Anda di halaman 1dari 69

TRAINING

TEKNISI K3
LISTRIK

H. KUSMAWADI,S.Pd.MM.
wadikusmawadi@gmail.com.
HP. 0813 4784 3015
Persyaratan K3 Listrik
pemasangan/pemeliharaan instalasi
perlengkapan dan peralatan listrik di
pemanfaatan listrik


Persyaratan K3 Peralatan
Instalasi Tenaga/Daya
Peralatan Instalasi Tenaga/ Daya

 Instalasi Listrik Tenaga/ Daya adalah


pemasangan komponen-komponen
peralatan listrik untuk melayani perubahan
energi listrik menjadi tenaga mekanis.
Persyaratan Instalasi Listrik Tenaga
 Syarat Aman
 Instalasi listrik tenaga harus dibuat sesuai standar keselamatan,
sehingga kecil kemungkinan timbulnya kecelakaan.
 Aman dalam hal ini berarti tidak membahayakan keselamatan
jiwa manusia, terjaminnya peralatan dan benda-benda di
sekitarnya dari kerusakan akibat adanya gangguan seperti :
gangguan hubung singkat, gangguan beban lebih, gangguan
tegangan lebih, dan sebagainya.
 Syarat Keandalan
 adalah bahwa kelangsungan pemberian/pengaliran arus listrik
kepada beban/konsumen pemakai listrik harus terjamin secara
baik.
 Syarat Ekonomis
 Instalasi listrik tenaga harus dibuat sesuai dengan standarnya
sehingga harga dari keseluruhan instalasi itu, ongkos
pemasangan, dan ongkos pemeliharaannya tidak boros.
 Rugi-rugi daya listrik yang hilang harus sekecil mungkin, rugi
tegangan maksimal 5 % dari tegangan sumber.
Peralatan Instalasi Tenaga
 Komponen perlengkapan kendali seperti tombol, sakelar,
lampu, sinyal, sakelar magnet dan kawat penghubung harus
mempunyai kemampuan yang sesuai dengan
penggunaannya.
 Komponen seperti tombol, sakelar kendali, dan sakelar
pemilih harus mempunyai tanda atau warna yang
memudahkan operator untuk melayaninya.
 Penghantar atau kabel yang digunakan untuk perlengkapan
kendali dalam PHB harus berukuran sekurang-kurangnya 1,0
mm kecuali penghantar atau kabel yang sudah terpasang
dalam perlengkapan kendali itu.
 Proteksi sistem kendali harus terpisah dari proteksi yang lain.

(PUIL 2000: 6.6.5.1 - 6.6.5.4)


Klasifikasi Keandalan Beban
 Sistem harus dapat mendukung beban yang memerlukan
keandalan sangat tinggi, karena terhentinya aliran listrik akan
dapat menyebabkan kematian atau kecelakaan.
 Sistem harus dapat mendukung beban yang memerlukan
keandalan tinggi, dimana jika aliran listrik berhenti tidak
menyebabkan kematian manusia, tetapi menyebabkan
kerusakan pada beban atau menyebabkan kerugian yang
sangat besar.
 Sistem harus dapat mendukung beban dengan keandalan
biasa, apabila aliran listrik terhenti tidak begitu
membahayakan dan merugikan.
 Mutu terjamin, berarti konsumen mendapat aliran listrik sesuai
dengan ukuran normal dari kebutuhan beban.
Komponen Panel Hubung Bagi Kendali
A1. Pengaman Hubung Singkat Sirkit Cabang berfungsi sebagai
pengaman arus lebih pada suatu sirkit cabang yang
mensuplai dua motor atau lebih.
A2. Sirkit Cabang berfungsi sebagai penghantar rangkaian akhir
yang mensuplai dua motor atau lebih.
B. Pengaman Hubung Singkat Sirkit Motor berfungsi
sebagai pengaman arus lebih sirkit akhir yang
mensuplai motor tunggal dari gangguan hubung singkat.
C. Sarana Pemutus berfungsi sebagai sarana pemutus
(pengisolir) motor dari jaringan apabila akan dilakukan
perbaikan pada motor.
D. Kendali Motor berfungsi sebagai alat pengasutan motor,
pengatur putaran motor, menjalankan motor, membalik arah
putaran motor, memberhentikan motor, dan lain-lain.
E. Pengaman Beban Lebih berfungsi sebagai
pengaman/melindungi motor, peralatan kontrol motor dan
hantaran akhir terhadap pemanasan berlebihan akibat
beban lebih dan atau motor tidak dapat diasut.
F. Motor Listrik berfungsi sebagai alat yang merubah energi
listrik menjadi energi mekanis untuk menggerakkan mesin-
mesin pemakai listrik.
G. Grounding System/Pembumian berfungsi mengamankan
peralatan instalasi dan motor listrik dari adanya kejut listrik
akbat kebocoran arus
Komponen Panel Hubung Bagi Kendali
 Pengaman Lebur (Fuse)
 Miniature Circuit Breaker (MCB)
 Kontaktor Magnetik (Magnetic Contactor)
 Thermal overload relay
 Kabel Penghantar
 Busbar
 Lampu Indikator (Indicator Lamp)
 Sepatu Kabel
 Cable Tidy atau Spiral
 Pemilihan MCB ditentukan oleh beberapa hal, yaitu :

 Standar yang berlaku. Contoh PUIL, SPLN, IEC, dll.


 Kapasitas Pemutusan
 Arus Pengenal
 Tegangan

Miniature Circuit Breaker (MCB)


 Ir adalah arus nomimal MCB
 Im adalah arus hubung singkat minimum
 Icu adalah arus hubung singkat maksimum atau arus
breaking capacity.
Circuit Breaker terpilih akan selalu membandingkan
arus setting Ir dengan arus beban IB, serta breaking
capacity-nya ICU dengan prospective ISC
 Definisi terkait dengan tegangan:
 Ue: rated service voltage.
 Ui: rated insulation voltage (> Ue max.).
 Uimp: rated impulse withstand voltage.
Definisi terkait dengan arus :

 IB: sirkuit operasional


 Icm saat ini: dinilai hubungan arus pendek membuat kapasitas.
 ICS: nilai layanan melanggar kapasitas (biasanya dinyatakan
sebagai % dari Icu).
 ICU: nilai akhir hubungan arus pendek melanggar kapasitas
(dinyatakan dalam kA).
 ICW: nilai waktu singkat menahan arus.
 IDn: nilai sisa operasi sekarang (sering disebut Sensitivitas sisa).
 Dalam: populer saat ini = nilai maksimum saat ini digunakan untuk
tes kenaikan suhu (misalnya untuk NS250 kompak pemutus:
dalam = 250 A).
 ISC: hubungan arus pendek saat ini pada titik tertentu dalam
instalasi.
Kontaktor Magnetik (Magnetic Contactor)
 Kontaktor magnet adalah gawai
elektromekanik yang dapat
berfungsi sebagai penyambung
dan pemutus rangkaian, yang
dapat dikendalikan dari jarak jauh.
 Pergerakan kontak - kontaknya
terjadi karena adanya gaya
elektromagnet. Kontaktor magnet
merupakan sakelar yang bekerja
berdasarkan kemagnetan. Karena
magnet berfungsi sebagai
penarik dan pelepas kontak-kontak
pada kontaktor.
 Kontak Utama
 kontak yang menghubungkan dan memutuskan
arus listrik yang menuju ke beban atau motor.
 Kontak Bantu
 Kontak ini hanya digunakan pada rangkaian
kontrol. Terdiri dari dua jenis kontak yaitu
kontak normally open (NO) dan normally close
(NC).
 Kontak NO cirinya bernomor ganda dan nomor
terakhir adalah 3-4  Contoh : 13-14, 23-
24, 33-34
 Kontak NC cirinya bernomor ganda dan nomor
terakhir 1-2  Contoh :11-12,21-22, 31-32
Pemilihan kontaktor:

Parameter utama
 Jenis beban
 Kapasitas beban, meliputi :
Arus, Tegangan, Daya, dll
 Frekuensi On-Off
 Kategori penggunaan
Pemilihan Kontaktor
 Tegangan kerja
 Besarnya daya
 Kemampuan hantar arus (kontaknya)
 Jumlah kontak bantu yang dimiliki
 Kategori penggunaan
Kategori Pemakaian
 AC1 : Pemakaian untuk beban non-induktif
atau sedikit induktif
 AC2 : Pemakaian untuk starting motor slipring
(starting, switching off)
 AC3 : Untuk pemakaian pada starting motor
rotor sangkar. (starting, switching off)
 AC4 : Pemakaian untuk jenis motor rotor
sangkar (starting, plugging atau
berbalik arah putaran)
TOLR (Thermal Overload Relay)

 TOLR (Thermal Overload Relay)


berfungsi untuk mengamankan motor
atau memberi perlindungan kepada
motor dari kerusakan akibat beban
lebih.
 Prinsip kerja thermal beban lebih
(TOLR) berdasarkan panas
(temperatur) yang ditimbulkan oleh
arus yang mengalir melalui elemen –
elemen pemanas bimetal.
Lampu Indikator (Indicator Lamp)
 Lampu indikator adalah suatu komponen sistem
kendali yang digunakan untuk memberikan
penandaan visual terhadap kondisi operasi sistem.
 Komponen ini terdiri atas sebuah lampu kecil
(pijar/neon) dengan rumahnya yang tutup atasnya
terbuat dari bahan transparan dengan warna tertentu
 Warna-warna lampu indikator ini dapat dipilih sesuai
dengan standar kode warna yang berlaku.
 Lampu indikator umumnya disambungkan sedemikian
rupa sehingga akan menyala jika kontaktor terkait
sedang dalam kondisi operasi atau lampu-lampu
indikator digunakan untuk memberi tanda bahwa
motor telah siap untuk dijalankan dan motor telah
beroperasi.
Lampu Indikator (Indicator Lamp)

Warna Makna Warna Aplikasi


Menandakan kondisi bahaya dan
membutuhkan penanganan secepatnya
Merah Kondisi Bahaya oleh operator

Monitoring dan atau membutuhkan


Kondisi Tidak penanganan dari operator
Kuning
Normal

Mesin siap untuk Mesin dalam kondisi siap dioperasikan


Biru
bekerja

1. Sakelar utama dalam kondisi ON


Hijau Kondisi Normal
2. Pemilihan kecepatan dan arah putar
mesin
Kabel Penghantar
 Penghantar yang digunakan untuk
instalasi listrik adalah penghantar yang
dilindungi dengan isolasi atau disebut
dengan kabel.
 Perkembangan penghantar semakin
pesat seiring berkembangnya bahan-
bahan isolasi, sehingga banyak
bermunculan jenis penghantar baru.
 Untuk mempermudah identifikasi dari
jenis kabel yang ada, maka diadakan
suatu penandaan dari huruf maupun
angka.
Sepatu Kabel
 Sepatu kabel yaitu alat yang dapat
dipasang pada ujung kabel yang tidak
berisolasi. Dengan dipasangnya sepatu
kabel akan memudahkan pelaksanaan
pekerjaan, terutama pada pekerjaan kabel-
kabel yang besar.
 Hubungan setiap terminal (apitan) pada
suatu penghantar haruslah cukup kuat,
nilai kabel digerak-gerakan atau
direntangkan harus dijamin tidak akan
lepas atau putus.
Sepatu Kabel dengan Sekrup
 Cara pemasangannya :
 Bersihkan sepatu kabel yang tidak
berisolasi sepanjang longsongan
sepatu kabel agar hubungannya baik.
 Keraskan sekrup yang ada dengan
menggunakan obeng atau kunci pas
dan semacamnya.
sepatu kabel dengan alat penekan

 Cara ini lebih praktis, akan tetapi


sepatu kabel yang telah dipasang
tidak dapat dilepas lagi (permanen)
dengan mudah.
 Selain daripada itu pemasangannya
pun harus menggunakan alat khusus
untuk keperluan ini.
sepatu kabel dengan pematrian
 Cara pemasanganya :
 Setelah kabel dibuka isolasinya, bersihkanlah kawatnya dari
kotoran yang mengganggu penempelan timah. Untuk
memperoleh hasil yang sempurna sebaiknya bagian kawat
yang akan dimasukan ke dalam sepatu kabel dilapisi dahulu
dengan patri.
 Selanjutnya cairkanlah timah dan tuangkan ke dalam sepatu
kabel secukupnya. Kemudian masukan kawat kabel ke dalam
selongsong sebelum timah membeku.
 Pada umumnya bagian dalam (lubang) sepatu kabel yang
diperdagangkan telah dilapisi dengan timah.
Busbar
 Busbar merupakan penghantar listrik yang
berbentuk empat persegi panjang tanpa
isolasi.
 Busbar biasanya ditempatkan di dalam
panel yang bersifat menampung tenaga
listrik guna menyalurkannya ke komponen
lainnya.
 Pada penggunaanya busbar dipasang
untuk keperluan fasa, netral, dan
pembumian.
Cable Tidy (Spiral)
 Cable Tidy atau Spiral digunakan untuk pembungkus kabel
atau casing kabel untuk mengamankan kabel dan
memperindah kabel.
 Biasanya selubung kabel ini dipakai untuk kabel yang menuju
lampu indikator dan atau menuju pintu panel.
 Dengan adanya spiral kabel terlihat lebih rapih , dengan
adanya spiral kabel tersebut dapat dililit atau di satukan.
 Penggunaan spiral sangat cocok pada panel instalasi, karena
lebih mudah mengarahkan penghantar dan tidak
menghabiskan ruang panel yang sangat sempit.
Labelling Sistem Komponen
 Sistem pelabelan ini pada dasarnya
adalah pemberian identifikasi setiap
komponen dalam suatu sistem sehingga
dapat dibedakan secara mudah posisi
jenis dan lokasi pemasangannya.
 Label jenis ini dibuat sesuai identifikasi
setiap komponen dalam gambar
diagramnya.
 Label ini dicetak diatas kertas stiker
ataupun alluminium foil yang diberi
lapisan perekat.
Labelling Sistem Komponen
 Menurut standart IEC, pelabelan dibuat dengan 3 digit
identifikasi yang merupakan kombinasi huruf dan angka
 Digit I : berupa notasi huruf A – Z yang ditulis dengan
huruf besar. Notasi ini menunjukkan jenis dari komponen
yang bersangkutan.
 Digit II: berupa notasi angka yang menunjukkan nomor
urut dari setiap jenis komponen yang sama.
 Digiti III: berupa notasi huruf A – Z yang ditullis dengan
huruf besar. Notasi ini menunjukkan fungsi dari komponen
yang bersangkutan.
 Contohnya seperti K1M dimana huruf K menyatakan
kontaktor, angka satu menyatakan kontaktor nomor urut
ke satu, dan M menyatakan fungsi utama kontaktor.
Sistem IP
berdasarkan DIN VDE 0470
Sistem IP
berdasarkan DIN VDE 0470
Sistem IP
berdasarkan DIN VDE 0470
Sistem IP
berdasarkan DIN VDE 0470
Motor
Name Plate
 Nama pembuat;
 Tegangan pengenal;
 Arus beban pengenal;
 Daya pengenal;
 Frekuensi pengenal dan jumlah fase untuk motor arus bolak balik;
 Putaran per menit pengenal;
 Suhu lingkungan pengenal dan kenaikan suhu pengenal;
 Kelas isolasi;
 Tegangan kerja dan arus beban penuh sekunder untuk motor
induksi rotor lilit;
 Jenis lilitan : shunt, kompon, atau seri untuk motor arus searah;
LISTRIK INDUSTRI
1. KETENTUAN TENTANG INSTALASI INDUSTRI

1.1.Instalasi motor listrik.


1.2.Instalasi kendali.
1.3.Instalasi tranformator tegangan rendah.
1.4.Instalasi kapasitor.
1.5.Instalasi mesin las.
1.6.Instalasi mesin perkakas
1.7.Perlengkapan hubung bagi.
2. RANGKAIAN MOTOR LISTRIK
2.1. Sirkit penghantar motor.
2.1.1. KHA sirkit motor tunggal minimal 125 % arus
pengenal beban penuh motor.
KHA = 125 % x In
2.1.2. Sirkit penghantar motor yang mensuplai 2 motor atau lebih,
minimal jumlah arus beban penuh semua motor + 25 % arus
beban penuh motor terbesar (  arus beban tertinggi).
KHA =  I n + 125 % x I n terbesar.
2.1.3. Untuk motor dengan daur kerja intermitten, pembebanan
singkat, tidak bekerja bersama-sama, KHA penghantar sirkit
dapat minimal sama dengan beban maksimum yang terjadi.
2.2. Proteksi beban lebih sirkit motor.
2.2.1. Beban lebih atau arus lebih pada waktu motor beroperasi
bila bertahan pada waktu cukup lama, akan mengakibatkan
kerusakan atau overheating pada sirkit motor.
Lanjutan 2.2.1.

2.2.2. Setelan gawai proteksi dirancang maksimum sama dengan


setelan arus asut motor. Waktu tunda gawai proteksi harus
lebih kecil dari lama arus asut motor.
2.2.3. Pengaman lebur sebagai proteksi beban lebih motor
dipasang pada tiap-tiap fasa aktif motor.
2.2.4. Jika gawai proteksi bukan pengaman lebur (misalnya relai,
Bimetal) dipasang pada :
Satu fasa : pada penghantar fasa.
Tiga fasa : cukup pada penghantar fasa 1 dan 2, atau 2
dan 3, atau 1 dan 3.
2.2.5. Proteksi beban lebih harus dilengkapi dengan proteksi arus
hubung pendek.
2.2.6. Kontak tusuk yang di pakai untuk melayani motor harus
minimum mempunyai nilai pengenal I0A – 250 Volt, setara
dengan KHA penghantar sirkit akhir kotak kontak tersebut.
Lanjutan 2.2.6

2.3. Proteksi Hubung Pendek Sirkit Motor


2.3.1. Setiap motor harus diproteksi tersendiri terhadap arus
hubung pendek, kecuali :
• Sisi hulu sirkit telah di proteksi dengan nilai pengenal
maksimum 16 A.
• Gabungan motor dengan proteksi satu gawai proteksi yang dapat
memutuskan semua motor tersebut.
2.3.2. Setelan atau nilai proteksi motor tunggal mengikuti tabel 5.5.2.
PUIL 2000. (lihat halaman lain)
2.3.3. Setelan beberapa motor tidak boleh melebihi nilai terbesar
berdasarkan tabel 5.5.2 untuk masing- masing motor ditambah
jumlah arus beban penuh motor lain dalam sirkit tersebut.
Setelan gawai = setelan gawai proteksi terbesar + In motor
lain.
IN Motor lain
IG3
x M1 IN3
IG2
x x M2 IN2 IG2 = IG3 + IN1 + In2

x M3 IN1
Lanjutan 2.3.3

2.4. Proteksi Hubung Pendek Sirkit Cabang.


2.4.1. Arus gawai proteksi hubung singkat sirkit cabang yang
mensuplai beberapa motor :
Arus gawai proteksi menurut tabel 5.5.2 + Jumlah arus beban
penuh semua motor yang di pasok sirkit cabang tersebut.
Contoh soal Aplikasi :
Suatu sirkit cabang motor, tegangan kerja 230 Volt sebagaimana
pada gambar :
• Motor sangkar : I n = 42 A
• Motor sinkron : I n = 54 A
dengan asutan autotrafo
• Motor cincin : ∑ I n = 68 A
dua buah
Masing-masing motor diproteksi dengan pemutus sirkit terhadap
hubung pendek.
Lanjutan 2.4.1.

Tentukan :
a. Kuat hantar arus sirkit cabang.
b. Setelan proteksi hubung pendek sirkit cabang.
c. Setelan proteksi saluran utama terhadap hubung pendek
bila sirkit cabang tersebut juga memasok motor rotor cincin I n = 68 A
Penyelesaian :
KHA Penghantar
• Sirkit A
Gawai proteksi 178 A
125% x 42A = 52,5 A
Sirkit cabang • Sirkit B
85A + 52,5A +67,5A = 178A
B 125% x 54,5A = 68,A
A C • Sirkit C
Gawai proteksi
105A x 108A 102Ax 125% x 68 = 85A
Sirkit 125% x 42A 125% x 54A 125% x 68A
Akhir 52,5A 67,5A 85A
Kuat hantar arus sirkit cabang
motor 125% x Iu motor terbesar + In
M M M masing-masing motor lain
Motort sangkar Motor sinkron Motor cincin
= 125 % x 42A+54A+68A = 181A
IN : 42A dengan autotrafo IN : 68A
IN : 54A
Lanjutan 2.4.1.

KHA Penghantar :
- Sirkit A = 125 % x 42 A = 52,5 A

- Sirkit B = 125 % x 54 A = 67,5 A

- Sirkit C = 125 % x 68 A = 85 A

Kuat hantar arus sirkit cabang :


125 % x I n motor terbesar + In masing-masing motor lain =
125 % x 68 A + 42 A + 54 A = 181 A

Setelan gawai proteksi sirkit akhir :


Sirkit A = 250 % x 42 A = 105 A
Sirkit B = 200 % x 54 A = 108 A
Sirkit C = 150 % x 68 A = 102 A
Lanjutan 2.4.1.

Rangkaian sirkit cabang :


Setelan gawai proteksi sirkit cabang
• Setelan terbesar motor + I n motor – motor lain

108 A + 42 A + 68 A = 218 A.
• Motor rotor cincin yang tersambung

KHA sirkit = 1,25 + 68 A = 85 A


Setelan gawai proteksi = 150 % x 68 A = 102 A
Rangkaian sirkit utama :
KHA penghantar :
KHA sirkit cabang dengan KHA terbesar + I n motor-motor lain =
181 A + 68 A = 249 A
Lanjutan 2.4.1.

Gawai proteksi x
218A+68A=286A
Sirkit Utama
KHA = 181+68=249A

x 1,5 x 68 = 102A x

KHA =
Gawai proteksi 1,25 x 68 = 85A Sirkit Cabang
= 108A + 42A + 68A
= 218 A M
KHA =
85A+42+54 Motor cincin
=181A 68A

2,5 x 42 x x 2,5 x 54A x 1,5 x 68 =102A Gawa Proteksi


=105A =108A
1,25 x 42 1,25 x 54 1,25 x 68
KHA
= 52,5A = 67,5A = 85A
Sirkit Akhir
M M M
Motort sangkar Motor sinkron Motor cincin
IN : 42A dengan autotrafo IN : 68A
IN : 54A
Lanjutan 2.4.1.

2.5. Rangkaian kendali


Sirkit cabang
Rangkaian kendali adalah
sarana yang mengatur tenaga Pengaman hubung pendek
listrik ke sirkit beban. Pada Sarana pemutus
rangkaian kendali motor
termasuk alat asut motor. Sirkit kendali motor
• Pemutus / penghubung
• Alat asut
• Start / stop

2.6. Sirkit kendali minimum memenuhi ketentuan-ketentuan :


2.6.1. Dilengkapi sakelar yang dapat memutus semua sumber.
2.6.2. Harus ada dua saklar untuk memutus sumber dan untuk
memutus rangkaian sirkit motor yang ditempatkan pada
satu PHB yang sama.
2.7. Rangkaian sirkit kendali motor.
2.7.1. Rangkaian sirkit kendali motor terdiri atas :
• Pemutus, dengan KHA minimal 115 % jumlah arus
beban pada keadaan beban penuh. Pemutus harus
dapat memutus semua rangkaian aktif
Lanjutan 2.7.1.

•Gawai proteksi.
Satu untuk sirkit keluar.
Satu untuk sirkit masuk.
2.7.2. Jika motor menerima daya listrik lebih dari satu sumber,
masing-masing sumber harus mempunyai sarana pemutus kutub 4
(rangkaian fasa da netral).
2.8. Mesin las busur listrik.
mesin las busur listrik yang menggunakan transformator, penyearah, dan
motor generator.
2.8.1. Kuat hantar arus penghantar suplai.
KHA penghantar = I n x k
k = Faktor daur kerja mesin listrik.
(lihat tabel 5.15-1 PUIL 2000).
4. MESIN LAS BUSUR LISTRIK

4.1. mesin las busur listrik yang menggunakan transformator,


penyearah, dan motor generator.
4.2. Kuat hantar arus penghantar suplai.
KHA penghantar = I n x k
k = Faktor daur kerja mesin listrik.
(lihat tabel 5.15-1 PUIL 2000).
4.2.1. Kuat hantar arus penghantar sekelompok mesin las.
KHA :
= 100 % KHA penghantar 2 mesin las terbesar
+ 85 % KHA penghantar mesin las terbesar ke 3
+ 70 % KHA penghantar mesin las terbesar ke 4
+ 60 % KHA penghantar mesin las terbesar ke 5 dst.
4.2.2. Proteksi arus lebih mesin las.
Arus pegenal poteksi arus lebih mesin las maksimum 200
% arus primer pengenal pada tiap mesin las. Kecuali
apabila penghantar suplai telah diproteksi dengan nilai
pengenal maksimum 200 % arus pengenal primer pada
sisi hulu.
Lanjutan 4.2.2.

4.2.3. Proteksi arus lebih penghantar suplai.


Arus pengenal gawai proteksi maksimum 200 % dari
KHA penghantarnya.
4.2.4. Sarana pemutus tiap mesin las.
Semua mesin las harus di pasang sarana pemutus suplai dengan
arus pengenal minimum 200 % arus pengenal penghantar.
4.3. Mesin las resistant.
4.3.1. KHA penghantar = minimum 70 % x nilai arus pengenal
4.3.2. Untuk mesin las resistant yang diketahui daur tugasnya :
KHA = k x arus pengenal mein las
k = Faktor daur tugas

Daur tugas 1 % 50 40 30 25 20 15 10 7,5 <5


k 0.7 0.6 0.55 0.5 0.45 0.39 0.32 0.27 0.22
Lanjutan 4.3.2.

4.3.3. Kelompok mesin las :


KHA penghantar mesin las :
100 % arus pengenal mesin las tersebar –1 dan –2
+ 60 % arus pengenal mesin las lain.
4.3.4. Proteksi arus lebih mesin las.
• Nilai arus pengenal gawai proteksi mesin las resistant = maksimum
300 % x arus pengenal mesin las
• Tidak diperlukan proteksi arus lebih bila penghantar telah diproteksi
arus lebih dengan arus pengenal maksimum 300 % KHA
penghantar.
• Sirkit penghantar yang mensuplai lebih dari satu mesin las diproteksi
dengan gawai penghantar maksimum 300 % x KHA penghantar.
• Tiap mesin las harus mempunyai sakelar atau pemutus sendiri dari
sirkit suplai nilai arus pengenal = minimal 200 % KHA penghantar
suplai.
5. RANCANGAN SIRKIT TRANSFORMATOR
TEGANGAN RENDAH KAPASITOR

5.1. Transformator tegangan rendah adalah transformator :


5.1.1. Step-up/step-down pada rangkaian tegangan rendah.
5.1.2. Transformator asut motor listrik.
5.1.3. Bukan trafo alat ukur (PT,CT)
5.2. Gawai kedali.
5.2.1. Transformator harus mempunyai gawai kendali sendiri yang
dapat memutus baik dari satu sumber atau sumber lain.
5.2.2. Auto trafo tidak boleh ihubungkan pada sistem tanpa
pembumian.
5.2.3. Arus pengenal gawai pemutus minimal 250 % dari arus
pengenal sisa primer transformator.
Lanjutan 5.3.1.

5.3. Gawai proteksi.


5.3.1. Gawai proteksi transformator harus mempunyai :
• Proteksi arus lebih pada sisi primer dengan
KHA maksimum 125 % dari arus primer
pengenal.
• gawai proteksi arus primer tidak diperlukan
jika pada sisi sekunder dilengkapi gawai
proteksi maksimum 125 % arus sekunder
pengenal transformator.
5.4. Dalam merancangkan gawai kendali trafo harus diperhatikan
spesifikasi transformator tersebut, antara lain apakah sudah
mempunyai gawai proteksi sendiri (self protected transformer)
atau tidak.
5.5. Apabila di rancang kerja paralel, maka persentase impedansi trafo
harus sama pada sadapan sistem sumber yang sama. Perbedaan
kapasitas transformator tidak boleh lebih dari 30%.
Lanjutan 5.3.1.

5.6. Instalasi kapasitor


5.6.1 Suatu rangkaian instalasi kapasitor dan transformator
harus memenuhi :
• Daya (kVA) transformator minimum 135 % dari
daya kapasitor dalam (kVA).
• KHA penghantar kapasitor minimum 135 % dari
KHA kapasitor pada arus pengenalnya.
• KHA penghantar kapasitor yang menghubugkan
kapasitor dengan perlengkapan instalasi tenaga
(misalnya terminal motor) minimal 1/3 dari KHA
penghantar sirkit motor.
5.6.2. Proteksi pada kapasitor harus pada tiap fasa aktif yang tidak
dibumikan. Penyetelan proteksi harus serendah mungkin.
5.6.3. Untuk tiap gugus kapasitor harus dipotong saranan pemisah
pada tiap penghantar fasa aktif (kecuali kapsitor yang
dipasang pada sisi beban dari proteksi arus lebih motor.
6. KETENTUAN UMUM PENATAAN PHB

6.1. Ketentuan Umum.


6.1.1. Panel hubung bagi harus ditata dan dipasang secara
teratur dan rapih, pada ruang yang cukup untuk
pemeliharaan pelayanan operasional.
6.1.2. PHB dapat dioperasikan tanpa alat bantu misalnya
tangga, meja.
6.1.3. Penyambungan ujung kabel sirkit pada terminal PHB harus
memakai sepatu kasel. Semua mur, baut dan komponen yang
terbuat dari logam harus dipilih yang dilapisi material anti karat.
Sambungan dua jenis logam. Harus dengan bimetal.
6.1.4. Terminal kabel kendali harus terpisah dari terminal-terminal
saluran daya.
6.1.5. PHB yang dipasok dari sumber berbeda harus terpisah
minimal 5 cm.
Lanjutan 6.1.5.

6.2. Sirkit masuk


6.2.1. Pada sisi penghantar masuk PHB harus terpasang
setidak tidaknya satu saklar pada sisi penghantar
keluar harus dipasang satu proteksi arus.
6.2.2. KHA saklar minimal sama dengan KHA
penghantar

6.2.3. Saklar masuk bisa tidak dipotong apabila :


PHB sisi hulu berjarak maksimum 5 meter dari PHB sisi
hilir dan dilengkapi saklar keluar, mudah dicapai, dan
berada pada ruang yang sama.
Suplai ke PHB dapat di buka-tutup secara “ Remoted”
Sisi sirkit keluar di pasang sakelar, sisi masuk cukup
pemisah.

(lihat gambar 6.2.3a, 6.2.3b PUIL 2000).


Lanjutan 6.2.3.

6.3. Sirkit Keluar.


6.3.1. Sakelar keluar harus di pasang pada PHB, jika :
• Memasok 3 PHB pada sisi hilir atau lebih.
• Memasok minimal 3 motor listrik dengan daya diatas 1,5 kW.
• Memasok kotak kontak minimal 3 buah dengan daya diatas 16 A.
• Mempunyai KHA penghantar sirkit keluar minimal 100 A.
(lihat gambar 6.2.4a,6.2.4b, PUIL 2000)
6.3.2. KHA rel PHB minimal 125 % KHA penghantar sirkit masuk.
6.3.3. KHA sakelar sekurang-kurangnya sama dengan KHA sirkit proteksi.
6.3.4. Mekanisme sakelar dipilih dengan buka tutup semua kutub secara
serentak/bersama-sama.

6.4. Pengelompokan Sirkit Keluar.


6.4.1. Sirkit keluar instalasi penerangan, instalasi tenaga, harus terpisah.
6.4.2. Masing-masing sirkit maksimum melayani 6 group pelayanan.
Lanjutan 6.4.2.

6.4.3. Group pelayanan perlengkapan satu fasa, fasa dua,


fasa tiga, kemudian merupakan kelompok pelayanan
sendiri-sendiri.

PHB UTAMA

PHB 1 PHB 2 PHB 3

Kelompok Kelompok
instalasi tenaga Instalasi
Penerangan atau
Perlengkapan
3 fasa Instalasi Instalasi Instalasi
Fasa-1 Fasa-2 Fasa-3

6.4.4. KHA sakelar sirkit keluar minimal sama dengan KHA pengaman
proteksi.
6.4.5. Mekanisme sakelar dipilih degan buka tutup semua kutup secara
serentak/bersama-sama.
Lanjutan 6.4.5.

6.4.6. KHA sakelar sirkit keluar minimal sama dengan


KHA pengaman proteksi.
6.4.7. Mekanisme sakelar dipilih degan buka tutup semua kutup
secara serentak/bersama-sama.

6.5. Persyaratan Sistem Preteksi.


6.5.1. Sistem proteksi pada satu PHB harus mempunyai minimal satu
proteksi arus lebih (penggunaan lebur atau sejenis) yang
dikombinasikan dengan satu sakelar/pemisah pada sirkit masuk atau
sirkit keluar atau kombinasi keduanya (MCB,MCCB).
6.5.2. Penggunaan lebur dipasang sesudah saklar, (kecuali sejenis MCB,
MCCB, NBC).
6.5.3. Kapasitas daya pemutusan sistem proteksi minimal sama dengan
daya hubung pendek jika terjadi hubung pendek pada rel PHB
tersebut.
Lanjutan 6.5.3.

6.5.4. Harus diperhatikan besarnya arus asut motor jika


PHB tersebut melayani motor-motor listrik berdaya besar.
6.5.5. Untuk pengaman lebur dengan arus nominal 25 A harus
dipilih model-D atau jenis lain yang sederajad. Namun tidak boleh
dipasang langsung pada sisi hilir pengaman lebur dengan arus
nominal pengenal 200 A atau lebih.
6.5.6. Tidak dianjurkan memakai pengaman lebur tipe open dengan
elemen yang dapat diganti.
6.5.7. Jika memakai sakelar arus sisa, rel netral tidak boleh dibumikan.

6.7. Pemasangan fasilitas pemeliharaan.


6.7.1. Fasilitas pemeliharaan dapat berupa pemisah atau sakelar beban
6.7.2. Satu komponen pemisah harus dipasang sebelum PHB utama dan
pada lemari panel tersendiri berdampingan dengan PHB tersebut.
Lanjutan 6.7.2.

6.7.3. Fungsi pemisah adalah untuk memberikan jaminan


bahwa secara fisik PHB sudah terputus dari sisi patokan.
6.7.4. Mekanisme pemisah di pilih buka tutup semua kutub secara
serentak dan harus jelas tanda “buka-0” dan “tutup-1”
6.7.5. Pemisah tidak boleh di buka tutup dalam keadaan berbeban
(biasanya pemisah di-interlock dengan pemutus/sakelar. Panel
pemisah biasanya dikunci secara khusus. Pemisah dioperasikan
secara manual
6.7.6. Sakelar beban dapat digunakan untuk memberikan jaminan bebas
tegangan untuk maksud pemeliharaan. Dapat memutus pada beban
penuh, dengan mekanisme serentak semua kutub atau sendiri -
sendiri per fasa ( misalnya 3 MCB di pasang berdampingan).
Lanjutan 6.7.6.

6.8. Instalasi Hubungan Gawai.


6.8.1. Sakelar, pemisah, pemutus, dibumikan satu sama lain
dengan penghantar yang sama KHA nya dengan KHA penghantar sirkit
masuk atau keluar (tergantung atas fungsinya).
6.8.2. Semua kutub harus dapat dibuka-tutup secara serentak. Bagian yang
bertegangan adalah pada kutub yang diam.
6.8.3. Pada sistem TN-C, penghantar netral tidak boleh diputus.
6.8.4. Pada sistem TT, penghantar netral boleh dibuka-tutup (jadi tipe
4 kutub buka-tutup).
6.8.5. Pada sistem IT, harus 4 kutub. Kutub fasa, netral dibuka tutup bersama.
6.8.6. Pada pemindahan beban ke suplai cdangan harus memakai sakelar
4 kutub.
Lanjutan 6.8.6.

6.9. Sistem Pembumian


6.9.1. Semua BKT PHB harus dibumikan. Pintu PHB harus
dibumikan dengan penghantar fleksibel.
6.9.2. Rel pembumian harus diberi tanda jelas ( 1/- atau warna kuning-
hijau).
6.9.3. Pada sistem TNC, rel netral dibumikan.
6.9.4. Jika rel proteksi terpisah dari rel netral hanya rel proteksi yang
dibumikan.
6.9.5. Jika dilengkapi dengan gawai proteksi arus sita – GPAS, rel netral
tidak boleh dibumikan.
6.9.6. Luas penampang penghantar pembumian pada PHB mengikuti :
S  16 mm² = S mm²
35 mm²  S  16 mm² = 16 mm²
S  35 mm² = S/2 mm²

Dengan catatan bahan logam yang dipakai penghantar fasa sama


dengan penghantar proteksi.
Lanjutan 6.9.6.

6.10. Instrument Ukur.


6.10.1. Lampu indikator PHB harus dipasang pada sisi sirkit masuk
dengan warna yang standard.
6.10.2. Alat-alat ukur (Volt meter, Amper meter, dll) dapat dipasang pada
tempat yang sesuai dengan maksud penggunaannya.
6.10.3. Pengawatan indikator dan alat ukur harus memakai kabel fleksibel ,
khusus alat ukur dengan pelindung elektrik yang dihubungkan
dengan saluran pembumian.

6.11. Ketentuan pemasangan PHB.


6.11.1. Konstruksi PHB dipilih dari bahan yang tidak mudah terbakar, tahan
lembab dan kokoh.
6.11.2. Harus pada ruang dengan ventilasi cukup, bila membuka kedepan
harus ada ruang bebas minimal 0,45 meter.
6.11.3. Lemari PHB tidak boleh ditempatkan dikamar lembab/kamar
mandi/kamar kecil/ diatas kompor diatas bak air atau pada tempat-
tempat sejenis.
7. INSTALASI PEMANFAATAN MOTOR LISTRIK

7.1. Rangkaian start stop atau alat-alat ukur asut motor listrik
dipotong pada sisi hilir PHB.
7.2. Nilai arus pengenal gawai proteksi/pengaman lebur biasanya
telah ditabelkan, yang disesuaikan dengan jenis motor yang
digunakan dan sistem asutnya. (contoh tabel terlampir).
7.3. Panjang kabel sirkit suplai dapat ditentukan berdasarkan KHA
pengaman lebur dan jenis sakelar pada sirkit masuk motor.
7.4. Pada beberapa literatur KHA patron/pengaman lebur diambil
maksimum 4 x KHA penghantar dan memenuhi
rumus : l  600 A/I n meter
A = Luas penampang penghantar.
I n = Arus nominal penghantar lebur.
Contoh :
Motor I n = 100 A, pengaman lebur pada PHB I n = 160A.
Kondisi motor memakai sakelar tanpa pengaman
l  600 70/100 = 262 meter.
Jika sakelar motor dilengkapi pengaman termis setara I n motor, dipilih
NYY 3 x 25 mm²
l  600 25/160 m = 94 meter.
8. MESIN PERKAKAS

Yang dimaksud dengan mesin perkakas ialah mesin yang di


gerakkan dengan tenaga listrik untuk pemakaian sebagai alat
produksi ( memotong, menempa, menekan, dan lain-lain).
8.1. Penghantar sirkit mesin perkakas harus mempunyai KHA 125 %
dari KHA beban penuh mesin.
8.2. Mesin perkakas dilengkapi dengan sarana pemutus dan dipasok
dari PHB yang dilengkapi dengan pengaman lembur atau
pemutus sirkit (MCB, MCCB).
8.3. Nilai arus gawai proteksi mengikuti ketentuan pada nilai
arus gawai proteksi motor-motor listrik.
67
SAYA PILIH
SELAMAT

68
Terima Kasih

wadikusmawadi@gmail.com / HP. 0813 4784 3015

Anda mungkin juga menyukai