Anda di halaman 1dari 18

Pengertian Irigasi

Irigasi berasal dari istilah Irrigatie (Bahasa Belanda) atau Irrigation (Bahasa
Inggris) yang diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mendatangkan
air dari sumbernya guna keperluan pertanian mengalirkan dan membagikan air
secara teratur, setelah digunakan dapat pula dibuang kembali melalui saluran
pembuang. Maksud Irigasi: yaitu untuk memenuhi kebutuhan air (water supply)
untuk keperluan pertanian, meliputi pembasahan tanah, perabukan/pemupukan,
pengatur suhu tanah, menghindarkan gangguan hama dalam tanah.

Sedangkan pengertian secara umum, Irigasi merupakan usaha penyediaan,


pengaturan, dan pembuangan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya
meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa,
dan irigasi tambak.

Adapun pembagian jenis-jenis Irigasi sbb:

1.1 Berdasarkan Status Jaringan Irigasi

a) Irigasi Pemerintah: Adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah, baik pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Irigasi pemerintah
umumnya berukuran besar.

b) Irigasi Desa: Adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh
masyarakat desa. Tidak jarang masyarakat desa secara gotong royong membangun
sendiri jaringan irigasinya, karena pembangunan dari pemerintah belum mampu
menjangkau daerahnya. Ukuran luas irigasi desa berkisar antara 100 – 500 ha
dengan kelengkapan jaringan yang lebih sederhana

c) Irigasi Swasta: Adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh swasta
atau perseorangan untuk keperluannya sendiri, misalnya jika swasta membuka
usaha perkebunan maka dapat membangun dan mengelola jaringan irigasi untuk
keperluannya sendiri.

1.2 Berdasarkan Tingkat Teknis

a) Irigasi Teknis: Adalah jaringan irigasi dimana airnya diatur dan dapat diukur.
Untuk dapat mengatur air yang masuk atau keluar, jaringan irigasi ini dilengkapi
dengan pintu. Untuk mengukur besarnya aliran air, jaringan irigasi ini dilengkapi
dengan bangunan ukur yang bisa berupa papan berskala, bangunan ukur khusus
(contoh: Cipoleti, Venturi dan lain-lain). Umumnya pintu air dimanfaatkan
sekaligus berfungsi sebagai bangunan ukur, misalnya: pintu sorong, pintu Romijn,
Crump de Gruyter dan sebagainya).

b) Irigasi Setengah Teknis: Adalah jaringan irigasi yang airnya dapat diatur tetapi
tidak dapat diukur. Jaringan ini dilengkapi dengan pintu tetapi tidak dengan
bangunan/alat ukur. c) Irigasi Sederhana: Adalah jaringan irigasi yang tidak
dilengkapi bangunan ukur maupun pintu. Kalaupun ada pintu, bangunan pintu itu
tidak permanen dan sangat sederhana sehingga mudah rusak.

1.3 Berdasarkan Aplikasi Air

a) Irigasi Genangan: Adalah pemberian air dengan cara menggenangi lahan tempat
tanaman tumbuh. Irigasi genangan ini diperuntukkan bagi tanaman padi. Di negara
tropis seperti Indonesia, tingginya genangan antara 15-20 cm yang berguna bagi:
menjaga temperatur tanaman agar tidak terlalu panas, melarutkan pupuk agar
mudah terserap akar tanaman, mengurangi/menangkal serangan hama dan
sekaligus dapat untuk memelihara ikan dalam petak sawah.

b) Irigasi Sprinkler: Adalah pemberian air dengan cara menyiram tanaman. Cara
ini digunakan bagi tanaman hortikultura atau tanaman lain yang tidak memerlukan
banyak air. Di negara yang bukan tropis, karena temperaturnya tidak tinggi, hampir
seluruh irigasinya dilakukan dengan springkler, seperti tanaman gandum, rumput,
buah-buahan berpohon kecil dan tanaman kecil lainnya.

c) Irigasi Tetes (drip): Adalah pemberian air dengan cara meneteskan. Cara
pemberian air seperti ini dilakukan bagi tanaman besar yang tidak memerlukan air
banyak.

1.4 Berdasarkan Sumber Air

a) Irigasi Air Permukaan: Adalah irigasi yang sumber airnya dari air yang mengalir
diatas permukaan tanah misalnya dari sungai atau air dari danau atau waduk.
Irigasi tersebut dibedakan atas lima golongan, yaitu:
1) Irigasi Alur (furrow irrigation) Air irigasi dialirkan melalui alur-
alur di selasela petakan (gambar 3.1) untuk dapat mengairi tanaman di
sebelah kanan dan kirinya. Pergerakan air dari alur dapat dilihat pada
gambar III.2. Sistem irigasi ini sangat cocok untuk tanaman yang ditanam
secara lajur, seperti jagung, tebu, kentang, tomat dan buah-buahan. Alur
biasanya dibuat dengan dengan mengikuti kemiringan lahan dan kemiringan
alur minimum berkisar 0,05%, sebaiknya antara 15-40 cm. Panjang alur
biasanya antara 25-500 m sedangkan jarak alur satu dengan yang lainnya
berkisar antara 0,3-2 m. Kelebihan lain dari sistem ini adalah tanaman tidak
secara langsung terkena air yang dapat mempengaruhi produksi baik
kuantitas maupun kualitas.

2) Irigasi gelombang (corrugation irrigation) Sistem irigasi ini hampir


sama dengan sistem alur, hanya lebih rendah dan lebih lebar (gambar 3.3).
Irigasi gelombang biasanya digunakan terutama untuk tanaman padipadian
maupun rumput makanan ternak. Sistem irigasi model ini di Indonesia
belum banyak dikenal.

3) Irigasi Penggenangan Petak Jalur (border strip irrigation) Caranya


adalah lahan dibuat petakan yang masing-masing petakan dibatasi oleh
galengan atau pematang (gambar 3.4), di sebelah atas dibatasi oleh saluran
pembawa kemudian di sebelah bawah oleh saluran pembuang (drainasi).
Irigasi petak jalur sungai cocok untuk tanaman padi-padian, rumput
makanan ternak dan tanaman lainnya yang ditanam dengan jarak yang rapat.

4) Irigasi genangan (check atau basin irrigation). Lahan untuk irigasi


dibuat sistem genangan dengan dibatasi oleh galengan. Irigasi ini lebih
banyak digunakan untuk padi sawah atau untuk tanaman buah-buahan.
Sebagian besar penanaman padi di Indonesia menggunakan sistem irigasi
genangan ini.

5) Sistem Irigasi di bawah Permukaan Tanah. Pada sistem ini air


irigasi dimaksudkan untuk meninggikan muka air tanah agar lapisan akar
mendapat air melalui kapiler (gambar 3.5). Sistem irigasi ini banyak
digunakan pada lahan yang banyak mengandung gambut.
b) Irigasi Air Tanah: Adalah irigasi yang sumber airnya dari air yang berada di
bawah permukaan tanah. Untuk dapat memanfaatkannya, air dipompa sampai
permukaan tanah kemudian dialirkan ke lahan. Pengembangan irigasi air tanah ini
harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Pengambilan air tanah yang berlebihan
akan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Kota Jakarta misalnya, karena
kekosongan air di dalam tanah, mengakibatkan beberapa bangunan besar ambles.
Disusul oleh air laut yang menyusup dan merembes sejauh lebih dari 20 km dari
pantai. Pengisian kembali (recharge) dari air hujan memerlukan waktu sangat
panjang sedangkan pemompaan dari dalam tanah jauh lebih cepat. Pemompaan air
tanah di daerah bukan perkotaan, dalam jangka panjang akan mengakibatkan hal
yang sama. Dimusim kemarau, sumur-sumur dan aliran air di sungai akan
kekurangan air. Karena itu irigasi air tanah hanya sebagai pendukung terhadap
irigasi air permukaan dan hanya dibangun jika lokasi itu air permukaan tidak ada
sementara air tanah berlebihan. Pengembangan irigasi air tanah di Indonesia yang
dimulai sejak tahun 1970 sebagian besar ada di Jawa Timur. Dalam 20 tahun
pertama, Proyek Pengembangan Air Tanah (PAT) lebih difokuskan pada nilai
sosial ekonominya dibandingkan terhadap aspek teknis dan efektifitas ekonominya.
Tahun 1987 - 1991 PAT mulai menerapkan the least cost and most appropriate
technologies for developing geroundwater resources dengan adanya bantuan dana
Bank Dunia melalui Irrigaion Sub Sector Project (ISSP). Salah satu segi positif
pemanfaatan air tanah segi positif pemanfaatan air tanah ialah sebagai proyek yang
dapat segera dimanfaatkan (quick yielding) karena pembuatan sumur bor (tube
well) dan pemasangan pompa dapat segera dilakasakan bagi daerah tertentu yang
baik potemsi air tanahnya. Air tanah dapat merupakan sumber air utama, atau
secara terpadu bersama-sama dengan air permukaan memenuhi air irigasi
(conjunctive use). Pengelolaan terpadu dalam penggunaan air permukaan dan air
tanah diperlukan terutama pada pemanfaatan air tanah sebagai Kriteria pemilihan
daerah pengembangan irigasi air tanah didasarkan pada:

a) Daerah pertanian yang intensif dan berpenduduk padat.

b) Daerah yang kekurangan air, dimana tidak terdapat air permukaan.

c) Mendapat tanggapan dari petani serta dukungan dari Pemerintah Daerah


setempat sehingga akan terjamin terselenggaranya pengoperasian dan
pemeliharaan pompa.
d) Potensi air tanah di daerah tersebut dapat dikembangkan untuk keperluan irigasi.

e) Pembuatan sumur bor.

Dengan mesin bor atau alat lain, pada tanah dibuat lubang dengan diameter
25 – 55 cm dengan kedalaman 30 – 120 m, tergantung kualitas air yang dibutuhkan
dan tebal serta mutu akuifer yang dijumpai. Dengan data akuifer direncanakan
susunan pipa-pipa berlubang (screen) pada daerah akuifer. Pipa dimasukkan, lalu
ruang antara pipa dan lubang bor diisi kerikil (gravel pack). Sumur selesai setelah
dicuci dengan menekan angin sehingga air keluar sumur sampai bersih. Setelah itu
baru dipasang pompa. Air mengalir dari akuifer melalui screen masuk ke sumur
dan diisap oleh pompa.

c) Sawah Tadah Hujan: Sistem irigasi di Indonesia dikembangkan untuk mengairi


persawahan, walaupun tidak semua persawahan yang ada sekarang ini dilayani
oleh sistem irigasi. Persawahan itu sendiri dikembangkan secara bertahap sejalan
dengan kemampuan masyarakat setempat menanggapi umpan balik yang berasal
dari lingkungan produksi. Dalam tahap awal pengembangan lahan dimulai dengan
pembukaan areal hutan atau semak belukar menjadi lahan yang siap untuk
ditanami. Dalam perkembangan lebih lanjut dilakukan perataan tanah dan
pembuatan pematang- pematang untuk memungkinkan air hujan dapat ditampung
lebih lama khususnya untuk budidaya padi. Sejak itulah, mulai berkembang
budaya pertanian sawah tadah hujan. Dalam tahap berikutnya mulai dikembangkan
irigasi untuk memberikan air ke lahan yang memerlukan sebagai pelengkap
pemberian air oleh hujan. Daerah-daerah irigasi umumnya dimulai pada areal
sawah tadah hujan dan berkembang dalam waktu yang cukup lama dengan tahap-
tahapnya tersendiri.pengganti air permukaan pada musim kemarau dan/atau
sebagai tambahan (suplesi) bagi irigasi permukaan.

3.5 Berdasarkan Teknis Pemberian Air

a) Gravitasi: irigasi gravitasi air permukaan adalah sistem irigasi yang pengaliran
air dan sumbernya ke lapangan menggunakan metode gravitasi, dan sumber airnya
berasal dari air permukaan yang pengambilan airnya menggunakan bending,
waduk, bangunan penangkap, pengambilan bebas (free intake) atau pompa air.
Sampai sekarang, pemanfaatan sumber daya air yang paling banyak dan terus
dilakukan adalah penyadapan atau pengambilan (diversion) air sungai terutama
dengan bending (weir) untuk meninggikan muka air untuk kemudian dialirkan
dengan saluran pembawa dan pembagi air (convenyance and distributor) ke hilir ke
daerah yang memerlukan – yaitu petak atau persil tanah/bawah yang dapat
ditanami tanaman beririgasi yang bernilai ekonomis dilihat dari segi usaha tani dan
investasi sarana irigasi yang bersangkutan.

b) Bertekanan: Pemberian air biasanya dilakukan dengan cara disiram atau cara
tetes. Irigasi siraman mengupayakan air irigasi seperti air hujan. Cara irigasi ini
dilihat dari penggunaan air mempunyai efisiensi yang cukup tinggi karena
kehilangan terhadap perkolasi dapat dikurangi, serta airnya dapat diberikan secara
merata. Sistem irigasi bertekanan dilakukan dengan tiga cara, yaitu: 1) Dilakukan
dengan gembor (lihat gambar 3.6): Sistem ini banyak digunakan dalam penanaman
palawija seperti bawang atau sayuran. Sistem ini di Indonesia banyak ditemukan
pada daerah yang airnya sangat terbatas, terutama pada musim kemarau.

2) Dilakukan dengan Springkler: Cara ini di mana air yang bertekanan tinggi
dialirkan ke dalam pipa yang ujungnya dipasangi nozzle (lihat Gambar 3.7)

3) Dilakukan dengan tetesan air (drip irrigation): Sebelum sama seperti springkler,
akan tetapi irigasi tetes teresebut dengan mengalirkan air ke dalam pipa di mana
airnya tidak memancar akan tetapi menetes. Irigasi ini biasanya untuk buah-buahan
atau sayur-sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Pemakaian airnya lebih
efisien dan efektif kerana debit dapat disesuaikan dengan evapotranspirasi, dan
tidak ada perkolasi di mana daerah basah hanya bagian dari akar tanaman saja
(lihat Gambar 3.8). Sistem Springkler dan tetesan air di Indonesia ini belum
dikenal dengan baik.

3.6 Berdasarkan Tujuan Penggunaan Air

a) Irigasi Persawahan: Adalah irigasi untuk memberi air ke sawah atau lahan
tanaman lainnya.

b) Irigasi Tambak: Adalah jaringan irigasi untuk mengalirkan air bagi


pertambakan. Sebagaimana kita tahu bahwa perikanan tambak memerlukan air
payau yakni campuran antara air tawar umumnya sisa air
Fungsi Saluran irigasi
Ada beberapa fungsi dari penyediaan saluran irigasi yaitu
1. memasok kebutuhan air tanaman
2. menjamin ketersediaan air apabila terjadi kekeringan
3. menurunkan suhu tanah
4. mengurangi kerusakan akibat pembekuan
5. melunakkan lapisan keras pada saat pengolahan tanah 

Manfaat Saluran Irigasi


Manfaat irigasi umumnya digunakan pemenuhan kebutuhan air untuk pertanian
secara luas termasuk di dalamnya kebutuhan peternakan dan perikanan. Walaupun
demikian kebutuhan irigasi untuk tanaman padi masih mendominasi kebutuhan
irigasi secara menyeluruh.

Komponen-Komponen Saluran irigasi


Saluran irigasi yaitu prasarana irigasi yang pada pokoknya terdiri dari bangunan
dan saluran pemberi pengairan beserta kelengkapannya dan berdasarkan
pengelolaannya dikenal dengan jaringan irigasi utama dan jaringan irigasi tersier.
Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer, dan saluran tersier. Sedangkan
jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier.
Adapun komponen-komponen saluran irigasi yaitu
Komponen-komponen sebuah jaringan irigasi teknis dapat dibedakan berdasarkan
fungsinya. Untuk mengetahui komponen-komponen suatu jaringan irigasi dapat
dilihat pada peta ikhtisar. Peta ikhtisar adalah cara penggambaran berbagai macam
bagian dari suatu jaringan irigasi yang saling berhubungan. Peta ikhtisar tersebut
dapat dilihat pada peta tata letak. Peta ikhtisar irigasi tersebut memperlihatkan
antara lain:

 Petak tersier, sekunder dan primer


 Bangunan-bangunan utama
 Jaringan dan trase saluran irigasi
 Jaringan dan trase saluran pembuang
 Petak-petak primer, sekunder dan tersier
 Lokasi bangunan
 Batas-batas daerah irigasi
 Jaringan dan trase jalan
 Daerah-daerah yang tidak diairi.
Peta ikhtisar umum dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi dengan
garis-garis kontur dengan skala 1:25.000. Peta ikhtisar detail yang biasa disebut
peta petak, dipakai untuk perencanaan dibuat dengan skala 1:5.000, dan untuk
petak tersier 1:5.000 atau 1:2.000.

Peta Ikhtisar Irigasi


Petak tersier
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit irigasi adalah petak tersier. Petak
tersier menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap tersier.
Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.

Pada petak tersier pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan menjadi tanggung
jawab para petani yang bersangkutan, di bawah bimbingan pemerintah. Petak
tersier yang terlalu besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi tidak efisien.
Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah petani dalam satu petak, jenis tanaman
dan topografi. Di daerah-daerah yang ditanami padi luas petak tersier idealnya
maksimum 50 ha, tapi dalam keadaan tertentu dapat ditolelir sampai seluas 75 ha,
disesuaikan dengan kondisi topografi dan kemudahan eksploitasi dengan tujuan
agar pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan lebih mudah. Petak tersier harus
mempunyai batas-batas yang jelas seperti misalnya parit, jalan, batas desa dan
batas perubahan bentuk lapangan.

Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuarter, masing- masing seluas kurang
lebih 8 - 15 ha. Apabila keadaan topografi memungkinkan, bentuk petak tersier
sebaiknya bujur sangkar atau segi empat untuk mempermudah pengaturan tata
letak dan memungkinkan pembagian air secara efisien.
Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder atau
saluran primer. Perkecualian jika petak-petak tersier tidak secara langsung terletak
di sepanjang jaringan saluran irigasi utama yang dengan demikian, memerlukan
saluran tersier yang membatasi petak-petak tersier lainnya, hal ini harus dihindari.

Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1.500 m, tetapi dalam kenyataan
kadang-kadang panjang saluran ini mencapai 2.500 m. Panjang saluran kuarter
lebih baik di bawah 500 m, tetapi prakteknya kadang-kadang sampai 800 m.

Petak sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh
satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi
yang terletak di saluran primer atau sekunder.

Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang


jelas, seperti misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda,
tergantung pada situasi daerah.
Saluran sekunder sering terletak di punggung medan mengairi kedua sisi saluran
hingga saluran pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh juga
direncana sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang
lebih rendah saja.

Petak primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air langsung
dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang
mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek-proyek
irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini menghasilkan dua petak primer.

Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah
dengan cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati
sepanjang garis tinggi, daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani
langsung dari saluran primer.

Bangunan Utama
Bangunan utama sistem irigasi dapat didefinisikan sebagai kompleks bangunan
yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke
dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi. Bangunan utama
bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan, serta mengukur banyaknya
air yang masuk.

Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam energi, satu atau dua
pengambilan utama, pintu bilas, kolam olak, dan kantong lumpur, tanggul banjir
dan bangunan pelengkap.

Bendung gerak
Bendung
Bendung pada sistem irigasi permukaan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
bendung (weir) dan bendung gerak (barrage). Bendung dipakai untuk meninggikan
permukaan air di sungai sampai pada ketinggian tertentu yang diperlukan agar air
dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier. Ketinggian itu akan
menentukan luas daerah yang diairi.

Bendung gerak adalah bangunan bending yang dilengkapi dengan pintu yang dapat
dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup apabila
aliran kecil. Di Indonesia, bendung gerak adalah bangunan yang paling umum
dipakai untuk membelokkan air sungai untuk keperluan irigasi.

Bendung karet
Bendung karet memiliki dua bagian pokok yaitu tubuh bendung yang terbuat dari
karet dan pondasi beton berbentuk plat beton sebagai dudukan tabung karet serta
dilengkapi satu ruang kontrol dengan beberapa perlengkapan (mesin) untuk
mengontrol mengembang dan mengempisnya tabung karet. Bendung berfungsi
meninggikan muka air dengan cara mengembangkan tubuh bendung dan
menurunkan muka air dengan cara mengempiskan tubuh bendung yang terbuat dari
tabung karet dapat diisi dengan udara atau air. Proses pengisian udara atau air dari
pompa udara atau air dilengkapi dengan instrumen pengontrol udara atau air
(manometer).
Bendung Karet
Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan
air sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air di sungai.
Dalam keadaan demikian, jelas bahwa muka air di sungai harus lebih tinggi dari
daerah yang diairi dan jumlah air yang dibelokkan harus dapat dijamin cukup.
Pengambilan dari Waduk
Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu terjadi
kelebihan air di sungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi kekurangan air.
Jadi, fungsi utama waduk adalah untuk mengatur aliran sungai.

Waduk yang berukuran besar sering mempunyai banyak fungsi seperti untuk
keperluan irigasi, tenaga air pembangkit listrik, pengendali banjir, perikanan dan
lain-lain. Waduk yang berukuran lebih kecil dipakai untuk keperluan irigasi saja.

Stasiun pompa
Irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara gravitasi
ternyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis. Pada mulanya
irigasi pompa hanya memerlukan modal kecil, tetapi biaya eksploitasinya mahal

Bahan-Bahan Pembuatan Saluran Irigasi


Di dalam perencanaan saluran, banyak bahan yang dapat dipakai untuk pasangan
saluran. Tetapi pada prakteknya di Indonesia hanya ada 4 bahan yang dianjurkan
pemakaiannya :

1. Pasangan batu
2. Beton
3. Tanah
4. Beton ferrocemen
Pembuatan pasangan dari bahan-bahan lain tidak dianjurkan dengan alasan sulitnya
memperoleh persediaan bahan, teknik pelaksanaan yang lebih rumit dan
kelemahan-kelemahan bahan itu sendiri.
Pasangan batu dan beton lebih cocok untuk semua keperluan, kecuali untuk
perbaikan stabilitas tanggul. Pasangan tanah hanya cocok untuk pengendalian
rembesan dan perbaikan stabilitas tanggul.
Tersedianya bahan di dekat tempat pelaksanaan konstruksi merupakan faktor yang
penting dalam pemilihan jenis pasangan. Jika bahan batu tersedia, maka pada
umumnya dianjurkan pemakaian pasangan batu. Pasangan dari bata merah
mungkin bisa juga dipakai.
Aliran yang masuk ke dalam retak pasangan dengan kecepatan tinggi dapat
mengeluarkan bahan-bahan pasangan tersebut. Kecepatan maksimum dibatasi dan
berat pasangan harus memadai untuk mengimbangi gaya tekan keatas.
Sebagai alternatif jenis lining, dewasa ini sudah banyak diaplikasikan penggunaan
material ferrocemen untuk saluran irigasi dan bangunan air, yaitu tipe saluran
irigasi yang dibuat dengan dinding tipis beton bertulang yang dibuat dari mortar
semen hidrolis diberi tulangan dengan kawat anyam/kawat jala (wiremesh) yang
menerus dan lapisan yang rapat serta ukuran kawat relatif kecil. Bahan ferrocement
terdiri dari campuran semen, pasir yang diberi tulangan besi beton dengan diameter
∅ 6 mm atau ∅ 8 mm dan kawat ayam. Perbandingan semen dan pasir yang umum
digunakan adalah 1:3. Selain itu  juga terdapaat saluran pembuang yang berfungsi
untuk membuang kelebihan air dari petak-petak sawah ke jaringan pembuang
utama. Struktur ferrocemen yang mudah dikerjakan dan ramah lingkungan sangat
cocok untuk diterapkan diberbagai bentuk konstruksi. Bentuk penulangan yang
tersebar merata hampir diseluruh bagian struktur memungkinkan untuk dibuat
struktur tipis dengan berbagai bentuk struktur sesuai dengan kreasi perencanannya.
Sebuah saluran bisa dikatakan tidak berfungsi atau tidak baik (rusak) jika:
 Sawah yang terairi kurang dari 50% (lima puluh persen);
 Saluran dalam kondisi rusak berat jika terjadi penyempitan sehingga kapasitas
debit saluran kurang dari 70% (tujuh puluh persen) debit maksimum;
 Tanggul saluran berpotensi runtuh;
 Tanggul saluran banyak bocoran .

JENIS-JENIS LINING
1. LINING PERMUKAAN KERAS(ATU KALI/BETON)
Lining permukaan keras dapat terdiri dari plesteran pasangan batu kali atau beton.
Tebal minimum untu pasangan batu kali diambil 30 cm. Untuk beton tumbuk
tebalnya paling tidak 8 cm, untuk saluran kecil yang dikonstruksi dengan baik
(sampai dengan 6 m3/det) dan 10 cm untuk saluran yang lebih besar. Tebal
minimum pasangan beton bertulang adalah 7 cm. Tebal minimum pasangan
beton ferrocemen adalah 3 cm. Untuk pasangan semen tanah atau semen tanah
yang dipadatkan, tebal minimum diambil 10 cm untuk saluran kecil dan 15 cm
untuk saluran yang lebih besar.
Stabilitas pasangan permukaan keras hendaknya dicek untuk mengetahui tekanan
air tanah di balik pasangan. Jika stabilitas pasangan terganggu (pembuang), maka
sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat konstruksi pembebas tekanan (lubang
pembuang).

Lining batu
 
Lining beton
2. LINING TANAH
Tebal pasangan tanah diambil 60 cm untuk dasar saluran dan 75 cm untuk talud
saluran. Pemilihan jenis pasangan akan bergantung kepada kondisi dan bahan yang
tersedia.
 

Lining tanah

3. LINING FERROCEMEN
Ferrocemen adalah suatu tipe dinding tipis beton bertulang yang dibuat dari mortar
semen hidrolis diberi tulangan dengan kawat anyam/kawat jala (wiremesh) yang
menerus dan lapisan yang rapat serta ukuran kawat relatif kecil. Anyaman ini bisa
berasal dari logam atau material lain yang tersedia. Kehalusan dan komposisi
matriks mortar seharusnya sesuai dengan sistem anyaman dan selimut
(pembungkusnya). Mortar yang digunakan dapat juga diberi serat/fiber.

Linning ferrocemen
 
Perbedaan ferrocemen dengan beton bertulang antara lain :

1. Sifat Fisik

 Lebih tipis
 Memiliki tulangan yang terdistribusi pada setiap ketebalannya
 Penulangan 2 arah
 Matriksnya hanya terdiri dari agregat halus dan semen

2. Sifat Mekanik

 Sifat-sifat seragam dalam 2 arah


 Umumnya memiliki kuat tarik dan kuat lentur yang tinggi
 Memiliki rasio tulangan yang tinggi
 Proses retak dan perluasan retak yang berbeda pada beban tarik
 Duktilitas meningkat sejalan dengan peningkatan rasio tulangan anyam
 Kedap air tinggi
 Lemah terhadap temperatur tinggi
 Ketahanan terhadap beban kejut lebih tinggi

3. Proses/pembuatan/pemeliharaan/perbaikan

 Metode pembuatan berbeda dengan beton bertulang


 Tidak memerlukan keahlian khusus
 Sangat mudah dalam perawatan dan perbaikan
 Biaya konstruksi untuk aplikasi di laut lebih murah dibandingkan kayu,
beton bertulang atau
 Material komposit

Bahan ferrocemen terdiri dari campuran semen, pasir yang diberi tulangan besi
beton dengan diameter 6 mm atau 8 mm dan kawat anyam. Perbandingan semen
dan pasir yang umum digunakan adalah 1 : 3. Untuk lebih seksama perbandingan
ditetapkan dari pengujian laboratorium.
Kelebihan dari lining saluran menggunakan ferrocemen ini antara lain :

 Biaya konstruksi lebih rendah daripada lining konvensional lainnya


 Dari segi kekuatan beton ferrocemen mempunyai kekuatan lebih tinggi
 Dan dari segi berat konstruksi, beton ferrocemen mempunyai konstruksi
lebih ringan sehingga dapat digunakan di tanah yang mempunyai daya
dukung rendah

Bentuk yang umum dipakai dalam saluran irigasi adalah bentuk U atau tapal kuda.
 

Potongan saluran lining tapal kuda


 
Berdasarkan prioritasnya, saluran irigasi dibagi menjadi 4 jenis, yaitu saluran
primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Masing-masing saluran memiliki perannya
masing-masing, yaitu :
1. Saluran primer adalah saluran yang mengalirkan air irigasi dari bangunan
utama ke saluran sekunder. Batas akhir saluran primer adalah bangunan bagi
terakhir.
2. Saluran sekunder adalah saluran yang mengalirkan air irigasi dari saluran
primer ke petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas
ujung saluran sekunder adalah ujung bangunan sadap terakhir.
3. Saluran tersier adalah saluran dan bangunan yang membawa dan membagi air
dari bangunan sadap tersier ke petak-petak kuarter.
4. Saluran kuarter adalah saluran dan bangunan yang membawa air dari jaringan
bagi ke petak-petak sawah.

Anda mungkin juga menyukai