Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas irigasi dan bangunan air.
Adapun tugas irigasi dan bangunan air ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar penulisan irigasi dan bangunan air. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki tulisan irigasi dan bangunan air.
Akhir kata penyusun mengharapkan semoga dari tulisan irigasi dan
bangunan air. ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
Desember, 2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.5 Manfaat
1. Memasuk dan menyediakan air untuk lahan pertanian.
2. Menjamin ketersediaan air ketika musim kemarau.
3. Melancarkan aliran air ke pertanian.
4. Duiker sebagai material konstruksi bawah tanah.
5. Sebagai prasarana bagi Masyarakat.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.2 Irigasi
Irigasi adalah pemberian kepada tanah untuk menunjang curah hujan
yang tidak cukup agar tersedia lengas bagi pertumbuhan tanaman. Secara
umum pengertian irigasi adalah sejumlah air yang pada umumnya diambil
dari sungai atau bending yang dialirkan melalui system jaringan irigasi
untuk menjaga keseimbangan jumlah air didalam tanah. (Suharjo,1994)
Dalam pengaturan pemerintah (PP) No. 23/1982 pasal 1, pengertian
irigasi, bangunan irigasi, dan petak irigasi telah dibakukan yaitu sebagai
berikut:
a. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian.
b. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu
kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari
penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dari penggunanya.
c. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu
jaringan irigasi.
d. Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.
Adapun tujuan dari irigasi antara lain:
a. Membasahi tanaman
Membasahi tanaman dengan menggunakan air irigasi bertujuan
memenuhi kekurangan air didaerah pertanian pada saat air hujan kurang
atau tidak ada. Hal ini penting sekali karena kekurangan air yang
diperlukan untuk tumbuh dapat mempengaruhi hasil panen tanaman
tersebut.
b. Merabuk
Merabuk adalah pemberian air yang tujuannya selain membasahi
juga member zat-zat yang berguna bagi tanaman itu sendiri.
c. Mengatur suhu
Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada suhu yang tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu rendah, sesuai dengan jenis tanamannya.
d. Membersihkan tanah/memberantas hama.
Bertujuan untuk membasmi hama-hama yang berada dan bersarang
dalam tanah dan membahayakan bagi tanaman sehingga pada musim
kemarau sebaiknya sawah diberikan air agar sifat garamnya hilang.
e. Kolmatase
Kolmatase adalah pengairan dengan maksud memperbaiki/
meninggikan pemukaan tanah.
f. Menambah persediaan air tanah
Tujuan bermaksud menambah persediaan air tanah untuk keperluan
sehari-hari. Biasanya dilakukan dengan cara menahan air disuatu
tempat, sehingga memberikan kesempatan pada air tersebut untuk
meresap kedalam tanah yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh yang
memerlukan
a. Saluran Primer
Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah
irigasi yang dilayaninya.Saluran ini berfungsi membawa air dari
sumbernya dan membagikannya ke saluransekunder atau
membawa air dari jaringan utama ke jaringan sekunder untuk
dibagikan ke petak-petak tersier yang akan dialiri. Air yang
dibutuhkan untuk irigasi dapat berasal dari sungai, danau, maupun
waduk. Akan tetapi umumnya penggunaan air sungai lebih baik,
karena air sungai mengandung banyak zat lumpuryang
merupakan pupuk bagi tanaman. Batas akhir dari saluran primer
adalah bangunan bagi yang terakhir.
b. Saluran Sekunder
Saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa
yang terletak pada petak sekunder tersebut. Dari saluran primer
air disadap melalui saluran-saluransekunder untuk mengaliri
daerah yang sedapat mungkin dikitari oleh saluran-saluran alam
yang dapat digunakan untuk membuang air hujan yang
berlebihan.Fungsi utama dari saluran sekunder adalah membawa
air dari saluran primer dan membagikannya ke saluran tersier.
Sedapat mungkin saluran pemberi merupakan saluran punggung
sehingga dengan demikian air dapat dibagi untuk kedua belahsisi.
Yang dimaksud dengan saluran punggung adalah saluran yang
memotong ataumelintang terhadap garis tinggi sedemikian rupa
melalui titik tertinggi daerah sekitarnya, sehingga dapat mengaliri
petak yang ada di bagian kiri dan kanan dari saluran.
c. Saluran Tersier
Fungsi utama dari saluran tersier adalah membawa air dari
saluran sekunder danmembagikannya ke petak-petak sawah yang
memiliki luas antara 75 ha- 125 ha.Jika saluran tersier disadap
dari saluran sekuder, maka saluran tersier juga dapat membagikan
air ke sisi kanan-kiri saluran
5. Pompa
Pompa digunakan bila bangunan-bangunan pengelak yang lain
tidak dapatmemecahkan permasalahan pengambilan air dengan gravitasi,
atau kalau pengambilan airrelatif sedikit dibandingkan dengan lebar
sungai. Dengan instalasi pompa pengambilan airdapat dilakukan dengan
mudah dan cepat. Namun dalam operasionalnya memerlukan biaya
operasi dan pemeliharaannya cukup mahal terutama dengan makin
mahalnya bahan bakar dan tenaga listrik. Dari cara instalasinya pompa
dapat dibedakan atas pompa yang mudah dipindah karena ringan dan
mudah dirakit ulang setelah dilepas komponennya dan pompa tetap
(stationary) yang dibangun/dipasang dalam bangunan rumah pompa
secarapermanen. Ada beberapa jenis pompa didasarkan pada tenaga
penggeraknya, antara lain:
a. Pompa air yang digerakkan oleh tenaga manusia (pompa tangan),
b. Pompa air dengan penggerak tenaga air (air terjun dan aliran air),
c. Pompa air dengan penggerak berbahan bakar minyak
d. Pompa air dengan penggerak tenaga listrik.
6. Pengambilan Bebas
Pengambilan air untuk irigasi ini langsung dilakukan dari sungai
dengan meletakkan bangunan pengambilan yang tepat di tepi sungai,
yaitu pada tikungan luar dan tebing sungai yang kuat atau masif.
Bangunan pengambilan ini dilengkapi pintu, ambangrendah dan saringan
yang pada saat banjir pintu dapat ditutup supaya air banjir tidak meluap
ke saluran induk. Kemampuan menyadap air sangat dipengaruhi elevasi
muka air di sungai yang selalu bervariasi tergantung debit pengaliran
sungai saat itu. Pengambilan bebas biasanya digunakan untuk daerah
irigasi dengan luasan yang kecil sekitar 150 ha dan masih pada tingkat
irigasi .(setengah) teknis atau irigasi sederhana.
2.6 Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan Bagi adalah bangunan yang terletak pada saluran Primer
yang membagi air kesaluran sekunder atau saluran sekunder yang membagi
air ke saluran sekunder lainnya atau pada suatu titik cabang dan berfungsi
untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih
a. Keadaan Topografi
Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga
harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan dicari.
Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka
elevasi mercu bendung dapat ditetapkan;
Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat
diseleksi.
b. Keadaan Hidrologi
Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah
faktor – faktor hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang
bendung serta tinggi bendung tergantung pada debit rencana. Faktor –
faktor yang diperhitungkan, yaitu masalah banjir rencana, perhitungan
debit rencana, curah hujan efektif, distribusi curah hujan, unit hidrograf,
dan banjir di site atau bendung.
c. Kondisi Topografi
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek,
yaitu :
Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi; bila bendung dibangun di
palung sungai, maka sebaiknya ketinggian bendung dari dasar sungai
tidak lebih dari tujuh meter, sehingga tidak menyulitkan
pelaksanaannya.
Trase saluran induk terletak di tempat yang baik; misalnya
penggaliannya tidak terlalu dalam dan tanggul tidak terlalu tinggi
– untuk tidak menyulitkan pelaksanaan, penggalian saluran induk
dibatasi sampai dengan kedalaman delapan meter.
Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan
angkutan sedimen; sehingga aliran ke intake tidak mengalami
gangguan dan angkutan sedimen yang akan masuk ke intake juga
dapat dihindari.
d. Kondisi Hidraulik dan Morfologi
Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit
banjir, sedang dan kecil.
Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan
kecil.
Tinggi muka air pada debit banjir rencana.
Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
f. Biaya Pelaksanaan
Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu
faktor penentu pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa
alternatif lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan
pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.
d. Pintu Penguras
Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan
bendung dan kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini
disebabkan letak daripada pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan
terletak pada sebelah kiri bendung, maka penguras pun terletak pada
sebelah kiri pula. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kanan
bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kanan pula.
Sekalipun kadang-kadang pintu pengambilan ada dua buah, mungkin
saja bangunan penguras cukup satu hal ini terjadi bila salah satu pintu
pengambilan lewat tubuh bendung. Pintu penguras ini terletak antara
dinding tegak sebelah kiri atau kanan bendung dengan pilar, atau antara
pilar dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung
konstruksi apa yang dipakai. Pintu penguras ini berfungsi untuk
menguras bahan-bahan endapan yang ada pada sebelah udik pintu
tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak
tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama kurang lebih
60 menit. Bila ada benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu
penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat pintu menjadi dua
bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda hanyut
dapat lewat diatasnya.
e. Kantong Lumpur
Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi
sedimen yang lebih besar dari fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan
biasanya ditempatkan persis disebelah hilir bangunan pengambilan.
Bahan-bahan yang telah mengendap dalam kantung lumpur kemudian
dibersihkan secara berkala melalui saluran pembilas kantong lumpur
dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan endapan-endapan itu ke
sungai sebelah hilir.
f. Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan
ditambahkan ke bangunan utama, seperti :
Gorong-gorong
Gorong-gorong berupa saluran tertutup, dengan peralihan pada
bagian masuk dan keluar. Gorong-gorong akan sebanyak mungkin
mengikuti kemiringan saluran. Gorong-gorong berfungsi sebagai
saluran terbuka selama bangunan tidak tenggelam. Gorong-gorong
mengalir penuh bila lubang keluar tenggelam atau jika air di hulu
tinggi dan gorong-gorong panjang.
Talang
Talang atau flum adalah penampang saluran buatan di mana air
mengalir dengan permukaan bebas, yang dibuat melintas cekungan,
saluran, sungai, jalan atau sepanjang lereng bukit. Bangunan ini
dapat didukung dengan pilar atau kontruksi lain. Talang atau flum
dan baja dan beton dipakai untuk membawa debit kecil. Untuk
saluran-saluran yang lebih besar dipakai talang beton atau baja.
Sipon
Sipon dipakai untuk mengalirkan air lewat bawah jalan, melalui
sungai atau saluran pembuang yang dalam. Aliran dalam sipon
mengikuti prinsip aliran dalam saluran tertutup. Antara saluran dan
sipon pada pemasukan dan pengeluaran diperlukan peralihan yang
cocok.
Got Miring
Pada medan terjal di mana beda tinggi energi yang besar harus
ditanggulangi dalam jarak pendek dan saluran tersier mengikuti
kemiringan medan, akan diperlukan got miring. Got niring ini terdiri
dari bagian masuk, bagian peralihan, bagian normal dan kolam olak.
Jalan Inspeksi
Layout petak tersier juga mencakup perencanaan jalan inspeksi dan
jalan petani. Operasi dan pemeliharaan saluran dan bangunan di
dalam petak tersier membutuhkan jalan inspeksi di sepanjang
saluran irigasi sampai ke boks bagi yang terletak paling ujung/hilir.
Jembatan
Jembatan dipakai hanya apabila tinggi energi yang tersedia terbatas.
Bangunan perlengkap pada bendung untuk keperluan :
Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.
Pengoperasian pintu.
Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga
eksploitasi dan pemeliharaan.
Jembatan diatas bendung agar seluruh bagian bangunan utama mudah
dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.
Dengan :
Q = Debit banjir rencana periode ulang 100 tahunan (Q100),
diperoleh darianalisis hidrologi.--> (Q100 = 800 m3/dt)
Cd = Koefisien debit, hasil perkalian antara C1xC2xC3
Be = Lebar efektif bendung (m)
H1 = Tinggi energi di hulu pelimpah (m)
B = Lebar pelimpah, tidak termasuk pilar dan bangunan
pembilas (m)
N = Jumlah pilar
Kp = Koefisien kontraksi pilar (untuk pilar dengan penampang
bulat,
Kp = 0.01
Ka = Koefisien konstraksi abutment/dinding (ka = 0.1)
b. Menentukan Tinggi Muka Air Maksimum Pada Sungai
Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi
oleh:
Q = A.V
Penampang sungai diasumsikan berbentuk trapezium, adapun
persamaan luas penampang sungai adalah sebagai berikut :
A = (b + m.h)h
= ( b + 1.h ).h
= b h + h2
P=B+2 h . √ 1+ m2
Persamaan keliling basah tampang sungai menggunakan rumus
P=b+2 h . √ 1+12
P=b+2 h . √ 2
A bh+h 2
R= =R=
P b+2 h √ 2
V =C √ R . I
87
C=
Jb
1+
√R
87
V= √R . I
0 , 85
1+
√R
- Kemiringan dasar sungai ( I );
- Lebar dasar sungai (b);
- Debit maksimum (Qd).
Dimana :
Be = lebar mercu efektif (meter)
Bb = lebar mercu bruto (meter)
Σb = jumlah lebar pembilas
Σt = jumlah pilar-pilar pembilas
n = jumlah pilar pembilas dan pilar jembatan
kp = koefisien kontraksi pilar
ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H = tinggi energy, yaitu h + k; h = tinggi air; k = v2/2g
Harga koefisien kontraksi pilar dapat dilihat pada Standar Perencanaan
Irigasi, KP-02.
j. Perencanaan Pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk
ke saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke
dalam saluran (pintu pengambilan atau intake gate). Pada bendung
tempat pengambilan bisa terdiri dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa
juga hanya satu tergantung letak daerah yang akan dialiri. Tinggi
ambang tergantung pada material yang terbawa oleh sungai. Ambang
makin tinggi makin baik, untuk mencegah masuknya benda padat dan
kasar ke saluran, tapi tinggi ini ditentukan atau dibatasi oleh ukuran
pintu. Pada waktu banjir, pintu pengambilan cukup ditutup untuk
mencegah masuknya benda kasar ke saluran. Penutupan pintu tidak
berakibat apa apa karena saat banjir di sungai biaanya tidak lama. Maka
yang dianggap air normal pada sungai adalah setinggi mercu. Ukuran
pintu ditentukan dari segi praktis dan estetika. Lebar pintu biasanya
maksimal 2 m untuk pintu dari kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih
besar dari 2 m, harus dibuat lebih dari satu pintu dengan pilar-pilar
diantaranya.
k. Pintu Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung
(B), sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Bila banjir lewat
di atas pintu, maka tinggi pintu penguras harus setinggi mercu bendung.
Oleh karena itu, tebal pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi air
setinggi air banjir
2.15 Duiker
Plat Duicker adalah suatu konstruksi yang terdiri dari pasangan batu
dan plat beton bertulang dengan dimensi tertentu. Plat duiker bisa disebut
juga sebagai gorong-gorong karna memiliki persamaan fungsi yaitu
mengalirkan air dari saluran satu ke saluran yang lainnya, yang
membedakan hanya pada bentuk fisiknya dan bahan materialnya.
Plat duiker terdiri dari 2 bagian utama yaitu plat beton bertulang dan
pasangan batu. Pasangan batu berperan sebagai penyangga plat beton
bertulang, sedangkan plat beton bertulang berperan sebagai lintasan
kendaraan. Plat duiker banyak dijumpai pada pekerjaan jalan maupun
irigasi, mengingat biaya pengerjaannya yang relatif lebih murah
dibandingkan dengan box culvert.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
MULAI
Identifikasi Masalah
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Analisis Hidrologi
Perencanaan Ya
Konstruksi
Stabilitas
Konstruksi
Aman
Tidak
Gambar Konstruksi
SELESAI
BAB IV
4.1. Data
Pada suatu daerah pengairan yang potensional, dibutuhkan
sebuah bangunan penangkap air disungai berupa bangunan bendung tetap.
Berdasarkan keadaan fisik lapangan dan hasil analisis data
hidrologi, diperoleh data – data sebagai berikut :
2,5
( ( 275−76,3193 )
X = 1 + ( 2 , 5−1 ) ( 362,4673−76,3193 ) )
( ( 198,6807 )
X = 1 + ( 1 , 5 ) ( 286,148 ) )
X = 1 + ( ( 1 , 5 ) 0,69432 )
X = 1 + ( 1,04148 )
X = 2,04148 m
1.Data luas daerah irigasi yang dialiri pada sebelah kanan dan kiri = 3500 Ha
2.Kebutuhan air untuk tanaman padi = 0,96 ltr/dt/ha
3.Debit pengambilan = 2,240 m3/dt
Untuk mendimensi saluran ada beberapa unsur, disini dipakai Rumus Striky
q =VxA
V = K x R2/3 x I1/2
Dimana :
q = Debit saluran (m3/dt)
v = Kecepatan aliran (m/dt)
I = Kemiringan dasar saluran
R = jari-jari Hidrolis (m),
Dimana :
R = A/O
O = Keliling basah (m)
Perhitungan :
Q = 2,240 m3/dt
Berdasarkan tabel KP-02 hal 125 didapat:
m = 1,0
n = 1,0
K = 35
Menurut Lacey dalam teori and Design of Irigation Structure
kecepatan pengaliran pada suatu saluran dengan jenis arah tertentu.
V= [ ]
Q
A
Dimana :
Q = Debit rencana saluran (m3/dt)
f = Silf Fouster (untuk clay A = 0,4)
O = b + 2 .h√ 1 m2
= h (n + 2√ 1 m2
= h ( 1 +√ 1.12 ) 2
= 4h
A 2h ²
R= =
O 4h
= 1/2h
V= [ ]
Q.f ²
140
= [ ]
2,240 .0 , 4²
140
Q
V=
A
= 2,240
2h²
h ² = 8,18
h = 2,86 m
Maka :
H = 2,86 m
B = n . h = 1,0 . 2,86 = 2,86 m
A = 2h2 = 2 . (2,86)2 = 16,3592 m
R = 1/2h = 0,5 . 2,86 = 1,43 m
Rumus Manning :
V = K x R2/3 x I1/2
Q =.b.a √ 2. g . z
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
µ = Koefisien debit untuk bukaan dibawah permukaan air dengan
kehilangan energi kecil µ = 0,80
b = lebar bukaan, n
a = tinggi bukaan, m
g = percepatan gravitasi (g=9,8 m/dt)
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan (0,15 m)
Maka :
b = 0,8 a
Q = 1,2 Qp = 1,2 x 2,240 = 2,688 m3
Q
a.b =
√2 gz
2,240
a.0,8.a =
0 , 8 √2 .9 , 8.0 ,15
0,8 a2 = 1,6329 a = 1,42872
B = 0,8 a
= 0,8 x 1,42872
= 1,14297
Bp = (b + 2. 0,15)
= (1,14279+ 2. 0,15)
= 1,44279 m
ap = (a + 0,15)
= (1,42872 + 0,15)
= 1,57872 m
Jadi digunakan pintu pengambilan dengan lebar = 1,44279 m dan
tinggi = 1,57872 m, Untuk lebar pengambilan utama
Lpbl = 1/10 . 40 = 4 m s
Maka : 4 / 2 = 2 m
Vc = 1,5. C.d1/2
Dimana :
Vc = kecepatan kritis yang diperlukan untuk pembilasan (m/dt)
C = Koefisien yang tergantung dari bentuk sedimen (5,5)
d = diameter maksimum butir (0,10 m)
maka:
Vc = 1,5 . 5,5 (0,10)1/2
= 2,609 m/dt
Jadi debit yang diperlukan untuk pembilasan
Pintu terbuka penuh
V = c . √ 2 gz
Dimana :
V = kecepatan aliran (m/dt)
P = Tinggi muka air (25,55 –24,00) = 1,55 m
C = koefisien (0,75)
Z = 1/3.P = 1/3. 1,55 m = 0,516
Maka :
V = 0,75 .√ 2 .9 , 8 . 0,516 = 2,385 m/dt
Vc =V
2,609 = 2,385 m/dt
= 2540,16
Qn
Luas permukaan rata-rata (Lb) =
w
Qn = Kebutuhan pengambilan (m3/dt)
W = Kecepatan endapan partikel sedimen (m/det)
¢ partikel = 0,007 mm
Berdasarkan buku petunjuk perencanaan irigasi bagian penunjang
halaman 64 kecepatan endapan w dapat dibaca pada gambar 3.5, karena di
indonesia dipakai suhu air sebesar 200 C dengan diameter 0,07 mm,
kecepatan endap w menjadi 0,004 m/dt. Maka
Qn
Lb =
w
Lb = 0,300
0,004
= 75.0 m2
75.0
b< 8
b < 3,061
b dipakai 3,061 L > 8b
L > 8. 3,061
L > 24,49 m
Vcr = gh
z
v
I1/2 =
√g . h
0,015
I1/2 =
√ 9 ,8 . 0 , 8
= 2,8 x 10-5
P = I x L = 2,8 x 10-5 . 24,49 = 6,8 x 10-4
= 0,6m
4.10 Menentukan kolam pengendap
V = 0,399 m/dt
Q = 0,300 m3/dt
Q 0,300
A = = = 0,752 m2
v 0,399
A = (b+h).h
0,867 = (0,8 b + 0,82)
0,867−0 ,64
b = = 0,284 m
0,8
o = b + 2h √ 1+m ²
= 0,284 + 2. 0,8 √ 1+1²
= 2,55 m
A 0,867
R = = = 0,340 m
O 2 , 55
v 0,399
I1/2 = = = 9,86 . 10-2
k . R ² 35.0,340
Diketahui :
Q pengambilan = 0,300 m3/dt
bazin pasang batu = 0,46
h = 0,8 m
b = 0,284 m
Ap = h ( b + m.b)
= 0,8 ( 0,284 + 1.0,284)
= 0,454 m
Pp = b + 2h √ m ²+1²
Ap 0,454
Rp = = = 0,178
Pp 2 , 55
Qp 0,300
V = = = 0,660
Ap 0,454
V = c √R.I
I pengambilan = 0,5 [
√ v
c. R½
¿ ]¿
= 0,5 [
√ 0,399
49,254 .0 , 34
¿ ]¿
= 7,7 . 10-2
= 1,2 x 0,300
= 0,36 m3/dt
b = 0,284 m
Ap 0,360
Ap = = = 0,131
v 2 ,75
Ap 0,131
h pembilasan = = = 0,461 m
b 0,284
h kritis =
√
3 Q ² (b+2 m .h)
g (hk )
R² b
Tembok tegak = m = 0 ……….. = =
g b³
Check untuk = 1,1
√
2
1 , 1 ( 0,360 ) .0,284
3
h kritis = = 0,268 m
9 , 8(0,284 )
h kritis = 0,268 m
h pembilasan = 0,461 m
Gaya (ton)
Kode
H V
W1 5,06 5,06 1 12,801 5,192 66,467
W2 5,06 1,00 1 5,060 6,025 30,487
W3 1,87 1,5 1 -2,805 7,485 -20,995
W4 2,71 2,71 1 -3,672 0,903 -3,316
W5 2,71 2,71 1 -3,672 1,807 -6,635
14,189 -6,477 66,008
3. Akibat Gempa
Gaya gempa = gaya x Koefisien Gempa
W = 1000 kg/m3
S = 1800 kg/m
θ = 30 0
Ka = 0,333
= 3410,40 kg
Lengan = 5,192 m
Momen = Gaya horizontal x lengan
= 3410,40 x 5,192
= 17706,7968 kg/m
= 17,7068 ton/m
Ka = 0,704
σ a1 = q x ka x 2c x √ ka
= 5,05 x 0,704 – 2 x 0,03 √ 0,704
= 3,556 – 0,05
= 3,505 t/m2
σ a2 = (γsub-γw) x t x ka
= (1,599 – 1) x 3,5 x 0,704
= 1,476 t/m2
a. Gaya Vertikal
Berat sendiri = 92,376 ton
Tekanan air =-
Up Lift Vertikal = 0,053 ton
------------------ v = 92,323 ton
b. Gaya Horizontal
Tekanan Lumpur = 3,36 ton
Tekanan Air = 14,219 ton
Tekanan tanah = 19,465 ton
Up Lift Horizontal = 0,050 ton
Akibat gempa = 13,847 ton +
--------------- H = 50,846 ton
F . V 0 ,75 . 92,323
Syarat Keamanan = = 1,361 > 1,25 OK
H 50,846
2. Terhadap Geser
a. Gaya Vertikal
Berat sendiri = 92,376 ton
Tekanan air =-
Up Lift Vertikal = 0,053 ton –
------------------ v = 92,323 ton
b. Gaya Horizontal
Tekanan Lumpur = 3,36 ton
Tekanan Air = 12,751 ton
Tekanan tanah = 14,851 ton
Up Lift Horizontal = 0,037 ton
Akibat gempa = 13,847 ton +
--------------- H = 44,846 ton
F . V 0 ,75 . 92,323
Syarat Keamanan = = 1,544 > 1,25 OK
H 44,846
0,89 m
1,7 m
1. Penyelesaian mencari debit saluran primer :
= 1,11 m3/det
Hitung debit saluran Qs
Qs = A x V
= 1,67 m3/det
Diketahui :
Sehingga : Q
1 ( 2 / 3) 1/2
= A. R S
n
2/3
1,67 = 1,7.Yn + 2.(Yn)2 . 1/0.013. 1,7.Yn + 2.(Yn) . 0,0033 1/2
1,7+2.Yn 1+22
2/3
1,67 . (0,025) = 1,7.Yn + 2.(Yn)2. 1,7.Yn + 2.(Yn)
2/3
1,38 = 1,5.Yn + 2.(Yn)2. 1,5.Yn + 2.(Yn)
1,5+2.Yn 1+22
Diketahui :
Tinggi Saluran (h) = 0,90 m
Lebar Dasar Saluran (B) =1m
Tinggi Muka Air (H) = 0,90 m
Koer Kekasaran manning (n) = 0,013
Kemiringan dindig saluran (s) = 0,0033
1m
1. Penyelesaian mencari debit saluran primer :
Luas penampang basah A
A =B.H
= 1 m . 0,90 m = 0,90 m2
Keliling basah A
P =B+2H
= 1m + 2 (0,90) m = 2,8 m2
Jari-jari hidraulik R
R = A/P
= 0,90 / 2,8 = 0,322 m
normal:
Q = A. 1 R ( 2 / 3) S 1 / 2
2/3
1,2 = 1.Yn + 2.(Yn)2 . 1/0.013 . 1.Yn + 2.(Yn) . 0,0016 1/2
1 + 2.Yn 1+22
1 +2.Yn 1+22
Diketahui :
Tinggi Saluran (h) = 0,7 m
Lebar Dasar Saluran (B) = 0,85 m 0,7 m
Tinggi Muka Air (H) =
Koer Kekasaran manning (n) = 0,025
Kemiringan dindig saluran (s) = 0,009 0,85 m
Keliling Basah A
P =B+2H
= 0,85 m + 2 (0,7) m = 1,19 m2
R = A/P
= 0,595 / 1,19 = 0,5 m
Hitung Kecepatan Aliran V
Qs =A.V
= 0,595 m2 . 1,93 m2/det
= 0,31 m3/det
2. Penyelesaian mencari kedalaman normal yn dan kecepatan
normal :
Keliling basah P :
P = B+2Yn (1+m2)
= 0,85+2Yn (1+22)
Jari-jari hidraulik R :
R =A/P
= 0,85.Yn + 2.(Yn) 2
0,85+2.Yn 1+22
Hukum Kontinuitas : Q = A.v
Kecepatan aliran menurut Rumus Manning :
1 ( 2 / 3) 1/2
v = R S
n
Sehingga :
Q
1 ( 2 / 3) 1/2
= A. R S
2/3
0,31 = 0,85.Yn + 2.(Yn)2 . 1/0.025 0,85.Yn + 2.(Yn) . 0,0016 1/2
0,85 + 2.Yn 1+22
2/3
0,31 . (0,025) = 0,85.Yn + 2.(Yn)2 . 0,85.Yn + 2.(Yn)
0,0016 1/2 0,85 +2.Yn 1+22
2/3
0,27 = 0,85.Yn + 2.(Yn)2 . 0,85 .Yn + 2.(Yn)
0,85 +2.Yn 1+22
Pintu = 0,75 m
H = 0,84 m
Yn =0,4 m
B=1m
2. Pintu air pada bangunan sadap terletak di saluran tersier. Ukuran pintu
air dengan lebar saluran 0,85 m dan tinggi pintu air 0,6 m
Pintu = 0,6 m
H = 0,7 m
Yn =0,27
m
B = 0,85 m
a. Luas pintu penampang (A)
A = b.h
= 0,85 x 0,7
= 0,595
Dimana : A = Luas pintu air (m)
b = Lebar pintu air (m)
h = Tinggi pintu air (m)
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil, dalam suatu perhitungan /
perencanaan bendung tetap adalah sebagai berikut :
a. Debit banjir rencana 275 m3/dt.
b. Pola tanam yang digunakan adalah Palawija dengan luas areal daerah
irigasi sebelah kanan 2000 Ha dan sebelah kiri 1500 Ha
c. Dimensi bendung direncanakan dengan data teknis sebagai berikut :
- Tipe : Mercu Ogee
- Elevasi puncak mercu : + 25,55 m
d. Kolam Olak.
- Tipe : USBR Type III
- Jari – jari bak kolam olak : 4,09 m
e. Stabilitas konstruksi bendung ditinjau dari keadaan pada saat muka air
normal ( setinggi mercu ) dan pada saat muka air banjir.
f. Dari perhitungan diperoleh dimensi bendung adalah :
5.2 Saran
Dari hasil pembahasan yang telah di lakukan, maka saran yang dapat
untuk mengatasi masalah untuk Daerah Irigasi ini adalah sebagai berikut:
1) Supaya lancarnya penyaluran air untuk perkebunan palawija juga untuk
mensejahterakan para petani maka saluran-saluran Irigasi supaya di
tinjau kembali, terutama ketersediaan air yang melalui bangunan talang
kurang mencukupi ke seluruh kebun yang jauh dari sumber air terutama
pada musim kemarau.
2) Setelah ketersediaan air mencukupi, namun sarana dan prasarana Irigasi
semakin menurun, di harapkan adanya perbaikan atau mengganti pintu-
pintu sadap dan pintu pengurasan, supaya ketersediaan air cukup untuk
lahan yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto dan Ikhsan, Jazaul. 2006. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Pada Daerah
Irigasi Bendung Mrican. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika. Jurusan Teknik
Sipil, Unoversitas Muhammaddiyah Yogyakarta. Vol. 9, N0. 1,206:83-93.
Utomo, Koko Priyo. (2006). Studi Kebutuhan Air Untuk Tanaman Padi dan
Palawija di daerah Irigasi Pesucen Kabupaten Kebumen. Skripsi, Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Husen. 2013. Irigasi dan Bangunan Air (Bangunan-Bangunan Irigasi).
Unoversitas Halu Oleo: Kendari.
Nurrochmad, F. 2007. Analisis Kinerja Jaringa Irigasi. Jurnal Agritech, Volume
27, No.4 Desember 2007.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 1986. “Kriteria Perencanaan Bangunan
Air Dan Irigasi (KP 01- KP 06)”. Jakarta
Lutjito, M.T,. Purwantoro, D, M.Eng dan Sudiyono, A.D. 2014 “Kontrol
Ketinggian Air Diatas Mercu Bendung Kali Boyong Sebagai Peringatan
Dini Ketinggian Limpasan Banjir di Kali Code Yogyakarta”. Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Https://www.academia.edu/38013359/
LAPORAN_TUGAS_PRAKTIKUM_IRIGASI_DAN_BANGUNAN_AIR
Https://www.slideshare.net/Arizki_Hidayat/kp-02-2010-bangunan-utama