Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PROFIL DAERAH IRIGASI CINANGKA

Profile Analysis Of The Cinangka Irrigation Area


Mufitarizka Fiani1, Muhammad Nalendra Bimantara2, Muhammad Vito Al Rasyid3,
Putri Nadia Teja Sukmana4
Selasa – Kelompok 1
1,2,3,4)
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga, Kampus IPB
Dramaga, Bogor 16680
Email : putrinadia@apps.ipb.ac.id

PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara agraris yang memiliki sumber daya alam melimpah
yang dijadikan sebagai sumber penghasilan dan sumber makanan. Kebutuhan air
begitu vital terutama untuk memenuhi kebutuhan kelestarian tumbuhan atau lahan
pertanian. Perlu diterapkan pengaturan untuk mengontrol sistem saluran irigasi
yang bisa mengoptimalkan pemanfaatan pasokan air. Irigasi merupakan
penggunaan air tanah untuk penyediaan air yang diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman (Setiadi dan Muhaemin 2018).
Dalam pemanfaatan air khususnya dalam hal pertanian, dalam rangka
memenuhi kebutuhan pangan serta pengembangan wilayah, pemerintah Indonesia
melakukan usaha pembangunan di bidang pengairan yang bertujuan agar dapat
langsung dirasakan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air. Dalam
memenuhi kebutuhan air khususnya untuk kebutuhan air di persawahan maka
perlu didirikan sistem irigasi dan bangunan bendung. Kebutuhan air di
persawahan ini kemudian disebut dengan kebutuhan air irigasi. Air irigasi di
Indonesia umumnya bersumber dari sungai, waduk, air tanah dan sistem pasang
surut. Salah satu usaha peningkatan produksi pangan khususnya padi adalah
tersedianya air irigasi di sawah-sawah sesuai dengan kebutuhan.
Salah satu usaha peningkatan produksi pangan khususnya padi adalah
tersedianya air irigasi di sawah-sawah sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan air
yang diperlukan pada areal irigasi besarnya bervariasi sesuai keadaan. Besarnya
kebutuhan air irigasi juga bergantung pada cara pengolahan lahan. Jika besarnya
kebutuhan air irigasi diketahui maka dapat diprediksi pada waktu tertentu, kapan
ketersediaan air dapat memenuhi dan tidak dapat memenuhi kebutuhan air irigasi
sebesar yang dibutuhkan. Jika ketersediaan tidak dapat memenuhi kebutuhan
maka dapat dicari solusinya bagaimana kebutuhan tersebut tetap harus dipenuhi
(Langoy 2016).
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengumpulan data profil daerah
irigasi. Daerah Irigasi Cinangka yang berada di Desa Cibitung Tengah,
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor dipilih sebagai bahan analisis dan
evaluasi pengelolaan air irigasi. Berdasarkan peta jaringan irigasi, Daerah Irigasi
Cinangka mengairi 132.45 hektar. Data profil yang dibutuhkan antara lain peta
daerah irigasi, skema jaringan irigasi, dan bangunan irigasi. Selain itu, data-data
lain yang menunjang kelengkapan profil daerah irigasi yaitu data curah hujan dan
iklim, kebutuhan air irigasi, debit andalan, luas layanan irigasi, pola tanam, dan
kelembagaan irigasi P3A.

TINJAUAN PUSTAKA
Irigasi
Saluran irigasi merupakan saluran yang terdiri dari bangunan pelengkap yang
berfungsi untuk mendistribusikan air, pembuangan air, dan menyediakan air
irigasi. Irigasi merupakan saluran untuk mengalirkan air dari suatu sumber
menuju ke tempat-tempat yang membutuhkan air. Irigasi dilakukan untuk
mengairi sawah atau kebun. Pada umumnya, sistem irigasi berbentuk selokan atau
parit yang mengelilingi sawah atau kebun dan airnya dialirkan dengan
memanfaatkan gaya gravitasi atau perbedaan tinggi rendah permukaan tanah.
Dalam merencanakan suatu sistem irigasi, terdapat faktor penting yang harus
diperhatikan, yaitu ketersediaan air, luas lahan yang akan diirigasi, serta kondisi
pertaniannya (Inadhi et al. 2022).
Dalam dokumen Peraturan Pemerintah No. 23/1982 Pasal 1, irigasi, bangunan
dan petak irigasi yang telah dibakukan yaitu :
a. Irigasi adalah usaha penyediaan dan penyediaan dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian
b. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu
kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari
penyediaan, pengambilan, pembagian pemberian dan penggunaannya
c. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu
jaringan irigasi.
d. Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.
Seperti yang telah dijelaskan diatas irigasi adalah suatu tindakan memindahkan air
dari sumbernya ke lahan-lahan pertanian, adapun pemberiannya dapat dilakukan
secara gravitasi atau dengan bantuan pompa air. Pada implementasinya ada empat
jenis irigasi dilihat dari cara penyalurannya :
a. Irigasi gravitasi
b. Irigasi bawah tanah
c. Irigasi siraman
d. Irigasi tetesan
Saluran Primer
Saluran primer (saluran induk) yaitu saluran yang langsung berhubungan
dengan saluran bendungan yang fungsinya untuk menyalurkan air dari waduk ke
saluran lebih kecil. Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari jaringan
utama ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang akan diairi. Petak
tersier adalah kumpulan petak-petak kuarter, tiap petak kuarter memiliki luas
kurang lebih 8-15 ha. Sedangkan petak tersier memiliki luas antara 50-150 ha
(Agoes et al. 2012)
Saluran Sekunder
Saluran sekunder yaitu cabang dari saluran primer yang membagi saluran
induk kedalam saluran yang lebih kecil (tersier). Saluran sekunder adalah saluran
yang membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut (Nardiana 2020).
Saluran Tersier
Saluran tersier yaitu cabang dari saluran sekunder yang langsung berhubungan
dengan lahan atau menyalurkan air ke saluran-saluran kwarter. Dengan kata lain,
Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap tersier dari
jaringan utama ke dalam petak tersier saluran kuarter (Nardiana 2020).
Saluran Kuarter
Saluran kwarter yaitu cabang dari saluran tersier dan berhubungan langsung
dengan lahan pertanian. Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter
melalui bangunan sadap tersier atau parit sawah ke petak- petak sawah. tiap petak
kuarter memiliki luas kurang lebih 8 s.d. 15 ha (Nardiana 2020).
Curah Hujan
Curah hujan merupakan salah satu unsur cuaca yang datanya diperoleh dengan
cara mengukurnya dengan menggunakan alat penakar hujan, sehingga dapat
diketahui jumlahnya dalam satuan millimeter (mm). Curah hujan dibatasi sebagai
tinggi air hujan yang diterima di permukaan sebelum mengalami aliran
permukaan, evaporasi dan peresapan ke dalam tanah. Sedangkan intensitas curah
hujan merupakan ukuran jumlah hujan per satuan waktu tertentu selama hujan
berlangsung (Chandra dan Suprapto 2016).
Dalam penjelasan lain curah hujan juga dapat diartikan sebagai ketinggian air
hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan
tidak mengalir. Indonesia merupakan negara yang memiliki angka curah hujan
yang bervariasi dikarenakan daerahnya yang berada pada ketinggian yang
berbeda-beda. Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam luasan satu meter
persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter termpat
yang datar tertampung air setinggi satu millimeter (Setiadi dan Abdul Muhaemin
2018).
Debit Andalan
Debit andalan adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi
yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk kebutuhan tertentu.
Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 99% (kemungkinan debt sungai lebih rendah
dari debit andalan 1%). Dalam studi ini debit andalan ditentukan untuk bulanan.
Debit minimum sungai dianalisa atas dasar debit data debit harian sungai atau
dengan data curah hujan (Yuni 2019).
Luas Layanan
Luas layanan irigasi terbagi menjadi 3 yaitu luas baku, luas potensial, dan
luas fungsional. Luas baku (luas rencana) adalah luas bersih dari suatu daerah
irigasi yang berdasarkan perencanaan teknis dapat di aliri oleh jaringan irigasi.
Luas potensial adalah bagian dari luas rencana yang jaringan utamanya (saluran
primer dan sekunder) telah selesai dibangun. Luas fungsional merupakan bagian
dari luas potensial yang telah dilayani dengan jaringan tersier sehingga jaringan
irigasi yang sudah ada berfungsi untuk mengairi lahan sawah yang masuk dalam
wilayah pelayanannya (Kementerian PU 1994).
Pola Tanam
Pola tanam (cropping patern) adalah usaha penanaman pada sebidang lahan
dengan mengatur susunan tata letak dan urutan tanaman selama periode waktu
tertentu termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode
tertentu. Pola tanam ini diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya
secara optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan (Nuryanti dan Kasim
2017). Ada beberapa jenis pola tanam diantaranya tumpang sari (intercropping),
tumpang gilir (multiple cropping), tanaman bersisipan (relay cropping), tanaman
campuran (mixed cropping) dan pola tanaman rotasi (Bunganaen et al. 2020).
Kelembagaan Irigasi
Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI) terdiri dari tiga unsur kelembagaan,
yaitu kelembagaan instansi pemerintah, baik Pemerintah Pusat, pemerintah
provinsi maupun unsur pemerintah kabupaten/kota yang membidangi irigasi,
kelembagaan perkumpulan petani pemakai air, baik P3A, GP3A, maupun IP3A
dan kelembagaan Komisi Irigasi (Komir), baik Komisi Irigasi provinsi, Komisi
Irigasi antar provinsi, dan Komisi Irigasi kabupaten/kota. Ketiga unsur
kelembagaan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang
lainnya bila ditinjau dari segi keanggotaanya. Kelembagaan instansi pemerintah
baik Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi maupun unsur pemerintah
kabupaten/kota yang membidangi irigasi para anggotanya semua berasal dari
unsur pemerintah, sedangkan kelembagaan Komisi Irigasi (Komir), baik Komisi
Irigasi provinsi, Komisi Irigasi antar provinsi, dan Komisi Irigasi kabupaten/kota
para anggotanya berasal dari gabungan antara unsur pemerintah dan unsur non-
pemerintah (pemangku kepentingan lainnya), sedangkan kelembagaan
perkumpulan petani pemakai air, baik P3A, GP3A, maupun IP3A para
anggotanya semua berasal dari unsur masyarakat petani.

METODOLOGI
Praktikum “Profil Daerah Irigasi” dilaksanakan pada hari Selasa, 24 Januari
2023 pukul 13.00 - 16.00 WIB. Praktikum dilaksanakan secara luring di Ruang
Kelas Satari 03.08 Fakultas Kedokteran. Kegiatan praktikum diawali dengan
pemaparan kontrak perkuliahan dan sistem praktikum, pemberian materi, tujuan
praktikum, dan dilanjutkan dengan asistensi yang dilakukan pada hari Jum’at, 27
Januari 2023 pukul 16.00 - 16.30 WIB. Materi dan bahan praktikum ini diambil
melalui studi literatur mengenai daerah irigasi yang ditentukan oleh setiap
kelompok. Kemudian dianalisis curah hujan, kebutuhan air irigasi, serta debit
andalannya. Adapun langkah-langkah praktikum untuk menganalisis dan
mengevaluasi Daerah Irigasi Cinangka terdapat pada diagram alir berikut.
Mulai

Mencari peta dan skema irigasi dari Daerah Irigasi Cinangka,


dilengkapi dengan foto-foto mulai dari pintu air, Saluran Primer
dan Saluran Sekunder

Lengkapi data Daerah Irigasi dengan data curah hujan, dan iklim,
serta kebutuhan air irigasi

Mencari luas layanan Daerah Irigasi (Luas Baku, Luas Potensial,


dan Luas Fungsional)

Lengkapi dengan data pola tanam di daerah tersebut dan


kelembagaan terkait

Selesai

Gambar 1. Langkah menganalisis dan mengevaluasi daerah irigasi Cinangka

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum kali ini kelompok kami menganalisis profil daerah irigasi
Cinangka. Daerah irigasi Cinangka terletak di Desa Cibitung Tengah, Kecamatan
Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Pada daerah irigasi Cinangka terdapat bendung,
pintu intake, jaringan utama berupa saluran primer dan saluran sekunder, jaringan
kuarter berupa saluran tersier dan saluran kuarter, serta box bagi. Peta dari daerah
irigasi Cinangka dapat dilihat pada Lampiran 1.
Jaringan irigasi berupa saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Perbedaan jaringan irigasi
primer dengan sekunder terletak pada bangunan utama. Bangunan utama adalah
bangunan yang direncanakan disepanjang sungai untuk membelokkan air ke
dalam jaringan saluran. Bangunan utama berfungsi mengendalikan aliran dan
angkutan muatan agar muka air naik. Saluran irigasi Cinangka memiliki satu
bangunan utama yang berfungsi mengalirkan air dari sungai Ciampea menuju
lahan pertanian masyarakat. Bangunan masih berfungsi dengan baik tetapi terjadi
kebocoran yang cukup besar pada saluran primer, sehingga masyarakat membuat
penyumbat sederhana agar air tidak terbuang kembali ke sungai.
Saluran irigasi masih dilengkapi dengan bangunan sadap yang berfungsi
sebagai penyalur air menuju petak tersier. Saluran sekunder pada jaringan irigasi
Cinangka beberapa ada yang berbentuk saluran alami dan ada yang bagian
dindingnya sudah ditembok dengan rapih. Peralatan pelengkap seperti papan
pengukur tinggi air, rata-rata disetiap bangunan sekunder masih dapat terbaca
dengan jelas. Saluran tersier memiliki bangunan sadap berupa pintu air yang
berfungsi sebagai pengatur jumlah pintu air tidak berfungsi dan tidak digunakan
untuk mengatur air.
Tanaman membutuhkan air untuk pertumbuhan dan perkembangan. Setiap fase
perkembangan tanaman memerlukan air dengan jumlah yang berbeda. Defisit air
yang terjadi pada periode pertumbuhan tertentu menyebabkan respon tanaman
yang berbeda. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat kepekaan tanaman pada
tahapan pertumbuhan tersebut. Fase pertumbuhan yang sangat peka terhadap
kekurangan air adalah periode perkecambahan, pembungaan, dan awal
pembentukan hasil (yield formation) daripada awal vegetatif dan pematangan
(Munir 2012). Kebutuhan air irigasi padi sawah meliputi evapotranspirasi,
kehilangan air akibat rembesan dan perkolasi, ditambah dibutuhkan sejumlah air
untuk penjenuhan tanah pada pengairan awal (Rizal et.al. 2014). Untuk
menghitung kebutuhan irigasi diperlukan data Curah hujan, suhu udara,
kelembaban, lama penyinaran serta kecepatan angin. Data perhitungan yang
dilakukan untuk memperoleh kebutuhan air irigasi dapat terlihat pada Lampiran
2. Berikut merupakan kebutuhan irigasi untuk Daerah Irigasi Cinangka.
Tabel 1. Kebutuhan Air Daerah Irigasi Cinangka dalam 1 Tahun

Petani menanam dengan pola tanam padi-padi-padi, padi-bera-padi, dan padi-


palawija-padi. Petani menyatakan bahwa menanam palawija jika pasokan air yang
didapat sedikit atau tidak mendapatkan air irigasi rata-rata selama 3 bulan. Dilihat
dari sisi produksi, wilayah dengan pasokan air irigasi dalam jumlah banyak
memiliki hasil produksi padi sebesar 2-6 ton/ha sedangkan wilayah dengan
pasokan air yang lebih sedikit produksi padi sebesar 800kg – 4 ton/ha. Untuk
produksi komoditi ubi sebesar 300 kg – 14 ton/ha dan singkong rata-rata sebesar 2
ton/ha.
Peraturan Menteri No.30 Tahun 2015, Pasal 4 ayat (2) menyatakan bahwa
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang dilaksanakan di daerah irigasi
diselenggarakan secara partisipatif, terpadu, berwawasan lingkungan hidup,
transparan, akuntabel, dan berkeadilan dengan mengutamakan kepentingan dan
peran serta masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A. Pada ayat (4) selanjutnya
dijelaskan bahwa partisipasi masyarakat dilaksanakan untuk meningkatkan rasa
memiliki, rasa tanggung jawab, serta meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam rangka mewujudkan efisiensi, efektivitas, dan keberlanjutan sistem irigasi.
Perkumpulan petani pemakai air (P3A) adalah kelembagaan pengelolaan irigasi
yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah layanan atau petak
tersier atau desa yang dibentuk secara demokratis oleh petani pemakai air
termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.
Daerah Irigasi Cinangka memiliki satu kelompok P3A dengan nama Dian
Bertala, namun petani lebih aktif pada Kelompok Tani (Poktan). Salah satu
Poktan yang sudah tercatat secara hukum adalah Kelompok Tani Makmur Alam
Sentosa. Peran kelompok-kelompok petani tersebut dalam operasi dan
pemeliharaan (O&P) irigasi Cinangka masih sebatas pada gotong royong
pembetulan saluran yang mengalami kerusakan atau kebocoran. Interaksi antara
P3A dengan UPT Pengairan terkait O&P irigasi sangat kurang disebabkan petugas
pengairan atau biasa disebut dengan ulu-ulu tidak ada yang ditugaskan di DI.
Cinangka setelah wafatnya petugas pengairan. Hal tersebut berpengaruh juga pada
pengaturan distribusi air masih sangat kurang. Terdapat penyuluhan dan interaksi
hanya dengan Dinas Pertanian yang fokus hanya sampai pada tingkat produksi
dan produktivitas saja. Kurangnya interaksi antara dinas terkait menyebabkan
tidak adanya keberlanjutan petugas irigasi di lapangan.

SIMPULAN
Profil daerah irigasi Cinangka yang terletak di Desa Cibitung Tengah,
Kecamatan Tenjolaya memiliki kebutuhan irigasi sebesar 16468 liter/detik selama
1 tahun.

Daftar Pustaka
Agoes HF, Muhlis A, Setiyo. 2012. Identifikasi saluran primer dan sekunder
Daerah rigasi Kunyit Kabupaten Tanah Laut. Jurnal INTEKNA. 12(2): 132-
139.
Bunganaen W, Karbeka NS, Hangge EE. 2020. Analisis ketersediaan air terhadap
pola tanam dan luas areal irigasi Daerah Irigasi Siafu. Jurnal Teknik Sipil.
9(1): 15-26.
Chandra H, Suprapto H. 2016. Sistem informasi intensitas curah hujan di Daerah
Ciliwung Hulu. Jurnal Informatika dan Komputer. 21(3): 45-52.
Inadhi KL, Prayogo TB, Fidari JS. 2022. Studi penilaian kinerja sistem irigasi
menggunakan aplikasi epaksi dan metode fuzzy set theory di Daerah Irigasi
(DI) Ketapang Barat Kabupaten Sampang. Jurnal Teknologi dan Rekayasa
Sumber Daya Air. 2(2): 92-103.
Langoy NE. 2016. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi Daerah Irigasi Tababo
[skripsi]. Manado (ID): Politeknik Negeri Manado.
Yuni SS. 2019. Analisis Pengaruh Curah Hujan Terhadap Pola Tanam Di Das
Saddang.
Setiadi D, Abdul Muhaemin MN. 2018. Penerapan Internet Of Things (Iot) Pada
Sistem Monitoring Irigasi (Smart Irigasi). Jurnal Infrotronik. 3(2): 95-102.
Mulyadi, Sokarno I, dan Winskayati. 2014. Analisis pilar modernisasi irigasi
dengan pendekatan Analitycal Hierarchy Process (AHP) pada Daerah Irigasi
Barugbug Jawa Barat. J.Tek.Sipil Vol 21 (3): 213 – 220.
Munir A. 2012. Peningkaan produktivitas dan efisiensi air dalam ppertanian
Madura. Agrovigor 5(2): 125 -131.
Nardiana N. 2020. Analisis Variasi Nilai Koefisien Kekasaran Manning Pada
Berbagai Tipe Dasar Saluran Di Daerah Irigasi Ciawigirang (Doctoral
dissertation, Universitas Komputer Indonesia).
Nuryanti DM, Kasim NN. 2017. Analisis pendapatan usaha tani pola rotasu
tanaman padi-jagung manis di Desa Mulyasari Kecamatan Sukamaju. Jurnal
TABARO. 1(2): 95-104.
Rizal F, Alfiansyah dan Rizalihadi M. 2014. Analisis perbandingan kebutuhan air
irigasi tanaman padi metode konvensional dengan metode SRI organik.
Jurna Teknik Sipil 3(4): 67 – 76.
LAMPIRAN
Lampiran 1

Gambar 3. Lokasi Daerah Irigasi Cinangka

Lampiran 2 Perhitungan Curah hujan, suhu udara, kelembaban, penyinaran


matahari serta kecepatan angin rata-rata selama 10 tahun terakhir.

Tabel 2 Data Curah hujan dari Stasiun Meteorologi Citeko selama 10 tahun

Tabel 3 Data Suhu udara dari Stasiun Meteorologi Citeko selama 10 tahun
Tabel 4 Data Kelembaban dari Stasiun Meteorologi Citeko selama 10 tahun

Tabel 5 Data penyinaran matahari dari Stasiun Meteorologi Citeko selama 10


tahun

Tabel 6 Data kecepatan angin rata-rata dari Stasiun Meteorologi Citeko selama 10
tahun
LAMPIRAN NOTULENSI

Notulensi Diskusi Kelompok X


Hari, Tanggal

1. Penanya : Rahmat Hidayatullah F44012010 Kelompok


Pertanyaan : Kenapa aspek kelembagaan di Daerah Irigasi Cinangka
terbilang sangat kurang?

Penjawab : Putri Nadia Teja Sukmana


NIM : F4401201032
Jawaban :

2. Penanya : Deni Pranata Ginting F4401201006 Kelompok 3


Pertanyaan : Apa itu sistem irigasi pasang surut?

Penjawab : Muhammad Ghozali Vito Al Rasyid F44012010


Jawaban : Sistem irigasi pasang surut adalah salah satu sistem irigasi
yang memanfaatkan peristiwa pasang surut sebagai pengairannya.

3. Penanya : Firmansya Roi Situmoang F44012010 Kelompok


Pertanyaan : Mengapa pada periode tiga menggunakan pola tanam
palawija?

Penjawab : Muhammad Nalendra Bimantara F44012010


Jawaban : Pada periode ketiga menggunakan pola tanam palawija
karena terjadi musim kemarau sehingga pasokan air sedikit. Oleh karena itu
digunakan pola tanam palawija karena tanaman palawija kebutuhan air
irigasinya sedikit.

4. Penanya : Ladynda Maghfira Aulia Armawan


Pertanyaan : Pertanyaan

Penjawab : Nama NIM


Jawaban : Jawaban

5. Penanya : Ridho Wahyu Adi Nugroho F44 Kelompok 6


Pertanyaan : Mengapa dilakukan penambahan 50 mm pada pergantian
lapisan air?

Penjawab : Muhammad Ghozali Vito Al Rasyid F44


Jawaban : Penambahan 50 mm pada pergantian lapisan air adalah
agar tidak terjadi perkolasi yang bisa menyebabkan kekurangan air.

Evaluasi dari dosen : Kurangnya peta daerah irigasi.

Anda mungkin juga menyukai