Anda di halaman 1dari 33

Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran

Gedung Mabes Polri TA. 2019

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1. SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK GEDUNG

Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi
listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit sampai
ke konsumen atau pelanggan melalui jaringan distribusi. Proses penyaluran tenaga listrik dari
pembangkit ke pelanggan memerlukan perencanaan dan penanganan tekis yang serius, hal ini
dikarenakan adanya berbagai persoalan teknis yang ada pada jaringan distribusi.

Sistem distribusi tenaga listrik untuk beban memiliki kondisi dan persyaratan-
persyaratan tertentu, maka sarana penyampaiannya pun dikehendaki memenuhi persyaratan
tertentu pula. Kondisi dan persyaratan yang akan dimaksud tertentu antara lain :

 Setiap peralatan listrik dirancang memiliki rating tegangan, frekuensi dan daya nominal
tertentu.
 Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan
 Pada pengoprasian peralatan listrik perlu dijamin keamanan bagi peralatan, bagi manusia
pengguna dan bagi lingkungannya.

Dalam upaya antisipasi ketiga hal tersebut, maka untuk sistem penyampaian tenaga
listrik dituntut beberapa kriteria :

 Diperlukan saluran daya (tenaga) listrik yang efektif ekonomis dan efisien
 Diperlukan tersedianya daya (tenaga) listrik dengan kapasitas yang cukup/memenuhi,
tegangan dan frekuensi yang stabil pada harga nominal tertentu, sesuai dengan design
peralatan. Singkatnya diperlukan penyedia daya dengan kualitas yang baik
 Diperlukan sarana sistem pengaman yang baik, sesuai dengan persyaratan pengaman
(cepat kerja, peka, efektif, handal, dan ekonomis)

6
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

Gambar 2.1 Diagram Sistem Distribusi Listrik Gedung

Seperti pada gambar 2.1 di atas, komponen utama dalam sistem distribusi gedung
adalah sebagai berikut :

1. MVMDP (Panel Utama Tegangan Menengah)


2. Transformer Step Down
3. Generator Set (Back up Power)
4. Panel Hubung Bagi - LVMDP (Panel Utama Tegangan Rendah) dan Panel Distribusi

2.1.1 MVMDP (Panel Utama Tegangan Menengah)

Panel tegangan menengah atau medium voltage main distribution panel (MVMDP) ini
juga dikenal dengan sebutan cubicle. Berfungsi langsung sebagai alat penghubung dan
pemutus antara tegangan menengah (TM) atau arus yang masuk ke trafo (gardu yang lain).

Di dalam panel ini biasanya dilengkapi dengan arrester petir atau disingkat arrester.
Sesuai dengan namanya, arrester adalah suatu alat pelindung bagi peralatan tenaga listrik

7
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

terhadap surja petir. Alat pelindung terhadap gangguan surya ini berfungsi melindungi sistem
tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan yang lebih dan mengalirkannya ke tanah.

Arrester di MVMDP harus dapat melewatkan surja arus ketanah tanpa mengalami
kerusakan dan berlaku sebagai jalan pintas sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang
mudah untuk dilalui arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi
pada peralatan. Arrester juga dimaksudkan untuk melindungi peralatan yang diakibatkan oleh
tegangan lebih internal seperti surja hubung, selain itu arrester juga merupakan kunci dari
koordinasi isolasi suatu sistem tenaga listrik. Bila surja (surge) datang ke gardu induk arrester
bekerja melepaskan muatan listrik (discharge) serta mengurangi tegangan tidak normal
(abnormal) yang akan mengenai peralatan gardu induk.

Prinsipnya kerja arrester adalah membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir,
sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada sistem di MVMDP. Meskipun
demikian pada kondisi normal arrester harus bisa berlaku sebagai isolator juga yang berarti
setelah surja/tegangan lebih itu hilang arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator.

Pada pokoknya arrester ini terdiri dari dua unsur, yaitu sela api (spark gap) dan
tahanan kran (valve resistor). Keduanya dihubungkan secara seri. Batas atas dan bawah dari
tegangan percikan ditentukan oleh tegangan sistem maksimum dan oleh tingkat isolasi
peralatan yang dilindungi. Seringkali masalah ini dapat dipecahkan hanya dengan
menerapkan cara-cara khusus pengaturan tegangan (voltage control) oleh karena itu
sebenarnya arrester terdiri dari tiga unsur diantaranya yaitu sela api (spark gap), tahanan
kran (valve resistor) serta tahanan katup yang dilengkapi sistem pengaturan atau pembagian
tegangan (grading sistem).

Di tiap kubikel biasanya dilengkapi dengan sistem yang biasa dikenal dengan
protection, metering dan monitoring dan control unit comprising (PMCU). Komponen ini
adalah instrument transformator tegangan dan trafo arus, relai proteksi, alat ukur tegangan
dan arus, relai tegangan, dan lampu tanda (sign lamp). Transformator tegangan di dalam
PMCU berfungsi sebagai penurun tegangan menengah menjadi tegangan rendah untuk
besaran ukur sesuai dengan alat-alat ukur tegangan. Sedangkan transformator arus di dalam
PMCU berfungsi untuk menurunkan arus besar pada tegangan menengah tersebut menjadi
arus yang lebih kecil pada tegangan rendah untuk besaran ukur arus.

8
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

2.1.2 Transformer Step Down

Menurut Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya


(Jakarta:Gramedia). Transformator berasal dari kata “transformasi” yang berarti “perubahan”.
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik
dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan
magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

Transformator step down adalah transformator pada tegangan output kumparan


sekunder yang lebih rendah dibandingkan dengan tegangan input pada kumparan primer.
Jenis transformator ini mempunyai lilitan sekunder yang kurang daripada pada lilitan
kumparan primer. Transformator step down digunakan untuk menurunkan Tegangan
menengah (20 KV) menjadi tegangan rendah (400 V).

Terdapat dua tipe transformator yaitu:

1. Dry Type

Trafo Kering, trafo yang satu ini termasuk jenis yang agak baru, dan trafo jenis ini di
claim sebagai trafo free maintenance karena tidak menggunakan oli sebagai bahan
pendinginnya melainkan menggunakan fan yang berada didalam unit trafo namun karena
panasnya yang lumayan tinggi biasanya trafo kering juga membutuhkan perlakuan khusus
pada ruangnya yang mengharuskan ruangan tetap stabil sehingga membutuhkan AC (Air
conditioning) sebagai pendingin tambahan, trafo kering menggunakan 2 material lilitan
(winding) yaitu tembaga, aluminium. Pemilihan jenis yang sesuai juga berdasarkan bayak
aspek, trafo kering juga memiliki alat untuk memonitor dan trip jika terjadi overheating
atau kelebihan panas dari trafo itu sendiri.

2. Oil Type

Trafo basah, trafo jenis ini merupakan jenis lama yang sampai saat ini jg masih
banyak digunakan karena harga yang masih lebih murah daripada jenis yang lain namun
trafo ini harus terus di pantau level olinya tidak boleh sampai kurang dari batas minimum,
trafo ini diberi nama trafo basah karena menggunakan oli sebagai bahan pendinginnya.

2.1.3 Generator Set (Back up Power)

9
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

Genset (Generator Set) adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghasilkan daya
listrik. Disebut sebagai generator set karena didalamnya terdapat perpaduan dari dua
jenis perangkat berbeda yaitu mesin dan generator. Mesin berfungsi sebagai pemutar dari
generator itu sendiri sehingga menghasilkan induksi elektromagnetik yang dihasilkan dari
perangkat generatornya. Mesin dapat berupa perangkat mesin diesel berbahan bakar solar
atau mesin berbahan bakar bensin, sedangkan generator atau alternator merupakan
kumparan atau gulungan tembaga yang terdiri dari stator (Kumparan statis) dan rotor
(Kumparan berputar/Dinamis).
Pada alat kali ini yang digunakan adalah arus AC (bolak-balik), maka dari itu
generator yang digunakan adalah generator AC. Generator arus bolak-balik atau disebut
dengan altenator adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mengkonversi energi
mekanik (gerak) menjadi energi listrik (elektrik) dengan perantara induksi medan
magnet. Perubahan energi ini terjadi karena adanya perubahan medan magnet pada
kumparan jangkar.
Jumlah putaran rotornya sama dengan jumlah putaran medan magnet pada stator, maka
disebut dengan generator sinkron. Kecepatan sinkron ini dihasilkan dari kecepatan putar
rotor dengan kutub-kutub magnet yang berputar dengan kecepatan yang sama dengan
medan putar pada stator. Kumparan putar generator sinkron terletak pada rotornya
sedangkan kumparan jangkarnya terletak pada stator.
Prinsip kerja generator menggunakan prinsip percobaan faraday, yaitu memutar
magnet dalam kumparan atau sebaliknya, ketika magnet digerakkan dalam kumparan
maka akan terjadi perubahan fluks gaya magnet (perubahan arah penyebaran medan
magnet) di dalam kumparan dan menembus tegak lurus terhadap kumparan sehingga
menyebabkan beda potensial antara ujung-ujung kumparan yang menimbulkan listrik.
Sebuah mesin pembakaran (mesin diesel atau mesin bensin) akan mengubah energy
bahan bakar menjadi energi mekanik, kemudian energy mekanik tersebut diubah atau
dikonversi oleh generator sehingga menghasilkan daya listrik. Pada sebuah generator AC
(alternator) desain konstruksinya menggunakan sebuah cincin belah (split ring) atau yang
biasa disebut komutator yang bertindak sebagai penyearah (rectifier). Ujung-ujung
kumparan yang berada di dalam medan magnetic terhubung pada cincin 1 dan cincin 2 yang
ikut berputar jika kumparan diputar.

10
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

Cincin-cincin tersebut terhubung dengan sikat karbon A dan B. Kedua sikat karbon ini
tidak ikut berputar bersama cincin dan kumparan. Ketika kumparan berputar, terjadi arus
listrik induksi pada kumparan. Arus induksi ini mengalir melalui sikat karbon sehingga
lampu menyala. Saat posisi kumparan tegak lurus terhadap arah medan magnetic, arus
induksi berhenti mengalir sehingga lampu padam. Beberapa saat setelah kumparan
melanjutkan putarannya, arus listrik induksi kembali mengalir dalam kumparan tetapi
dengan arah yang berbeda sehingga lampu kembali menyala.

Genset biasa digunakan untuk menghasilkan daya listrik alternatif, seperti ketika
Supply pasokan daya listrik dari industri pembangkit listrik padam, atau keadaan dimana
tidak ada pasokan jaringan listrik di daerah tersebut. Genset sendiri terdiri dari panel-panel
yang identik terhadap pengontrolan dan dirancang secara manual ataupun otomatis untuk
generator listrik. Biasanya panel ini ada yang bersifat digital maupun konvensional.
Sebenarnya panel-panel generator seti itu terbagi menjadi Panel ATS (Automatic Transfer
Switch), Panel AMF (Automatic Main Failure) dan Panel Synchronizing Generator. Adapun
masing-masing penjelasan tentang panel pada generator set di atas, adalah sebagai berikut :

1. Panel AMF (Automatic Main Failure)

Panel AMF adalah panel listrik dengan fungsinya mengontrol sistem on atau off
pada mesin generator dengan otomatis. Dimana bila listrik utama telah mengalami
pemutusan pada sumber dayanya dengan begitu panel kontrol menyalakan mesin
generator set dengan otomatis. Selain itu bila sumber listrik yang utama menyala lagi
dengan begitu panel kontrol pun langsung otomatis mematikan mesin tersebut pula.
Umumnya panel generator set yang satu ini dikombinasikan dengan panel pada generator
set ATS, yang umumnya disebut juga dengan nama Panel ATS-AMF.

2. Panel Synchronizing Generator

Panel AMF adalah panel yang satu ini termasuk panel listrik di rancang agar
menggabungkan 2 maupun sumber listrik yang lebih dari generator, yakni melakukan
paralel generator. Adapun fungsi dari melakukan paralel genset ini yaitu untuk
memperoleh sumber dari daya listrik lebih besar terhadap jalur transmisi sama. Satu hal
yang pasti mempunyai ketentuan yang wajib diterapkan berhubungan dengan urutan fasa,
frekuensi dan tegangan efektif. Adapun panel generator set jenis ini umumnya dirancang

11
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

demi mempunyai sumber listrik di atas 1 sumber.

3. Panel ATS (Automatic Transfer Switch)

Adapun 3 jenis dari panel kontrol tersebut adalah panel listrik di mana
penggunaannya sangat erat dengan generator set, dengan begitu wajar jika disebut juga
dengan panel generator set. Walaupun masih banyak sekali bermacam-macam panel
lainnya, seperti panel listrik LVMDP, panel listrik lightening, panel kapasitor bank dan
sebagainya.

2.1.4 Panel Hubung Bagi

Panel adalah suatu lemari hubung atau suatu kesatuan dari alat penghubung, pengaman,
dan pengontrolan untuk suatu instalasi kelistrikan yang ditempatkan dalam suatu kotak
tertentu sesuai dengan banyaknya komponen yang digunakan (Hendra Budianto: 2003). Panel
hubung bagi adalah peralatan yang berfungsi menerima energi listrik dari PLN dan
selanjutnya mendistribusikan dan sekaligus mengontrol penyaluran energi listrik tersebut
melalui sirkit panel utama dan cabang ke PHB cabang atau langsung melalui sirkit akhir ke
beban yang berupa beberapa titik lampu dan melalui kotak-kontak ke peralatan pemanfaatan
listrik yang berada di dalam bangunan.

Sesuai dengan kegunaan dari panel listrik, maka dalam perancangannya harus sesuai
dengan syarat dan ketentuan serta standar panel listrik yang ada. Untuk penempatan panel
listrik hendaknya disesuaikan dengan situasi bangunan dan terletak ditempat yang mudah
dijangkau dalam memudahkan pelayanan. Panel harus mendapatkan ruang yang cukup luas
sehingga pemeliharaan, perbaikan, pelayanan dan lalu lintas dapat dilakukan dengan mudah
dan aman.

Dalam penempatan panel ini sangat mempengaruhi proses kelangsunganpenyaluran


energi listrik, karena apabila penempatan dari paneltersebut tidak diperhatikan maka
kontinuitas pelayanan panel tersebut tidak akan bertahan lama dan dapat mengurangi
keandalan dalam penyaluran energi listrik. Fungsi panel dapat dikategorikan menjadi
beberapa macam yaitu (Aslimeri:1992):

 Penghubung

12
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

Panel berfungsi untuk menghubungkan antara satu rangkaian listrik lainnya pada
suatu operasi kerja. Panel menghubungkan suplay tenaga listrik dari panel utama
sampai ke beban-beban baik instalasi penerangan maupun instalasi tenaga.
 Pengaman
Suatu panel akan bekerja secara otomatis melepas sumber atau suplay tenaga listrik
apabila terjadi gangguan pada rangkaian. Komponen yang berfungsi sebagai
pengaman pada panel listrik ini adalah MCCB dan MCB.
 Pembagi
Panel membagi kelompok beban baik pada instalasi penerangan maupun pada
instalasi tenaga.Panel dapat memisahkan atau membagi suplay tenaga listrik
berdasarkan jumlah beban dan banyak ruangan yang merupakan pusat
beban.Pembagian tersebut dibagi menjadi beberapa group beban dan juga untuk
membagi fasa R, fasa S, fasa T agar mempunyai beban yang seimbang antar fasa.
 Penyuplai
Panel menyuplai tenaga listrik dari sumber ke beban.Panel sebagai penyuplai, dan
mendistribusikan tenaga listrik dari panel utama, panel cabang sampai ke pusat beban
baik untuk instalasi penerangan maupun instalasi tenaga.
 Pengontrol
Fungsi panel sebagai pengontrol merupakan fungsi paling utama, karena dari panel
tersebut masing- masing rangkaian beban dapat dikontrol.Seluruh beban pada
bangunan baik instalasi penerangan maupun instalasi tenaga dapat dikontrol dari satu
tempat.

1. LVMDB (Panel Utama Tegangan Rendah)

LVMDB adalah panel distribusi induk tegangan rendah yang mengalirkan tegangan
rendah (220V/380V) hasil dari keluaran (output) transformator step down untuk segera
langsung dimanfaatkan ke panel-panel beban ditiap lantai gedung.

2. Panel Distribusi

Panel distribusi lantai adalah panel yang menjadi pusat sistem kelistrikan dari
keseluruhan beban di lantai gedung. Menjadi tempat untuk kegiatan perawatan gedung

13
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

(maintenance) dan sebagai pengisolasi jika ada permasalahan kelistrikan pada lantai yang
diproteksi.

Untuk aplikasi di gedung bertingkat, pada umumnya suplai energi listrik akan dibagi
lagi ke panel-panel ruangan kantor (office), panel koridor ruangan maupun panel toilet dan
ruang janitor. Letak panel distribusi umumnya dekat dengan jalan keluar masuk antar
lantai, seperti dekat dengan ruang lift atau tangga darurat sehingga mudah dijangkau dan
mudah dalam pemeliharaannya.

2.2. JENIS DAN TIPE PANEL

Panel listrik memiliki banyak tipe dan jenisnya, sesuai dengan kegunaan dan
penempatannya. Menurut PUIL 2000 (6.3.2) jenis panel hubung bagi terdiri dari :

 Panel Hubung Bagi Tertutup Pasang Dalam

Panel hubung bagi tertutup pasang dalam adalah panel yangkomponen- komponennya
sudah ditempatkan didalam kotak panel yang tertutup dan terpasang didalam ruangan.

 Panel Hubung Bagi Tertutup Pasang Luar

Panel hubung bagi tertutup pasang luar adalah panel yang seluruh komponen-
komponen ditempatkan didalam kotak panel yang tertutup dan dipasang diluar
ruangan. Bahan yang digunakan harus tahan cuaca.

 Panel Hubung Bagi Terbuka Pasang Dalam

Panel hubung bagi terbuka pasang dalam tidak boleh ditempatkan dekat saluran gas,
saluran uap, saluran air atau saluran lainnya yang tidak ada kaitannya dengan Panel
Hubung Bagi (PHB) tersebut.

 Panel Hubung Bagi Terbuka Pasang Luar

Tampat pemasangan Panel Hubung Bagi (PHB) terbuka pasang luar harus merupakan
perlengkapang yang tahan cuaca. Perlengkapan atau harus mempunyai saluran air
sehingga dapat dicegah terjadinya genangan air.

2.3. KOMPONEN DISTRIBUSI DAN ALAT PROTEKSI DI DALAM PANEL

14
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

2.3.1 Kabel atau Penghantar

Menurut PUIL 2000 pasal 7.1.1 tentang persyaratan umum penghantar, menerangkan
bahwa “semua penghantar yang digunakan harus dibuat dari bahan yang memenuhi syarat,
sesuai dengan tujuan penggunaannya, serta telah diperiksa dan diuji menurut standar
penghantar yang dikeluarkan atau diakui oleh instansi yang berwenang.”

Dilihat dari jenisnya penghantar dibedakan menjadi kabel instalasi, kabel tanah dan
kabel fleksibel. Kabel instalasi ini digunakan untuk instalasi penerangan, jenis kabel yang
banyak digunakan untuk instalasi rumah tinggal yang pemasangannya tetap yaitu NYA dan
NYM. Kabel tanah biasanya dipasang dibagian area taman. Kabel tanah ini dapat berupa
kabel tanah termoplastik tanpa perisai maupun jenis thermoplastik berperisai. Sedangkan
kabel fleksibel adalah kabel yang biasa dipakai di bagian lift.

Kode pengenal kabel kabel dapat dikenali dengan menggabungkan huruf berikut :
Huruf Kode Komponen

 N Kabel jenis standar dengan tembaga sebagai penghantar


 NA Kabel jenis standar dengan aluminium sebagai penghanar
 Y Isolasi PVC
 re Penghantar padat bulat
 M Selubung PVC
 A Kawat Berisolasi
 rm Penghantar bulat berkawat banyak
 se Penghantar padat bentuk sektor
 sm Penghantar dipilin bentuk sektor
 -1 Kabel warna urat dengan hijau-kuning
 -0 Kabel warna urat tanpa hijau-kuning.

2.3.2 Penghantar Rel (Busbar)


Sistem rel yang dipakai pada panel induk sistem 3 fasa di gedung bertingkat bisa
disebut dengan “Sistem 5 rel”. Tiga rel diperuntukkan untuk penghantar 3 fasa masing-
masing LI/R, L2/S, dan L3/T, satu rel diperuntukkan untuk hantaran netral dan satu lagi
untuk hantaran pentanahan (grounding), yang diletakkan bagian bawah di dalam panel.

15
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

Sedangkan untuk rel fasanya dipasang pada bagian atas secara mendatar.
Sehubungan dengan kapasitas pembebanan dari rel utama ini, ukuran rel harus
ditentukan dengan cermat. Sebagai dasar untuk menentukan ukuran rel diantaranya adalah :
kondisi operasi normal dan rating arusnya, kondisi hubung singkat (berupa panas yang
dibangkitkan diakibat oleh arus hubung singkat tersebut) dan besarnya ketegangan dinamis.
Dengan demikian data-data dari pabrik pembuat rel ini harus relevan dengan standar desain
panel yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.

Hantaran rel untuk pentanahan secara listrik harus dihubungkan ke kerangka panel dan
ukurannya diperhitungkan agar mampu dialiri oleh setiap arus hubung singkat yang mungkin
timbul. Ukuran rel penghantar untuk hantaran pentanahan berdasarkan pengalaman adalah
minimal 25% kali ukuran rel penghantar fasanya.

2.3.3 Breaker (MCB, MCCB dan ACB)

MCB sering disebut juga pengaman otomatis. Untuk penerapan di gedung bertingkat
pengaman lebur sudah banyak ditinggalkan, mengingat pengaman lebur/sekering tidak efisien
dibandingkan penggunaan MCB. Pengaman otomatis ini dapat memutuskan sirkit secara
otomatis apabila arusnya melebihi setting dari MCB tersebut. Pengaman otomatis dapat
langsung dioperasikan kembali setelah mengalami pemutusan (trip) akibat adanya gangguan
arus hubung singkat dan beban lebih.

Jenis-Jenis MCB dibagi berdasarkan waktu pemutusannya, pengaman- pengaman


otomatis yaitu : Otomat-L, Otomat-H, dan Otomat-G.

1. Otomat-L

Otomat-L dipakai untuk pengaman jenis hantaran, misalnya seperti hantaran feeder.
Pada otomat jenis ini pengaman termisnya disesuaikan dengan meningkatnya suhu
hantaran. Apabila terjadi beban lebih dan suhu hantarannya melebihi suatu nilai tertentu,
elemen dwi logamnya akan memutuskan arusnya. Kalau terjadi hubung singkat, arusnya
diputuskan oleh pengaman elekromagnetiknya. Untuk arus bolak-balik adalah sama
dengan 4 In-6 In dan pemutusan arusnya berlangsug dalam waktu 0.2 detik.

16
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

2. Otomat-H

Jenis Otomat ini digunakan untuk instalasi rumah. Secara termis jenis ini sama
dengan Otomat-L. Tetapi pengaman elektromagnetiknya memutuskan dalam waktu 0,2
detik, jika arusnya sama dengan 2,5 In–3 In untuk arus bolak-balik. Pada instalasi rumah,
arus gangguan yang rendah pun harus diputuskan dengan cepat. Jadi kalau terjadi
gangguan tanah, bagian-bagian yang terbuat dari logam tidak akan lama bertegangan.

3. Otomat-L

Jenis Otomat ini digunakan untuk mengamankan motor-motor listrik kecil untuk
arus bolak-balik atau arus searah, alat-alat listrik dan juga rangkaian akhir besar untuk
penerangan, misalnya penerangan pabrik. Pengaman elektromagnetiknya berfungsi pada 8
In-11 In untuk arus bolak-balik. Kontak- kontak sakelarnya dan ruang pemadam busur
apinya memiliki konstruksi khusus.

Sedangkan MCCB atau Moulded Case Circuit Breaker adalah alat pengaman yang
berfungsi juga sebagai pengamanan terhadap arus hubung singkat dan arus beban lebih.
MCCB memiliki rating arus yang relatif tinggi dan dapat disetting sesuai kebutuhan.
Spesifikasi MCCB pada umumnya dibagi dalam 3 parameter operasi yang terdiri dari:
1. Ue (tegangan kerja), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut:
Ue = 250 V dan 660 V
2. Ie (arus kerja), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut:
Ie = 40 A-2500 A

2.3.4 Kontaktor
Kontaktor adalah instrumen elektromekanik yang dapat berfungsi sebagai penyambung
dan pemutus rangkaian, yang dapat dikendalikan dari jarak jauh. Dan pergerakan kontak-
kontaknya terjadi karena adanya gaya elektromagnet. Kontak-kontak pada kontaktor ada dua
macam yaitu kontak utama dan kontak bantu. Sedangkan menurut kerjanya, kontak-kontak
dibedakan menjadi dua yaitu normally open (NO) dan normally close (NC).

Kontak NO adalah pada saat kontaktor tidak mendapat masukan listrik kontak terbuka,

17
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

sedangkan pada saat kontaktor mendapat masukan listrik maka kontak akan tertutup.
Sedangkan kontak NC adalah pada saat kontaktor tidak mendapat masukan listrik, kontak
tertutup sedangkan pada saat kontaktor mendapat masukan listrik, kontak terbuka.

2.4. POWER QUALITY

Masalah Power quality adalah persoalan perubahan bentuk tegangan, arus atau
frekuensi yang bisa menyebabkan kegagalan atau misoperation peralatan, baik peralatan
milik PLN maupun milik konsumen; artinya masalah Power Quality bisa merugikan
pelanggan maupun PLN. Masalah Power Quality menjadi penting karena :

1. Saat ini kualitas peralatan yang dimiliki konsumen lebih sensitif.

2. Pada sistem utilitas telah terjadi meningkatnya level Harmonik.

3. Kegagalan satu komponen pada sistem distribusi dan instalasi bisa membawa
konsekuensi tertentu.

Kualitas tegangan listrik yang dituntut oleh masing masing peralatan berbeda antara
satu peralatan dengan yang lain. Berikut adalah parameter uji power quality dalam keadaan
ajek (steady state) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Parameter Uji Power Quality

No Pengukuran Standart Acuan


220 Volt + 5% -10%
1 Tegangan PUIL 2011
(1 phase)
400 Volt + 5% -10%
PUIL 2011
(3 phase)
2 Frekuensi 50 Hz ± 1% SNI 04-1922-2002
3 Power Faktor (cos ϴ) > 0,85 PLN
4 THD Arus < 8% IEEE
5 THD Tegangan < 5% IEEE
6 Arus Unbalance < 25% PUIL 200
7 Voltage Unbalance ≤ 3% ANSI Std C84.1 – 1989

18
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

2.4.1 Unbalance Tegangan

Ketidakseimbangan tegangan merupakan salah satu permasalahan kualitas daya listrik


pada sistem tiga fasa yang umumnya terjadi di sistem distribusi karena pembebanan fasa
yang tidak merata sehingga menimbulkan drop tegangan pada tiap fasa yang berbeda.
Toleransi unbalance volatage sesuai standarisasi yang telah ada seperti ANSI Std C84.1 –
1989 adalah 3 %, Pasific Gas and Electric adalah 2.5 % dan NEMA Std MGI.1993 adalah 1
%.

Untuk akibat dari unbalance voltage digambarkan sesuai kurva antara prosentase
unbalance voltage terhadap prosentase kenaikan temperature yang diambil dari data Pasific
Gas and Electric Company (PG&E) di bawah ini :

Gambar 2.2 Kurva Kenaikan Tempertur Akibat Tegangan Tak Seimbang

Perhitungan unbalance voltage menurut standar NEMA Standard MGI.1993 , ANSI Std
C84.1 – 1989 dan IEEE adalah :

V R −S +V S −T +V R −T
Vline rata – rata = ;
3

¿
% Unb_Volt = Deviation ¿ Avarage Voltage Avarage Voltage x 100 %

Dimana :

% Unb_Volt : Nilai % Unbalance Voltage

VR-S : Tegangan phase R-S

19
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

VS-T : Tegangan phase S-T

VR-T : Tegangan phase R-T

Average Voltage : Rata – rata tegangan 3 phase

Deviation from Average Voltage : Selisih antara tegangan rata -rata dengan tegangan

fasa fasa terendah (selisih tegangan terbesar).

2.4.2 Unbalance Arus

Menentukan Besaran ketidakseimbangan beban pada setiap Phasa dapat dilakukan


dengan menghitung rata- rata beban. Pada keadaan seimbang besarnya koefisien a, b, c
adalah 1. Dengan demikian rata- rata ketidakseimbangan beban (dalam %) dapat di
rumusakan pada:

I R+ I S+ I T
Irata – rata = ;
3

IR
IR = a . I rata−rata , maka : a= ;
I rata−rata

IS
IS = b . I rata−rata , maka : b= ;
I rata−rata

IT
IT = c . I rata−rata , maka : c= ;
I rata−rata

{( a−1 ) + ( b−1 )+ ( c−1 ) }


Ketidakseimbangan Beban = x 100 %
3

Dimana :

IR : Arus phase R

IS : Arus phase S

IT : Arus phase T

2.4.3 Power Faktor

Faktor daya adalah suatu ukuran seberapa efektif daya nyata yang bergerak dari sumber

20
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

tenaga ke beban listrik pada suatu sistem tenaga listrik, atau perbandingan dari daya nyata
dengan daya semu. Dibawah ini merupakan hubungan daya nyata (P), daya reaktif (Q), dan
daya semu (S).

Gambar 2.3 Segitiga Daya

Menurut definisi faktor daya di atas maka didapat persamaan sebagai berikut:

P (watt) = V . I cos Φ

S (VA) = V . I

Dari persamaan diatas maka bisa didapatkan besar Power Faktor (cos Φ), seperti
perhitungan matematis berikut:

Daya Nyata ( P )
Power Faktor =
Daya Semu ( S )

V . I cos Φ
=
V .I

= cos Φ

Apabila nilai Power Faktor (cos Φ) melebihi standar yang diijinkan, maka konsumen
(pelanggan listrik) akan diminta untuk membayar denda KVARH yang akan muncul pada
rekening listrik.

2.4.4 Harmonisa Listrik

21
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

Harmonisa adalah komponen suatu fungsi yang frekuensinya adalah kelipatan bulat
dari frekuensi fundamental system. Gelombang harmonisa ini akan menumpang pada
gelombang sinus murni (frekuensi fundamental) sehingga akan terbentuk cacat gelombang
(distorsi) yang merupakan hasil penjumlahan gelombang sinus murni dengan gelombang
harmonisa.

Gambar 2.4 Gelombang Hasil Penjumlahan Gelombang Sinus Murni


dengan Gelombang Harmonisa

Harmonisa timbul akibat adanya beban non-linier yang tersambung pada sistem tenaga
listrik. Beban non-linier seperti komputer, programmable logic control (PLC), variable speed
drive (VSD), pulse width modulation (PWM), peralatan tanur induksi (induction furnace),
tanur busur listrik (arc furnace), konverter, ballast elektronik untuk lampu neon, las listrik, dll
menimbulkan arus harmonisa pada jaringan distribusi listrik yang menyebabkan distorsi
harmonisa tegangan pada jaringan tenaga listrik. Distorsi harmonisa ini mengakibatkan
terganggunya operasi peralatan antara lain: komputer, transformator, motor-motor, kabel
listrik, peralatan kontrol elektronik yang terhubung pada jaringan yang sama.

Harmonisa arus dapat menyebabkan penurunan faktor daya (PF - true power factor)
meski faktor daya fundamental-nya (cos phi) tetap baik. Pada perhitungan faktor daya, akan
lebih tepat menggunakan rumusan PF (true power factor) karena sudah mengakomodir
pengaruh harmonisa.

Sinyal harmonisa memiliki sifat distrukstif terhadap sinyal fundamental serta nilai RMS
sinyal secara keseluruhan. Prosentase besarnya gangguan dari harmonisa terhadap sinyal
fundamental dinotasikan dalam bentuk Prosentase Total Harmonic Distortion (THD). Nilai
THD untuk arus dinyatakan sebagai berikut.

22
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

𝑇𝐻𝐷𝑖 = √ ∑ I n2
n=2
I1
Dimana :
In : Arus rms harmonisa ke – n
I1 : Arus rms fundamental

Nilai THD untuk tegangan dinyatakan sebagai berikut


n

𝑇𝐻𝐷v = √∑ n=2
Vn
2

V1
Dimana :
Vn : Tegangan rms harmonisa ke – n
V1 : Tegangan rms fundamental

Harmonisa arus dapat menghasilkan distorsi sinyal dan beberapa gangguan lainnya
secara fisik seperti pada kabel, kapasitor, dan Circuit Breaker juga dapat menghasilkan
Electromagnetic Interference (EMI) dan gangguan pada alat instrumen yang sensitif. Pada
kabel, rugi-rugi kabel yang dilewati oleh arus harmonic akan semakin besar akibat
meningkatnya resistansi dari tembaga akibat meningkatnya frekuensi efek kulit (skin effect)
dan efek kedekatan (proximity effect). Skin effect adalah fenomena yang terjadi pada
jaringan listrik AC dimana arus yang mengalir menjauhi pusat kawat konduktor namun
mendekati kulit konduktor. Sedangkan proximity effect terjadi karena medan magnet
penghantar mengganggu distribusi arus pada penghantar-penghantar yang berdekatan. Pada
kapasitor, efek yang dihasilkan oleh harmonisa adalah terjadinya resonansi. Resonansi ini
dapat memperbesar harmonisa pada beban. Saat resonansi terjadi, impendansi sistem hanya
dilihat resistif yang sangat kecil, sehingga arus yang masuk akan sangat besar mengakibatkan
kerusakan.

Harmonisa ini harus dihindari dan tidak bisa ditoleransi dikarenakan dapat
mengakibatkan pemanasan pada perangkat, gangguan pada perangkat pengaman, penurunan
daya, dan kerusakan kapasitor. pada mesin-mesin berputar seperti generator dan motor karena
harmonisa arus mengakibatkan torsi mekanik seperti getaran dan suara-suara pada mesin

23
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

tersebut. Torsi sesaat dihasilkan akibat interaksi fluks celah udara dan fluks yang dihasilkan
oleh arus harmonisa didalam rotor, torsi ini juga mempengaruhi bentuk kurva torsi kecepatan
motor. System komunikasi pun akan terganggu jika berdekatan dengan system tenaga listrik
diakibatkan terpengaruh harmonisa.

24
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

2.5. PENANGKAL PETIR

Sistem penangkal petir adalah suatu sistem untuk menangkal atau mencegah bangunan
dari sengatan petir. Sistem penangkal petir di suatu bangunan meliputi 3 komponen utama,
yaitu:

1. Terminal udara (air terminal)


Sistem air terminal ini harus mampu melindungi seluruh bangunan serta sekelilingnya
dari sambaran petir dan tidak mempengaruhi peralatan elektrik yang ada dalam
bangunan. Terminal udara (air terminal) yang digunakan ada 3 macam, yaitu: sistem
komvensional air terminal, system Radio aktif air terminal dan sistem elektrostatik.

2. Penghantar pertanahan (down conductor)


Down conductor terdiri dari satu jalur menghubungkan secara listrik dengan
sempurna antara air terminal dengan system pertanahan. Down conductor terdiri dari
kabel korial (kabel BC) dari air terminal hingga kotak sambung (junction box) di
lantai dasar.

3. Terminal dan elektroda pertanahan komplit dengan bak kontrol


Elektroda pertanahan harus dimasukan ke dalam tanah secara vertical, batang tembaga
harus dilindungi terhadap korosi dengan serbuk arang disekitar tembaga. Sedangkan
bak kontrol merupakan penunjang dari sistem penangkal petir adalah bak kontrol untuk
melindungi perkabelan dan sistem pertanahan.

Berikut adalah macam – macam sistem penangkal petir yang biasa digunakan pada
gedung bertingkat.

1. Sistem konvensional atau sistem Faraday / Frangklin


Faraday dan juga Frangklin mengetengahkan sitem yang sama tentang penyaluran
petir ini, yaitu system penyalur arus listrik yang menghubungkan antara bagian atas
bangunan dan grounding . Sedangkan system perlindunga yang dihasilkan ujung
penerima / Splitzer adalah sama pada rentang 30 ~ 45°. Perbedaannya adalah sistem
yang dikembangkan oleh Faraday bahwa kabel penghantar terletak pada sisi luar

25
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

bangunan dengan pertimbangan bahwa kabel penghantar juga berfungsi sebagai


penerima sambaran, Berupa sangkar elektris atau biasa disebut sangkar Faraday.

2. Sistem Radioaktif
Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir, dan dihasilkan kesimpulan
bahwa petir terjadi karena ada muatan listrik di awan yang dihasilkan oleh proses
ionisasi, maka penggagalan proses ionisasi di lakukan dengan cara memakai Zat
berradiasi misl. Radiun 226 dan Ameresium 241, karena 2 bahan ini mampu
menghamburkan ion radiasinya yang bisa menetralkan muatan listrik awan. Sedang
manfaat lain adalah hamburan ion radiasi akan menambah muatan pada Ujung Finial /
Splitzer dan bila mana awan yang bermuatan besar yang tidak mampu di netralkan zat
radiasi kemuadian menyambar maka akan condong mengenai penangkal petir ini.
Keberadaan penangkal petir jenis ini sudah dilarang pemakaiannya, berdasarkan
kesepakatan internasional dengan pertimbangan mengurangi pemakaian zat beradiasi
dimasyarakat.

3. Sistem Elektrostatik
Prinsip kerja penangkal petir Elektrostatik mengadopsi sebagian system penangkal
petir Radioaktif, yakni menambah muatan pada ujung finial / splitzer agar petir selalu
memilih ujung ini untuk disambar. Perbedaan dari sisten Radioaktif dan Elektrostatik
ada pada energi yang dipakai. Untuk Penangkal Petir Radioaktif muatan listrik
dihasilkan dari proses hamburan zat berradiasi sedangkan pada penangkal petir
elektrostatik energi listrik dihasilkan dari Listrik Awan yang menginduksi permukaan
bumi

2.6. SISTEM PERTANAHAN ATAU GROUNDING

Pentanahan (Grouding) atau pembumian (Earthing) adalah penamaan dengan maksud


yang sama, pada sistim jaringan tenaga listrik tegangan rendah (LV Low Voltage) memiliki
karakteristik yang dapat dilihat pada sisi sekunder dari transformator MV/LV (Distribusi) dan
instalasi pembumian pada sisi peralatan tegangan rendah. Jenis-jenis Pentanahan (Sistem
Grounding) adalah sebagai berikut.

26
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

1. TN-S (Terre Neutral - Separate) 

TN-S (Terre Neutral - Separate) merupakan sistem pertanahan dengan saluran (kabel)
Tanah dan Netral-dipisahkan.

Gambar 2.5 Sistem Grounding TN-S

2. TN-C-S (Terre Neutral - Combined - Separate) 

TN-C-S (Terre Neutral - Combined - Separate) merupakan sistem pertanahan dengan


kabel tanah dan Netral dapat disatukan juga ada yang dipisahkan.

Gambar 2.6 Sistem Grounding TN-S

3. TT (Double Terre) 

TT (Double Terre) merupakan sistem pertanahan dengan saluran (kabel) tanah dan
tanah.

Gambar 2.7 Sistem Grounding TT

27
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

4. TN-C (Terre Neutral - Combined) 

TN-C (Terre Neutral - Combined) merupakan sistem pertanahan dengan kabel ground
(tanah) dan Netral disatukan.

Gambar 2.8 Sistem Grounding TN-C

5. IT (Isolated Terre) 

IT (Isolated Terre) merupakan sistem pertanahan dengan saluran Tanah melalui


Impedansi.

Gambar 2.9 Sistem Grounding IT

Untuk jenis pentanahan TN-S (Terre Neutral - Separate), TN-C-S (Terre Neutral -
Combined - Separate) dan TT (Double Terre) telah kita jelaskan pada postingan tersebut. Kali
ini kita akan melanjutkan pembahasan untuk jenis pentanahan TN-C (Terre Neutral -
Combined) dan IT (Isolated Terre). Sebelum kita lanjutkan ke pembahasan TN-C (Terre
Neutral - Combined) dan IT (Isolated Terre) , sedikit kita ulas mengenai pembagian jenis
pentanahan ini. 

2.7. SISTEM FIRE ALARM

Fire Alarm adalah suatu sistem terintegrasi yang di design dan dibangun untuk
mendeteksi adanya gejala kebakaran, untuk kemudian memberikan peringatan (warning)
dalam sistem evakuasi dan ditindak lanjuti secara otomatis dan maupun secara manual
dengan system instalasi pemadam kebakaran (Fire Fighting System).

28
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

Peralatan utama yang menjadi pengendali utama pada system ini disebut Main Control
Fire Alarm (MCFA) atau Fire Alarm Control Panel (FACP) yang berfungsi menerima sinyal
masukan (input signal) semua detector dan komponen pendeteksi lainnya, untuk kemudian
memberika sinyal keluaran (output signal) melalui komponen keluaran sesuai dengan sistem
yang telah diterapkan.

Pada suatu gedung bertingkat, peranan fire alaram adalah mendeteksi dan merasakan
beberapa percikan yang mengakibatkan gejala-gejala kebakaran atau bahkan menangani
langsung kebakaran tersebut. Selain itu fire alarm juga bertugas untuk menyampaikan
informasi secepat mungkin dan menangani sedini mungkin tingkat kebakaran. Kecerdasan
buatan pada fire alarm membuat peranan fire alarm menjadi sebuah unggulan kelengkapan
suatu gedung dalam mengantisipasi terjadinya kebakaran.

2.7.1 Jenis – Jenis Fire Alarm

Fire Alarm pada umumnya ada 3 jenis system yang biasa digunakan, yaitu non
addressable system, semi addressable system dan full addressable system.

1. Non Addressable System

Sistem ini disebut juga dengan conventional system. Pada sistem ini MCFA menerima
sinyal masukan langsung dari semua detektor (biasanya jumlahnya sangat terbatas)
tanpa pengalamatan dan langsung memerintahkan komponen keluaran untuk
merespon masukan tersebut. Sistem ini umumnya digunakan pada bangunan/area
supervisi berskala kecil, seperti perumahan, pertokoan atau pada ruangan-ruangan
tertentu pada suatu bangunan yang diamankan.

2. Semi Addressable System

Sistem ini kebanyakan digunakan untuk instalasi Fire Alarm di gedung bertingkat,
semisal hotel, perkantoran, mall dan sejenisnya. Perbedaan paling mendasar dengan
sistem konvensional adalah dalam hal Address (Alamat). Pada sistem ini setiap
detector memiliki alamat sendiri-sendiri untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi
titik kebakaran sudah diketahui dengan pasti, karena panel bisa menginformasikan
deteksi berasal dari detector yang mana. Sedangkan sistem konvensional hanya

29
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

menginformasikan deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan
detector mana yang mendeteksi, sebab 1 Loop atau Zone bisa terdiri dari 5 bahkan 10
detector, bahkan terkadang lebih. Agar bisa menginformasikan alamat ID, maka di
sini diperlukan sebuah module yang disebut dengan Monitor Module. Ketentuannya
adalah satu module untuk satu loop, sehingga diperoleh sistem yang benar-benar
addressable
(istilahnya fully addressable).

3. Full Addressable System

Sistem ini merupakan pengembangan dari sistem semi adresibble. Pada system ini
semua detector dan alat pemberi masukan (deteksi) mempunyai alamat yang spesifik,
sehingga proses pemadaman dan evakuasi dapat dilakukan langsung pada titik yang
diperkirakan mengalami kebakaran. Satu hal yang menyebabkan sistem addressable
ini "kalah pemasangannya" dibandingkan dengan sistem konvensional adalah masalah
harga. Lebih-lebih jika menerapkan fully addressable dimana jumlah module adalah
sama dengan jumlah keseluruhan detector, maka cost-nya lumayan mahal. Sebagai
"jalan tengah" ditempuh cara "semi-addressable", yaitu panel dan jaringannya
menggunakan Addressable, hanya saja satu module melayani beberapa detector
konvensional.

2.7.2 Komponen Fire Alarm

Dalam suatu Sistem Fire Alarm menggunakan beberapa komponen yang bekerja dalam
lingkup satu kesatuan kerja. Di antara nya adalah:

1. Main Control Fire Alarm (MCFA)

Alat ini adalah pusat dari Fire Alarm System yang dapat mengontrol bekerjanya
seluruh bagian detector dan manual station juga memberikan instruksi pada alarm
bell, lacation indicator lamp apabila terjadi indikasi kebakaran berfungsi menerima
sinyal masukan (input signal) semua detektor dan komponen pendeteksi lainnya. Cara
kerja MCFA yaitu jika detektor mendeteksi adanya kebakaran ataupun sprinkler,
automatic fire extinguisher, dan hydrantbekerja maka sinyal itu akan dikirimkan ke
control panel MCFA sebagai data masukan (input data). Kemudian control panel akan

30
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

mengolah, menyeleksi, dan mengevaluasi data tersebut yang hasilnya merupakan data
keluaran (output data) yang berisi informasi tentang lokasi zona kebakaran yang
ditampilkan pada announciator dan secara otomatis akan mengaktifkan atau
membunyikan bel/alarm.

2. Annunciator

Alat ini adalah bagian atau tambahan dari Control Panel Fire Alarm System yang
fungsinya sebagai monitor / pengamat tambahan hanya tidak dapat berbuat aktif
seperti Control Panel. Biasanya alat ini dipakai apabila dibutuhkan pengamat
tambahan diruangan lain seperti ruang Security dan lobby. Alat ini bekerja apabila
tombol mechanic yang dilapis oleh plastic ditekan yang mengakibatkan mechanical
contact menjadi aktif. Biasanya alat ini digunakan pada ruang-ruang umum/public
area sebagai alat diteksi manual dan untuk Manual Alarm Station dilengkapi dengan
telephone jack untuk emergency communication. Alat ini bekerja apabila Main
Control Fire Alarm menjadi aktif (Control Panel akan mensupply tegangan DC 24
volt ke Alarm Bell). Biasanya alat ini juga digunakan pada ruang umum sebagai
pemberi isyarat apabila terjadi kebakaran (untuk evakuasi).

3. Terminal Box Fire Alarm (TBFA) / Junction Box


Alat ini adalah bagian atau tambahan dari Control Panel Fire Alarm System yang
fungsinya sebagai monitor / pengamat Fungsi TBFA (Terminal Box Fire Alarm)
adalah untuk memudahkan pemeriksaan (troubleshooting) dan pemeliharaan
(maintenance). Peletakkan terminal box fire bisa di ujung koridor gedung dengan
maksud agar kabel bisa turun dengan mudah melalui lorong penghubung antar lantai
yang disebut shaft. Di shaft inilah biasanya instalasi ME (Mekanikal Elektrikal)
dilakukan, seperti jalur listrik, telepon, jaringan komputer, pipa air dan sebagainya.
Shaft untuk Mekanikal pada umunya terpisah dari shaft Elektrikal.

4. Fire Alarm Sensor (FAS)

Dalam sebuah Fire Alarm System, dimanfaatkan beberapa sensor yang mampu
mendeteksi titik api berasal. Titik api dapat diketahui melalui perubahan suhu ruangan

31
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

atau asap yang muncul dari titik api. Berikut ini adalah beberapa jenis sensor fire
alarm:
 ROR (Rate of Rise) Heat Detector
Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR adalah yang paling
banyak digunakan saat ini, karena selain ekonomis juga aplikasinya luas. Area
deteksi sensor bisa mencapai 50m2 untuk ketinggian plafon 4m. Sedangkan
untukplafon lebih tinggi, area deteksinya berkurang menjadi 30m2. Ketinggian
pemasangan max. hendaknya tidak melebihi 8m. ROR banyak digunakan
karena detector ini bekerja berdasarkan kenaikan temperatur secara cepat di satu
ruangan kendati masih berupa hembusan panas. Umumnya pada titik 55oC -
63oC sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell kebakaran. Dengan
begitu bahaya kebakaran (diharapkan) tidak sempat meluas ke area lain. ROR
sangat ideal untuk ruangan kantor, kamar hotel, rumah sakit, ruang server, ruang
arsip, gudang pabrik dan lainnya. Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar
bi-metal biasa. Saklar akan kontak saat mendeteksi panas. Karena tidak
memerlukan tegangan (supply), maka bisa dipasang langsung pada panel alarm
rumah. Dua kabelnya dimasukkan ke terminal Zone-Com pada panel alarm. Jika
dipasang pada panel Fire Alarm, maka terminalnya adalah L dan LC. Kedua
kabelnya boleh terpasang terbalik, sebab tidak memiliki plusminus. Sedangkan
sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).

 Fix Temperature
Fix Temperature termasuk juga ke dalam Heat Detector. Berbeda dengan ROR,
Fix Temperature baru mendeteksi pada derajat panas yang langsung tinggi. Oleh
karena itu cocok ditempatkan pada area yang lingkungannya memang sudah
agak - agak "panas", seperti: ruang genset, basement, dapur-dapur foodcourt,
gudang beratap asbes, bengkel las dan sejenisnya. Alasannya, jika pada area itu
dipasang ROR, maka akan rentan terhadap False Alarm (Alarm Palsu), sebab
hembusan panasnya saja sudah bisa menyebabkan ROR mendeteksi. Area
efektif detektor jenis ini adalah 30m2 (pada ketinggian plafon 4m) atau 15m2
(untuk ketinggian plafon antara 4 - 8m). Kabel yang diperlukan untuk detector
ini cuma 2, yaitu L dan LC, boleh terbalik dan bisa dipasang langsung pada

32
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

panel alarm rumah merk apa saja. Sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).

 Smoke Detector
Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki
partikel-partikel yang kian lama semakin memenuhi ruangan smoke (smoke
chamber) seiring dengan meningkatnya intensitas kebakaran. Jika kepadatan
asap ini (smoke density) telah melewati ambang batas (threshold), maka
rangkaian elektronik di dalamnya akan aktif. Oleh karena berisi rangkaian
elektronik, maka Smoke memerlukan tegangan. Pada tipe 2-Wire tegangan ini
disupply dari panel Fire bersamaan dengan sinyal, sehingga hanya
menggunakan 2 kabel saja. Sedangkan pada tipe 4-Wire (12VDC), maka
tegangan plus minus 12VDC-nya disupply dari panel alarm biasa sementara
sinyalnya disalurkan pada dua kabel sisanya. Area proteksinya mencapai 150m2
untuk ketinggian plafon 4m.

5. Manual Call Point (MCP)

Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran (Fire Bell) secara
manual dengan cara memecahkan kaca atau plastik transparan di bagian tengahnya.
Istilah lain untuk alat ini adalah Emergency Break Glass. Di dalamnya hanya berupa
saklar biasa yang berupa microswitch atau tombol tekan. Salah satu aspek yang harus
diperhatikan adalah soal lokasi penempatannya. Terbaik jika unit ini diletakkan di
lokasi yang sering terlihat orang, terlewati oleh orang saat berlarian keluar gedung,
mudah dijangkau. Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan
kaca, karena sudah tersedia tongkat atau kunci khusus, sehingga saklar bisa tertekan
tanpa harus memecahkan kaca. Kaca yang telanjur retak atau pecah bisa diganti
dengan yang baru. Di beberapa tipe ada yang dilengkapi dengan fungsi intercom
(TEL). Petugas penguji dapat melakukan komunikasi dengan penjaga di Panel Control
Room dengan memasukkan handset telepon ke dalam jack pada MCP. Seketika itu
juga telepon di panel akan aktif,sehingga kedua orang ini bisa saling berkomunikasi.

6. Alarm Bell

33
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

Alarm Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup
nyaring dalam jarak yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar dari dari panel
Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga jenis Fire Bell 24VDC-lah yang banyak dipakai
saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia. Perlu diperhatikan dalam pemasangan
Fire Bell (pada tipe Gong) adalah kedudukan piringan bell terhadap batang pemukul
piringan jangan sampai salah. Jika tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring.
Aturlah kembali dudukannya dengan cermat sampai bunyi bel terdengar paling
nyaring.

7. Indicator Lamp

Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif-tidaknya sistem
Fire Alarm atau sebagai pertanda adanya kebakaran. Jadi apabila demikian, maka
yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada Fire Alarm adalah lampu yang
menunjukkan adanya power pada panel ataupun menunjukkan trouble dan atau
kebakaran. Di dalamnya hanya berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau
lampu led berarus rendah.

2.8. SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

Fire Hydrant adalah sistem pemadam kebakaran dengan media air yang dipasang di
luar gedung (OHB) dan didalam gedung (IHB) dengan covered area 800 sampai 1000 m 2 per
nozzle dengan kapasitas sekitar 250 GPM. Alat pemadam ini digunakan secara manual oleh
Fire Brigade team. Fire Hydrant digunakan ketika kobaran api kebakaran sudah membesar.

Air yang digunakan untuk hydrant ini dapat bertekanan, seperti dalam kasus dimana
hydran tersambung dengan pompa dalam menghasilkan, atau unpressurized (tidak
bertekanan) dimana hydrant tersambung secara langsung ke sumber air seperti kolam atau
tangki air dengan menggunakan pompa tersendiri. Jika suplai air bertekanan, maka hydrant
juga dilengkapi dengan satu atau lebih katup untuk mengatur aliran air. Dalam rangka
menyediakan air yang cukup untuk pemadaman kebakaran, hydrant dianjurkan untuk dapat
memberikan debit air minimum 250 galom per menit (945 liter per menit).

Hydrant merupakan sebuah fasilitas wajib bagi bangunan-bangunan publlik seperti


pasar tradisional maupun modern, pertokoan, bahkan semestinya lingkungan perumahan pun

34
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

harusnya ada fasilitas hydrant. Pada saat terjadi peristiwa kebakaran, fire Hydrant harus
mudah terlihat dan segera dapat menyatakan bahwa fire Hydrant harus diwarnai dengan
chrome yellow atau warna lain yang mudah terlihat termasuk diantaranya white, bright red,
chrome yellow dan lime-yellow, tetapi sebenarnya aspek terpenting adalah warna tersebut
harus konsisten terutama dalam satu wilayah tertentu.

2.8.1 Pompa Hidran

Pompa hydrant (hydrant pump) adalah alat berfungsi menghisap air dari tandon air
melalui pipa suction (pipa hisap) dan mendistribusikannya dengan tekanan tinggi ke jaringan
perpipaan hydrant gedung sampai komponen output. Pompa hydrant terdiri dari 3 pompa
yang harus ada untuk hydrant gedung, Ketiga pompa di atas memiliki fungsi saling
melengkapi dan terintegrasi sehingga dalam instalasi hydrant gedung mutlak memiliki 3
pompa ini sebagai amunisi, yaitu:

1. Pompa Elektrik

Pompa hydrant elektrik adalah pompa utama pada jaringan instalasi fire hydrant yang
fungsinya memasok air dari groundtank (tandon reservoir) ke pipa – pipa dalam
saluran fire hydrant sampai ke ujung pengeluaran (nozzle) pada hydrant pillar untuk
luar gedung atau hydrant box yang ada di dalam gedung saat terjadi kebakaran pada
area yang diproteksi. Disebut sebagai pompa hydrant elektrik karena menggunakan
energi listrik untuk menggerakkan turbin saat bekerja mengalirkan air. Selain pompa
hydrant elektrik, pada jaringan instalasi fire hydrant juga ada pompa hydrant diesel
yang fungsinya untuk membantu menstabilkan tekanan dalam jaringan fire hydrant
akibat penurunan tekaran secara bertahap saat air keluar dari noozle maupun sprinkle,
atau sebagai pengganti pompa hydrant elektrik saat terjadi kegagalan system dan mati
listrik.

2. Pompa Diesel

Pompa hydrant diesel akan bekerja ketika pompa elektrik sudah melampaui batas
tekanan yang diatur atau ketika pompa elektrik tidak memiliki daya karena
pemadaman listrik. Prinsip kerja pompa hydrant diesel hampir sama dengan pompa
elektrik yang bisa diatur otomatis atau manual dari panel kontrol pompa. Pompa
diesel bekerja dengan sumber daya listrik independen atau diesel.

35
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

36
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

3. Pompa Jockey

Pompa ini berfungsi sebagai penjaga tekanan statis di jaringan hydrant. Selain sebagai
pengontrol tekanan, pompa jockey juga bisa berfungsi sebagai pengontrol jika terjadi
kebocoran pada instalasi hydrant. Pompa ini akan bekerja secara otomatis jika salah
satu katup pengeluaran dibuka, dan akan otomatis mati pada saat katup ditutup.
Pompa jockey pada umumnya bekerja dengan tenaga listrik dari PLN atau sumber
listrik utama pada gedung.

2.8.2 Hidran Luar

Instalasi hydrant luar terdiri dari pilar dan OHB yang fungsinya untuk memutus jalur
api kebakaran supaya tidak merembet ke gedung lain. Jika memungkinkan, hydran luar bisa
juga untuk memadamkan api langsung jika panjang hosenya mencukupi. Couping
menggunakan tipe VDH.

2.8.3 Hidran Gedung

Instalasi hydrant Gedung terdiri dari Indor Hydrant Box ( IHB ) yang isinya berupa
Hydrant valve ( Type Machino ), Landing Valve ( Type VDH ), Fire hose dan Nozle. IHB
berfungsi untuk memadamkan api dalam gedung ketika api tidak mampu dipadamkan dengan
APAR. Satu buah IHB bisa mengcover area antara 800 – 1000 m2.

2.8.4 Sistem Sprinkler

Fire sprinkler adalah sistem pemadam kebakaran dengan media air yang dipasang di
atas plafon dan bekerja secara otomatis ketika head sprinkler mendeteksi panas sekitar 67
ºC.Head sprinker pada suhu tersebut akan pecah dan menyemprotkan air dengan luas sebaran
sekitar 12 m2 per titik sprinkler. Sistem sprinkler terdiri dari rangkaian pipa yang dilengkapi
dengan ujung penyemprot (discharge nozzle) yang kecil (sering disebut sprinkler head) dan
ditempatkan dalam suatu bangunan. Jenis cara kerja sprinkler yang baik dapat
dikelompokkan menjadi:

37
Audit Elektrikal, Fire Alarm dan Hidran
Gedung Mabes Polri TA. 2019

1. Sistem Sprinkler Basah


Sistem sprinkler pipa basah merupakan jaringan pipa yang berisi air dengan tekanan
tertentu. Jika terjadi kebakaran, maka sprinkler akan meleleh dan terbuka sehingga air
langsung memancar. Dengan demikian, sistem ini hanya bekerja di area yang terbakar
dan tidak di ruangan lainya selama ujung sprinkler masih tertutup. Tingkat suhu yang
diperlukan disesuaikan dengan warna cairan sebagai berikut.
 Jingga 53ºC
 Merah 68ºC
 Kuning 79ºC
 Hijau 93ºC
 Biru 141ºC
 Ungu 182ºC
 Hitam 201 - 260º C

2. Sistem Sprinkler Kering

Pada sistem pipa kering, jalur pipa pemadam tidak berisi air. Air dapat mengalir
dengan membuka katup pengalir yang terpasang di pipa induk atau pipa jaringannya.
Dengan demikian, jika terjadi kebakaran maka seluruh Sprinkler yang ada dalam satu
jarinagan akan langsung menyembur. Semburan akan mengenai dan membasahi
seluruh ruangan yang diproteksi sehingga lebih efektif. Namun semburan air tidak
dapat dilokalisir misalnya hanya untuk suatu ruangan tertentu saja. Untuk itu,
biasanya pemasangan sprinkler dibuat dalam bentuk zona kebakaran sehingga air
hanya keluar pada jalur yang dibuka saja. Sistem ini dapat digerakan dengan
pengendali otomatis yang akan membuka katup dengan segera melalui sinyal yang
diberikan oleh detector api. Namun demikian, dapat juga dirancang dengan penggerak
manual oleh petugas setempat.

38

Anda mungkin juga menyukai