Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

Transm isi Arus Bolak-Balik

Transmisi Tenaga Listrik

Rada Tamara Putri

1610953011

Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Andalas

Padang

2019
I. Pengertian Sistem Tenaga Listrik
Secara umum sistem tenaga listrik terdiri atas komponen tenaga listrik yaitu pembangkit
tenaga listrik, sistem trransmisi dan sistem distribusi. Ketiga bagian ini merupakan bagian utama pada
suatu rangkaian sistem tenaga listrik yang bekerja untuk menyalurkan daya listrik dari pusat
pembangkit ke pusat-pusat beban. Rangkaian sistem tenaga listrik dapat dilihat pada gambar 1.1
dibawah berikut :

Gambar 1.1 Rangkaian Sistem Tenaga Listrik

Energi listrik yang dihasilkann di pusat pembangkit listrik akan disalurkan melalui saluran
distribusi kemudian melalui saluran distribusi akan sampai ke konsumen. Berikut ini penjelasan
mengenai bagian utama pada sistem tenaga listrik, yaitu : mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
1. Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant) mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Yaitu tempat energi listrik pertama kali dibangkitkan, dimana terdapat turbin sebagai mm
m penggerak mula (Prime Mover) dan generator yang membangkitkan listrik. Biasanya dipusat
m pembangkit listrik juga terdapat gardu induk. Peralatan utama pada gardu induk antara lain :
m transformator, yang befungsi untuk menaikkan tegangan generator (11,5 kV) menjadi
tegangan transmisi/tegangan tinggi (150 kV) dan juga peralatan pengaman dan pengatur.
Jenis pusat pembangkit yang umum antara lain PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air),
PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas), PLTN
(Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir)

2. Transmisi Tenaga Listrik


Merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik (Power
Plant) hingga saluran distribusi listrik (Substation distribution) sehingga dapat disalurkan
sampai pada konsumen pengguna listrik.
3. Sistem Distribusi
Merupakan subsistem tersendiri yang terdiri dari : Pusat Pengatur (Distribution Control
Centre) saluran tegangan menengah (6 Kv dan 20 Kv, yang juga biasa disebut dengan
tegangan distribusi primer) yang merupakan saluran udara atau kabel tanah, gardu distribusi
tegangan menengah yang terdiri dari panel-panel distribusi tegangan rendah (380V, 220V)
yang menghasilkkan tegangan kerja/ tegangan jala-jala untuk industri dan konsumen.

II. Operasi Sistem Tenaga Listrik


Pembangkit-pembangkit listrik memiliki lokasi yang berjauhan satu sama lain dan tehubung
satu sama lain melalui sistem transmisi yang luas untuk mendistribusikan tenaga listrik pada beban
yang tersebar. Ini bisa dapat dikatakan sebagai sistem interkoneksi. Melalui adanya sistem
interkoneksiitersebutimenyebabkani:
1.iKeandalanisistemiyangisemakinitinggi
m 2.iEfisiensiipembangkitanitenagailistrikidalamisistemimeningkat
m 3. Mempermudah penjadwalan pembangkit

Sebuah sistem tenaga listrik merupakan sebuah unit usaha dimana selain faktor teknis, faktor
ekonomis juga diperhatikan karena pengaruhnya sangat domiman. Dalam pengeoperasian sistem
tenaga listrik ini, pendapatan dan pengeluaran harus dijaga agar tercipta kondisi yang seimbang
sehingga dapat mencapai keuntungan yang layak. Pendapatan dalam sistem tenaga listik ini
berdasarkan jumlah penjualan listrik ke konsumen dan biasanya dalam bentuk pemakaian energi
(kWh) serta harganya yang diatur dalam sistem tarif tertentu. Sedangkan pengeluaran dalam
mengoperasikan sistem tenaga listrik ini meliputi : belanja pegawai, belanja barang dan jasa,
pemeliharaan dan penyusutan, penelitian atau pengembangan, pajak, bahan baku energi (BBM,
Batubara, Nuklir, Air, dsb), Losses, dan lain-lain. Mm
Dalam pembangkitan tenaga listrik ada empat komponen biaya yang biasanya harus
diperhitungkan, yaitu: m
1. Komponen A merupakan fixed cost, yakni biaya yang harus tetap dikeluarkan terlepas dari
pembangkit listrik tersebut dioperasikan atau tidak, misalnya:pekerjaan sipil, biaya pembelian
turbin,igenerator,idanilain-lain.
M 2. Komponen B merupakan fixed cost, yakni biaya yang tetap dikeluarkan untuk operasi dan
pemeliharaan pembangkit, seperti gaji pegawai, biaya pemeliharaan, dan lain-lain. M
3. Komponen C merupakan fuel cost atau biaya bahan bakar yakni biaya bahan bakar yang
berubah-ubah tergantung dari beberapa faktor. Beberapa faktor yang mempengaruhi harga
komponen ini misalnya banyaknya konsumsi bahan bakar yang diperlukan, jenis bahan
bakarnya, lama waktu penyalaan pembangkit, dan beberapa hal lainnya.
4. Komponen D merupakan variable cost yakni biaya dapat berubah-ubah. Misalnya, biaya
untuk pelumas. Semakin sering dan berat kerja suatu pembangkit, semakin juga dibutuhkan
banyak pelumas. Maka, biaya komponen D ini akan meningkat. M

III. Tujuan Operasi Sistem Tenaga Listrik m


Tujuan utama dari operasi sistem tenaga listrik ini adalah untuk memenuhi kebutuhan beban
listrik secara efisien (beban terpenuhi dengan biaya yang minimum), dengan mempertimbangkan
sasaran operasi tenaga listrik yaitu sistem harus dapat memenuhi standar dalam keamanan lingkungan,
memiliki keandalan yang baik, dan dapat melayani permintaan secara berkala dari waktu ke waktu.
Dalam mencapai tujuan dari operasi sistem tenaga listrik maka perlu diperhatikan tiga hal
berikut ini, yaitu : m
1. Ekonomi (economy) berarti listrik harus dioperasikan secara ekonomis, tetapi dengan tetap
memperhatikan keandalan dan kualitasnya. m
2. Keandalan (security) merupakan tingkat keamanan sistem terhadap kemungkinan
terjadinya gangguan. Jika terjadi gangguan pada pembangkit maupun transmisi dapat diatasi
m tanpa mengakibatkan pemadaman di sisi konsumen. M
3. Kualitas (quality) tenaga listrik yang diukur dengan kualitas tegangan dan frekuensi yang
m dijaga sedemikian rupa sehingga tetap pada kisaran yang ditetapkan.

IV. Pengertian Transmisi Tenaga Listrik m


Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit
tenaga listrik (Power Plant) hingga substation distribution sehingga dapat disalurkan sampai pada
konsumer pengguna listrik melalui suatu bahan konduktor.

Gambar 4.1 Diagram Blok Umum Sistem Tenaga Listrik


Gambar diatas menunjukkan blok diagram dasar dari sistem transmisi dan distribusi tenaga
listrik. Yang terdiri dari dua stasiun pembangkit (generating station) G1 dan G2, beberapa substation
yaitu hubungan antar substation (interconnecting substation) dan untuk bagian komersial perumahan
(commercial residential), dan industrial loads. Transmisi berada pada bagian yang diberi arsir tebal.
Fungsi dari bagian transmission substation menyediakan servis untuk merubah dalam menaikan dan
menurunkan tegangan pada saluran tegangan yang ditransmisikan serta meliputi regulasi tegangan.
Standarisasi range tegangan internasional yaitu 345 kV hingga 765 kV untuk Saluran tegangan Ekstra
Tinggi dan 115 kV hingga 230 kV untuk saluran tegangan Tinggi. Standarisasi tegangan Transmisi
listrik di Indonesia adalah 500 kV untuk Saluran ekstra Tinggi dan 150 kV untuk saluran Tegangan
tinggi Pada sistem tenaga listrik, jarak antara pembangkit dengan beban yang cukup jauh, akan
menimbulkan adanya penurunan kualitas tegangan yang diakibatkan oleh rugirugi pada jaringan.
Sehingga dibutuhkan suatu peralatan untuk memperbaiki kualitas tegangan dan diletakkan pada
saluran yang mengalami drop tegangan. SVC (Static Var Compensator) berfungsi sebagai pemelihara
kestabilan kondisi steady state dan dinamika voltase dalam batasan yang sudah ditentukan pada
jaringan transmisi berjarak jauh dan berbeban tinggi (heavily loaded). Synchronous Condenser,
sebagai generator pensuplay arus gangguan, dan transformer dengan taps yaang variabel, Ini
adalah jenis khusus transformator listrik yang dapat menambah atau mengurangi powered gulungan
kawat, sehingga meningkatkan atau menurunkan medan magnet dan tegangan keluaran dari
transformator.
Distribution Substation, pada bagian ini merubah tegangan aliran listrik dari tegangan
medium menjadi tegangan rendah dengan transformator step-down, dimana memiliki tap otomatis dan
memiliki kemampuan untuk regulator tegangan rendah. Tegangan rendah meliputi rentangan dari
120/240V single phase sampai 600V, 3 phase. Bagian ini melayani perumahan, komersial dan
institusi serta industri kecil.
Interconnecting substation, pada bagian ini untuk melayani sambungan percabangan
transmisi dengan power tegangan yang berbeda serta untuk menambah kestabilan pada keseluruhan
jaringan. Setiap substation selalu memiliki Circuit Breakers, Fuses, lightning arresters untuk
pengaman peralatan. Antara lain dengan penambahan kontrol peralatan, pengukuran, switching, pada
setiap bagian substation.
Energi listrik yang di transmisikan didisain untuk Extra-high Voltage (EHV), High Voltage
(HV), Medium Voltage (MV), dan Low Voltage (LV). Klasifikasi nilai tegangan ini dibuat
berdasarkan skala standarisasi tegangan yang di tunjukkan pada tabel.
Tabel 4.1 Klasifikasi Tegangan Untuk Power Industri dan Komersial Sistem Nilai Tegangan

Kategori sistem distribusi listrik dibagi menjadi 2, yaitu :


1. Sistem Transmisi, dimana saluran tegangan antara 115kV sampai 800kV
2. Sistem Distribusi, dimana rentangan tegangan antara 120V sampai 69kV.
Distribusi listrik ini di bagi lagi menjadi tegangan menengah (2,4kV sampai 69kV) dan tegangan
rendah (120V sampai 600V).

V. Saluran Transmisi
Saluran Transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik
dari Generator Station/ Pembangkit Listrik sampai distribution station hingga sampai pada konsumer
pengguna listrik. Tenaga listrik di transmisikan oleh suatu bahan konduktor yang mengalirkan tipe
Saluran Transmisi Listrik Penyaluran tenaga listrik pada transmisi menggunakan arus bolak-balik
(AC) ataupun juga dengan arus searah (DC). Penggunaan arus bolak-balik yaitu dengan sistem tiga-
fasa atau dengan empat-fasa.
Saluran Transmisi dengan menggunakan sistem arus bolak-balik tiga fasa merupakan sistem yang
banyak digunakan, mengingat kelebihan sebagai berikut :
 Mudah pembangkitannya
 Mudah pengubahan tegangannya
 Dapat menghasilkan medan magnet putar
 Dengan sistem tiga fasa, daya yang disalurkan lebih besar dan nilai sesaatnya konstan
a. Kategori Saluran transmisi
Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu :
 Saluran Udara (Overhead Lines), sakuran transmisi yang menyalurkan
m energi listrik melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antara menara atau tiang
transmisi. Keuntungan dari saluran transmisi udara antara lain :
1. Mudah dalam perbaikan
2. mudah dalam perawatan
3. mudah dalam mengetahui letak gangguan
4. Lebih murah
Kerugian :
1. karena berada diruang terbuka, maka cuaca sangat berpengaruh terhadap m m
m kehandalannya, dengan kata lain mudah terjadi gangguan dari luar, seperti gangguan m
m hubungan singkat, gangguan tegangan bila tersambar petir, dan gangguan lainnya.
2. dari segi estetika/keindahan kurang, sehingga saluran transmisi bukan pilihan yang m
m ideal untuk transmisi di dalam kota.
Gambar 5.1 Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)

 Saluran kabel bawah tanah (underground cable), saluran transmisi yang menyalurkan
energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah. Kategori saluran seperti ini
adalah favorit untuk pemasangan didalam kota, karena berada didalam tanah maka tidak
mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi cuaca
atau kondisi alam. Namun tetap memiliki kekurangan, antara lain mahal dalam instalasi
dan investasi serta sulitnya menentukan titik gangguan dan perbaikkannya.

Gambar 5.2 Saluran Bawah Tanah


 Saluran Isolasi Gas
Saluran Isolasi Gas (Gas Insulated Line/GIL) adalah Saluran yang diisolasi dengan gas,
m misalnya: gas SF6, seperti gambar Karena mahal dan resiko terhadap lingkungan sangat
m tinggi maka saluran ini jarang digunakan
Gambar 5.3 Saluran Listrik Isolasi Gas

b. Klasifikasi Saluran Transmisi Berdasarkan Tegangan


Transmisi tenaga listrik sebenarnya tidak hanya penyaluran energi listrik dengan
menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran udara (overhead line), namun transmisi
adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, yang besaran
tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV), Tegangan Ekstra Tinggi (EHV),
Tegangan Tinggi (HV), Tegangan Menengah (MHV), dan Tegangan Rendah (LV).
Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi adalah berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu
substation (gardu) induk ke gardu induk lainnya. Terdiri dari konduktor yang direntangkan
antara tiang (tower) melalui isolator, dengan sistem tegangan tinggi. Standar tegangan tinggi
yang berlaku diindonesia adalah 30kV, 70kV dan 150kV.

Ditinjau dari klasifikasi tegangannya, transmisi listrik dibagi menjadi :


1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200kV-500kVPada umumnya
saluran transmisi di Indonesia digunakan pada pembangkit dengan kapastas 500 kV.
Dimana tujuannya adalah agar drop tegangan dari penampang kawat dapat direduksi
secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien. Akan tetapi
terdapat permasalahan mendasar dalam pembangunan SUTET ialah konstruksi tiang
(tower) yang besar dan tinggi, memerlukan tanah yang luas, memerlukan isolator yang
banyak, sehingga memerlukan biaya besar. Masalah lain yang timbul dalam
pembangunan SUTET adalah masalah sosial, yang akhirnya berdampak pada masalah
pembiayaan.
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30kV-150kV Pada saluran transmisi ini
memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai 150kV. Konfigurasi jaringan pada
umumnya single atau doble sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4
kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya diganti oleh tanah sebagai
saluran kembali. Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada
masing-masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan
Berkas konduktor disebut Bundle Conductor. Jarak terjauh yang paling efektif dari
Transmission of Electrical Energy 11 saluran transmisi ini ialah 100km. Jika jarak
transmisi lebih dari 100 km maka tegangan jatuh (drop voltaje) terlalu besar, sehingga
tegangan diujung transmisi menjadi rendah.
3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30kV-150kV Saluran transmisi ini
menggunakan kabel bawah tanah, dengan alasan beberapa pertimbangan :
a. ditengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit mendapatkan
tanah untuk tapak tower.
b. Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat, karena padat
bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
c. Pertimbangan keamanan dan estetika.
d. Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.

c. Komponen Saluran Transmisi Tenaga Listrik


Saluran transmisi tenaga listrik terdiri atas konduktor, isolator, dan infrastruktur tiang
penyangga.
1. Konduktor
Kawat dengan bahan konduktor untuk saluran transmisi tegangan tinggi selalu tanpa
pelindung/isolasi kawat. Ini hanya kawat berbahan tembaga atau alumunium dengan inti
baja (steel-reinforced alumunium cable/ACSR) telanjang besar yang terbentang untuk
mengalirkan arus listrik.
Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan antara lain :
1. Tembaga dengan konduktivitas 100% (cu 100%)
2. Tembaga dengan konduktivitas 97,5% (cu 97,5%)
3. Alumunium dengan konduktivitas 61% (Al 61%)
Transmission of Electrical Energy 12 Kawat tembaga mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan kawat penghantar alumunium, karena konduktivitas dan kuat
tariknya lebih tinggi. Akan tetapi juga mempunyai kelemahan yaitu untuk besaran
tahanan yang sama, tembaga lebih berat dan lebih mahal dari alumunium. Oleh karena itu
kawat penghantar alumunium telah mulai menggantikan kedudukan kawat tembaga.
Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat alumunium, digunakan campuran alumunium
(alumunium alloy). Untuk saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara
menara/tiang berjauhan, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, oleh karena itu
digunakan kawat penghantar ACSR.
Kawat penghantar alumunium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambang
sebagai berikut :
1. AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat
dari alumunium.
2. AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.
3. ACSR (Alumunium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar alumunium
berinti kawat baja.
4.ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar alumunium
yang diperkuat dengan logam campuran.

Kabel AAAC Kabel AAC

Kabel ACSR
Gambar 5.4 Jenis-jenis Kawat Transmisi Listrik
2. Isolator
Isolator pada sistem transmisi tenaga listrik disni berfungsi untuk penahan bagian
konduktor terhadap ground. Isolator disini bisanya terbuat dari bahan porseline, tetapi
bahan gelas dan bahan isolasi sintetik juga sering digunakan disini. Bahan isolator harus
memiiki resistansi yang tinggi untuk melindungi kebocoran arus dan memiliki ketebalan
yang secukupnya (sesuai standar) untuk mencegah breakdown pada tekanan listrik
tegangan tinggi sebagai pertahanan fungsi isolasi tersebut Kondisi nya harus kuat
terhadap goncangan apapun dan beban konduktor.
Jenis isolator yang sering digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau
gelas. Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator diklasifikasikan menjadi :
a. Isolator jenis pasak
b. Isolator jenis pos-saluran
c. Isolator jenis gantung

Gambar 5.5 Jenis-jenis isolator pada transmisi

Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran transmisi
dengan tagangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-33kV), sedangkan isolator jenis
gantung dapat digandeng menjadi rentengan/rangkaian isolator yang jumlahnya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan. Contoh penggunaanya yaitu jika satu piring isolator untuk
isolasi sebesar 15 kV, jika tegangan yang digunakan adalah 150 kV, maka jumlah piring
isolatornya adalah 10 piringan.

3. Konstruksi Saluran Tiang Penyangga


Saluran transmisi dapat berupa saluran udara dan saluran bawah tanah, namun pada
umumnya berupa saluran udara. Energi listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi
udara pada umumnya menggunakan kawat telanjang sehingga mengandalkan udara
sebagai media isolasi antar kawat penghantar. Dan untuk menyanggah/merentangkan
kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan
sekitarnya, kawat-kawat penghantar tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan
yang kokoh, yang biasa disebut menara/tower. Antar menra/tower listrik dan kawat
penghantar disekat oleh isolator.
Konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi tegangan tinggi
(SUTT) ataupun saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET yang paling banyak
digunakan di jaringan PLN, karena mudah dirakit terutama untuk pemasangan didaerah
pegunungan dan jauh dari jalan raya,harganya yang relatif lebih murah dibandingkan
dengan penggunaan saluran bawah tanah serta pemeliharaannya yang mudah. Namun
demikian perlu pengawasan yang intensif, karena besi-besinya rawan terhadap pencurian,
dimana pencurian besi-besi baja pada menara/tower listrik mengakibatkan menara/tower
listrik tersebut roboh sehingga penyaluran listrik ke konsumen pun terganggu.
Suatu menara/ tower listrik harus kuat terhadap beban yang bekerja, antara lain :
- Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan)
- Gaya tarik akibat rentangan kawat
- Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan tower.
Jenis-jenis Menara/Tower Listrik
Menurut konstruksinya, jenis-jenis menara/tower listrik dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
1. Lattice tower

Gambar 5.6 Tiang Saluran Jenis Latice


2. Tubular Steel Pole

Gambar 5.7 Tiang Saluran Tubular Steel Pole


3. Concrete pole
4. Wooden pole

Menurut fungsinya, menara/tower listrik dibagi 7 macam, yaitu :


a. Dead end tower, yaitu tiang akhir yang berlokasi didekat gardu induk, tower ini
hampir sepenuhnya menanggung gaya tarik.
b. Section tower, yaitu tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga dengan
sejumlah tower penyangga lainnya karena alasan kemudahan saat pembangunan
(penarikan kawat), umumnya mempunyai sudut belokan yang kecil.
c. Suspension tower, yaitu tower penyangga, tower ini hampir sepenuhnya menanggung
daya berat, umumnya tidak mempunyai sudut belokan
d. Tension tower, yaitu tower penegang, tower ini menanggung gaya tarik yang lebih
besar dari pada gaya bert, umumnya mempunyai sudut belokan.
e. Transposision tower, yaitu tower tension yang digunakan sebagai tempat melakukan
perubahan posisi kawat fasa guna memperbaiki impendansi transmisi.
f. Gantry tower, yaitu tower berbentuk portal digunakan pada persilangan antara dua
Saluran transmisi. Tiang ini dibangun di bawah Saluran transmisi existing.
g. Combined tower, yaitu tower yang digunakan oleh dua buah saluran transmisi yang
berbeda tegangan operasinya.

Gambar 5.8 Macam-macam Bentuk Tiang Saluran/Tower

Menurut susunan/konfigurasi kawat fasa, menara/tower listrik dikelompokkan menjadi :


1. Jenis delta, digunakan pada konfigurasi horizontal / mendatar.
2. Jenis piramida, digunakan pada konfigurasi vertikal / tegak.
3. Jenis Zig-zag, yaitu kawat fasa tidak berada pada satu sisi lengan tower.
Komponen-komponen Menara/tower Listrik
Sec ara umum suatu menara/tower listrik terdiri dari :
- Pondasi, yaitu suatu konstruksi beton bertulang untuk mengikat kaki tower (stub) dengan
bumi.

Gambar 5.9 Pondasi tower (lattice) SUTET 500 kV Gresik-krian

Gambar 5.10 Pondasi steel 500kV dead end Suralaya


- Stub, bagian paling bawah dari kaki tower, dipasang bersamaan dengan pemasangan pondasi
dan diikat menyatu dengan pondasi.
- Leg, kaki tower yang terhubung antara stub dengan body tower. Pada tanah yang tidak rata
perlu dilakukan penambahan atau pengurangan tinggi leg, sedangkan body harus tetap sama
tinggi permukaannya.
Gambar 5.11 Kabel Pentanahan Tower Transmisi

- Common Body, badan tower bagian bawah yang terhubung antara leg dengan badan tower
bagian atas (super structure). Kebutuhan tinggi tower dapat dilakukan dengan pengaturan
tinggi common body dengan cara penambahan atau pengurangan.
- Super structure, badan tower bagian atas yang terhubung dengan common body dan cross
arm kawat fasa maupun kawat petir. Pada tower jenis delta tidak dikenal istilah super
structure namun digantikan dengan “K” frame dan bridge.
- Cross arm, bagian tower yang berfungsi untuk tempat menggantungkan atau mengaitkan
isolator kawat fasa serta clamp kawat petir. Pada umumnya cross arm berbentuk segitiga
kecuali tower jenis tension yang mempunyai sudut belokan besar berbentuk segi empat.
- “K” frame, bagian tower yang terhubung antara common body dengan bridge maupun cross
arm. “K” frame terdiri atas sisi kiri dan kanan yang simetri. “K” frame tidak dikenal di tower
jenis pyramid.
- Bridge, penghubung antara cross arm kiri dan cross arm tengah. Pada tengah-tengah bridge
terdapat kawat penghantar fasa tengah. Bridge tidak dikenal di tower jenis pyramida.
- Rambu tanda bahaya, berfungsi untuk memberi peringatan bahwa instalasi SUTT/SUTET
mempunyai resiko bahaya. Rambu ini bergambar petir dan tulisan “AWAS BERBAHAYA
TEGANGAN TINGGI”. Rambu ini dipasang di kaki tower lebih kurang 5 meter diatas
tanah sebanyak dua buah, dipasang disisi yang mengahadap tower nomor kecil dan sisi yang
menghadap nomor besar.
Gambar 5.12 Rambu Tanda Bahaya Tower
- Rambu identifikasi tower dan penghantar / jalur, berfungsi untuk memberitahukan identitas
tower seperti: Nomor tower, Urutan fasa, Penghantar / Jalur dan Nilai tahanan pentanahan
kaki tower.

Gambar 5.13 Rambu identifikasi tower


- Anti Climbing Device (ACD), berfungsi untuk menghalangi orang yang tidak
berkepentingan untuk naik ke tower. ACD dibuat runcing, berjarak 10 cm dengan yang
lainnya dan dipasang di setiap kaki tower dibawah Rambu tanda bahaya.

Gambar 5.14 Anti Climbing Device (ACD)


- Step bolt, baut panjang yang dipasang dari atas ACD ke sepanjang badan tower hingga super
structure dan arm kawat petir. Berfungsi untuk pijakan petugas sewaktu naik maupun turun
dari tower.
Gambar 5.15 Step bolt pada Tower
- Halaman tower, daerah tapak tower yang luasnya diukur dari proyeksi keatas tanah galian
pondasi. Biasanya antara 3 hingga 8 meter di luar stub tergantung pada jenis tower .

VI. KARAKTERISTIK LISTRIK DARI SALURAN TRANSMISI


Yang dimaksud dengan karrakteristik listrik dari saluran transmisi ialah konsanta-konstanta
saluran, yaitu : tahanan R, induktansi L, konduktansi G, daan kapasitansi C. Pada saluran udara
konduktansi G sangat kecil sehingga dengan mengabaikan konduktansi G itu perhitungan-perhitungan
akan jauh lebih mudah dan pengaruhnyapun masih dalam batas-batas yang dapat dibaikan.
1. Tahanan
Tahanan drari suatu konduktor (kawat penghantar) diberikan oleh :
𝑙
R=ρ
𝐴

Dimana : ρ = resistivitas
l = panjang kawat
A = luas penampang
Tahanan kawat berubah oleh temperatur. Dalam batas temperatur 100C sampai 1000C, maka
untuk kawat tembaga dan aluminium berlaku rumus :
Rt2 = Rt1 [1 + αt1 (t2 – t1)
Dimana : Rt2 = tahanan pada temperatur t2
Rt1 = tahanan pada temperatur t1
αt1 = koefisien temperatur dari tahanan pada temperatur t1 C0.
2. Induktansi dan reaktansi induktif dari rangkaian fasa tunggal
Dalam penurunan rumus-rumus untuk induktansi dan reaktansi induktif dari sesuatu
konduktor biasanya diabaikan dua faktor yaitu :
 Efek kulit (skin effect)
 Efek sekitar (proximity effect)
Efek kulit adalah gejala pada arus bolak balik, bahwa kerapatan arus dalam penampang
konduktor tersebut makin besar ke arah permukaan kawat. Tetapi bila kita hanya meninjau
frekuensi kerja (50Hz atau 50Hz) maka pengaruh efek kulit itu sangat kecil.
Efek sekita adalah pengaruh dari kawat lain yang berada disamping kawat yang pertama
(yang ditinjau) sehingga distribusi fluks tidak simetris lagi. Tetapi bila radius konduktor kecil
terhadap jarak antara kedua kawat maka efek sekitar ini sangat kecil dan dapat diabaikan.
3. Induktansi dan reaktansi induktif dari rangkaian fasa tiga
 Jarak-jarak antara ketiga kawat sama (simetris)
 Jarak-jarak antara ketiga kawat tidak sama
Bila jarak-jarak antara ketiga kawat itu tidak sama maka fluks lingkup pada kawat 1
tergantung dari arus i2 dan i3, demikian juga reaktansi X1, X2, dan X3 tidak sama.
Untuk mengatasi kesulitan ini, kawat-kawat dari rangkaian fasa tiga sering di traansposisi
pada jarak-jarak tertentu, sehingga tiap-tiap fasa menduduki tiap kedudukan kawat untuk
1/3 dari panajang kawat. Keaddan ini paling tidak membutuhkan paling sedikit dua titik
transposisi, sehingga membagi jarak itu dalam tiga daerah.
4. Kapasitansi dan reaktansi kapasitif
 Rangkaian fasa tunggal
Bila ada dua kawat paralel dipisahkan oleh media isolasi akan terbentuk kapasitor,
jadi mempunyai sifat untuk menyimpan muatan listrik . Bila suatu perbedaan
tegangan dipertahankan antara kedua kawat maka muatan listrik pada kawat tersebut
mempunyai tanda-tanda yang berlawanan, perbedaan tegangan akan timbul antara
kedua kawt tersebut.
 Rangkaian fasa tiga
Didalam praktek yang paling sering kita hadapi adalah rangkaian-rangkaian fasa tiga.
Bila kawat 1, 2 dan 3 mempunyai muatan q1, q2 dan q3 untuk panjang kawat h, maka
potensial tiap-tiap kawat dapat ditentukan dengan jalan superposisi dari ketiga medan
listrik yang ada.
5. Konduktor berkas (bundled conductors)
Pada saluran tegangan ekstra tinggi yaitu pada tegangan yang lebih tinggi dri 230Kv, rugi-
rugi korona terutama interferensi dengan saluran komunikasi sudah sangat besar bila saluran
transmisi itu hanya mempunyai satu konduktor per fasa. Untuk mengurangi gradien tegangan
dengan demikian mengurangi rugi-rugi korona dan interferensi dengan saluran komunikasi,
jumlah konduuktor per fasa dibuat 2, 3, 4 atau lebih. Saluran yang demikian disebutt saluran
tansmisi dengan konduktor berkas. Dengan menggunnakan dua atau lebih konduktor per fasa
maka reaktansi saluran juga akan lebih kecil dan kapasitas hantar bertambah besar.
VII. PROTEKSI SISTEM TRANSMISI LISTRIK
Saluran transmisi listrik merupakan suatu sistem yang kompleks yang mempunyai
karakteristik yang berubah-ubah secara dinamis sesuai keadaan sistem itu sendiri. Adanya perubahan
karakteristik ini dapat menimbulkan masalah jika tidak segera antisipasi. Dalam hubungannya dengan
sistem proteksi/ pengaman suatu sistem transmisi, adanya perubahan tersebut harus mendapat
perhatian yang besar mengingat saluran transmisi memiliki arti yang sangat penting dalam proses
penyaluran daya. Masalah-masalah yang timbul pada saluran transmisi, diantaranya yang utama
adalah :
1. Pengaruh Perubahan Frekuensi Sistem
Frekuensi dari suatu sistem daya berubah secara terus menerus dalam suatu nilai batas
tertentu. Pada saat terjadi gangguan perubahan frekuensi dapat merugikan baik terhadap
peralatan ataupun sistem transmisi itu sendiri. Pengaruh yang Transmission of Electrical
Energy 22 disebabkan oleh perubahan frekuensi ini terhadap saluran transmisi adalah
pengaruh pada rekatansi. Dengan perubahan frekuensi dari ω1 ke ω1’ dengan kenaikan Δ
ω1, reaktansi dari saluran akan berubah dari X ke X’ dengan kenaikan ΔX.
Perubahan rekatansi ini akan berpengaruh terhadap pengukuran impedansi sehingga
impedansi yang terukur karena adanya perubahan pada nilai komponen reaktansinya akan
berbeda dengan nilai sebenarnya.
2. Pengaruh Dari Ayunan Daya Pada Sistem
Ayunan daya terjadi pada sistem paralel pembangkitan (generator) akibat hilangny
sinkronisasi salah satu generator sehingga sebagian generator menjadi motor dan sebagian
berbeban lebih dan ini terjadi bergantian atau berayun. Adanya ayunan daya ini dapat
menyebabkan kestabilan sistem terganggu. Ayunan daya ini harus segera diatasi dengan
melepaskan generator yang terganggu. Pada saluran transmisi adanya ayunan daya ini
tidak boleh membuat kontinuitas pelayanan terganggu, tetapi perubahan arus yang terjadi
pada saat ayunan dayA bisa masuk dalam jangkauan sistem proteksi sehingga
memutuskan aliran arus pada saluran transmisi.
3. Pengaruh gangguan pada sistem transmisi
Saluran transmisi mempunyai resiko paling besar bila mengalami gangguan, karena ini
akan berarti terputusnya kontinuitas penyaluran beban. Terputusnya penyaluran listrik
dari pusat pembangkit ke beban tentu sangat merugikan bagi pelanggan terutama industri,
karena berarti terganggunya kegiatan operasi diindustri tersebut. Akan tetapi adakalanya
gangguan tersebut tidak dapat dihindari. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk
mengurangi akibat adanya gangguan tersebut atau memisahkan bagian yang terganggu
dari sistem.
Gangguan pada saluran transmisi merupakan 50% dari seluruh gangguan yang terjadi
pada sistem tenaga listrik. Diantara gangguan tersebut gangguan yang terbesar adalah
gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, yaitu sekitar 85% dari total gangguan pada
transmisi saluran udara.
Sistem proteksi sistem tenaga listrik adalah pengisolasian kondisi abnormal pada sistem
tenaga listrik untuk meminimalisir pemadaman dan kerusakan yang lebih lanjut. Dalam
merancang sistem proteksi, dikenal beberapa falsafah proteksi, yaitu :
1. Ekonomi, peralatan proteksi mempunyai nilai ekonomi
2. Selektif, dapat mendeteksi dan mengisolasi gangguan
3. ketergantungan, proteksi hanya bekerja jika t5erjadi gangguan.
4. Sensitif, mampu mengenali gangguan, sesuai setting yang ditentukan, walaupun
gangguannya kecil.
5. mampu bekerja dalam waktu yang sesingkat mungkin
6. Stabil, proteksi tidak mempengaruhi kondisi yang normal.
7. keamanan, memastikan proteksi tidak bekerja jika terjadi gangguan
Proteksi pada sistem transmisi terdiri dari seperangkat peralatan yang merupakan sistem yang
terdiri dari komponen-komponen berikut :
 Relay, sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya
perintah trip kepada Pemutus tegangan (PMT)
 Trafo arus dan/atau trafo tegangan sebagai alat yang mentransfer besaran listrik
primer dari sistem yang diamankan ke relay (besaran Listrik Sekunder).
a. pemutus tenaga untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu.
b.Baterai beserta alat pengisi (Baterai Charger) sebagai sumber tenaga untuk
bekerjanya relay, peralatan Bantu triping.
c. pengawatan (wiring) yang terdiri dari sirkuit sekunder (arus dan/atau tegangan),
sirkuit triping dan peralatan Bantu.

Secara garis besar bagian dari relay proteksi terdiri dari 3 bagian utama seperti pada blok
diagaram dibawah :

Gambar 6.1 Blok diagram Relay proteksi


Masing-masing elemen/bagian mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Elemen peengindra, elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran listrik, seperti
arus, tegangan, frekuensi, dan sebagainyatergantung relay yang dipergunakan. Pada
bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya, apakah keadaan yang
diproteksi itu mendapatkan gangguan atau dalam keadaan normal, untuk selanjutnya
besaran tersebut dikirim ke elemen pembanding.
2. Elemen Pembanding, elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebh dahulu
besaran itu diterima oleh elemen pengindera untuk membandingkan besaran listrik pada
saat keadaan normal dengan besaran arus kerja relay.
3. Elemen pengukur, elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepat pada
besaran ukurnya dan akan segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau
memberikan sinyal. Pada sistem proteksi menggunakan relay proteksi sekunder seperti
gambar :

Gambar 6.2 Rangkaian Proteksi Relai


Transformator arus (CT) berfungsi sebagai alat pengindera yang merasakan apakah keadaan
yang diproteksi dalam keadaan normal atau mendapat gangguan. Sebagai alat pembanding
sekaligus alat pengukur adalah relay, yang bekerja setelah mendapatkan besaran dari alat
pengindera dan membandingkan dengan besar arus penyetelan dari kerja relay. Apabila
besaran tersebut tidak setimbang atau melebihi besar arus penyetelannya, maka kumparan
relay akan bekerja mnearik kontak dengan cepat atau dengan waktu tunda dan memberikan
perintah pada kumparan penjatuh atau trip-coil untuk bekerja melepas PMT.
Perlengkapan Gardu Transmisi
 Busbar atau Rel, Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran
Udara TT, Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan
tenaga listrik/daya listrik.
 Ligthning Arrester, biasa disebut dengan Arrester dan berfungsi sebagai pengaman instalasi
(peralatan listrik pada instalasi Gardu Induk) dari gangguan tegangan lebih akibat sambaran
petir (ligthning Surge).
 Transformator instrument atau Transformator ukur, Untuk proses pengukuran. Antara
lain :
- Transformator Tegangan, adalah trafo satu fasa yang menurunkan tegangan tinggi
menjadi tegangan rendah yang dapat diukur dengan Voltmeter yang berguna untuk indikator,
relai dan alat sinkronisasi.
- Transformator arus, digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan amper lebih
yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Disamping itu trafo arus berfungsi juga untuk
pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak jauh dan rele proteksi.
- Transformator Bantu (Auxilliary Transformator), trafo yang digunakan untuk
membantu beroperasinya secara keseluruhan gardu induk tersebut.
 Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS), Berfungsi untuk mengisolasikan
peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang bertegangan.
 Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB), Berfungsi untuk
menghubungkan dan memutuskan rangkaian pada saat berbeban (pada kondisi arus beban
normal atau pada saat terjadi arus gangguan)
 Sakelar Pentanahan, Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah /
bumi yang berfungsi untuk menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada konduktor
pada saat akan dilakukan perawatan atau pengisolasian suatu sistem.
 Kompensator, alat pengubah fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran
transmisi atau transformator. SVC (Static Var Compensator) berfungsi sebagai pemelihara
kestabilan
 Peralatan SCADA dan Telekomunikasi, (Supervisory Control And Data Acquisition)
berfungsi sebagai sarana komunikasi suara dan komunikasi data serta tele proteksi dengan
memanfaatkan penghantarnya.
 Rele Proteksi, alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu peralatan listrik
saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi terjadinya kerusakan peralatan akibat
gangguan.

Kawat Tanah (Grounding)


Kawat Tanah atau Earth Wire (kawat petir/kawat tanah) adalah media untuk melindungi
kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang diatas kawat fasa dengan sudut
perlindungan yang sekecil mungkin, karena dianggap petir menyambar dari atas kawat.
Namun jika petir menyambar dari samping maka akan mengakibatkan kawat fasa tersambar
dan menyebabkan gangguan. Kawat pada tower tension dipegang oleh tension clamp,
sedangkan pada tower suspension dipegang oleh suspension clamp. Pada tension clamp
dipasang kawat jumper yang menghubungkan pada tower agar arus petir dapat terbuang
ketanah lewat tower. Umtuk keperluan perbaikan mutu pentanhan maka dari kawat jumper ini
ditambahkan kawat lagi menuju ke tanah yang kemudian dihubungkan dengan kawat
pentanahan.
Bahan Earth Wire terbuat dari steel yang sudah di galvanis, maupun sudah dilapisi dengan
alumunium. Jumlah kawat tanah paling tidak ada satu buah diatas kawat fasa, namun
umumnya disetiap tower dipasang dua buah. Pemasangan yang hanya satu buah untuk dua
penghantar akan membuat sudut perlindungan menjadi besar sehingga kawat fasa mudah
tersambar petir. Jarak antara groun wire dengan fasa di tower adalah sebesar jarak antar kawat
fasa.

Komponen Pengaman
 Komponen pengaman (pelindung) pada transmisi tenaga listrik memiliki fungsi sangat
penting
 Komponen pengaman pada saluran udara transmisi tegangan tinggi, antara lain :
- Kawat tanah, grounding dan perlengkapannya, dipasang di sepanjang jalur SUTT.
Berfungsi untuk mengetanahkan arus listrik saat terjadinya gangguan (sambaran) petir
secara langsung.
- Pentanahan tiang, Untuk menyalurkan arus listrik dari kawat tanah (ground wire) akibat
terjadinya sambaran petir. Terdiri dari kawat tembaga atau kawat baja yang di klem pada
pipa pentanahan dan ditanam di dekat pondasi tower (tiang) SUTT.
- Jaringan pengaman, berfungsi untuk pengaman SUTT dari gangguan yang dapat
membahayakan SUTT tersebut dari lalu lintas yang berada di bawahnya yang tingginya
melebihi tinggi yang dizinkan.
- Bola pengaman, dipasang sebagai tanda pada SUTT, untuk pengaman lalu lintas udara

Gangguan sistem tenaga listrik


Pada dasarnya suatu sistem tenaga listrik harus dapat beroperasi secara terusmenerus secara
normal, tanpa terjadi gangguan. Akan tetapi gangguan pada sistem tenaga listrik tidak dapat
dihindari. Gangguan dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :
 Gangguan karena kesalahan manusia (kelalaian)
 Gangguan dari dalam sistem, misalnya karena faktor ketuaan, arus lebih, tegangan
lebih sehingga merusak isolasi peralatan.
 Gangguan dari luar, biasanya karena faktor alam. Contohnya cuaca, gempa, petir,
banjir, binatang, pohon dan lain-lain.

Jenis-jenis gangguan
 Beban lebih, ini disebabkan karena memang keadaan pembangkit yang kurang dari kebutuhan
bebannya.
 Hubung singkat, jika kualitas isolasi tidak memenuhi syarat, yang mungkin disebabkan faktor
umur, mekanis, dan daya isolasi bahan isolator tersebut.
 Tegangan lebih, yang membahayakan isolasi peralatan di gardu.
 Gangguan stabilitas, karena hubung singkat yang terlalu lama.

VIII. SISTEM INTERKONEKSI KELISTRIKAN


Sistem interkoneksi kelistrikan merupakan sistem terintegrasinya seluruh pusat pembangkit
menjadi satu sistem pengendalian. Dengan cara ini akan diperoleh suatu keharmonisan antara
pembangunan stasiun pembangkit dengan saluran transmisi dan saluran disribusi agar bisa
menyalurkan daya dari stasiun pembangkit ke pusat beban secara ekonomis, efesien, dan optimum
dengan keandalan yang tinggi.
Keandalan sistem merupakan probabilitas bekerjanya suatu peralatan dengan komponen-
komponennya atau suatu sistem sesuai dengan fungsinya dalam periode dan kondisi operasi tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keandalan sistem tersebut adalah kemampuan untuk mengadakan
perubahan jaringan atau peralatan pembangkitan dan perbaikan dengan segera terhadap peralatan
yang rusak.

Keuntungan sistem interkoneksi, antara lain bisa memperbaiki dan mempertahankan keandalan
sistem, harga operasional relatif rendah sehingga menjadikan harga listrik per KWH yang diproduksi
lebih murah. Hal ini dengan asumsi bahwa pembangunan pembangkit dengan kapasitas yang besar
akan menekan harga listrik.

Prinsip Dasar Sistem Interkoneksi


Jika suatu daerah memerlukan beban listrik yang lebih besar dari kapasitas bebannya maka
daerah itu perlu beban tambahan yang harus disuplai dari 2 stasiun yang jaraknya cukup jauh.
Agar diperoleh sistem penyaluran tenaga listrik yang baik, diperlukan sistem interkoneksi.
Dengan interkoneksi dimungkinkan tidak terjadi pembebanan lebih pada salah satu stasiun
dan kebutuhan beban bisa disuplai dari kedua stasiun secara seimbang. Kedua stasiun
pembangkit SI dan S2, selain memberikan arus listrik pada beban di sekitarnya, juga
menyalurkan arus listrik I1 dan I2 pada beban melalui jaringan transmisi 1 dan 2. Stasiun
tenaga dihubungkan dengan menggunakan interkonektor, sedangkan penyaluran tenaga listrik
berlangsung seperti ditunjukkan anak panah pada gambar berikut. Oleh karena beban lokal di
sekitar stasiun dihubungkan pada stasiun S1 dan S2 maka tegangan pada bus barnya harus
dijaga agar konstan seperti tegangan pada beban konsumen. Agar kedua jaringan transmisi
bisa menyalurkan daya yang sama dan sistem beroperasi pada terminal yang sama, maka
diperlukan peralatan regulasi yang dipasang pada akhir pengiriman masing-masing jaringan
transmisi dan interkonektor. Untuk memperoleh stabilitas operasi dari sistem interkoneksi
stasiun pembangkit, maka kedua sistem harus diinterkoneksikan melalui sebuah reaktor,
sehingga tenaga listrik akan mengalir dari stasiun satu ke stasiun lainnya sebagaimana
diperlukan pada kondisi operasi.

IX. GANGGUAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK


 Faktor-faktor Penyebab Gangguan
Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak komponen dan sangat
kompleks. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan pada
sistem tenaga listrik, antara lain sebagai berikut.
 Faktor Manusia
Faktor ini terutama menyangkut kesalahan atau kelalaian dalam memberikan perlakuan
pada sistem. Misalnya salah menyambung rangkaian, keliru dalam mengkalibrasi suatu
piranti pengaman, dan sebagainya.
 Faktor Internal
Faktor ini menyangkut gangguan-gangguan yang berasal dari sistem itu sendiri. Misalnya
usia pakai (ketuaan), keausan, dan sebagainya. Hal ini bias mengurangi sensitivitas relai
pengaman, juga mengurangi daya isolasi peralatan listrik lainnya.
 Faktor Eksternal
Faktor ini meliputi gangguan-gangguan yang bersal dari lingkungan di sekitar sistem.
Misalnya cuaca, gempa bumi, banjir, dan sambaran petir. Di samping itu ada
kemungkinan gangguan dari binatang, misalnya gigitan tikus, burung, kelelawar, ular,
dan sebagainya.
 Jenis Gangguan
Jika ditinjau dari sifat dan penyebabnya, jenis gangguan dapat dikelompokkan sebagai
berikut.
 Tegangan Lebih (Over Voltage)
Tegangan lebih merupakan suatu gangguan akibat tegangan pada sistem tenaga listrik
lebih besar dari seharusnya. Gangguan tegangan lebih dapat terjadi karena kondisi
eksternal dan internal pada sistem berikut ini.
1. Kondisi Internal
Hal ini terutama karena isolasi akibat perubahan yang mendadak dari kondisi
rangkaian atau karena resonansi. Misalnya operasi hubung pada saluran tanpa
beban, perubahan beban yang mendadak, operasi pelepasan pemutus tenaga yang
mendadak akibat hubungan singkat pada jaringan, kegagalan isolasi, dan
sebagainya.
2. Kondisi Eksternal
Kondisi eksternal terutama akibat adanya sambaran petir. Petir terjadi disebabkan
oleh terkumpulnya muatan listrik, yang mengakibatkan bertemunya muatan
positif dan negatif.pertemuan ini berakibat terjadinya beda tegangan antara awan
bermuatan posisif dengan muatan negatif, atau awan bermuatan positif atau
negatif dengan tanah. Bila beda tegangan ini cukup tinggi maka akan terjadi
loncatan muatan listrik dari awan ke awan atau dari awan ke tanah.
Jika ada menara (tiang) listrik yang cukup tinggi maka awan bermuatan yang
menuju ke bumi ada kemungkinan akan menyambar menara atau kawat tanah
dari saluran transmisi dan mengalir ke tanah melalui menara- dan tahanan
pentanahan menara. Bila arus petir ini besar, sedangkan tahanan tanah menara
kurang baik maka kan timbul tegangan tinggi pada menaranya. Keadaan ini akan
berakibat dapat terjadinya loncatan muatan dari menara ke penghantar fase. Pada
penghantar fase ini akan terjadi tegangan tinggi dan gelombang tegangan tinggi
petir yang sering disebut surja petir. Surja petir ini akan merambat atau mengalir
menuju ke peralatan yang ada di gardu induk.
 Hubung Singkat
Hubung singkat adalah terjadinya hubungan penghantar bertegangan atau penghantar
tidak bertegangan secara langsung tidak melalui media (resistor/beban) yang semestinya
sehingga terjadi aliran arus yang tidak normal (sangat besar). Hubung singkat merupakan
jenis gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik, terutama pada saluran udara
3 fase. Meskipun semua komponen peralatan listrik selalu diisolasi dengan isolasi padat,
cair (minyak), udara, gas, dan sebagainya. Namun karena usia pemakaian, keausan,
tekanan mekanis, dan sebab-sebab lainnya, maka kekuatan isolasi pada peralatan listrik
bisa berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Hal ini akan mudah menimbulkan hubung
singkat. Pada beban isolasi padat atau cair, gangguan hubung singkat bisanya
mengakibatkan busur api sehingga menimbulkan kerusakan yang tetap dan gangguan ini
disebut gangguan permanen (tetap). Pada isolasi udara yang biasanya terjadi pada saluran
udara tegangan menengah atau tinggi, jika terjadi busur api dan setelah padam tidak
menimbulkan kerusakan, maka gangguan ini disebut gangguan temporer (sementara).
Arus hubung singkat yang begitu besar sangat membahayakan peralatan, sehingga untuk
mengamankan perlatan dari kerusakan akibat arus hubung singkat maka hubungan
kelistrikan pada seksi yang terganggu perlu diputuskan dengan peralatan pemutus tenaga
atau circuit breaker (CB). Gangguan hubung singkat yang sering terjadi pada sistem
tenaga listrik 3 fase sebagai berikut.
a) satu fase dengan tanah
b) fase dengan fase
c) 2 fase dengan tanah
d) Fase dengan fase dan pada waktu bersamaan dari fase ke 3 dengan tanah
e) 3 fase dengan tanah
f) Hubung singkat 3 fase
Empat jenis gangguan pertama menimbulkan arus gangguan tidak simetris
(unsymetrical short-circuit). Sedangkan dua jenis gangguan terakhir menimbulkan
arus gangguan hubung singkat simetris (symtrical short-cirt\cuit). Perhitungan arus
hubung singkat sangat penting untuk menentukan kemampuan pemutus tenaga dan
untuk koordinasi pemasangan relai pengaman.

 Beban Lebih (Over Load)


Beban lebih merupakan gangguan yang terjadi akibat konsumsi energi listrik melebihi
energi listrik yang dihasilkan pada pembangkit. Gangguan beban lebih sering terjadi
terutama pada generator dan transfornator daya. Ciri dari beban lebih adalah terjadinya
arus lebih pada komponen. Arus lebih ini dapat menimbulkan pemanasan yang berlebihan
sehingga bisa menimbulkan kerusakan pada isolasi. Pada tarnsformator distribusi
sekunder yang menyalurkan eneergi listrik pada konsumen akan memutuskan aliran
melalui relai beban lebih jika konsumsi tenaga listrik oleh konsumen melebihi
kemampuan transformator tersebut.
 Daya Balik (Reserve Power)
Daya balik merupakan suatu gangguan berubahnya fungsi generator menjadi motor
(beban) pada sistem pembangkit tenaga listrik. Gangguan ini terjadi pada sistem tenaga
lsitrik yang terintegrasi (interconnected system). Pada kondisi normal generator-generator
yang tersambung secara paralel akan bekerja secara serentak dalam membangkitkan
tenaga listrik. Namun karena sesuatu sebab, misalnya gangguan hubung singkat yang
terlalu lama, gangguan medan magnet, dan sebagainya, maka akan terjadi ayunan putaran
rotor sebagian dari generator pada sistem tersebut. Ayunannya bisa lebih cepat atau lebih
lambat dari putaran sinkron. Hal ini menyebabkan sebagian generator menjadi motor dan
sebagian berbeban lebih. Dengan demikian terjadi aliran tenaga listrik yang berbalik,
yaitu generator yang seharusnya menghasilkan tenaga listrik, justru berbalik menjadi
motor yang menyerap tenaga listrik. Kejadian ini akan terjadi pada sistem tegangan tinggi
atau ekstra tinggi yang lebih luas, misalnya pada sistem tenaga listrik terintegrasi (Jawa-
Bali). Cara untuk mengatasi gangguan ini adalah dengan melepas generator yang
terganggu atau melepas daerah yang terjadi hubung singkat secepat mungkin. Gangguan
ini dapat membahayakan generator itu sendiri atau membahayakan sistemnya. Untuk
mengamankan gangguan di atas biasanya pada penyerentakan generator telah dilengkapi
dengan relai daya balik (reserve power relay).
X. PENCEGAHAN GANGGUAN
Sistem tenaga listrik dikatakan baik apabila dapat mencatu dan menyalurkan tenaga listrik ke
konsumen dengan tingkat keandalan yang tinggi. Keandalan di sini meliputi kelangsungan, stabilitas,
dan harga per KWH yang terjangkau oleh konsumen. Pemadaman listrik sering terjadi akibat
gangguan yang tidak bisa diatasi oleh system pengamannya. Keadaan ini akan sangat mengganggu
kelangsungan penyaluran tenaga listrik. Naik turunnya kondisi tegangan dan catu daya listrik pun bisa
merusakkan perlatan listrik.
Sebagaimana dijelaskan di muka, ada beberapa jenis gangguan pada saluran tenaga listrik yang
memang tidak semuanya bisa dihindarkan. Untuk itu perlu dicari upaya pencegahan agar bisa
memperkecil kerusakan pada peralatan listrik, terutama pada manusia akibat adanya gangguan.
Menurut J. Soekarto (1985), pencegahan pada gangguan pada system tenaga listrik bisa dikategorikan
menjadi 2 langkah sebagai berikut.
1. Usaha Memperkecil Terjadinya Gangguan
Cara yang ditempuh, antara lain :
 membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan;
 membuat koordinasi isolasi yang baik antara ketahanan isolasi peralatan dan
penangkal petir (arrester);
 membuat kawat tanah dan membuat tahanan tanah pada kaki menara sekecil
mungkin, serta selalu mengadakan pengecekan;
 membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh luar mekanis dan
mengurangi atau menghindarkan sebab-sebab gangguan karena binatang,
polusi, kontaminasi, dan lain-lainnya;
 pemasangan yang baik, artinya pada saat pemasangan harus mengikuti
peraturan-peraturan yang baku;
 menghindari kemungkinan kesalahan operasi, yaitu dengan membuat prosedur
tata cara operasional (standing operational procedur) dan membuat jadwal
pemeliharaan rutin;
 memasang kawat tanah pada SUTT dan gardu induk untuk melindungi
terhadap sambaran petir;
 memasang lightning arrester (penangkal petir) untuk mencegah kerusakan
pada peralatan akibat sambaran petir.

2. Usaha Mengurangi Kerusakan Akibat Gangguan


Beberapa cara untuk mengurangi pengaruh akibat gangguan, antara lain sebagai
berikut.
 Megurangi akibat gangguan, misalnya dengan membatasi arus hubung singkat,
caranya dengan menghindari konsentrasi pembangkitan atau dengan memakai
impedansi pembatas arus, pemasangan tahanan, atau reaktansi untuk sistem
pentanahannya sehingga arus gangguan satu fase terbatas. Pemakaian peralatan
yang tahan atau andal terhadap terjadinya arus hubung singkat.
 Secepatnya memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan memakai
pengaman lebur atau dengan relai pengaman dan pemutus beban dengan
kapasitas pemutusan yang memadai;
 Merencanakan agar bagian sistem yang terganggu bila harus dipisahkan dari
sistem tidak akan mengganggu operasi sistem secara keseluruhan atau
penyaluran tenaga listrik ke konsumen tidak terganggu. Hal ini bisa dilakukan,
misalnya dengan
 memakai saluran ganda atau saluran yang membentuk ring;
 memakai penutup balik otomatis;
 memakai generator cadangan atau pembangkitan siap pakai
 Mempertahankan stabilitas sistem selama terjadi gangguan, yaitu dengan
memakai pengatur tegangan otomatis yang cepat dan karakteristik kestabilan
generator yang memadai.
 Membuat data/pengamatan gangguan yang sistematis dan efektif, misalnya
dengan menggunakan alat pencabut gangguan untuk mengambil langkah-langkah
pencegahan lebih lanjut.

XI. KATEGORI SALURAN TRANSMISI


1. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan
Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
 saluran udara (overhead lines); saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui
kawat-kawat yang digantung pada isolator antar menara atau tiang transmisi. Keuntungan
dari saluran transmisi udara adalah lebih murah, mudah dalam perawatan, mudah dalam
mengetahui letak gangguan, mudah dalam perbaikan, dan lainnya. Namun juga memiliki
kerugian, antara lain: karena berada di ruang terbuka, maka cuaca sangat berpengaruh
terhadap keandalannya, dengan kata lain mudah terjadi gangguan, seperti gangguan
hubung singkat, gangguan tegangan lebih karena tersambar petir, dan gangguan-
gangguan lainnya. Dari segi estetika/keindahan juga kurang, sehingga saluran transmisi
bukan pilihan yang ideal untuk suatu saluran transmisi didalam kota.
 saluran kabel tanah (underground cable); saluran transmisi yang menyalurkan energi
listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah. Kategori saluran transmisi seperti ini
adalah yang favorite untuk pemasangan di dalam kota, karena berada didalam tanah,
maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah terjadi gangguan akibat
kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun juga memilik kekurangan. Seperti: mahalnya
biaya investasi dan sulitnya menentukan titik gangguan dan perbaikannya.

2. Kategori saluran transmisi berdasarkan arus listrik


Dalam dunia kelistrikan, dikenal dua kategori arus listrik, yaitu arus bolak-balik
(Alternating Current/AC) dan arus searah (Direct Current/DC). Oleh karena itu ,
berdasarkan jenis arus listrik yang mengalir di saluran transmisi, maka saluran transmisi
terdiri dari:
 saluran transmisi AC; didalam system AC, penaikan dan penurunan tegangannya sangat
mudah dilakukan dengan bantuan transformator dan juga memiliki 2 sistem, sistem fasa
tunggal dan sistem fasa tiga sehingga saluran transmisi AC memiliki
keuntunganIlainnya,IantaraIlain:
a.IdayaIyangIdisalurkanIlebihIbesar
b.InilaiIsesaatI(instantaneousIvalue)nyaIkonstan,Idan
c. mempunyai medan magnet putar
selain keuntungan-keuntungan yang disebutkan diatas, saluran transmisi AC juga memilik
kerugian, yaitu: tidak stabil, isolasi yang rumit dan mahal (mahal disini dalam artian
untuk menyediakan suatu isolasi yang memang aman dan kuat).
 saluran transmisi DC; dalam saluran transmisi DC, daya guna atau efesiensinya tinggi
karena mempunyai factor daya = 1, tidak memiliki masalah terhadap stabilitas terhadap
system, sehingga dimungkinkan untuk penyaluran jarak jauh dan memiliki isolasi yang
lebih sederhana. Berhubungan dengan keuntungan dan kerugiannya, dewasa ini saluran
transmisi di dunia sebagian besar menggunakan saluran transmisi AC. Saluran transmisi
DC baru dapat dianggap ekonomis jika jarak saluran udaranya antara 400km sampai
600km, atau untuk saluran bawah tanah dengan panjang 50km. hal itu disebabkan karena
biaya peralatan pengubah dari AC ke DC dan sebaliknya (converter & inverter) masih
sangat mahal, sehingga dari segi ekonomisnya saluran AC akan tetap menjadi primadona
dari saluran transmisi.

XII. KARAKTERISTIK PEMBANGKIT LISTRIK


Sangat penting untuk mengenal karakteristik pembangkit listrik yang berguna untuk
meminimalisir pembiayaan bahan baku energi. Ketika sudah mengenal karakteristik pembangkit
listrik maka pengaturan output pembangkit dapat diatur dengan baik. Berdasarkan karakteristik
pembangkit listrik, dapat dibuat model secara matematis untuk proses optimasi agar dihasilkan biaya
pembangkitan yang ekonomis.
Ada berbagai macam jenis pembangkit listrik yaitu Pembangkit Listrik Tenaga air (PLTA),
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas Alam (PLTG), Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan Pembangkit
Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU).
Ada berbagai macam jenis pembangkit listrik yaitu Pembangkit Listrik Tenaga air (PLTA),
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas Alam (PLTG), Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan Pembangkit
Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU).
Pengoptimasian pada kedua klasifikasi pembangkit tersebut sangatlah penting untuk
memenuhi kebutuhan beban dengan biaya minimum. Namun, di antara dua karakteristik pembangkit
tersebut, pembangkit thermal cukup menjadi perhatian dikarenakan biaya bahan bakar dan sering
berubah. Oleh karena itu, untuk lebih lanjutnya akan banyak dibahas mengenai pembangkit thermal
ini.
Mengoperasikan suatu sistem tenaga listrik yang tediri dari beberapa pusat pembangkit listrik
memerlukan suatu koordinasi yang tepat dalam melakukan penjadwalan pembebanan besarnya daya
listrik yang dibangkitkan oleh masing-masing pembangkit listrik, sehingga diperoleh biaya
pembangkit yang minimum.
Terdapat dua pokok permasalahan yang harus dipecahkan dalam operasi ekonomis
pembangkitan pada sistem tenaga listrik yaitu :
Pengaturan Unit Pembangkit (Unit Commitment)
Penanganan biaya operasi pembangkit tenaga listrik bisa diminimalkan dengan cara mencari
kombinasi yang tepat dari unit pembangkit yang ada. Hal ini dikenal dengan pengaturan unit
pembangkit. Pada pengaturan unit akan dibuat skema urutan prioritas,
yaitu metode pengoperasian unit pembangkit berdasarkan total biaya rata-rata bahan bakar
yang paling murah. Pengaturan unit ini dilakukan untuk menentukan unit mana saja yang
beroperasi dan tidak beroperasi pada jam tertentu sehingga dapat dibuat kombinasi operasi
dari unit-unit yang ada. Dalam mengatur unit-unit tersebut digunakan pertimbangan teknis
dan ekonomis.
Penjadwalan Ekonomis (Economic Dispatch)
Penjadwalan ekonomis merupakan suatu usaha untuk menentukan besar daya yang harus
disuplai dari tiap unit generator untuk memenuhi beban tertentu dengan cara membagi beban
tersebut pada unit-unit pembangkit yang ada dalam sistem secara optimal ekonomis dengan
tujuan meminimumkan biaya operasi pembangkitan.
Penjadwalan ekonomis (Economic Dispatch) merupakan salah satu pokok permasalahan
dalam operasi ekonomis sistem tenaga listrik yang akan dibahas lebih detail khususnya dalam
kasus pembangkit thermal pada penulisan ini.
Unit Pembangkit Thermal
Secara umum, unit pembangkit thermal terdiri dari boiler, turbin, dan generator yang
digunakan untuk mengubah bahan bakar menjadi energi listrik. Unit pembangkit thermal bisa
dilihat seperti pada gambar 11.1 berikut ini:

Gambar 11.1 Sistem Pembangkit Thermal


Dari gambar diatas, maka dapat diketahui beberapa karakteristik dari unit pembangkit thermal
yaitu :
 Karakteristik Input Output Pembangkit Thermal
Karakteristik input-output pembangkit menggambarkan hubungan antara input bahan bakar
(Rp/jam) dan output yang dihasilkan oleh pembangkit (MW). Dengan mengetahui perbedaan
karakteristik di antara semua pembangkit yang ada, optimasi pengoperasian pembangkit dapat
dilakukan. Secara umum, karakteristik input-output pembangkit didekati dengan fungsi
polinomial yaitu :
F(P) = ai + bi + ci Pi2
Dimana :
F(P) atau H = input bahan bakar (Btu/jam)
F = biaya bahan bakar pembangkit thermalke- i (Rp/jam)
Pi = output pembangkit termal ke- I (MW)
ai, bi, ci = konstanta input-output pembangkitthermal ke- i ( Rp/MW.jam)
i : indeks pembangkit ke i (i =1,2,3,.....N)
Gambar 11.2 Kurva Karakteristik Input-Output Unit Thermal
Gambar 11. 2 ini menunjukkan karakteristik input dan output dari unit thermal dalam bentuk
yang ideal. Input dari pembangkit ditunjukkan pada sumbu tegak yaitu energi panas yang
dibutuhkan dalam bentuk Mbtu/h (Million of btu per hour) karena digunakan satuan British
Temperatur Unit (apabila menggunakan SI menjadi MJ/h atau Kcal/H) atau biaya total per
jam (Rp/jam). Output dari pembangkit ditunjukkan pada sumbu mendatar yaitu daya listrik,
yang memiliki batas-batas kritis operasi yaitu daya maksimum dan minimum dari
pembangkit.

 Karakteristik Kenaikan Biaya atau Panas Pembangkit Thermal


Karakteristik lain yang perlu untuk diketahui dari suatu unit pembangkit thermal adalah
karakteristik laju kenaikan panas yang dapat juga dikatakan sebagai karakteristik kenaikan
biaya. Bentuk karakteristik laju kenaikan panas ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Karakteristik ini merupakan suatu kemiringan (slope) dari karakteristik input dan output. Pada
karakteristik ini ditunjukkan nilai Btu per kWh
atau Rp/kWh terhadap daya keluaran dalam satuan MW. Karakteristik ini lebih lanjut
digunakan untuk perhitungan pembebanan ekonomis dari unit pembangkit. Jika persamaan
input-output unit pembangkit dinyatakan dalam pendekatan (aproksimasi) dengan
menggunakan persamaan kuadrat, maka karakteristik kenaikan biaya akan mempunyai bentuk
garis lurus(Saadat,2004:271). Kurva Karakteristik Kenaikan Biaya atau Panas Pembangkit
Thermal dapat dilihat pada gambar 2.5 dibawah ini:
Gambar 11.3 Kurva Karakteristik Kenaikan Biaya atau Panas Unit Thermal

 Karakteristik Efisiensi Terhadap Output


Karakteristik laju panas juga salah satu karakteristik yang perlu diketahui. Pada karakteristik
ini, input merupakan jumlah panas per kilowattjam (Btu/kWh) dan output merupakan daya
listrik dalam satuan MW. Kurva Karakteristik Efisiensi Terhadap Output dapat dilihat pada
gambar 2.6 di bawah berikut:

Gambar 11.4 Kurva Karakteristik Efisiensi terhadap Output


Karakteristik laju panas ini menunjukkan kerja sistem dari sistem pembangkit thermal seperti
kondisi uap, temperatur panas, tekanan kondensor dan siklus aliran air secara keseluruhan.
Pada karakteristik terlihat bahwa efisiensi yang baik sebuah pembangkit termal terletak pada
daerah limit maksimalnya.
DAFTAR PUSTAKA

A.S. Pabla. Sistem Distribusi Daya Listrik. Penerbit : Erlangga. Jakarta. 1994

Aslimeri,dkk. Teknik Transmisi Tenaga Listrik Jilid 2

Kadir,Abdul. Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik.Penerbit : Universitas Indonesia.Jakarta.2000

Tenaga Litrik – Copper Developmentt Centre Souuth East Asia, 2001.

William..Stevenson. Analisis Sistem Tenaga Listrik Edisi 4

http://www.elektroindonesia.com/elektro/ener33a.html

http://www.scribd.com/presentation/251796998/Perencanaan-Sistem-Transmisi-Tenaga-Listrik

http://www.scribd.com /doc/143862490/makalah-Perencanaan-Sistem-Transmisi

http://www.scribd.com /doc/86231442/Kategori-Saluran-Transmisi-Berdasarkan-Pemasangan

http://www.scribd.com /doc/202476118/Klasifikasi-Saluran-Transmisi

Anda mungkin juga menyukai