BAGIAN 1.1.1.1:
UU KESELAMATAN KERJA
DIPATUHI PADA SAAT BEKERJA
Pasal I
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan
pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik.
2. Tenaga Listrik adalah suatu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan,
dan didistribusikan untuk segala macam keperluan, tidak termasuk listrik yang dipakai
untuk komunikasi, elektronika, atau isyarat.
3. Penyediaan Tenaga Listrik adalah pengadaan tenaga listrik mulai dari titik
pembangkitan sampai dengan titik pemakaian.
4. Pemanfaatan Tenaga Listrik adalah penggunaan tenaga listrik mulai dan titik
pemakaian.
5. Konsumen adalah setiap orang atau badan yang membeli tenaga listrik dan
pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk digunakan sebagai
pemanfaatan akhir dan tidak untuk diperdagangkan.
6. Sistem Tenaga Listrik adalah rangkaian instalasi tenaga listrik dan pembangkitan,
transmisi, dan distribusi yang dioperasikan secara serentak dalam rangka penyediaan
tenaga listrik.
7. Pembangkitan Tenaga Listrik adalah kegiatan memproduksi tenaga listnik.
8. Transmisi Tenaga Listrik adalah penyaluran tenaga listrik dan suatu sumber
pembangkitan ke suatu sistem distribusi atau kepada konsumen, atau penyaluran
tenaga listrik antarsistem.
9. Distribusi Tenaga Listrik adalah penyaluran tenaga listrik dan sistem transmisi
atau dan sistem pembangkitan kepada konsumen.
10. Penjualan Tenaga Listrik adalah suatu kegiatan usaha penjualan tenaga listrik kepada
konsumen.
11. Usaha Penjualan Tenaga Listrik adalah penyelenggara kegiatan usaha penjualan
tenaga listrik kepada konsumen yang tersambung pada tegangan rendah.
12. Agen Penjualan Tenaga Listrik adalah penyelenggara kegiatan usaha penjualan tenaga
listrik kepada konsumen yang tersambung pada tegangan tinggi dan tegangan
menengah.
13. Pengelola Pasar Tenaga Listrik adalah penyelenggara kegiatan usaha untuk
mempertemukan penawaran dan permintaan tenaga listrik.
14. Pengoperasian Sistem Tenaga Listrik adalah suatu kegiatan usaha untuk
mengendalikan dan mengkoordinasikan antarsistem pembangkitan, transmisi, dan
distribusi tenaga listrik.
15. Pengelola Sistem Tenaga Listrik adalah penyelenggara kegiatan usaha pengoperasian
sistem tenaga listrik yang bertanggung jawab dalam mengendalikan dan
mengkoordinasikan antarsistem pembangkitan, transmisi, dan distribusi, serta membuat
rencana pengembangan sistem tenaga listrik.
16. Jaringan Transmisi Nasional adalah janingan transmisi tegangan tinggi, ekstra tinggi,
dan / atau ultra tinggi untuk menyalurkan tenaga listrik bagi kepentingan umum yang
ditetapkan pemerintah sebagai jaringan transmisi nasional.
17. Rencana Umum Ketenagalistrikan adalah rencana pengembangan sistem penyediaan
tenaga listrik yang meliputi bidang pembangkitan, transmisi, dan distribusi tenaga listrik
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah,
antarwilayah, atau secara nasional.
18. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik adalah izin untuk melakukan usaha penyediaan
tenaga listrik untuk kepentingan umum.
19. Izin Operasi adalah izin untuk mengoperasikan instalasi penyediaari tenaga listrik
untuk kepentingan sendiri.
20. Instalasi Tenaga Listrik adalah bangunan sipil, elektromekanik, mesin, peralatan,
saluran, dan perlengkapannya yang digunakan untuk pembangkitan, konversi,
transmisi, distribusi, dan pemanfaatan tenaga listrik.
21. Usaha Penunjang Tenaga Listrik adalah usaha yang menunjang penyediaan tenaga
listrik.
22. Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik adalah izin untuk melaksanakan satu atau lebih
kegiatan usaha penunjang tenaga listrik.
23. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagalistrikan.
24. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat yang terdiri atas Presiden dan para Menteri yang
merupakan perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
25. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain
sebagai Badan Eksekutif Daerah.
26. Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik adalah badan pemerintah yang memiliki
kewenangan dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan yang independen
untuk melaksanakan pengaturan dan pengawasan penyediaan tenaga listrik.
27. Badan Usaha adalah setiap badan hukum yang dapat berbentuk Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, koperasi atau swasta, yang didirikan sesuai
dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, menjalankan jenis usaha bersifat
tetap dan terus menerus, bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
28. Badan Usaha Milik Negara adalah Badan Usaha yang oleh Pemerintah diserahi tugas
semata-mata untuk melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan
umum.
29. Badan Usaha Milik Daerah adalah Badan Usaha yang oleh Pemerintah Daerah diserahi
tugas melaksanakan usaha ketenagalistrikan.
30. Koperasi adalah Badan Usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kebersamaan yang lingkup
usahanya di bidang ketenagalistrikan.
31. Swasta adalah badan hukum yang didirikan dan berdasarkan hukum di Indonesia yang
berusaha di bidang ketenagalistrikan.
32. Pemanfaat Tenaga Listrik adalah semua produk atau alat yang dalam
pemanfaatannya menggunakan tenaga listrik untuk berfungsinya produk atau alat
tersebut.
33. Ganti kerugian hak atas tanah adalah penggantian atas nilai tanah berikut bangunan,
tanaman, dan / atau benda-benda lain yang terkait dengan tanah sebagai akibat
pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.
34. Kompensasi adalah pemberian sejumlah uang kepada pemegang hak atas tanah,
bangunan, tanaman dan / atau benda lain yang terkait dengan tanah tanpa dilakukan
pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan / atau benda-
benda lain yang terkait dengan tanah.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Penyelenggaraan usaha ketenagalistrikan menganut asas manfaat, efisiensi
berkeadilan, kebersamaan, optimasi ekonomis dalam pemanfaatan sumber daya,
berkelanjutan, percaya dan mengandalkan pada kemampuan sendiri, keamanan dan
keselamatan, serta kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Pasal 3
(1) Penyelenggaraan usaha ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin tersedianya
tenaga listrik dalam jumlah cukup, kualitas yang balk, dan harga yang wajar
untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan
merata serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.
(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) usaha ketenagalistrikan
mendorong Badan Usaha di dalam negeri menjadi lebih efisien dan mandiri agar
mampu berperan dan bersaing di dalam dan di luar negeri.
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN USAHA
PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN KONSUMEN
TENAGA LISTRIK
BAGIAN KEDUA
HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN TENAGA LISTRIK
Pasal 34
(I) Konsumen tenaga listrik mempunyai hak untuk:
a. mendapat pelayanan yang balk;
b. mendapat tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan keandalan
yang balk;
c. memperoleh tenaga listrik dengan harga yang wajar;
d. mendapat pelayanan untuk perbaikan apabila ada gangguan tenaga listrik; dan
e. mendapat ganti rugi apabila terjadi pemadaman yang diakibatkan kesalahan
dan atau kelalaian pengoperasian oleh pemegang Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik sesuai syarat-syarat yang diatur dalam perjanjian jual beli
tenaga listrik.
(2) Konsumen tenaga listrik mempunyai kewajiban:
a. melaksanakan pengamanan terhadap bahaya yang mungkin timbul akibat
pemanfaatan tenaga listrik;
b. menjaga keamanan instalasi ketenagalistrikan;
c. memanfaatkan tenaga listrik sesuai dengan peruntukannya; dan
d. membayar uang langganan atau harga tenaga listrik sesuai ketentuan atau
Perjanjian.
(3) Konsumen tenaga listrik bertanggung jawab apabila karena kelalaiannya
mengakibatkan kerugian pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
(4) Konsumen tenaga listrik wajib menaati persyaratan teknis di bidang ketenagalistrikan.
BAB X
LINGKUNGAN HIDUP DAN KESELAMATAN
KETENAGALISTRIKAN
Pasal 47
Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
peraturan perundang-undangan di bidang Iingkungan hidup.
Pasal 48
(1) Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan mengenai
keselamatan ketenaga listrikan.
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 59
(I) Setiap orang yang memberikan informasi palsu, kesaksian palsu, atau menahan
informasi berkaitan dengan usaha ketenagalistrikan yang merugikan kepentingan
umum dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang melanggar prinsip kompetisi yang sehat, khususnya dalam
melakukan persekongkolan usaha untuk memperoleh keistimewaan atau menghimpun
kekuatan monopoli sebagaimana dimaksud dalani Pasal 29 dan Pasal 52 buruf b,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 60
(1) Setiap orang yang menggunakan tenaga listrik yang bukan haknya dengan
maksud untuk memanfaatkan secara melawan hukum, dipidana karena
melakukan pencurian dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan rusaknya instalasi tenaga listrik
milik pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sehingga mempengaruhi
kelangsungan penyediaan tenaga listrik dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) Apabila kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mengakibatkan terputusnya
aliran listrik sehingga merugikan masyarakat dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
Pasal 61
(1) Setiap orang yang melakukan usaha penyediaan tenaga listrik tanpa Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan Pasal
10, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang melakukan usaha penyediaan tenaga listrik tanpa Izin Operasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta ruptah).
(3) Setiap orang yang melakukan usaha penyediaan tenaga listrik tidak memenuhi
kewajiban terhadap yang berhak atas tanah, bangunan, dan tanaman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan denda paling banyak Rp 1.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(4) Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat dikenakan sanksi
tambahan berupa pencabutan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik atau Izin Operasi.
Pasal 62
(1) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan matinya seseorang karena
tenaga listrik, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2) Apabila kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh pemegang Izin
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan pemegang Izin Operasi, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
(3) Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), pemegang Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik dan pemegang Izin Operasi juga diwajibkan untuk memberi
ganti rugi.
(4) Penetapan, tata cara, dan pembayaran ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
mengikuti ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pasal 63
Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha penunjang tenaga listrik tanpa izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) diancam dengan pidana kurungan paling
lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pasal 64
Setiap orang yang memproduksi, mengedarkan, atau memperjualbelikan pemanfaat listrik
yang tidak memiliki tanda keselamatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 48 ayat (4)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 65
(1) Dalam ha! tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh Badan
Usaha, pidana dikenakan terhadap Badan Usaha dan atau pengurusnya.
(2) Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh Badan Usaha, pidana yang dijatuhkan kepada
Badan Usaha berupa pidana denda, dengan ketentuan paling tinggi pidana denda
ditambah sepertiganya.
Pasal 66
(1) Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, Pasal 60, Pasal 61, dan Pasal 62
adalah kejahatan.
(2) Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 dan Pasal 64 adalab pelanggaran.
KOMPETENSI YANG DILAKUKAN
BAGIAN 1.1.1.2:
PERATURAN TEMPAT KERJA
DIPATUHI PADA SAAT BEKERJA
Peraturan tempat kerja in harus diperhatikan guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
terjadi pada saat sedang bekerja. Pelanggaran berarti memberi kemungkinan terjadinya
kecelakaan yang sangat fatal, JADI PERHATIKAN DAN PATUHILAH.
LAKUKAN:
JANGAN LAKUKAN:
BAGIAN 1.1.1.3:
PAKAIAN&PERLENGKAPAN KERJA
DIKETAHUI DAN DIPAKAI
Sarung tangan
Sabuk pengaman
GAMBAR 1.1.1.3
PAKAIAN & PERLENGKAPAN KERJA
Menggunakan pakaian dan perlengkapan kerja yang aman adalah tanggung jawab pekerja
sendiri. Baju dan perlengkapan tersebut memang dirancang untuk melindungi semua bagian
tubuh dari kemungkinan cedera. Jadi jangan disalahgunakan dan perhatikan baik-baik.
Perlengkapan kerja termasuk helm, kacamata, ear mof, sarung tangan, masker, sabuk
pengaman, dan sepatu.
2. Pakailah masker apabila bekerja pada daerah dengan kadar debu yang sangat tinggi
atau pada tempat bergas / uap beracun, atau berkabut tebal.
3. Gunakan sabuk pengaman yang baik dan benar (kencangkan dan kaitkan jangan
sampai terlepas) agar keselamatan pekerja di tempat yang tinggi bisa terjamin.
KOMPETENSI YANG DILAKUKAN
BAGIAN 1.1.1.4:
RESIKO KERJA
DIKETAHUI DAN DITANGGULANGI
Setiap orang harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja baik di
industri maupun di tempat kerja umumnya. Contoh-contoh kecelakaan kerja yaitu:
GAMBAR 1.1.1.4
KECELAKAAN KERJA
Hal-hal yang harus kita perhatikan sebelum melakukan pekerjaan adalah sbb:
1. mengetahui terlebih dahulu apakah pekerjaan yang dilakukannya adalah pekerjaan
berbahaya (dapat memahami semua pekerjaan atau kemungkinan yang
membahayakan jiwanya juga jiwa orang lain),
2. mengurangi atau memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Tugas-tugas atau kemungkinan berbahaya dalam bekerja pada instalasi dapat Saudara lihat
pada Tabel Jenis Kecelakaan Kerja berikut. Saudara bisa menambahkannya.
TABEL 1.1.1.4
JENIS-JENIS KECELAKAAN KERJA
BAGIAN 1.1.2.1:
TERJADINYA KEJUT LISTRIK
DIKETAHUI DENGAN BAIK
makkh.
.
fas
e
netra
l
tana pembumia
h n
Hal-hal yang menyebabkan perbedaan tingkatan kejut listrik tersebut antara lain:
1. Besar arus.
Arus listrik maksimal yang diizinkan mengalir ke
dalam tubuh manusia adalah 30 mA (PUIL).
4. Besar tegangan.
Tidak semua korban akan meninggal akibat kejut listrik. Bila diperhatikan dari besar arusnya
maka kondisi korban akan terlihat seperti pada tabel ini.
TABEL 1.1.2.1
TINGKAT BAHAYA AKIBAT ARUS LISTRIK
GAMBAR 1.1.2.1.c
ARUS LISTRIK YANG MENGALIR PADA ISOLASI BERBEDA
Semakin besar nilai hambatan atau tahanan akan semakin kecil juga arus yang dapat
mengalir melaluinya. Apabila tahanannya sangat besar maka bisa saja arus tidak akan
mengalir. Demikian juga sebaliknya.
KOMPETENSI YANG DILAKUKAN
Gambar 1.1.2.6
IAPSD-West Java Iinstitutional Development Project BAGIAN 1.1.2.2
BAGIAN 1.1.2.2:
INSTALASI SISTEM PEMBUMIAN
DIKETAHUI DENGAN BAIK
GAMBAR 1.1.2.2.a
DIAGRAM PENGAWATAN INSTALASI MOTOR FASE 3 YANG
KURANG SEMPURNA
Keamanan. Jadi apabila secara tidak disengaja salah satu penghantar aktif menyentuh
badan motor maka orang yang memegang motor itu akan terkene kejut listrik.
Sekarang perhatikan, apa yang akan terjadi pada orang di bawah ini???
GAMBAR 1.1.2.2.b
AKIBAT TIDAK ADANYA PENGHANTAR PE
Ada kemungkinan dia akan meninggal seketika. Hal ini dikarenakan tidak adanya
penghantar PE yang menghubungkan motor atau peralatan listrik dan PHB.
GAMBAR 1.1.2.2.c
DIAGRAM PENGAWATAN INSTALASI RUMAH
Gambar di atas hanyalah contoh, tidak ada rumah yang hanya memiliki 1 kotak kontak dan 1
lampu dipasang 2 grup. Tetapi dari gambar itu Saudara bisa melihat pengawatan Terminal
Pembumiannya.
Tegangan sentuh lebih dari 50 Volt berbahaya bagi manusia. Jadi perhatikan semua
peralatan listrik khususnya yang berbadan logam. Semua harus dibumikan atau mempunyai
penghantar pembumian (PE).
KOMPETENSI YANG DILAKUKAN
BAGIAN 1.1.2.3:
PERALATAN BERISOLASI&
DOBEL ISOLASI DIKETAHUI DENGAN BAIK
PERALATAN BERISOLASI
Lantai berisolasi
1. Badan logam bor listrik berisolasi ganda tidak boleh dibumikan akan berbahaya bagi
orang yang bekerja jika ia menyentuh perlengkapan lain yang rusak dan
bertegangan maka ia dapat tersengat listrik.
2. Syarat-syarat peralatan dengan pengaman dobel isolasi adalah:
a. peralatan tersebut tidak boleh dibumikan, memakai kabel kontak yang
mempunyai kotak pengaman, dan memakai tusuk kontak yang mempunyai
kotak pengaman juga,
b. memakai tanda pengenal:
BAGIAN 1.1.2.4:
GAWAI PROTEKSI ARUS SISA
DIMENGERTI DENGAN BAIK
GPAS (Gawai Proteksi Arus Sisa) lebih dikenal dengan ELCB (Erth Leakage Circuit
Breaker) dipasaran. Peralatan listrik ini bekerja untuk mengamankan manusia akibat arus
sisa/bocor karena kegagalan isolasi, baik dari sentuhan langsung maupun dari sentuhan
tidak langsung. GPAS harus dapat bekerja dalam waktu 0,2 detik, dengan syarat
peralatan listrik yang diamankan harus dibumikan.
Perhatikan gambar di atas. Pada kondisi normal IA = IB (tidak ada arus bocor).
GPAS membandingkan arus pada semua penghantar (L-PE atau N-PE) dari sirkit yang
diamankan. Jika ada ketidakseimbangan karena adanya arus bocor maka arus tersebut
akan membuat pemutus sirkit trip (IA IB).
GPAS dapat dipakai pada instalasi fase tunggal maupun fase 3.
KONSTRUKSI GPAS
Umumnya peralatan ini berkonstruksi 2, 4,dan 3 kutub (yang terakhir jarang dipakai) dengan
berbagai ukuran arus bocor nominal. Biasanya dilengkapi dengan kontak bantu dan sakelar
tekan untuk menguji kerjanya.
SYARAT PEMAKAIAN
Dengan adanya fungsi dan kerja peralatan pengaman arus sisa di atas, instalasi harus
memenuhi syarat-syarat berikut:
1. rangkaian arus bolak-balik
2. titik netral/titik bintang jaringan dibumikan (semua peralatan yang diamankan harus
dibumikan).
3. tahanan isolasi instalasi harus paling rendah 1000 / volt atau arus bocor tiap
bagian pada tegangan kerja tidak melebihi 1 mA. Dalam keadaan lembab minimal
100 / volt atau sesuai dengan PUIL.
4. alat pemakai yang mempergunakan kabel fleksibel harus mempunyai hantaran
pengaman, jika GPAS mengamankan banyak peralatan, maka diusahakan
peralatan-peralatan tersebut diamankan dengan dua kelompok GPAS
Perhatikan gambar di atas. Beban yang diproteksi oleh GPAS adalah beban 2 dan 3 saja.
Sedangkan beban 1 tidak.
BAGIAN 1.1.3.1:
CARA MEMBAWA&
MENEMPATKAN TANGGA
DIKETAHUI DAN DILAKUKAN DENGAN BENAR
DEFINISI
Tangga adalah suatu alat bantu manual bagi pekerja untuk mencapai ketinggian tertentu.
FUNGSI
Kegunaan tangga adalah untuk mempermudah pekerja menaiki, memasang, memperbaiki,
atau membongkar sesuatu yang tempatnya di atas ketinggian pekerjanya.
MACAM-MACAM TANGGA
Tangga pendek dapat dibawa hanya oleh satu orang pekerja dengan cara:
berdiri dengan memegang tangga di samping badan bawah,
pegang erat dan berjalan lurus,
pegang dalam posisi diagonal / miring pada saat sebelum belok sehingga
tidak terkena orang lain.
2. Tangga panjang
Tangga panjang dibawa oleh dua orang, dibawa dengan cara:
berdiri dengan memegang tangga di samping kepala di atas pundak,
pegang erat, dan
berjalan sama cepat dan lurus.
BAGIAN 1.1.3.2:
CARA MENGANGKAT BENDA
DIKETAHUI DAN DILAKUKAN DENGAN BENAR
Supaya pinggang kita tidak sakit maka perlu memperhatikan cara mengangkat benda yaitu:
1. perkirakan berat benda, apabila terlalu berat kira-kira maka bisa diangkat berdua
atau lebih,
2. tekuklah lutut bukan penggang sementara dagu dan kepala santai dan tegak,
3. angkat benda dengan cara otot kaki yang mengangkat, dan
4. eratkan benda pada tubuh (posisi tangan diagonal pada benda).
Perkirakan berat
benda
Siap mengangkat
Angkat
lurus
ke atas
Otot kaki
Berat benda
mengangkat
Kuatkan
cengkraman
Letak tangan
diagonal
Perkirakan berat
benda
Perkirakan berat
benda
Siap mengangkat
Angkat
3
lurus
ke atas Posisi lutut ditekuk
Angkat
lurus
Otot kaki ke atas
Berat benda m engangkat
Kuat kan
cengkraman Otot kaki
Berat benda
mengangkat
Kuatkan
cengkraman
Let ak t angan 4
diago nal
Letak tangan
diagonal
BAGIAN 1.1.3.3:
CARA MEMADAMKAN API
DIKETAHUI DAN DILAKUKAN DENGAN BENAR
MENGHADAPAI KEBAKARAN
1 2
Bunyikan alarm
KLASIFIKASI KEBAKARAN
KELAS A
Api membakar bahan yang mudah terbakar seperti kayu, baju, dan kertas. Air adalah media
yang paling tepat untuk memadamkan kebakaran kelas A. Selain air kelas ini dapat
dipadamkan oleh pasir atau karung basah.
KELAS B
Kebakaran disebabkan cairan mudah terbakar seperti bensin, minyak, kerosin, pelumas,
gemuk, lilin, cat, tiner, pelarut dll. Tutup dengan kain basah, atau dengan
menyemprotkan dry powder chemical extinguisher untuk memadamkan api.
HATI-HATI:
Jangan menyiram kebakaran kelas B dengan air sebab apinya bisa menyebar.
bensin
minyak
Gambar 2.3.3
cat
KELAS C
Kebakaran akibat gas yang mudah terbakar. Dengan menyemprotkan dry powder
chemical extinguiser adalah cara terbaik untuk memadamkannya.
KEBAKARAN LISTRIK
Kebakaran yang melibatkan perlengkapan listrik seperti motor, generator, kabel, sakelar,
PHB, dan peralatan elektronika lainnya termasuk ke dalam kebakaran listrik.
Cara memadamkan kebakaran jenis ini adalah dengan mematikan suplai tegangan lalu
padamkan api dengan menggunakan dry powder chemical extinguisher.
HATI-HATI:
JANGAN GUNAKAN AIR UNTUK MEMADAMKANNYA KARENA AIR
MENGHANTARKAN ARUS LISTRIK
BAGIAN 1.1.4.1:
KORBAN KEJUT LISTRIK
DITOLONG DENGAN CEPAT DAN BENAR
Korban kejut listrik akan merasa sedikit pusing atau ototnya menjadi lemas karena arus
listrik mengalir pada sebagian tubuhnya. Kejut listrik juga dapat mematikan korban.
Di bawah ini adalah langkah-langkah untuk menolong korban dari kejut listrik tersebut:
1. Cepat matikan tegangan suplai, dengan: menurunkan MCB lokasi atau
menghubungsingkatkan sirkit, atau mencabut tusuk kontak dari kotak kontaknya.
Jika tegangan tidak dapat dimatikan, cepat lepaskan korban dari kontak listrik
dengan menggunakan alat-alat ini: Kayu kering, tali yang kuat dan kering, sabuk
kulit, baju kering atau bahkan dengan menendang dengan sepatu kulit.
BAGIAN 1.1.4.2:
PERNAPASAN BUATAN
DILAKUKAN DALAM PERTOLONGAN KECELAKAAN KERJA
Penyelamatan korban kejut listrik dapat mengagetkan korban dan menghentikan nafas
buatan. Di bawah adalah langkah-langkah yang harus ditempuh untuk memberikan napas
buatan.
1
2 3
BAGIAN 1.1.4.3:
KORBAN LUKA BAKAR
DITOLONG DENGAN CEPAT DAN BENAR