Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MENGOPERASIKAN GARDU DISTRIBUSI & PHB TR

Oleh:

M DAHLAN

06

PLN-TARAKAN UNIT PELAYANAN PELANGGAN DOMPU


(ULP DOMPU)
BAB I
PEMBAHASAN
1.1. Gardu Distribusi
Gardu Distribusi merupakan salah satu Komponen dari suatu sistem
distribusi PLN yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke Konsumen atau
untuk mendistribusikan tenaga listrik pada konsumen atau pelanggan, baik itu
pelanggan tegangan menengah maupun pelanggan tegangan rendah.
Dalam Gardu Distribusi ini Biasanya digunakan Transformator distribusi
yang berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik dari jaringan distribusi
tegangan tinggi menjadi tegangan terpakai pada jaringan distribusi tegangan
rendah (step down transformator); misalkan tegangan 20 KV menjadi tegangan
380 volt atau 220 volt. Sedang transformator yang digunakan untuk
menaikan tegangan listrik (step up transformator), hanya digunakan pada pusat
pembangkit tenaga listrik agar tegangan yang didistribusikan pada suatu jaringan
panjang (long line) tidak mengalami penurunantegangan (voltage drop) yang
berarti; yaitu tidak melebihi ketentuan voltage drop yang diperkenankan 5% dari
tegangan semula.

1. Komponen Gardu Distribusi

Adapun beberapa komponen- komponen dari Gardu Distribusi, yaitu:


a. Isolator Piring
b. Isolator Tumpu
c. Lighting Arrester
d. Fuse Cut Out (FCO)

e. Transformator
2. Metode Pemeliharaan Gardu Distribusi
Ada beberapa hal yang perlu dilaksanakan untuk pemeliharaan Gardu
distribusi tiang portal.
A. Pemeliharaan Transformator Distribusi meliputi:
1. Pemeliharaan bushing pada sisi primer dan sisi skunder
2. Pemeliharaan Mur & baut dari sifat-sifat kimia ( Korosi dan kendor)
3. Pemeliharan Tahanan pentanahan terutama pada elektrodanya .
4. Pemeliharaan Minyak trafo, radiator dan konservator.
B. Pemeliharaan Arrester
1. Pemeliharaan kondisi fisik yang sering kena kotoran / jamur
2. Pemeliharaan pengawatan pada elektroda bagian atas dan bawah yang
kendor
3. Pemeriksaan tahanan katup ( valve resistor ) dengan alat ukur tahanan
isolasi
Pemeliharaan arrester adalah suatu kegiatan yang sangat penting,
karena pemeliharaan terbaik akan memperpanjang umur peralatan dan akan
menjamin berfungsinya peralatan dengan baik. Untuk mendapatkan operasi
yang optimal diperlukan pemeliharaan yang baik terhadap peralatan.
C. Pemeliharaan Fuse Cut Out :
1. Pemeliharaan selongsong fuse masih laik atau tidak
2. Pemeliharaan pada dudukan selongsong fuse bagian atas yang kendor
3. Pemeriksaan arus pengenal pada fuse link
Pemeliharaan fuse cut out hanya sebatas pengecekan kondisi fuse
tersebut serta melakukan pembersihan terhadap debu dan kotoran lainnya
yang melekat pada fuse tersebut. Sedangkan untuk perbaikan fuse cut out
sangat jrang dilakukan dikareanakn apabila telah terjadi kerusakan pada fuse
maka akan segera dilakukan penggantian.
D. Pemeliharaan tahanan pentanahan ( Aarde )
1. Pemeriksaan pengawatan pentanahan pada arrester dan body trafo
distribusi
2. Pengukuran nilai tanahan pentanahan dengan alat ukur pentanahan

1.2. PENGOPERASIAN JARINGAN TEGANGAN MENENGAH


Adalah segala kegiatan yang mencakup pengaturan, pembagian,
pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik kepada konsumen secepat mungkin
serta menjamin kelangsungan penyaluran / pelayanan.
A. TOLOK UKUR KINERJA PENGOPERASIAN JARINGAN DISTRIBUSI

Sebagai tolok ukur atas keberhasilan pada pengoperasian dapat dilihat dari
beberapa parameter, yaitu :

1. Mutu Listrik Harus Terjaga

Ada 2 ( dua ) hal yang menyatan yang menjadi ukuran mutu listrik yaitu :
tegangan dan frekwensi. Tegangan pelayanan ditentukan oleh :

 Batasan toleransi tegangan, pada konsumen TM adalah ± 5 % , sedangkan


pada konsumen TR maksimum + 5 % dan minimum – 10 %.
 Keseimbangan tegangan pada setiap titik sambungan
 Kedip akibat pembebanan sekecil mungkin
 Hilang tegangan sejenak akibat manuver secepat mungkin

Frekuensi :

 Batas toleransi frekuensi adalah ± 1 % dari frekuensi standar 50 Hz

Faktor yang membuat baik-tidaknya mutu listrik tersebut dari sisi distribusi
adalah faktor pembebanan pada sistem distribusi yaitu pembebanan yang tidak
stabil oleh karena pengoperasian normal atau karena lebih banyak akibat
gangguan pada suplai dari GI dan penyulang.
2. Keandalan penyaluran tenaga listrik tinggi

Sebagai indikator penyaluran adalah angka lama dan atau seringnya pemadaman
pada pelanggan yang disebut dengan angka SAIDI dan SAIFI.

Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai SAIDI dan SAIFI dari sisi dstribusi
adalah :

a. Konfigurasi jaringan yang berkaitan dengan manuver


b. Kondisi jaringan yang rentan terhadap gangguan dari dalam sistem maupun
dari luar sistem
c. Cara pengoperasian yang tidak memperhatikan kemampuan peralatan
maupun kemampuan pasokan daya.
Menurunkan angka SAIDI dan SAIFI dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu :

 Meningkatkan kualitas konfigurasi jaringan


 Meningkatkan pasokan tenaga listrik alternatif
 Meningkatkan kualitas pemeliharaan
 Meningkatkan pengetahuan & ketrampilan petugas
 Menyiapkan jumlah petugas dengan perbandingan yangmemadai dengan
jumlah pelanggan
 Menggunakan material sesuai standar
 Mengidentifikasi peralatan yang sering rusak
 Meningkatkan kualitas teknik informasi pelanggan
 Memutakhirkan data teknik jaringan
3. Keamanan Dan Keselamatan Terjamin

Sebagai indikator adalah jumlah angka kecelakaan akibat listrik pada


personil dan kerusakan pada instalasi / peralatan serta lingkungan

Meningkatkan keamanan dan keselamatan

 Kondisi instalasi memenuhi persyaratan


 Sistem proteksi berfungsi dengan baik
 Pemeliharaan instalasi sesuai jadual
 Alat kerja dan peralatan keselamatan kerja memenuhi syarat
 Koordinasi kerja baik
 Sikap dan cara kerja memperhatikan aturan K3 / K2
 Menginformasikan kepada masyarakat tentang bahaya listrik dan
menghindarinya
 Arus Listrik
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir dalam suatu
rangkaian pada satu waktu. Muatan listrik yang dimaksud di sini adalah elektron.
Arus listrik terjadi karena adanya aliran elektron dari kutub negatif ke kutub
posisif.
I=V/R satuan (Ampere)
 Tegangan Listrik
Tegangan listrik merupakan perbedaan potensial listrik antara dua titik pada suatu
penghantar atau rangkaian listrik. Beda potensial adalah perbedaan jumlah
elektron yang berada dalam suatu arus listrik
V = IR Satuan (Volt)

 Hukum Ohm
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan yang menyebutkan bahwa arus listrik (I)
yang mengalir pada suatu kawat konduktor sebanding dengan beda potensial (V)
yang diberikan pada ujung-ujungnya. Artinya, semakin besar beda potensial,
maka semakin besar arus yang mengalir. Sebaliknya, jika beda potensial yang
diberikan diperkecil, semakin kecil pula arus yang mengalir. Kita bisa
merumuskannya menjadi sebagai berikut.

I=V
Ketika arus listrik I mengalir dalam sebuah kawat konduktor dengan beda
potensial di ujung-ujungnya V, maka arus akan berbanding terbalik dengan
hambatan, menghasilkan rumus sebagai berikut.
I α 1/R
Berdasarkan dua persamaan di atas, maka didapatkan rumus dari hukum Ohm
sebagai berikut.
I=V/R atau V = IR
Besaran R adalah hambatan pada kawat.

Dalam mengoperasikan gardu distribusi ada Standar operaional prosedur


(SOP )pengoperasian trafo distribusi out door
1. Peralatan Kerja
-Alat Kerja dan Alat Bantu
a. Alat Ukur Tahanan Isolasi
b. Tester 20 kV
c. Multimeter
d. Phase Squense meter
e. Earth tester
f. Stick 20 KV
g. Kunci Gardu
h. Fuse Puller
i. Alat Tulis
j. Tangga
k. Senter/ lampu penerangan
l. Radio Kmunikasi
m. Grounding
2. APD (Alat Perlindungan Diri )
a. Helm pengaman
b. Sepatu alat karet
c. Sarung tangan
d. Pakaian kerja
e. Kelengkapan P3K
f. Kaca mata
g. sepatu pengaman
h.tutup telingga
i.jas hujan
4. Langkah Kerja

 SPV Teknik Rayon menerbitkan PK Pekerjaan (Dokumen No.FR.01-JAR-


02).

SPV Teknik Rayon menunjuk staff sebagai pengawas pekerjaan
(Dokumen No.FR.02-JAR- 02)
 SPV Teknik Rayon memberi pengarahan urutan pelaksanaan kerja dan
mengecek pemakaian peralatan K3, dilanjutkan dengan doa bersama.
 Persiapkan peralatan kerja dan material yang dibutuhkan.
 Pengawas Pekerjaan pergi menuju ke lokasi pekerjaan.
 Pasang rambu dan papan peringatan di lokasi pekerjaan.
 Dirikan dan ikat tangga dekat papan injak trafo.
 Pasang grounding local pada jumper primer dan periksa secara visual kondisi
trafo.
 Catat semua data-data gardu dan cek fuse link yang terpasang sesuai standart
operasi.
 Catat posisi tap changer trafo, sesuaikan dengan tegangan operasi.
 Ukur dan catat tahanan isolasi trafo untuk memastikan bahwa trafo benar-
benar baik.
a. Primer – Body (≥ 20 Mega Ohm)

b. Primer – Primer (Zero)

c. Sekunder – Body (≥ 4 Mega Ohm)


d. Sekunder – Sekunder (Zero)

e. Primer – Sekunder (≥ 20 Mega Ohm)

Ukur tahanan pentanahan :


a. Ground Arresster

b. Ground Body Trafo

c. Ground Netral Trafo

d. Ground LV Board

 Lepas grounding local pada jumper primer dan periksa alat kembali jangan
sampai ada yang tertinggal
 Posisikan saklar utama LV Board (hefboom) dan NH fuse tiap-tiap
jurusan dalam posisi lepas.
 Informasikan ke Operator SMGT bahwa pekerjaan pengoperasian trafo
gardu distribusi siap dilaksanakan.
 Masukan CO gardu dengan menggunakan stick 20 kV.
 Buka pintu gardu dan nyalakan lampu kontrol.
 Lakukan pengukuran pada saat tidak berbeban (arus, tegangan & urutan
phasa) dan catat dalam buku pekerjaan.
 Operasikan trafo selama ± 10 menit dengan beban kosong.
 Apabila setelah dioperasikan dengan beban kosong trafo dalam keadaan
normal, maka masukan saklar utama LV Board (hefboom).
 Masukkan NH Fuse masing-masing jurusan menggunakan Fuse Puller.
 Ukur tegangan dan beban tiap-tiap jurusan :
 Catat hasil pengukuran pada blangko form pengoperasian gardu.
 Ukur tegangan ujung pada tiang terakhir dan catat pada blangko formulir
pengoperasian gardu.
 Gantung kartu trafo pada tempat yang mudah dijangkau dalam LV Board.
 Matikan lampu kontrol kemudian tutup dan kunci pintu gardu.
 Turunkan tangga dan kumpulkan alat-alat kerja pada tempatnya.
Informasikan kembali ke Operator SMGT bahwa gardu telah beroperasi.
Dalam mengoperasikan SUTM ada standar operasional prosedur (SOP)
pengoperasian JTM baru .

1. Peralatan Kerja
-Alat Kerja dan Alat Bantu
n. Radio Komunikasi
o. Stick 20 kV
p. Alat ukur tahanan
q. Alat tulis
r. Kendaraan Operasional
s. Ampere Stick
t. Volt Stick
u. Senter / lampu penerangan
2. APD (Alat Perlindungan Diri )
a. Helm pengaman
b. Sepatu alat karet
c. Sarung tangan
d. Pakaian kerja
e. Kelengkapan P3K
f. Kaca mata
4. Langkah Kerja
- Asman Jaringan menerbitkan PK Pekerjaan (Dokumen No.FR.01-JAR-
02).
- Asman menunjuk SPV Opjar sebagai pengawas pekerjaan (Dokumen
No.FR.02-JAR-02)
- SPV Opjar memberi pengarahan urutan pelaksanaan kerja dan mengecek
pemakaian peralatan K3, dilanjutkan dengan doa bersama.
- Dirikan dan ikat tangga kemudian ukur dan catat tahanan isolasi jaringan
dengan alat ukur tahanan isolasi.
- Ukur dan catat tahanan pentanahan / arde TM dengan alat ukur
pentanahan.
- Ukur dan catat tegangan tembus Arrester dengan menggunakan Arrester
Default Detector (apabila terdapat arrester).
- Catat dan sesuaikan fuse link terpasang pada FCO dan uji mekanik keluar
masuk. (apabila terdapat FCO)
- Uji mekanik keluar masuk LBS (apabila terdapat LBS)
- Apabila tidak terdapat kerusakan pada jaringan JTM baru, masukan LBS
atau CO pemisah jaringan JTM lama dengan jaringan JTM baru.
- Turunkan tangga dan pastikan peralatan serta personil aman.
- Informasikan ke Operator SMGT bahwa JTM siap dioperasikan.
- Setelah menerima informasi / Jawaban dari Operator SMGT, operasikan
JTM ± 10 menit dengan beban kosong.
- Apabila selama ± 10 menit beroperasi dengan beban kosong tidak terdapat
gangguan maka JTM dapat di sambung secara permanen dengan jaringan.
- Informasikan pada Operator SMGT bahwa pekerjaan telah selesai
dilakukan dan JTM sudah dalam kondisi operasi.
- SPV Opjar dan petugas pelaksana kembali ke kantor dan membuat laporan
pengoperasian jaringan JTM yang kemudian diserahkan kepada Asman
Jaringan dan pejabat terkait.
Dokumntasi

Gambar 1, pengukuran tahanan isolasi


BAB II
PENUTUP
2.1. Kesimpulan

Adapun simpula yang dapat disampaikan, yaitu:


1. Gardu Distribusi merupakan salah satu Komponen dari suatu sistem
distribusi PLN yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke
Konsumen atau untuk mendistribusikan tenaga listrik pada konsumen atau
pelanggan, baik itu pelanggan tegangan menengah maupun pelanggan
tegangan rendah.
2. Pemeliharaan Trafo dilakukan secra terjadwal dan dalam keadaan beroperasi /
bertegangan maupun tidak. Pemelihraan trafo meliputi pemeliaraan bushing pada
isi primer dan sekunder, pemelihraaan mur dan baut, pemeliharaan minyak trafo,
radiator dan konservator.
3. Pemeliharaan arrester diulakukan dalam jadwal yang sudah ditentukan. Untuk
pemeliharaan arrester dilakukan dalam tahapan pemelihraan harian, pemeliharaan
tahunan, dana pemeliharaan 10 tahun.
4. Pemeliharaan fuse cut out hanya sebatas pengecekan kondisi fuse tersebut
serta melakukan pembersihan terhadap debu dan kotoran lainnya yang
melekat pada fuse tersebut. Sedangkan untuk perbaikan fuse cut out sangat
jrang dilakukan dikareanakn apabila telah terjadi kerusakan pada fuse maka
akan segera dilakukan penggantian.

Anda mungkin juga menyukai