Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Zaman dengan perkembangan kelistrikan meliputi teknologi yang semakin
canggih dan efisien menunjukkan peralatan yang mendukung dalam dunia instalasi
dapat optimal. Dunia kelistrikan saat ini dan kini sangatlah penting dalam
peradaban kehidupan manusia. Tenaga listrik merupakan satu jenis energi yang
sangat dibutuhkan dalam hidup dan kelangsungan kehidupan manusia sehari-hari.
Tenaga listrik sendiri memiliki dampak positif dan dampak negatif. Apabila listrik
dipergunakan sebagai kebutuhan sarana untuk membantu kegiatan hidup manusia.
Dan bila dalam penggunaan listrik tersebut dengan baik maka akan berakibat fatal
bagi pengguna dan berdampak hingga kematian. Dalam mendukung pemanfaatan
energi listrik tersebut diperlukan sarana dan teknologi yang memadai dan sesuai,
agar energi listrik dapat secara optimal, baik, efisien dan aman baik peralatan
maupun bagi pengguna.
Dalam dunia kelistrikan perlukan peraturan ketenaga listrikan sebagai
pegangan bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan ketenaga listrikan. Pihak-pihak
yang berkaitan tersebut diantaranya para pengguna agar dapat mengetahui aturan
dan hak-haknya dalam berlangganan dan menggunakan energi listrik. Bagi
perusahaan dengan bidang kelistrikan, aturan sangat diperlukan sebagai pedoman
untuk menerapkan standard kualitas pelayanan listrik yang aman dimana instalasi
listrik yang sebagai penguhubung ke para pelanggan.
Berdasarkan standard kualitas pelayanan listrik, dalam memanfaatkan
energi listrik dengan sarana utama yang menghubungkan antara sumber akan listrik
dengan peralatan-peralatan pendukung sebagai penghantar maupun sebagai beban
listrik. Untuk memanfaatkan energi listrik tersebut diperlukan perancangan dan
membuat instalasi listrik dengan meliputi teknik dan prinsip tertentu. Instalasi
listrik terdiri atas komponen, rangkaian dan peralatan pengaman.
Berdasarkan rangkaian, komponen serta peralatan dengan segi keamanan
dan standard tentunya suatu instalasi listrik mementingkan kondisi dan fungsi
daripada komponen serta peralatan dalam menjadi satu kesatuan untuk
menghubungkan dan menyalurkan energi listrik. Sebaik-baiknya suatu instalasi
listrik dapat saling terhubung antar komponen yang meminimalisir hubung singkat
maupun korsleting listrik yang justru membahayakan bagi kelangsungan hidup
manusia.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa definisi listrik ?
b. Bagaimanakah seharusnya pemasangan instalasi itu dilakukan ?
c. Bagaimana pengaruh dan dampak nya terhadap manusia?
d. Bagaimana kondisi dan hasil rangkaian instalasi listrik yang melibatkan komponen yang
berbeda beda?

1
2

e. Dengan berbagai percobaan instalasi listrik yang dilakukan bagaimana fungsi dan peran
komponen di setiap percobaan dapat menhantarkan arus listrik?
1.3. Tujuan
a. Mengerti dan memahami Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
b. Mengerti dan memahami cara instalasi listrik dengan percobaan meliputi
komponen yang berbeda-beda tentunya aman.
c. Dapat memahami perbedaan dari beberapa percobaan dengan komponen yang
berbeda.
d. Dapat mengetahui fungsi dan peran komponen dari percobaan yang dlakukan.
1.4. Batasan Masalah
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah di atas, maka dalam
permasalahan ini perlu adanya pembatasan masalah agar pengkajian masalah dalam
penelitian ini dapat lebih terfokus dan terarah. Karena keterbatasan yang dimiliki
maka permasalahan ini hanya membatasi masalah pada instalasi listrik dengan
keadaan dan komponen yang berbeda.

2
3

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi Listrik
Listrik adalah merupakan daya atau kekuatan yang ditimbulkan oleh adanya
pergesekan ataupun melalui sebuah proses kimia tersebut biakan s digunakan untuk
kemudian menghasilkan panas, cahaya atau bahkan bias dimanfaatkan untuk
menggerakan sebuah mesin atau bahkan menjadi penerangan bagi suatu bangunan
atau tempat.
2.2. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
Sistem penyaluran dan cara pemasangan instalasi listrik di Indonesian harus
mengikuti aturan yang ditetapkan oleh PUIL (Peraturan umum Instalasi Listrik)
yang diterbitkan tahun 1977, kemudian direvisi tahun 1987 dan terakhir tahun
2000. Sisteminstalasi listrik yang dimulai dari sumber listrik (tegangan,
frekwensi), peralatan listrik, cara pemasangan, pemeliharaan dan keamanan, sudah
diatur dalam PUIL.
2.2.1. Tujuan Dari Peraturan Instalasi Listrik
Tujuan dari peraturan instalasi listrik diantaranya:
a. Melindungi manusia terhadap bahaya sentuhan dan kejutan arus listrik.
b. Keamanan instalasi dan peralatan listrik.
c. Menjaga gedung serta isinya dari bahaya kebakaran akibat gangguan
listrik.
d. Menjaga ketenangan listrik yang aman dan efisien.
2.2.2. Dasar – Dasar Instalasi Listrik
Standarisasi juga mengurangi pekerjaan tangan maupun pekerjaan
otak. Dengan tercapainya standarisasi, mesin-mesin dan alat-alat dapat
dipergunakan secara lebih baik dan lebih efisien, sehingga dapat menurunkan
harga pokok dan meningkatkan mutu. Standarisasi juga membatasi jumlah
jenis bahan dan barang, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan
2.2.3. Prinsip - Prinsip Instalasi Listrik
Untuk mewujudkan instalasi listrik yang dapat menjamin
pemanfaatan energi listrik yang baik, maka ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan ketika perancangan dan pemasangan instalasinya. Prinsip-
prinsip instalasi listrik adalah :
a. Safety (Keamanan)
b. Reliability (Keandalan)
c. Accessibility (Kemudahan)
d. Avaibility (Ketersediaan)
e. Impact of Environment (Pengaruh Lingkungan)
f. Economic (Ekonomi)
g. Estetika (Keindahan)

3
4

2.2.4. Safety (Keamanan)


Instalasi listrik harus dipasang dengan benar berdasarkan standar dan
peraturan yang ditetapkan oleh SPLN, PUIL-2000 serta IEC (International
Electrotechnical Commission) dengan tujuan untuk keamanan dan
keselamatan bagi pengguna, harta benda dan instalasi listrik itu sendiri.
Sistem instalasi listrik dinyatakan aman bila dilengkapi dengan sistem
proteksi yang sesuai dan mempunyai keandalan yang tinggi dalam merespon
gangguan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Contoh: Suatu sistem instalasi listrik harus dilengkapi dengan sistem
pentanahan/pembumian agar manusia terhindar dari sentuhan tidak langsung
akibat kejutan listrik yang tidak terduga, karena adanya kebocoran arus listrik
pada body peralatan listrik.
2.2.5. Reliability (Keandalan)
Suatu sistem instalasi listrik dinyatakan andal bila operasi sistem
kelistrikan dapat bekerja dalam waktu yang cukup lama dan bila terjadi
gangguan dapat dengan cepat diatasi.Keandalan yang diperlukan meliputi
unjuk kerja sistem, pengoperasian sistem dan juga peralatan yang digunakan.
2.2.6. Accessibility (Kemudahan)
Kemudahan pada sistem instalasi listrik maksudnya adalah sistem
tersebut dapat diperasikan dengan mudah, tidak memerlukan skill tinggi.
Pemasangan peralatan sistem dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
Demikian juga perawatan dan perbaikan dapat dilaksanakan dengan mudah.
Secara garis besar kemudahan yang diharapkan berlaku dalam hal :
a. Pengoperasian, Perawatan & Perbaikan Sistem.
b. Pemasangan dan penggantian peralatan sistem.
c. Pengembangan dan perluasan sistem.
Contoh: Agar memudahkan dalam mencari trouble pada suatu sistem
kontrol, maka sistem instalasi panel kontrol harus dilengkapi label pada
peralatan listrik yang terpasang, adanya penomoran pada terminal, kabel dan
pengawatan peralatan yang disesuaikan dengan gambar/diagram kontrol dan
instalasi.
2.2.7. Availibility (Ketersediaan)
Merupakan hal yang penting dalam suatu sistem instalasi listrik, karena
berkaitan dengan kemungkinan pengembangan ataupun perluasan proses
kontrol/mesin yang meliputi ketersediaan alat, tempat/ruang dan daya.
Suatu sistem instalasi listrik dinyatakan mempunyai ketersediaan
apabila :
a. Adanya cadangan peralatan listrik sebagai alat pengganti bila terjadi
kerusakan pada peralatan yang dalam kondisi operasi, baik yang telah
tersedia dilapangan umum maupun yang dengan mudah didapat
dipasaran.

4
5

b. Adanya cadangan tempat atau ruang yang diperlukan untuk


menempatkan peralatan tambahan, karena adanya pengembangan
ataupun perluasan sistem.
c. Adanya cadangan daya pada sistem instalasi yang dapat langsung
digunakan tanpa harus mengganti ataupun menambah kabel pada
sistem instalasi.
2.2.8. Impact of Environment (Pengaruh Lingkungan)
Perencanaan sistem instalasi listrik harus mempertimbangkan dampak
yang terjadi pada lingkungan sekitar dimana sistem instalasi dipasang yang
meliputi :
a. Pengaruh Lingkungan terhadap peralatan
b. Pengaruh Peralatan terhadap lingkungan
Bila peralatan listrik dipasang pada lingkungan tertentu, harus
dipertimbangkan, apakah peralatan itu mempunyai pengaruh negatip
terhadap lingkungan sekitarnya.
Bila ada kemungkinan mengganggu atau merusak lingkungan maka
harus dirancang agar pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh peralatan listrik
dapat dihilangkan atau diperkecil.
2.2.9. Economic (Ekonomi)
Kondisi ekonomis pada suatu sistem instalasi dikatakan berhasil bila
efisien dan efektip dalam hal penggunaan daya listrik, peralatan yang
digunakan cukup andal dan kecilnya delay time pada pengoperasian proses
produksi. Perencanaan sistem instalasi listrik perlu mempertimbangkan
kondisi operasional jangka panjang agar dapat dihemat biaya-biaya yang
dikeluarkan terhadap :
a. Pemeliharaan dan perluasan sistem.
b. Pemakaian/penggantian peralatan.
c. Pengoperasian sistem
Contoh: Bila proses produksi banyak menggunakan beban induktif,
agar penggunaan daya listrik efektip maka sistem instalasi listriknya harus
dilengkapi dengan kompensasi daya listrik yaitu dengan memasang
Capasitor Bank.
2.2.10. Estetika (Keindahan)
Kerapian dalam pemasangan dan pengawatan dapat menimbulkan
kemudahan dan kejernihan pikiran dalam melaksanakan perawatan dan
perbaikan pada sistem instalasi. Keserasian dalam pemilihan dan
penggunaan/pemilihan peralatan yang disesuaikan dengan ukuran, bentuk
dan warna yang sedemikian rupa, sehingga menimbulkan pemandangan yang
indah dan nyaman.
Keserasian dan keindahan tata letak akan menimbulkan mosaik yang
memberikan kenyamanan serta menghindari kebosanan bagi pelaksana
operasi pada ruang dimana suatu kendali sistem kontrol dipasang. Kondisi

5
6

tersebut diatas akan menimbulkan gairah dan ketenangan kerja serta disiplin
kerja akan selalu terjaga.
2.3. Keamanan Instalasi Listrik
Pengaman instalasi listrik adalah salah satu jenis peralatan yang berfungsi
mengamankan peralatan listrik dari gangguan arus hubung singkat (short circuit)
dan beban lebih (over load) .Penggunaan peralatan pengaman (proteksi) pada
instalasi listrik merupakan hal yang sangat penting, karena berhubungan langsung
terhadap keamanan dan keselamatan bagi pengguna listrik dari bahaya sengatan
listrik atau kerusakan instalasi dan peralatan listrik yang digunakan.
Pemasangan peralatan pengaman listrik harus memperhitungkan besarnya
arus listrik dari bebaninstalasi listrik atau besarnya arus dan tegangan listrik yang
masih mampu ditanggung dalam beberapa saat, apabila suatu instalasi maupun
peralatan listrik yang digunakan mengalami gangguan.
Gangguan-gangguan yang terjadi pada instalasi listrik diantaranya : (a) arus
beban lebih, b) arus hubung singkat (arus hubung pendek), c)arus bocor ke bumi.
Dengan demikian, pemilihan dan penggunaan peralatan pengaman listrik
yang tepat akan mendukung didapatnya suatu sistem instalasi listrik yang aman dan
andal.
2.4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi Listrik
Berikut adalah langkah – langkah keselamatan dan kesehatan kerja yang
berhubungan dengan peralatan listrik, tempat kerja, dan operasional pekerjaan
pemasangan instalasi lisrik sebagai berikut:
2.4.1. Menurut PUIL ayat 920 B6, beberapa ketentuan peralatan listrik
diantaranya :
a. Peralatan yang rusak harus segera diganti dan diperbaiki. Untuk peralatan
rumah tangga seperti sakelar, fiting, kotak -kontak, setrika listrik, pompa
listrik yang dapat mengakibatkan kecelakaan listrik.
b. Tidak diperbolehkan mengganti pengaman arus lebih dengan kapasitas yang
lebih besar
c. Tidak diperbolehkan mengganti kawat pengaman lebur dengan kawat yang
kapasitasnya lebih besar
d. Tidak diperbolehkan memasang kawat tambahan pada pengaman lebur
untuk menambah daya
e. Bagian yang berteganagan harus ditutup dan tidak boleh disentuh seperti
terminal-terminal sambungan kabel, dan lain -lain.
f. Peralatan listrik yang rangkaiannya terbuat dari logam harus ditanahkan
2.4.2. Menurut PUIL ayat 920 A1, tentang keselamatan kerja berkaitan
dengan tempat kerja, diantaranya :
a. Ruangan yang didalamnya terdapat peralatan lsitrik terbuka, harus diberi
tanda peringatan “ AWAS BERBAHAYA”
b. Berhati-hatilah bekerja dibawah jaringan listrik

6
7

c. Perlu digunakan perelatan pelindung bila bekerja di daerah yang rawan


bahaya listrik
2.4.3. Pelaksanaan pekerjaaan instalasi listrik yang mendukung pada
keselamatan kerja, antara lain :
a. Pekerja instalasi listrik harus memiliki pengetahuan yang telah ditetapkan
olehPLN (AKLI)
b. Pekerja harus dilengkapi dengan peralatan pelindung seperti : Baju
pengaman (lengan panjang, tidak mengandung logam, kuat dan tahan
terahadap gesekan), Sepatu, Helm, Sarung tangan.
c. Peralatan (komponen) listrik dan cara pemasangan instalasinya harsus
sesuai dengan PUIL.
d. Bekerja dengan menggunakan peralatan yang baik
e. Tidak memasang tusuk kontak secara bertumpuk
f. Tidak boleh melepas tusuk kontak dengan cara menarik kabelnya, tetapi
dengancara memegang dan menarik tusuk kontak tersebut.
2.5. Komponen Instalasi Listrik
Komponen instalasi listrik merupakan perlengkapan yang paling pokok
dalam suatu rangkaian instalasi listrik, dalam pemasangan instalasi listrik
komponen instalasi listrik yang akan dipasang pada instalasi listrik, harus
memenuhi persyaratan dan ditata sehingga terpenuhi keperluannya. Standarisasi
peralatan listrik berfungsi untuk mengatur keseragaman, kemampuan dan
keandalan peralatan listrik dengan mengadopsi standar dari IEC (International
Electrotechnical Commision), yang anggotanya meliputi sejumlah Negara
termasuk Indonesia. Di Indonesia, lembaga pengujian peralatan listrik adalah
Lembaga Masalah Kelistrikan (LMK), dan mengacu pada standar nasional yaitu
Standar Nasional Indonesia (SNI).

Gambar 1 Komponen Instalasi Sesuai Standar Nasional Indonesia

7
8

Gambar 2 Saklar yang Kurang Memenuhi Standar Nasional Indonesia

Peralatan listrik yang baik adalah peralatan yang telah diuji dan diberi label
sesuai dengan tanda di Negara tersebut, misal: SNI (Indonesia), tanda dari lembaga
pengujian suatu negara disebut Safety Marks.
Pemilihan peralatan listrik sesuai dengan pengaruh luar perlu
dipertimbangkan, selama ini kita memilih peralatan listrik baru mencakup
fungsinya saja. Untuk menjamin keandalan dari peralatan/perlengkapan listrik,
maka IEC telah mengatur dan mengelompokkan dengan kode-kode yang terdiri dari
sekumpulan huruf besar dan sebuah angka (indek proteksi) sehingga mudah untuk
dipahami.
A. Komponen Utama
1. Kabel Penghantar
Kabel penghantar merupakan komponen utama instalasi listrik
dimana akan mengalirkan tenaga listrik yang akan digunakan pada
peralatan listrik. Jenis kabel disesuaikan dengan tempat pemasangan
instalasi, sedang ukuran kabel disesuaikan dengan jenis dan besar beban
yang ada pada instalasi tersebut.
Beberapa jenis kabel yang biasa digunakan dalam instalasi listrik
adalah sebagai berikut:
a) Kabel NYA
Kabel NYA berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC
untuk instalasi luar atau kabel udara. Kode warna isolasi ada warna
merah, kuning, biru dan hitam sesuai dengan peraturan PUIL..
Lapisan isolasinya hanya 1 lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan
air (NYA adalah tipe kabel udara) dan mudah digigit tikus. Agar
aman memakai kabel tipe ini, kabel harus dipasang dalam
pipa/conduit jenis PVC atau saluran tertutup. Sehingga tidak mudah
menjadi sasaran gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang
terkelupas tidak tersentuh langsung oleh orang.

8
9

Gambar 3 Penampang Kabel NYA

b) Kabel NYM
Kabel NYM memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna
putih atau abuabu), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM
memiliki lapisan isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya
lebih baik dari kabel NYA (harganya lebih mahal dari NYA).
Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah,
namun tidak boleh ditanam.

Gambar 4 Penampang Kabel NYM

c) Kabel NYAF
Kabel NYAF merupakan jenis kabel fleksibel dengan
penghantar tembaga serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk
instalasi panel-panel yang
memerlukan fleksibelitas yang tinggi.

Gambar 5 Penampang Kabel NYAF

9
10

d) Kabel NYY
Kabel NYY memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya
berwarna hitam), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYY
dipergunakan untuk instalasi tertanam (kabel tanah), dan memiliki
lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM (harganya lebih
mahal dari NYM). Kabel NYY memiliki isolasi yang terbuat dari
bahan yang tidak disukai tikus.

Gambar 6 Penampang Kabel NYY

e) Kabel NYFGbY
Kabel NYFGbY digunakan untuk keperluan instalasi listrik
bawah tanah, ruangan, saluran-saluran dan pada tempat-tempat
yang terbuka yang membutuhkan perlindungan terhadap gangguan
mekanis, atau untuk tekanan rentangan yang tinggi selama
dipasang dan dioperasikan.

Gambar 7 Penampang Kabel NYFGbY

f) Kabel BCC
Kabel Bare Copper Conductor (BCC) merupakan kawat
tembaga telanjang yang biasanya digunakan untuk saluran udara
dan kabel tanah. Konduktor jenis BCC ini digunakan untuk
transmisi daya saluran udara. Kabel BCC sering digunakan dalam
instalasi penyalur petir dan pentanahan.

Gambar 8 Penampang Kabel BCC

10
11

2. Saklar
Saklar adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk
memutuskan dan/atau untuk menghubungkan pada jaringan listrik
(dalam hal ini untuk lampu). Jadi saklar pada dasarnya adalah alat
penyambung atau pemutus aliran listrik. Secara sederhana, saklar terdiri
dari dua bilah logam yang menempel pada suatu rangkaian (dalam hal
ini instalasi rumah), dan bisa terhubung atau terpisah sesuai dengan
keadaan sambung (on) atau putus (off) dalam rangkaian itu.
a. Saklar Toggle
Saklar yang berfungsi memutuskan dan menghubungkan arus
listrik dengan cara menaikkan atau menurunkan tuas mekanis.
Pada umunya saklar ini berbentuk kecil dan tidak terlalu besar
dan biasa digunakan untuk rangkaian elektronika.

Gambar 9 Saklar Toogle

b. Saklar Push Button


Saklar ini berfungsi untuk memutuskan aliran listrik dengan cara
pengoperasianya yaitu ditekan. Jenis saklar ini biasanya
digunakan sebagai kombinasi alat pengunci (coil) pada
rangkaian kontrol.

Gambar 10 Push Button

c. Saklar Tarik
Saklar yang memiliki fungsi untuk mrmutuskan aliran listrik
dengan cara kerjanya ditarik. Saklar ini biasa digunakan untuk
kipas angina gantung maupun lampu hias gantung.

11
12

Gambar 11 Saklar Tarik

d. Saklar Tunggal
Saklar yang sering ditemui dimana-mana sebagai instalasi
lampu. Saklar ini berfungsi juga sebagai pemutus dan
penghubung aliran listrik pada satu lampu.

Gambar 12 Saklar Tunggal

e. Saklar Seri
Saklar yang memiliki fungsi seperti saklar tunggal akan tetapi
terdapat perbedaan adalah kapasitas pemutus aliran listrik ini
dapat digunakan untuk dua lampu.

Gambar 13 Saklar Seri

f. Saklar Tukar
Saklar tukar biasa disebut saklar hotel atau saklar biasa dimana
saklar ini dapat memutus aliran listrik melalui dua arah. Untuk
pemasangannya membutuhkan dua saklar untuk menghidupkan
dan mematikan satu lampu.

12
13

Gambar 14 Saklar Tukar

3. Kotak Pengaman
Kotak pengaman merupakan kotak tempat pengaman instalasi
listrik yang juga tempat awal semua kabel instalasi yang akan dipasang.
Untuk rumah atau bangunan kecil umumnya memakai 2 jenis yaitu :
kotak sekring (fuse box) atau kotak MCB (Miniatur Circuit Breaker).

Gambar 15 MCB

4. Stop Kontak
Stop kontak atau Kotak Kontak atau Electric Outlet, berfungsi
sebagai tempat mendapatkan tenaga listrik untuk peralatan rumah
tangga (TV, setrika, mesin air, kulkas, dan peralatan-peralatan listrik
rumah tangga lainnya).

Gambar 16 Stopkontak

13
14

5. Fitting Lampu dan Kayu Roset


Fitting lampu merupakan tempat pemasangan lampu penerangan
rumah, sedangkan kayu roset merupakan kayu sebagai tempat
memasang fitting pada plafon atau dinding.

Gambar 17 Roset dan Fitting yang sering digunakan

6. Elektoda Bumi dan Kabel BC (Bare Copper)


Elektroda bumi atau ada juga yang menyebut batang arde atau
pentanahan atau gorunding merupakan elektroda yang ditanam atau
dimasukkan ke dalam tanah. Funsinya sebagai pengaman tegangan
sentuh akibat arus bocor. Bahan yang digunakan umumnya terbuat dari
besi yang dilapisi tembaga. Kabel BC merupakan kabel telanjang atau
tanpa isolasi yang menghubungkan elektroda bumi ke instalasi listrik
melalui kotak pengaman. Terbuat dari tembaga, dan untuk instalasi
rumah biasanya digunakan kabel BC berukuran 6 mm².

Gambar 18 Batang Arde (ROD) dan Kawat BC

B. Komponen Pendukung
1. Pipa Instalasi, Knee, dan Klem Pipa
Pada instalasi pasangan luar, yaitu bila kabel berada diluar tembok
atau pada dinding/tiang kayu, jika menggunakan kabel NYA sangat
diperlukan pipa instalasi. Hal ini disebabkan karena masing-masing
kabel NYA hanya terdiri dari satu buah kabel berisolasi sehingga pada
pemasangan akan rapi dan yang terutama menghindari dari gangguan
hewan pengerat. Pada instalasi dalam, kabel ditanam alam tembok,
sebaiknya juga menggunakan pipa instalasi untuk semua jenis kabel
yang digunakan. Karena hal tersebut akan sangat membantu dalam
perbaikan maupun penggantian kabel instalasi listrik tanpa harus

14
15

merusak tembok yang sudah terbangun rapi. Knee atau sambungan pipa
90º dan klem pipa merupakan penunjang pada pemasangan pipa supaya
lebih rapi.

Gambar 19 Knee, Klem, dan Pipa

2. Kotak Sambung dan Kontak Saklar & SC


Kotak sambung (Junction Box) atau merupakan tempat dimana
saluran utama dan saluran cabang disambungkan. Banyaknya lobang
saluran masuk untuk penyambungan bermacam-macam (1 cabang, 2
cabang, 3 cabang, dst.)dan begitu pula bentuk dari kotak sambung
tersebut (kotak, bulat,dsb.). Kita pakai yang umum saja yaitu kotak
sambung dengan tiga lobang cabang dan empat lobang cabang
(dikalangan instalatir disebut T-DOOS dan Kruis DOOS. Kotak untuk
pemasangan saklar & kotak kontak (stop kontak(SC)) pada instalasi
pasang dalam kita gunakan kotak sambung dengan 1 lobang saluran
cabang (dikalangan instalatir disebut In bouw DOOS atau N Doos).

Gambar 20 Kotak Kontak

15
16

BAB III
METODOLOGI
Dalam penulisan laporan, berdasarkan praktikum dengan empat percobaan
dengan kondisi instalasi yang menghubungkan komponen instalasi yang berbeda.
Dalam metodologi ini memuat diagram alir, alat bahan serta langkah kerja atas
percobaan-percobaan yang dilakukan.
3.1. Alat dan Bahan
Dalam melakukan semua percobaan yang dilakukan dalam praktikum
memerlukan alat dan bahan yang penting untuk mendukung percobaan tersebut.
Alat dan bahan tersebut diantaranya sebagai berikut :
No. Nama Satuan
1. Palu 1
2. Gergaji 1
3. Obeng 1 set 1
4. Tespen 1
5. Tang Kupas 1
6. Tang Kombinasi 1
7. Tang Potong 1
8. Tang Cucut 1
9. Fitting 1
10. Saklar Tunggal 2
11. Saklar Seri 2
12. Saklar Tukar 1
13. Stop Kontak 5
14. Penggaris 1
15. Papan Percobaan 1
16. Steker 1
17. Lampu 5
18. MCB 2
19. kWh meter set 1
20. Sekering 1
21. Kabel NYA Secukupnya
22. Isolasi 1
23. Pipa ⅝ inch Secukupnya
24. Sekrup Secukupnya
25. Klem 1
26. Kotak Sambung Secukupnya
27. Roset Secukupnya
28. Elbow Secukupnya

16
17

3.2. Langkah Kerja


3.2.1 Diagram Alir
Berdasarkan percobaan yang akan dilakukan dapat dipresentasekan dalam
bentuk diagram alir dimana dapat dipresentasekan sebagai berikut :

Mulai

Menelaah dan Memahami


Rangkaian pada setiap
Perocobaan

Melakukan kelengkapan bahan dan


alat serta pendataan yang diperlukan.

Melakukan Pengukuran bahan dan


melengkapi data hitungan

Melakukan perangkaian pada


percobaan sesuai dengan gambar
rangkaian

Melakukan pengujian rangkaian

Melakukan hasil pengujian dan


mendokumentasi hasil yang terjadi

Melakukan Analisis dan


menyimpulkan pengujian

Selesai

3.2.2 Penjelasan Langkah Kerja


Dalam melakukan semua percobaan yang dilakukan dalam praktikum memuat
langkah kerja agar semua percobaan dapat dilakukan dengan benar.
Runtutan dengan urutan langkah kerja tersebut yang berlaku pada 4 percobaan
sebagai berikut :
a. Menyiapkan Alat dan Bahan.
b. Menelaah dan memahami rangkaian percobaan.

17
18

Rangkaian Percobaan 1

Gambar 21 Single Line Diagram Percobaan 1

Rangkaian Percobaan 2

Gambar 22 Single Line Diagram Percobaan 2

Rangkaian Percobaan 3

Gambar 23 Single Line Diagram Percobaan 3

18
19

Rangkaian Percobaan 4

Gambar 24 Single Line Diagram Percobaan 4

c. Melakukan pendataan bahan yang akan diperlukan.


d. Melakukan pengukuran kabel yang diperlukan.
e. Melakukan perangkaian komponen instalasi sesuai dengan rangkaian.
f. Melakukan pemasangan komponen instalasi dengan memastikan rangkaian
terhubung untuk menghantarkan listrik.
g. Melakukan pengujian kondisi yang terjadi pada percobaan rangkaian.
h. Melakukan pengamatan hasil percobaan.
i. Melakukan pendokumentasian hasil percobaan.
j. Melakukan perhitungan data yang dibutuhkan.
k. Melakukan penyelesaian praktikum.
Berdasarkan langkah kerja yang akan menjadi runtutan dengan keadaan
beberapa percobaan seperti berikut :
a. Pada percobaan 1 : kondisi aliran listrik dengan komponen saklar tunggal,
stopkontak dan satu lampu.
b. Pada percobaan 2 : kondisi aliran listrik dengan komponen saklar seri
(ganda), stopkontak, MCB dan 2 lampu.
c. Pada percobaan 3 : kondisi aliran listrik dengan komponen saklar tukar,
saklar seri, dua stop kontak dan MCB.
d. Pada percobaan 4 : kondisi aliran listrik dengan komonen kwh meter set,
sekering, stop kontak, saklar tunggal dan satu lampu.

19
20

BAB IV
ANALISIS PENGAMATAN
4.1 Hasil Analisis
Instalasi listrik adalah sambungan atau hubungan suatu peralatan listrik
terhadap peralatan listrik lainnya secara listrik yang harus memenuhi standar yang
sudah ditentukan oleh PUIL tahun 2000. Sistem sambungan adalah cara
melakukan terminating terhadap peletakkan peralatan yang akan dipakai
dalam penginstalasian. Dalam melakukan sambungan hal-hal yang harus
diperhatikan antara lain, adalah: kekokohan sambungan yang bebas dari gaya tarik
mekanik dan elektrik serta bahan kimiawi, serta jenis sambungan terminal, dan
penempatan peralatannya dalam pemakaian yang sesuai dengan
kegunaannya. Jenis-jenis sambungan yang dipakai dalam penginstalasia listrik
adalah :
a. Sambungan kabel puntiran dengan lasdop
Sambungan instalasi tidak boleh dilakukan di dalam pipa harus dilakukan di
dalam kotak sambung, begitu juga terhadap perlengkapan listrik, harus dirancang
sedemikian rupa sehingga dalam kondisi kerja normal tidak membahayakan atau
merusak, dipasang dengan baik dan tahan terhadap kerusakan mekanis, termal, dan
kimiawi.

Gambar 25 Sambungan Kabel dengan Lasdop

b. Sambungan kabel puntiran dengan lakban


Pada Gambar 14 memperlihatkan media sambungan kabel puntiran, di mana
kotak sambung sebagai sarana untuk koneksi kabel dalam instalasi listrik, dengan
menggunakan isolasi plastik sebagai penutup sambungan untuk menghidari
terjadinya hubungan singkat listrik. Cara ini sangat sering dilakukan dilokasi
pemasangan instalasi listrik, terutama dalam sambungan kabel, perlu
diperhitungkan jumlah sambungan pada kotak sambungnya.

20
21

a. Salah b. Benar
Gambar 26 Sambungan dengan Isolasi

c. Sambungan kabel dengan terminal


Sambungan kabel instalasi listrik dengan memakai sistem terminal (Gambar
15), merupakan bentuk sambungan yang sangat aman dibandingkan dengan sistem
sambungan seperti Gambar 14. Kekokohan yang didapat dengan system
sambungan terminal cukup tinggi, mempunyai kehandalan dalam gaya tarik, dan
terhindar dari goncangan, sehingga menghindari terjadinya hubungan singkat.

Gambar 27 Sambungan Kabel Menggunakan Terminal

d. Sambungan kabel dengan sepatu kabel


Sepatu kabel digunakan untuk menghubungkan kabel serabut NYAF.
Pemakaian sepatu kabel dalam sistem sambungan harus dilakukan, sebab jika tidak
dilakukan inti dari kabel serabut akan mudah berserakan dan bersentuhan, serta
sambungan tidak akan kokoh terhadap baut atau terminal alat.
Jika kabel yang digunakan di dalam sistem sambunga adalah kabel NYA atau
NYM, dan pada ujung kabel yang akan disambung tidak diberikan sepatu kabel,
maka ujung kabel tersebut harus dibuat bentuk ayelet (mata itik), Gambar berikut
memperlihatkan bentuk dan cara membuat ayelet (mata itik).

21
22

Gambar 28 Sambungan Kabel dengan Sepatu Kabel

Gambar 29 Bentuk Ayelet (Mata Itik) pada Ujung Kabel

4.2 Data Percobaan


A. Percobaan 1 kondisi aliran listrik dengan komponen saklar
tunggal, stopkontak dan satu lampu.
a. Single Line Diagram

Gambar 30 Single Line Diagram Percobaan 1

22
23

b. Wiring Diagram

Gambar 31 Wiring Diagram Percobaan 1

c. Dokumentasi Percobaan

Gambar 32 Dokumentasi Percobaan 1

d. Hasil Percobaan

Tabel 1 Hasil Percobaan 1

Input Output
Saklar Tunggal Stopkontak Lampu
0 1 0
1 1 1
Keterangan :
0 = Off
1 = On
e. Analisis Percobaan
Pada Percobaan 1 dapat dianalisis bahwa Lampu tidak akan ON (1)
Jika Saklar tidak dalam kondisi ON (1). Jika Terhubung Sumber
Tegangan Stopkontak akan berkondisi ON (1) tanpa pengaruh kondisi
Lampu

23
24

B. Percobaan 2 kondisi aliran listrik dengan komponen saklar seri


(ganda), stopkontak, MCB dan 2 lampu.
a. Single Line Diagram

Gambar 33 Single Line Diagram Percobaan 2

b. Wiring Diagram

Gambar 34 Wiring Diagram Percobaan 2

c. Dokumentasi Percobaan

Gambar 35 Dokumentasi Percobaan 2

24
25

d. Hasil Percobaan

Tabel 2 Hasil Percobaan 2

Input Output
Saklar Seri
MCB Stopkontak Lampu 1 Lampu 2
A B
1 1 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1
e. Analisis Percobaan
Pada Percobaan 2 dapat dianalisis bahwa Lampu tidak akan ON (1)
Jika Saklar tidak dalam kondisi ON (1). Jika Terhubung Sumber
Tegangan dan MCB dalam kondisi ON (1) Stopkontak akan berkondisi
ON (1) tanpa pengaruh kondisi Lampu, Jika MCB dalam kondisi OFF
maka rangkaian tersebut dalam keadaan open loop (Tidak ada Arus dan
Tegangan yang mengalir)
C. Percobaan 3 kondisi aliran listrik dengan komponen saklar tukar,
saklar seri, dua stop kontak dan MCB.
a. Single Line Diagram

Gambar 36 Single Line Diagram Percobaan 3

b. Wiring Diagram

Gambar 37 Wiring Diagram Percobaan 3

25
26

c. Dokumentasi Percobaan

Gambar 38 Dokumentasi Percobaan 3

d. Hasil Percobaan

Tabel 3 Hasil Percobaan 3

Input Output
Stopkontak Saklar Tukar Saklar Seri
MCB L1 L2 L3
A B A B A B
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
1 1 1 0 1 0 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
e. Analisis Percobaan
Pada Percobaan 3 dapat dianalisis bahwa Lampu 2 dan 3 tidak akan ON
(1) Jika Saklar Seri tidak dalam kondisi ON (1). Untuk Saklar Tukar akan
berfungsi sebagaimana mestinya jika terangkai 2 buah (1 pasang), untuk
mengendalikan lampu menggunakan Saklar Tukar kedua saklar harus dalam
keadaan berkebalikan, jika keadaanya sama maka lampu akan berkondisi
OFF (0). Jika Terhubung Sumber Tegangan dan MCB dalam kondisi ON
(1) Stopkontak akan berkondisi ON (1) tanpa pengaruh kondisi Lampu, Jika
MCB dalam kondisi OFF maka rangkaian tersebut dalam keadaan open loop
(Tidak ada Arus dan Tegangan yang mengalir)
D. Percobaan 4 kondisi aliran listrik dengan komonen kwh meter set,
sekering, stop kontak, saklar tunggal dan satu lampu.

26
27

a. Single Line Diagram

Gambar 39 Single Line Diagram Percobaan 4

b. Wiring Diagram

Gambar 40 Wiring Diagram Percobaan 4

27
28

c. Dokumentasi Percobaan

Gambar 41 Dokumentasi Percobaan 4

d. Hasil Percobaan
Tabel 4 Hasil Percobaan 4

Input Output
KWh MCB Sekring Stopkontak Saklar Tunggal Lampu
1 1 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1
e. Analisis Percobaan
Pada Percobaan 1 dapat dianalisis bahwa Lampu tidak akan ON (1)
Jika Saklar tidak dalam kondisi ON (1). Jika Terhubung Sumber
Tegangan, KWh Meter akan menghitung beban yang terpakai, MCB
dalam kondisi ON (1), Sekring dalam kondisi ON (1), dan Stopkontak
akan berkondisi ON (1) tanpa pengaruh kondisi Lampu, Jika MCB
dalam kondisi OFF maka rangkaian tersebut dalam keadaan open loop
(Tidak ada Arus dan Tegangan yang mengalir) kecuali KWh Meter
(tetap akan menghitung daya yang terpakai, walaupun sedikit) karena
KWh meter terletak setelah sumber tegangan dan sebelum MCB. KWh
Meter yang digunakan dalam percobaan ini adalah KWh meter
Pascabayar yang mana masih menggunakan piringan metal sebagai
penghtung dayanya, Kwh akan mulai menampilkan angka daya yang
terpakai ketika piringan metal ini sudah mencapai putaran 1 kilo watt
(1000 Watt).

28
29

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
a. Instalasi yang telah dirangkai merupakan instalasi dasar dan harus benar
benar dipahami dari prinsip kerja, dan rangkaiannya agar pada saat
pemasangan tidak terjadi hubung singkat.
b. Kebakaran nyata yang timbul karena kelalaian dan pemakaian listrik yang
salah, yang dapat mengakibatkan kerusakan material yang cukup besar dan
juga dapat mengakibatkan hilangnya nyawa.
c. Salah satu penyalahgunaan dalam pemanfaatan instalasi listrik yang khas
adalah penggunaan yang tidak tepat terhadap penginstalasian listrik, dan
merupakan masalah yang umum di kalangan masyarakat pengguna listrik di
Indonesia.
d. Instalasi listrik harus diadakan pemeriksaan dan pengujian secara teratur
oleh instansi yang berwenang terhadap penyalahgunaan, kerusakan atau
pelaksanaan pemasangan yang tidak standar.
e. Peralatan yang dipilih untuk dipasang dalam instalasi listrik harus
memenuhi standar yang berlaku dan mentaati ketentuan PUIL 2000, serta
harus cocok pemakaiannya terhadap lingkungannya, dan mengikuti
instruksi pabrik pembuat peralatan tersebut.
f. Mengigat vitalitas dan strategisnya fungsi dan peranan listrik, bagi yang
menyediakan maupun yang memanfaatkannya, maka ketersediaannya harus
memenuhi azaz andal, aman dan akrab lingkungan.
5.2. Saran
Dari semua percobaan yang dilakukan para instalatir (sebutan untuk orang
yang memasang instalasi listrik) sebisa mungkin memahami tentang materi
kelistrikan dan menerapkan selalu pedoman K3 agar didalam pemasangan
meminimalisir kemungkinan terjadinya suatu hal yang tidak diinginkan

29
30

DAFTAR PUSTAKA

B.Robertson, John. 2003. Teknik Listrik Praktis. Bandung : CV Yrama Widya.


Sumardjati,Prih, dkk. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Sumardjati,Prih, dkk. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 2. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

30

Anda mungkin juga menyukai