 83 82 84 84 84 81 80 80 83

Oktober 80 83 80 86 85 83 82 80 81 83

November 84 82 84 84 86 85 84 82 84 84

Desember 83 80 83 82 83 84 84 83 84 83
Sumber: BPS Kab. Cilacap
Lampiran 3 Tabel Data Pola Tanam Daerah Irigasi Serayu

Tabel 9 Pola tanam daerah irigasi serayu kabupaten cilacap


Sumber: Keputusan Bupati Cilacap Jawa Tengah Nomor 521/484/18/Tahun 2021 tentang Jadwal dan Pola Tanam Tahun 2021/2022
Kabupaten Cilacap
Lampiran 4 Notulensi Sesi Tanya Jawab Profil Daerah Irigasi Serayu, Jawa Tengah

1. Kenapa data CHnya hanya sampai 2019? (Farhan Mukti Ali_F44190085_Kelompok 4)


Jawab = Dari literatur/jurnal yang kami dapat, memang hanya sampai tahun 2019 yang
paling terbaru. Kalau sampai tahun 2021 mungkin bisa dicari di laman web
BMKG, tetapi kami belum mempelajari lebih jauh untuk saat ini, setelah ini
mungkin akan kali coba untuk lebih mendalami lagi mengenai data terbarunya.
(Hardiyan Yulianto-F44190077)
2. Mengapa kebutuhan air irigasi salurah sekunder sumpiuh lebih besar dibanding saluran
sekunder selandaka? (Zayyaan Nabiila Khairunnisa-F44190081-Kelompok 3)
Jawab = Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan perbedaan kebutuhan air tersebut
berbeda cukup jauh. Bisa jadi karena jenis tanaman yang ditanam pada kedua
daerah tersebut berbeda, sehingga kebutuhan airnya juga berbeda. Bisa jadi juga
karena curah hujan pada kedua daerah tersebut memang berbeda, pada daerah
selandaka curah hujannya lebih tinggi sehingga membutuhkan sedikit irigasi, dan
pada daerah sumpiuh curah hujannya rendah sehingga membutuhkan air irigasi
lebih banyak. (Aliyah Baida Wiwiyanti-F441900108)
3. Mengapa Kebutuhan Irigasi hitungan dan lapangan cukup berbeda? (Ikhwan Prasetyo-
F44190078-Kelompok 1)
Jawab = Kemungkinan yang terjadi yaitu pertumbuhan menjadi tidak optimal jika air
irigasi lapangan kurang dari kebutuhan air irigasi perhitungan, karena
berdasarkan perhitungan dibutuhkan air sejumlah sekian, akan tetapi pada
faktanya air yang dialiri lebih sedikit, jadi akan menghambat pertumbuhan
tanaman. Apabila air irigasi lapangan yang dialiri lebih besar dari perhitungan,
maka akan menjadi pemborosan air penggunaan air dan akhirnya cakupan
daerah irigasi menjadi lebih kecil dari yang seharusnya akibat tidak optimalnya
penggunaan air. (Hardiyan Yulianto-F44190077)
4. Apa yang terjadi jika nilai kebutuhan air irigasi perhitungan nilainya berbeda dengan
kebutuhan air irigasi lapangan? (Farhan-F44190084-Kelompok 6)
Jawab = (Tidak terjawab saat diskusi karena waktu habis)

Anda mungkin juga menyukai