Anda di halaman 1dari 15

1

MAKALAH KONSEP ILMIAH REKAYASA IRIGASI

“MENELITI URGENSI PERENCANAAN SISTEM IRIGASI TERHADAP


PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DAN UPAYA MENINGKATKAN
PEMELIHARAAN KUALITAS SISTEM IRIGASI DI INDONESIA”

ATHAYA RIZKY PRATAMA NRP. 2036211001

DOSEN PENGAMPU : DWI INDRIYANI, S.T., M.T.

TEKNOLOGI REKAYASA KONSTRUKSI BANGUNAN AIR

DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL

FAKULTAS VOKASI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA 2023
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2001 tentang irigasi menyatakan bahwa
irigasi adalah suatu usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang
jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
Selanjutnya Mawardi Erman juga menyatakan bahwa irigasi adalah usaha untuk memperoleh
air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi
pertanian (R Nurcahyono, 2004). Irigasi dimaksudkan untuk mendukung produktivitas usaha
tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan
kesejahteraan masyarakat, khususnya petani yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem
irigasi. Dan tujuan irigasi sendiri yaitu untuk mengalirkan air secara teratur sesuai dengan
kebutuhan tanaman pada saat persediaan air tanah tidak dapat mencukupi sehingga tanaman
dapat tumbuh secara normal.

Pada awalnya irigasi tidak begitu dianggap penting oleh pemerintah dan khususnya para
petani karena mereka berpikir bahwa Indonesia adalah negara yang subur sehingga membuat
mereka hanya berfokus pada keberhasilan panen saja dan pemerintah saat itu merasa tenang
karena petani dapat memperoleh hasil panen yang melimpah tanpa harus mengupayakan
ketersediaan air dilahan. Karena perubahan iklim yang tidak menentu dan hal tersebut
mempengaruhi ketersediaan air pada lahan sehingga berdampak pada berkurangnya hasil
panen dari biasanya dan menyebabkan dibeberapa daerah mengalami kelaparan. Oleh sebab
itu, pada pertengahan abad ke 19 pemerintah melakukan uji coba pembangunan irigasi dalam
skala besar dan pada saat itu juga dibangun bendung diberbagai tempat seperti bendung
Tuntang, bendung Gelapan dan juga bendung Sidoarjo yang terletak dikawasan Delta Brantas
(Boserup, 2000).

Sehingga sistem irigasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan multi bagian yang
berhubungan dengan usaha produksi, distribusi, pengelolaan dan pengaturan air yang berkaitan
dengan peningkatan produksi pertanian, diperlukan upaya pemeliharaan sistem irigasi dan
sistem irigasi yang telah ada. Aset, ini membutuhkan penyiraman aset yang optimal. Kegiatan
yang mendukung pengelolaan sarana irigasi sesuai dengan peraturan yang berlaku diatur dalam
Pasal 41 UU Sumber Daya Air No. 7 Tahun 2004.
Lebih dari 80 persen produksi padi Indonesia berasal dari lahan irigasi. Oleh karena itu,
penurunan hasil irigasi merupakan ancaman nyata bagi masa depan pasokan pangan nasional.
Pengaruh pengurangan efisiensi irigasi bersifat langsung dan tidak langsung. Efek langsungnya
adalah penurunan produktivitas, penurunan intensitas tanam, dan peningkatan risiko pertanian.
Dampak tidak langsungnya adalah melemahnya komitmen petani untuk menjaga ekosistem
persawahan, karena pengairan yang buruk membuat lahan kurang subur untuk ditanami padi.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan meneliti seberapa penting sistem
irigasi terhadap lahan pertanian dan juga memberikan upaya peningkatan pemeliharaan
terhadap sistem irigasi di Indonesia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Irigasi
Irigasi didefinisikan sebagai cara memasukkan air ke dalam tanah, baik secara
alami maupun buatan, untuk menciptakan kelembapan yang berguna bagi
pertumbuhan tanaman. Secara alami air disuplai melalui air hujan. Lalu cara alami
lainnya adalah melalui genangan air akibat luapan sungai yang menutupi daerah
tersebut pada musim hujan sehingga memungkinkan lahan yang ada untuk ditanami
pada musim kemarau. Jika penggunaan air ini dikaitkan dengan perencanaan yang
cukup luas, kita berbicara tentang irigasi buatan. Irigasi buatan biasanya dapat
dipecah menjadi bagian irigasi pompa, di mana air diangkat secara mekanis atau
manual dari sumber air yang lebih rendah ke lokasi yang lebih tinggi. Irigasi aliran,
di mana air diarahkan oleh gravitasi dari sumber asupan air ke lahan pertanian.
Menurut pengertian irigasi, tujuan irigasi di daerah adalah pekerjaan teknis
perencanaan untuk memperoleh, mengatur, dan menyalurkan air dari sumber air
yang mendukung proses produksi pertanian sesuai kebutuhan dan menyalurkannya
secara teknis dan sistematis.
Secara umum tujuan irigasi dapat dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:
1. Dengan tujuan langsung, yaitu menuang memiliki tujuan menjaga
kelembaban tanah berkaitan dengan kandungan air dan udara dalam tanah,
sehingga dapat dicapai kondisi dalam tanah yang memenuhi kebutuhan
pertumbuhan tanaman.
2. Tujuan tidak langsung yaitu pengairan mempunyai tujuan yang meliputi
pengaturan suhu tanah, pencucian tanah yang terkontaminasi oleh racun,
pengangkutan pupuk melalui aliran air yang ada, peninggian muka air,
peninggian suatu tempat dengan cara mengalirkan air, dan pengendapan
yang tertutup oleh air lumpur yang diangkut.

Adapun manfaat dari suatu sistem irigasi, adalah :

1. Untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah yang curah
hujannya kurang atau tidak menentu.
2. Untuk mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi
sepanjang waktu pada saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau maupun
musim penghujan.
3. Untuk menyuburkan tanah, dengan mengalirkan air yang mengandung
lumpur & zat – zat hara penyubur tanaman pada daerah pertanian tersebut,
sehingga tanah menjadi subur.
4. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah / rawa dengan
pengendapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi (Rachmad, 2009).

b. Sistem Irigasi Dan Klasifikasi Jaringan Irigasi


Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a) Sistem tekanan air
Irigasi gravitasi merupakan sistem pengairan yang sudah lama dikenal dan
digunakan dalam pertanian. Pada sistem irigasi ini sumber air diambil dari air yang
ada di permukaan bumi yaitu sungai, waduk dan danau dataran tinggi. Air irigasi
diatur dan didistribusikan secara gravitasi ke petak-petak yang membutuhkannya.
b) Sistem pompa irigasi
Irigasi dengan pompa dipertimbangkan ketika drainase gravitasi tidak layak
secara ekonomi atau teknis. Proses ini membutuhkan modal yang kecil namun
membutuhkan biaya operasional yang tinggi. Sumber air yang dapat dipompa untuk
irigasi dapat diambil dari sungai, misalnya 6 Gambarsar dan Stasiun Pompa
Pesanggrahan (depan Bendungan Gerak Serayu), atau air tanah, seperti pompa air
di 01 simo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
c) Sistem irigasi pasang surut
Sistem irigasi pasang surut mengacu pada jenis irigasi yang memanfaatkan
bentangan air sungai yang disebabkan oleh pasang surut air laut. Daerah yang
dirancang untuk jenis irigasi ini adalah daerah yang terkena langsung oleh peristiwa
pasang surut. Misalnya, panjang kawasan di Kalimantan ini bisa mencapai 30-50
km di pesisir dan 10-15 km di daratan. Genangan air berupa air tawar dari sungai
membasahi dan menghanyutkan kandungan asam sulfat dan hilang saat air laut
surut.
Mengenai klasifikasi jaringan irigasi, berdasarkan dari cara pengaturan, cara
pengukuran aliran air dan fasilitasnya, dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu:

a) Jaringan irigasi sederhana

Pada jaringan irigasi sederhana, distribusi air tidak diukur atau


disesuaikan untuk memungkinkan lebih banyak air mengalir ke saluran
pembuangan. Biasanya ada banyak air dan kemiringannya bervariasi dari
sedang hingga curam. Oleh karena itu, teknik distribusi air yang sulit tidak
terlalu dibutuhkan. Meski mudah ditata, jaringan irigasi ini memiliki kelemahan
serius, yaitu:

1. Air terbuang sia-sia, dan karena jaringan biasanya berada di tempat yang
tinggi, air yang terbuang tidak selalu sampai ke daerah subur yang rendah.

2. Banyaknya depo yang membutuhkan uang lebih dari warga karena setiap
desa memiliki jaringan dan koleksi sendiri.

3. Karena struktur pengambilan air bukan struktur permanen atau permanen,


biasanya pendek.

b) Jaringan irigasi semi teknis


Sedangkan untuk jaringan irigasi semi teknis, bendungan terletak di
sepanjang sungai dengan pintu hisap tanpa bangunan pengukur di sisi hilir.
Beberapa struktur permanen biasanya dibangun ke dalam jaringan saluran
pembuangan. Sistem distribusi air biasanya menyerupai jaringan sederhana.
Bangunan hisap digunakan untuk melayani/mengirigasi area yang lebih luas
dari sekedar area layanan jaringan.

c) Jaringan irigasi teknis

Salah satu prinsip terwujudnya jaringan irigasi adalah pemisahan


saluran irigasi/transportasi dan saluran drainase/konsumsi. Artinya, intake dan
exhaust manifold bekerja sesuai fungsinya masing-masing. Saluran konveyor
membawa air irigasi ke sawah dan saluran keluar membawa kelebihan air dari
sawah ke saluran drainase. Plot tersier memainkan peran sentral dalam realisasi
jaringan irigasi. Petak tersier terdiri dari beberapa sawah yang luasnya biasanya
50-100 ha, bahkan terkadang 150 ha. Jaringan saluran tersier dan kuarter
membawa air ke sawah. Kelebihan air dialirkan ke jaringan drainase tersier dan
kuaterner kemudian dialirkan ke jaringan drainase sekunder dan kuaterner.
Rekayasa jaringan irigasi berdasarkan prinsip-prinsip di atas adalah cara yang
paling efisien untuk mendistribusikan air, dengan mempertimbangkan waktu
berkurangnya pasokan air dan kebutuhan petani. Jaringan irigasi yang
direkayasa memungkinkan pengukuran aliran, distribusi air irigasi, dan drainase
yang lebih efisien. Mendapatkan air dari saluran listrik hanya pada satu titik di
properti membutuhkan bangunan yang lebih kecil untuk saluran listrik,
pemanfaatan yang lebih baik, dan perawatan yang lebih murah. Kegagalan
pasokan air di petak tersier juga tidak mempengaruhi distribusi air di jaringan
utama.
BAB III

PEMBAHASAN

a. Urgensi Perencanaan Irigasi Terhadap Pembangunan Sektor Pertanian


Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum (PU)
Moch Amron mengatakan, salah satu sektor penting untuk mendukung keberhasilan
pembangunan pertanian adalah perencanaan irigasi. Hal ini disampaikan Amron saat
membuka Pelatihan Peningkatan Kemampuan Perencanaan Teknis Irigasi di Surabaya,
Jawa Timur (13/6).
Lebih jauh Moch Amron mengatakan, PP No. 20 thn 2006 tentang Irigasi
menempatkan irigasi dan fungsinya untuk mendukung produktivitas usaha tani guna
meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan
kesejahteraan masyarakat khususnya petani yang diwujudkan melalui keberlanjutan
sistem irigasi. Sesuai dengan UU No. 41 tahun 2009 tentang ketahanan pangan,
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan rumah tangga yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah dan mutunya, aman, merata dan
terjangkau.
Adanya perubahan tujuan pembangunan pertanian yang semula adalah
meningkatkan produksi dan swasembada beras lalu berubah menjadi melestarikan
ketahanan pangan, meningkatkan kesempatan kerja dan perbaikan gizi keluarga serta
desentralisasi maka harus mendapatkan perhatian yang serius dari para pemangku
kebijakan pengembangan dan pengelolaan irigasi.
Maka untuk perencanaan teknis irigasi harus dikembangkan kembali sebagai
salah satu komponen keberhasilan pendukung pembangunan pertanian. Menurut Food
Agriculture Organization (FAO) dari sisi prasarana irigasi Indonesia, sekitar 93%,
berada diurutan kedua setelah Cina yang hampir 96% daerah pertaniannya didukung
oleh prasarana irigasi, tutur Moch Amron.
Pada tahun 2022, Ditjen Sumber Daya Air akan membangun infrastruktur
jaringan irigasi seluas 35.000 hektare di Indonesia. Selain itu, infrastruktur irigasi akan
direhabilitasi di atas lahan seluas 144.800 hektare.
Di Indonesia, pemanfaatan bendungan untuk irigasi hingga saat ini telah
mengairi 328 Kabupaten Irigasi (DI), antara lain Sumatera dengan luas 122.458 ha,
Jawa dengan luas 193.608 ha dan Kalimantan dengan luas 6.672 ha, Bali & Nusa
Tenggara dengan luas 26.321 ha, Sulawesi dengan luas 38.611 ha dan Maluku dengan
luas 5.899 ha.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Alam juga terlibat dalam pembangunan
infrastruktur irigasi untuk mendukung program Food Estate yang akan selesai pada
tahun 2024 untuk membangun lumbung pangan nasional.
Pekerjaan yang dilakukan Ditjen SDA dalam program Food Estate meliputi
rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi di Kalimantan Tengah, kegiatan reklamasi
lahan di Sumatera Utara, pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi di Nusa
Tenggara Timur, dan reklamasi lahan . kegiatan dan konstruksi. saluran drainase di
Papua.

b. Dampak Pembangunan Irigasi

Melihat dari urgensi yang telah disampaikan oleh Dirjen SDA dan juga
pembangunan jaringan-jaringan irigasi yang telah dilakukan disebagian wilayah di
Indonesia, maka disetiap pembangunan yang ada pasti ada dampak negatif maupun positif.

Secara singkat, Soetomo mencoba memberikan gambaran tentang dampak


pembangunan tersebut. Tidak terkecuali pembangunan irigasi yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi, yang berdampak pada aspek ekonomi itu sendiri,
sosial dan lingkungan.

1) Aspek Lingkungan

Jaringan irigasi adalah bangunan saluran pembuangan dan bangunan


tambahannya yang merupakan kesatuan yang diperlukan untuk mengatur air irigasi,
yang meliputi penyediaan, pendistribusian, pendistribusian, penggunaan, dan
pembuangan air irigasi (Direktorat Tata Air, 2010). Perluasan jaringan irigasi sangat
penting, apalagi Indonesia terletak di daerah monsun tropis. Posisi ini membuat
keberadaan air sangat terasa, pada bulan-bulan hujan banyak terjadi hujan yang
berlangsung selama beberapa bulan, karena hujan yang deras tentu saja banyak air.
Berkat adanya jaringan irigasi, air yang melimpah ini bisa dianggap dapat mencegah
banjir. Selain menghindari banjir, keberadaan jaringan irigasi juga dapat membantu
petani, terutama saat musim kemarau. Air yang tertampung pada saat hujan deras dapat
disalurkan pada musim kemarau sehingga ketersediaan air bagi tanaman dapat
terjamin.
2) Aspek Sosial

Aspek sosial merupakan aspek yang paling menentukan ciri dan sifat sistem
jaringan, yang tidak hanya terkait dengan persoalan teknis, tetapi seringkali juga terkait
dengan tradisi atau bahkan agama/kepercayaan. Seperti halnya di wilayah Bali yang
terkenal dengan sistem irigasi subaknya, aturan yang mengatur hak dan kewajiban
anggota didasarkan pada kepercayaan mereka dan tidak hanya terkait dengan
pembagian air irigasi. Namun juga merupakan upacara adat yang sudah menjadi
kebiasaan atau tradisi yang diwariskan secara turun temurun di masyarakat setempat.
Desain atau pembuatan sistem irigasi tidak lepas dari pertimbangan sosial setempat.
Setiap daerah memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal ini dapat menyebabkan
karakteristik irigasi yang khas. Sebagai contoh, masyarakat setempat dikenal
menggunakan batu sungai (river stone) sebagai salah satu barang dagangan masyarakat
setempat yang memiliki nilai jual lebih tinggi, sehingga batu sungai tidak digunakan
lagi di masyarakat daerah Muntila. Mereka lebih suka menggunakan bahan lain yang
lebih murah seperti kantong plastik.

3) Aspek Ekonomi

Selain aspek sosial masyarakat setempat, aspek yang tidak terpisahkan dari
sistem irigasi adalah aspek ekonomi, yang seperti halnya aspek sosial menekankan
ekonomi, seperti mata pencaharian masyarakat setempat, pendapatan masyarakat
rakyat. dan cara masyarakat setempat menilai nilai material tanah. Pemenuhan
kebutuhan irigasi gagal mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Sejak dibangun hingga saat ini, irigasi belum terbukti meningkatkan kesejahteraan
sosial petani dan petani masih dipandang sebagai kelas bawah dan saat ini tidak
diminati oleh generasi muda. Meski jaringan irigasi dibangun pada masa orde baru,
mulai dari waduk hingga kanal hingga lahan pertanian, banyak masalah yang dihadapi
petani. sisi keuangan (Supadmo, 2003).
c. Upaya Pemeliharaan Sistem Irigasi

Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya memelihara dan mengamankan jaringan


irigasi agar selalu berfungsi dengan baik, memperlancar pelaksanaan operasi dan
menjaga kelestariannya melalui tindakan pemeliharaan, perbaikan, pencegahan, dan
pengamanan yang terus menerus, menurut isi PP No. 20/2006. Berdasarkan dari
banyaknya upaya pencegahan, pemeliharaan sistem irigasi ini dibagi menjadi beberapa
macam, diantaranya (Direktorat Jendral Sumber Daya Air, 2019) :

1. Pemeliharaan darurat (emergency maintenance); pemeliharaan yang perlu segera


dilakukan untuk mencegah akibat yang serius.
2. Pemeliharaan terencana (planned maintenance); pemeliharaan yang diorganisasi
dan dilakukan dengan pemikiran masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Pemeliharaan korektif (corrective maintenance); pemeliharaan yang dilakukan
untuk memperbaiki suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah
terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima.
4. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance); pemeliharaan yang dilakukan
pada selang waktu yang ditentukan sebelumnya, atau terhadap kriteria lain yang
diuraikan, dan dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan bagianbagian lain
tidak memenuhi kondisi yang diterima.
5. Pemeliharaan rutin (routine maintenance); pemeliharaan yang dapat dilakukan
selama mesin/air mengalir dipakai.
6. Pemeliharaan berkala (periodic maintenance); pemeliharaan yang hanya dapat
dilakukan selama mesin berhenti/air tidak mengalir/pengeringan.

Secara umum, pemeliharaan merupakan kegiatan yang ditujukan untuk menjaga


agar kinerja prasarana tetap dalam keadaan baik, guna memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi pengguna prasarana. Dalam hal ini ada beberapa jenis kerusakan yang
membutuhkan perawatan, dimana jenis kerusakan tersebut dibagi menjadi 4 kategori,
yaitu:

a) Kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan awal yang buruk akibat kesalahan desain,
pengawasan yang buruk dan kualitas bahan yang buruk, dll.
b) Kerusakan karena pemakaian dan waktu seperti, abrasi, instalasi listrik,
penggetasan komponen inti dan pendukung, dll.
c) Kerusakan karena alasan khusus atau hal-hal yang tak terduga seperti kecelakaan,
bencana alam, hal-hal tak terduga lainnya.
d) Kerusakan yang disebabkan oleh kurangnya perawatan

Ruang lingkup kegiatan pemeliharaan meliputi :

a. Inventarisasi kondisi jaringan irigasi


b. Perencanaan
c. Pelaksanaan
d. Pemantauan dan evaluasi

Jenis-Jenis Pemeliharaan Jaringan Irigasi terdiri dari:

1. Pengamanan jaringan irigasi.

Pengamanan jaringan irigasi adalah usaha yang ditujukan untuk mencegah dan
mengatasi kerusakan jaringan irigasi yang disebabkan oleh daya rusak air, hewan, atau
manusia agar jaringan irigasi tetap berfungsi. Kegiatan ini terus dilakukan oleh Dinas
Pengairan, anggota/pengurus P3A/GP3A/IP3A, Kelompok Pendukung Lapangan dan
seluruh masyarakat setempat. Setiap kegiatan yang dapat merusak atau membahayakan
jaringan irigasi dilakukan tindakan pencegahan berupa pemasangan rambu larangan,
rambu peringatan atau alat pengaman lain. Berikut adalah tindakan pengamanan yang
dapat dilakakukan, diantaranya :

a. Tindakan Pencegahan
1) Melarang pengambilan batu, pasir dan tanah dari tempat ± 500 m di hulu dan ±
1000 m di hilir bendungan irigasi atau menurut peraturan yang berlaku.
2) Melarang hewan mandi di tempat lain selain yang ditentukan untuknya dengan
memasang tanda larangan.
i. Menetapkan garis sempadan kanal sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
ii. Pemasangan tanda larangan pengelolaan dan pembangunan gedung di dalam
batas kanal.
iii. Pengelola irigasi harus menguasai batas-batas tanah irigasi agar tidak
dipindahkan oleh pemerintah kota.
iv. Pemasangan rambu larangan kendaraan melintasi jalur kontrol dan melintasi
ramp jalan.
v. Melarang berenang di sekitar bangunan atau tempat berbahaya.
vi. Dilarang mendirikan bangunan dan/atau menanam pohon di tepi saluran irigasi.
vii. Menyelenggarakan informasi/sosialisasi kepada masyarakat dan instansi terkait
untuk menjamin pengoperasian jaringan irigasi.
b. Tindakan Pengamanan

1) Membuat bangunan pengamanan ditempat-tempat yang berbahaya, misalnya :


disekitar bangunan utama, siphon, ruas saluran yang tebingnya curam, daerah padat
penduduk dan lain sebagainya.

2) Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci.

3) Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul saluran berupa portal,


patok.

2. Pemeliharaan Rutin

Merupakan kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan kondisi


Jaringan Irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada bagian konstruksi
yang diubah atau diganti. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi :

• Yang bersifat Perawatan :


1) Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu.
2) membersihkan selokan dan bangunan dari gulma dan semak-semak.
3) pembersihan selokan dan bangunan dari limbah dan kotoran.
4) Penyimpanan akhir lumpur di gedung pengukuran.
5) Pemeliharaan tanaman lindung di sekitar bangunan dan di tanggul saluran.
• Yang bersifat Perbaikan ringan
1) Menyegel lubang kebocoran kecil di saluran/bangunan.
2) Perbaikan kecil pada pasangan, mis. plester/coran retak atau batu lepas.

3. Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala adalah kegiatan pemeliharaan dan perbaikan berkala yang


direncanakan dan dilaksanakan oleh badan yang bertanggung jawab di bidang irigasi
dan dapat beroperasi secara mandiri dengan P3A/GP3A/IP3A sesuai dengan
kemampuan badan tersebut. Dijalankan secara kontraktual. Pemeliharaan berkala
dilakukan secara berkala sesuai dengan kondisi jaringan irigasi. Setiap kegiatan
pemeliharaan berkala dapat berbeda-beda menurut jangka waktunya, misalnya tahunan,
2 tahun, 3 tahun, dan pelaksanaannya disesuaikan dengan rencana musim tanam dan
waktu pengeringan. Pemeliharaan berkala dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu.
pemeliharaan yang bersifat perawatan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan, dan

4. Perbaikan Darurat/Mendesak

Perbaikan mendesak dilakukan karena kerusakan parah akibat bencana alam


dan/atau kejadian luar biasa (misalnya rusaknya/jebolnya tanggul, tanah longsor yang
menutup jaringan, jebolnya tanggul, dll) dan penanggulangan segera yang tidak
melibatkan pekerjaan sipil tetap, sehingga jaringan irigasi terus bekerja. Penerjemah
harus segera melaporkan kejadian luar biasa/bencana alam kepada pengamat dan
pengelola pelayanan, kemudian pengelola pelayanan kepada pengelola wilayah. Lokasi,
tanggal/waktu dan kerusakan yang disebabkan oleh peristiwa tersebut yang disertakan
dalam Blank 03-P dan Lampirannya

Perbaikan darurat ini dapat dilakukan secara gotong royong, mandiri, atau
berdasarkan perjanjian dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia dari Dinas
Pengairan/Pengawas atau bahan-bahan yang disediakan oleh masyarakat seperti,
(bronjong, karung plastik, batu, pasir, bambu, batang kelapa, dan lainlain).
DAFTAR PUSTAKA

Boserup, P. (2000). 53561-ID-reformasi-irigasi-dalam-kerangka-pengelo. 70, 217–235.

Direktorat Jendral Sumber Daya Air. (2019). Modul operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi. 70.

R Nurcahyono. (2004). Pengairan. 25, 4–15.

https://sda.pu.go.id/berita/view/perencanaan_pembangunan_irigasi_dalam_mendukung_perta
nian_di_indonesia_tahun_2024

https://pu.go.id/berita/perencanaan-irigasi-dukung-pembangunan-pertanian

Anda mungkin juga menyukai