Anda di halaman 1dari 16

Home irigasi pertanian Seputar Pengertian Irigasi, Tujuan Dan Fungsinya

Seputar Pengertian Irigasi, Tujuan Dan Fungsinya


2 Comments

irigasi, pertanian

Seputar Pengertian Irigasi, Tujuan Dan Fungsinya. Sejak jaman dahulu manusia sudah memulai untuk memakai dan
mengembangkan sistem irigasi. Agar dapat mempermudah dalam pengairan lahan pertanian ataupun perkebunan. Apalagi didukung
dengan dekatnya wilayah yang kaya akan air atau daerah yang beriklim dengan curah hujan yang tinggi.

Irigasi adalah suatu sistem untuk mengairi suatu lahan dengan cara membendung sumber air. Atau dalam pengertian lain irigasi adalah
usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi
rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.

Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model
irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau
sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun, irigasi juga biasa dilakukan dengan
membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di
Indonesia biasa disebut menyiram. Dikutip dari Wikipedia.com.

Jenis jenis Irigasi

1. Irigasi Permukaan adalah pengaliran air di atas permukaan dengan ketinggian air sekitar 10 - 15 cm di atas permukaan tanah.
Irigasi permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung di sungai melalui bangunan bendung maupun
melalui bangunan pengambilan bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran sampai ke
lahan pertanian. Di sini dikenal saluran primer, sekunder, dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya
adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.

2. Irigasi Lokal adalah ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku gravitasi, di mana lahan yang tinggi
mendapat air lebih dahulu. Namun air yang disebar hanya terbatas sekali atau secara lokal.

3. Irigasi dengan Penyemprotan. adalah irigasi yang biasanya Penyemprotan dipakai penyemprot air atau sprinkle. Air yang
disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian menetes ke
akar.

4. Irigasi Tradisional dengan Ember. Di sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di samping itu juga
pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng ember.

5. Irigasi Pompa Air Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa air, kemudian dialirkan dengan berbagai cara,
misalnya dengan pipa atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.

6. Irigasi Tanah Kering dengan Terasisasi Di Afrika yang kering dipakai sistem ini, terasisasi dipakai untuk distribusi air. Ada
beberapa sistem irigasi untuk tanah kering, yaitu: irigasi tetes (drip irrigation), irigasi curah (sprinkler irrigation), irigasi
saluran terbuka (open ditch irrigation), dan irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation).

Tujuan Irigasi
Selain untuk mengairi sawah atau lahan pertanian, irigasi juga memiliki tujuan lain, yaitu :

1. Memupuk atau merabuk tanah, Air sungai juga memiliki zat zat yang baik untuk tanaman

2. Membilas air kotor, Biasanya ini didapat di perkotaan. Saluran saluran di daerah perkotaan banyak sekali terdapat kotoran
yang akan mengendap apabila dibiarkan, sehingga perlu dilakukan pembilasan.

3. Kultamase ini hanya dapat dilakukan bila air yang mengalir banyak mengandung mineral, material kasar. Karena material ini
akan mengendap bila kecepatan air tidak mencukupi untuk memindahkan material tersebut.

4. Memberantas hama, Gangguan hama pada tanaman seperti sudep, tikus, wereng dan ulat dapat diberantas dengan cara
menggenangi permukaan tanah tersebut dengan air sampai batas tertentu.

5. Mengatur suhu tanah, Mengatur suhu tanah, misalnya pada suatu daerah suhu tanah terlalu tinggi dan tidak sesuai untuk
pertumbuhan tanaman maka suhu tanah dapat disesuaikan dengan cara mengalirkan air yang bertujuan merendahkan suhu
tanah.

6. Membersihkan tanah, Membersihkan tanah, dilakukan pada tanah yang tidak subur akibat adanya unsur-unsur racun dalam
tanah. Salah satu usaha misalnya penggenangan air di sawah untuk melarutkan unsur-unsur berbahaya tersebut kemudian air
genangan dialirkan ketempat pembuangan.
7. Mempertinggi permukaan air tanah. Mempertinggi permukaan air tanah, misalnya dengan perembesan melalui dinding-
dinding saluran, permukaan air tanah dapat dipertinggi dan memungkinkan tanaman untuk mengambil air melalui akar-akar
meskipun permukaan tanah tidak dibasahi.

Fungsi Irigasi

1. Memasok kebutuhan air tanaman

2. Menjamin ketersediaan air apabila terjadi betatan

3. Menurunkan suhu tanah

4. Mengurangi kerusakan akibat frost

5. Melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah

PETAK SAWAH
Sistem irigasi terdiri dari petak sawah dan jaringan saluran air. Untuk memudahkan dalam operasional dan perawatan,
petak dan jaringan dibedakan sesuai dengan lokasi maupun fungsinya.

1. Petak Sawah
Petak sawah yang dimiliki oleh seorang petani atau lebih dengan mengambil air dari bangunan sadap yang ada di
saluran tersier (box tersier). Kumpulan dari petak kuarter adalah petak tersier. Beberapa petak tersier tergabung menjadi
satu dan dilayani oleh air dari saluran sekunder disebut petak sekunder. Saluran primer umumnya tidak melayani air pada
petak secara langsung.
Dalam perencanaan, petak dibagi-bagi sesuai lokasi dan ketinggian sedemikian rupa sehingga pelayanan air oleh
saluran dapat maksimal. Namun dalam kenyataan sering terdapat suatu luasan areal yang tidak bisa memperoleh air
padahal lokasi berdekatan dengan saluran pembawa. Hal ini mungkin terjadi karena kebetulan lokasi tersebut lebih tinggi
dari daerah sekitarnya dan perencanaan tinggi air di saluran tidak dapat mengikuti ketinggian tersebut karena kenaikan
biaya tidak sebanding dengan penambahan luas areal yang dilayani, sehingga secara ekonomi tidak fisibel. Pembagian
petak dilakukan mengikuti batasan yang ada seperti sungai, saluran drainasi, jalan, dan batasan administrasi dengan tujuan
memudahkan dalam operasi dan perawatan. Luas petak juga dibatasi agar dalam pelayanan irigasi dan pengaturan
pembagian air oleh juru pintu dapat terkontrol dengan baik. Petak tersier mengikuti kriteria sebagai berikut:
Luas petak diusahakan seragam
Luas petak tersier untuk daerah pegunungan/berbukit 50 ha, daerah dataran 50-100 ha.
Pemberian air ke suatu petak harus melalui bangunan pengatur dan pengukur debit
Batas petak harus tegas dan mengikuti batas yang sudah ada
Petak tersier harus merupakan satu kesatuan yang dalam batas administrasi desa
Air yang lebih harus dapat dibuang segera
Letak petak sebaiknya langsung setelah bangunan sadap
Setiap petak tersier harus mendapat air hanya dari satu bangunan sadap
Jarak sawah terjauh yang dilayani dari bangunan sadap maksimum 3 km
2. Peta, Skema, dan Nomenklatur Irigasi
Hasil perencanaan digambar minimal dalam bentuk peta irigasi dan skema jaringan irigasi. Peta irigasi seperti peta
topografi (mengandung nama kampung dan ketinggian) tetapi lebih ditonjolkan pada saluran, batas dan identitas petak
tersier, dan saluran drainasi dengan warna-warna tertentu untuk perbedaannya. Sedangkan skema irigasi hanya memuat
saluran, petak sawah, dan bangunan secara skematik (tidak mengikuti skala dan arah saluran yang sebenarnya) tetapi
nama saluran, dimensi dan panjang saluran, identitas dan nama bangunan, dan nama petak sangat jelas (nomenklatur).
Nomenklatur ini berlaku di seluruh Indonesia sehingga memudahkan pengertian dan pemahamannya. Peta dan skema
irigasi harus disimpan dan dipelihara dengan baik untuk kepentingan pengoperasian, perawatan, dan perbaikan. Gambar-1
memberikan ilustrasi jaringan irigasi teknis.
JARINGAN IRIGASI
1. Jaringan Saluran Irigasi
Jaringan saluran irigasi berfungsi untuk membawa air dari sumbernya (bendung, bendungan) ke petak-petak sawah
guna memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Saluran diupayakan lurus dengan dimensi dan kemiringan sedemikian rupa
sehingga memenuhi syar,t tidak terjadi endapan maupun penggerusan.
Mengingat kondisi topografi yang sering kali tidak sesuai dengan perencanaan, maka kadang diperlukan lining (pada
tanah percus atau mudah longsor), bangunan (pada persilangan jalan, sungai, selokan, lembah) maupun belokan
(menghindari kampung, kuburan, mencari kontur yang lebih sesuai). Walaupun demikian bangunan maupun belokan yang
dimaksud harus tetap dapat memenuhi syarat teknis agar tidak terjadi gerusan pada belokan dan tidak kehilangan energi
pada bangunan yang dapat mengakibatkan penurunan muka air yang cukup tinggi. Penurunan muka air ini mengakibatkan
berkurangnya luas areal yang dilayani.
Jaringan dibedakan menjadi saluran primer (saluran langsung dari sumber air), sekunder (cabang dari saluran
primer atau saluran langsung dari bendung bila debit relatif kecil), dan tersier. Saluran distribusi atau kuarter pada umumnya
dibuat oleh petani dengan petunjuk teknis dari instansi. Dalam hal tanggungjawab,saluran primer dan sekunder menjadi
tanggungjawab instansi, sedangkan saluran tersier dikelola oleh petani.

2. Perencanaan Saluran Irigasi


Penampang saluran irigasi dapat berbentuk trapesium, segi empat, tapal kuda, atau lingkaran. Bentuk saluran ini
dtentukan oleh bahan dasar dan tebing saluran. Bentuk trapesium umumnya dipakai pada saluran yang dibuat langsung
pada tanah (saluran tanpa lapisan). Bentuk segi empat, tapal kuda atau lingkaran umumnya digunakan pada saluran yang
melalui tanah batuan, pada saluran yang dilapisi pasangan batu atau beton.
Pada daerah pegunungan, saluran umumnya terpaksa dibuat curam untuk menyesuaikan dengan keadaan
lapangan. Saluran ini disebut saluran curam, yaitu saluran dengan aliran kritis atau super kritis.
Selain pertembangan tersebut diatas, dalam perencanaan saluran harus diperhitungkan biaya pelaksanaan yang
paling murah. Mengingat dalam pelaksanaan terdapat pekerjaan timbunan dan galian, maka diupayakan agar keadaannya
seimbang dan jarak angkur material galian yang akan digunakan untuk material timbunan tidak terlampau jauh.
3. Macam Saluran Irigasi
Penampang saluran irigasi dapat berbentuk trapesium, segi empat, tapal kuda atau lingkaran. Bentuk penampang ini
ditentukan oleh bahan dasar dan tebing saluran. Bentuk penampang saluran trapesium umumnya dipakai pada saluran
yang dibuat langsung pada tanah(saluran tanpa lapisan). Bentuk segi empat atau tapal kuda umumnya digunakan pada
saluran yang melalui tanah batuan, saluran yang dilapisi pasangan batu atau beton.
Saluran harus direncanakan agar memenuhi persyaratan pengaliran, yaitu aliran tidak menimbulkan gerusan dan
endapan. Rute saluran juga harus ditencanakan ekonomis, yaitu pendek dan sedapat mungkin menghindari timbunan tinggi
atau galian dalam. Pada daerah pegunungan, saluran umumnya terpaksa dibuat curam untuk menyesuaikan dengan
keadaan medan. Saluran ini umumnya disebut saluran curam (chute).
Mengingat saluran harus memiliki kemiringan untuk dapat mengalirkan air secara gravitasi, maka perlu diperhatikan
adanya kehilangan energi karena kemiringan, disamping kehilangan energi karena perubahan kecepatan. Pada daerah
belokan radius belokan saluran harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kehilangan energi yang besar
atau agar tidak mengakibatkan kerusakan pada tebing saluran.
Muka air tertinggi tidak boleh melampaui tebing saluran sehingga kerusakan saluran dapat terhindar. Jarak ini
disebut tinggi jagaan (freeboard) dan harus diperkirakan sedemikian rupa sehingga dapat menampung tambahan air akibat
hujan atau kenaikan muka air karena kesalahan dalam pengoperasian pintu air. Akibat batasan ini maka saluran memiliki
tebing dengan ketinggian teratur yang disebut tanggul.
Saluran irigasi perlu perawatan secara rutin agar fungsi dan kapasitasnya dapat dipertahankan sesuai dengan
rencana. Untuk itu perlu ada jalan inspenksi yang dapat dilalui kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat. Jalan
inspeksi ini dapat ditempatkan pada atau disamping tanggul.
a. Saluran Tanpa Lapisan
Saluran tanpa lapisan adalah saluran tanah yang tidak menggunakan perlindungan baik pada dasar maupun pada
tebing saluran. Rute saluran ini harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak terletak pada galian yang dalam. Bila
terpaksa demikian, maka tebing harus dibuat miring dan bertangga dengan lebar ber m mimimum 1.00 m. Agar aliran air
tidak merusak saluran, pada bagian saluran yang berubah arah horizontal (belok) harus memenuhi syarat radius minimum,
yang besarnya dapat dihitung dengan:
* R = (6-7) x B (1)
Atau:
* R = 15 x d (2)
Atau:
* R = 10 x b (3)
dengan:
R = jari-jari belokan minimum (m)
B = lebar muka air di saluran pada aliran debit maksimum (m)
d = tinggi air normal di saluran pada aliran debit maksimum (m)
b = lebar dasar saluran (m)
b. Saluran Dengan Lapisan
Maksud penggunaan lapisan pada saluran irigasi antara lain untuk:
* Melindungi tebing saluran dari kelongsoran
* Melindungi tebing dan dasar saluran dari gerusan air akibat terjadinya kecepatan air yang melampaui kecepatan maksimum.
* Perbaikan tanah tebing dan dasar saluran karena kondisi tanah asli yang tidak memenuhi persyaratan teknis
* Mengurangi kehilangan air di saluran karena rembesan.
Adapun macam lapisan yang digunakan dapat terbuat dari:
* Lapisan keras : beton, pasangan batu, pasangan bata merah.
* Lapisan tanah.
Jari-jari belokan pada saluran dengan lapisan dapat lebih kecil dibandingkan dengan jari-jari belokan yang
digunakan pada saluran tanpa lapisan. Jari-jari belokan minimum pada saluran dengan lapisan keras dapat digunakan 0,5
kali jari-jari belokan pada saluran tanpa lapisan.
Khusus untuk kecepatan pengaliran maksimum yang diizinkan dapat diambil lebih besar dibandingkan dengan
kecepatan pengaliran maksimum pada saluran tanpa lapisan. Persyaratan ini dapat menghasilkan dimensi saluran yang
lebih kecil. Besarnya kecepatan pengaliran maksimum untuk masing-masing jenis lapisan dapat dipakai batasan sebagai
berikut :
* Saluran dengan lapisan tanah = 0.90 m/dt
* Saluran dengan lapisan pasangan batu = 2.00 m/dt
* Saluran dengan lapisan beton = 3.00 m/dt
Adapun tebal lapisan yang digunakan pada masing-masing jenis lapisan dapat dibuat sebagai berikut:
* Lapisan tanah untuk dasar saluran min = 0.60 m
* Lapisan tanah untuk tebing saluran min.(hor) = 0.90 m
* Lapisan pasangan batu minimum = 0.30 m
* Lapisan beton minimum = 0.07 m
4. Dimensi Saluran Irigasi
Dimensi saluran dan bangunan yang direncanakan harus mampu mengalirkan debit rencana. Debit rencana
adalah jumlah air per satuan waktu yang direncanakan untuk dialirkan. Untuk mengetahui besarnya debit rencana, terlebih
dahulu perlu dihitung kebutuhan air di sawah dan kehilangan air yang mungkin terjadi.
a. Debit Rencana Saluran
1) Debit rencana untuk saluran primer, sekunder dan subsekunder
* Q=qxA (4)
* S = 11.5467 x C (Q/V)0.5 (5)
* Qr = Q + S (6)
dengan :
* q = kebutuhan air tiap satuan luas (Lt/dt/ha)
* A = Luas daerah yang diairi (ha)
* S = Kehilangan air akibat rembesan (Moritz), dalam lt/dt/km
* V = kecepatan pengaliran di saluran (m/dt)
* C = koefisien moritz, Tabel-1
* Qr = debit rencana (Lt/dt)
Tabel-1. Koefisien Moritz
Jenis Material C
Cement gravel and hand pan with sandy loam 0.34
Clay and clayey loam 0.41
Sandy loam 0.66
Volcanic ash 0.68
Volcanic ash with sand 0.98
Sand and volcanic ash or day 1.20
Sandy soil with rock 1.68
Sandy and gravelly soil 2.20
2) Debit rencana untuk saluran tersier
Qr = q x A (7)
b. Rumus Hidrolika
Rumus pengaliran yang umum dipakai dalam perhitungan dimensi saluran adalah:
Rumus Kontinuitas:
Q=AxV (8)
Rumus Manning:
* A = (b + m x d ) x d (10)

dengan:
Q = debit rencana (m3/dt)
V = kecepatan aliran (m/dt)
A = luas penampang basah (m2)
P = keliling basah (m)
R = jari-jari hidrolis (m)
b = lebar dasar saluran (m)
d = tinggi air normal di saluran (m)
m = kemiringan tebing saluran (H : V = 1 : m )
S = kemiringan dasar saluran (m/m)
n = angka kekasaran Manning, Tebal-2
Tabel-2. Koefisien Kekasaran Manning (n)
Jenis Saluran dan Material n
1 Saluran tertutup, aliran bebas
1.1 Saluran dari beton 0.011-0.014
1.2 Saluran dari pasangan bata
- dilapisi adukan semen 0.012-0.017
- dilapisi dan dilicinkan 0.01-10.015
1.3 Saluran dari pasangan olakan disemen 0.018-0.030
2 Saluran dengan lapisan
2.1 Lapisan semen permukaan rapi 0.010-0.013
2.2 Lapisan semen adukan 0.011-0.015
2.3 Lapisan plesteran 0.011-0.015
2.4 Lapisan pasangan batu seragam 0.015-0.020
2.5 Lapisan pasangan batu tak sama 0.017-0.024
2.6 Lapisan pasangan batu kosong 0.023-0.036
2.7 Lapisan pasangan bata dilicinkan 0.011-0.015
2.8 Lapisan tanah 0.022-0.025
3 Saluran Tanpa Lapisan
3.1 Saluran bersih baru diselesaikan 0.016-0.020
3.2 Saluran bersih setelah digunakan 0.018-0.025
3.3 Saluran banyak belokan 0.023-0.030
4 Saluran Alam
4.1 Bersih, lurus 0.025-0.033
4.2 Lurus, banyak batu dan tanaman kecil 0.030-0.030
4.3 Bersih berbelok-belok, banyak kedung 0.033-0.045
4.4 Berbelok-belok sedikit tanaman kecil dan batu 0.035-0.050
c. Perhitungan Dimensi Saluran

Tabel-3. Ancangan Dimensi Saluran


Q b/d V H:V F Tanggul Tanggul
0.00-0.15 1.0 0.25-0.30 1:1 0.30 1.50
0.15-0.30 1.0 0.30-0.35 1:1 0.30 1.50
0.30-0.40 1.5 0.35-0.40 1:1 0.40 1.50
0.40-0.50 1.5 0.40-0.45 1:1 0.40 1.50 5.00
0.50-0.75 2.0 0.45-0.50 1:1 0.50 1.50 5.00
0.75-1.50 2.5 0.50-0.55 1:1 0.50 1.50 5.00
1.50-3.00 2.5 0.55-0.60 1:1 0.60 1.50 5.00
3.0-04.50 3.0 0.60-0.65 1 : 1,5 0.60 2.00 5.00
4.50-6.00 3.5 0.65-0.70 1 : 1,5 0.60 2.00 5.00
6.00-7.50 4.0 0.70 1 : 1,5 0.60 2.00 5.00
7.50-9.00 4.5 0.70 1 : 1,5 0.60 2.00 5.00
d. Mencari Lebar Saluran
Diketahui:
Misal Hasil perhitungan Q = 5 m3/dt
Misal Perkiraan V dari Tabel 6.3 = 0.70 m/dt
A=V/Q, misal menghasilkan A=7.14 m2
Persamaan lain untuk A pada penampang trapesium:
A=(b+m.d)d
Perkiraan b/d dari Tabel 6.3
Misal b/d=3.5 b=3.5.d dan m=1.5
A=(3,5d+1,5d)d = 5d2
Jadi: 7.14 = 5 d2 -- d= (7,14/5)0.5 = 1,19m
Telah diasumsi b/d=3.5 b= 3.5 x 1.19 = 4.16 m dibulatkan 4.20 m
e. Mencari kemiringan saluran:
Tahap awal dalam penentuan dimensi saluran adalah menentukan besarnya kemiringan dasar saluran. Kemiringan
dasar saluran yang diambil harus sedemikian rupa, sehingga dimensi saluran yang dihasilkan sesuai dengan keadaan
lapangan. Dengan bantuan angka dalam Tabel 6.3, kemiringan dasar saluran dapat ditentukan:
- Berdasarkan Q yang direncanakan, dapat dipilih : b/d, V, dan m
- Selanjutnya dapat dihitung:
A=Q/V (12)
A = (b + m.d) x d (13)
Dengan substitusi bilangann b/d dalam persamaan 6.13 dan menyamakan persamaan 6.12 dengan persamaan
6.13, maka besarnya d dapat dicari. Berdasarkan nilai d dan perbandingan b/d yang diperoleh dari Tabel 6.3, maka nilai b
diperoleh. Agar rencana dapat dilaksanakan dengan baik, nilai b dibulatkan 1 (satu) angka di belakang koma.
Karena pembulatan ini maka nilai d yang teliti perlu dicari lagi setelah kemiringan dasar saluran ditentukan.
Dari parameter di atas dapat diketahui besarnya nilai A dan P untuk mencari R, yaitu:
A = (b + m.d) d (14)
P = b + 2 d (1 + m2)0.5 (15)
R = A/P (16)
- Berdasarkan nilai V yang diambil dari Tabel 6.3, nilai R dari persamaan 6.16, dan nilai n dari Tabel 6.2, maka besarnya S
dapat dicari, yaitu:
* S = [ ( V x n ) / ( R2/3 ) ]2 (17)
Agar kemiringan hasil perhitungan ini dapat dilaksanakan dengan baik dilapangan perlu dilakukan pembulatan.
Meskipun sudah ada pedoman, tinggi air dalam saluran dibatasi tidak lebih dari 1.50 meter. Hal ini dimaksudkan agar
keamanan bagi penduduk sekitar saluran dapat dijamin.
Lebar tanggul saluran irigasi dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dilalui orang. Selain itu, sepanjang saluran
induk dan sekunder, di mana debit pengalirannya cukup besar, diperlukan jalan inspeksi dengan perkerasan agar dapat
dilalui kendaraan roda empat. Lebar tanggul dapat dibuat berdasarkan besarnya debit seperti dalam Tabel 6.3. Saluran
subsekunder dan tersier tidak perlu jalan inspeksi.

f. Mencari tinggi air di saluran


Tinggi air saluran dapat dibedakan atas 2 (dua) macam, yaitu:
Tinggi air normal, yaitu tinggi air saluran yang diperhitungkan atas dasar 100 % Q rencana.
Tinggi air rendah, yaitu tinggi air saluran yang diperhitungkan atas dasar 70 % Q rencana
Tinggi air saluaran harus diperhitungkan pada dua keadaan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pada saat aliran
maksimal, saluran mampu mengalirkan air, dan pada saat air rendah, saluran dan bangunan-bangunan masih tetap
berfungsi dengan baik.
Untuk mengetahui tinggi air di saluran, dilakukan cara coba-coba, sebagai berikut:
A = (b +m )d
P = b + 2d (1 + m2)0.5
R = A/P
V = ( R2/3 x S1/2) / n
Q = A x ( R2/3 x S1/2) / n
A.R2/3 = ( Q x n )/ S1/2

dengan:
A = luas penampang basah
P = keliling penampang basah
R = jejari hidraulik
Q = debit air saluran
n = koefisien kekasaran Manning
S = kemiringan dasar saluran
m = kemiringan tebing/dinding saluran

g. Mencari kecepatan aliran


Dari hasil perhitungan a dan b di atas, selanjutnya dapat dihitung besarnya kecepatan aliran yang sebenarnya
terjadi di saluran sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan, yaitu:
* V = ( R2/3 x S1/2) / n
Besarnya kecepatan pengaliran (V) yang terjadi harus masih dalam batas yang diizinkan. Jika ternyata V yang
terjadi di luar dari batas yang diizinkan harus dilakukan perubahan pada variable yang lain. Perubahan dapat dilakukan
pada :
Kemiringan dasar saluran atau pada
Lebar dasar saluran.
Sistem Irigasi dan Klasifikasi Jaringan Irigasi
Diposting oleh Akhmad pada 09:55, 20-Jun-13

Di: Pertanian

Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :

a. Irigasi Sistem Gravitasi

Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama dikenal dan diterapkan dalam kegiatan usaha tani. Dalam
sistem irigasi ini, sumber air diambil dari air yang ada di permukaan burni yaitu dari sungai, waduk dan danau di
dataran tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang membutuhkan, dilakukan secara
gravitatif.

b. Irigasi Sistem Pompa

Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan,apabila pengambilan secara gravitatif ternyata tidak layak dari
segi ekonomi maupun teknik.

Cara ini membutuhkan modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar.

Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari sungai, misalnya Stasiun Pompa
Gambarsari dan Pesangrahan (sebelum ada Bendung Gerak Serayu), atau dari air tanah, seperti pompa air suplesi
di 01 simo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.

c. Irigasi Pasang-surut

Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang memanfaatkan pengempangan air
sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut. Areal yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang
mendapat pengaruh langsung dari peristiwa pasang-surut air laut. Untuk daerah Kalimantan misalnya, daerah ini
bisa mencapai panjang 30 - 50 km memanjang pantai dan 10 - 15 km masuk ke darat. Air genangan yang berupa air
tawar dari sungai akan menekan dan mencuci kandungan tanah sulfat masam dan akan dibuang pada saat air laut
surut.

Adapun klasifikasi jaringa irigasi bila ditinjau dari cara pengaturan, cara pengukuran aliran air dan fasilitasnya,
dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu :

a. Jaringan Irigasi Sederhana

Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atai diatur sehingga air lebih akan mengalir ke
saluran pembuang. Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh
karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air.

Jaringan irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki kelemahan- kelemahan serius yakni :

1. Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak
selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur.

2. Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk karena tiap desa membuat
jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri.

3. Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap/permanen, maka umumya pendek.

b. Jaringan Irigasi Semi Teknis

Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai lengkap dengan pintu pengambilan tanpa
bangunan pengukur di bagian hilirnya. Beberapa bangunan permanen biasanya juga sudah dibangun di. jaringan
saluran. Sistim pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Bangunan pengambilan dipakai untuk
melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari pada daerah layananjaringan sederhana.

c. Jaringan Irigasi Teknis

Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran irigasi/pembawa dan saluran
pembuanglpematus. Ini berarti bahwa baik saluran pembawa maupun saluran pembuang bekerja sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Saluran pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan saluran pembuang
mengalirkan kelebihan air dari sawah- sawah ke saluran pembuang.

Petak tersier menduduki fungsi sentral dalamjaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah
dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar antara 50 - 100 ha kadang-kadang sampai 150 ha.

Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung didalam suatu jaringan
saluran pembuang tersier dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan kuarter.

Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsi di atas adalah cara pembagian air yang paling efisien
dengan mempertimbangkan waktu- waktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani. Jaringan irigasi teknis
memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien.Jika
petak tersier hanya memperoleh air pada satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah
bangunan yang lebih sedikit di saluran primer, ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah.
Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak akan mempengaruhi pembagian air di jaringan
utama.

7 Jenis jenis Irigasi dan Fungsinya


Advertisement

Irigasi merupakan salah satu faktor yang amat menentukan suksesnya pertanian sebab tanpa pengairan yang cukup,
sebagian besar tanaman yang menjadi komoditas pertanian tidak akan tumbuh subur dan siap dipanen. Inilah yang
barangkali menjadi alasan mengapa dahulu, salah satu butir dalam politik etis Belanda adalah irigasi sebab Indonesia
sebagai negara agraris begitu membutuhkan irigasi yang cukup untuk menunjang pertanian.
Irigasi memegang peran sangat penting sebab tanaman yang membutuhkan pengairan cukup tidak hanya membutuhkan
supply air pada awal penanaman atau masa-masa tertentu saja, akan tetapi pada seluruh periode.

Beragamnya sistem irigasi yang dimiliki petani Indonesia merupakan suatu keniscayaan mengingat sejarah panjang irigasi
serta beragamnya model tanah yang menjadi lahan pertanian.

Secara lebih rinci, berikut adalah penjelasan dari beberapa di antara jenis jenis irigasi :

1. Irigasi Permukaan
Irigasi macam ini umumnya dianggap sebagai irigasi paling kuno di Indonesia. Tekniknya adalah dengan mengambil air
dari sumbernya, biasanya sungai, menggunakan bangunan berupa bendungan atau pengambilan bebas. Air kemudian
disalurkan ke lahan pertanian menggunakan pipa atau selang memanfaatkan daya gravitasi, sehingga tanah yang lebih
tinggi akan terlebih dahulu mendapat asupan air. Penyaluran air yang demikian terjadi secara teratur dalam jadwal dan
volume yang telah ditentukan.
2. Irigasi Bawah Permukaan
Seperti namanya, jenis irigasi ini menerapkan sistem pengairan bawah pada lapisan tanah untuk meresapkan air ke dalam
tanah di bawah daerah akar menggunakan pipa bawah tanah atau saluran terbuka. Digerakkan oleh gaya kapiler, lengas
tanah berpindah menuju daerah akar sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Dengan demikian, irigasi jenis ini
menyasar bagian akar dengan memberinya asupan nutrisi sehingga dapat disalurkan ke bagian lain tumbuhan dan dapat
memaksimalkan fungsi akar menopang tumbuhan.

3. Irigasi dengan Pancaran


Dibanding dua irigasi sebelumnya, irigasi ini terbilang lebih modern karena memang baru dikembangkan belakangan.
Caranya adalah dengan menyalurkan air dari sumbernya ke daerah sasaran menggunakan pipa. Di lahan yang menjadi
sasaran, ujung pipa disumbat menggunakan tekanan khusus dari alat pencurah sehingga muncul pancaran air layaknya
hujan yang pertama kali membasahi bagian atas tumbuhan kemudian bagian bawah dan barulah bagian di dalam tanah.

4. Irigasi Pompa Air


Irigasi ini menggunakan tenaga mesin untuk mengalirkan berbagai jenis jenis air dari sumber air, biasanya sumur, ke lahan
pertanian menggunakan pipa atau saluran. Jika sumber air yang digunakan dalam jenis ini bisa diandalkan, artinya tidak
surut pada musim kemarau, maka kebutuhan air pada musim kemarau bisa di-backup dengan jenis irigasi ini.

5. Irigasi Lokal
Irigasi lokal melakukan kerja distribusi air menggunakan pipanisasi atau pipa yang dipasang di suatu area tertentu sehingga
air hanya akan mengalir di area tersebut saja. Seperti halnya jenis irigasi permukaan, irigasi lokal menggunakan prinsip
gravitasi sehingga lahan yang lebih tinggi terlebih dahulu mendapat air.

6. Irigasi dengan Ember atau Timba


Irigasi jenis ini dilakukan dengan tenaga manusia, yakni para petani yang mengairi lahannya dengan menggunakan ember
atau timba. Mereka mengangkut air dari sumber air dengan ember atau timba kemudian menyiramnya secara manual pada
lahan pertanian yang mereka tanami. Seperti yang bisa dibayangkan, jenis ini kurang efektif karena memakan banyak
tenaga serta menghabiskan waktu yang lama. Namun demikian, jenis yang demikian masih menjadi pilihan sebagian petani
utamanya petani di pedesaan yang tidak memiliki cukup modal untuk membeli pompa air atau alat irigasi yang lebih efektif.

7. Irigasi Tetes
Jenis irigasi tetes menjalankan tugas distribusi air ke lahan pertanian menggunakan selang atau pipa yang berlubang dan
diatur dengan tekanan tertentu. Dengan pengaturan yang demikian, air akan muncul dari pipa berbentuk tetesan dan
langsung pada bagian akar tanaman. Teknik yang demikian dimaksudkan agar air langsung menuju ke akar sehingga tidak
perlu membasahi lahan dan mencegah terbuangnya air karena penguapan yang berlebih. Kelebihan irigasi jenis ini di
antaranya adalah efisiensi dan penghematan air, menghindari akibat penguapan dan inflitrasi serta sangat cocok untuk
tanaman di masa-masa awal pertumbuhannya karena dapat memaksimalkan fungsi hara bagi tanaman. Selain itu, jenis ini
juga mempercepat proses penyesuaian bibit dengan tanah sehingga dapat menyuburkan tanaman dan menunjang
keberhasilan proses penanamannya.
Sponsors Link

Fungsi Irigasi
Sementara itu di Indonesia sendiri, memiliki pembagian musim seperti musim kemarau dan musim penghujan memiliki jatah
yang sama sehingga ketika musim kemarau tiba, utamanya kemarau panjang, curah air hujan akan rendah bahkan tidak
ada sama sekali dan di sinilah irigasi memainkan peranannya. Ini juga terjadi pada pada daerah-daerah dengan resapan air
yang rendah sehingga pada musim kemarau, sangat jarang ditemukan sumber air yang dapat mencukupi kebutuhan
pertanian setempat.

Secara lebih terperinci, berikut adalah fungsi irigasi terhadap pertanian :

Sebagai simpanan supply air jika suatu saat terjadi kekeringan akibat kemarau panjang sehingga tanaman pertanian bisa
tetap ditanam dan dipanen. Irigasi di sini sekaligus juga mengatur jadwal dan porsi pembasahan tanah sehingga dalam
musim apapun, lahan pertanian bisa dialiri air dan tanaman bisa tumbuh
Memenuhi kebutuhan air pada tanaman pertanian
Mengalirkan air yang memuat zat lumpur serta zat hara penyubur tanaman untuk menyuburkan tanah yang menjadi lahan
pertanian sehingga tanah siap ditanami dan menghasilkan tumbuhan yang juga subur dan baik.
Mengalirkan air yang akan berfungsi mengendapkan kotoran atau limbah di dalam tanah ke dalam lapisan bawah (saluran
drainase) sehingga tidak mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan menghindari terjadinya erosi
tanah. Kotoran atau limbah tersebut akan mengalami proses penjernihan baik secara alamiah atau teknis.
Mengendapkan zat-zat garam dari permukaan tanah ke tanah lapisan bawah sehingga di permukaan, kadar garam akan
menurun. Menurunnya kadar garam ini adalah salah satu faktor yang mendukung suksesnya pertanian.
Menyiapkan tanah untuk mengalami proses pengolahan dengan terlebih dahulu melunakkannya. Lunaknya tanah akan
mempermudah proses pengolahan karena tanah yang keras akan sulit diolah semisal dicangkul atau dibajak.
Meninggikan tanah yang posisinya rendah. Lumpur yang terkandung dalam air irigasi dapat memungkinkan hal ini terjadi
sehingga sehingga tanah yang potensial untuk pertanian dapat digunakan lebih maksimal
Menurunkan suhu dalam tanah sehingga kondusif untuk pertanian
Mengurangi kemungkinan kerusakan tanah yang diakibatkan oleh frost

Manfaat Irigasi
Begitu banyak manfaat irigasi yang memberikan manfaat bagi kehidupan makhluk hidup yang hidup di bumi yang akan
memberikan keuntungan bagi makhluk hidup terutama pada para petani.

Berikut adalah penjelasan mengenai manfaat dari beberapa jenis jenis irigasi :

a. Manfaat irigasi permukaan


Jenis irigasi ini menyebarkan air ke permukaan tanah hingga meresap ke bagian pori-pori tanah sehingga kebutuhan nutrisi
tumbuhan dapat tercukupi. Dalam praktinya ia menggunakan susunan jaringan sehingga ada jaringan primer, sekunder dan
tersier. Saluran primer adalah saluran yang pertama kali mendapatkan air, biasanya terletak di daratah yang lebih tinggi
kemudian dialirkan ke saluran-saluran sekunder yang nantinya akan meneruskan aliran air ke saluran tersier.

Adapun jenis tumbuhan yang menggunakan sistem ini di antarnya adalah palawija karena memang membutuhkan asupan
air yang banyak. Sementara itu, keuntungan menggunakan irigasi jenis ini adalah, selain investasi dan modal yang relatif
kecil adalah kesesuaian untuk diterapkan untuk semua jenis lahan, meresapnya air hingga ke tanah bagian bawah sehingga
bisa digunakan dengan baik dan efektif serta efisensi pemakaian air yang tergolong tinggi.
Sponsors Link
b. Manfaat irigasi dengan pancaran
Selain untuk mengalirkan air, irigasi dengan pancaran juga digunakan untuk menyebarkan pupuk karena dianggap lebih
praktis, efektif dan cepat. Ia juga dipakai untuk mengurangi erosi angin dan mencegah pembekuan. Umumnya, jenis irigasi
yang satu ini cocok dipakai untuk daerah yang memiliki tanah dangkal dengan topografi yang kurang atau tidak teratur.
Daerah lain yang sangat cocok menggunakan jenis irigasi ini adalah wilayah berlereng karena dapat mengatasi masalah
erosi sehingga kesuburan tanah tidak akan terkurangi. Sedikitnya, ada dua macam irigasi jenis ini, yakni jenis dengan alat
pencurah yang tetap dan alat pencurah yang bisa dipindah-pindah. Sementara itu berdasarkan luas dan kapastias lahan
yang dialiri serta keadaan topografi, jenis ini memiliki tiga macam, yakni farm system, incomplete farm system dan field
system. Meski memiliki fungsi lain di luar irigasi, teknik semacam ini membutuhkan modal dan investasi yang cukup tinggi
sehingga masih menjadi barang mahal bagi banyak orang.

c. Manfaat irigasi tetes


Beberapa jenis irigasi yang disebutkan di atas cukup menunjukkan bahwa perbedaan lahan, jenis tanaman juga
ketersediaan modal sangat menentukan jenis irigasi apa yang akan dipilih para petani untuk mengairi lahannya. Namun
demikian, pada juga sebagian petani yang diuntungkan dengan letak lahan pertanian yang ia miliki. Ini terjadi misalnya jika
sawah yang dimiliki dekat dengan bendungan air sehingga pemilik tanah sekitar tidak perlu kewalahan dan kebingungan
menciptakan sistem irigasi untuk mengairi lahannya. Tak heran, sawah-sawah di dekat bendungan atau sumber air
biasanya tetap ditanami dalam musim apapun dan menghasilkan tanaman yang baik dan subur karena persediaan air tidak
perlu dikhawatirkan. Ini pula yang menjadi alasan mengapa lahan-lahan pertanian di sekitar bendungan atau sumber air
dijual dengan harga yang cukup tinggi. (baca : cara mencegah erosi tanah)

Untuk meng-handle perairan yang dibutuhkan lahan pertanian, sistem irigasi ternyata juga mencerminkan peradaban suatu
bangsa. Ini bisa dilihat dari catatan sejarah yang menunjukkan bahwa kebudayaan dan peradaban besar biasanya muncul
tak jauh dari sumber air yang dikelola dengan baik dan menghasilkan sistem irigasi yang baik pula.
Kreasi-kreasi yang diciptakan untuk sistem irigasi ternyata juga memiliki fungsi lain, semisal bendungan air yang memiliki
fungsi lain sebagai pembangkit listrik. Irigasi yang tertata dengan baik juga menjadi solusi atas problem kekurangan pangan
lokal yang tak jarang menimpa banyak negara.
Sistem irigasi yang diatur dan berfungsi dengan baik juga berbanding lurus dengan kesehatan masyakarat secara umum
maupun kesejahterannya.
Tanaman yang dihasilkan dari lahan subur dan bebas hama penyakit sangat penting dalam menunjang kesehatan
masyarakat dan menjauhkan mereka dari berbagai macam penyakit. Begitu juga, hasil pertanian yang berkualitas dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini bahkan juga sangat berperan dalam mendukung program daulat pangan
sehingga produksi pangan dalam negeri bisa diandalkan kualitas maupun kuantitasnya minimal untuk konsumsi sendiri
sehingga tidak perlu mengimpor bahan pangan dari negara lain

Manfaat Irigasi Untuk Pertanian Beserta Penjelasannya - Irigasi adalah sistem untuk mengairi suatu lahan dengan cara
membendung sumber air. Atau bisa juga diartikan sebagai usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air untuk menunjang
pertanian dan sejenisnya. Irigasi ini terbagi bermacam-macam bentuk meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Semuanya difungsikan untuk menunjang sistem pertanian.
Pengairan sawah dengan sistem irigasi ( foto pribadi wahyu hendro wibowo )

Sumber air irigasi berjalan lancar ( foto pribadi wahyu hendro wibowo )
Sistem irigasi melewati lahan perkebunan karet ( foto pribadi wahyu hendro wibowo )

Didunia pertanian ini tidak bisa dipungkiri bahwa fungsi dari irigasi ini sangatlah penting. Irigasi biasa dimanfaatkan oleh petani
khususnya petani pada lahan persawahan untuk mengairi dan memberikan pasokan air di lahan pertanian mereka. Sistem irigasi
ini sudah berkembang sejak dahulu, mungkin perbedaannya pada kualitas dan sistemnya. Dahulu para petani dalam mengairi
sawah mereka atau lahan pertanian mereka biasanya dengan cara membendung parit-parit lalu menyalurkan kelahan pertanian
mereka. Ada juga yang melakukan pengangkutan air menggunakan ember. Namun cara tersebut sangatlah melelahkan dan
ditambah lagi apabila musim kemarau, maka cara tersebut tidak bisa dilakukan.

Namun sekarang petani sudah tidak sulit lagi dalam mengairi lahan pertanian mereka karena sudah adanya sistem irigasi yang
akan selalu menyalurkan sumber air yang tak pernah berhenti. Sistem irigasi ini bisa dibuka tutup. Jadi kapan saja petani
membutuhkan air untuk lahan pertanian mereka, tinggal membuka saluran air tersebut. Pemerintah sudah memberikan fasilitas
irigasi dan membangun sistem irigasi untuk dimanfaatkan oleh para petani kita.

Sistem irigasi ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu :


1. Lift Irrigation ( Irigasi Pompa
), yaitu maksudnya sistem air disalurkan dari lokasi
yang rendah kelokasi yang tinggi dengan cara manual maupun mekanis. Cara manual
dilakukan dengan mengangkat air dengan menggunakan ember, namun cara ini sudah
tidak lagi digunakan karena membutuhkan tenaga ekstra. Cara mekanis yaitu dengan
menggunakan mesin yang dapat mengalirkan air, seperti mesin pemompa air.
2. Flow Irrigation ( Irigasi Aliran ), yaitu maksudnya air dialirkan secara gravitasi
dari sumber air ketempat lahan pertanian. Sistem irigasi inilah yang sekarang digunakan
oleh para petani untuk mengairi lahan pertaniannya.
Adapun Manfaat Irigasi Untuk Pertanian adalah sebagai berikut :

1. Memasok atau menyediakan air untuk lahan pertanian


Dengan adanya irigasi ini maka pasokan air untuk lahan pertanian akan terpenuhi. Petani menjadi semakin mudah dalam
mengolah lahan pertanian mereka dan tidak takut lagi kekurangan air.

2. Menjamin ketersediaan air ketika musim kemarau


Irigasi bermanfaat dalam mengairi lahan pertanian, apalagi pada musim kemarau tiba pasokan air tentu menjadi sulit dan air
tanah akan mengering. Dengan adanya irigasi ini maka ketersediaan air pada musim kemarau akan terpenuhi.

3. Melancarkan aliran air kelahan persawahan


Dengan irigasi ini aliran air kelahan persawahan akan lancar. Tidak ada lagi penghambat aliran air sehingga mempermudah
petani untuk menggarap lahan persawahan mereka.
4. Untuk membasahi tanah
Khusus untuk daerah yang memiliki curah hujan yang rendah, maka sistem irigasi ini sangat bermanfaat sekali untuk membasahi
tanah pada lahan pertanian.

Jadi pada intinya sistem irigasi ini sangat bermanfaat sekali dalam bidang pertanian. Khususnya bermanfaat bagi petani dalam
mengairi lahan pertanian mereka.
Demikianlah sedikit uraian dan penjelasan tentang Manfaat Irigasi Untuk Pertanian Beserta Penjelasannya. Semoga
bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai