Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Distribusi

2.1.1. Pengertian Sistem Distribusi

Distribusi adalah semua bagian yang termasuk dalam peralatan system

tenaga listrik yang mendistribusikan tenaga listrik dari gardu induk hingga ke kWh

meter pada konsumen melalui system jaringan tegangan menengah dan sisem

jaringan tegangan rendah. Sistem tenaga listrik dikatakan sebagai kumpulan

atau gabungan yang terdiri dari komponen-komponen atau alat – alat listrik

seperti generator, transformator, saluran transmisi, saluran distribusi dan beban

yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan sehingga membentuk

suatu sistem. Dalam kelistrikan, seringkali timbul persoalan-persoalan teknis,

dimana tenaga listrik pada umumnya dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu

yang jauh dari kumpulan pelanggan, sedangkan pemakai tenaga listrik atau

pelanggan tenaga listrik tersebar disegala penjuru tempat. Dengan demikian

maka penyaluran tenaga listrik dari pusat tenaga listrik sampai ketempat

pelanggan memerlukan berbagai penanganan teknis. Pada jaringan distribusi

biasanya menggunakan tegangan yang lebih rendah dari tegangan saluran

transmisi.

Sistem distribusi adalah suatu sistem jaringan distribusi yang terdiri dari

sejumlah peralatan listrik (peralatan gardu, proteksi dan lain-lain) dan orang yang

berada di dalamnya yang bekerja mendistribusikan energi listrik dari gardu induk

ke konsumen.

4
5

Gambar 2.1 Line Diagram Sistem Distribusi

2.1.2. Tujuan Opearasi Sistem Tenaga Listrik

Dalam mencapai tujuan dari operasi sistem tenaga listrik maka perlu diperhatikan

tiga hal berikut ini, yaitu

a. Ekonomi (economy),

b. Keandalan (security),

c. Kualitas (quality).

Ekonomi (economy) berarti listrik harus dioperasikan secara ekonomis, tetapi

dengan tetap memperhatikan keandalan dan kualitasnya.

Keandalan (security) merupakan tingkat keamanan sistem terhadap

kemungkinan terjadinya gangguan. Sedapat mungkin gangguan di pembangkit

maupun transmisi dapat diatasi tanpa mengakibatkan pemadaman di sisi

konsumen.
6

Kualitas (quality) tenaga listrik yang diukur dengan kualitas tegangan dan

frekuensi yang dijaga sedemikian rupa sehingga tetap pada kisaran yang

ditetapkan.

Gambar 2.2 Tujuan Operasi Sistem Tenaga Listrik

Didalam pelaksanaan pengendalian operasi sistem tenaga listrik, urutan prioritas

dari sasaran diatas bisa berubah-ubah tergantung pada kondisi real time. Pada

saat terjadi gangguan, maka keamanan adalah prioritas utama sedangkan mutu

dan ekonomi bukanlah hal yang utama. Demikian juga pada saat keamanan dan

mutu sudah bagus, maka selanjutnya ekonomi harus diprioritaskan.

Efisiensi produksi tenaga listrik diukur dari tingkat biaya yang digunakan untuk

membangkitkan tenaga listrik. Hal yang paling mudah dalam optimasi biaya

produksi tenaga listrik adalah dengan sistem Merit Order. Merit order ini adalah

suatu metode dimana pembangkit dengan biaya yang paling murah akan

diprioritaskan untuk beroperasi dibandingkan dengan yang lebih mahal, sampai

beban tenaga listrik tercukupi.


7

Tolok ukur dari kegiatan sistem operasi jaringan distribusi tenaga listrik memiliki

beberapa parameter, yaitu: mutu listrik, keandalan penyaluran tenaga listrik,

keamanan dan keselamatan serta biaya operasional. Sedangkan faktor yang

mempengaruhi sistem operasi jaringan distribusi tenaga listrik, adalah:

kelangsungan penyaluran, ukuran tingkat penyaluran, stabilitas frekuensi, dan

stabilitas tegangan pelayanan.

1. Mutu listrik

Yang menjadi tolak ukur mutu listrik yaitu :

a. Tegangan

Batas toleransi tegangan pelayanan yaitu pada konsumen TM adalah ±5 %, dan

pada konsumen TR adalah maksimum 5 % dan minimum 10 %.

b. Frekuensi.

Batas toleransi frekuensi adalah ±1 % dari frekuensi standar 50 Hz.

2. Keandalan Penyaluran Tenaga Listrik

Indikator Keandalan Penyaluran Tenaga Listrik adalah angka lama dan atau

seringnya pemadaman pada pelanggan yang disebut dengan angka SAIDI dan

SAIFI.

3. Keamanan dan keselamatan

4. Biaya Operasional

Indikatornya adalah angka susut jaringan, yaitu : selisih antara energi yang

dikeluarkan dari gardu/pembangkit dengan energi yang sampai dan


8

dipergunakan oleh pelanggan. Faktor-faktor yang menjadi penyebab susut pada

sisi jaringan distribusi tenaga listrik, adalah sebagai berikut :

a. Pencurian listrik

b. Kesalahan alat ukur

c. Kesalahan rasio CT / PT

d. Kesalahan ukuran penghantar

e. Jaringan terlalu panjang

f. Faktor daya rendah

g. Kualitas konektor dan pemasangannya jelek

5. Kelangsungan Penyaluran

Faktor penting yang mempengaruhi kelangsungan penyaluran (kontinuitas)

distribusi tenaga listrik adalah :

a. Pengaturan dan pengoperasian jaringan pada waktu ada pekerjaan

jaringan dan pada waktu ada gangguan jarigan, sedemikian rupa sehingga

pemadaman bisa di minimalkan.

b. Kecepatan melakukan pengalihan beban ke sumber pengisian cadangan,

sekaligus mengisolasikan gangguan.

6. Ukuran Tingkat Kelangsungan Penyaluran

7. Stabilitas Frekuensi

Penurunan frekuensi disebabkan karena berkurangnya secara tiba-tiba

persediaan daya pada pusat pembangkit, jika terjadi pelepasan mesin.

Sebaliknya, kejadian hubung singkat pada jaringan transmisi atau ditempat yang

berdekatan dengan mesin pembangkit akan menyebabkan kenaikan frekuensi.


9

8. Stabilitas Tegangan Pelayanan

Stabilitas tegangan layanan merupakan tanggung jawab perusahaan listrik untuk

mempertahankan stabilitas tegangan pelayanan kepada konsumen. Untuk itu

harus ditetapkan besarnya batas toleransi, yang antara lain ditentukan oleh

fungsi teknis pemakai. Stabilitas tegangan layanan meliputi 2 (dua) macam

masalah, yaitu :

a. Gangguan pada tegangan normal

b. Jatuh tegangan yang berlebihan

Jatuh tegangan yang berlebihan pada titik tertentu pada jaringan distribusi

merupakan kewajiban operasional dari perusahaan listrik untuk

mengembalikannya ke keadaan tegangan normal seperti semula. Batas toleransi

yang berlaku di beberapa negara tidak beragam, tetapi umumnya lebih kecil dari

± 10%. Untuk standar sebaiknya ditetapkan ± 5%, yaitu yang terukur di meter

konsumen.

Tindakan untuk menjaga toleransi tegangan tersebut dengan cara mengadakan

pengaturan tegangan di tempat tertentu pada jaringan distribusi, umumnya

berupa menaikkan tegangan apabila beban naik. Memperbesar kapasiatas

penyaluran antar sumber dan beban, atau memasang pengatur tegangan.

Cara yang ditempuh agar tidak terjadi jatuh tegangan adalah :

a. Mengatur tegangan pembangkit

b. Mengatur sadapan trafo TT/TM di GI (sadapan tanpa beban)

c. Memasang kapasitor di GI

d. Memperbesar penampang hantaran distribusi primer maupun sekunder


10

e. Menyetel sadapan trafo TM/TR digardu distribusi (sadapan tanpa beban)

f. Menambah tegangan menengah dan/atau rendah lebih tinggi (PTM/PTR)

g. Menambah jumlah gardu induk

h. Menambah jumlah saluran distribusi

i. Menambah struktur jaringan satu fasa menjadi tiga fasa

j. Memasang kapasitor pada JTM atau JTR

k. Menambah jumlah gardu distribusi (sisipan) dan memotong JTR menjadi

lebih pendek.

2.1.3. Pembagian Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Menurut Wardoyo dkk (2018: 3) jaringan distribusi pada umumnya terdiri dari

dua bagian, menurut susunan rangkaiannya adalah sebagai berikut:

1. Jaringan Distribusi Primer

Yaitu jaringan tenaga listrik yang menyalurkan daya listrik dari gardu induk

subtransmisi ke gardu distribusi. Jaringan ini merupakan jaringan tegangan

menengah atau jaringan tegangan primer.

Sistem jaringan distribusi primer adalah bagian dari sistem tenaga listrik

terletak antara gardu induk dan gardu distribusi. Jaringan distribusi primer ini

umumnya terdiri dari jaringan tiga fasa yang jumlah kawatnya tiga atau empat

kawat. Untuk menyalurkan tenaga listrik pada jaringan distribusi primer

digunakan saluran kawat udara, saluran kabel udara atau sistem kabel tanah,

dimana penggunaannya disesuaikan dengan tingkat kendalan yang dibutuhkan.

Saluran distribusi primer ini dibentangkan sepanjang daerah yangdisuplaitenaga

listrik sampai pada pusat beban ujung akhir.

2. Jaringan Distribusi sekunder.


11

Yaitu jaringan tenaga listrik yang menyalurkan daya listrik dari gardu

distribusi ke konsumen. Jaringan ini sering disebut jaringan tegangan rendah.

2.1.4. Konstruksi jaringan tenaga listrik tegangan menengah

Konstruksi jaringan tenaga listrik tegangan menengah dapat dikelompokkan

menjadi 3 macam konstruksi sebagai berikut :

1) Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi

termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini

terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan tegangan menengah yang

digunakan di Indonesia. Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar

telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton.

2) Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)

Untuk lebih meningkatkan keamanan dan keandalan penyaluran tenaga listrik,

penggunaan penghantar telanjang atau penghantar berisolasi setengah pada

konstruksi jaringan saluran udara tegangan menengah 20 kV, dapat juga

digantikan dengan konstruksi penghantar berisolasi penuh yang dipilin.

3) Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)

Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yang aman dan andal untuk

mendistribusikan tenaga listrik tegangan menengah, tetapi relatif lebih mahal

untuk penyaluran daya yang sama.


12

2.1.5. Pola Jaringan Distribusi Primer

Pada saluran distribusi dikenal berbagai macam jenis feeder (penyulang), ada

yang sebagai feeder primer dan ada yang sebagai feeder sekunder. Jenis-jenis

feeder ini sangat diperlukan dalam memenuhi tingkat kontinuitas pelayanan pada

pelanggan. Sistem jaringan radial pada distribusi tenaga listrik paling banyak

digunakan dan paling sederhana dibandingkan dengan tipe jaringan yang lain.

Tenaga listrik yang disalurkan secara radial melalui gardu induk ke konsumen-

konsumen dilakukan secara terpisah satu sama lainnya. Dinamakan radial

karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber

dari jaringan itu dan dicabang-cabangkan ke titik-titik beban yang dilayani. Sistem

radial terdiri atas fider (feeders) atau penyulang yang yang menyuplai beberapa

gardu distribusi secara radial.

Secara umum konfigurasi suatu jaringan tenaga listrik hanya mempunyai 2

konsep konfigurasi:

a. Jaringan distribusi Radial

b. Jaringan bentuk tertutup

a. Jaringan radial
13

Gambar 2.3 Sistem Jaringan Distribusi Radial

Jaringan distribusi radial merupakan bentuk jaringan yang paling sederhana dan

ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang menyuplai

beberapa gardu distribusi secara radial. Diagram satu garis sistem radial dapat

dilihat pada gambar

Jaringan radial yang hanya mempunyai satu pasokan tenaga listrik, jika terjadi

gangguan akan terjadi “black‐out” atau padam pada bagian yang tidak dapat

dipasok.

Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini tidak rumit dan lebih murah

dibandingkan dengan sitem yang lain. Sedangkan kerugiannya adalah keandalan

sistemnya lebih rendah dibandingkan dengan sistem yang lainnya, hal ini

disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama yang menyuplai gardu

distribusi, sehingga apabila jalur utama mengalami ganguan, maka seluruh gardu

akan ikut mengalami pemadaman.

b. Jaringan bentuk tertutup


14

Yaitu jaringan yang mempunyai alternatif pasokan tenaga listrik jika terjadi

gangguan. Sehingga bagian yang mengalami pemadaman (black‐out) dapat

dikurangi atau bahkan dihindari.

Gambar 2.4 Sistem Jaringan Distribusi Loop

Berdasarkan kedua pola dasar tersebut, dibuat konfigurasi‐konfigurasi jaringan

sesuai dengan maksud perencanaannya sebagai berikut :

1. Konfigurasi Fish‐Bone (Tulang Ikan)

Konfigurasi fishbone ini adalah tipikal konfigurasi dari saluran udara Tegangan

Menengah beroperasi radial. Pengurangan luas pemadaman dilakukan dengan

mengisolasi bagian yang terkena gangguan dengan memakai pemisah [Pole Top

Switch (PTS), Air Break Switch (ABSW)] dengan koordinasi relai atau dengan

sistem SCADA. Pemutus balik otomatis PBO (Automatic Recloser) dipasang

pada saluran utama dan saklar seksi otomatis SSO (Automatic Sectionalizer)

pada pencabangan
15

Gambar 2.5 Konfigurasi Tulang Ikan (Fishbone).

2. Konfigurasi Kluster (Cluster / Leap Frog)

Konfigurasi saluran udara Tegangan Menengah yang sudah bertipikal sistem

tertutup, namun beroperasi radial (Radial Open Loop). Saluran bagian tengah

merupakan penyulang cadangan dengan luas penampang penghantar besar.

Gambar 2.6 Konfugurasi Kluster (Leap Frog).

3. Konfigurasi Spindel (Spindle Configuration)

Jaringan distribusi Spindel merupakan suatu pola kombinasi jaringan dari pola

radial dan ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang dengan sumber tegangan

yang berasal dari gardu induk distribusi dan kemudian disalurkan pada sebuah

gardu hubung. Pada tipe ini biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan

sebuah penyulang langsung (express) yang akan terhubung dengan gardu

hubung. Pola spindle biasanya digunakan pada jaringan tegangan menengah


16

yang menggunakan kabel tanah/ saluran kabel tanah tegangan menengah

(SKTM).

Pada konfigurasi ini dikenal 2 jenis penyulang yaitu penyulang cadangan

(standby atau express feeder) dan penyulang operasi (working feeder).

Penyulang cadangan tidak dibebani dan berfungsi sebagai back‐up supply jika

terjadi gangguan pada penyulang operasi.Untuk konfigurasi 2 penyulang, maka

faktor pembebanan hanya 50%.

Berdasarkan konsep Spindel jumlah penyulang pada 1 spindel adalah 6

penyulang operasi dan 1 penyulang cadangan sehingga faktor pembebanan

konfigurasi spindel penuh adalah 85 %. Ujung‐ujung penyulang berakhir pada

gardu yang disebut Gardu Hubung dengan kondisi penyulang operasi “NO”

(Normally Open), kecuali penyulang cadangan dengan kondisi “NC” (Normally

Close).

Gambar 2.7 Konfigurasi Spindel (Spindle Configuration).

4. Konfigurasi Fork

Konfigurasi ini memungkinkan 1 (satu) Gardu Distribusi dipasok dari 2 penyulang

berbeda dengan selang waktu pemadaman sangat singkat (Short Break Time).
17

Jika penyulang operasi mengalami gangguan, dapat dipasok dari penyulang

cadangan secara efektif dalam waktu sangat singkat dengan menggunakan

fasilitas Automatic Change Over Switch (ACOS). Pencabangan dapat dilakukan

dengan sadapan Tee– Off (TO) dari Saluran Udara atau dari Saluran Kabel

tanah melalui Gardu Distribusi.

Gambar 2.8 Konfigurasi Fork.

5. Konfigurasi Spotload (Parallel Spot Configuration)

Konfigurasi yang terdiri sejumlah penyulang beroperasi paralel dari sumber atau

Gardu Induk yang berakhir pada Gardu Distribusi.Konfigurasi ini dipakai jika

beban pelanggan melebihi kemampuan hantar arus penghantar. Salah satu

penyulang berfungsi sebagai penyulang cadangan, guna mempertahankan

kontinuitas penyaluran. Sistem harus dilengkapi dengan rele arah (Directional

Relay) pada Gardu Hilir (Gardu Hubung).


18

Gambar 2.9 Konfigurasi Spotload (Parallel Spot Configuration).

6. Konfigurasi Jala‐Jala (Grid, Mesh)

Konfigurasi jala‐jala, memungkinkan pasokan tenaga listrik dari berbagai arah ke

titik beban. Rumit dalam proses pengoperasian, umumnya dipakai pada daerah

padat beban tinggi dan pelanggan‐pelanggan pemakaian khusus.

Gambar 2.10 Konfigurasi Jala‐jala (Grid, Mesh).

7. Konfigurasi lain‐lain

Selain dari model konfigurasi jaringan yang umum dikenal sebagaiman diatas,

terdapat beberapa model struktur jaringan yang dapat dipergunakan sebagai

alternatif model- model struktur jaringan.

a) Struktur Garpu dan Bunga


19

Struktur ini dipakai jika pusat beban berada jauh dari pusat listrik/Gardu Induk.

Jaringan Tegangan Menengah (JTM) berfungsi sebagai pemasok, Gardu

Hubung sebagai Gardu Pembagi, Pemutus Tenaga sebagai pengaman dengan

rele proteksi gangguan fasa‐fasa dan fasa‐tanah pada JTM yang berawal dari

Gardu Hubung.

Gambar 2.11 Konfigurasi Struktur Garpu.

Gambar 2.12 Konfigurasi Struktur Bunga.

b) Struktur Rantai

Struktur ini dipakai pada suatu kawasan yang luas dengan pusat‐pusat beban

yang berjauhan satu sama lain.


20

Gambar 2.13 Konfigurasi Struktur Rantai

2.2. Peralatan Jaringan distribusi Primer

1. Penghantar

a. Penghantar Telanjang (BC : Bare Conductor)

Gambar 2.14 Bare Conductor

Bare conductor yaitu konduktor dengan bahan utama tembaga (Cu) atau

alluminium (Al) yang di pilin bulat padat ,

b. Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)


21

Gambar 2.15 Kabel AAAC-S

Konduktor dengan bahan utama aluminium ini diisolasi dengan material XLPE

(croslink polyetilene langsung), Kabel udara dengan ketahanan isolator 6 kV /

half insulated – AAAC – S yang berukuran 150 mm² dan 70 mm² Konstruksi

Jaringan yang memakai Penghantar AAAC – S sama dengan AAA – C murni.

Hal yang perlu diperhatikan adalah apabila melakukan penggantian AAAC

menjadi AAAC – S, mengingat beban massa jaringan bertambah 37 %. Perlu

dipertimbangkan pemasangan penopang tiang / Guy wire pada tiang – tiang

sudut dan tiang akhir..

c. Kabel udara dengan ketahanan isolator penuh

(24 kV / Fasa – Fasa ) dari jenis NFA2XSEY – T, berukuran ( 3 x 150 A1 + 90

SE ) dan 9 3 x 70 A1 + 70 SE.

Penghantar Berisolasi Penuh (Three single core) XLPE dan berselubung PVC

berpenggantung penghantar baja dengan tegangan Pengenal 12/20 (24) kV

Penghantar jenis ini khusus digunakan untuk SKUTM dan berisolasi penuh

2. Isolator

Pada jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar bertegangan dengan

tiang penopang/travers dibedakan untuk jenis konstruksinya adalah::


22

a. Isolator Tumpu

Gambar 2.16 Isolator Tumpu

b. Isolator Tarik

Material dasar isolator tarik dapat berupa keramik atau gelas atau polimer

Gambar 2.17 Isolator Tarik

3. Tiang

Tiang berfungsi untuk menopang penghantar. Tiang listrik dapat berupa

tiang kayu,besi atau beton.


23

Sebagai penyangga kawat agar berada di atas tiang dengan jarak aman

sesuai dengan ketentuan. Terbuat dari bahan yang kuat menahan beban tarik

maupun tekan yang berasal dari kawat ataupun tekanan angin. Menurut

bahannya tiang terdiri dari 3 jenis yaitu tiang kayu, tiang besi, dan tiang

beton.

4. Peralatan Hubung (Switching)

Gambar 2.18 LBS

Pada percabangan atau pengalokasian seksi pada jaringan SUTM untuk

maksud kemudahan operasional harus dipasang Pemutus Beban (Load Break

Switch : LBS).

5. Proteksi

Menurut buku PLN nomor 5 (2010:8) peralatan proteksi jaringan SUTM

terdiri dari :

1. Pemisah dengan pengaman lebur (Fused Cut-Out )


24

2. Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser)

3. Saklar Seksi otomatis (Automatic Sectionalizer)

4. Penghantar tanah (Shield Wire)

Gambar 2.19 Recloser

Proteksi lainnya seperti FCO (Fused Cut-Out) dipasang pada aftak, main line,

dan pada gardu distribusi. Pentanahan pada gardu dan tiang, serta lightning

arrester/arching horn dipasang sebagai proteksi petir

2.3. Gangguan
25

Gangguan dapat menimbulkan kerusakkan yang besar pada sistem tenaga

listrik. Gangguan dapat mengakibatkan kontinuitas, keandalan dan mutu

pelayanan daya pada konsumen mengalami penurunan.

2.3.1 Gangguan menurut lamanya

a) Gangguan permanen (persistent in nature)

Pada gangguan permanen baru dapat dihilangkan setelah dilakukan

perbaikan atau mengisolir bagian yang terganggu dengan bekerja pemutus daya

yang tak kurang dari 80 menit, misal gangguan listrik yang mengakibatkan

putusnya kawat.

b.) Gangguan sementara (non persistent in nature)

Gangguan sementara terjadi dalam waktu singkat saja (temporer),

kemungkinan sistem kembali pada keadaan normal misalnya oleh petir / burung.

Pada gangguan sementara pemutusan dan penutupan kembali dapat dilakukan

secara otomatis oleh Recloser, bila pemutusan kurang dari 2 menit selebihnya

waktu itu harus secara manual..

2.3.2 Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik

Gangguan pada sistem tenaga listrik adalah segala macam kejadian yang

menyebabkankondisi pada sistem tenaga listrik menjadi abnorma. Salah satu

yang menyebabkankondisi ini adalah gangguan hubung singkat. Gangguan

hubung singkat dibagi menjadi

 Gangguan simetris, misalnya 3 fasa ke tanah.


26

 Gangguan tidak simetris, misalnya : satu fasa ke tanah, hubung singkat

dua fasa dan hubung singkat dua fasa ke tanah.

2.3.3 Penyebab Gangguan

Penyebab gangguan dapat dikelompokan menjadi :

a) Gangguan Internal (dari dalam):

yaitu gangguan yang disebabkan oleh sistem itu sendiri. Misalnya gangguan

hubung singkat, kerusakan pada alat, switching kegagalan isolasi, kerusakan

pada pembangkit dan lain - lain.

b) Gangguan External (dari luar)

yaitu gangguan yang disebabkan oleh alam atau diluar sistem. Misalnya

terputusnya saluran/kabel karena angin, badai, petir, pepohonan, layang -layang

dan sebagainya.

c) Gangguan Karena Faktor Manusia

yaitu gangguan yang disebabkan oleh kecerobohan atau kelalaian operator,

ketidak telitian, tidak mengindahkan peraturan pengamanan diri, dan lainlain

2.3.4 Pengaruh akibat Gangguan

Pada dasarnya suatu gangguan adalah suatu keadaan sistem yang tak

normal. Bila hubung singkat dibiarkan berlangsung agak lama pada suatu sistem

daya, banyak pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan dapat terjadi antara lain :

1. Berkurangnya batas-batas kestabilan untuk sistem daya itu.


27

2. Rusaknya peralatan yang berada dekat dengan gangguan yang

disebabkan arus yang besar, arus tak seimbang atau tegangan- tegangan

rendah yang ditimbulkan oleh hubung singkat.

3. Ledakan-ledakkan yang mungkin terjadi pada peralatan yang

mengandung minyak isolasi sewaktu terjadi suatu hubung singkat dan yang

menimbulkan kebakaran sehingga dapat membahayakan orang yang

menanganinya dan merusak peralatan-peralatan lain.

4. Terpecah-pecahnya keseluruhan daerah pelayanan sistem daya itu oleh

suatu rentetan tindakan pengamanan yang diambil oleh sistem-sistem pengaman

yang berbeda-beda.

2.3.5 Gangguan pada Sistem Tegangan

Tegangan yang baik adalah tegangan yang tetap stabil pada nilai yang telah

ditentukan. Walaupun terjadinya fluktuasi (ketidak stabilan) pada tegangan ini

tidak dapat di hindarkan, tetapi dapat di minimalkan. Gangguan yang terjadi pada

sistem tegangan, adalah :

a. Fluktuasi Tegangan

Fluktuasi tegangan dapat terjadi akibat 3 (tiga) hal yaitu: tegangan lebih,

tegangan turun, dan tegangan getar.

1) Tegangan Lebih (Over Voltage)

Tegangan lebih pada sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik akan

mengakibatkan arus listrik yang mengalir menjadi besar dan mempercepat

kemunduran isolasi (Deterioration Of Insulation) sehingga menyebabkan


28

kenaikan rugi-rugi daya dan operasi, memperpendek umur kerja peralatan dan

yang lebih fatal akan terbakarnya peralatan tersebut.

Peralatan yang dipengaruhi saat terjadi tegangan lebih adalah Transformer,

Motor Listrik, Kapasitor Daya dan Peralatan Kontrol yang menggunakan

coil/kumparan seperti Solenoid Valve, Magnetik Switch dan Relay. Tegangan

lebih biasanya disebabkan karena eksitasi yang berlebihan pada generator listrik

(Over Excitation), sambaran petir pada saluran transmisi, proses pengaturan

atau beban kapasitif yang berlebihan pada sistem distribusi.

2) Tegangan Turun (Drop Voltage)

Tegangan turun pada sistem akan mengakibatkan berkurangnya intensitas

cahaya (redup) pada peralatan penerangan; bergetar dan terjadi kesalahan

operasi pada peralatan kontrol seperti Automatic Valve, Magnetic Switch dan

Auxiliary Relay; menurunnya torsi pada saat start (Starting Torque) pada motor

listrik.

Tegangan turun biasanya disebabkan oleh kurangnya eksitasi pada generator

listrik (Drop Excitation), saluran transmisi yang terlalu panjang, jarak beban yang

terlalu jauh dari pusat distribusi atau peralatan yang sudah berlebihan beban

kapasitifnya.

3) Tegangan Getar (Flicker Voltage)

Tegangan getar disebabkan karena ketidak stabilan tegangan supplai PLN.

Tegangan getar pada sistem akan mengakibatkan bergetar dan terjadi kesalahan

operasi pada peralatan kontrol seperti Automatic Valve, Magnetic Switch dan

Auxiliary Relay.
29

b. Tegangan Kedip (Dip Voltage)

Turunnya tegangan umumnya dengan toleransi  20% dalam perioda waktu

yang sangat singkat (dalam milli second). Penyebabnya adalah hubungan

singkat (Short Circuit) antara phasa dengan tanah atau phasa dengan phasa

pada jaringan distibusi. Tegangan kedip dapat mengakibatkan gangguan pada:

stabilisator tegangan arus DC, Electromagnetic Switch, Variable Speed Motor,

High Voltage Discharge Lamp dan Under Voltage Relay.

c. Tegangan Harmonik (Harmonic Voltage)

Komponen Gelombang Sinus dengan Frekuensi dan Amplitudo yang lebih kecil

dari gelombang asalnya (bentuk gelombang yang cacat),

d. Ketidak Seimbangan Tegangan

Ketidak Seimbangan Tegangan terjadi karena pada sistem distribusi

pembebanan phasa yang tidak merata. Gangguan tegangan tersebut dapat

menyebabkan peralatan yang menggunakan listrik, beroperasi secara tidak

normal dan yang paling fatal adalah kerusakan atau terbakarnya peralatan.

3. Gangguan pada Sistem Interupsi atau Pemadaman Listrik

Parameter yang menentukan keandalan dan kualitas energi adalah sesuatu yang

meyakinkan (Measureable) dan dapat diminimalkan dengan cara mengkoreksi

terhadap konfigurasi dan peralatan pada sistem, manajemen serta sumber daya

manusia yang handal dari perusahaan yang memproduksi dan menjual energi

listrik.

2.4. Penyusutan Energi pada Jaringan Distribusi


30

Setiap penyaluran energi listrik dari sumber tenaga listrik ke konsumen yang

letaknya berjauhan seringkali mengalami rugi-rugi daya yang cukup besar yang

diakibatkan oleh rugi-rugi pada saluran dan juga rugi-rugi pada trafo yang

digunakan. Rugi-rugi pada saluran distribusi meliputi rugi-rugi daya listrik dan

rugi-rugi tegangan saluran. Rugi-rugi tegangan biasanya dikenal dengan istilah

jatuh tegangan (drop voltage). Rugi-rugi saluran dan rugi-rugi trafo tersebut

memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas daya serta tegangan yang

dikirimkan ke sisi pelanggan. Nilai tegangan yang melebihi batas toleransi akan

menyebabkan tidak optimalnya kerja dari peralatan listrik pada sisi konsumen.

Selain itu, rugi-rugi daya yang besar akan menimbulkan kerugian finansial di sisi

pengelola energi listrik. Rugi-rugi pada jaringan distribusi disebabkan karena

saluran distribusi mempunyai hambatan, reaktansi dan kapasitansi. Nilai

kapasitansi saluran distribusi biasanya kecil sehingga dapat diabaikan. Untuk

memudahkan perhitungan dalam menganalisa jaringan distribusi sistem tiga

phasa maka dibuat rangkaian ekuivalen saluran satu phasa seperti terlihat pada

gambar

Gambar 2.20 Rangkaian Ekuivalen Saluran Distribusi


31

Keterangan gambar:

VS = tegangan pengiriman (volt)

VR = tegangan beban (volt)

R = tahanan saluran (ohm )

X = reaktansi induktif saluran (ohm)

Z = impedansi saluran (ohm )

I = arus yang mengalir ke beban (A)

L = panjang saluran (km)

Dari gambar rangkaian ekuivalen saluran distribusi diatas maka didapat

persamaan berikut:

VS = VR + I . Z

Z=R+jX

2.4.1. Jatuh Tegangan

Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu

penghantar atau bisa dikatakan bahwa adanya perbedaan tegangan antara

tegangan kirim dan tegangan terima. Jatuh tegangan pada suatu saluran tenaga

listrik secara umum berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta

berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar. Jika ada arus yang

mengalir melalui saluran distribusi maka akan terjadi penurunan tegangan

sepanjang saluran. Dengan demikian tegangan pada pusat beban tidak sama

dengan tegangan pengiriman. Penurunan tegangan terdiri dari dua komponen

yaitu:
32

1) I . R , yaitu rugi tegangan akibat tahanan saluran

2) I . X , yaitu rugi tegangan akibat reaktansi induktif saluran

Berdasarkan rangkaian ekuivalen saluran distribusi diatas, maka persamaan

jatuh tegangan didapatkan dari diagram vektor arus dan tegangan pada saluran

distribusi

Gambar 2.21. Diagram Vektor Arus dan Tegangan Saluran Distribusi

Pada Gambar dapat diperhatikan bahwa persamaan tegangan yang mendasari

diagram vektor tersebut adalah :

VS = VR + I . R . cos θ + I . X . sin θ

VS = VR + I (R . cos θ + X . sin θ)

VS - VR = I (R . cos θ + X . sin θ)

ΔV = I (R cos θ + X sin θ)

sehingga jatuh tegangan saluran distribusi (ΔV) per phasa adalah:

ΔV1ɸ = I (R cos θ + X sin θ) (volt )

Jatuh tegangan saluran distribusi (ΔV) dengan sistem 3 phasa adalah:


33

ΔV3ɸ = √3 . ΔV1ɸ

ΔV3ɸ = √3 . I (R cos θ + X sin θ) (volt )

keterangan,

Cos θ = faktor daya

Besarnya jatuh tegangan pada saluran distribusi per phasa atau 3 phasa dapat

dinyatakan dalam per unit (pu) atau dalam persentase (%), yaitu:

ΔVpu pu

atau,

ΔVpu pu

atau,

%ΔV = ΔVpu . 100

Berdasarkan SPLN 72 : 1987 dapat dikatakan bahwa maka sebuah jaringan

tegangan menengah harus memenuhi kriteria jatuh tegangan (drop voltage)

sebagai berikut :

1) Jatuh tegangan pada jaringan sistem spindel maksimum 2%

2) Jatuh tegangan pada jaringan sistem loop dan radial maksimum 5%

2.4.2. Rugi-Rugi Transformator

Dalam unjuk kerjanya, trafo memiliki rugi-rugi yang harus diperhatikan. Rugi -

rugi tersebut adalah :

a. Rugi-rugi Tembaga
34

Rugi-rugi tembaga merupakan rugi-rugi yang diakibatkan oleh adanya tahanan

resistif yang dimiliki oleh tembaga pada bagian kumparan trafo, baik pada bagian

primer maupun sekunder. Rugi-rugi tembaga dirumuskan sebagai berikut :

PCU = I2 R

keterangan,

I = arus yang mengalir (Ampere)

R = resistansi pada kumparan primer atau sekunder (ohm)

b. Eddy Current (Arus Eddy)

Rugi-rugi arus eddy merupakan rugi-rugi panas yang terjadi pada bagian inti

trafo. Perubahan fluks yang dihasilkan tegangan induksi pada inti trafo (besi)

menyebabkan arus berputar pada bagian inti trafo. Arus eddy akan mengalir

pada bagian inti trafo dan akan mendisipasikan energi ke dalam inti besi trafo

yang kemudian menimbulkan panas. Rugi-rugi arus eddy dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Pe = Ke . f2. BM2

keterangan,

Ke = konstanta arus eddy, tergantung pada volume inti

f = frekuensi jala-jala (Hz)

BM = kerapatan fluks maksimum ( Ф/A = Maxwell/ m2)

c. Rugi-rugi Hysterisis
35

Rugi-rugi hysterisis merupakan rugi-rugi yang berhubungan dengan pengaturan

daerah magnetik pada bagian inti trafo. Dalam pengaturan daerah magnetik

tersebut dibutuhkan energi. Akibatnya akan menimbulkan rugi-rugi terhadap

daya yang melalui trafo. Rugi-rugi tersebut menimbulkan panas pada bagian inti

trafo.

Ph = Kh . f2. BM2

keterangan,

Kh = konstanta histerysis, tergantung pada bahan inti

f = frekuensi jala-jala (Hz)

BM = kerapatan fluks maksimum ( Ф/A = Maxwell/ m2)

2.4.3. Rugi-Rugi Daya

Dalam penyalurannya, tenaga listrik mengalami rugi – rugi daya listrik yang besar

karena luasnya daerah yang membutuhkan suplai tenaga listrik dari jaringan

distribusi. Rugi-rugi daya listrik pada saluran distribusi dibagi menjadi 2 bagian

yaitu: rugi-rugi daya aktif dan rugi-rugi daya reaktif.

a. Rugi-rugi daya aktif

Besar rugi daya aktif ditentukan oleh kuadrat arus (I2) dan resistansi jaringan (R)

yang merupakan representasi jarak saluran. Dengan kata lain, elemen yang

paling berpengaruh terhadap besarnya rugi – rugi daya aktif adalah besarnya

arus dan besarnya resistansi jaringan. Resistansi jaringan akan sangat

dipengaruhi oleh jarak saluran itu sendiri.

Rugi-rugi daya aktif per phasa dapat dilihat pada persamaan berikut:
36

Prugi-rugi(1ɸ) = I2 . R (watt)

sedangkan rugi-rugi daya aktif tiga phasa adalah

Prugi-rugi (3ɸ) = 3. I2 . R (watt)

= 3 . P1ɸ

keterangan,

I = arus yang mengalir dalam jaringan (A)

R = hambatan dalam penghantar (ohm)

b. Rugi-rugi daya reaktif

Besar rugi daya reaktif ditentukan oleh kuadrat arus (I2) dan reaktansi jaringan

(X) yang merupakan representasi jarak saluran. Dengan kata lain, elemen yang

paling berpengaruh terhadap besarnya rugi – rugi daya reaktif adalah besarnya

arus dan besarnya reaktansi jaringan. Reaktansi jaringan akan sangat

dipengaruhi oleh jarak saluran itu sendiri.

Rugi-rugi daya reaktif per phasa dapat dilihat pada persamaan berikut:

Qrugi-rugi(1ɸ) = I2 . X (Var)

sedangkan rugi-rugi daya reaktif tiga phasa adalah

Qrugi-rugi (3ɸ) = 3. I2 . X (Var)

= 3 . Q1ɸ

2.5. Gardu Distribusi

Gardu listrik adalah sebuah bagian dari sistem pembangkit, transmisi dan

distribusi listrik. Gardu listrik mengubah tegangan listrik dari tinggi menjadi
37

rendah, atau sebaliknya, atau untuk menjalankan beberapa fungsi penting

lainnya. Antara gardu listrik dan pelanggan, tenaga listrik mengalir lewat

beberapa gardu dengan tingkat tegangan listrik yang berbeda. Gardu listrik dapat

meliputi transformator untuk mengubah tingkat tegangan listrik antara tegangan

transmisi tinggi dan tegangan distribusi rendah, atau penghubung dua transmisi

tegangan listrik berbeda. Gardu listrik dapat dimiliki dan dioperasikan oleh

perusahaan listrik, atau dimiliki oleh industri besar atau pelanggan komersial.

Komponen gardu listrik

1. Kabel listrik utama 2. Kabel pentanahan

3. Kabel atas 4. Trafo untuk mengukur tegangan listrik

5. Saklar pemutus 6. Pemutus sirkuit

7. Trafo arus 8. Penangkal petir

9. Trafo utama 10. Gedung pengendali

11. Pagar pengaman 12. Kabel listrik sekunder


38

Gam

bar 2.22 Contoh Konstruksi Gardu Portal

Secara Garis Besar Gardu Distribusi Menurut Konstruksi Pembuatanya

Ada 3 Jenis :

1. Gardu Beton Atau Gardu Tembok

Yaitu sebuah Gardu yang seluruh komponen utama instalasinya seperti

Transformator dan Peralatan Proteksi terangkai di dalam sebuah bangunan sipil

yang di rancang di bangun dan di fungsikan dengan kontruksi pasangan Batu

Dan Beton. Kontuksi Bangunan Gardu ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan

terbaik bagi sistem keamanan Ketenagalistrikan. Cara mudah membedakannya

yaitu Gardu ini lebih cendrung seperti bangunan sipil dan memiliki Halaman

cukup luas.
39

2. Gardu Tiang

Merupakan sebuh Gardu distribusi tenaga listrik yang komponen kontruksi

utamanya menggunakan Tiang, Tiang tersebut bisa berupa Tiang Beton Atau

Tiang Besi, yang memiliki kekuatan beban kerja sekurang kurangnya 500 dAn

dan memmiliki panjang 11, 12 bahkan 13 meter sesuai dengan kebutuhan dan

lokasi pendiriannya.

Secara garis besarnya, Gardu Tiang ini ada 2 jenis, yaitu :

a. Gardu Portal

Yaitu Gardu Distribusi Tenaga Listrik Tipe Terbuka ( Out-door ), dengan

memakai kontruksi dua tiang atau lebih. Tempat kedudukan Transformator

sekurang kurangya 3 meter di atas permukaan tanah. Dengan sistem proteksi di

bagian atas dan Papan Hubung Bagi Tegangan di bagian bawah untuk

memudahkan kerja teknis dan pemeliharaan.

b. Gardu Cantol

Yaitu Tipe Gardu Distribusi Tenaga Listrik dengan Transformator, proteksi, dan

Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah ( PHBTR ) di cantokan atau dipasang

langsung pada tiang yang memiliki kekuatan minimal 500 dAn.

3. Gardu Kios / Gardu Metal Clad

Yaitu Gardu Distribusi Tenaga Listrik yang kontruksi pembuatanya terbuat dari

bahan kontruksi baja, fiberglas atau kombinasinya. Gardu ini dibangun di lokasi

yang tidak memungkinkan didirikannya Gardu Beton atau Gardu tembok. Karena

Sifatnya Mobilitas, maka kapasitas Transformator yang terpasang terbatas yakni

maksimum 400 Kva. Ada beberapa jenis Gardu Kios ini, seperti Gardu Kios
40

Kompak, Gardu Kios Modular dan Gardu Kios Bertingkat. Khusus untuk Gardu

Kompak, Seluruh Komponen Utama Gardu sudah dirangkai selengkapnya di

pabrik, sehingga pembuatan gardu ini lebih cepat di banding pembuatan Gardu

Beton.

2.6. Transformator

Transformator atau trafo adalah alat yang memindahkan tenaga listrik antar dua

rangkaian listrik atau lebih melalui induksi elektromagnetik. Prinsip kerja sunting

Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Tegangan

masukan bolak-balik yang membentangi primer menimbulkan fluks magnet yang

idealnya semua bersambung dengan lilitan sekunder. Fluks bolak-balik ini

menginduksikan gaya gerak listrik (ggl) dalam lilitan sekunder. Jika efisiensi

sempurna, semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder

Konstruksi transformator dua-gulungan sederhana terdiri dari setiap gulungan

yang dililitkan pada tungkai atau inti besi lunak terpisah yang menyediakan

rangkaian magnetis yang diperlukan. Rangkaian magnetis ini, lebih dikenal

sebagai "inti transformator" dirancang untuk menyediakan jalur bagi medan

magnet untuk mengalir, yang diperlukan untuk induksi tegangan antara dua

gulungan.

Namun, konstruksi transformator jenis ini di mana kedua gulungan dililitkan pada

tungkai yang terpisah tidak sangat efisien karena gulungan primer dan sekunder

terpisah satu sama lain. Ini menghasilkan kopling magnetis rendah antara dua

gulungan serta jumlah besar kebocoran fluks magnetis dari transformator itu

sendiri. Tetapi selain konstruksi bentuk "O" ini, ada berbagai jenis "konstruksi

transformator" dan desain yang tersedia yang digunakan untuk mengatasi


41

ketidakefisienan ini menghasilkan transformator yang lebih kecil dan lebih

kompak.

Gambar 2.23 Konstruksi Tranformator

Efisiensi konstruksi transformator sederhana dapat ditingkatkan dengan

membawa dua gulungan dalam kontak dekat satu sama lain sehingga

meningkatkan kopling magnetis. Menambah dan memusatkan rangkaian

magnetis di sekitar kumparan dapat meningkatkan kopling magnetis antara dua

gulungan, tetapi juga memiliki efek meningkatkan kehilangan magnetis inti

transformator.

Selain memberikan jalur reluktansi rendah untuk medan magnet, inti

dirancang untuk mencegah sirkulasi arus listrik di dalam inti besi itu sendiri. Arus

yang bersirkulasi, yang disebut "arus eddy", menyebabkan panas dan hilangnya

energi dalam inti sehingga mengurangi efisiensi transformator.

Kerugian ini terutama disebabkan oleh tegangan yang diinduksi dalam

rangkaian besi, yang secara konstan mengalami pengaturan medan magnet

bolak-balik oleh tegangan supply sinusoidal eksternal. Salah satu cara untuk
42

mengurangi kehilangan daya yang tidak diinginkan ini adalah dengan

membangun inti transformator dari laminasi baja tipis.

Dalam semua jenis konstruksi transformator, inti besi pusat dibangun dari

bahan yang sangat permeabel yang terbuat dari laminasi baja silikon tipis.

Laminasi tipis ini dirakit bersama untuk memberikan jalur magnetis yang

diperlukan dengan kerugian magnetis minimum. Resistivitas lembaran baja itu

sendiri tinggi, sehingga mengurangi kerugian arus eddy dengan membuat

laminasi menjadi sangat tipis.

Anda mungkin juga menyukai