Anda di halaman 1dari 78

IRIGASI I

TS 1541
I. Istilah :
1. Water resources development : pengairan
2. Irrigation : irigasi.
 Pengairan = irigasi
 Water resources development = pengembangan sumber-sumber air.

Pengair mempunyai kegiatan yang menyangkut masalah air untuk segala


kebutuhan dan aspek.

Irigasi mempunyai kegiatan yang menyangkut masalah air yang mempunyai


hubungan dalam masalah pertanian.

Jadi pengairan mempunyai ruang lingkup yang lebih luas, misal:

 Pembangkit listrik tenaga air.


 Penyediaan air bersih untuk penduduk.
 Pengaturan sungai dan mengatasi banjir dan lahan.
 Irigasi dan air minum.
 Reklamasi dan kolmatase.
 Land conversation.
 Perikanan dan pariwisata.
 Dan lain-lain.

II. Kegiatan irigasi


Irigasi mempunyai kegiatan:
 Mencari sumber air / asal air.
 Mengumpulkan / menangkap.
 Membawa air ke daerah yang akan dilayani.
 Member air ke tanaman.
 Membuang air yang sudah terpakai ke tempat lain untuk diteruskan ke
laut.

1
Dengan irigasi dilakukan untuk pencapaian beberapa maksud seperti:
1. Membasah tanah
 Ada kaitannya dengan usaha mencakupkan kebutuhan tanaman akan air.
2. Merabuk tanah
 Dalam hal ini untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan
memanfaatkan kandungan zat yang dibutuhkan oleh tanaman, yang
terdapat pada air irigasi.
3. Mengatur suhu tanah.
 Sehubungan dengan radiasi matahari yang tersimpan di tanah kering
cukup tinggi bila keadaan tanah kering atau basah tanpa penggantian air.
4. Membersihkan tanah.
 Fenomena yang ada pada daerah yang mengandung garam seperti
daerah pantai, atau daerah pasang surut.
5. Kolmatase.
 Peninggian daerah rendah dengan mengalirkan air yang mengandung
lumpur, sehingga dapat dimanfaatkan.
6. Menambah air tanah.
 Dengan ada aliran air, sebagian akan mengalami perkolasi sehingga
merupakan air tanah (soil water), yang dapat menjadi sumber air untuk
sumur dangkal bagi penduduk.
7. Perikanan.
 Penggunaan saluran sebagai kolam ikan air deras atau kolam-kolam
dipetak sawah, selama masa penggenangan.

III. Air irigasi dapat diambil dari berbagai asal yaitu:


1. Air yang mengalir pada alur.
 Saluran alam (Saluran Sedayu).
 Sungai (Brantas, Serayu).
2. Air yang tertahan pada dukungan tanah.
 Danau, Telaga (Toba, Sarangan).
 Rawa (Wonorejo, Pening).
3. Air yang keluar dari dalam tanah.
2
 Mata air (Sumber) (Surowono).
 Sumur artesis
Sumur-sumur P2 AT
 Sumur pompa

A. Air yang mengalir pada alur dan air yang tertahan pada cekungan tanah
digolongkan dalam sumber permukaan (surface source).
B. Air yang keluar dari dalam tanah digolongkan dalam sumber bawah tanah (ground
source).

Hujan tidak bisa untuk irigasi, karena tidak bisa diatur pemakaiannya baik waktu
maupun besarnya.

IV. Presipitasi dan Siklus Hidrologi.

Presipitasi (precipitation) adalah air dalam bentuk cair atau padat yang jatuh sampai ke
permukaan bumi. Terjadinya presipitasi ini selalu didahului oleh proses kondensasi atau
pembekuan uap air. Uap air yang naik ke udara mengalami proses kondensasi dan
menyatu membentuk awan hujan (rain cloud). Jika terbentuk butir-butir yang cukup
berat dan besar maka awan hujan akan turun berupa presipitasi.

Presipitasi ada beberapa bentuk:

1. Yang berbentuk air curah hujan.


2. Salju.
3. Gumpalan es.

Air hujan juga mengandung unsur-unsur yang berasal dari daerah asal awan.

Presipitasi yang sudah sampai ke bumi sebagian akan mengalir kepermukaan tanah
melalui alur pada permukaan tanah yang disebut limpasan (run off). Sebagian lagi
masuk kedalam dengan proses perkolasi atau infiltrasi, dan ada lagi sebagian yang
berubah bentuk menjadi bentuk gas atau menguap (evaporasi) naik ketas kembali.

Ketika proses presipitasi terjadi, sebagian dari butiran atau bagian dari butiran
mengalami juga proses evaporasi.

3
Limpasan/run off yang mengalir diatas permukaan tanah (disebut supface run off) ada
sebagian yang tertahan pada cekungan yang ada dipermukaan tanah (disebut air
resistensi). Yang masuk kedalam tanah akan menjadi air tanah (disebut soil water atau
ground water) melalui proses infiltrasi atau perkolasi. Run off yang melalui alur berupa
sungai akan terus ke laut. Selanjutnya dari bentuk cair yang ada di bumi ini akan terjadi
sebagian berubah ke bentuk gas dengan proses evaporasi dan proses transpirasi.

Trasnpirasi : proses perubahan air dari bentuk kelembapan tanah ke bentuk uap melalui
tumbuh-tumbuhan.

Siklus hidrologi dapat digambar.

V. Iklim di Indonesia.

Iklim : Tropis dimana tidak banyak perbedaan temperature antara musim dingin dan
musim panas, Karena letak Indonesia dibagi hampir sama oleh katulistiwa.

4
Justru karena pengaruh letak letak matahari terhadap dua Benua Asia di Utara dan
Australia di Selatan, menyebabkan Indonesia mengalami dua musim yaitu:

1. Musim hujan antara Oktober – Maret (matahari di belahan Selatan).


2. Musim kemarau antara April – September (matahari di belahan Utara)

Pada daerah tropis didapat keadaan:

 Hujan banyak (di Indonesia ± 2000 mm se tahun).


 Jarang atau boleh dikatakan tidak pernah terjadi temperatur udara yang mampu
membuat presipitasi menjadi salju atau es.
 Beda temperatur antara musim hujan dan musim kemarau tidak begitu besar.
 Punya dua musim yang berbeda jelas (hujan dan kemarau).
 Kelembaban udara tinggi.

VI. SISTEM IRIGASI

Untuk maksud-maksud irigasi baik sumber permukaan maupun sumber bawah tanah
bila mungkin dimanfaatkan sepenuhnya untuk keperluan peningkatan produksi per
hektarnya.

Ada 3 type system Irigasi yang dipergunakan untuk mengambil air dari sumber di atas
tali, yaitu :

1. System Gravitasi
2. System Pompa
3. System pasang surut

1. System Gravitasi
Air ditangkap atau diangkat dan dibawa ke lapangan atau areal yang diairi hanya
dengan cara pengaliran saja (gravitasi). Dengan cara ini biasanya pada sungai
dipasang bendung atau ambang untuk mencapai
Elevasi muka air yang diperlukan oleh daerah irigasi.

2. System Pompa :
Disini air diangkat ke elevasi yang diinginkan atau dibutuhkan dengan
menggunakan pompa air.

5
Dengan system pompa ini banyak dipergunakan sumur-sumur dalam untuk
daerah-daerah kering yang pengeborannya dilakukan oleh Dinas pengairan
melalui Proyek pengembangan Air Tanah.

3. System Pasang surut :


Daerah Irigasi atau daerah pertanian yang diairi dibasahi atau digenangi dengan
memanfaatkaan kenaikan elevasi air sungai atau saluran, selama waktu musim
dimana elevasi muka air baik, Disini bisa mempergunakan pengaruh dari pasang
surut air laut pada sungai.

VII. DAMPAK IRIGASI

Disamping faedah yang ada dengan adanya pekerjaan irigasi, terdapat juga pengaruh
jelek bila tidak betul-betul diperhatikan cara penangananya.

Akibat yang buruk yaitu :

1. Over irigasi yang dapat menyebabkan terjadinya waterlogging yaitu dimana


daerah akar menjadi asam bila drainase kurang sempurna.Bila terjadi pada
daerah pertanian dimana tidak memerlukan genangan (daerah bukan sawah),
maka daerah akar terisi air sehingga tidak terdapat udara.
2. Bila kurang perhatian akan genangan yang terjadi, akan menyebabkan daerah
yang baik bagi perkembangan nyamuk.
3. Bila pemberian air dilakukan terus sehingga penanaman terus berjalan sepanjang
tahun, dapat menyebabkan berkembangnya hama tanaman.
Untuk tanaman padi disawah hal ini perlu mendapat perhatian, agar tidak terjadi
ledakan hama, perlu diputus siklus kehidupannya. Dengan menghentikan
penanaman atau mengganti dengan jenis tanaman yang lain misal palawijo.

Keuntungan atau manfaat dari dibangunnya suatu proyek irigasi pada satu daerah
adalah :

1. Perkembangan secara umum dibeberapa sektor lainnya seperti industri,


perdagangan dan lain-lain, meningkatkan kemakmuran dan kekayaan masyarakat
di daerah.
2. Mencukupkan kebutuhan pangan bagi bangsa dan melindungi terhadap bahaya
kelaparan.
6
3. Perbaikan mutu dan hasil tanaman dari daerah pertanian serta meningkatkan nilai
(komersil tanah)
4. Suplai air untuk kebutuhan rumah tangga masyarakat didaerah proyek.
5. Penggunaan saluran bila mungkin untuk pembangkit tenaga listrik mikrohydro,
untuk kebutuhsn desa di daerah proyek.
6. Perbaikan perhubungan dari satu desa ke desa lainnya dengan menfaatkan jalan
inpeksi sepanjang saluran induk atau saluran sekunder,
7. Penghikauan dalam daerah sepanjang saluran dengan tanaman buah-buahan
menambah hasil bagi penduduk.
8. Pelayaran darat pada saluran induk yang memungkinkan bila saluran cukup lebar
dan dalam, dapat lebih meringankan beban dalam mengangkat hasil pangan.
9. Perbaikan storage air tanah (soil meter) sehinggaa dapat untuk memberi air bagi
tanaman disekitar saluran dan daerah irigasi.

VIII. FUNGSI DAN KLASIFIKASI AIR YANGA ADA DI TANAH

Fungsi air untuk tanaman yaitu:

1. Untuk pertunasan benih.


2. Untuk membentuk tubuh / sebagai bagian dari tumbuh-tumbuhan (tanaman).
3. Untuk membawa zat/bahan yang dibutuhkan untuk tumbuhnya tanaman.
4. Untuk proses reaksi kimia yang terjadi dalam tumbuh-tumbuhan pada
photosynthesis.

Dari sejumlah air yang dipakai, sebagian yang di transpirasikan ke atmosfir dalam
bentuk uap air.
Air pada tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Air hygroskopis (Hygroscopic water)
2. Air kapiler (capillary water)
3. Air gravitasi (gravitational water)
Penggolongan diatas didasarkan atas kadar air yang terkandung dalam tanah. Dapat
diartikan sebagai berikut:
 Air hygroskopis:

7
Air yang tertahan disekeliling bbutir-butir tanah karena gaya tarik molekul dan
tidak mampu bergerak baik oleh gaya kapiler maupun gaya gravitasi. Tidak bias
untuk tanaman.

 Air kapiler:
Air yang terdapat dalam ruang pori tanah yang terpegang oleh adanya
gaya/tegangan permukaan sebagai lapisan tipis yang saling berhubungan pada
butir-butir tanah. Bisa dipakai / diambil oleh tanaman untuk proses pertumbuhan.
 Air gravitasi:
Bagian dari kelebihan air yang bergerak dan mengalir kebawah dibawah pengaruh
gaya gravitasi.
Air gravitasi ini yang bergerak ke bawah menambah persediaan air tanah.

FIELD CAPACITY:
 Banyaknya air yang terdapat pada tanah setelah air gravitasi dikeluarkan
Penentuan field capacity bertujuan untuk mendapatkan banyaknya air yang ada
pada tanah yang dapat dipakai untuk tanaman.

Titik layu permanen:


 Titik layu permanen (permanent nilting point): kandungan air pada tanah yang
merupakan batas dimana tanaman tidak dapat lagi menghisapnya sampai cukup
untuk dia bisa tumbuh.
Titik layu permanen disebut juga sebagai koefisien layu.

Kelembapan tanah bermanfaat:


 Merupakan kandungan air pada tanah, yang bermanfaat untuk tumbuhnya
tanaman. Harga/besarnya sama dengan selisih antara field capacity dan titik layu
permanen.
Kandungan air pada tanah (water content) dapat dikelompokan sebagai
pemanfaatan air tanah pada tanaman.

8
1. Air yang ada dalam butir tanah atau menyatu dalam butir.
2. Air hygroskopis.
3. Air kapiler.
4. Air gravitasi.

IX. Unsur yang diperlukan oleh tanaman pangan.


Sepuluh unsur utama yang diperlukan oleh tanaman pangan adalah:
1. Oksigen
2. Carbon
3. Hydrogen
4. Hitrogen
5. Potassium
6. Phosphor
7. Calcium
8. Magnesium
9. Sulphur
10. Besi

9
 Oksigen, carbon, dan hydrogen diperoleh dari air dan udara.
 Nitrogen didapat dari udara, melalui bahan organis yang ada pada tanah atau
kegiatan bakteri tanah, pada proses pertumbuhan tanaman kacang-kacangan.
 Unsur-unsur yang lain dilarutkan dari mineral-mineral tanah dan diserap oleh
akar dari kelembapan tanah.

Unsur yang paling besar diperlukan adalah:


 Phosphor
 Potassium
 Calcium
 Magnesium

Unsur yang terkandung pada tanah irigasi dapat pula merusak tanaman bila terdapat
dala jumlah yang berlebihan.
Paling tidak, kelebihan yang dapat mengurangi hasil yang diharapkan dan menghambat
proses tumbuhnya tanaman.
Garam-garam tertentu dari empat unsur pertama yang dibutuhkan tanaman yaitu
calcium, magnesium, potassium, dan sodium. Salah satu tidak dibutuhkan untuk
pertumbuhan jika terdapat dalam jumlah yang berlebihan, karena akan merugikan
tanaman.

IX. Kualitas air irigasi


 Kualitas air irigasi tergantung campuran yang terbawa oleh air.
 Campuran yang terbawa bisa dalam bentuk:
1. Larutan (solution) biasanya yang menentukan
2. Suspense (suspension) (lumpur halus)
 Pada daerah-daerah tertentu suspense mempunyai pengaruh penting terhadap
kualitas.
 Apakah air irigasi dengan kualitas tertentu cocok untuk suatu daerah irigasi, sangat
tergantung pada kondisi lokal dari pada:
 Iklim
 Tanah
 Jenis tanaman yang tumbuh
10
 Jumlah/ tinggi air yang dipakai
 Karena suspense akan tertahan di permukaan tanah daerah irigasi, maka biasanya
akan merusak sifat phisis tanah dan menyulitkan pengolahan.
 Konsentrasi yang relative kecil dari boron cukup membahayakan pertumbuhan
tanaman.
Kelley dan brown,1928.
 Untuk air irigasi perlu pembatasan persentase:
 Boron
 Chloride
 Sulphat
 Sodium
 Zat pada terlarut

X.1. Campuran zat pada air yang biasa dipakai untuk irigasi.
Semua air yang dipakai untuk irigasi mengandung campuran baik dalam bentuk solusi
maupun suspensi. Air hujan ataupun salju yang belum mengalir, mempunyai
kandungan campuran yang dilarut di udara ketika turun. Setelah mengalir di permukaan
tanah air hujan atau salju yang mencair, menghisap / melarutkan garam dan lumpur
sepanjang alur alirannya.
 Sumber dari bawah tanah mempunyai kandungan garam lebih tinggi dari pada air
permukaan, akan tetapi kandungan lumpur (suspensi) lebih rendah.
 Debit sungai/air dipermukaan pada kondisi tinggi(besar) seperti pada musim
penghujan mempunyai konsentrasi garam yang lebih kecil daripada waktu debit
air permukaan dalam kondisis kecil. Sebaliknya pada kondisi debit yang besar,
kandungan lumpur lebih besar dibandingkan pada kondisi debit kecil (musim
kemarau).
 Bagian garam yang terkandung dalam air sungai di daerah hilir lebih besar
daripada yang dibagian hulu.
 Ada sebagian air dari bawah tanah yang mendapat garam dari sumber magma.

11
K.3 Unsur yang terdapat pada air yang dipakai untuk irigasi :

 Calsium, magnesium, sodium, kalium, aluminium, boron, fluor, besi, selenium dan
silikon kecil, kecuali dari sumber tertentu.
 Berupa asam :
Carbonat (CO₃)
Bi carbonat (UCO₃)
Chlorida (CI)
Sulpat (SO₄)
Nitrat (NO₃)
 Konsentrasi garam yang terdapat pada tanah, kadang-kadang jauh lebih besar
dibandingkan konsentrasi garam yag terdapat pada air yang dipakai untuk irigasi
(bisa mencapai 3-10 kali).

K.4 Surface run off yang berupa alran pada sungai dapat dibedakan :

1. Yang berasal dari daerah vulkanis.


Kadar K₂O – Si O₂ - P₂ O₅ agak tinggi seperti K. Progo, k. Rambut dan lain-lain.
2. Yang berasal dari daerah mergel.
Mengandung kadar sulfat dan chlorida dari unsur Mc – Na – Ca cukup tinggi. K.
Pacal – K. Calaban.
3. Dari daerah kapur.
Kaya dengan Ca CO₃ sebagai bagian utama. Jarang mengandung sulfat dan
chlorida. K. Tunjung – k. Jaringan.
4. Yang berasal dari daerah gambut.
Kaya bahan organis, mengandung banyak P₂O₅. Ca dan Mg kecil. Banyak terdapat
di kalimantan.
5. Yang berasal dari daerah lampung tuf asam.
Kadar Si O₂ dan K₂ O agak tinggi.
Contoh : K. Ciujung – K. Cipiring.

12
K.5 Beberapa hal yang mempengaruhi kualitas air irigasi :

Dengan adanya unsur-unsur yang tercampur pada air irigasi baik berupa solusi maupun
suspensi maka ada pengaruh terhadap kualitas air yang dipergunakan.

Beberapa parameter penting yang perlu diperhitungkan dalam pemakaian air untuk
irigasi adalah :

 Harga pH
 Jumlah zat padat terlarut
 Consentrasi total garam tercampur
 Prosentase sodium dan clorida

Parameter – parameter di atas perlu dilihat atau di ketahui lebih dulu pada waktu
mendapatkan sumber air untuk irigasi atau sebelum menetapkan suatu sumber air
untuk dipakai airnya sebagai air irigasi.

- Hubungan pH dan jumlah zat padat terlarut untuk penggunaan air sebagai air
irigasi didasarkan atas jumlah zat padat terlarut, sebagai batas maksimum untuk
air yang cocok untuk irigasi, disebutkan dalam tabel berikut :

No. Zat padat terlarut(ppm) Air yang cocok bila : Diragukan bila :
1. Sampai 400 Semua cocok -
2. 400 - 600 pH < 9.0 pH > 9.0
3. 600 - 800 pH < 8.5 pH > 8.5
4. 800 - 1000 pH < 8.0 pH > 8.0
5. 1000 - 1200 - dikhawatirkan
6. Di atas 1200 - tidak cocok

- Total konsentrasi garam dapat dinyatakan dengan daya hantar listrik dari pada
air (spesifik) atau disebut conduktivity. Makin tinggi harga atau nilai conduktivity,
makin kurang baik untuk irigasi.
Nilai batas conduktivity menurut US laboratory sebagai berikut :

13
Clas Conduktivity (micromos/Cm) Keterangan

C₁ Dibawah 250 Senantiasa aman

C₂ 250 – 270 Aman dalam semua


kondisi praktis
C₃ 750 – 2250 Aman hanya untuk tanah
yang rembesan baik
C₄ 2250 - 4000 Merugikan untuk irigasi

C₅ Di atas 4000 Tidak cocok untuk irigasi

- Prosentase Sodium terhadap Calcium dan Magnesium mempengaruhi kwalitas


air irigasi.
Untuk mengetahui keadaan ini dipakai suatu dasar perbandingan sebagai
berikut :

Sodium ( % ) =

Harga Sodium ( % ) < 60 berarti air cocok untuk irigasi.

Potossium dimasukkan disini karena kalau terkandung dalam prosentase lebih,


mempunyai pengaruh yang sama dengan kelebihan Sodium , terhadap tanah,
yaitu akan merusak permeability tanah.

TANAH DAN AIR IRIGASI

Tanah berasal dari batuan yang mengalami pelapukan atau proses disintegrasi secara
kimia atau mekanis.

14
Tanah merupakan tempat tumbuh dan membuat kokoh berdirinya tanaman.Disamping
itu tanah memberikan supply makanan, air dan oxygen yang di butuhkan untuk
mendukung pertumbuhan tanaman.
Tanah banyak mengandung bahan organis dari sisa-sisa tumbuh-tumbuhan dan
mahluk hidup lainya. Sekalipun misalnya ada kesamaaan kandungan bahan dan unsur
kimia antara tanah di suatu tempat dengan tanah di suatu tempat lainnya. Akan tetapi
Tidaklah atau belum tentu sama baiknya dalam menerima air irigasi untuk
tanaman,Keadaan baik atau tidaknya, masih tergantung pada sifat phisis dari pada
tanah.
Penentuan type-type tanah didasarkan atas textur tanah dengan campuran
perbandingan tertentu dari Sand – Silt dan Clay dalam diagram segitiga texture :

Type tanah :

1. Sand
2. Loamy sand
3. Sandy Loam
4. Loam
5. Sandy Clay Loam
6. Silt Loam
7. Clay Loam
8. Silty Clay Loam
9. Silt
10. Sandy Clay
11. Silty Clay
12. Clay

Tanah yang masuk dalam golongan Sand atau Sandy dikatakan ringan atau tanah
terbuka. Tanah dengan golongan Sand atau Sandy ini merupakan tanah yang relatif
kasar.

Tanah halus masuk dalam golongan Clay yang dipandang sebagai tanah rapat atau
dikatakan berat.

Golongan tanah kearah Sand ( tanah terbuka ) menyebabkan banyak rembesan


sehingga terjadi banyak kehilangan air.

15
Golongan tanah kearah Clay ( tanah rapat ) sulit terjadi perkolasi. Bila drainase kurang
memadai maka cenderung terjadi water logging. Tanah dengan golongan Loam atau
Loamy mempunyai porositas menengah. Biasanya type tanah ini lebih baik menerima
air irigasi dibandingkan dua type yang lain.

Di Indonesia air yang dipakai untuk irigasi banyak di ambil dari air yang mengalir pada
alur yang berupa sungai/kali. Sungai-sungai ini umumnya berhulu di pegunungan dan
bermuara di laut.

Sungai yang bermura pada sungai lain yang lebih besar disebut anak sungai, pada
anak sungai ini debit air belum begitu besar.

Sehubungan dengan ada tidaknya air/debit yang mengalir, maka dapat dibedakan:
1. Sungai yang mempunyai debit hanya pada waktu hujan saja. Setelah beberapa
kemudiaan alirannya tidak ada sama sekali.
Sungai/kali seperti ini tidak dapat dipakai untuk keperluan irigasi, karena yang
datang selalu berupa debit banjir.
2. Sungai yang mempunyai debit hanya pada musim penghujan saja, sedang setelah
musim kemarau, kira-kira setelah berjalan 2 bulan, tidak mempunyai debit lagi.
Sungai yang seperti ini masih dapat dipakai untuk kebutuhan irigasi. Daerah yang
mampu diairi terbatas, tidak terlalu luas.
Dan lagi lama waktu penyedian airnya terbatas. Jadi jenis tanaman yang mampu
diairi tidak keseluruhannya padi untuk tanaman kedua /padi gadu; sebagian dari
daerah irigasi ditanam palawija.
3. Sungai yang senantiasa mempunyai debit baik pada musim hujan, maupun pada
musim kemarau. Debit musim kemarau agak kecil dibandingkan dengan musim
hujan.
Sungai seperti ini yang mampu dan sangat membantu dalam mengembangkan
atau membuka dalam suatu daerah irigasi yang ada tanamannya berupa padi
untuk musim kemarau.

16
Tinjauan alirannya :
1) Q

Tidak dapat digunakan untuk air irigasi

Musim Penghujan Musim Kemarau

2) Q

Masih dapat digunakan untuk air irigasi

Musim Penghujan Musim Kemarau

3) Q

Dapat digunakan untuk air irigasi

Musim Penghujan Musim Kemarau

Sungai yang mempunyai sifat kesatu diatas biasanya pada daerah yang tidak ada atau
sedikit tumbuh-tumbuhannya, sedang tanahnya sudah menyerap air.
Alirannya yang terjadi berupa banjir tiba-tiba dan mempunyai debit besar.
Sungai dengan karakteristik yang kedua diatas, bila keadaan tananam memungkinkan,
serta ada cekungan yang cukup, dapat dibendung untuk waduk irigasi. Kelebihan air
pada musim hujan disimpan untuk dipakai pada musim kemarau, guna memenuhi
kebutuhan tanaman akan air.
Sungai dengan karakteristik yang ketiga, sekalipun ada terus air pada sepanjang tahun,
namun pada musim kemarau bisanya debitnya menjadi sangat kecil.

17
Hal ini menyebabkan “Tinggi” (elevasi) muka air pada sungai kurang, dan tidak dapat
mengalirkan air kesaluran irigasi, sehingga perlu dibuat bangunan peninggi taraf muka
air yang berupa bendung.
Akan tetapi bila “pengambilan” dibuat didaerah atas dimana daerah irigasinya terletak
pada elevasi yang jauh dibawah mungkin pula untuk mengambil secara bebas tanpa
peninggi taraf muka air

Elevasi muka air pada sungai harus cukup tinggi terhadap elevasi sawah tertinggi pada
daerah irigasi yang akan di beri air, dengan memperhitungkan kehilangan-kehilangan
tinggi akibat kemiringan saluran, pemindah aliran dari satu saluran ke saluran yang lain

18
Bila dipakai bangunan peninggi taraf muka air.

Sungai terpaksa ditangguli, agar banjir tidak


meluap kesembarang tempat

19
Biaya pembuatan bangunan peninggi taraf muka air cukup besar. Ditambah lagi
pembuatan tanggul kali yang apabila kemirigan tanah searah kali tidak terlalu besar,
tanggul akan panjang misalnya untuk daerah hilir yang landai.

Dibandingkan dengan biaya galian tanah, pembuatan tanggul dan peninggi muka air
sangat mahal.

Jadi bila memugkinkan untuk menempatkan pengambilan pada daerah jauh diatas,
yang biasanya dapat empengaruhi biaya yang harus dikeluarkan dalam pembuatan
suatu daerah irigasi.

Contoh Bentuk Daerah Irigasi :

Bangunan-bangunan pada daerah irigasi.

Untuk dapat mengeksploitasikan suatu daerah irigasi, misalnya menangkap air,


membagi air, menyalurkan, melewatkan dan mengerahui berapa banyak air yang lewat

20
penampang saluran saluran irigasi, maka pada daerah irigasi diperlukan bermacam-
macam jenis bangunan.

Adapu jenis atau macamnya adalah:

1. Bangunan penangkap air, yang ditempatkan pada sungai atau kali guna
menangkap air dari sungai dimasukkan ke saluran irigasi.

Bangunan ini kadang-kadang hanya terdiri dari baguan yang menyalurkan /


menangkap saja bila tinggi muka air cukup, yang disebut Pengambilan Bebas.
Bila tinggi muka air kurang, baru dipakai bangunan Peninggi Taraf Muka Air.
Bangunan Pengambilan Bebas dan Peninggi Taraf Muka Air.

2. Bangunan Bagi, yang ditempatkan pada saluran primer / induk.

Berfungsi membagi air kesaluran - saluran sekunder sedang selebihnya


diteruskan kesaluran primer bagian kedua.
Pada bagian arah yang menerus dipasang pintu ukir, agar dapat mengatur
elevasi muka air yang dibutuhkan.

21
3. Bangunan Bagi Sadap, yang ditempatkan pada saluran primer / induk.

Berfungsi selain membagi air kesaluran sekunder juga menyadap air untuk
saluran terrier dari saluran primer

4. Bangunan sadap, yang ditempatkan pada saluran primer atau saluran sekunder,

Berfungsi untuk menyadap air dari saluran primer atau sekunder untuk saluran
tersier

Bangunan sadap pada saluran primer hanya berupa pintu sadap saja, karena
tinggi air biasanya pada saluran primer cukup untuk disalurkan kesaluran tersier.

Bangunan sadap pada saluran sekunder, kadang – kadang harus dibuat peninggi
muka air, yaitu dengan skot balok (stop lag), karena air dapat cukup masuk
kesaluran tersier.

Bangunan sadap air, harus diberi pintu dan saluran penerus untuk melewatkan
sisa air yang tidak teralirkan kesaluran tersier.

22
5. Bangunan bantu / pertolongan / perlintasan.

Berfungsi untuk mengatasi rintangan, agar air dapat terus kebagian saluran yang
diseberang.

Rintangan ini bisa berupa jalan KA, jalan raya, jalan desa, saluran alam, kali /
sungai, bukit, jurang atau saluran irigasi lainnya.

Macam – macam bangunan yaitu :

 Talang ( Aquaduet )
 Urung –urung ( Gorong – gorong )
 Siphon
 Siphon jembatan

Ada bangunan bantu lainnya untuk mengatasi keadaan medan, misalnya


tambahan debit kemiringan medan.
 Untuk menjaga agar kapasitas saluran tidak terlampaui dipergunakan
pelimpah samping
 Untuk mengatasi kemiringan medan dapat mempergunakan :
1. Bangunan terjun / terjunan
2. Got miring / saluran peluncur

BANGUNAN PERTOLONGAN

I1 = miring medan / tanah asli


I2 = miring dasar saluran
I = penempatan bangunan terjun ( drops )

23
Bangunan terjun bermanfaat untuk mengatasi miring medan agar tidak banyak
dilakukan penimbunan. Ini dapat dicapai dengan merubah keadaan saluran dari
timbunan ke galian pada bangunan terjun.
Bisa juga pada kemiringan medan tidak begitu banyak bedanya dengan miring dasar
saluran, tidak terjadi timbunan. Jadi semuanya dalam timbunan Mungkin saja terdapat
perubahan elevasi muka saluran yang cukup besar. Untuk ini dapat dipergunakan
saluran peluncur atau got miring.
Pada got miring perlu ada kolam golak untuk mematahkan energi, sehingga kecepatan
air pada bagian bawah dapat dikembalikan seperti untuk saluran yang diatas, sesuai
dengan kecepatan air yang diperkenankan untuk suatu saluran.

24
Penampang – penampang lain dari got miring

Campuran spesi untuk pasangan :


 Dalam : 1 PC : 4 – 5 pasir
 Lepoan luar : 1 PC : 3 pasir
Got miring sangat sering dijumpai untuk daerah irigasi dipegunungan dan kadang –
kadang digabungkan dengan bangunan bagi : ( Gambar diatas ).

6. Bangunan Ukur
Bangunan ukur dibuat dengan tujuan untuk mengukur debit yang lewat pada saluran.
Yang diartikan dengan debit adalah banyaknya air yang mengalir melewati
penampang saluran dalam satuan waktu.
Kalau tiap satuan waktu (detik) lewat pada penampang saluran sebesar 180L maka
dikatan bahwa saluran tersebut mempunyai debit sebesar 180 L/dt.
Banyaknya air yang lewat penampang dalam tiap satuan waktu sama dengan
kecepatan air di kalikan luas penampang air pada saluran dengan kecepatan
tersebut.

25
Kalau luas penampang adalah A m² dan kecepatan air yang lewat tadi adalah V m/dt,
maka besarnya debit adalah :

Q = A x V m³/dt

Untuk mengukur debit yang lewat saluran dapat pula dengan menentukan kecepatan V
dengan menentukan kecepatan V dengan pelampung dan mengukur luas penampang
A.
Untuk exploitasi pekerjaan seperti ini tidak dilakukan, karena tidak praktis. Jadi disini di
pakai bangunan ukur dengan menggunakan tabel yang menunjukkan hubungan antara
tinggi air diatas mercu alat ukur, dengan debit yang dilewatinya dimana untuk tiap satu
macamukuran lebar pelimpah di pakai satu tabel.
Macam-macam bangunan ukur umum yang ada di sesuaikan dengan bentuknya yang
menghasilkan suatu debit tertentu untuk tiap ketinggian air yaitu :
1. Cipoletti

2. Thomson

3. Romijn

* Ambang dapat digerakkan

4. Vlughter

* Ambang dapat digerakkan

26
5. Drempel

* Ambang tidak dapat digerakkan

6. Pharshall

Penggunaan alat ukur/bangunan ukur mutlak diperlukan untuk mengukur besar debit
yang disadap untuk saluran tersier.

Untuk ini ditempatkan kira-kira 15 meter sebelah pintu sadap.

Pada daerah yang miring penggunaan alat ukur dapat berupa Cipoletti atau Thomson.
Tapi untuk daerah datar sebaiknya mempergunakan alat ukur ambang lebar seperti alat
ukur Romijn, alat ukur Drempel atau alat ukur Vlughter, yang tidak banyak
membutuhkan kehilangan tinggi untuk mengukur debit yang sama besarnya.

Dalam irigasi kehilangan tinggi muka air perlu dihematkan agar dapat memberikan
aliran kedaerah irigasi yang letaknya perlu ada perbedaan agar air dapat diberikan
secara gravitasi.

27
Dengan alat ukur Romijn dan Vlughter tidak hanya dapat di ukur banyaknya air yang
mengalir tiap satuan waktu, bahkan dapat diatur langsung sesuai dengan kebutuhan
berapa debit yang harus dimasukkan.

Hal ini karena alat ukur Romijn dan Vlughter berupa ambang yang dapat digerakkan
sehingga berfungsi juga sebagai pintu pengatur.

Dari apa yang diuraikan tadi diketahui bahwa air irigasi pertama diambil dari sumber
(asal) dari mana air tadi dapat diambil dengan Bangunan penangkap air, lalu
dimasukkan kesaluran induk / primer yang kemudian di bagi kesaluran-saluran
sekunder oleh Bangunan bagi atau di bagi ke saluran – saluran sekunder serta disadap
kesaluran tersier dari saluran primer / induk tadi oleh Bangunan bagi sadap.

Dan seterusnya oleh Bangunan sadap yang terletak pada saluran sekunder, air
disadap dimasukkan kesaluran tersier yang airnya akan dibagikan secara proporsional
ke petak-petak tersier yang ada dalam petak tersier tadi.

Didalam petak tersier sendiri terdapat bangunan-bangunan pembagi untuk exploitasi


yang memungkinkan pemberian air secara rational, proporsional dan kemungkinannya
untuk rotasi.

Rotasi yang dimaksud adalah penggiliran pemberian air, pada waktu air tidak cukup
untuk diberikan secara serempak. Lamanya. Lamanya penghentian pemberian air untuk
suatu petak, diatur sedemikian rupa sehingga tumbuhnya tanaman padi masih tetap
baik dan tidak sampai mengakibatkan menurunnya hasil karena hal tersebut.

NOMENKLATUR

Dengan pembagian petak sehubungan pelayanan dari suatu saluran untuk suatu petak
yang bersangkutan. Dan adanya jaringn saluran, baik yang memberi air maupun yang
membuang air, serta bangunan-bangunan exploitasi/penyelenggaraan irigasi maka
28
suatu daerh irigasi mempunyai bentuk dan susunan yang bermacam-macam, dimana
hal ini berkaitan pula dengan keadaan medan daerah irigasi tersebut.

Daerah irigasi yang luas ini mempunyai banyak selokan-selokan pembuang, bangunan-
bangunan dan batas-batas daerah untuk masing-masing petak. Jadi disini sulit untuk
membicarakan sehubungan dengan exploitasi untuk daerah irigasi tadi tentang mana-
mana bangunan dan saluran yang dimaksud dengan yang disebutkan dalam
pembicaraan.

Baik untuk kepentingan exploitasi, pembicaraan dan laporan-laporan perlu ada nama-
nama yang merupakan petunjuk yang jelas dari obyek yang dimaksud. Untuk itu
diberilah nama-nama untuk saluran, bangunan yang ada dalam suatu daerah irigasi.

Nama-nama ini harus jelas tapi singkat agar dapat ditulis dalam peta irigasi, dan lagi
dengan demikian akan mudah diingat.

Pemberian nama dengan car demikian ini dalam irigasi merupakan nomenklatur dapat
dilakukan misalnya untuk suatu petak dapat dinyatakan dengan huruf dan angka. Jadi
tidak menggunakan kata-kata yang panjang.

Huruf dan angka sebagai index sedapat mungkin :

1. Terdiri dari suatu huruf dengan angka.


2. Huruf tadi sedapatnya bisa menyatakan petak , saluran dan bangunan pada
daerah irigasi.
3. Dapat menyatakan letaknya petak dan arah saluran.
4. Dapat membedakan jenis bangunan yang ada, misalnya bangunan bagi dengan
bangunan sadap
5. Dapat membedakan jenis saluran dan funsinya. Misalnya saluran kwarter dengan
saluran tersier,saluran pembawa dengan saluran pembuang.
6. Dapat menyatakan jenis petak misalnya petak primer, sekunder dan lain-lainnya.

Untuk daerah irigasi yang mendapat airnya dengan menggunakan bangunan


penangkap air yang ditempatkan pada kali atau sungai, maka Nomenklaturnya untuk
nama bangunan penangkap air tadi dapat dikaitkan dengan nama kali atau sungai
dimana ia ditempatkan. Namun dapat pula diberi nama yang dikaitkan dengan nama
desa yang terdekat.

29
Contoh nama bangunan penangkap air yang dikaitkan dengan nama kali dimana
bangunan tadi ditempatkan yaitu Bendung Getami di kali Getami daerah Tuban.

Dengan cara ini ada kesulitannya yaitu bila adakali tadi terdapat lebih dari satu
bangunan penangkap air, sehingga sulit untuk mengerti dalam pembicaraan mana
bangunan yang dimaksud.

Jad dalam hal demikian inilah barulah memang perlu memberi nama bangunan
penangkap air, yang dikitkan dengan nam desa yang terdekat. Untuk ini biasanya nama
dalam Nomenklatur dapat disingkat atau hanya menggunakan huruf-huruf saja.

Saluran primer diberi nama tersendiri, yang dapat dikaitkan :

- Dengan nama bangunan penangkap air


- Nama daerah yang akan diberi
- Nama desa/ tempat yang akan dilalui

Contohnya :

- Saluran waduk getami (SI Gt.)


Yang dikaitkan dengan nama bangunan penangkap airnya.
- Saluran sekunder diberi nama sesuai dengan nama sesuai dengan nama desa
yang dilewati atau dapat juga dikaitkan dengan nama petak sawah yang dimiliki
oleh suatu desa yang akan diairi.
Misalnya saluran sekunder yang melewati desa wonorejo di beri nama SII.
Wonorejo (SII.W)
Karena saluran sekunder dibatasi oleh beberapa bangunan sadap, maka tiap-
tiap bagian diberi nama dengan nomenklutur : S II.W1 dan bagian kedua S II.
W2. Dan seterusnya.
- Nama bangunan-bangunan untuk bangunan bagi bangunan sadap diberi index
sesuai dengan index saluran pada bagian sebelumnya.
- Nama bangunan-bangunan yang bukan bangunan bagi dan bangunan sadap
seperti bangunan pertolongan adalah sesuai dengan nama saluran (index
saluran dimana ia ditempatkan ) dengan diberi urutan huruf, sebagai contoh :
talang yang ada pada S II w2 berturut-turut ditambah index a, b atau c yaitu S II
W2 a atau S II W2b.

30
Demikian dengan adanya nomenklutur ini dengan mudah sekarang
membicarakan tentang apa-apa obyek pembicaraan yang ada pada daerah
irigasi.

CARA PEMBERIAN AIR

Cara pemberian air untuk tanaman pertanian tergantung pada beberapa hal yaitu :

- Jenis tanaman yang diberi air.


- Keadaan medan
- Keadaan tanah
- Ada tidaknya persediaan air

Cara pemberian air yang dapat dipakai yaitu :

1. Pemberian air pada muka tanah (Surface Irigation Methode).


2. Pemberian air dari sesuatu ketinggian diatas muka tanah (Sprinkling Method).
3. Pemberian air dengan menekan atau meresapkan kedalam tanah melalui
saluran terbuka ( Infiltration Methode)
4. Pemberian air dari bawah tanah dengan menggunakan pipa-pipa (Sub Surface
Irigation Method)

I. Pemberian air pada muka tanah


Dengan cara ini dapat dibedakan :
a. Cara penggenangan maksudnya ada lapisan air yang cukup tebal pada
permukaaan tanah.
Untuk membuat adanya genangan yang dibatasi oleh tanggul / gili-gili / pematang
yang dibentuk dari tanah setempat.

31
Petak-petak lahan ini disebut sawah, dimana genangan yang ada dapat dengan
diadakan secara sengaja, dimana dilakukan dulu pengaliran dari suatu tempat ke
petak-petak tadi. Dan ini hanya mungkin bila permukaan air pada saluran lebih
tinggi letaknya dari muka tanah yang
digenangi. dalamnya genangan
untuk tanaman padi berkisar antara 5-15
cm. apabila diadakan pula usaha tumpang
sari dengan memelihara ikan pada petak-petak sawah, dalamnya genangan
biasanya diambil 20 cm.
Genangan yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan padi. Tanaman padi
dapat pula ditanam pada daerah genangan–genangan yang terjadi tidak sengaja,
misalnya pada rawa atau sisa-sisa luapan banjir dari suatu sungai yang bisa terjadi
rutin setiap tahun pada musim penghujan.
Pada cara penggenangan air secara countinue yaitu iar yang sudah terpakai harus
bisa mengalir keluar dari petak sawah, yang selanjutnya terisi dengan. air baru
yang dialirkan dari saluran irigasi atau dari petak yang ada di atasnya.Pada
penggenangan yang berupa rawa tidak dapat diadakan penggantian air.

b. Meniris yaitu pemberian air dengan aliran tipis pada permukaan tanah.
Cara ini baik untuk rumput dan tanaman sejenis jagung, gandum yang tidak banyak
memerlukan air. Pemberian air tidak seperti untuk padi yang ada genangan. Aliran
tipis ini dihentikan setelah pembasahan dirasa cukup. Karena memerlukan aliran
tipis, maka disini medan harus mempunyai kemiringan. Miring medan dapat dipakai
2,5% - 10%. Meniris ini dapat diselenggarakan dengan 2 cara:
1. Air mengalir ke satu arah (Hangbau)
2. Air mengalir pada kedua arah (Ruchenbau)

32
1. Air mengalir ke satu arah.
Air dialirkan melalui alur-alur (disebut
alur pembawa) dan dilimpahkan ke
tanah irigasi melalui sisi saluran bawah.
I1 =miring dasar saluran/
alur pemberi.
I2 = miring tanah
I1< I21 = alur pembuang
2 = alur pembawa
Hangbau dengan menggunakan air
tercampur. Yaitu air yang sudah terpakai diterima dari permukaan tanah oleh suatu
alur pembuang, lalu alur ini menyatu mengalir ke bawah dan pecah menjadi alur
pemberi kembali. Begitu selanjutnya sampai pada tempat alur pembuang yang
paling besar di bagian bawah.
I1< I2
I1= miring saluran penghubung
I2 = miring tanah

2. Air mengalir ke dua arah (Ruckenbau)


Kalau miring medan lapangan sangat kecil maka harus dirubah kemiringannya.
Disini dapat dibentuk petak-petak dengan miring kedua arah. Jadi disini miring tanah
dibentuk sedemikian rupa sehingga terjadi suatu punggung yang diberi alur yang
dapat melimpahkan air dikiri kanannya untuk tanah yang diairi. Kemiringan muka
tanah ini dibuat 2% - 5%. Lebar alur biasanya 10 – 20 cm dengan kedalaman 10 cm.
Di bagian bawah harus dibuat alur pembuang yang lebarnya 20 cm – 30 cm. Bentuk
petak atau kotak-kotak tanah dapat dibuat seperti pada gambar berikut.

33
Genangan tidak sengaja dan sengaja.

Dalam penggenangan ini ada 2 macam yaitu:

1. Genangan yang diadakan dengan sengaja, seperti yang telah diuraikan diatas.
2. Genangan tidak sengaja, yaitu genangan-genangan akibat luapan sungai dan
genangan rawa yang ada pada musim hujan, maupun kemarau.

34
II. Sprinkling method
Sprinkling yaitu pemberian air dengan meniru jatuhnya hujan. Yang paling
sederhana dari cara ini adalah menyiram dengan menggunakan gembor yang
dibuat dari kaleng silinder yang diberi leher dan mulut yang berlobang-lobang kecil-
kecil.
Air yang berupa rintik-rintik pancaran, akan keluar dari lobang-lobang ini dengan
memiringkannya pada waktu menyiram.
Cara yang lebih sempurna yaitu dengan menggunakan pipa-pipa yang dilewatkan
air dengan tekanan 4-8 atm. Pipa-pipa ini disalurkan keluar tanah dan yang diatas
diberi lobang-lobang untuk pancaran air yang keluar seperti hujan.

Kran pengatur pancaran

Untuk mendapatkan tekanan perlu ada tower/menara air yang mempunyai reservoir
pada suatu ketinggian tertentu.

Keuntungan cara ini adalah:

1. Tidak terpengaruh oleh keadaan medan. Untuk mendapatkan medan yang


bergelombang dimana tidak mungkin untuk membuat saluran. Cara ini masih
dapat dipakai.
2. Pemberian air hemat dan terkontrol, karena mudah diketahui dan terlihat bila ada
bagian-bagian yang mecet.
3. Pemberian air segera dapat dihentikan dan dimulai sesuai dengan kebutuhan.
4. Tanaman selalu bersih dan kelihatan segar karena debu-debu yang menutupi
daun segera hilang karena tercuci oleh curahan air.
5. Pipa-pipa yang tertanam harus cukup dalam agar tidak terganggu oleh
pengelolahan tanah.
35
6. Diameter yang dipergunakan 3”, 4”, dan 5”.

III. Infiltration Method.


Cara ini dengan mengalirkan air melalui saluran-saluran dan air meresap melalui
dinding saluran. Resapan air ini yang di serap oleh akar tanaman.

Cara ini dapat dilakukan untuk perkebunan tebu-jagung-gandum.


Pemberian air ini tidak terus menerus akan tetapi berkala sesuai dengan jadwal
kebutuhan.
Perlu dilihat tentang daerah akar yang harus di capai aoleh air kapiler.

IV. Sub Surface Irrigation Method.


Cara ini dengan menggunakan pipa-pipa yang dilobangi untuk lewatnya air, di
dalam tanah.
Penanaman pipa ini harus cukup dalam (dibawah daerah akar), agar lobang-
lobang pada pipa tidak tertutuppada akar tanaman yang dapat menyebabkan
tidak keluarnya air. Pada daerah irigasi, pipa-pipa di atur dan membentuk
jaringan, sehingga pembasahan tanah dapat merata.
Reservasior di tempatkan pada permukaan tanah dan tekanan diatur dengan
regulator yang dapat mengatur pancaran air.

36
Lobang-lobang pada pipa distribusi hanya separuh bagian saja, dan ditempatkan
diatas.

½D

Kejelekan cara inia ialah bila ada pipa yang buntu tidak segera diketahui, karena tidak
terlihat langsung seperti pada cara sprinkling method. Cara ini cocok untuk pemberian
air untuk tanaman yang daunnya mudah rusak karena pukulan atau impact dari pada
air.

SALURAN

Menurut fungsinya saluran irigasi dapat dibedakan :

1. Saluran pembawa yang dimulai dari bangunan penagkap air pada kali atau
intake pada bendungan, mengalirkan air untuk diberikan kepetak- petak sawah
berturut-turut sebagai saluran primer, sekunder, tersier, kwarter dan akhirnya
hanya merupakan alur-alur yang disebut saluran cacingan. Jadi dapat dipahami
bahwa pada bagian pertama saluran ini mempunyai dimensi yang besar,
kemudian terbagi-bagi kebagian bawah yang makin lama makin kecil.

2. Saluran pembuang yang dimulai dari saluran yang paling kecil menampung
langsung air yang terpakai di sawah disalurkan dan bertemu dengan yang lain,
membentuk saluran yang lebih besar lagi. Lalu bertemu lagi dengan yang lainnya
pada dan menjadi lebih besar lagi. Dan begitu lah selanjutnya sehingga menjadi
suatu saluran pembuang utama, yang meneruskan ke laut atau sungai yang
terdekat.

Jadi disini kelihatan jelas dilapangan tentang perbedaannya antara saluran pembawa
dan pembuang. Pada tiap titik pertemuan / cabang saluran pembawa dan pembawa, air
berpencar ke tiap - tiap saluran dibawahnya.

37
Sedang saluran pembuang, titik pertemuan adalah tempat mengumpulnya debit dari
masing-masing saluran diatasnya yang bertemu.

Seperti di sebutkan di atas saluran pembawa terdiri dari berurutan saluran primer,
kemudian dengan bangunan bagi dipecah menjadi saluran-saluran sekunder. Pada
saluran-saluran sekunder ini dipasang bangunan sadap ini air di sadap yang berarti
dipecah-pecah lagi lebih kecil ke saluran yang lebih kecil yaitu saluran tersier. Lalu
dengan bangunan-bangunan box tersier, Saluran tersier ini dipecah lagi menjadi lebih
kecil dan akhirnya dengan box kwarter dipecah menjadi saluran-saluran kwarter.

Jadi dengan saluran ini air dipencar atau disebarkan merata keseluruh daerah irigasi
untuk mencapai tujuan rasional. Dan agar dapat melayani pemberian air untuk daerah
irigasinya, maka saluran pembawa ini ditempatkan dibagian atas daerah irigasi.

38
Pada saluran pembuangan air mengumpul dari beberapa saluran ke satu saluran yang
lebih besar di bawah nya karena saluran pembuang harus nmenerima air yang sudah
terpakai dari daerah irigasi yang di layani nya, maka saluran ini harus di tempat kan
pada bagian yang paling rendah dari daerah irigasi yang di layaninya.

Saluran garis tinggi dan saaliran garis punggung

Dari cara mengalirnya terhnadap medan, saluran pembawa dapat di bedakan :

1. Saluran garis tinggi, yaitu yang mengalirnya dearah atau mengikuti garis tinnnggi
medan.
2. Saluran punggung yaitu yang mengalirnya pada punggung medan.
3. Saluran mengalir ke samping, yaitu menyerong daripunggung akan tetapi tidak
mengikuti garis tinggi ataupun searah.

39
Dari titik 1 - 2 - 6 = saluran garis tinggi

Dari titik 2 - 3 - 4 = saluran punggung

Dari titik 3 - 5 = saluran mengalir ke samping

Saluran primer yang datang dari bangunan penangkap air,biasanya berupa saluran
garis tinggi.

Dengan saluran garis tinggi, kemiringan saluran dapat di buat sesuai dengan
kemiringan yang di inginkan, dengan mudah karena arah garis tinggi mempunyai
kemiringan nol. Kesulitanya adalah banyak rintangan yang di jumpai misalnya adalah
alur-alur atau kali-kali kecil yang memotong garis tinggi yang terpaksa harus di lintasi
dengan bangunan pertolongan .

40
Kalau di ikuti garis tinggi nya, maka saluran akan menjadi sangat panjang.

Bangunan-bangunan untuk mengatasi rintangan perlu di buatsebagai alternatif dari


pembuatan saluranmengikuti garis tinggi yang panjang.

Pada daerah pegunungan penggunaan saluran garis tinggi merupakan satu-satu nya
pilihan untuk membawa air dari satu tempat ke tempat lain. Misal nya saluran suplisi
tahun yang menyuplai tambahan air untuk telaga ngebel (ponorogo) dan saluran
ngluwung yang menyuplai tambanan air untuk telaga pasir (magetan) .

41
Air pematusan dari daerah diatas saluran garis tinggi tidak boleh masuk dan tercampur
dengan air pada saluran irigasi. Untuk mengatasi hal ini, mengiringi saluran irigasi
dibuat saluran kecil diatasnya untuk menerima airpematusan yang terjadi pada waktu
ada hujan. Air pematusan ini banyak membawa butir-butir tanah gerusan dan kotoran-
kotoran tumbuh-tumbuhan yang ada pada daerah pematusan.

Saluran-saluran air pematusan tidak boleh terlalu panjang mengikuti saluran garis
tinggi, karena debitnya akan bertambah sampai melalui kapasitas saluran. Jadi saluran
ini di putus-putus dan dibelokkan kelereng bawah, melintasi saluran irigasi garis tinggi,
baik lewat atas maupun diterobos kan kebawah.

- penyaluran air pematusan lewat bawah saluran


irigasi garis tinggi.

-penyaluran air pematusan lewat atas saluran


irigasi garis tinggi

42
Sekalipun dibuat saluran kecil untuk mengatasi masuknya tambahan debit dari daerah
pematusan bukan berarti tidak ada lagi kemungkinan tambahan debit pada saluran
garis tinggi.Hujan yang jatuh langsung pada saluran dan rembesan yang keluar dari
dalam tanah melalui dinding salurandapat menyebabkan adanya tambahan debit yang
harus di buang hingga tidak terjadi over flow melewati tanggul.

Pertambahan debit ini dikurangi dengan pelimpah samping hingga debit saluran
kembali sebesar debit menurut kemampuannya. Pelimpah samping bertujuan agar
kelebihan debit terbuang sehingga tidak terjadi overflow melewati tanggul saluran.

Pelimpah Samping

Dengan saluran punggu ada kesulitan mengikuti miring dasar saluran yang diinginkan
sesuai rencana terhadap miring medan yang ada.

Miring dasar saluran biasanya direncanakan pada batasan ketepatan air saluran antara
batas dinding tidak tergerus dan batas tidak terjadi endapan pada saluran.

Miring dasar pada daerah batasan ini untuk saluran garis tinggi mudah di dapat karena
garis tinggi mempunyai miring 0. Tapi pada saluran punggung bias terjadi lain, yaitu
miring medan bias relative terlalu besar terhadap miring dasar yang direncanakan
menurut batasan-batasan yang diinginkan.

Jika di jumpai keadaan ini, maka perlu ada bangunan-bangunan pertolongan/bantu


untuk mengatasi miring medan, berupa bangunan terjun/terjunan atau got miring.

43
Im > Is

Im “ miring medan

Is = miring dasar saluran

Dalam pembuatannya, sambungan dengan elevasi yang di butuhkan untuk dasar


saluran dan elevasi muka tanah pada medan mana saluran akan dibuat, maka tubuh
saluran bias berupa :

a. - Dalam galian
b. – diatas timbunan

a. dalam galian

c. sebagian dalam galian dan timbunan

44
Pada tiap saluran perlu diperhatikan tentang adanya jagaan ( Free board ), agar tidak
terjadi luapan air pada tanggul karena adanya gelombang ata golakan air.

W = jagaan / waking

Bermacam-macam rumus diutarakan untuk tinggi jagaan ini, al:

Lacey : F=0,20 + 0,15 Q1/3

F = jagaan

Q = debit yang dialirkan

U.S.B.R : F =  C . D

C = constanta 0,46 – 0,76

D = dalam hydrolis

F = jagaan

Untuk pemeliharaan saluran, sebagai jalan inspeksi dapat dipakai tanggul saluran.

Perkuatan saluran :

Pada keadaan dimana tanah sebagai dinding saluran tidak cukup kuat untuk menahan
gerusan aliran air saluran, maka dinding saluran perlu diperkuat dengan suatu
perkuatan tebing, atau diberi lining. Beberapa tipe lining saluran dipakai :

Lining keras :

 Beton a. di cor setempat


b. di buat di pabrik
 Tegel bata tanah liat yang dibakar ( dibuat dengan ukuran khusus ).
 Pasangan batu
45
 Aspal beton
( bahan campuran batu ukuran agregat kasar dengan bahan pengikatnya
aspal ).

Lining tipis :

 Lapisan aspal semprotan


 Lapisan plastik dan karet
 Lapisan aspal tipis dibuat di pabrik

Lining tanpa spesi :

 Susunan batu kali


 Susunan batu bata

Untuk memperkuat lereng/tebing saluran bagian diluas penampang basah dapat


dipakai :

1. Lining tanpa spesi


2. Gebalan rumput

Bila kecepatan air tidak sampai terlalu besar untuk menggerus tebung, maka tebing
diperkuat dengan :

 Tanah yang dipadatkan

Pada pekerjaan saluran di atas tumbuhan sering dijumpai kesulitan untuk


mendapatkan tanah yang memenuhi persyaratan pemampatan yang dibutuhkan.

Untuk itu dapat dipakai :

 Soil cement lining

Yaitu dengan menambah Portland Cement 2 % - 5 % pada tanah yang dipakai


untuk tebing / lereng dalam saluran, dan dipadatkan.

Dengan demikian didapat lereng yang stabil.

46
Pada pengaliran air saluran, terjadi kehilangan-kehilangan air yaitu :

 Penguapan dari permukaan.


 Rembesan ke dalam tanah melalui dinding saluran.

Kejadian kedua yang diatas , hanya untuk saluran-saluran dengan lereng dari tanah
dan saluran dengan lining dari susunan batu tanpa spesi, sedang kejadian yang
pertama untuk semua saluran.

Akan tetapi kehilangan air melalui permukaan ini relatif kecil.

Beberapa rumus yang dipakai untuk perhitungan saluran ( selalu menganggap aliran
seragam untuk saluran irigasi ). Yaitu :

1. De Checy : V = C  R . I
V = kecepatan air rata-rata
C = koefisien kekasaran Checy
R = jari-jari hidrolis
I = kemiringan saluran ( dasar )

2. Strickler : V = k . R2/3 . I1/2


V = kecepatan rata-rata
R = jari-jari hidrolis
I = miring dasar saluran

3. Manning : V = 1/n . R2/5 . I1/2


V = kecepatan air rata-rata
N = koefisien kekasaran manning
R = jari-jari hidrolis
I = miring dasar saluran

Dapat dijabarkan bahwa harga koefisien kekasaran De Checy adalah :

C = 1/6 Hubungan antara Checy dengan Manning

n = koefisien kekasaran Manning


47
R = jari-jari hidrolis

Jari-jari hidrolis adalah perbandingan antara luas penampang basah dengan keliling
basah saluran :

R=F/O

F = luas penampang basah

O = keliling basah, sisi-sisi penampang yang terkena air

Kebutuhan Air

Satu dengan lainnya, tiap daerah irigasi mempunyai kebutuhan air yang berbeda.
Kebutuhan air suatu daerah irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Klimatologi / Iklim

Iklim memberikan ukuran tertentu terhadap beberapa hal yang mempunyai peranan
kuat terhadap kebutuhan / pemenuhan kebutuhan air suatu daerah irigasi, dimana
menyangkut hubungan penyinaran matahari, penguapan dan transpirasi, dan hujan
yang jatuh, dengan banyaknya air yang harus diberikan untuk daerah bersangkutan.
Pada daerah yang banyak hujan, maka kebutuhan air daerah irigasi akan menjadi
berkurang karena sebagian besar sudah dipenuhi oleh hujan sebagai hujan efektif yang
mampu diserap oleh tanaman.

Kalau angka penguapan sangat besar maka kebutuhan air daerah irigasi menjadi besar
pula.

Pengertian Penguapan

Penguapan adalah proses perubahan bentuk air dari cair ke bentuk gas. Penguapan
dapat terjadi dengan proses :

a. Perubahan bentuk air dari cair yang berupa kelembaban tanah, butiran di udara,
butiran yang tertinggal pada permukaan tumbuh-tumbuhan ke bentuk gas.
Proses ini disebut Evaporasi.

48
b. Perubahan bentuk air dari cair yang berupa kelembaban tanah, ke bentuk gas
melalui tumbuh-tumbuhan. Proses ini disebut Transpirasi.

Pada daerah irigasi evaporasi dan transpirasi dianggap sebagai pemakaian habis oleh
tanaman dan disebut evapotranspirasi, yang diukur sebagai Comsumtive Use ( CU ).

Kebutuhan air daerah irigasi ditentukan oleh iklim, baik CU maupun hujan.

2. Kedudukan Daerah Irigasi Terhadap Garis Lintang

Berhubung putaran bumi terhadap suatu sumbu miring, maka akan terjadi perbedaan
penyinaran matahari terhadap tempat digaris lintang yang berbeda.

Karena matahari adalah sumber dari segala energi dan Mempunyai pengaruh pada
penguapan dan transpirasi, maka kedudukan daerah irigasi terhadap Equator
mempunyai pengaruh pada pemakaian air.

3. HUJAN (PRESIPITASI)

Hujan yang turun dapat memperbesar kelembaban tanah dengan adanya kelembaban
tanah yang cukup, maka suplai air irigasi dapat dikurangi, karena sebagian sudah
dipenuhi oleh adanya kelembaban tanah yang diberikan oleh hujan.

Namun hujan tidak dapat diharapkan sebagai air irigasi, karena kebutuhan tanaman
akan air tidak tepat dengan adanya hujan yang turun. Selain dari pada itu sebagian
besar dari hujan yang jatuh ini akan menjadi aliran permukaan ( run off ) atau menjadi
suatu perkolasi dalam, hanya sebagian kecil saja dan tersedia dalam waktu yang relatif
singkat, yang dapat menjadi transpirasi tanaman.

4. TEMPERATUR

Consumptive Use tanaman pada suatu daerah dipengaruhi oleh tenperatur setempat.
Suatu jenis tanaman membutuhkan temperatur yang cocok untuk dapat tumbuh
sepanjang tahun terjadi perubahan Consumptive Use, sehubungan dengan perubahan
tempertur local.

5. UMUR TANAMAN

Umur tanaman sangat mempengaruhi pemakaian air, sehubungan pertumbuhan


transpirasi yang terjadi perubahan sesuai dengan kedudukan besar tanaman.
49
Pada suatu waktu banyak air yang dibutuhkan dapat berkurang sehubungan dengan
usaha menegakkan tanaman atau memberikan pertumbuhan pada tanaman.

6. KEMUNGKINAN PEMBERIAN AIR IRIGASI

Hal ini menyangkut masalah ada tidaknya persediaan air untuk irigasi, cukup tidaknya
air yang ada pada sumber untuk tanaman dan cukup tidaknya debit air yang ada untuk
melayani daerah pertanian yang memerlukan air, untuk mendapatkan hasil yang di
inginkan.

7. KWALITAS AIR

Kwalitas air mempunyai pengaruh pada kebutuhan air irigasi. Bisa diperlukan banyak
air untuk mengurangi kadar garam agar tanaman tumbuh baik.

8. KESUBURAN TANAH

Pemakaian pupuk dalam usaha meningkatkan kesuburan tanah, akan mengundang


bertambahnya pemakaian air.

Pertambahan pemakaian ini cukup kecil namun kadang-kadang di perhitungkan bila


menentukan Consumptive Use tanaman.

9. MUSIM TUMBUH

Perbedaan kebutuhan air yang menyolok untuk musim tumbuh pada bulan-bulan
kemarau dan bulan-bulan presipitasi.

Pada perhitungan kebutuhan air, keadaan ini sudah dicakup dalam pengaruh-pengaruh
yang lain, seperti Climatology – Presipitasi dan lama penyinaran matahari.

SATUAN KEBUTUHAN AIR

Air yang diberikan pada suatu daerah irigasi mempunyai suatu ukuran tertentu.

Untuk mengetahui besarnya pemberian dan untuk menetapkan berapa besar


kebutuhan suatu daerah irigasi akan air dipergunakan dengan suatu satuan kebutuhan
air.

Satuan yang dapat di pergunakan yaitu dengan :

50
1. Menyatakan dengan tingginya air yang dibutuhkan untuk sebidang tanah yang
ditanami tanaman selama satu periode misalnya selama satu musim tumbuh.
Satuan yang di pakai : mm, cm, inch.
Dalam perhitungan untuk memperkirakan besarnya kebutuhan air dengan
pendekatan Klimatologi, satuan ini yang dipakai sebab lebih mudah untuk
dibandingkan/diperhitungkan terhadap curah hujan (mm) dan penguapan (mm)
banyak nya air yang dipergunakan atau yang dibutuhkan untuk selama musim
tumbuh dihitung dengan mengalihkan luas daerah tanaman dengan tinggi air yang
dibutuhkan.
2. Menyatakan dengan banyaknya air yang di butuhkan untuk satu satuan luas
selama satu kali umur tanaman.
Satuan yang dipakai : m3/ha
Misal untuk padi dibutuhkan 5000 m3/ha (yang lamanya pemberian adalah satu
umur tanaman).
Dengan satuan ini mudah menentukan besarnya Volume air yang perlu disimpan
diwaduk untuk mengairi suatu lahan dengan luas tertentu.
Misalnya suatu daerah pertanian yang ditanami padi, dengan luas 400 ha.
Pada musim kemarau saluaran luas (yaitu 400 ha) di airi dari tampungan air yang
disimpan dari kelebihan air pada musim hujan.
Maka diperlukan Volume air tampungan sebesar : 5000 X 400 m3 = 2 juta m3.
3. Menyatakan dengan satuan pengaliran yaitu : satuan isi tiap satuan waktu untuk
satu satuan luas.
Satuan yang dipakai m3/dt/ha atau L/dt/ha cara ini dipakai di daerah irigasi di
Indonesia.
Sebagai contoh daerah irigasi jawa timur untuk rehabilitasi jaringan irigasi tersier
memakai kebutuhan air 1,7 L/dt/ha.
Keuntungan dari cara ini, yaitu dapat dipergunakan langsung untuk menentukan
debit air saluran yang melayani suatu daerah irigasi dengan luas tertentu.
Misalnya untuk satu petak tersier yang melayani 50 ha, maka saluran tersier yang
melayaninya mempunyai kapasitas : 1,7 X 50 L/dt.
4. Menyatakan dengan luas tanaman yang mampu diairi oleh satu satuan debit,
dengan hasil yang baik (juty of water).

51
Misalnya untuk padi mempunyai juty of water sebesar 800 ha (dengan pelayanan
1m3/dt air).
Kalau luas daerah irigasi yang dilayani 1000 ha, maka debit air yang diperlukan

X 1 m3/dt = 1,25 m3/dt. Duty Of Water didefinisikan sebagai hubungan

antara banyaknya air dan luas daerah tanaman yang diairi sampai masak.

Consumptive Use
Perubahan air dari bentuk cair kebentuk uap disebut sebagai proses Evaporasi.
Perubahan air dari bentuk kelembaban tanah ke bentuk uap melalui tumbuh-tumbuhan
disebut sebagai proses Transpirasi.
Banyaknya air yang berubah bentuk dari proses Evaporasi dan Transpirasi pada suatu
daerah irigasi/pertanian diartikan sebagai Consumptive Use (CU).
Jadi Consumptive Use adalah banyaknya air yang berubah kebentuk gas melalui
proses Evapotranspirasi (Evaporasi dan Transpirasi) selama tumbuhnya tanaman.

PENGGOLONGAN JENIS TANAMAN PENGAIRAN DI INDONESIA


1. Padi
2. Tebu gula
3. Palawija

PEMBERIAN AIR :

Padi : Penggenangan

Tebu Gula : Menekankan kedalam tanah melalui saluran terbuka.

Palawija : Menekankan kedalam tanah melalui saluran terbuka.

Tanaman lain pada musim kemarau :

- Tembakau pada daerah bekas sawah tanaman padi musim penghujan (padi
rendeng)

52
- Tanaman perkebunan, seperti kopi, coklat (didaerah pertanian didaerah bukit
pegunungan).

PERBANDINGAN PEMBERIAN AIR

Berdasarkan penelitian pada daerah irigasi pemali-comal (1927) oleh Jawatan


Pertanian dan pengairan adalah :

Padi : Tebu Gula : Palawija

4 1,5 1

Dengan pengertian bila pada daerah yang bersangkutan Palawija diberi takaran debit
air 0,3 L/dt maka :

Tebu = 1,5 X 0,3 L/dt


= 0,45 L/dt

Padi = 4 X 0,3 L/dt


= 1,2 L/dt

Penelitian ini memberi catatan bahwa angka tersebut diatas dilakukan untuk pemberian
air yang terus menerus. Pada tebu gula pemberian air hanya 9 jam yaitu mulai jam
06.00 Pagi – jam 15.00 Siang.

Pemberian air diatur sedemikian rupa sehingga ia mendapat debit air sepanjang 9 jam
itu sama dengan bila ia diberi air dengan perbandingan diatas selama 24 jam (sehari
semalam). Beberapa daerah irigasi di jawa memakai perbandingan pemberian air :

Padi : Tebu gula : Palawija

4 2 1

Dari apa yang di dapat dalam pengaturan air menurut penelitian pada daerah irigasi
pemali – comal, masing-masing jenis tanaman adalah sebagai berikut :

Misal suatu daerah irigasi seluas 800 ha terdiri dari tanaman :

- Padi 2500 ha
- Tebu gula 2000 ha

53
- Palawija 3000 ha
- Bero 500 ha

Bero = Tidak ada tanaman.

 Bila kebutuhan air cukup untuk palawija a = 0,3 L/dt/ha

Di butuhkan untuk tanaman :

- Padi = 2500 X 1,2 = 3000 L/dt


- Tebu Gula = 2000 X 0,45 = 900 L/dt
- Palawija = 3000 X 0,30 = 900 L/dt
- Bero tidak diberi air = -
Jumlah = 4800 L/dt

Bila dianggap kebocoran dan penguapan 20 % maka dibutuhkan air :

X 4800 L/dt = 6000 L/dt

= 6 m3/dt

Diatas ini merupakan pengungkapan sederhana dari kebutuhan air pada saluran induk
untuk daerah irigasi tersebut.

Perhitungan biasanya didasarkan atas kebutuhan palawija, dimana luas daerah padi
dan daerah tebu dijadikan luas palawija yang disebut luas “Palawija relative”.

Dilakukan perhitungan :
2500 ha padi = 250 x 4 = 10.000 ha. P.R.
2000 ha tebu = 2000 x 1½ = 3.000 ha. P.R.
3000 ha palawija = 3000 x 1 = 3.000 ha. P.R.
500 ha bero = -

Jumlah = 16.000 hs. P.R.


54
Perhitungan diatas cocok untuk persoalan dimana air yang tersedia disungai berkurang
sehingga perlu pengaturan.
Misal adanya air hanya 2000 L/dt (di sungai).
Air tersebut seluruhnya dimasukkan intake dan kehilangan sampai lapangan ± 20 %
sehingga lapangan mendapat suplai sebagai berikut :
Debit 2000 L/dt
20 % x hilang air 400 L/dt
Yang dapat dipakai 1600 L/dt
Maka didapat “ Pasten” palawija
P = 1600 L/dt = 0,1 L/dt/ha
16000 ha
Pengaturan adalah sebagai berikut :
- Pasten palawija = 1 x 0,1 L/dt/ha = 0,1 L/dt/ha
- Pasten padi = 4 x 0,1 = 0,4 L/dt/ha
- Pasten tebu = 1½ x 0,1 = 0,15 L/dt/ha
Pemberian air menjadi :
- Untuk padi = 2500 x 0,4 = 1000 L/dt
- Untuk tebu = 2000 x 0,15 = 300 L/dt
- Untuk palawija = 3000 x 0,1 = 300 L/dt
Jumlah = 1600 L/dt
Karena tebu hanya menerima selama 9 jam, maka untuk tebu harus diberikan :
24/9 x 300 L/dt = 800 L/dt

Ini berarti bahwa pada siang hari ada pengurang debit untuk padi dan palawija yaitu :
Yang ditetapkan :
Padi = 1000 L/dt
Palawija = 300 L/dt
P + PL = 1300 L/dt
Menjadi :
Padi + tebu + palawija = 1600 L/dt
Tebu = 800 L/dt
Padi + palawija = 800 L/dt
Jadi ada kekurangan = 1300 - 800

55
= 500 L/dt
Namun ini hanya berjalan 9 jam sehingga kekurangan ini dapat ganti selama 15 jam
pada malam hari sebanyak tambahan debit 300 L/dt dari jatah tebu gula yang tidak
diairi. Untuk petak irigasi yang mempunyai luas tidak terlalu besar dan sumber air yang
tidak terlalu besar akan mengalami kesulitan.
Sebagai contoh :
Misalnya daerah irigasi seluas 300 ha dengan tanaman :
Padi 30 ha
Palawija 150 ha
Tebu 100 ha
Bero 20 ha
Kebutuhan air :
30 ha padi = 30 x 1,2 = 36 L/dt
100 ha tebu = 100 x 0,45 = 45 L/dt
150 ha palawija = 150 x 0,30= 45 L/dt
Bero 20 ha = = ---
Jumlah = 126 L/dt
Dengan pengairan tebu 9 jam siang diperlukan pada tebu :
= 24/9 x 45 = 120 L/dt

Pada siang hari untuk padi dan palawija menjadi 126 – 120 = 6 L/dt yang mana untuk
padi 30 ha dan palawija 150 ha adalah tidak mungkin dapat mencukupi. Hal ini
disebabkan karena luas tebu gula pada daerah irigasi tersebut relatif terlalu besar. Ada
beberapa daerah yang membatasi tanaman tebu hanya 1/8 dari luas daerah irigasi,
sehingga pengaturan tidak begitu mengalami kesulitan. Akan tetapi ada beberapa
daerah irigasi yang tanaman tebu gula cukup luas terhadap daerah irigasinya, sehingga
perlu pengaturan. Pengaturan dapat dilakukan dengan merubah angka perbandingan
baru yang mana dengan angka perbandingan tersebut pemberian air masih dapat
menjamin kelangsungan hidup tanaman dengan hasil yang baik. Dinas pengairan dan
pabrik gula mengelola perkebunan tebu mengambil jalan sebagai berikut :
Yaitu angka pemakaian 24/9 dipakai untuk merubah angka perbandingan dari :

56
4 : 1½ : 1 menjadi = 4 : 2/9 x 1½ : 1
= 4 : 4 : 1
Jadi pada jam 6 sampai jam 15 sore dipakai perbandingan :
Padi : tebu : palawija
4 : 4 : 1
Setelah jam 15 sore semua air untuk padi dan palawija saja.
Perhitungan menjadi :
20 ha bero = - = --
30 ha padi = 30 x 4 = 120 ha PR
100 ha tebu = 100 x 4 = 400 ha PR
150 ha palawija = 150 x 1 = 150 ha PR
JUMLAH = 670 ha PR untuk jam 06.00 – 15.00

Adanya air hanya 126 L/dt, maka didapat :


- Pasten palawija = 126/670 = 0,19 L/dt/ha
- Pasten padi = 4 x 0,19 = 0,76 L/dt/ha
- Pasten tebu = 4 x 0,19 = 0,76 L/dt/ha
Memang pasten padi sangat kecil, tapi ini tidak dirugikan karena setelah jam 15 sore
akan diganti dengan yang dipakai oleh tebu.
Pembagian air menjadi :
30 ha padi = 30 x 0,76 = 22,8 L/dt
100 ha tebu = 100 x 0,76 = 76 L/dt
150 ha palawija = 150 x 0,19 = 28,5 L/dt

57
Bero = --
± 127 L/dt = 126 L/dt
Jadi pemberian air dapat dilakukan tanpa giliran siang-malam.
Bila pemberian pada suatu petak tersier, maka pada tiap pintu sadap dicantumkan
keterangan tentang pembagian air dengan memasang papan keterangan yang
memuat:
- Nama petak (tertiair Vak)
- Luas petak
- Nama dan luas masing-masing tanaman dalam petak dan apa yang sedang dikerjakan
dalam petak tersebut.
- Pasten dari masing-masing tanaman atau pasten palawija dengan disertai angka
perbandingan pemberian air yang dipakai untuk masing-masing tanaman.
- Debit air yang diberikan ke saluran.
Maksud dari papan pengumuman ini untuk memberi penjelasan baik untuk umum
maupun untuk exploitasi bagi petugas lapangan.
- Karena kekurangan air tadi untuk pemakaian pemberi an secara terus menerus dapat
dilakukan pemecahan dengan cara bergiliran.

Giliran tanam:
1. Giliran bebas
2. Giliran jam-jaman
3. Giliran dalam petak
4. Giliran antar petak
5. Giliran siang-malam

I. Giliran bebas
Ini merupakan suatu kenyataan yang terjadi pada suatu daerah irigasi yang luas
dimana pada musim penghujan (awal musim) petani tidak siap serempak menanam
padi, disebabkan beberapa hal antara lain :
o Kurang tenaga kerja
o Ternak
o Biaya pengadaan

58
Ini merupakan suatu yang berlaku seperti ada keadaan giliran yang diatur, akan tetapi
selalu berubah setiap tahun tanam.
Adanya keadaan ini dapat menguntungkan kemampuan jumlah air yang tersedia
melayani luas daerah yang sudah memerlukan air.
Dengan demikian untuk daerah yang luas tidak perlu membuat saluran dengan
kemampuan yang mampu mengairi-mengairi seluruh daerah secara serempak.
Bila pada suatu keadaan dimana tersedia persediaan debit tidak mencukupi, maka
dapat dilakukan rehabilitasi jaringan, irigasi didalam petak tersier dan kemudian
dilakukan giliran jam-jaman. Dengan catatan lamanya pemberian air dihitung
proporsional terhadap luas masing-masing petak yang diairi.
II. Giliran jam-jaman
Giliran jam-jaman ini dapat dilakukan dalam suatu daerah irigasi. Sekarang dipakai
pada petak-petak subtersier didalam satu petak tersier. Misalnya satu petak tersier
dibagi menjadi 2 subtersier, maka pada keadaan dimana air sudah tidak cukup untuk
mengairi kedua petak subtersier tadi secara bersamaan, dilakukan pemberian secara
bergiliran yaiut pertama diberikan selama beberapa jam kepada petak subtersier
pertama. Lalu setelah cukup sesuai dengan waktu yang dijadwalkan, diberikan kepada
petak subtersier yang kedua.
III. Giliran dalam Petak

Pada suatu daerah teririgasi yang terdiri dari beberapa petak tersier, dibuat golongan –
golongan untuk giliran mendapatkan air.
Lamanya tiap golongan mendapat air dihitung dalam mingguan. Misal daerah irigasi
seluas 500 ha terdiri dari petak – petak :
- Petak Tersier A = 70 ha
- Petak Tersier B = 120 ha
- Petak Tersier C = 100 ha
- Petak Tersier D = 110 ha
- Petak Tersier E = 100 ha

Daerah irigasi ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu golongan I yang diambil dari :

- Petak A seluas 30 ha sebagai A1


- Petak B seluas 60 ha sebagai B1

59
- Petak C seluas 60 ha sebagai C1
- Petak D seluas 55 ha sebagai D1
- Petak E seluas 50 ha sebagai E1

Jadi luas golongan I = 255 ha

Sehingga golongan II adalah seluas 245 ha yang terdiri dari :

- Sisa petak A seluas 40 ha sebagai A2


- Sisa petak B seluas 60 ha sebagai B2
- Sisa petak C seluas 40 ha sebagai C2
- Sisa petak D seluas 55 ha sebagai D2
- Sisa petak E seluas 50 ha sebagai E2

Lalu dilakukan pemberian air untuk masing – masing golongan berbeda dalam minggu.

Jumlah air yang harus diberikan kepada daerah irigasi sama dengan jumlah kebutuhan
kedua gologan.

IV. Giliran Antar Petak

Disini beberapa petak (secara keseluruhan) dimasukkan dalam satu golongan, dimana
tiap golongan secara berturutan mendapat air :

Misal suatu daerah irigasi terdiri dari :

- Petak Tersier A = 70 ha
- Petak Tersier B = 120 ha
- Petak Tersier C = 100 ha
- Petak Tersier D = 110 ha
- Petak Tersier E = 100 ha

Golongan dibuat sebagai berikut :

Golongan A terdiri dari :

Petak A = 70 ha

60
Petak B = 120 ha

Petak C = 100 ha +

290 ha

Golongan B terdiri dari :

Petak D = 110 ha

Petak E = 100 ha +

210 ha

Tiap golongan diatur pemberian airnya berbeda 1 minggu atau 2 minggu.

Kalau pada daerah irigasi tersebut berlaku pemberian air sebagai berikut:

2 minggu pembibitan 0,35 l/dt/ha

4 minggu pengolahan tanah 1,20 l/dt/ha

6 minggu tanaman 0,95 l/dt/ha

4 minggu berbuah 0,70 l/dt/ha

2 minggu masak 0,25 l/dt/ha

Didapat kebutuhan air untuk daerah irigasi (periode 1 minggu) :

Dihitung untuk golongan I = 290 ha

Dihitung untuk golongan II = 210 ha +


500 ha
Disusun sebagai berikut :

Golongan Jumlah
Minggu
I (l/dt) II (l/dt) (l/dt)
1 101,5 - 101,5
2 101,5 - 101,5
3 348 73,5 421,5
4 348 73,5 421,5
61
5 348 252 600
6 348 252 600
7 275,5 252 527,5
8 275,5 252 527,5
9 275,5 199,5 475
10 275,5 199,5 475
11 275,5 199,5 475
12 275,5 199,5 475
13 203 199,5 402,5
14 203 199,5 402,5
15 203 147 350
16 203 147 350
17 72,5 147 219,5
18 72,5 147 219,5
19 - 52,5 52,5
20 - 52,5 52,5
Keadaan paling maksimum menyiapkan debit pada intake 600 l/dt

Untuk daerah irigasi yang luas dapat dilakukan penggiliran dengan banyak golongan.
Misal dibuat 7 atau 8 golongan, bahkan sampai 10 golongan dengan giliran berubah
dalam 1 minggu.

Dalam operasional giliran antar petak lebih mudah dibandingkan golongan dalam petak,
karena yang diatur cukup pada pintu sadap saja karena dalam satu petak tersier
penanaman serentak.

V. Giliran Siang Malam

Giliran siang malam biasanya pada daerah irigasi yang tanaman tebunya relative luas
terhadap luas tanaman lainnya, karena debit yang tersedia tidak cukup untuk member
secara serentak (bersamaan) untuk seluruh luas daerah.

Jadi digilir tebu mendapat bagian siang mulai jam 06.00 pagi sampai jam 15.99 siang.
Sedang tanaman lainnya diberi air mulai jam 15.00 siang sampai jam 06.00 pagi.

62
63
- Bangunan sadap : menyadap air untuk petak tersier

- Petak tersier : air disadap dari saluran sekunder atau saluran primer oleh

bangunan sadap atau bangunan bagi sadap.

- Box Tersier : Bangunan yang berfungsi membagi air ke petak sub

tersier, dan mengatur rotasi untuk petak – petak sub tersier.

- Box Kwarter : Bangunan yang berfungsi membagi ke petak – petak

kwarter.

Pembagian debit air diadakan secara proporsionalitas

Contoh : Petak A1 = 10 ha

Petak A2 = 15 ha

Kalau kebutuhan air adalah q = 1,4 1/dt/ha maka untuk petak – petak :

A1 = 10 x 1,4 = 14 l/dt

64
A2 = 15 x 1,4 = 21 l/dt

Contoh susuanan jaringan irigasi tersier (dalam bentuk skema kontruksi).

Petak tersier Vak Pur P terdiri dari 2 sub tersier yaitu :

1. A terdiri dari : - petak kwarter A1 = 10 ha


- petak kwarter A2 = 9 ha
2. A terdiri dari : - petak kwarter B1 = 5 ha
- petak kwarter B2 = 10 ha
- petak kwarter B3 = 4 ha

K1 dan K2 adalah box kwarter yang membagi air secara proporsional untuk petak-petak
kwarter A1,A2,B1,B2,B3

T adalah box tersier yang membagi air secara proporsional ke petak sub tersier ( dalam
contoh ini ke box kwarter K1 dan K2 ) pada keadaan air cukup dimana pemberian secara
serempak untuk seluruh petak, dan melakukan rotasi pada petak sub tersier pada

65
waktu air tidak cukup untuk diberikan secara serempak. Jadi ada perbedaan bentuk
antara box tersier dengan box kwarter yaitu :

- pada box tersier dilengkapi pintu penutup

- pada box kwarter hanya lobang box tanpa pintu, yang diberi alur untuk sket balok
(sponning).

Membuat proporsional pada suatu box dilakukan sbb :

1. Tinggi air di atas ambang lobang box pada satu box dibuat sama  ini berarti
yang dibuat sama adalah elevasi ambang
2. Luas petak yang diairi berbanding langsung dengan lebar lobang box.

Contoh pada box kwarter K1 :

66
67
Lamanya penghentian pemberian air pada suatu petak adalah 5 hari, tapi untuk
mempermudah biasanya dinyatakan dengan hari-hari dalam minggu. Misal :

Untuk pergantian pada petak diatas ini dilakukan pada waktu sbb :

Waktu untuk :

A dimatikan dan B diberi air pada jam 07.00 hari senin

B dimatikan dan A diberi air pada jam 07.00 hari kamis

Minggu berikutnya dilaksanakan seperti tadi juga, sehingga eksploitasi tidak kacau.
Mematikan aliran dari pintu yang ada pada box tersier. Rotasi dilakukan bila diketahui
dari alat ukur pada bangunan sadap, air tidak cukup untuk diberikan secara kontinu.

68
ROTASI

1. Rotasi sub tersier 1 (rotasi 1).


Artinya 1 petak sub tersier dimatikan pemberian airnya, sedang petak sub tersier
yang lain tetap mendapat air.
2. Rotasi sub tersier 2 (rotasi 2).
Artinya 2 petak sub tersier dimatikan pemberian airnya, sedang petak sub tersier
lainnya tetap mendapat air.
3. Rotasi sub tersier 3 (rotasi 3).
Artinya 3 petak sub tersier dimatikan pemberian airnya, sedang petak sub tersier
yang lain tetap mendapat air.

Cara merotasi :

- Pembagian petak tergantung dari keadaan medan.

69
ROTASI 1

- Bila giliran petak sub tersier A yang tidak mendapat air, maka yang ditutup
adalah pintu pada :
Box T2 = A ; agar jatah untuk B tidak terbagi ke A
Box T1 = A ; agar jatah untuk B, C dan D tidak terbagi ke A
- Bila giliran petak sub tersier B yang tidak mendapat air, maka yang ditutup
adalah pintu pada :
Box T2 = B ; agar jatah untuk A tidak terbagi ke B
Box T1 = B ; agar jatah untuk A, C dan D tidak terbagi ke B.
- Bila giliran petak sub tersier C yang tidak mendapat air, maka yang ditutup
adalah pintu pada :
70
Box T3= C ; agar jatah untuk D tidak terbagi ke C
Box T1 = C ; agar jatah untuk A, B dan D tidak terbagi ke C
- Bila giliran petak sub tersier D yang tidak mendapat air, maka yang ditutup
adalah pintu pada :
Box T3 = D ; agar jatah untuk C tidak terbagi ke D
Box T1 = D ; agar jatah untuk A, B dan C tidak terbagi ke D

Jadi kalau diadakan rotasi untuk salah satu petak maka pintu untuk petak yang kena
giliran mati, keseluruhannya harus ditutup agar pembagian tetap proporsional ke
masing-masing petak yang sedang mendapat air. Seperti pada rotasi sub tersier 1
untuk giliran petak A tidak mendapat air, maka bila pintu untuk A ditutup.

Pada box T1 = air memang mengalir untuk masing-masing jatah

- Untuk B = mengalir ke Box T2


- Untuk C dan D = mengalir ke Box T3

II. Petak tersier yang di bagi menjadi 3 petak sub tersier A,B dan C

ROTASI SUB TERSIER 1

a. Giliran saluran tersier A di matikan,air di berikan untuk petak – petak sub tersier B
dan C.
b. Giliran saluran tersier B dimatikan, air diberikan untuk petak – petak sub tersier C
dan A.
c. Giliran tersier C di matikan, air di berikan untuk petak – petak sub tersier A dan B

ROTASI SUB TERSIER 2

a. Giliran saluran tersier A dan saluran tersier B dimatikan, air diberikan untuk sub
petak tersier c.
b. Giliran saluran tersier B dan saluran tersier C dimatikan, air diberikan untuk petak
sub tersier A
c. Giliran saluran tersier C dan saluran tersier A dimatikan, air diberikan untuk petak
sub tersier B.

III. Petak tersier yang di bagi menjadi 4petak sub tersier A,B,C dan D.
71
ROTASI SUB TERSIER 1

Pada Box T2→ air mengair ke Box K2 untuk petak sub sub tersier B

Jadi jatah debit untuk B yang datang dari Box T1,semua nya di box T2 diberikan ke
petak sub tersier B.

Demikian jadi untuk satu petak yang tidak mendapat jatah debit, maka semua pintu
petak tersebut, harus di tutup agar proposional dapat di capai untuk satu system petak
tersier yang bersangkutan.

Beberapa bentuk rotasi sehubungan dengan banyak pembagian petak sub tersier dapat
di lihat berikut di bawah ini

I. Petak tersier yang di bagi menjadi 2 sub tersier A dan ssub tersier B.

A. Rotasi hanya Rotasi sub tersier 1 yaitu

A.1.Giliran s.t A dimatikan, s.t B yang di beri air.

2.Giliran s.t B dimatikan, s.t A yang di beri air.

B.a.Giliran s.t. A dimatikan,air di berikan untuk petak-petak sub tersier B,C,


dan D.

b. Giliran s.t. B dimatikan,air diberikan untuk petak-petak sub tersier C,D, dan
A

C. Giliran s.t C dimatikan,air diberikan untuk petak-petak sub tersier D,A, dan B

d. Giliran s.t. D dimatikan air diberikan untuk petak-petak sub tersier A,B, dan
C.

ROTASI SUB TERSIER 2

72
A. a. Giliran s.t A dan s.t B di matikan, air diberikan untuk petak-petak sub tersier
C dan D
b. Giliran s.t B dan s.t. C dimatikan ,air di berikan untuk petak-petak sub tersier D
dan A
c. Giliran s.t C dan s.t D dimatikan ,air di berikan untuk petak-petak sub tersier A
dan B
d. Giliran s.t D dan s.t A dimatikan ,air di berikan untuk petak-petak sub tersier A
dan B
B. a. Air diberikan kepada s.t A dan s.t B, berarti giliran petak s.t c dan s.t D
dimatikan
b. Air diberikan kepada s.t C dan s.t D, berarti giliran petak s.t A dan s.t B
dimatikan

*Rotasi seperti ke adaan B diatas dapat dibuat bersamaann


giliran( A dan B ) dengan ( C dan D )
Atau ( A danC) dengan ( B dan D )
Atau ( A dan D ) dengan ( B dan C )

ROTASI SUB TERSIER 3

A. Giliran s.t A, s.t B dan s.t C dimatikan, air diberikan untuk petak sub tersier D.
B. Giliran s.t B s.t C dan s.t D dimatikan, air di berikan untuk petak sub tersier A.
C. Giliran s.t C s.t D dan s.t A dimatikan ,air diberikan untuk petak sub tersier B.
D. Giliran s.t D s.t A dan s.t B dimatikan ,air diberikan untuk petak sub tersier C.

Bila suatu petak kwarter mendapat air dari saluran kwarter yang langsung keluar dari
box tersier, maka lubang box yang bersangkutan harus diberi pintu penutup untuk
kebutuhan rotasi.

Sedang giliran rotasi bagi petak kwarter tadi,sesuai dengan giliran sub tersier didalam
mana petak kwarter tadi digolongkan.

Contoh :

73
Suatu petak tersier terdiri dari 2 petak sub tersier A dan sub tersier B dimana:

Sub tersier A terdiri dari 3 petak kwarter yang masing-masing mendapat air,dengan
skema konstruksi seperti di tunjukkan oleh gambar di atas.

Yaitu:

A1 dari Box K1

A2 dari Box K1

A3 dari Box T1

B1,B2,B3 dari Box K2

Pada Box tersier T harus ada pintu:

74
Bila terjadi keadaan harus rotai,maka di lakukan penutupan sebagai berikut:

 Air untuk sub tersier B, yang di tutup pintu kea rah K1 dan A3
 Air untuk sub tersier A, yang di tutup hanya pintu kearah K

Bentuk-bentuk seperti ini banyak di jumpai pada daerah irigasi sehubungan dengan
keadaan medan dan pembagian petak sub tersier.

PERENCANAAN

Kegiatan meliputi:

a. Menyiapkan petak-petak sawah lengkap dengan garis conturnya.


Skala yang cukup baik adalah 1:5.000 dengan interval countour 0,5 meter untuk
daerah datar atau interval 1,00 meter untuk daerah tidak datar.

Peta dapat diusahakan dari:


 Pengukuran situasi dan penggambaran
 Pembuatan foto udara, setelah dilakukan ground control, rektifikasi foto
udara dan penggambaran.
 Rektifikasi langsung dari foto udara,dibuat countour deengan stereo
plotter.
 Dan lain-lain

b. Perencanaan meliputi:
Pembuatan pra rencana (preliminary lay out), checking lapangan, final lay out,
prngukuran profil memanjang dan melintang saluran,menetapkan design

75
capacity berikut rotasi,mendemensi saluran-saluran dan bangunan-
bangunan,penggambaran,perhitungan kubikasi,dan pembuatan nota penjelasan.

PERENCANAAN :

 Memberi penjelasan ke masyarakat tani tentang manfaat rehabilitasi jaringan


irigasi tersier.
 Pelaksanaan:
 Pemasangan profil-profil saluran
 Penggalian saluran
 Pembuatan bangunan

Membuat preliminary lay out :

Kegiatan disini membuat susunan petak-petak kwarter dan sub tersier,beserta jaringan-
jaringan saluran dan menempatkan bangunan-bangunan yang di perlukan seperti box
tersier,box kwarter,gorong-gorong terjunan pada peta yang sudah di sediakan.

Luas suatu petak Tersier :

a. Menurut buku pedoman Perencanaan Tersier ( prosida – Dit Jen Air ) adalah 75
– 150 ha.
b. Pengalaman Prosida Jember ( Progasi Pakalen Sampean ) luas yang ideal ±
70 ha.
c. Pada jaman Belanda luas yang dibuat antara 80-160 ha
d. Karena Keadaan medan banyak terbentuk sampai 200 ha.

Untuk pembuatan baru dari rehabilitasi sebaiknya luas tidak terlalu besar ( ± 70 ha ),
jadi yang luas nya 200 ha di usahakan di bagi 3 petak tersier (kalau tidak bias paling
tidak di bagi 2 petak tersier ).

Pada daerah datar jaringan terlalu luas, karena sulit untuk mendapat air ssampai pada
daerah yang letaknya jauh dari bangunan sadap dan sulit untuk member air padda
petak yang letaknya jauh dari salurann kwarter.

Luas suatu petak kwarter :

a. Menurut buku pedoman Perencanaan Tersier dengan criteria 10 – 20 ha.


b. Karena keadaan medan bisa < 10 ha.
76
MEMBAGI PETAK

 Dibagi dahulu dalam kelompok-kelompok sebagai petak sub tersier.


 Satu petak tersier bias dibuat 2 – 4 petak sub tersier tergantung dari luas dan
keadaan medan.
 Dari petak sub tersier ini di bagi-bagi sebagai satu kelompok petak-peetak
kwarter,

BATAS PETAK

Membagi petak sebagai petak sub tersier maupun petak kwarter harus mempunyai
batas-batas yang jelas dan batas tadi memang ada di lapangan atau di buat.

 Yang di buat dilapangan (dilekat pada peta) adalah :


 Saluran lama (yang tetap di pakai)
 Sungai dan pembuang alam
 Jalan desa
 Jalan kereta api
 Pinggiran desa
 Yang dibuat :
 Saluran baru
 Jalan sawah (farm road)
 Tanggul saluran pembawa (kwarter)

77
JARINGAN SALURAN

Meliputi saluran :

 Tersier :
1. Dari pintu sadap sampai box tersier pertama. Bila bangunan ukur jadi satu
dengan box

2. Dari bangunan ukur sampai box tersier pertama.

3. Dari box tersier sampai box tersier berikutnya.

4. Dari box tersier sampai box kwarter dibawahnya.

78

Anda mungkin juga menyukai