Anda di halaman 1dari 29

PART I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia saat sekarang ini,


pemerintah telah membuat program pendidikan siap pakai untuk industri seperti
Politeknik. Dengan harapan setelah menyelesaikan pendidikan di Politeknik
lulusannya dapat mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah
didapatkan di dunia kerja. Namun terlebih dahulu tentu saja mahasiswa mesti
mengenal dunia kerja di industri sebelum terjun secara secara penuh nantinya.
Laporan paraktek bengkel in disusun berdasarkan yang sudah dipelajari
selama praktek pengoperasian swictger, pemasangan konstruksi saluran udara
teganan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR).
Sudah tentu peranan suatu lembaga pendidikan dalam hal ini sangatlah
penting dalam pemahaman dan skil pada siatem distribusi baik SUTM maupun
SUTR dalam arti penyimpan tenaga teknis yang sangat dibutuhkan dalam Negara
berkembang atau mencapai suatu Negara yang maju dan modern.

1.2 TUJUAN

Penulisan laporan akhir ini memiliki dua tujuan, secara globalnya bertujuan
untuk melengkapi mata kuliah Praktek Bengkel Sistem Distribusi Tenaga Listrik
dan Trafo Daya sedangkan secara khusus bertujuan untuk menanamkan konsep
jaringan distribusi ke setiap mahasiswa Politeknik Negeri Padang khususnya
Prodi Teknik Listrik yang nantinya akan bergelut dengan sistem distribusi tenaga
listrik maupun trafo daya
1. Tujuan Umum
a. Mampu menjelaskan fungsi dan kegunaan peralatan panel PS,
switchgear, dan trafo daya serta peralatan jaringan distribusi TM dan
TR.
b. Mampu menjelaskan pola pemasangan instalasi peralatan yang
digunakan secara benar sesuai petunjuk yang diberikan.

1
c. Mampu memperbaiki instalasi dan peralatan listrik yang digunakan
secara aman dan benar sesuai fungsinya
d. Mampu menjelaskan penggunaan tiang JTM
e. Mampu menjelaskan pola pemasangan tiang dan peralatan yang
digunakan secara benar sesuai petunjuk yang diberikan.

2. Tujuan Instruksional
a. Mampu membaca gambar Diagram dan instruksi manual yang
diberikan.
b. Mampu memasang komponen yang digunakan untuk panel PS,
Switchgear,dan trafo daya serta komponen Grounding.
c. Mampu memasang komponen yang digunakan pada panel PS,
Switchgear, dan trafo daya serta komponen Grounding sesuai
gambar tata-letak yang diberikan.
d. Mampu menguji dan memastikan bahwa peralatan yang sudah
dipasang tersebut layak dioperasikan.
e. Mampu mempersiapkan kedudukan/lobang tiang yang akan dipasang
sesuai ketentuan dan ukuran tiang
f. Mampu memasang tiang sesuai presedur yang dijelaskan pada job
sheet yang diberikan.

1.3. DISIPLIN KERJA

Disiplin kerja merupakan hal yang sangat mendasar yang harus dipatuhi
dalam pelaksanaan praktek di bengkel listrik. Hal yang merupakan factor yang
paling penting dalam melakukan praktek dibengkel karena menyangkut
keselamatan diri serta keselamatan peralatan praktek dibengkel. Disiplin
merupakan salah satu cara untuk mencapai hasil yang sempurna dalam praktek
bengkel. Disiplin yang paling utama dalam melaksanakan praktek bengkel adalah
ketepatan waktu. Mengingat pekerjaan bengkel yang akan dilakukan cukup untuk
melaksanakan praktek saja maka waktu yang ada tersebut harus dipergunakan
sebaik dan seefisien mungkin.

2
Kedisiplinan juga menyangkut waktu dan peratura-peraturan yang berlaku
dibengkel listrik.Jadi kedisiplinan merupakan alat yang ampuh untuk mencapai
hasil yang maksimal dalam melaksanakan praktikum maupun kegiatan lainnya.

1.4. KESELAMATAN KERJA


Keselamatan kerja harus diperhatikan dalam segala pekerjaan yang akan
dilakukan baik pekerjaan kecil ataupun pekerjaan besar. Keselamatan kerja harus
dilakukan dalam melaksanakan praktikum biasanya terbagi dua yaitu keselamatan
diri sendiri(operator) dan keselamatan alat dan benda kerja. Setiap akan
melaksanakan praktek bengkel terlebih dahulu perhatikan kondisi tubuh dalam
keadaan fit. Karena hal ini erat kaitannya dengan pekerjaaan yang akan kita
laksanakan nantinya, agra tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama
berada dibengkel maka dari itu harus diperhatikan keselamatan kerja.
Dalam melaksanakan praktikum, keselamatan kerja harus terkuasai agar
terlindung dari apa yang tidak diinginkan sehingga proses pekerjaan bisa berjalan
dengan lancer. Adapun cara-cara yang perlu diperhatikan dalam keselamatan kerja
nantinya adalah sebagai berikut.

1. Keselamatan diri sendiri (Operator)


a. Menggunakan perlengkapan kerja yang tidak mengganggu jalannya
pekerjaan, seperti:
- Menggunakan baju yang tidak sempit (nyaman)
- Menggunakan sepatu yang sesuai untuk praktek.
- Menggunakan kacamata jika diperlukan.
- Menggunakan sarung tangan
b. Dianjurkan menggunakan alat-alat yang diperlukan.
c. Jangan mempermainkan benda-benda tajam dalam praktek.
d. Selalu melakukan konsultasi dengan instruktur atau dosen jika
mengalami hambatan dalm praktikum.
e. Selalu menanamkan sifat hati-hati dan kecermatan dalam praktek yang
sedang berlangsung.

3
2. Keselamatan alat dan benda kerja
Sebelum mengambil dan mengembalikan dengan melaporkan kepada
teknisi.
a. Menjaga setiap peralatan yang digunakan dari setiap kerusakan dalam
b. Praktek yang sedang berlangsung
c. Membersihkan tempat kerja setelah melakukan praktek
d. Periksa terlebih dahulu kelengkapan peralatan yang dipinjam sebelum
mengembalikannya ke teknisi. Setelah peralatan dipinjam tadi lengkap,
letakkan kembali ketempat semula setelah dilaporkan keteknisi

3. Keselamatan ketenagalistrikan (K2)


Keselamatan ketenagalistrikan ( menurut uu 30 / 2009 ) : Setiap usaha
kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan Keselamatan
ketenagalistrikan (K2).
a. Ketentuan Keselamatan Ketenagalistrikan bertujuan untuk
mewujudkan kondisi:
1. Andal dan Aman (A2) bagi Instalasi (Keselamatan Instalasi)
2. Aman dari Bahaya bagi manusia dan mahluk hidup lainnya :
- Tenaga Kerja (Keselamatan Kerja)
- Masyarakat Umum (Keselamatan Umum)
- Ramah Lingkungan (Keselamatan Lingkungan)
b. Ketentuan Keselamatan Ketenagalistrikan meliputi:
1. Pemenuhan Standardisasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik
2. Pengamanan Instalasi Tenaga Listrik
3. Pengamanan Pemanfaat Tenaga Listrik

4
1.5.LANDASAN TEORI

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem


distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Tenaga listrik yang dihasilkan
oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan
tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70
kV, 154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada
saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan
kuadrat arus yang mengalir (I2R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya
diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga
akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV
dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian
dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran
distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi
mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi
menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh
saluran distribusi sekunder ke konsumen – konsumen. Dengan ini jelas bahwa
sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik
secara keseluruhan.

Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang terdekat
dengan pelanggan atau beban dibanding dengan jaringan transmisi. Salah satu
peralatan utama jaringan distribusi yaitu trafo distribusi, trafo distribusi adalah
peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menurunkan tegangan tinggi ke
tegangan rendah atau sebaliknya, agar tegangan yang dipakai sesuai dengan rating
peralatan listrik pelanggan atau beban pada umumnya. Untuk mencapai performa
yang maksimal, keandalan trafo distribusi harus tetap dijaga dengan maintenance
berkala dan memiliki sistem proteksi yang baik.

Sistem distribusi dibedakan atas jaringan distribusi primer dan sekunder.


Jaringan distribusi primer adalah jaringan dari trafo gardu induk (GI) ke gardu

5
distribusi, sedangkan sekunder adalah jaringan saluran dari trafo gardu distribusi
hingga konsumen atau beban. Jaringan distribusi primer lebih dikenal dengan
jaringan tegangan menengah (JTM 20kV) sedangkan distribusi sekunder adalah
jaringan tegangan rendah ( JTR 220/380V ).

1. Switchgear
 Pengertian Switcgear
Switchgear adalah suatu unit peralatan listrik yang dapat memutuskan atau
menghubungkan rangkaian listrik baik dalam keadaan normal maupun tidak
normal demi keandalan sistem daya listrik. Switcgear ini merupakan komponen-
komponen hubung/pemutus dan pendukung dalam satu kesatuan (unit)
terintegrasi, sehingga dapat difungsikan sebagai penghubung, pemutus, dan
pelindung terhadap dua sisi rangkaian tersebut.

 Fungsi Switchgear

Pada sistem tenaga listrik makna dan fungsi switchgear adalah:

a. Menghubungkan dan memutuskan sisi sumber tenaga listrik dengan sisi


beban
b. Menghubungkan dan memutuskan sumber tenaga listrik dengan peralatan
listrik yang lain
c. Menghubungkan jaringan listrik utama dengan jaringan listrik cabang.

 Komponen-komponen switchgear
Komponen-komponen dalam switchgear tersebut adalah:
1. Busbar (bus bar compartment)
Busbar adalah salah satu komponen utama dari switchgear yang berfungsi
sebagai tempat atau mediator untuk menghubungkan beberapa rangkaian
atau peralatan. Bahan-bahan dari busbar umumnya terbuat dari aluminium,
tembaga dan alloy.
Jenis-jenis busbar :
a. Rel tunggal (Single Bus)
b. Rel Ganda (Double Bus)

6
c. Rel Gelang (Ring Bus)

2. Circuit Breaker (Pemutus Beban)


CB digunakan untuk memutuskan beban bila terjadi gangguan pada
saluran transmisi dan distribusi dan gangguan peralatan lain yang dapat
membahayakan sistem. CB harus dapat menyalurkan arus beban penuh
untuk waktu yang lama tanpa pemanasan berlebihan dan menahan
gangguan untuk waktu tertentu maupun mencegah terjadinya busur api.
Berdasarkan medium yang digunakan CB terbagi atas : Oil Circuit Breaker
(OCB), Air Circuit Breaker (ACB), Gas Circuit Breaker (GCB)

3. Disconnecting Switch (DS)


Pemisah (DS) adalah alat yang digunakan untuk memisahkan bagian
rangkaian tertentu dan rangkaiannya dalam suatu sistem dan hanya dapat
diproses pada saat rangkaian tak berbeban. DS hanya dapat dilihat secara
visual bahwa suatu peralatan listrik sudah bebas dari tegangan kerja.

4. Rating pemutus daya


Rating ini berhubungan dengan nilai-nilai karakteristik yang membatasi
kondisi kerja dimana pemutus daya tersebut dipasang. Pemutus daya juga
harus memutuskan arus secara aman.
Pembagian dari pemutus daya antara lain :
- Rating tegangan
- Rating arus kontinyu
- Rating arus pemutus
- Rating kapasitas pemutus

5. Alat-alat pelindung dan alat-alat pengukur switchgear


- Alat pelindung
Alat pelindung merupakan suatu alat yang melindungi peralatan tenaga listrik
dengan pembatas surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ketanah.

7
Adapun beberapa jenis alat pelindung : Arrestes, Sela batang, Sela sekring,
Tabung pelindung.

- Alat Ukur Switcgear


Seperti yang diketahui bahwa teganganpada switch gear merupakan tegangan
tinggi, sehingga untuk mengukur arus dan tegangannya maka besaran ukur
tersebut haruslah ditransformasikan terlebih dahulu ke trafo ukur ke harga yang
lebih kecil selanjutnya dimasukkan kedalam relay-relay dan alat ukur lainnya.

Inti dari switchgear adalah peralatan penghubung/ pemutus yaitu:


1. Switch/disconnecting switch (S/DS)
2. Load Break Switch (LBS)
3. Pemutus/Breaker (CB)
4. Pemutus Lebur (fuse)

2. Jaringan Distribusi Tegangan Menengah

2.1 Deskripsi Umum JTM


Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu
kawasan, penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama
adalah upaya utama menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan
kwalitas persyaratan tegangan yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero
selaku pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam UU
ketenagalistrikan No 30 tahun 2009

Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan


operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM wajib
memenuhi kriteria enginering keamanan ketenagalistrikan, termasuk didalamnya
adalah jarak aman minimal antara Fase dengan lingkungan dan antara Fase
dengan tanah, bila jaringan tersebut menggunakan Saluran Udara atau
ketahanan Isolasi jika menggunakan Kabel Udara Pilin Tegangan Menengah atau
Kabel Bawah Tanah Tegangan Menengah serta kemudahan dalam hal
pengoperasian atau pemeliharaan Jaringan Dalam Keadaan Bertegangan

8
(PDKB) pada jaringan utama. Hal ini dimaksudkan sebagai usaha menjaga
keandalan kontinyuitas pelayanan konsumen. Ukuran dimensi konstruksi selain
untuk pemenuhan syarat pendistribusian daya, juga wajib memperhatikan syarat
ketahanan isolasi penghantar untuk keamanan pada tegangan 20 kV.

Lingkup Jaringan Tegangan Menengah pada sistem distribusi di


Indonesia dimulai dari terminal keluar (out-going) pemutus tenaga dari
transformator penurun tegangan Gardu Induk atau transformator penaik
tegangan pada Pembangkit untuk sistem distribusi skala kecil, hingga peralatan
pemisah/proteksi sisi masuk (in-coming) transformator distribusi 20 kV -
231/400V.

Konstruksi jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat


dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai berikut :

I.1 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

Saluran Udara Tegangan Menengah


(SUTM) adalah sebagai konstruksi
termurah untuk penyaluran tenaga
listrik pada daya yang sama.
Konstruksi ini terbanyak digunakan
untuk konsumen jaringan
Tegangan Menengah yang digunakan
di Indonesia

Ciri utama jaringan ini adalah


penggunaan penghantar telanjang
yang ditopang dengan isolator pada
tiang besi/beton

Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan


faktor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman
minimum yang harus dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar
Fase atau dengan bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia.

9
Termasuk dalam kelompok yang diklasifikasikan SUTM adalah juga bila
penghantar yang digunakan adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S
(half insulated single core). Penggunaan penghantar ini tidak menjamin
keamanan terhadap tegangan sentuh yang dipersyaratkan akan tetapi untuk
mengurangi resiko gangguan temporer khususnya akibat sentuhan tanaman.

I.2 Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)

Untuk lebih meningkatkan keamanan dan keandalan penyaluran tenaga


listrik, penggunaan penghantar telanjang atau penghantar berisolasi setengah
pada konstruksi jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV, dapat juga
digantikan dengan konstruksi penghantar berisolasi penuh yang dipilin. Isolasi
penghantar tiap Fase tidak perlu di lindungi dengan pelindung mekanis. Berat
kabel pilin menjadi pertimbangan terhadap pemilihan kekuatan beban kerja tiang
beton penopangnnya

I.3 Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)

Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yang aman dan andal untuk
mendistribusikan tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih mahal
untuk penyaluran daya yang sama. Keadaan ini dimungkinkan dengan
konstruksi isolasi penghantar per Fase dan pelindung mekanis yang
dipersyaratkan.

Pada rentang biaya yang diperlukan, konstruksi ditanam langsung adalah


termurah bila dibandingkan dengan penggunaan konduit atau bahkan tunneling
(terowongan beton).

Penggunaan Saluran Kabel bawah tanah Tegangan Menengah (SKTM)


sebagai jaringan utama pendistribusian tenaga listrik adalah sebagai upaya
utama peningkatan kwalitas pendistribusian. Dibandingkan dengan SUTM,
penggunaan SKTM akan memperkecil resiko kegagalan operasi akibat faktor
eksternal / meningkatkan keamanan ketenagalistrikan

10
Secara garis besar, termasuk dalam kelompok SKTM adalah :

1. SKTM bawah tanah – underground MV Cable

2. SKTM laut – Submarine MV Cable.

Selain lebih aman, namun penggunaan SKTM lebih mahal untuk


penyaluran daya yang sama, sebagai akibat konstruksi isolasi penuh penghantar
per Fase dan pelindung mekanis yang dipersyaratkan sesuai keamanan
ketenagalistrikan. Penerapan instalasi SKTM seringkali tidak dapat lepas dari
instalasi Saluran Udara Tegangan Menengah sebagai satu kesatuan sistem
distribusi sehingga masalah transisi konstruksi diantaranya tetap harus dijadikan
perhatian.

2. KOMPONEN UTAMA KONSTRUKSI SUTM


2.1 Penghantar

a. Penghantar Telanjang (BC : Bare Conductor)


Konduktor dengan bahan utama tembaga(Cu) atau alluminium (Al)
yang di pilin bulat padat , sesuai SPLN 42 -10 : 1986 dan SPLN 74 : 1987.
Pilihan konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade ini
adalah AAC atau AAAC. Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini
belum memungkinkan penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan
yang baik.

b. Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)


Konduktor dengan bahan utama aluminium ini diisolasi dengan material
XLPE (crosslink polyetilene langsung), dengan batas tegangan 6 kV dan harus
memenuhi SPLN No 43-5-6 tahun 1995.

11
c. Penghantar Berisolasi Penuh (Three single core)
XLPE dan berselubung PVC berpenggantung penghantar baja dengan
tegangan Pengenal 12/20 (24) kV Penghantar jenis ini khusus digunakan
untuk SKUTM dan berisolasi penuh. SPLN 43-5-2:1995-Kabel.

2.2 Isolator
Pada jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar bertegangan dengan
tiang penopang/travers dibedakan untuk jenis konstruksinya adalah :

a. Isolator Tumpu
Pin- Insulator Pin-Post insulator Line-Post insulator

Line-Post insulator Pin- Insulator Pin-Post insulator

Gambar 2.1 Isolator Tumpu

b. Isolator Tarik
Piringan Long-Rod Keterangan
Material dasar isolator
Long-Rod dapat
berupa keramik atau
gelas atau polimer

Gambar 2.2 Isolator Tarik

12
2.3 Peralatan Hubung (Switching)
Pada percabangan atau pengalokasian seksi pada jaringan SUTM untuk
maksud kemudahan operasional harus dipasang Pemutus Beban (Load Break
Switch : LBS), selain LBS dapat juga dipasangkan Fused Cut-Out (FCO).

Gambar 2.3 Fused Cut-Out Gambar 2.4 LBS

2.4 Tiang
a. Tiang Kayu
SPLN 115 : 1995 berisikan tentang Tiang Kayu untuk jaringan distribusi,
kekuatan, ketinggian dan pengawetan kayu sehingga pada beberapa wilayah
pengusahaan PT PLN Persero bila suplai kayu memungkinkan, dapat digunakan
sebagai tiang penopang penghantar penghantar SUTM.
b. Tiang Besi
Adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi
yang disambungkan hingga diperoleh
kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan.
Walaupun lebih mahal, pilihan tiang besi
untuk area/wilayah tertentu masih
diijinkan karena bobotnya lebih ringan
dibandingkan dengan tiang beton. Pilihan
utama juga dimungkinkan bilamana total
biaya material dan transportasi lebih murah
dibandingkan dengan tiang beton akibat
diwilayah tersebut belum ada pabrik tiang
beton.

Gambar 2.5 Tiang Besi

13
c. Tiang Beton
Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis
ini dianjurkan digunakan di seluruh PLN
karena lebih murah dibandingkan dengan
jenis konstruksi tiang lainnya termasuk
terhadap kemungkinan penggunaan
konstruksi rangkaian besi profil

Gambar 2.6 Tiang Beton

2.5 SPESIFIKASI TEKNIS MATERIAL


a. Spesifikasi Penghantar
Konstruksi menggunakan penghantar telanjang AAC dan AAAC.
Untuk kawat petir (shield/earth wire) dipakai penghantar dengan luas penampang
16 mm2. Kawat ACSR digunakan untuk kondisi geografis tertentu (antara
lain memerlukan bentangan melebihi jarak standar untuk memperkecil andongan
dan memperkuat gaya mekanis).

b. Spesifikasi Konstruksi Tiang


Spesifikasi tiang kayu yang dapat digunakan pada jaringan distribusi
harus memenuhi SPLN 115:1995 tentang Tiang kayu untuk jaringan distribusi.
Spesifikasi Tiang besi yang dapat dipergunakan pada Saluran Udara Tegangan
Menengah , sesuai SPLN 54 : 1983 tentang Standar Tiang Besi Baja dapat
dilihat pada table 1.

Tabel 1. Spesifikasi Tiang Besi Baja untuk SUTM

Beban kerja (daN) 100 200 350 500 800 1200


C - 114.3 165.2 190.7 216.3 267.4
Diameter bagian-bagian tiang
B - 165.2 190.7 267,4 318.5 355.6
[mm]
A - 190.7 267.4 318.5 355.6 406.4
C - 5.6 4.5 4.5 6 6
Tebal pipa [mm]
B - 6 7 8 8 8

14
A - 7 7 9 8 12
Panjang bagian-bagian tiang C - 2500 2500 2500 2500 2500
[mm] B - 2500 2500 2500 2500 2500
TT A - 6000 6000 6000 6000 6000
Lenturan pada beban kerja [mm] - 196 144 142 108 106
Tebal selongsong [mm] - 7 7 9 8 12
Panjang selongsong [mm] - 600 600 600 600 600
Berat tiang [kg] - 306 446 564 700 973

Sedang untuk tiang beton, tipe tubular sesuai SPLN 93 : 1991 tentang
Tiang Beton Pratekan untuk jaringan distribusi, spesifikasi konstruksi tiang beton
penampang bulat dapat dilihat pada tabel 3.2

c. Jenis Isolator
Isolator tumpu dan isolator tarik yang digunakan dapat dengan material
dasar keramik atau gelas ataupun polimer. Dimensi dan kekuatan jenis-jenis
isolator tumpu dan tarik dapat dilihat pada gambar konstruksi.

d. Jenis Konektor
Konektor adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyambung kawat
penghantar Jenis konektor yang digunakan ada beberapa macam yaitu :

a. Joint Sleeve Connector (Sambungan Lurus)

b. Paralel Groove Connector (Sambungan Percabangan)

c. Live Line Connector (Sambungan Sementara yang bisa dibuka pasang)

Joint sleeve adalah jenis konektor yang digunakan untuk sambungan


penghantar pada posisi lurus. Tap connector/paralel adalah jenis konektor yang
digunakan untuk sambungan penghantar pada titik pencabangan. Live Line
connector adalah jenis konektor yang digunakan untuk pekerjaan dalam
keadaan bertegangan (PDKB).

15
Gambar. Jenis-jenis Konektor

e. Peralatan Hubung (Switching)


Pada jaringan SUTM digunakan juga peralatan switching untuk optimasi
operasi distribusi. Sesuai karakteristiknya, peralatan hubung dapat dibedakan atas :

1. Pemisah (Disconnecting Switch = DS)

2. Pemutus beban (Load Break Switch = LBS)

f. Peralatan Proteksi Jaringan SUTM


1. Pemisah dengan pengaman lebur (Fused Cut-Out )

2. Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser)

3. Saklar Seksi otomatis (Automatic Sectionalizer)

4. Penghantar tanah (Shield Wire)

g. Konstruksi SUTM

1. Kontruksi TM-1
- Konstruksi TM-1. Konstruksi TM-1 merupakan tiang tumpu yang
digunakan untuk rute jaringan lurus, dengan satu traves (cross-arm) dan
menggunakan tiga buah isolator jenis pin insulator dan tidak memakai treck
skoor (guy wire). Penggunaan kostruksi TM-1 ini hanya dapat dilakukan
pada sudut 15°.

16
- Konstruksi TM-1 ini termasuk tiang penyangga yang merupakan tiang yang
dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai
penyangga kawat penghantar dimana gaya yang ditanggung oleh tiang
adalah gaya karena beban kawat.

Gambar : JTM/SUTM/001

Pemasangan :

 Kondisi lurus
 Sudut maksimal 15 derajat

Material yang perlu diperhatikan :

 Square washer, untuk lubang oval


 Jumlah Nut / Mur pada Bolt & Nut M16 x 350 mm, harus 4 buah
 Jumlah Nut / Mur Pin Insulator, harus 2 buah
 Bending Insulator

Konstruksi TM-1D. Pada dasarnya konstruksi TM-1D sama dengan TM-1,


bedanya TM-1D digunakan untuk saluran ganda (double sircuit), dengan dua
traves (cross-arm) dan enam buah isolator jenis pin insulator. Satu taves
diletakkan pada puncak tiang, sedangkan traves yang lain diletakkan dibawahnya.

2. Kontruksi TM-2
Konstruksi TM-2 digunakan untuk tiang tikungan dengan sudut
15°, menggunakan double traves dan double isolator. Karena tiang sudut
maka konstruksi TM-2 mempunyai treckskoor.

17
Gambar : JTM/SUTM/002

3. Kontruksi TM-3

Gambar : JTM/SUTM/003

4. Kontruksi TM-4
Konstruksi TM-4. Konstruksi TM-4 digunakan pada konstruksi tiang TM
akhir. Mempunyai double traves, dengan tiga buah isolator jenis
suspension insulator dan memakai treck schoor

18
• Konstruksi TM-4 ini termasuk tiang awal atau tiang akhir yangmerupakan
tiang yang dipasang pada permulaan atau pada akhir penerikan kawat
penghantar, dimana gaya tarikan kawat pekerja terhadap tiang dari satu
arah.
• Konstruksi TM-4D. Konstruksi TM-4D sama dengan konstruksiTM-4,
bedanya TM-4D mempunyai double sirkuit dengan double treckschoor.

Gambar : JTM/SUTM/003

Kontruksi TM-4A

Gambar : JTM/SUTM/04A

19
5. Kontruksi TM-5

Gambar : JTM/SUTM/005

Konstruksi TM-5D. Konstruksi TM-5D sama dengan TM-5, namun TM-5D


digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit) dengan double treck schoor.

Kontruksi TM-5C

Gambar : JTM/SUTM/05C

20
6. Kontruksi TM-6

Pemasangan :
- Kondisi penegang
- Sudut 30 – 60 derajat
- Maksimal setiap 9 gawang untuk luar kota
- Maksimal setiap 7 gawang untuk dalam kota
- Supporter dengan Guy Wire / Horizontal Guy Wire / Strut Pole
- Diutamakan konduktor maksimal 55 mm

Material yang perlu diperhatikan :

- Square washer, untuk lubang oval


- Jumlah Nut / Mur pada Bolt & Nut M16 x 350 mm, harus 4
buah
- Jumlah Nut / Mur Pin Insulator, harus 2 buah
- Ground Wire Clamp harus type B dengan preformed & cousen
- U-Strap tidak dipasang
- Peruntukan Guy Wire Band
- Bending Insulator

21
7. Konstruksi TM-7

Gambar : JTM/SUTM/0011

Pemasangan :

- Kondisi pertigaan
- Brach line maksimal 4 gawang tanpa perluasan
- Supporter dengan Guy Wire / Horizontal Guy Wire / Strut Pole

Material yang perlu diperhatikan :

- Square washer, untuk lubang oval


- Jumlah Nut / Mur pada Bolt & Nut M16 x 350 mm, harus 4 buah
- Jumlah Nut / Mur Pin Insulator, harus 2 buah
- Ground Wire Clamp harus type C dengan preformed & cousen
- Peruntukan Guy Wire Band
- Bending Insulator

8. Konstruksi TM-8A

Gambar : JTM/SUTM/0012

22
Pemasangan :

- Kondisi pertigaan
- Brach line dengan perluasan
- Supporter dengan Guy Wire / Horizontal Guy Wire / Strut Pole

Material yang perlu diperhatikan :

- Square washer, untuk lubang oval


- Jumlah Nut / Mur pada Bolt & Nut M16 x 350 mm, harus 4 buah
- Jumlah Nut / Mur Pin Insulator, harus 2 buah
- Ground Wire Clamp harus type C dengan preformed & cousen
- Peruntukan Guy Wire Band
- Bending Insulator

9. Konstruksi TM-9

Gambar : JTM/SUTM/0017

Pemasangan :

- Kondisi perempatan
- Konstruksi tidak ada perluasan
- Tarikan maksimal 4 gawang
- Konduktor maksimal 55 mm
- Supporter dengan Guy Wire / Horizontal Guy Wire / Strut Pole

Material yang perlu diperhatikan :

- Square washer, untuk lubang oval


- Pin untuk Jumper minimal 2 set
- Jumlah Nut / Mur pada Bolt & Nut M16 x 350 mm, harus 4 buah

23
- Jumlah Nut / Mur Pin Insulator, harus 2 buah
- U-Strap
- Ground Wire Clamp harus type C dengan preformed & cousen
- Peruntukan Guy Wire Band

10. Konstruksi TM-10

Gambar : JTM/SUTM/0018

Pemasangan :

- Kondisi perempatan
- Konstruksi dapat dengan perluasan
- Supporter dengan Guy Wire / Horizontal Guy Wire / Strut Pole

Material yang perlu diperhatikan :

- Square washer, untuk lubang oval


- Pin untuk Jumper minimal 2 set
- Jumlah Nut / Mur pada Bolt & Nut M16 x 350 mm, harus 4 buah
- Jumlah Nut / Mur Pin Insulator, harus 2 buah
- U-Strap
- Ground Wire Clamp harus type C dengan preformed & cousen
- Peruntukan Guy Wire Band
- dengan preformed & cousen
- Peruntukan Guy Wire Band

24
11. Konstruksi TM-11

Gambar : JTM/SUTM/0022

Pemasangan :

- Kondisi tiang akhir

- Konstruksi dengan perluasan kabel tanah & Arrester

- Supporter dengan Guy Wire / Horizontal Guy Wire / Strut Pole

Material yang perlu diperhatikan :

- Square washer, untuk lubang oval

- Jumlah Nut / Mur pada Bolt & Nut M16 x 350 mm, harus 4 buah

- Ground Wire Clamp harus type B dengan preformed & cousen

- U-Strap tidak dipasangPeruntukan Guy Wire Band

12. Konstruksi TM-12

Gambar : JTM/SUTM/0025

25
Pemasangan :

- Kondisi tiang akhir pada gardu type Portal


- Konstruksi tarikan maksimal 5 gawang dengan Supporter
- Supporter dengan Guy Wire / Horizontal Guy Wire / Strut Pole

Material yang perlu diperhatikan :

- Square washer, untuk lubang oval


- Jumlah Nut / Mur pada Bolt & Nut M16 x 350 mm, harus 4 buah
- Ground Wire Clamp harus type A dengan Wire Clip
- Ground Wire Clamp harus type B dengan preformed & cousen
- U-Strap tidak dipasang
- Peruntukan Guy Wire Band
- Jumper ke Line menggunakan LLC

13. Konstruksi TM-13

Gambar : JTM/SUTM/0026

Pemasangan :

- Kondisi tiang akhir pada gardu type Portal


- Konstruksi tarikan maksimal 5 gawang dengan Supporter
- Supporter dengan Guy Wire / Horizontal Guy Wire / Strut Pole

Material yang perlu diperhatikan :

- Square washer, untuk lubang oval


- Jumlah Nut / Mur pada Bolt & Nut M16 x 350 mm, harus 4 buah
- Ground Wire Clamp harus type B dengan preformed & cousen

26
- Peruntukan Guy Wire Band
Jumper ke Line menggunakan LLC

14. Konstruksi TM-14

Gambar : JTM/SUTM/0027

Pemasangan :

- Kondisi tiang sispan pada gardu type Portal


- Menyesuaikan situasi

Material yang perlu diperhatikan :

- Square washer, untuk lubang oval


- Menggunakan Single Arm Band
- Ground Wire Clamp harus type B dengan 2 preformed & 2 cousen
- Jumper ke Line menggunakan LLC

3. Transformator
Transformator atau lebih dikenal dengan nama “transformer” atau “trafo”
sejatinya adalah suatu peralatan listrik yang
mengubah daya listrik AC pada satu level
tegangan yang satu ke level tegangan
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik
tanpa merubah frekuensinya. Tranformator
biasa digunakan untuk mentransformasikan
tegangan (menaikkan atau menurunkan

27
tegangan AC). Selain itu, transformator juga dapat digunakan untuk sampling
tegangan, sampling arus, dan juga mentransformasi impedansi.

Bagian utama transformator adalah dua buah kumparan yang keduanya


dililitkan pada sebuah inti besi lunak. Kedua kumparan tersebut memiliki
jumlah lilitan yang berbeda. Kumparan yang dihubungkan dengan sumber
tegangan AC disebut kumparan primer, sedangkan kumparan yang lain disebut
kumparan sekunder.

Jika kumparan primer dihubungkan dengan sumber


tegangan AC (dialiri arus listrik AC), besi lunak
akan menjadi elektromagnet. Karena arus yang
mengalir tersebut adalah arus AC, garis-garis gaya
elektromagnet selalu berubah-ubah. Oleh karena
itu, garis-garis gaya yang dilingkupi oleh kumparan
sekunder juga berubah-ubah. Perubahan garis gaya
itu menimbulkan GGL induksi pada kumparan sekunder. Hal itu menyebabkan
pada kumparan sekunder mengalir arus AC (arus induksi).

Jenis-jenis Transformator

1. Step-Up

lambang transformator step-up

Transformator step-up adalah transformator yang memiliki


lilitan sekunder lebih banyak daripada lilitan primer,
sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan. Transformator
ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik tegangan yang
dihasilkan generator
menjadi tegangan tinggi
yang digunakan dalam
transmisi jarak jauh.

28
2. Step-Down

skema transformator step-down

Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih


sedikit daripada
lilitan primer,
sehingga berfungsi sebagai penurun
tegangan. Transformator jenis ini sangat
mudah ditemui, terutama dalam adaptor
AC-DC.

Dalam melakukan praktek pada bushing trafo terdapat beberapa komponen, yang
mana komponen tersebut mempunyai fungsi dan kegunaan yang berbeda
diantaranya adalah :

a. Kabel TM 20 KV NYFGBY 3x35 mm²


Kabel ini di berfungsi sebagai penghantar tegangan menengah 20 KV
ke switchgear incomming.

b. Skund kabel KL 25 12-150º Rm/Sm 185 re/se


Yang fungsinya sebagai penghubung antara kabel NYFGHY dengan terminal
( 20 KV ) Bussing pada trafo Step-up

Gambar. Trafo Step Up 20 KV

29

Anda mungkin juga menyukai