Anda di halaman 1dari 38

Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Unit

Sektor Ketenagalistrikkan Subsektor Operasi KTL.K3.008.01

BAGIAN 1.1.1.1:
UU KESELAMATAN KERJA
DIPATUHI PADA SAAT BEKERJA

UU Keselamatan kerja berikut mengacu kepada UURI No 20 Th 2002 tentang


KETENAGALISTRIKAN.
BAB 1
KETENTUAN UMUM

Pasal I
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan
pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik.
2. Tenaga Listrik adalah suatu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan,
dan didistribusikan untuk segala macam keperluan, tidak termasuk listrik yang dipakai
untuk komunikasi, elektronika, atau isyarat.
3. Penyediaan Tenaga Listrik adalah pengadaan tenaga listrik mulai dari titik
pembangkitan sampai dengan titik pemakaian.
4. Pemanfaatan Tenaga Listrik adalah penggunaan tenaga listrik mulai dan titik
pemakaian.
5. Konsumen adalah setiap orang atau badan yang membeli tenaga listrik dan
pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk digunakan sebagai
pemanfaatan akhir dan tidak untuk diperdagangkan.
6. Sistem Tenaga Listrik adalah rangkaian instalasi tenaga listrik dan pembangkitan,
transmisi, dan distribusi yang dioperasikan secara serentak dalam rangka penyediaan
tenaga listrik.
7. Pembangkitan Tenaga Listrik adalah kegiatan memproduksi tenaga listnik.
8. Transmisi Tenaga Listrik adalah penyaluran tenaga listrik dan suatu sumber
pembangkitan ke suatu sistem distribusi atau kepada konsumen, atau penyaluran
tenaga listrik antarsistem.
9. Distribusi Tenaga Listrik adalah penyaluran tenaga listrik dan sistem transmisi
atau dan sistem pembangkitan kepada konsumen.
10. Penjualan Tenaga Listrik adalah suatu kegiatan usaha penjualan tenaga listrik kepada
konsumen.

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 1 DARI 37
Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Unit
Sektor Ketenagalistrikkan Subsektor Operasi KTL.K3.008.01

11. Usaha Penjualan Tenaga Listrik adalah penyelenggara kegiatan usaha penjualan
tenaga listrik kepada konsumen yang tersambung pada tegangan rendah.
12. Agen Penjualan Tenaga Listrik adalah penyelenggara kegiatan usaha penjualan tenaga
listrik kepada konsumen yang tersambung pada tegangan tinggi dan tegangan
menengah.
13. Pengelola Pasar Tenaga Listrik adalah penyelenggara kegiatan usaha untuk
mempertemukan penawaran dan permintaan tenaga listrik.
14. Pengoperasian Sistem Tenaga Listrik adalah suatu kegiatan usaha untuk
mengendalikan dan mengkoordinasikan antarsistem pembangkitan, transmisi, dan
distribusi tenaga listrik.
15. Pengelola Sistem Tenaga Listrik adalah penyelenggara kegiatan usaha pengoperasian
sistem tenaga listrik yang bertanggung jawab dalam mengendalikan dan
mengkoordinasikan antarsistem pembangkitan, transmisi, dan distribusi, serta membuat
rencana pengembangan sistem tenaga listrik.
16. Jaringan Transmisi Nasional adalah janingan transmisi tegangan tinggi, ekstra tinggi,
dan / atau ultra tinggi untuk menyalurkan tenaga listrik bagi kepentingan umum yang
ditetapkan pemerintah sebagai jaringan transmisi nasional.
17. Rencana Umum Ketenagalistrikan adalah rencana pengembangan sistem penyediaan
tenaga listrik yang meliputi bidang pembangkitan, transmisi, dan distribusi tenaga listrik
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah,
antarwilayah, atau secara nasional.
18. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik adalah izin untuk melakukan usaha penyediaan
tenaga listrik untuk kepentingan umum.
19. Izin Operasi adalah izin untuk mengoperasikan instalasi penyediaari tenaga listrik
untuk kepentingan sendiri.
20. Instalasi Tenaga Listrik adalah bangunan sipil, elektromekanik, mesin, peralatan,
saluran, dan perlengkapannya yang digunakan untuk pembangkitan, konversi,
transmisi, distribusi, dan pemanfaatan tenaga listrik.
21. Usaha Penunjang Tenaga Listrik adalah usaha yang menunjang penyediaan tenaga
listrik.
22. Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik adalah izin untuk melaksanakan satu atau lebih
kegiatan usaha penunjang tenaga listrik.
23. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagalistrikan.
24. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat yang terdiri atas Presiden dan para Menteri yang
merupakan perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
25. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain
sebagai Badan Eksekutif Daerah.
26. Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik adalah badan pemerintah yang memiliki
kewenangan dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan yang independen
untuk melaksanakan pengaturan dan pengawasan penyediaan tenaga listrik.
27. Badan Usaha adalah setiap badan hukum yang dapat berbentuk Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, koperasi atau swasta, yang didirikan sesuai
dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, menjalankan jenis usaha bersifat
tetap dan terus menerus, bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 2 DARI 37
Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Unit
Sektor Ketenagalistrikkan Subsektor Operasi KTL.K3.008.01

28. Badan Usaha Milik Negara adalah Badan Usaha yang oleh Pemerintah diserahi tugas
semata-mata untuk melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan
umum.
29. Badan Usaha Milik Daerah adalah Badan Usaha yang oleh Pemerintah Daerah diserahi
tugas melaksanakan usaha ketenagalistrikan.
30. Koperasi adalah Badan Usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kebersamaan yang lingkup
usahanya di bidang ketenagalistrikan.
31. Swasta adalah badan hukum yang didirikan dan berdasarkan hukum di Indonesia yang
berusaha di bidang ketenagalistrikan.
32. Pemanfaat Tenaga Listrik adalah semua produk atau alat yang dalam
pemanfaatannya menggunakan tenaga listrik untuk berfungsinya produk atau alat
tersebut.
33. Ganti kerugian hak atas tanah adalah penggantian atas nilai tanah berikut bangunan,
tanaman, dan / atau benda-benda lain yang terkait dengan tanah sebagai akibat
pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.
34. Kompensasi adalah pemberian sejumlah uang kepada pemegang hak atas tanah,
bangunan, tanaman dan / atau benda lain yang terkait dengan tanah tanpa dilakukan
pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan / atau benda-
benda lain yang terkait dengan tanah.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2
Penyelenggaraan usaha ketenagalistrikan menganut asas manfaat, efisiensi
berkeadilan, kebersamaan, optimasi ekonomis dalam pemanfaatan sumber daya,
berkelanjutan, percaya dan mengandalkan pada kemampuan sendiri, keamanan dan
keselamatan, serta kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Pasal 3
(1) Penyelenggaraan usaha ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin tersedianya
tenaga listrik dalam jumlah cukup, kualitas yang balk, dan harga yang wajar
untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan
merata serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.
(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) usaha ketenagalistrikan
mendorong Badan Usaha di dalam negeri menjadi lebih efisien dan mandiri agar
mampu berperan dan bersaing di dalam dan di luar negeri.

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 3 DARI 37
Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Unit
Sektor Ketenagalistrikkan Subsektor Operasi KTL.K3.008.01

BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN USAHA
PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN KONSUMEN
TENAGA LISTRIK
BAGIAN KEDUA
HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN TENAGA LISTRIK

Pasal 34
(I) Konsumen tenaga listrik mempunyai hak untuk:
a. mendapat pelayanan yang balk;
b. mendapat tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan keandalan
yang balk;
c. memperoleh tenaga listrik dengan harga yang wajar;
d. mendapat pelayanan untuk perbaikan apabila ada gangguan tenaga listrik; dan
e. mendapat ganti rugi apabila terjadi pemadaman yang diakibatkan kesalahan
dan atau kelalaian pengoperasian oleh pemegang Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik sesuai syarat-syarat yang diatur dalam perjanjian jual beli
tenaga listrik.
(2) Konsumen tenaga listrik mempunyai kewajiban:
a. melaksanakan pengamanan terhadap bahaya yang mungkin timbul akibat
pemanfaatan tenaga listrik;
b. menjaga keamanan instalasi ketenagalistrikan;
c. memanfaatkan tenaga listrik sesuai dengan peruntukannya; dan
d. membayar uang langganan atau harga tenaga listrik sesuai ketentuan atau
Perjanjian.
(3) Konsumen tenaga listrik bertanggung jawab apabila karena kelalaiannya
mengakibatkan kerugian pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
(4) Konsumen tenaga listrik wajib menaati persyaratan teknis di bidang ketenagalistrikan.

BAB X
LINGKUNGAN HIDUP DAN KESELAMATAN
KETENAGALISTRIKAN

Pasal 47
Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
peraturan perundang-undangan di bidang Iingkungan hidup.

Pasal 48
(1) Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan mengenai
keselamatan ketenaga listrikan.

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 4 DARI 37
Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Unit
Sektor Ketenagalistrikkan Subsektor Operasi KTL.K3.008.01

(2) Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud dalam ayat


(1) meliputi standardisasi, pengamanan instalasi tenaga listrik dan pengamanan
pemanfaat tenaga listrik untuk mewujudkan kondisi andal dan aman bagi instalasi dan
kondisi aman dan bahaya bagi manusia serta kondisi akrab Iingkungan.
(3) Setiap instalasi tenaga listrik yang akan beroperasi wajib memiliki sertifikat laik
operasi.
(4) Setiap pemanfaat tenaga listrik yang akan diperjualbelikan wajib memiliki tanda
keselamatan.
(5) Setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikat kompetensi.
(6) Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan, sertifikat laik operasi, tanda
keselamatan, dan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat
(3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XV
KETENTUAN PIDANA

Pasal 59
(I) Setiap orang yang memberikan informasi palsu, kesaksian palsu, atau menahan
informasi berkaitan dengan usaha ketenagalistrikan yang merugikan kepentingan
umum dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang melanggar prinsip kompetisi yang sehat, khususnya dalam
melakukan persekongkolan usaha untuk memperoleh keistimewaan atau menghimpun
kekuatan monopoli sebagaimana dimaksud dalani Pasal 29 dan Pasal 52 buruf b,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 60
(1) Setiap orang yang menggunakan tenaga listrik yang bukan haknya dengan
maksud untuk memanfaatkan secara melawan hukum, dipidana karena
melakukan pencurian dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan rusaknya instalasi tenaga listrik
milik pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sehingga mempengaruhi
kelangsungan penyediaan tenaga listrik dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) Apabila kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mengakibatkan terputusnya
aliran listrik sehingga merugikan masyarakat dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 5 DARI 37
Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Unit
Sektor Ketenagalistrikkan Subsektor Operasi KTL.K3.008.01

Pasal 61
(1) Setiap orang yang melakukan usaha penyediaan tenaga listrik tanpa Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan Pasal
10, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang melakukan usaha penyediaan tenaga listrik tanpa Izin Operasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta ruptah).
(3) Setiap orang yang melakukan usaha penyediaan tenaga listrik tidak memenuhi
kewajiban terhadap yang berhak atas tanah, bangunan, dan tanaman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan denda paling banyak Rp 1.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(4) Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat dikenakan sanksi
tambahan berupa pencabutan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik atau Izin Operasi.

Pasal 62
(1) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan matinya seseorang karena
tenaga listrik, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2) Apabila kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh pemegang Izin
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan pemegang Izin Operasi, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
(3) Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), pemegang Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik dan pemegang Izin Operasi juga diwajibkan untuk memberi
ganti rugi.
(4) Penetapan, tata cara, dan pembayaran ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
mengikuti ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Pasal 63
Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha penunjang tenaga listrik tanpa izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) diancam dengan pidana kurungan paling
lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Pasal 64
Setiap orang yang memproduksi, mengedarkan, atau memperjualbelikan pemanfaat listrik
yang tidak memiliki tanda keselamatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 48 ayat (4)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 65
(1) Dalam ha! tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh Badan
Usaha, pidana dikenakan terhadap Badan Usaha dan atau pengurusnya.

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 6 DARI 37
Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Unit
Sektor Ketenagalistrikkan Subsektor Operasi KTL.K3.008.01

(2) Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh Badan Usaha, pidana yang dijatuhkan kepada
Badan Usaha berupa pidana denda, dengan ketentuan paling tinggi pidana denda
ditambah sepertiganya.

Pasal 66
(1) Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, Pasal 60, Pasal 61, dan Pasal 62
adalah kejahatan.
(2) Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 dan Pasal 64 adalab pelanggaran.
KOMPETENSI YANG DILAKUKAN

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 7 DARI 37
Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Unit

Sektor Ketenagalistrikkan Subsektor Operasi KTL.IO02.008.01

BAGIAN 1.1.1.2:
PERATURAN TEMPAT KERJA
DIPATUHI PADA SAAT BEKERJA

Peraturan tempat kerja in harus diperhatikan guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
terjadi pada saat sedang bekerja. Pelanggaran berarti memberi kemungkinan terjadinya
kecelakaan yang sangat fatal, JADI PERHATIKAN DAN PATUHILAH.

LAKUKAN:

1. MASUKLAH KE TEMPAT KERJA DALAM KEADAAN BERSIH.

2. PAKAILAH PAKAIAN KERJA SEBELUM MULAI PEKERJA

3. TEMPATKAN SEMUA TAS PADA TEMPAT YANG TELAH DISEDIAKAN.

4. GUNAKANLAH SEMUA PERLENGKAPAN KERJA YANG DIBUTUHKAN.

5. PERIKSALAH SEMUA BAHAN DAN PERALATAN LISTRIK SEBELUM


BEKERJA.

6. LAPORLAH KEPADA ATASAN / TOOLMAN BILA TERDAPAT KERUSAKAN


PERALATAN SELAMA BEKERJA SESUAI URUT-URUTAN KERJA.

7. LAPORLAH KEPADA SUPERVISOR UNTUK MENAIKAN TEGANGAN.

8. LAPORLAH BILA PEKERJAAN TELAH SELESAI.

9. KEMBALIKANLAH SEMUA BAHAN DAN PERALATAN LISTRIK YANG


DIPAKAI SELAMA BEKERJA BERLANGSUNG.

10. BERSIHKAN TEMPAT KERJA SEPERTI SEMULA.

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 8 DARI 37
Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Unit

Sektor Ketenagalistrikkan Subsektor Operasi KTL.IO02.008.01


11. KELUARLAH RUANGAN HANYA PADA SAAT PEKERJAAN TELAH
SELESAI.

JANGAN LAKUKAN:

1. MASUK KE TEMPAT KERJA DENGAN MENGGUNAKAN SANDAL ATAU


SEPATU YANG TIDAK TERTUTUP.

2. BERGURAU SELAMA PROSES PRODUKSI SEDANG BERLANGSUNG.

3. MEMASUKI DAERAH KERJA PEKERJA LAIN

4. MENEKAN SEMBARANG TOMBOL PADA PANEL ATAU TEMPAT LAIN.

5. MENAIKAN TEGANGAN SENDIRI (HANYA OLEH ATASAN).

6. MENCURI BAHAN ATAU PERALATAN LISTRIK.

7. MENINGGALKAN TEMPAT KERJA TANPA SEIZIN ATASAN

8. MENGGUNAKAN PERALATAN LISTRIK UNTUK PEKERJAAN SELAIN


FUNGSINYA.

KOMPETENSI YANG DILAKUKAN

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 9 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.1.3

BAGIAN 1.1.1.3:
PAKAIAN&PERLENGKAPAN KERJA
DIKETAHUI DAN DIPAKAI

Sarung tangan

Sabuk pengaman

GAMBAR 1.1.1.3
PAKAIAN & PERLENGKAPAN KERJA

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 10 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.1.3

Menggunakan pakaian dan perlengkapan kerja yang aman adalah tanggung jawab pekerja
sendiri. Baju dan perlengkapan tersebut memang dirancang untuk melindungi semua bagian
tubuh dari kemungkinan cedera. Jadi jangan disalahgunakan dan perhatikan baik-baik.

Perhatikan keterangan pemakaian pakaian kerja berikut ini:


1. Pakailah pakaian kerja yang kuat dan aman menutup tubuh lalu kancingkan
semuanya.
2. Pakaian yang tidak dikancing, robek, dikeluarkan, atau sabuk tidak dikencangkan
dan tidak rapih bisa masuk ke dalam mesin yang berputar.
3. Pakaian harus selalu bersih dan tidak bau agar tidak menghalangi pekerjaan.
4. Pakailah celana panjang menutup sampai kaki dan tanpa kancing atau reseleting.
5. Celana dengan kancing atau reseleting akan dapat menghantarkan arus listrik atau
menangkap percikan api bukan menahannya.
6. Celana harus menutup sampai ke sepatu, tidak terlalu panjang (bisa tersandung) dan
tidak terlalu naik (betis terbuka dan tidak terlindungi).

Perlengkapan kerja termasuk helm, kacamata, ear mof, sarung tangan, masker, sabuk
pengaman, dan sepatu.

Perhatikan keterangan pemakaian helm berikut ini:


1. Masukkan rambut yang panjang ke dalam helm.
2. Cukurlah rambut bagi pria dan masukkan rambut ke dalam helm bagi wanita agar
tidak tersangkut ke dalam mesin bor atau mesin lain.
3. Pakailah helm untuk melindungi kepala (bagian terpenting dari tubuh) dan gunakan
selalu pada pekerjaan proyek.

Perhatikan keterangan pemakaian sepatu berikut ini:


1. Pakailah sepatu dengan sol yang baik (berisolasi baik) untuk mengurangi resiko kejut
listrik.
2. Pakailah sepatu yang tertutup untuk melindungi dari panas, bahan-bahan terbakar
yang jatuh ke kaki, dan cukup kuat untuk menahan benda keras yang jatuh ke kaki
juga.

Perhatikan keterangan sarung tangan berikut ini:


1. Pakailah sarung tangan yang sesuai pada saat memegang benda panas, cairan
berbahaya, atau benda-benda tajam.
2. Sarung tangan yang sudah robek-robek harus ditambal atau diganti supaya tidak
tersangkut ke mesin berputar dan membahayak tangan.

Perhatikan keterangan pemakaian perlengkapan lain berikut ini:


1. Pakailah kacamata atau gelas pelindung wajah untuk melindungi muka dari percikan
api, debu, atau percikan bahan logam yang berbahaya.

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 11 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.1.3

2. Pakailah masker apabila bekerja pada daerah dengan kadar debu yang sangat tinggi
atau pada tempat bergas / uap beracun, atau berkabut tebal.
3. Gunakan sabuk pengaman yang baik dan benar (kencangkan dan kaitkan jangan
sampai terlepas) agar keselamatan pekerja di tempat yang tinggi bisa terjamin.
KOMPETENSI YANG DILAKUKAN

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 12 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.1.4

BAGIAN 1.1.1.4:
RESIKO KERJA
DIKETAHUI DAN DITANGGULANGI

Setiap orang harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja baik di
industri maupun di tempat kerja umumnya. Contoh-contoh kecelakaan kerja yaitu:

1. Kejatuhan benda yang diangkut oleh crane.


2. Penggunaan crane yang tidak hati-hati akan
menabrak benda-benda lain atau kabel.

3. Pemindahan besi panjang dengan ceroboh


di bawah kabel telanjang bisa menyebabkan
terjadinya kejut listrik.

4. Penggunaan peralatan listrik yang rusak


misalnya kabelnya terkelupas bisa
menyebabkan kejut listrik.

5. Pemindahan barang dengan troli


seharusnya tidak boleh dihalangi oleh
pemasangan kabel di tengah jalan. Hal
ini akan membuat tergulingnya barang
atau kabel menjadi putus.

GAMBAR 1.1.1.4
KECELAKAAN KERJA

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 13 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.1.4

Hal-hal yang harus kita perhatikan sebelum melakukan pekerjaan adalah sbb:
1. mengetahui terlebih dahulu apakah pekerjaan yang dilakukannya adalah pekerjaan
berbahaya (dapat memahami semua pekerjaan atau kemungkinan yang
membahayakan jiwanya juga jiwa orang lain),
2. mengurangi atau memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

Tugas-tugas atau kemungkinan berbahaya dalam bekerja pada instalasi dapat Saudara lihat
pada Tabel Jenis Kecelakaan Kerja berikut. Saudara bisa menambahkannya.

N0 JENIS KECELAKAAN KERJA CARA PENANGGULANGANNYA


1 Kejut listrik a. Jangan bergurau pada saat memasang instalasi.
b. Tidak boleh menekan tombol sembarangan.
c. Memakai sepatu yang tertutup dan berisolasi baik.
d. Memperbaiki instalasi pada saat aliran listrik
padam.

2 kebakaran a. Jangan merokok di dalam dan di sekitar bengkel.


b. Sediakan pemadam api (dry powder extinguisher).
c. Letakkan bahan-bahan yang mudah terbakar pada
tempat yang aman.

3 Terpeleset a. Perhatikan selalu lantai atau tempat berpijak.


b. Pijaklah tempat yang rata.
c. Bersihkan lantai yang licin dengan dengan cepat
dan bersih.
d. Pakailah helm untuk melindungi kepala.
4 Kepala terbentur a. Pakailah helm untuk melindungi kepala.
atau tertimpa benda keras b. Perhatikan atap atau peralatan yang letaknya sama
tinggi dengan kita.
c. Perhatikan rekan yang bekerja di atas kita jangan
sampai menjatuhkan obeng, tang, dll ke kepala
kita.

TABEL 1.1.1.4
JENIS-JENIS KECELAKAAN KERJA

KOMPETENSI YANG DILAKUKAN

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 14 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.2.1

BAGIAN 1.1.2.1:
TERJADINYA KEJUT LISTRIK
DIKETAHUI DENGAN BAIK

BAGAIMANA LISTRIK DAPAT MENGALIR MELALUI TUBUH MANUSIA ?


Hantaran untuk menyalurkan arus listrik terdiri dari hantaran fase (L) dan netral (N). Apabila
orang berdiri di atas tanah, menyentuh fase, maka arus listrik mengalir melalui tubuh
manusia ke kaki terus ke tanah (menuju potensial rendah). Lebih jelasnya dapat dibaca
pada gambar di bawah.

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 15 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.2.1

GAMBAR 1.1.2.1.a ARAH ALIRAN ARUS SAAT TERJADI KEJUT LISTRIK

makkh.
.

fas
e

netra
l

tana pembumia
h n

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 16 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.2.1

PERBEDAAN TINGKAT KEJUT LISTRIK

Hal-hal yang menyebabkan perbedaan tingkatan kejut listrik tersebut antara lain:

1. Besar arus.
Arus listrik maksimal yang diizinkan mengalir ke
dalam tubuh manusia adalah 30 mA (PUIL).

2. Jalur masuknya arus ke dalam tubuh.


Contohnya kejut listrik dari tangan ke organ
yang lain melalui dada akan fatal karena
menyebabkan arus mengalir pada organ
penting seperti jantung dan bisa menyebabkan
detak jantung berhenti.

3. Lamanya sengatan listrik.


semakin lama kejut listrik terjadi maka semakin
parah kondisi tubuh.

4. Besar tegangan.

tegangan di atas 50 V AC atau 120 V DC (PUIL)


merupakan batas maksimal bahaya untuk tubuh
manusia.

GAMBAR 1.1.2.1.b PERBEDAAN TINGKAT KEJUT LISTRIK

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 17 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.2.1

TINGKAT BAHAYA AKIBAT ARUS LISTRIK

Tidak semua korban akan meninggal akibat kejut listrik. Bila diperhatikan dari besar arusnya
maka kondisi korban akan terlihat seperti pada tabel ini.

BESAR ARUS KONDISI KORBAN


0,5 mA Tidak terasa
3 mA Mulai kejang
15 mA Sulit melepaskan kontak
40 mA Otot kejang
Di atas 80 mA Tidak sadarkan diri sampai meninggal
atau bahkan hangus

TABEL 1.1.2.1
TINGKAT BAHAYA AKIBAT ARUS LISTRIK

ARUS LISTRIK YANG MENGALIR PADA ISOLASI BERBEDA

Perhatikan gambar berikut ini.

GAMBAR 1.1.2.1.c
ARUS LISTRIK YANG MENGALIR PADA ISOLASI BERBEDA

Semakin besar nilai hambatan atau tahanan akan semakin kecil juga arus yang dapat
mengalir melaluinya. Apabila tahanannya sangat besar maka bisa saja arus tidak akan
mengalir. Demikian juga sebaliknya.
KOMPETENSI YANG DILAKUKAN

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 18 DARI 37

Gambar 1.1.2.6
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.2.2

BAGIAN 1.1.2.2:
INSTALASI SISTEM PEMBUMIAN
DIKETAHUI DENGAN BAIK

Perhatikan gambar di bawah ini khususnya pada penghantar PE-nya.

GAMBAR 1.1.2.2.a
DIAGRAM PENGAWATAN INSTALASI MOTOR FASE 3 YANG
KURANG SEMPURNA

Apa yang kurang dari gambar di atas?


Yang kurang adalah Motor fase 3 II tidak mempunyai penghantar PE. Penghantar ini harus
dipasang dan disambungkan ke terminal PE pada PHB.
Mengapa hal tersebut diharuskan?

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 19 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.2.2

Keamanan. Jadi apabila secara tidak disengaja salah satu penghantar aktif menyentuh
badan motor maka orang yang memegang motor itu akan terkene kejut listrik.
Sekarang perhatikan, apa yang akan terjadi pada orang di bawah ini???

GAMBAR 1.1.2.2.b
AKIBAT TIDAK ADANYA PENGHANTAR PE

Ada kemungkinan dia akan meninggal seketika. Hal ini dikarenakan tidak adanya
penghantar PE yang menghubungkan motor atau peralatan listrik dan PHB.

GAMBAR 1.1.2.2.c
DIAGRAM PENGAWATAN INSTALASI RUMAH

Gambar di atas hanyalah contoh, tidak ada rumah yang hanya memiliki 1 kotak kontak dan 1
lampu dipasang 2 grup. Tetapi dari gambar itu Saudara bisa melihat pengawatan Terminal
Pembumiannya.

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 20 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.2.2

Tegangan sentuh lebih dari 50 Volt berbahaya bagi manusia. Jadi perhatikan semua
peralatan listrik khususnya yang berbadan logam. Semua harus dibumikan atau mempunyai
penghantar pembumian (PE).
KOMPETENSI YANG DILAKUKAN

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 21 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.2.3

BAGIAN 1.1.2.3:
PERALATAN BERISOLASI&
DOBEL ISOLASI DIKETAHUI DENGAN BAIK

PERALATAN BERISOLASI

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam peralatan berisolasi adalah sbb:


1. Pengamanan dengan isolasi pengaman adalah tindakan pengamanan terhadap
tegangan sentuh (tegangan yang timbul selama gangguan isolasi antara 2 bagian
yang dapat terjangkau dengan serempak) yang tinggi dengan cara memberi isolasi
suplemen / tambahan pada perlengkapan listrik atau memberi isolasi setempat pada
lantai kerja.
2. Tindakan pengamanan dengan isolasi dapat dilakukan dengan cara memberi
landasan berisolasi pada tempat berpijak atau lantai berisolasi. Syarat-syarat lantai
kerja berisolasi adalah:
a. Hanya diperkenankan bagi perlengkapan listrik pasangan tetap.
b. Tempat kaki berpijak atau bagian logam lain yang berhubungan dengan bumi
dan terjangkau tangan harus ditutup dengan bahan isolasi.
c. Jika beberapa perlengkapan listrik terjangkau dari tempat berdiri badan,
perlengkapan listrik harus dihubungkan ke pembumian.
d. Di sekitar ruangan yang lantainya diisolasi, tidak bolah terdapat perlengkapan
yang mungkin dapat tersentuh yang dihubungkan ke bumi seperti instalasi
air, gas, atau pemanas.
e. Tahanan landasan isolasi tidak boleh kurang dari 50 kΩ.

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 22 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.2.3

Lantai berisolasi

GAMBAR 1.1.2.3.a LANTAI BERISOLASI

PERALATAN DOBEL ISOLASI

1. Badan logam bor listrik berisolasi ganda tidak boleh dibumikan akan berbahaya bagi
orang yang bekerja jika ia menyentuh perlengkapan lain yang rusak dan
bertegangan maka ia dapat tersengat listrik.
2. Syarat-syarat peralatan dengan pengaman dobel isolasi adalah:
a. peralatan tersebut tidak boleh dibumikan, memakai kabel kontak yang
mempunyai kotak pengaman, dan memakai tusuk kontak yang mempunyai
kotak pengaman juga,
b. memakai tanda pengenal:

c. badan peralatannya (selungkup) berisolasi dan kokoh.

GAMBAR 1.1.2.3.b BOR LISTRIK

KOMPETENSI YANG DILAKUKAN

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 23 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.2.4

BAGIAN 1.1.2.4:
GAWAI PROTEKSI ARUS SISA
DIMENGERTI DENGAN BAIK

GPAS (Gawai Proteksi Arus Sisa) lebih dikenal dengan ELCB (Erth Leakage Circuit
Breaker) dipasaran. Peralatan listrik ini bekerja untuk mengamankan manusia akibat arus
sisa/bocor karena kegagalan isolasi, baik dari sentuhan langsung maupun dari sentuhan
tidak langsung. GPAS harus dapat bekerja dalam waktu 0,2 detik, dengan syarat
peralatan listrik yang diamankan harus dibumikan.

CARA KERJA GPAS

GAMBAR 1.1.2.4.a CARA KERJA GPAS

Perhatikan gambar di atas. Pada kondisi normal IA = IB (tidak ada arus bocor).
GPAS membandingkan arus pada semua penghantar (L-PE atau N-PE) dari sirkit yang
diamankan. Jika ada ketidakseimbangan karena adanya arus bocor maka arus tersebut
akan membuat pemutus sirkit trip (IA  IB).
GPAS dapat dipakai pada instalasi fase tunggal maupun fase 3.

KONSTRUKSI GPAS

Umumnya peralatan ini berkonstruksi 2, 4,dan 3 kutub (yang terakhir jarang dipakai) dengan
berbagai ukuran arus bocor nominal. Biasanya dilengkapi dengan kontak bantu dan sakelar
tekan untuk menguji kerjanya.

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 24 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.2.4

GAMBAR 1.1.2.4.b KONSTRUKSI GPAS

SYARAT PEMAKAIAN

Dengan adanya fungsi dan kerja peralatan pengaman arus sisa di atas, instalasi harus
memenuhi syarat-syarat berikut:
1. rangkaian arus bolak-balik
2. titik netral/titik bintang jaringan dibumikan (semua peralatan yang diamankan harus
dibumikan).
3. tahanan isolasi instalasi harus paling rendah 1000  / volt atau arus bocor tiap
bagian pada tegangan kerja tidak melebihi 1 mA. Dalam keadaan lembab minimal
100  / volt atau sesuai dengan PUIL.
4. alat pemakai yang mempergunakan kabel fleksibel harus mempunyai hantaran
pengaman, jika GPAS mengamankan banyak peralatan, maka diusahakan
peralatan-peralatan tersebut diamankan dengan dua kelompok GPAS

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 25 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.2.4

CONTOH INSTALASI GPAS

GAMBAR 1.1.2.4.c INSTALASI GPAS

Perhatikan gambar di atas. Beban yang diproteksi oleh GPAS adalah beban 2 dan 3 saja.
Sedangkan beban 1 tidak.

KOMPETENSI YANG DILAKUKAN

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 26 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.3.1

BAGIAN 1.1.3.1:
CARA MEMBAWA&
MENEMPATKAN TANGGA
DIKETAHUI DAN DILAKUKAN DENGAN BENAR

DEFINISI
Tangga adalah suatu alat bantu manual bagi pekerja untuk mencapai ketinggian tertentu.

FUNGSI
Kegunaan tangga adalah untuk mempermudah pekerja menaiki, memasang, memperbaiki,
atau membongkar sesuatu yang tempatnya di atas ketinggian pekerjanya.

MACAM-MACAM TANGGA

Tangga dikelompokan sbb:


1. Tangga bambu, terbagi menjadi:
a. tangga bambu pendek,
b. tangga bambu panjang.
2. Tangga alumunium, terbagi menjadi:
a. tangga alumunium 2 kaki / lipat, terbagi lagi menjadi:
 tangga dengan ketinggian yang bisa diatur dan
 tangga yang ketinggiannya tidak bisa diatur / tetap.
b. tangga alumunium 4 kaki, terbagi lagi menjadi:
 tangga sedang dan
 tangga panjang.

CARA MEMBAWA TANGGA


Cara membawa tangga dapat dibedakan sesuai dengan ukurannya yaitu:
1. Tangga pendek.

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 27 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.3.1

Tangga pendek dapat dibawa hanya oleh satu orang pekerja dengan cara:
 berdiri dengan memegang tangga di samping badan bawah,
 pegang erat dan berjalan lurus,
 pegang dalam posisi diagonal / miring pada saat sebelum belok sehingga
tidak terkena orang lain.

DIANGKAT SUPAYA ORANG DI


PERSIMPANAGAN TIDAK TERSANDUNG

GAMBAR 1.1.3.1.a MEMBAWA TANGGA PENDEK

2. Tangga panjang
Tangga panjang dibawa oleh dua orang, dibawa dengan cara:
 berdiri dengan memegang tangga di samping kepala di atas pundak,
 pegang erat, dan
 berjalan sama cepat dan lurus.

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 28 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.3.1

GAMBAR 1.1.3.1.b MEMBAWA TANGGA PANJANG

CARA MENDIRIKAN TANGGA PANJANG


Mendirikan tangga panjang harus dilakukan oleh dua orang dengan cara:
 letakkan tangga tegak lurus terhadap tembok dan rebahkan di atas tanah,
 injak (dalam posisi jongkok) kedua ujung tangga dengan kaki orang pertama
supaya tidak bergerak,
 pegang kedua pangkal tangga oleh orang kedua,
 pelan-pelan angkat dan dirikan tangga oleh orang kedua (orang pertama
masih dalam posisi jongkok),
 dirikan tangga tegak lurus terhadap tanah oleh keduanya (orang pertama
berdiri), dan
 sandarkan tangga ke tembok.

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 29 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.3.1

GAMBAR 1.1.3.1.c MENDIRIKAN TANGGA PANJANG

KOMPETENSI YANG DILAKUKAN

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 30 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.3.2

BAGIAN 1.1.3.2:
CARA MENGANGKAT BENDA
DIKETAHUI DAN DILAKUKAN DENGAN BENAR

Supaya pinggang kita tidak sakit maka perlu memperhatikan cara mengangkat benda yaitu:
1. perkirakan berat benda, apabila terlalu berat kira-kira maka bisa diangkat berdua
atau lebih,
2. tekuklah lutut bukan penggang sementara dagu dan kepala santai dan tegak,
3. angkat benda dengan cara otot kaki yang mengangkat, dan
4. eratkan benda pada tubuh (posisi tangan diagonal pada benda).

Perkirakan berat
benda

Siap mengangkat

2 Dagu dan kepala


tegak

Posisi lutut ditekuk

Angkat
lurus
ke atas

Otot kaki
Berat benda
mengangkat

Kuatkan
cengkraman

Letak tangan
diagonal

Perkirakan berat
benda

Perkirakan berat
benda

Siap mengangkat

Dagu dan kepala Siap mengangkat


t egak

Dagu dan kepala


tegak
Po sisi lut ut dit ekuk

Angkat
3
lurus
ke atas Posisi lutut ditekuk

Angkat
lurus
Otot kaki ke atas
Berat benda m engangkat

Kuat kan
cengkraman Otot kaki
Berat benda
mengangkat

Kuatkan
cengkraman
Let ak t angan 4
diago nal

Letak tangan
diagonal

GAMBAR 1.1.3.2 CARA MENGANGKAT BENDA SEORANG DIRI

KOMPETENSI YANG DILAKUKAN

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 31 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.3.3

BAGIAN 1.1.3.3:
CARA MEMADAMKAN API
DIKETAHUI DAN DILAKUKAN DENGAN BENAR

MENGHADAPAI KEBAKARAN

1 2

Tutup pintu agar asap tidak m enyebar

Bunyikan alarm

Beri tahu pem adam kebakaran


Bila perlu m atikan api sendiri

Bila api tidak bisa dijinakkan m aka cepatlah lari

GAMBAR 1.1.3.3.a MENGHADAPI KEBAKARAN

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 32 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.3.3

KLASIFIKASI KEBAKARAN
KELAS A
Api membakar bahan yang mudah terbakar seperti kayu, baju, dan kertas. Air adalah media
yang paling tepat untuk memadamkan kebakaran kelas A. Selain air kelas ini dapat
dipadamkan oleh pasir atau karung basah.

GAMBAR 1.1.3.3.b KEBAKARAN KELAS A

KELAS B
Kebakaran disebabkan cairan mudah terbakar seperti bensin, minyak, kerosin, pelumas,
gemuk, lilin, cat, tiner, pelarut dll. Tutup dengan kain basah, atau dengan
menyemprotkan dry powder chemical extinguisher untuk memadamkan api.
HATI-HATI:
Jangan menyiram kebakaran kelas B dengan air sebab apinya bisa menyebar.

bensin

minyak
Gambar 2.3.3

cat

GAMBAR 1.1.3.3.c KEBAKARAN KELAS B

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 33 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.3.3

KELAS C
Kebakaran akibat gas yang mudah terbakar. Dengan menyemprotkan dry powder
chemical extinguiser adalah cara terbaik untuk memadamkannya.

GAMBAR 1.1.3.3.d KEBAKARAN KELAS C

KEBAKARAN LISTRIK
Kebakaran yang melibatkan perlengkapan listrik seperti motor, generator, kabel, sakelar,
PHB, dan peralatan elektronika lainnya termasuk ke dalam kebakaran listrik.
Cara memadamkan kebakaran jenis ini adalah dengan mematikan suplai tegangan lalu
padamkan api dengan menggunakan dry powder chemical extinguisher.
HATI-HATI:
JANGAN GUNAKAN AIR UNTUK MEMADAMKANNYA KARENA AIR
MENGHANTARKAN ARUS LISTRIK

GAMBAR 1.1.3.3.e KEBAKARAN LISTRIK

KOMPETENSI YANG DILAKUKAN

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 34 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.4.1

BAGIAN 1.1.4.1:
KORBAN KEJUT LISTRIK
DITOLONG DENGAN CEPAT DAN BENAR

Korban kejut listrik akan merasa sedikit pusing atau ototnya menjadi lemas karena arus
listrik mengalir pada sebagian tubuhnya. Kejut listrik juga dapat mematikan korban.
Di bawah ini adalah langkah-langkah untuk menolong korban dari kejut listrik tersebut:
1. Cepat matikan tegangan suplai, dengan: menurunkan MCB lokasi atau
menghubungsingkatkan sirkit, atau mencabut tusuk kontak dari kotak kontaknya.
Jika tegangan tidak dapat dimatikan, cepat lepaskan korban dari kontak listrik
dengan menggunakan alat-alat ini: Kayu kering, tali yang kuat dan kering, sabuk
kulit, baju kering atau bahkan dengan menendang dengan sepatu kulit.

GAMBAR 1.1.4.1 MENYELAMATKAN KORBAN KEJUT LISTRIK

2. Jauhkan korban dari area tersebut.


3. Perhatikan kondisi korban, Apakah masih bernapas atau apakah sudah tidak. Lakukan
PERNAPASAN BUATAN bila korban tidak bernapas lagi (lihat BAGIAN 1.1.4.2).
4. Buatlah kondisi korban senyaman mungkin, mungkin korban harus ditutupi
selimut agar hangat sebelum dilakukan pertolongan lain bila perlu.
KOMPETENSI YANG DILAKUKAN

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 35 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.4.2

BAGIAN 1.1.4.2:
PERNAPASAN BUATAN
DILAKUKAN DALAM PERTOLONGAN KECELAKAAN KERJA

Penyelamatan korban kejut listrik dapat mengagetkan korban dan menghentikan nafas
buatan. Di bawah adalah langkah-langkah yang harus ditempuh untuk memberikan napas
buatan.

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 36 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.4.2

1
2 3

 Letakkan korban miring.  Baringkan korban  Periksa denyut napas


 Buka mulut. telentang.  Bila tidak ada maka
 Angkat kepalanya. lakukan pernapasan
 Keluarkan kalau ada
 Angkat dagunya. buatan
benda asing.
 Pencet hidung dengan jari
untuk menyumbat napas.

 Baringkan korban  Periksa  Berikan 15 tekanan Lakukan berdua


telentang. denyut. pada jantung  5 tekanan lagi pada
 Angkat kepalanya.  Hembuskan 2 napas jantung
 Angkat dagunya. dengan cepat  Lakukan
 Lakukan 80 tekanan pernapasan penuh
per menit pada tanpa interupsi pada
jantung tekanan jantung
dengan kecepatan
60 tekanan/menit
 Bila denyut kembali normal,
letakkan korban pada posisi
ini.
 Perhatikan terus korban
6 sampai perawat ahli
mengambil alih. GAMBAR 1.1.4.2 PERNAPASAN BUATAN

KOMPETENSI YANG DILAKUKAN

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 37 DARI 37
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.4.3

BAGIAN 1.1.4.3:
KORBAN LUKA BAKAR
DITOLONG DENGAN CEPAT DAN BENAR

Langkah-langkah untuk menolong korban terbakar adalah:


1. cegah orang tersebut untuk berlari-lari,
2. lemparkan ke tanah,
3. matikan nyala api dengan membungkusnya dengan selimut atau mengguling-
gulingkan badannya ke tanah,
4. bekas pakaian yang menempel pada kulit jangan dilepas dahulu,
5. kulit yang menggelembung jangan dipecahkan juga,
6. balut luka dengan pembalut khusus (konsteril) dengan longgar (hal ini tidak perlu
bila lukanya sangat luas),
7. jangan gunakan tepung, minyak, atau salep untuk luka bakar,
8. baringkan korban dengan kepala lebih rendah, dan
9. segera kirim ke rumah sakit terdekat.

KOMPETENSI YANG DILAKUKAN

JUDUL UNIT : MENGERTI KEAMANAN KERJA (K3) DITEMPAT KERJA


BUKU INFORMASI VERSI : Kompetensi 38 DARI 37

Anda mungkin juga menyukai