Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI

DI SUSUN :

NAMA : ALWI SYRIF

NIM : 210204502004

KELAS : PTE 02

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan ekonomi suatu daerah pada era sakarang ini, tidak lepas
kaitannya dengan kebutuhan konsumsi energi listrik. Listrik berkembang menjadi
suatu kebutuhan pokok yang mendampingi seluruh aspek kehidupan masyarakat
secara individu, bisnis, maupun layanan publik. Dalam penyaluran energi listrik
dari hulu hingga ke hilir yaitu konsumen, dibutuhkan suatu jaringan distribusi
yang mengalirkan energi listrik kepada konsumen besar maupun perorangan.
Jaringan distribusi harus memenuhi kriteria handal untuk dapat secara
optimal melayani penyaluran energi listrik kepada konsumen. Pada suatu sistem
tenaga listrik tingkat keandalan adalah hal yang sangat penting dalam menentukan
kinerja sistem tersebut. Keandalan ini dapat dilihat dari sejauh mana suplai tenaga
listrik bisa mensuplai secara kontinu dalam satu tahun ke konsumen.
Permasalahan yang paling mendasar pada penyaluran daya listrik adalah terletak
pada mutu, kontinuitas dan ketersediaan pelayanan daya listrik pada pelanggan.
Gangguan yang terjadi pada unit-unit pembangkitan akan menyebabkan
terganggunya penyediaan tenaga listrik dengan segala akibatnya bagi perusahaan
listrik maupun konsumen.
Keandalan sistem adalah ketersediaan/tingkat pelayanan penyediaan
tenaga listrik dari sistem ke konsumen. Indeks Keandalan merupakan suatu
indikator keandalan yang dinyatakan dalam suatu besaran probabilitas. Untuk
tingkat keandalan pelayanan tergantung dari berapa lama terjadi pemadaman
selama selang waktu tertentu (satu tahun) atau dikenal dengan SAIDI dan berapa
sering (frekwensi) terjadinya pemadaman selama setahun atau dikenal dengan
SAIFI.
Dalam upaya menigkatkan keandalan suatu jaringan distribusi maka di
rancang suatu peralatan system yang akan mengatasi masalah-masalah dalam
penyaluran energi listrik, sehingga keandalan dapat optimal.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, sehingga kami merumuskan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan keandalan system distribusi ?
2. Bagaimana menentukan tingkat keandalan pada sistem distribusi tenaga
listrik ?
3. Bagaimana cara menigkatkan keandalan system distribusi ?

1.3 Tujuan
Makalah keandalan system distribusi ini memiliki tujuan dan manfaat
antara lain adalah :
1. Mengetahui yang dimaksud dengan keandalan system distribusi.
2. Mengetahui tingkat keandalan pada suatu system distribusi
3. Mengetahui cara untuk meningkatkan keandalan system distribusi.

1.4 Batasan Masalah


Mengacu pada uraian diatas penulis menguraikan keandalan system
distribusi dengan batasan sebagai berikut :
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan keandalan sistem distribusi.
2. Menjelaskan tingkat keandalan system distribusi beserta contoh
perhitungannya.
3. Menjelaskan cara menigkatakan keandalan system distribusi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Tenaga Listrik

Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem yang yang terhubung dalam
penyaluran energi listrik mulai dari pembangkit hingga sampai kepada konsumen.
Sistem tenaga listrik dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (Pandjaitan, 1999
dan Zuhal, 1998) :
a. Sistem Pembangkitan
b. Sistem Transmisi
c. Sistem Distribusi
Berdasarkan bagian – bagian sistem tenaga listrik tersebut, diagram
jaringan sistem tenaga listrik secara sederhana dari pusat pembangkit hingga ke
konsumen dapat ditunjukkan pada di bawah ini.

Gambar 2.1 Jaringan Sistem Tenaga Listrik Sederhana dari Pusat Pembangkit ke Konsumen
(pelanggan)
(Sumber : Hamadun, 2010)
2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Sistem distribusi tenaga listrik adalah suatu bagian dari sistem tenaga
listrik yang berfungsi menyalurkan energi listrik dari pembangkit tenaga listrik
sampai kepada konsumen pada tingkat tegangan yang diperlukan. Dengan kata
lain sistem ini merupakan penghubung suatu sistem transmisi/sub-transmisi yang
menuju kepada konsumen.

Proses penyedian tenaga listrik hingga kekonsumen dapat dilihat pada


Gambar 2.2 :

Gambar 2.2 Proses Penyediaan Tenaga Listrik (distribusi)


(sumber: Gonen, 1986)
2.2.1 Bagian – Bagian Sistem Distribusi

Sistem distribusi merupakan komponen keseluruhan dari sistem tenaga


listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber (seperti pada gardu
transmisi) dengan konsumen. Bagian – bagian sistem distribusi sebagai berikut
(Pabla,2008):

1. Subtransmisi tegangan, biasanya antara 33 kV dan 20 kV, yang menyalurkan


energi untuk gardu distribusi ;

2. Gardu distribusi yang berfungsi untuk menurunkan tegangan sistem primer.


Adapun bagian dari gardu yaitu :

a. Gardu Induk (GI)


Gardu induk berfungsi menerima daya listrik dari jaringan subtransmisi
dan menurunkan tegangannya menjadi tegangan jaringan distribusi primer
(Jaringan Tegangan Menengah / JTM). Jadi pada bagian ini terjadi
penurunan tegangan dari tegangan tinggi ataupun tegangan extra tinggi ke
tegangan menengah 20 kv.

b. Gardu Hubung (GH)


Gardu hubung berfungsi menerima daya listrik dari gardu induk yang telah
diturunkan menjadi tegangan menengah dan menyalurkan atau membagi
daya listrik tanpa merubah tegangannya melalui jaringan distribusi primer
(JTM) menuju gardu atau transformator distribusi.

c. Gardu Distribusi dan Feeder (Penyulang)


Gardu Distribusi adalah gardu yang berisikan trafo distribusi dan
merupakan daerah / titik pertemuan antar jaringan primer dan jaringan
sekunder karena pada gardu ini tegangan menengah (TM) diubah ke
tegangan rendah (TR). Sedangkan Feeder (penyulang) dalam jaringan
distribusi merupakan saluran yang menghubungkan gardu induk dengan
gardu distribusi.
3. Trafo distribusi biasanya dipasang pada tiang dekat lokasi konsumen, yang
mengubah tegangan primer ke tegangan sekunder.

4. Saluran penyulang utama merupakan saluran yang menghubungkan Gardu


Induk dengan gardu distribusi.

5. Saluran sekunder merupakan saluran yang berasal dari gardu ditribusi yang
terhubung ke konsumen pada tegangan 380/220 V

2.2.2 Sistem Jaringan Distribusi


Sistem jaringan distribusi adalah bagian dari sistem tenaga listrik yang
berfungsi menyalurkan tegangan dari sumber tegangan listrik besar hingga sampai
ke konsumen. Dalam penyaluran tegangan, sistem jaringan distribusi terbagi
menjadi 2 bagian, yaitu : Sistem jaringan distribusi primer dan Sistem jaringan
distribusi sekunder.

2.2.2.1 Sistem Jaringan Distribusi Primer


Sistem jaringan distribusi primer adalah bagian dari sistem tenaga listrik
diantara Gardu Induk (GI) dan Gardu Distribusi. Sistem penyaluran tegangan
listrik pada sistem jaringan distribusi primer dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
(Kadir, 2000) :

1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)


Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel telanjang (tanpa isolasi), seperti
kawat AAAC (All Aluminium Alloy Conductor), kawat ACSR (Aluminium
Conductor Stell Reinforced), dll.

2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)


Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel berisolasi, seperti kabel MVTIC
(Medium Voltage Twisted Insulated Cable).

3. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)


Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel tanam berisolasi, seperti kabel PVC
(Poly Venyl Clorida), kabel XLPE (Crosslink Polyethelene).

2.2.2.2 Sisten Jaringan Distribusi Sekunder

Jaringan distribusi sekunder adalah bagian dari jaringan distribusi primer,


dengan jaringan yang berhubungan langsung dengan konsumen (Kadir, 2000).
Sistem penyaluran tegangan listrik pada jaringan distribusi sekunder dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)


Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel telanjang (tanpa isolasi), seperti
kawat AAAC (All Aluminium Alloy Conductor), kawat ACSR (Aluminium
Conductor Stell Reinforced).

2. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR)


Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel berisolasi, seperti kabel LVTC
(Low Voltage Twisted Cable).

2.3 Konfigurasi Jaringan Distribusi

Dalam sistem jaringan distribusi terdapat beberapa konfigurasi jaringan


yang dapat diterapkan. Dalam menerapkan suatu konfigurasi jaringan didasarkan
dengan sebuah pertimbangan yang baik agar dapat menghasilkan suatu jaringan
sistem yang baik. Sistem jaringan distribusi dapat dikelompokkan menjadi 3
macam, yaitu sistem jaringan distribusi radial, loop dan spindel ( Gonen, 1986 ).

2.3.1 Sistem Jaringan Distribusi Radial

Sistem jaringan distribusi primer tipe radial memiliki jumlah sumber dan
penyulang hanya satu buah. Bila terjadi gangguan pada salah satunya (baik
sumber ataupun penyulangnya), maka semua beban yang dilayani oleh jaringan
ini akan padam. Oleh karena itu nilai keandalan dari sistem jaringan distribusi
primer tipe radial ini adalah rendah. Sistem ini banyak dipergunakan di daerah
pedesaan dan perkotaan yang tidak memiliki nilai keandalan yang tinggi.
Umumnya sistem ini bentuknya sederhana, mudah pelaksanaannya, dan sistem
paling murah. Keandalan sistem memenuhi kontinuitas tingkat 1 dan umumnya
merupakan jaringan luar kota.

Bagan sistem jaringan distribusi primer tipe radial ditunjukkan pada


gambar 2.3

Gambar 2.3 Konfigurasi Jaringan Radial


(sumber: Gonen, 1986)

2.3.2 Sistem Jaringan Distribusi Loop

Sistem jaringan loop merupakan bentuk tertutup, disebut juga bentuk


jaringan ring. Susunan rangkaian saluran membentuk ring, seperti terlihat pada
gambar 2.4 yang memungkinkan titik beban terlayani dari dua arah saluran,
sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin serta kualitas daya menjadi lebih
baik, karena drop tegangan dan rugi daya pada saluran menjadi lebih kecil. Listrik
mengalir ke pelanggan melalui jalur tunggal pada satu waktu dari kedua sisi
sistem loop, tergantung pada status buka / tutup dari saklar sectionalizers dan
reclosers. Sistem loop biasanya dioperasikan dengan saklar terbuka. Setiap bagian
feeder dapat diisolasi tanpa gangguan, dan kesalahan primer dikurangi dalam
durasi waktu yang diperlukan untuk menemukan kesalahan dan melakukan
switching diperlukan untuk memulihkan layanan.

Gambar 2.4 Konfigurasi Jaringan Loop


(sumber: Gonen, 1986)

2.3.3 Sistem Jaringan Distribusi Spindel

Jaringan distribusi spindel (seperti gambar 2.5) merupakan modifikasi dari


sistem loop/ring. Sistem ini terdiri dari beberapa sistem radial dengan masing –
masing penyulang yang berpangkal pada satu gardu induk dan ujung sistem akan
terhubung di gardu hubung. Penyulang tersebut terbagi menjadi dua jenis, yaitu
penyulang utama dan penyulang cadangan. Penyulang utama adalah penyulang
yang dioperasikan untuk mengalirkan energi listrik dari sumber sampai ke
konsumen, sehingga penyulang ini beroperasi dalam keadaan dibebani.
Sedangkan penyulang cadangan adalah penyulang yang menghubungkan gardu
induk langsung ke gardu hubung dan beroperasi dalam keadaan tidak berbeban.
Gambar 2.5 Konfigurasi Jaringan Spindel
(sumber: Gonen, 1986)

Sistem jaringan distribusi speindel sangat cocok untuk memenuhi


kebutuhan-kebutuhan antara lain :

1. Peningkatan keandalan atau kontinuitas pelayanan sistem.


2. Menurunkan atau menekan rugi-rugi akibat gangguan.
3. Sangat baik untuk mensuplai daerah beban yang memiliki kerapatan beban
yang cukup tinggi.
4. Perluasan jaringan mudah dilakukan.

2.4 Penghantar

Konduktor atau penghantar adalah salah satu komponen utama, yang


berperan untuk menyalurkan atau menghantarkan energi listrik dari satu bagian ke
bagian lain. Bahan umum konduktor yang digunakan adalah tembaga dan
aluminium. Dilihat dari jenis isolasi yang digunakan, konduktor terdiri dari dua
jenis, yaitu konduktor kawat telanjang dan konduktor berosilasi atau kabel.

2.4.1 Jenis Penghantar (Konduktor)

Kawat dengan bahan penghantar (konduktor) untuk saluran transmisi


tegangan tinggi selalu tanpa pelindung/isolasi kawat. Ini hanya kawat telanjang
berbahan tembaga atau alumunium dengan inti baja (steel-reinforced alumunium
cable/ACSR) besar yang terbentang untuk mengalirkan arus listrik. Kawat
tembaga mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kawat penghantar
alumunium, hal tersebut dikarenakan konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi.
Akan tetapi juga mempunyai kelemahan yaitu untuk besaran tahanan yang sama,
tembaga lebih berat dan lebih mahal dari alumunium. Oleh karena itu kawat
penghantar alumunium telah mulai menggantikan kedudukan kawat tembaga.
Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat alumunium, digunakan campuran
alumunium (alumunium alloy). Untuk saluran transmisi tegangan tinggi, dimana
jarak antara menara/tiang berjauhan, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih
tinggi, oleh karena itu digunakan kawat penghantar ACSR. Kawat penghantar
alumunium, terdiri dari berbagai jenis, sebagai berikut (Suswanto, 2008):

a. AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya


terbuat dari alumunium.

Gambar 2.6 Konduktor Jenis AAC

(Sumber: Dwiwahyono, 2010)

b. AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang


seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.

Gambar 2.7 Konduktor Jenis AAAC

(Sumber: Dwiwahyono, 2010)


c. ACSR (Alumunium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar
alumunium berinti kawat baja.

Gambar 2.8 Konduktor Jenis ACSR

(Sumber: Dwiwahyono, 2010)

d. ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar


alumunium yang diperkuat dengan logam campuran. Sehingga kabel ini lebih
kuat dari kabel ACSR.

Gambar 2.9 Konduktor Jenis ACAR


(Sumber: Dwiwahyono, 2010)

2.5 Transformator Distribusi

Transformator adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau


menurunkan tegangan bolak-balik (AC). Transformator pada gardu distribusi
berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah 20 kV ke tegangan distribusi
380/220V. Transformator distribusi biasanya dipasang pada tiang atau dekat
lokasi konsumen, yang mengubah tegangan primer ke tegangan sekunder.
Gambar 2.10 Trafo Distrbusi
(Sumber: Abdul, 1989)

2.6 Gangguan Sistem Jaringan Distribusi Primer


Kondisi gangguan pada sistem jaringan distribusi primer tegangan
menengah 20 kV dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya yaitu :
1. Penyebab dari faktor luar
2. Penyebab dari faktor dalam

2.6.1 Penyebab Gangguan Dari Faktor Luar


Faktor – faktor luar yang menyebabkan terjadinya gangguan yaitu :
1. Cuaca misalnya hujan, angin kencang, gempa bumi dan petir.
2. Mahluk hidup misalnya manusia, binatang dan tumbuhan.
3. Benda – benda lain.
Jenis gangguan (fault) pada sistem distribusi saluran udara dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu (SPLN 52-3, 1983) :
1. Gangguan yang bersifat temporer
Gangguan temporer atau gangguan sesaat dapat hilang dengan sendirinya
atau dengan memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangannya.
2. Gangguan yang bersifat permanen
Untuk membebaskan gangguan yang bersifat permanen diperlukan
tindakan perbaikan atau menyingkirkan penyebab gangguan tersebut.
2.6.2 Penyebab Gangguan Dari Faktor Dalam
Gangguan yang disebabkan oleh faktor dalam umumnya besifat permanen,
misalnya peralatan tidak sesuai standar yang ditetapkan, pemasangan alat yang
tidak sesuai atau salah dan penuaan peralatan.
Gangguan yang disebabkan faktor dalam dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu :
1. Gangguan sistem
Gangguan sistem jaringan distribusi primer tegangan menengah 20 kV
yang diakibatkan oleh gangguan pada sistem pembangkit tenaga lisatrik atau
system jaringan trasmisi tegangan tinggi. Pada umumnya gangguan ini akan
menyebabkan pemadaman yang mencakup daerah yang luas.
2. Gangguan jaringan
Gangguan sistem jaringan distribusi primer tegangan tegangan menengah
20 kV mengakibatkan putusnya pasokan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit
tenaga listrik ke daerah – daerah tertentu. Pada umumnya penyebab gangguan
jaringan adalah :
1. Gangguan peralatan
Gangguan ini dapat diakibatkan oleh kerusakan kabel instalasi pada gardu
hubung atau penuaan alat.
2. Gangguan akibat penyulang lain
Pada keadaan jumlah penyulang yang tidak bekerja atau trip lebih dari
satu, maka untuk menentukan penyulang yang terganggu didasarkan pada indikasi
rele proteksi yang bekerja. Bila indikasi rele yang kerja menunjukkan gangguan
over current dan ground fault maka dapat dipastikan penyulang tersebut yang
terganggu. Bila indikasi gangguan yang muncul hanya ground fault saja maka
dapat dikatakan bahwa terjadi gangguan akibat penyulang lain.
3. Gangguan mahluk hidup
Pada umumnya gangguan ini bersifat sementara/temporer dan penyebab
langsung dapat dihilangkan, misalnya kelalaian manusia dalam mengoperasikan
peralatan, dahan pohon dan binatang yang menempel pada kabel instalasi.
Gangguan jaringan ditribusi yang disebabkan baik dari luar maupun dari dalam
dapat mengakibatkan terjadinya tegangan lebih atau hubung singkat. Hubung
singkat yang mungkin terjadi adalah :
a. Gangguan hubung singkat 3 phasa
b. Gangguan hubung singkat 2 phasa
c. Gangguan hubung singkat 1 phasa

2.7 Manuver Sistem Jaringan Distribusi Primer


Manuver sistem jaringan distribusi primer tegangan menengah 20 KV
merupakan serangkaian kegiatan membuat modifikasi terhadap kondisi operasi
normal jaringan akibat adanya pekerjaan ataupun gangguan yang bersifat
permanen pada jaringan yang memerlukan waktu relatif lama sehingga tetap
tercapai kondisi penyaluran daya listrik yang optimal. Manuver jaringan pada
kondisi operasi normal menggunakan jaringan tipe radial yang dikembangkan
menjadi jaringan tipe lingkar terbuka (open loop/ring) yang melewati gardu
hubung atau saklar - saklar beban.
Dengan adanya sistem manuver jaringan, maka waktu pemadaman dapat
dipersingkat dan daerah pemadaman dapat dipersempit sehingga losses kWh
terjadi dapat ditekan seminimum mungkin . Manuver jaringan membutuhkan
keandalan sistem yang mampu menanggung beban baik dari sisi pengaman,
penghantar maupun daya listrik yang akan disalurkan sehingga susut tegangan dan
losses daya listrik yang terjadi pada ujung jaringan masih berada dalam batas
(toleransi yang telah ditentukan). Manuver jaringan pada sistem jaringan distribusi
primer tegangan menengah 20 kV dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu:
1. Remote Control
2. Manual

2.8 Konsep Dasar Teori Keandalan


Keandalan (reliability) adalah sebagai peluang suatu komponen atau
sistem memenuhi fungsi yang dibutuhkan dalam periode waktu yang diberikan
selama digunakan dalam kondisi beroperasi. Dengan kata lain keandalan berarti
peluang tidak terjadi kegagalan selama beroperasi. Sukerayasa, I Wayan. (2007)
Terdapat lima faktor yang memegang peranan terhadap keandalan suatu
sistem serta definisi keandalan mengandung beberapa istilah penting yaitu (Indah,
Heru, 2013):
a. Fungsi, Keandalan suatu komponen perlu dilihat apakah suatu komponen
dapat melakukan fungsinya secara baik pada jangka waktu tertentu.
Kegagalan fungsi dari komponen dapat disebabkan oleh perawatan yang
tak terencana (unplanned maintenance).Fungsi atau kinerja dari suatu
komponen terhadap suatu sistem mempunyai tingkatan yang berbeda-
beda.
b. Probabilitas, angka yang menyatakan berapa kali gangguan terjadi dalam
waktu tertentu pada suatu system atau saluran.
c. Kecukupan performance, menunjukan kriteria kontinuitas suatu saluran
sistem penyalur tenaga listrik tanpa mengalami gangguan
d. Waktu, lama suatu saluran bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya.
Semakin lama saluran digunakan, maka akan semakin banyak
kemungkinan terjadinya kegagalan.
e. Kondisi operasi, adalah keadaan lingkungan kerja dari suatu jaringan
seperti pengaruh suhu, kelembaban udara dan getaran yang mempengaruhi
kondisi operasi.

2.9 Keandalan Sistem Distribusi


Keandalan adalah ukuran tingkat keberhasilan kinerja suatu sistem atau
bagian dari sistem untuk dapat memberikan hasil yang lebih baik pada periode
waktu dan dalam kondisi operasi tertentu. Untuk dapat menentukan tingkat
keandalan dari suatu sistem, dilakukan pemeriksaaan dengan cara melalui
perhitungan maupun analisa terhadap tingkat keberhasilan kinerja dari sistem.
Sistem yang memiliki tingkat keandalan tinggi akan mampu memberikan suplai
energi listrik setiap saat dibutuhkan, sedangkan sistem yang mempunyai tingkat
keandalan rendah tidak akan mampu memenuhi permintaan energi listrik setiap
saat dibutuhkan.
Kontinuitas pelayanan energi listrik yang merupakan salah satu unsur dari
kualitas pelayanan, tergantung kepada macam sarana penyalur dan peralatan
pengaman. Tingkat kontinuitas pelayanan energi listrik dikatakan baik dilihat
berdasarkan berapa lamanya proses menghidupkan kembali suplai energi listrik
setelah terjadinya gangguan.
Adapun macam – macam tingkatan keandalan dalam pelayanan dapat
dibedakan menjadi 3 hal antara lain ( Billinton,1996 ) :
1. Keandalan sistem yang tinggi (High Reliability System).
Pada kondisi normal, sistem akan memberikan kapasitas yang cukup untuk
menyediakan daya pada beban puncak dengan variasi tegangan yang baik.
Dalam keadaan darurat bila terjadi gangguan pada jaringan, maka sistem ini
tentu saja diperlukan beberapa peralatan dan pengaman yang cukup banyak
untuk menghindarkan adanya berbagai macam ganngguan pada sistem.
2. Keandalan sistem yang menengah (Medium Reliability System).
Pada kondisi normal, sistem akan memberikan kapasitas yang cukup untuk
menyediakan daya pada beban puncak dengan variasi tegangan yang baik. Bila
terjadi gangguan pada jaringan dalam keadaan darurat, maka sistem tersebut
masih bisa melayani sebagian dari beban meskipun dalam kondisi beban
puncak. Jadi dalam sistem ini diperlukan peralatan yang cukup banyak untuk
mengatasi serta menanggulangi gangguan sistem.
3. Keandalan sistem yang rendah (Low Reliability System).
Pada kondisi normal, sistem akan memberikan kapasitas yang cukup untuk
menyediakan daya pada beban puncak dengan variasi tegangan yang baik.
Tetapi bila terjadi suatu gangguan pada jaringan, sistem sama sekali tidak bisa
melayani beban tersebut. Jadi sistem perlu diperbaiki terlebih dahulu dan
peralatan-peralatan pengamannya relatif sangat sedikit jumlahnya.
Kontinyuitas pelayanan, penyaluran jaringan distribusi tergantung pada
jenis dan macam sarana penyalur dan peralatan pengaman, di mana sarana
penyaluran (jaringan distribusi) mempunyai tingkat kontinyuitas yang
tergantung pada susunan saluran dan cara pengaturan sistem operasiannya,
yang pada hakekatnya direncanakan dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan
dan sifat beban. Tingkat kontinyuitas pelayanan dari sarana penyaluran di
susun berdasarkan lamanya upaya menghidupkan kembali suplai telah
pemutusan karena gangguan.
Tingkatan kontinyuitas pelayanan dapat dibedakan menjadi 4 yaitu :
(SPLN 52-3, 1983) :
1. Tingkat 1
Dimungkinkan padam berjam-jam, yaitu waktu yang diperlukan untuk
mencari dan memperbaiki bagian yang rusak karena gangguan.
2. Tingkat 2
Padam beberapa jam, yaitu yang diperlukan untuk mengirim petugas ke
lapangan, melokalisasi kerusakan dan melakukan manipulasi untuk
menyalakan sementara kembali dari arah atau saluran yang lain.
3. Tingkat 3
Pada beberapa menit, yaitu manipulasi oleh petugas yang siap sedia di
gardu atau dilakukan deteksi/pengukuran dan pelaksanaan manipulasi
jarak jauh dengan bantuan DCC (Distribution Control Centre)
4. Tingkat 4
Padam beberapa detik, yaitu pengamanan dan manipulasi secara otomatis
dari DCC (Distribution Control Centre) Tanpa Padam yaitu jaringan yang
dilengkapi instalasi cadangan terpisah dan otomatis secara penuh dari
DCC (Distribution Control Centre)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Indeks Keandalan


Perkembangan sistem distribusi biasanya dimulai dari bentuk sistem
radial. Laju kegagalan (failure rate) dinyatakan dalam λ saluran radial, untuk suatu
lingkungan tertentu yang homogen, sebanding dengan panjang saluran yang
bersangkutan dan lama pemadaman (outage time) dinyatakan dalam r, tergantung
kepada waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan dan pemulihan .
Indeks keandalan merupakan suatu indikator keandalan yang dinyatakan
dalam suatu besaran probabilitas. Sejumlah indeks sudah dikembangkan untuk
menyediakan suatu kerangka untuk mengevaluasi keandalan sistem tenaga.
Evaluasi keandalan sistem distribusi terdiri dari indeks titik beban dan indeks
sistem yang dipakai untuk memperoleh pengertian yang mendalam kedalam
keseluruh pencapaian. Indeks keandalan tersebut antara lain : SAIDI, SAIFI dan
EENS.
Untuk menghitung indeks keandalan titik beban dan indeks keandalan
sistem yang biasanya digunakan meliputi angka keluar dan lama perbaikan dari
masing - masing komponen.
3.1.1 Pemadaman (Outage)
Pemadaman (Outage) adalah keandalan dimana suatu komponen tidak
dapat berfungsi sebagai mana mestinya, diakibatkan kerena beberapa peristiwa
yang berhubungan dengan komponen tersebut. Angka keluar adalah angka
perkiraan dari suatu komponen yang mengalami kegagalan beroperasi persatuan
waktu (umumnya per tahun). Suatu outage dapat atau tidak menyebabkan
pemadaman, hal ini masih tergantung pada konfigurasi dari sistem (SPLN 59,
1985).
3.1.2 Lama keluar (Outage Duration)
Periode dari satu permulaan komponen mengalami keluar sampai saat
komponen dapat dioperasikan kembali sesuai dengan fungsinya (SPLN 59, 1985).
Adapun perkiraan angka yang keluar dan waktu perbaikan dari komponen adalah
Tabel 3.1 Perkiraan angka keluar komponen system distribusi
Komponen / Peralata Angka Keluar / outage
Saluran Udara 0,2/km/tahun
Kabel Saluran Bawah Tanah 0,047/km/tahun
Pemutus Tenaga 0,004/km/tahun
Saklar Beban 0,003/km/tahun
Saklar Pemisah 0,003/km/tahun
Penutup Balik 0,005/km/tahun
Penyambung Kabel 0,001/km/tahun
Trafo Distribusi 0,005/km/tahun
Pelindung Jaringan 0,005/km/tahun
Rel Tegangan Rendah 0,001/km/tahun
(Untuk Sistem Spot Network)
Sumber : SPLN: 59, 1985

Tabel 3.2 Waktu Operasi Kerja Dan Pemulihan Pelayanan


NO OPERASI KERJA WAKTU/JAM
1 Menerima panggilan adanya pemadaman dan waktu 0,5
yang dibutuhkan untuk perjalanan ke GI
2 Menerima panggilan adanya pemadaman dan waktu 1,0
yang dibutuhkan untuk perjalanan ke alat penutup
kembali
3 Waktu yang dibutuhkan untuk sampai dari satu gardu 0.16
ke gardu berikutnya
4 Waktu yang dibutuhkan untuk sampai dari satu gardu 0,2
ke gardu berikutnya untuk sistem spot network
5 Waktu yang dibutuhkan untuk untuk memeriksa 0,083
indikator gangguan (hanya untuk sistem spindel)
6 Waktu yang dibutuhkan untuk membuka/menutup 0,25
pemutus tenaga atau penutup kembali
7 Waktu yang dibutuhkan untuk membuka/menutup 0,15
saklar beban atau saklar pemisah
8 Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki kawat 3
penghantar udara
9 Waktu yang dibutuhkan untuk mencari lokasi 5
gangguan pada kabel bawah tanah
10 Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki kabel 10
saluran bawah tanah
11 Waktu yang dibutuhkan untuk 10
mengganti/memperbaiki pemutus tenaga, saklar beban,
penutup kembali atau saklar pemisah.
10
12 Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti penyambung 15
kabel (bulusan) untuk kabel berisolasi kertas
13 Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti trafo 10
distribusi
14 Waktu yang dibutuhkan untuk mengganti pelindung 10
jaringan
15 Waktu yang dibutuhkan untuk 10
mengganti/memperbaiki bus tegangan rendah
Sumber : SPLN: 59, 1985

3.1.3 Laju Kegagalan ( Failure Rate )


Menurut Sulasno (2001), laju kegagalan adalah nilai rata-rata dari jumlah
kesalahanpersatuan waktu pada selang waktu pengamatan waktu tertentu (T), dan
dinyatakan dalam satuan kegagalan pertahun. Pada suatu pengamatan, nilai laju
kegagalan dinyatakan sebagai berikut :
λ = 𝑓/ 𝑇.......................................................... (3.1)
(Sulasno,2001)
Keterangan:
λ = Laju kegagalan (kegagalan/tahun)
f = Banyaknya kegagalan selama selang waktu T)
T = selang waktu pengamatan (tahun)

Untuk menghitung lama gangguan rata-rata (Average Annual outage Time):


𝑈𝑠 = 𝛴𝑡/𝑇………………………….……… (3.2)
(Wilis, 2004)

3.2 Indeks Keandalan Sistem Jaringan Distribusi

Menurut T.A. Short (1966), indeks keandalan merupakan suatu nilai yang
dinyatakan dalam suatu besaran probabilitas, yang terdiri dari indeks pada titik
beban dan indeks pada sistem yang dipakai untuk memperoleh pengertian tentang
kinerja suatu sistem yang diukur. Penyedia listrik paling sering menggunakan dua
indeks keandalan, yaitu SAIFI dan SAIDI, untuk mengukur kinerja keandalan
sistem tenaga listriknya. Karakteristiknya adalah frekuensi dan durasi gangguan
selama periode pertahun. Adapun indeks keandalan yang digunakan sebagai
berikut :

1. SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)


SAIFI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian
frekuensi padam dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang
dilayani.

total jumlah gangguan pelanggan


SAIFI=
jumlah pelanggan yang dilayani

Indeks keandalan ini dapat didefinisikan sebagai jumlah rata-rata


kegagalan yang terjadi perpelanggan yang dilayani oleh sistem persatuan
waktu (per-tahun). Indeks ini ditentukan dengan membagi jumlah semua
kegagalan pelanggan dalam satu tahun dengan jumlah pelanggan yang
dilayani oleh sistem tersebut. Atau dengan kata lain, persamaan untuk SAIFI
dapat dilihat pada persamaan dibawah ini:
SAIFI=
∑ λi Ni …………………………………………… (3.3)
∑ Ni
Di mana:
λi : Laju kegagalan titik beban i
Ni : Jumlah pelanggan yang dilayani pada titik beban i

2. SAIDI (Sistem Average Interruption Duration Index)


SAIDI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian
lama padam dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang
dilayani.
Jumla h jangka waktu gangguan semua pelanggan
SAIDI=
jumla h pelanggan yang dilayani
Indeks keandalan ini dapat didefinisikan sebagai nilai rata-rata dari
lamanya kegagalan untuk setiap konsumen selama satu tahun. Indeks ini
ditentukan dengan pembagian jumlah dari lamanya kegagalan untuk semua
pelanggan selama periode waktu yang telah ditentukan dengan jumlah
pelanggan yang dilayani selama tahun itu.

SAIDI=
∑ Ui Ni …………………………………………...... (3.4)
∑ Ni
Dimana :
Ui : waktu padam pelanggan dalam periode tertentu (jam/tahun)
Ni : Jumlah pelanggan yang dilayani pada titik beban i

Adapun standar nilai indeks keandalan berdasarkan refrensi yang ada,


sebagai berikut :
Tabel 3.3 Standar Nilai Indeks Keandalan
INDEKS STANDAR
SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) 1.0
SAIDI (System Average Interruption Duration Index) 1.0 - 1.5 h
CAIDI (Costumer Average Interruption Duration Index) 1.0 - 1.5 h
ASAI (Average System Availability Index) 0.99983
Sumber : Dugan, Roger, C (1996 )
3. Expected Energy Not Supplied (EENS)
Expected Energy Not Supplied (EENS) merupakan nilai penjumlahan dari
MWh yang tidak tersuplai kepada pelanggan selama periode satu tahun. Ini
didefinisikan sebagai perkiraan jumlah energi yang tidak tersalurkan pada sistem
karena gangguan selama periode satu tahun. (Wiwied, dkk., 2009).
EENS =∑ L a(i) U i MWh/tahun ................................................... (3.5)
Keterangan :
La (i) : beban puncak pada titik beban i.
Ui : waktu padam pelanggan dalam periode tertentu (jam/tahun)

3.2.1 Contoh Perhitungan SAIFI, SAIDI dan EENS


Contoh kasus di ambil dari tugas akhir (TA) “ANALISA TINGKAT
KEANDALAN SISTEM SUPLAI DISTRIBUSI 20 kV UNIVERSITAS
UDAYANA DENPASAR” I Made Wahyu Darmahesta
Dalam studi kasus untuk perhitungan SAIFI, SAIDI, EENS digunakan penyulang
panjer (penyulang utama suplai UNUD) yang berada di wilayah kerja Area
Jaringan Bali Selatan Unit Jaringan Denpasar. Data perhitungan adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.4 Hasil Analisa Indeks Keandalan Untuk Masing-Masing Titik Beban
data
laju waktu Ketidakter jumlah
perhitungan
kegagalan perbaikan sediaan pelanggan λ*m u*m
untuk setiap
(λ) gangguan (r) tahunan (u) (m)
Load Point
1 2 3 4 5 6 7
Titik beban 1 0,3634 3,604843148 1,31 13 4,7242 17,03
Titik beban 2 0,3814 3,57629785 1,364 40 15,256 54,56
Titik beban 3 0,4214 3,521594684 1,484 35 14,749 51,94
Titik beban 4 0,4894 3,449121373 1,688 300 146,82 506,4
Titik beban 5 0,5314 3,413624388 1,814 26 13,8164 47,164
Titik beban 6 0,5894 3,372921615 1,988 538 317,0972 1069,544
Titik beban 7 0,6334 3,347016104 2,12 3 1,9002 6,36
Titik beban 8 0,6494 3,338466277 2,168 79 51,3026 171,272
..... .... .... .... .... .... ....
..... .... .... .... .... .... ....
Titik beban 46 1,2614 3,218645949 4,06 1 1,2614 4,06
Titik beban 47 1,2674 3,217610857 4,078 1 1,2674 4,078
Titik beban 48 1,2594 3,218993171 4,054 1 1,2594 4,054
Titik beban 49 1,2094 3,228046965 3,904 137 165,6878 534,848
Titik beban 50 1,2114 3,227670464 3,91 3 3,6342 11,73
Titik beban 51 1,2314 3,223972714 3,97 4 4,9256 15,88
Titik beban 52 1,1854 3,23266408 3,832 299 354,4346 1145,768
Titik beban 53 1,2054 3,228803717 3,892 1 1,2054 3,892
Titik beban 54 1,2054 3,228803717 3,892 1 1,2054 3,892
Σm 8829
Σλ*m 7309,201
Σu*m 24118,942

Keterangan :
λ : Angka Keluaran / Laju kegagalan titik beban (failures/year)
r : Rata-rata waktu Keluar (hours)
u : Ketidaktersediaan waktu (hours/year)
m : Jumlah Pelanggan yang dilayani

Dari tabel di atas pada kolom dua menunjukkan, bahwa titik beban yang
mempunyai laju kegagalan yang paling kecil adalah pada titik beban 1 sebesar

0,3634 (dibawah satu kali) kegagalan tiap tahun. Artinya pada pelanggan trafo ini
hampir tidak pernah padam selama satu tahun yang disebabkan oleh peralatan dan
tidak disebabkan oleh pemeliharaan. Secara umum pada tabel terlihat titik beban
yang terletak pada pangkal saluran memiliki laju kegagalan paling kecil, begitu
juga sebaliknya titik beban yang terletak di ujung saluran memiliki laju kegagalan
yang besar. Hal ini disebabkan karena letak titik beban yang semakin jauh dari
sumber maka akan semakin banyak jumlah komponen serta penyulang yang
semakin panjang, sehingga peluang terjadinya kegagalan komponen semakin
besar. Selanjutnya setiap data load point dari tabel 4.9 tersebut akan dijumlahkan
dari perkalian antara perkiraan angka keluaran dengan jumlah pelanggan (λ * m ),
ketidaktersedian waktu dikalikan jumlah pelanggan (u * m ), dan jumlah total
pelanggan (Σ m) untuk menghitung SAIFI dan SAIDI. Dan perkiraan energi yang
tidak tersuplai (Σ beban i * u).
Dalam menghitung nilai SAIFI, SAIDI dan EENS untuk menemukan
tingkat keandalan pada sistem distribusi penyulang panjer (penyulang utama
suplai UNUD) dapat dihitung dengan persamaan berikut :
1. Perhitungan SAIFI
total jumlah gangguan pelanggan ∑ λi N i
SAIFI= =
jumlah pelanggan yang dilayani Ι Ni
7309,201
SAIFI=
8829
SAIFI = 0,827863
Jadi nilai SAIFI sistem jaringan distribusi penyulang panjer adalah sebesar
0,827863 failures / customer.yr

2. Perhitungan SAIDI
Jumlah jangkawaktu gangguan semua pelanggan ∑ U i N i
SAIDI= =
jumlah pelanggan yang dilayani L Ni
24118,942
SAIDI=
8829
SAIDI = 2,731786
Jadi nilai SAIDI sistem jaringan distribusi penyulang panjer adalah sebesar
2,731786 hour / customer.yr

3. Perhitungan Expected Energy Not Supply (EENS)


EENS=∑ La (i ) U i MWh/tahun

= 9,2126 MWh/tahun
Jadi nilai (EENS) perkiraan energi yang tak tersuplai pada sistem jaringan
distribusi penyulang panjer saat terjadi gangguan adalah sebesar 9,2126
MWh/tahun.

3.3 Kegunaan Dari Indeks Keandalan Sistem


Kegunaan dari informasi indeks keandalan sistem adalah sangat luas. Ada
beberapa kegunaan yang paling umum yaitu (Billiton, R dan Billiton, J.E, 1989) :
1. Melengkapi menejemen dengan data capaian mengenai mutu layanan
pelanggan pada sistemm listrik secara keseluruhan.
2. Untuk mengidentifikasi sub sistem dan sirkit dengan capaian dibawah
standar untuk memastikan penyebabnya.
3. Melengkapi menejemen dengan data capaian mengenai mutu layanan
pelanggan mengenai untuk masing-masing area operasi.
4. Menyediakan sejarah keandalan dari sirkit individu untuk diskusi dengan
pelanggan sekarang atau calon pelanggan.
5. Memenuhi syarat pelaporan pengaturan.
6. Menyediakan suatu basis untuk menetapkan ukuran-ukuran
kesinambungan layanan.
7. Menyediakan data capaian yang penting bagi suatu pendekatan
probabilistik untuk studi keandalan sistem distribusi.

3.4 Metode MenentukanTingkat keandalan Sistem Distribusi


3.4.1 Metode Reliability Index Assessment (RIA)
Reliability Index Assessment merupakan sebuah metode yang
mengevaluasi indeks keandalan jaringan distribusi dengan mengasumsikan
kegagalan dari suatu peralatan, setelah itu mengidentifikasi kegagalan tersebut,
dan menganalisa bagaimana efek kegagalan peralatan tersebut mempengaruhi
operasi sistem distribusi 20 KV. Kemudian kegagalan pada setiap komponen
dianalisa untuk mendapatkan indeks keandalan kontribusi yang mempengaruhi
indeks keandalan system (Prabowo. Herdianto.2013).
Metode RIA ini digunakan untuk melakukan perhitungan indeks
keandalan saat terjadi gangguan, yang mana serangkaian langkah diterapkan pada
sistem distribusi ini untuk membandingan setiap kondisi sehingga nantinya dapat
dibandingkan antara nilai-nilai indeks keandalan pada kondisi-kondisi tertentu
yang telah diterapkan pada simulasi ETAP dan metode RIA. Dalam metode RIA
untuk mendapatkan nilai indeks keandalan seperti SAIDI, SAIFI, dan CAIDI
harus mencari nilai dari beberapa parameter penunjang yaitu sebagai berikut :
1. Perhitungan Indeks kegagalan
Harus dilakukan langkah seperti di bawah ini.
 Saluran udara maupun kabel bawah tanah dengan cara panjang per km
(sustained failures rate) dikalikan panjang dari masing-masing.
 Indeks keandalan tiap peralatan juga dikalikan dengan jumlah peralatan
tersebut.
2. Mencari r dan U sistem
Pada perhitungan r dan U sistem, sebelumnya harus dilakukan langkah
seperti di bawah ini
 r (jam/gangguan) menyatakan waktuperbaikan atau switching time, yakni
ketika terjadi gangguan pada salah satusection, maka komponen-
komponenpada section yang terganggu akandikenakan repair time
sedangkan untuk komponen-komponen yang tidakterganggu akan
dikenakan switching time.
 U (jam/tahun) merupakan hasilperkalian antara λ (gangguan/tahun)
dengan r (jam/gangguan), menyatakan durasi/lama pemadaman rata-rata
dalam kurun waktu satu tahun akibatgangguan pada tiap komponen
sistemdistribusi.
3. Perhitungan SAIFI, SAIDI dan CAIDI
Untuk memperoleh nilai SAIFI, nilai λ peralatan baik saluran bawah tanah,
circuit breaker, trafo, recloser, switch pada setiap peralata ndikalikan jumlah
pelanggan pada loadpoint bersangkutan, kemudian hasil perkaliaN dibagi dengan
jumlah dari semua pelangga dari sistem. Sehingga akan diperoleh nilai SAIFI per
peralatan yang nantinya akan dijumlahkan untuk mendapatkan nilai SAIFI
kesuluruhan dari sistem distribusi Untuk memperoleh nilai SAIDI, nilai U pada
setiap peralatan dikalikan jumlah pelanggan pada load point bersangkutan,
kemudian hasil perkalian dibagi dengan jumlah dari semua pelanggan dari sistem.
Sehingga akan diperoleh nilai SAIDI per peralatan yang nantinya akan
dijumlahkan untuk mendapatkan nilai SAIDI kesuluruhan dari sistem
distribusi.Untuk memperoleh nilai CAIDI, dengan cara nilai SAIDI dibagi nilai
SAIFI.
3.4.2 Metode Dristribusi Poisson
Untuk menghitung tingkat keandalan suatu sistem jaringan distribusi harus
melakukan langkah – langkah berikut
1. Menghitung impedansi saluran
2. Menghitung drop tegangan
3. Menghitung rugi-rugi daya
4. Menghitung nilai kapasitor dan menentukan penempatan kapasitor
5. Menghitung tegangan dan rugi-rugi daya setelah pemasangan kapasitor
6. Menghitung tingkat keandalan sistem dalam SAIFI dan SAIDI
Setelah melakuakn langkah-lankah tersebut kita masukkan data total rata – rata
jumlah gangguan selama setahun dan data total lamanya pemadaman kedalam
suatu rumus untuk menghitung tingkat keandalan, perhitungan tersebut dipakai
metode distribusi poisson. Karena dengan Distribusi Poisson tersebut memiliki
kemampuan antara lain :
a. metode Poisson di gunakan untuk menghitung data kejadian yang
mempunyai rentang waktu tertentu.
b. metode Poisson di gunakan untuk menghitung n (jumlah waktu) yang
besar, misal seratus atau lebih seratus.
Yang mana dalam distribusi tersebut kemungkinan ada kerusakan sebanyak x
dalam interval waktu tertentu t di nyatakan dengan distribusi Poisson.
P(X=x) = e− λt ¿ ¿ ............................................(3.6)
(Pabla, Abdul 1994)
Maka kemungkinan tidak terjadi kerusakan selama periode waktu 0 t di sebut
fungsi keandalan R(t) yaitu
R(t) = e− λt ………………………………..(3.7)
(Pabla, Abdul 1994)

Keterangan :
R(t) = fungsi keandalan
e = eksponensial
λ = Jumlah Waktu (jam selama setahun) / jumlah kerusakan atau gangguan
(kali/jam)
Jumlah waktu : 8760 ( yaitu jumlah jam selama setahun)

Contoh Kasus.
Data diperoleh dari jurnal “Analisis Sistem Distribusi 20 kV Untuk Memperbaiki
Kinerja Dan Keandalan Sistem Distribusi Menggunakan Electrical Transient
Analisys Program”. Pada bulan Januari s/d Desember 2011 bahwa jumlah
gangguan yang terjadi pada Gardu Hubung Ujung Tanjung Feeder Teluk Pulau
selama satu tahun (SAIFI) adalah 45 kali dengan rata-rata (λ) adalah 0,0043
kali/jam selama setahun, dengan total waktu lama pemadaman/gangguan (t)
(SAIDI) adalah 52,83 jam,dan jumlah jam dalam setahun 8760 jam, dengan
demikian tingkat keandalannya adalah :
R (t) = e-λt
λ = 45/8760
= 0,0051 kali/jam
T = total lama waktu gangguan selama setahun = 52,83 jam
R = e-0,0051 x 52,83
= e-0,2694
= 0,7638
Dengan menggunakan rumus untuk mencari tingkat keandalan sistem, dengan
memasukkan jumlah data gangguan dan lamanya waktu pemadaman rata-rata
selama satu tahun maka didapat perhitungan bahwa tingkat keandalan Gardu
Hubung Ujung Tanjung Feeder Teluk Pulau adalah 0,7638

3.4.3 Metode Reliability-Network-Equivalent


Metode Reliability-Network-Equivalent Approach (RNEA) merupakan
penyederhanaan dari metode Failure-Mode-and-Effect Analysis (FMEA). Metode
RNEA digunakan untuk menganalis system distribusi radial yang kompleks
secara sederhana. Prinsip utama pada metode ini adalah elemen ekuivalen dapat
digunakan untuk mengganti bagian jaringan distribusi dan menyusun kembali
system distribusi yang besar kedalam bentuk seri dan sederhana. Metode ini
merupakan metode pendekatan untuk mengevaluasi sistem distribusi yang
menggunakan proses berulang dan berurutan untuk mengevaluasi indeks
keandalan per titik beban (load point).
Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa system distribusi radial yang terdiri
dari Transformator, Saluran, Breaker, Fuse, dan Disconnecting Switch. S1, L1
disebut sebagai seksi utama (main section) yang menyalurkan energi ke lokasi
beban. Beban (load point) pada kondisi normal terhubung langsung dengan
Transformator. Fuse F1 dan saluran cabang T1 dan L5 disebut sebagai seksi
cabang (lateral section).

Gambar 3.1 Sistem Distribusi


(Sumber : Sukerayasa, 2008)
Keterangan:
B : Breaker
T : Transformator
L : Line
S : Disconnecting Switch
F :Fuse
Sistem distribusi yang terlihat pada gambar 2 dapat dimodelkan dengan
Penyulang umum, seperti yang terlihat pada gambar 2. Penyulang umum terdiri
dari n seksi utama (main section), n seksi cabang (lateral section) dan komponen
seri. Secara berurutan Si, Li, Mi dan Lpi menggambarkan komponen seri i, Li
dapat disebut sebagai saluran dengan Fuse atau saluran dengan Fuse dan
Transformator pada seksi cabang i, Mi dapat disebut sebagai saluran dengan
Disconnecting Switch atau saluran dengan dua Disconnecting Switch di kedua
ujungnya pada seksi utama i, dan Lpi adalah load point

Gambar 3.2 Penyulang Umum


(Sumber : Sukerayasa, 2008)

Proses yang digunakan untuk mengevaluasi indeks keandalan sistem


distribusi yang menggunakan RNEA terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

1. Proses bottom-up, digunakan untuk mencari semua Penyulang cabang (sub


Feeder) kemudian diganti dengan jaringan ekuivalen seksi cabang (lateral
section) sehingga sistem dapat direduks menjadi sistem distribusi umum.
2. Prosedur top-down, proses ini digunakan untuk mengevaluasi indeks titik
beban (load point) tiap Penyulang (Feeder) dan ekuivalen komponen seri
untuk Penyulang cabang (sub Feeder), sampai semua indeks titik beban
(load point) baik pada Penyulang utama (Feeder) maupun Penyulang
cabang (sub Feeder) dievaluasi.
3. Setelah masing-masing indeks titik beban (load point) dihitung, kemudian
menghitung indeks Penyulang dan sistem.

3.4.4 Metode Simulasi Monte Carlo


Simulasi Monte Carlo (SMC) adalah suatu teknik stokastik yang
digunakan untuk memecahkan permasalahan matematika. Kata “Stokastik” berarti
bahwa Simulasi Monte Carlo menggunakan angkaangka acak dan probabilitas
statistik untuk memperoleh suatu jawaban. Metoda Monte Carlo mula-mula
dikembangkan untuk proyek Manhattan selama Perang Dunia II. Bagaimanapun,
Simulasi Monte Carlo kini diberlakukan bagi suatu cakupan yang luas tentang
permasalahan-permasalahan disain reaktor nuklir, ekonometrik, evolusi mengenai
bintang, meramalkan bursa saham dan lain lain. Bagian penting dari Simulasi
Monte Carlo adalah pemahaman tentang angka acak mulai dari menghasilkannya
dan mengkonversinya. Dalam distribusi eksponensial yang mempunyai laju
kegagalan (λ ) yang konstan dan variasi eksponensial dari T ditunjukkan dalam
persamaan 3.11 berikut:
T = -1 / λ ln(X )…………………………………(3.8)
Dimana X adalah angka acak yang nilainya antara 0 sampai 1. Pembuatan
angka acak ini umumnya dibantu oleh program komputer. Dalam keandalan
jaringan distribusi, angka acak ini dipakai untuk mendapatkan nilai TTF dan TTR
sesuai nilai rataratanya. Nilai TTF dan TTR didapatkan dengan mengkonversikan
nilai X kedalam persamaan, sehingga persamaan 2.15 akan menjadi:
TTF = −MTTF ln(X ) …………………………..(3.9)
TTR = −MTTRln(X )……………………………(3.10)
Proses yang digunakan untuk mengevaluasi indeks keandalan sistem distribusi
yang menggunakan Simulasi Monte Carlo terdiri dari langkah-langkah sebagai
berikut (Billinton.1999):
1. Hasilkan sebuah angka acak untuk masing-masing elemen didalam sistem dan
mengkonversinya ke dalam TTF yang sesuai dengan probabilitas distribusi dari
parameter elemen tersebut.
2. Tentukan elemen dengan TTF minimum.
3. Hasilkan sebuah nomor acak dan konversikan nomor ini ke dalam Repair Time
(RT) dari elemen dengan TTF minimum menurut probabilitas distribusi dari
waktu perbaikan.
4. Hasilkan angka acak yang lain dan konversi nomor ini ke dalam Switch Time
(ST) menurut probabilitas distribusi dari Switch Time jika tindakan ini
mungkin.
5. Gunakan prosedur “penentuan kegagalan titik beban” dan rekam jangka waktu
keluar (outage) untuk masing-masing titik beban yang gagal.
6. Hasilkan sebuah angka acak yang baru untuk elemen yang gagal dan
konversikan kedalam suatu TTF baru, dan kembali ke langkah 2 jika waktu
simulasi kurang dari satu tahun. Jika waktu simulasi lebih besar dari satu tahun,
langsung ke langkah 9.
7. Kalkulasi jumlah dan jangka waktu kegagalan untuk masing-masing titik beban
untuk masing-masing tahun.
8. Kalkulasi nilai rata-rata dari jangka waktu kegagalan titik beban untuk sampel
tahun.
9. Kalkulasi indeks sistem dan rekam indeksindeks ini untuk masing-masing
tahun.
10. Kalkulasi nilai rata-rata dari indeks-indeks sistem ini.
11. Kembali ke langkah 2 jika waktu simulasi kurang dari total tahun simulasi
yang
ditetapkan, jika tidak keluarkan hasil

3.5 Menigkatkan keandalan sistem distribusi


3.5.1 Loop Restoration Scheme
Loop Restoration Scheme ( LRS )adalah metode otomasi distribusi pada
feeder yang digunakan untuk meningkatkan keandalan sistem distribusi. Dimana
otomasi distribusi inidapat memaksimalkan untuk memperbaiki keandalan
dankualitas pelayanan LRS dikendalikan oleh Automatic Control Sistem (ACS).
ACS digunakan untuk pengendalian operasim perangkat switching device, untuk
memindahkan gangguan pada section yang lain dan mengembalikan dari
gangguan
pada feeder. Pengaruh penerapan LRS pada indeks keandalan sistem distribusi
yang diberikan tergantung pada ACS yang digunakan. Saat ini Loop Restoration
Scheme yang telah dikembangkan untuk otomatisasi sistem distribusi yaitu ACS
Without Comunication Link (sahran dkk, 2009)
Pada Loop Restoration Scheme Without Comunication Link ini, sistem
bekerja berdasarkan kerja yang sudah dimiliki dari setiap switching device yang
digunakan jadi tidak ada komunikasi antar device tersebut dan berdasarkan
konfigurasi seperti yang terlihat pada Gambar dibawah ini

Gambar 3.3 Konfigurasi Loop Restoration Scheme


(Sumber ; Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 2, 2013)

Cara kerja sistem Loop Restoration Scheme without communication link


sesuai konfigurasi di atas adalah sebagai berikut :
a. Ketika gangguan permanen terjadi pada section 1,pemutus sirkuit CB1
akan terbuka,sectionalizing recloser R1 mendeteksi hilangnyasumber
tegangan pada sisisection 1 dan 2, begitu pula pada recloser R3
mendeteksi hilangnya sumber tegangan pada sisi section 3 dan 4. Sehingga
timer dari kedua recloser mulai bekerja. Saattime delay pada R1 berakhir
maka R1 akan terbuka dan mengunci/lock out, Setelah itu time delay pada
R3 berakhir maka R3 menutupdan memberikan pelayanan daya ke feeder
yang tidak mengalami gangguan yaitu padasection yang berada diantara
R1 dan R3. Setelah menemukan gangguan, sectionalizingswitch SW1 akan
terbuka dan R1 ditutup secara manualdanmengembalikan pelayanan ke
feederyang tidak mengalami gangguanyaitu pada section 2.
b. Ketika gangguan permanen terjadi pada section 2, prosedurnya mirip
dengan kasus ketika gangguan permanen terjadi pada section 1. Akan
tetapi setelah penentuan lokasi gangguan, SW1 terbuka dan CB1 ditutup
secara manual dan aka nmengembalikan pelayanan pada bagian 1 yang
tidak mengalami gangguan.
c. Ketika gangguan permanen terjadi pada section 3, R1 pertama akan
membuka dan Tie recloser R3 mendeteksi hilangnya tegangan pada sisi
R1 . Setelah berakhirnya time delay pada R3, maka R3 menutup dan akan
mendeteksi arus gangguan, maka akan terjadi trip dan akan mengunci/lock
out. bagianfeeder yang tidak mengalami gangguan yaitu diantara R1 dan
CB1 tetap medapatkan pelayanan daya. Setelah penentuan lokasi
gangguan, sectionalizing switch SW2 terbuka dan R3 akan ditutup secara
manual dan mengembalikan layanan ke feederyang tidak mengalami
gangguan yaitu pada section 4.
d. Ketika gangguan permanen terjadi pada section 4, R1 dan R3membuka
dan mengunci/lock out setelah melakukan protection sequence. Bagian
yang tidak mengalami gangguan yaitu diantara CB1 dan R1,tetap
mendapatkan pelayanan daya. Setelah menemukan lokasi gangguan, SW2
terbuka dan R1 akan ditutup secara manual dan mengembalikan pelayanan
daya pada section yang tidak mengalami gangguan yaitu section 3.
e. Ketika gangguan sementara terjadi pada section 1 atau 2, CB1 melakukan
reclosing sequence. Selama proses ini, semuapelanggan sepanjang feeder
mengalami gangguan sementara.
f. Ketika gangguan sementara terjadi pada section 3 atau 4, R1melakukan
reclosing sequence. Selama proses ini, hanya pelanggan diantara R1 dan
R3 mengalami gangguan sementara.

3.5.2 Penerapan Metode Pendekatan Teknik


Konsep dan pendekatan teknik ini adalah salah satu metode yang
digunakan untuk meningkatkan keandalan system distribusi, yaitu dengan
menempatkan recloser disuatu lokasi tertentu pada iaringan tersebut. Recloser
ditempatkan di jaringan distribusi dengan beberapa tujuan yang berbeda
diantaranya untuk mengisolasi seksi yang terganggu, rekonfigurasi jaringan dan
lainnya yang secara umum akan memperbaiki keandalan. Metode yang digunakan
dalam menentukan lokasi recloser secara optimal ini didasarkan pada evaluasi
indeks-indeks keandalan dari suatu sistem distribusi secara umum Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode ini adalah sebagai berikut:
1. Sistem tidak perlu disederhanakan/direduksi, dan hanya direpresentasikan
secara sederhana dengan menggunakan cabang-cabangnya, komponen-
komponennya, titik supply dan titik beban/load point.
2. Untuk setiap komponen diperlukan data keandalan yang relevan seperti :
tingkat kegagalan (failure rate), waktu perbaikan (repair time), dan waktu
switching (switching time).
3. Recloser diperlakukan sebagai komponen sistem dan alokasinya disesuaikan
dengan konfigurasi jaringan untuk memisahkan load point.
Prosedur dasar dari metode pendekatan ini dimulai dengan memodelkan jaringan
yang dianalisa. Topologi sistem direpresentasikan dengan cabangcabang sistem.
Suatu cabang didefinisikan sebagai satu set komponen yang terhubung seri dan
berujung pada dua busbar. Setiap cabang dan semua komponen yang
diperhitungkan perlu diidentifikasikan, antara lain : jumlah cabang dan ujung
cabang, Jumlah komponen, jumlah supply point, load point yang akan dianalisa
dan jumlah tie-switch normally open serta data pelanggan dan data daya listrik
dan keandalan untuk tiap komponen. Berdasarkan pertimbangan ekonomis dan
konfigurasi jaringan, selanjutnya recloser ditempatkan di calon lokasi-lokasi yang
diusulkan. Pada setiap perubahan lokasi dan/atau jumlah recloser, indeks-indeks
keandalan dihitung. Perhitungan dilakukan untuk setiap calon lokasi, sehingga
akhirnya prioritas penempatan yang optimal dapat diperoleh. Struktur algoritma
dari pendekatan ini adalah sebagai berikut
a. Masukkan data jaringan, data konsumen, data daya listrik dan data keandalan
komponen.
b. Konfigurasi jaringan dan jumlah recloser yang diinvestasikan merupakan
batasan yang harus diperhatikan untuk menentukan keandalan sistem.
c. Untuk setiap kegagalan pada setiap load point tentukan indeks keandalan
sistem. Pada setiap gangguan pada salah satu load point, lakukan :
1. Hitung indeks keandalan load point.
2. Ulangi untuk setiap kegagalan dan untuk setiap load point.
3. Untuk menentukan indeks keandalan system, jumlahkan semua indeks
keandalan load point.
d. Ubah lokasi recloser sesuai konfigurasi jaringan dan lanjutkan kelangkah
(c).
e. Ulangi untuk setiap lokasi recloser yang mungkin.
f. Tentukan solusi optimal dengan membandingkan indeks-indeks keandalan
yang diperoleh untuk setiap lokasi recloser yang mungkin.

Contoh kasus :
Contoh kasus di ambil dari jurnal “PENERAPAN METODE PENDEKATAN
TEKNIK UNTUK MENINGKATKAN KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI”
Rukmi Sari Hartati, I Wayan Sukerayasa
Dalam studi kasus untuk peningkatan indeks keandalan sistim digunakan
penyulang Penebel dan penyulang Marga yang berada di wilayah kerja Area
Jaringan Bali Selatan Unit Jaringan Tabanan. Data Penyulang untuk Penebel
adalah sebagai berikut :
Jumlah pelanggan : 14989 pelanggan
Jumlah trafo : 89 buah
Beban rata-rata : 54.913 kW/pelanggan
Total beban : 9794950 VA
Sedangkan Penyulang Marga adalah :
Jumlah pelanggan : 15617 pelanggan
Jumlah trafo : 96 buah
Beban rata-rata : 151.523 kW/pelanggan
Untuk tujuan analisis penempatan recloser ini, data yang diperlukan adalah:
1. One Line Diagram pada area penyulang Penebel.
2. One Line Diagram pada area penyulang Marga.
3. Data perkiraan angka keluar komponen distribusi serta waktu operasi kerja dan
pemulihan pelayanan sesuai SPLN : 59, 1985.
4. Data kapasitas trafo pada penyulang Penebel.
5. Data kapasitas trafo pada penyulang Marga.
6. Data gangguan tahun 2006 pada penyulang Penebel dan Marga.
7. Data pelanggan pada penyulang Penebel dan Marga.
Penentuan lokasi recloser yang cocok dilakukan dengan menghitung dan
membandingkan indek-sindeks keandalan sistem dengan skenario yaitu
penempatan recloser di beberapa alternatif lokasi masing-masing load point
dengan Tie switch di TS1 yang berlokasi di LBS Petung yang sudah terpasang
pada jaringan.
Penyulang Penebel mempunyai rata-rata gangguan pertahun per kilometer
saluran sebesar 0.0238 fault/year/km, sehingga total indeks angka kegagalan
(λ) adalah 3.25 fault/tahun. Sesuai SPLN 59 / 1985 waktu perbaikan saluran
udara r = 3 jam dan waktu switching untuk recloser = 0.03 jam. Kemudian
dapat dihitung keandalan sistem sesuai lokasi load point (20 lokasi), dan
selanjutnya dapat dipilih lokasi penempatan recloser yang paling tepat. Dengan
perhitungan untuk penyulang Marga, yang mempunyai kegagalan rata-rata
pertahun sebesar 0.00655 fault/year/km, diperoleh total indeks kegagalan 0.500
fault/tahun. Selanjutnya ditentukan waktu perbaikan saluran udara r = 3 jam
dan waktu switching untuk recloser = 0.03 jam. Keandalan sistem dapat
ditentukan sesuai lokasi load point (27 lokasi). Dengan membandingkan indeks
keandalan sistem untuk setiap load point diperoleh indeks yang terbaik untuk
lokasi penempatan recloser yang tepat. Dengan menerapkan metode tersebut
pada penyulang Penebel dan Marga diperoleh hasil sbb. : Lokasi recloser yang
optimal di Penyulang Penebel adalah di load point 15 dengan SAIDI adalah
3,2911 jam/pelanggan /tahun, dan SAIFI adalah 3,2500 kali/pelanggan/tahun.
Target WCS untuk SAIFI sudah terpenuhi, namun nilai SAIDI masih belum.
Walaupun demikian nilai ini sudah mengalami penurunan yang jauh dari
keadaan semula yang sebesar 12.889 jam/pelanggan/tahun. Lokasi optimal
recloser Penyulang Marga adalah di lokasi load point 10 dengan SAIDI adalah
0,6069 jam/pelanggan /tahun dan SAIFI sebesar 0,5001 kali/pelanggan/ tahun.
Kedua nilai indeks keandalan ini sudah dapat memenuhi target WCS.
BAB 1V
SIMPULAN
4.1 Simpulan
1. Keandalan (reliability) adalah sebagai peluang suatu komponen atau
sistem memenuhi fungsi yang dibutuhkan dalam periode waktu yang
diberikan selama digunakan dalam kondisi beroperasi. Dengan kata lain
keandalan berarti peluang tidak terjadi kegagalan selama beroperasi.
2. Indeks keandalan merupakan suatu indikator keandalan yang dinyatakan
dalam suatu besaran probabilitas.
3. Indeks keandalan yang dipakai pada sistem distribusi :
a. System Avarage Interruption Frequency Index (SAIFI)
b. System Avarage Interruption Duration Index (SAIDI)
c. Expected Energy Not Supplied (EENS)
4. Metode yang bisa Menentukan Tingkat keandalan Sistem Distribusi adalah
Sebago berikut :
a. Metode Reliability Index Assessment (RIA)
b. Metode Dristribusi Poisson
c. Loop Restoration Scheme
d. Metode Reliability-Network-Equivalent
e. Metode Monte Carlo
5. Konsep dan Pendekatan teknik ini adalah salah satu metode yang
digunakan untuk meningkatkan keandalan system distribusi, yaitu dengan
menempatkan recloser disuatu lokasi tertentu pada iaringan tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Pandjaitan. 1999. Teknologi Sistem Pengendalian Tenaga Listrik. Jakarta :


Prenhalindo.

Hamadun. 2010. Gambar Sistem Kelistrikan Teknik Distdibusi.


http://hamadun.blogspot.com. Diakses tanggal 12 Desember 2011.

Gonen, T. 1986. Electric Power Distribution System Engineering. Columbia :


McGraw-Hill Book Company.

Pabla,A,S. 2008. Electric Power Distribution. 5th ed. New Delhi : Tata Mcgraw-
Hill.

Kadir, A. 2000. Distribusi Dan Utilisasi Tenaga Listrik. Jakarta : UI-Press.

Suswanto, D. 2008. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Edisi Pertama. Padang :


Universitas Negeri Padang.

Dwiwahyono, H. 2010. Macam – Macam Jenis Konduktor pada SUTM.


http://mo3mo3n.blogspot.com. Diakses tanggal 24 desember 2011.

Abdul, K. 1989. Transformator. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Standar PLN No. 59. 1985. Keandalan pada sistem Distribusi 20kV dan
6kV.Jakarta: Departemen Pertambangan dan Energi.
Sukerayasa, I Wayan, 2007. Evaluasi Keandalan Penyulang Konfigurasi Radial
dan Spindel. Fakultas Teknik. Universitas Udayana. Bal
Nur Indah Arifani, Heru Winarno. 2013 Analisis Nilai Indeks Keandalan Sistem
Jaringan Distribusi Udara 20 Kv Pada Penyulang Pandean Lamper
1,5,8,9,10 Di Gi Pandean Lamper. Gema Teknologi Vol. 17 No. 3
Billinton, R., Billinton, J. E. 1989. Distribution System Reliability Indices. Ieee
Trans. Power Delivery, Vol. 4, Pp. 561-586.
Sulasno.2001. Teknik Dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Semarang :
Universitas Diponegoro
Short, T.A. 1966. Distribution Reliability and Power Quality. New York : CRC
Prees.
Dugan, Roger, C. 1996. Electrical Power Systems Quality. United States of
America :McGraw-Hill Companies.

Wiwied Putra Perdana, dkk. Vol.III, No.1, 2009, Jurnal EECCIS. Evaluasi
Keandalan Sistem Tenaga Listrik pada Jaringan Distribusi Primer
Tipe Radial Gardu Induk Blimbing.

Pabla, AS dan Abdul Hadi. 1986. Sistem Distribusi Daya Listrik, Jakarta:
Erlangga.
Ibg Manuaba, I Wayan Sukerayasa, I Made Oka Widnya, 2004. Studi Keandalan
Penyulang 20 Kv Di Gardu Induk Padang Sambian Menggunakan
Metode Simulasi Monte Carlo. Teknologi Elektro Vol.3 No.2 , Teknik
Elektro Universitas Udayana, Bali
I Wayan Sukerayasa, Musthopa, Evaluasi Keandalan Penyulang Dengan Metode
Reliability Network Equivalent Approach, Juni 2008, Majalah Ilmiah
Teknologi Elektro, Vol 7, No 1, Teknik Elektro Universitas Udayana,
Bali
Rukmi Sari Hartati, I Wayan Sukerayasa. 2010. Penerapan Metode Pendekatan
Teknik Untuk Meningkatkan Keandalan Sistem Distribusi. Teknologi
Elektro Vol.9 No.1 , Teknik Elektro Universitas Udayana, Bali

Anda mungkin juga menyukai