Disusun Oleh :
Nurhayati 1731120071
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk mengetahui dan mendapatkan kualitas yang baik dari pendistribusian energi
listrik maka diperlukan adanya pemakaian dan pemeliharaan terhadap peralatan yang
berhubungan dengan ini (GTT) secara benar dan baik. Pengecekan dan pemeliharaan untuk
memeriksa jaringan sering disebut juga dengan istilah Inspeksi. Dengan adanya inspeksi
ini diharapkan dapat mengetahui, mengurangi dan mencegah terjadinya gangguan. Namun
sebelum melakukan inspeksi harus memahami terlebih dahulu konstruksi yang akan
dipelihara. Inspeksi yang baik harus sesuai standart / SOP yang telah ditetapkan sehingga
aman untuk dilakukan.
Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu komponen instalasi tenaga
listrik yang terpasang di Jaringan Distribusi berfungsi sebagai trafo daya penurun tegangan
dari tegangan menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya tegangan rendah tersebut
disalurkan ke konsumen. Mengingat fungsi dan harga dari trafo tersebut cukup mahal bila
dibandingkan dengan peralatan distribusi lainnya, maka pemeliharaan preventif yang
dilakukan secara intensif, dengan kriteria pemeliharaan yang jelas untuk setiap komponen
GTT dan ditangani oleh tenaga yang terampil dengan peralatan yang memadai agar
pemeliharaan tersebut berjalan dengan efektif.
Sistem pentanahan/Grounding sangat mempunyai peranan yang sangat penting
dalam sistem proteksi. Sistem pentanahan digunakan untuk pengamanan peralatan-
peralatan yang menggunakan sumber listrik sehingga dapat mengamankan manusia dari
sengatan listrik dan petir. Menurut jenisnya pentanahan dibedakan menjadi 2, yaitu
pentanahan titik netral sistem tenaga dan pentanahan peralatan. Pentanahan titik netral
sistem tenaga berfungsi sebagai pengaman sistem atau jaringan, sedangkan pada
pentanahan peralatan berfungsi sebagai pengaman terhadap tegangan sentuh. Sistem
pentanahan dilakukan dengan cara menanamkan batang elektroda pentanahan tegak lurus,
kemudian bantang elektroda pentanahan itu di tanam kedalam tanah dengan kedalaman
yang telah di tentukan. Hal ini dilakukan untuk mencapai nilai tahanan pentanahan yang
diinginkan yaitu tidak lebih dari 51 ohm. Untuk membuat tahanan pentanahan tidak lebih
dari 5 ohm bisa juga dengan menambahkan batang elektroda pentanahan lebih dari satu
batang elektroda. Sistem pentanahan yang baik adalah sistem pentanahan yang memiliki
nilai tahanan pentanahan yang kecil. Untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang kecil
maka perlu dilakukan percobaan. Oleh sebab itu dalam makalah ini akan dibahas lebih
lanjut tentang “MAINTENANCE AND REPAIR INSPEKSI GTT DAN PENTANAHAN”
1.2. Tujuan
Tujuan adanya pelaksanaan inspeksi terhadap GTT dan Pentanahan antara lain :
2. Mendapatkan data yang akurat sehingga dapat dijadikan acuan dalam perencanaan,
pemeliharaan dan perbaikan sistem / jaringan ke depan.
5. Mengetahui peralatan sistem distribusi yang aman, baik bagi personil maupun bagi
masyarakat umum.
1.3. Manfaat
DASAR TEORI
Pemeriksaan rutin atau inspeksi pada GTT merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk mengetahui kondisi terkini baik atau tidaknya suatu komponen yang ada di Gardu
Trafo Tiang, baik dilakukan secara visual maupun dengan menggunakan alat. Hasil dari
kegiatan inspeksi ini adalah sebuah data atau informasi berupa temuan atau kelainan pada
komponen GTT yang menjadi dasar untuk dilakukan pemeliharaan. Sehingga kegiatan
inspeksi ini memiliki peranan yang sangat penting karena secara tidak langsung mampu
mendeteksi lebih dini dan mencegah terjadinya gangguan.
Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu komponen instalasi tenaga
listrik yang terpasang di Jaringan Distribusi berfungsi sebagai trafo daya penurun tegangan
dari tegangan menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya tegangan rendah tersebut
disalurkan ke konsumen. Mengingat fungsi dan harga dari trafo tersebut cukup mahal bila
dibandingkan dengan peralatan distribusi lainnya, maka pemeliharaan preventif yang
dilakukan secara intensif, dengan kriteria pemeliharaan yang jelas untuk setiap komponen
GTT dan ditangani oleh tenaga yang terampil dengan peralatan yang memadai agar
pemeliharaan tersebut berjalan dengan efektif.
1. Transformator
Berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20 kV) menjadi
tegangan rendah (380/200) Volt.
2. Fuse Cut Out (CO)
Sebagai pengaman penyulang, bila terjadi gangguan di gardu (trafo) dan melokalisir
gangguan di trafo agar peralatan tersebut tidak rusak. CO di pasang pada sisi
tegangan menengah (20 kV).
3. Arrester
Sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh samabaran
petir dan switching (SPLN se.002/PST/73).
4. NH Fuse
Sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang di sisi tegangan rendah
(220 Volt), untuk melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih yang disebabkan
karena hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun karena beban lebih.
5. Grounding Arrester
Untuk menyelurkan arus ketanah yang disebabkan oleh tegangan lebih karena
sambaran petir dan switching.
6. Graunding Trafo
Untuk menghindari terjadi tegangan lebih pada phasa yang sehat bila terjadi
gangguan satu fasa ketanah maupun yang disebutkan oleh beban tidak seimbang.
7. Grounding LV Panel
Sebagai pengaman bila terjadi arus bocor yang mengalir di LV panel.
b. Peralatan Pendukung
1. Alat Kerja
Agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik perlu didukung oleh peralatan yang
memadai baik peralatan mekanik maupun elektrik. Adapun peralatan kerja yang
dibutuhkan sebagai berikut :
2. Alat Ukur
a) AVO Meter
b) Insulation tester 500 Volt, 1.000 Volt, dan 2.000 Volt
c) Earth Tester
3. Perlengkapan K3
a) Safety Harness
b) Helm
c) Sepatu Kerja
c. Pelaksanaan Pemeliharaan
1. Pemadaman / Pembebasan Tegangan
1. Pelaksana telah siap dengan peralatan dan material pendukung
2. Melakukan pengetesan / pengukuran
Tegangan (phasa to phasa, phasa to netral)
Arus tiap phasa
3. Lapor ke operator gangguan terkait dengan rencana pemadaman listrik.
4. Jika sudah ada izin operator, maka dilakukan pelepasan beban pada sisi TR
dengan cara :
Melepas saklar utama bila LV panel dilengkapi dengan saklar utama.
Melepas fuse utama bila LV panel tidak dilengkapi dengan saklar utama.
5. Melepas fuse masing-masing jurusan pada masing-masing phasa.
6. Melepas fuse cut out (FCO) 20 kV.
7. Tes LV panel dengan voltmeter atau alat tester lainnya, apakah tegangan trafo
sudah benar-benar tidak ada.
8. Periksa / tes ulang pada JTR, apakah tidak ada tegangan dari luar.
9. Beri pengaman tegangan (grounding) pada sisi JTR
2. Pelaksanaan Pemeliharaan
1. Periksa fisik trafo, apakah ada perubahan bentuk fisik trafo dan bila ada, sejauh
mana dapat diperbaiki segera.
2. Periksa paking dan baut penyikat.
3. Periksa minyak trafo, ambil contoh minyak trafo untuk tes.
4. Periksa kondisi bushing MV isolator .
5. Periksa kondisi bushing LV isolator.
6. Periksa semua terminal penghubung.
7. Periksa terminal netral / ground netral.
8. Bersikan semua terminal penghubung.
9. Tambah minyak trafo bila ada kekurangan.
10. Kencangkan semua baut pengikat.
11. Tes kondisi masing-masing phasa dengan netral menggunakan AVO meter.
12. Tes kondisi masing-masing kabel incoming yang menuju LV panel.
13. Periksa masing-masing terminal lug.
14. Periksa dan bersihkan masing-masing terminal pada fuse base.
15. Periksa dan bersihkan terminal pada main contactor.
16. Kencangkan semua baut pengikat pada main contactor.
17. Periksa dan bersihkan pisau / busur api pada main contactor.
18. Tes pentanahan / grounding system.
19. Masukan seluruh data pada tabel inspeksi
3. Pemasukan Tegangan Kembali
1. Periksa ulang kondisi peralatan dan pastikan bahwa semua komponen telah
sesuai dengan fungsinya.
2. Lapor ke operator gangguan bahwa pekerjaan pemeliharaan telah selesai dan
siap untuk dioperasikan kembali.
3. Jika telah mendapat izin operator, lepas grounding yang terpasang pada line
SUTR.
4. Masukkan FCO 20 kV, pastikan trafo sudah bertegangan.
5. Masukkan tegangan pada sisi TR dengan cara :
Masukkan saklar utama bila LV panel dilengkapi saklar utama.
Masukkan fuse utama bila LV panel tidak dilengkapi saklar utama.
6. Masukkan fuse jurusan secara berurutan pada masing-masing phasa.
7. Melakukan pengetesan / pengukuran
Tegangan (phasa to phasa, phasa to netral)
Rotasi Meter
Arus tiap phasa
8. Jika semua pengukuran sudah baik dan normal berarti pekerjaan telah selesai
selesai.
2.2 Megger
c) Prosedur Pengukuran
- Mekanikal zero check pada kondisi megger off, jarum penunjuk harus tepat
berimpit dengan garis skala. Bila tidak tepat, atur pointer zero (10) pada alat
ukur.
- Pasang kabel test pada megger terminal, serta hubung singkatkan ujung yang
lain.
- On-kan megger, jarum akan bergerak dan harus menunjuk tepat keangka nol,
bila tidak tepat atur pointer. Bila dengan pengaturan pointer tidak berhasil
(penunjukan tidak mencapai nol) periksa / ganti batere.
- Pilih tegangan ukur melalui saklar sesuai tegangan kerja alat yang diukur.
Earth Tester adalah alat untuk mengukur nilai resistansi dari grounding. Berikut ini
adalah cara penggunaan earth tester:
Lakukan penggalian tanah dari titik dimana grounding menuju masing masing
titik grounding yang saling terhubung. Dan lakukan penggalian ke arah terminal
grounding. Buat galian di sepanjang jalur lintasan dengan kedalaman antara 50 -60 cm.
Tarik kabel grounding melalui jalur kabel tersebut, kemudian tempatkan di bawah
galian. Pastikan panjang kabel sudah cukup hingga proses pengikatan dengan grounding
road tidak akan susah.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran