Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH DISTRIBUSI LISTRIK TENAGA

KONTRUKSI SALURAN UDARA

DI SUSUN :
NAMA : ALWI SYARIF
NIM : 210204502004
KELAS : PTE 02

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL iii
1. PENDAHULUAN 1
2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSTRUKSI SALURAN UDARA 1
3. KARAKTERISTIK RUTE 1
4. IZIN PENDIRIAN RUTE 2
5. BEBAN MEKANIS 3
5.1. Definisi Tekanan 3
5.2. Elastisitas 4
5.3. Beban NESC 5
5.4. Tekanan Angin 6
6. RUANG NETRAL/ZONA NETRAL 7
6.1. Zona Netral Horizontal 7
6.2. Zona Netral Vertikal 7
6.3. Zona Netral pada Persimpangan Kabel 8
6.4. Jarak Horizontal Antar-Konduktor 12
7. JENIS STRUKTUR PENDUKUNG 13
7.1. Jenis Tiang 13
7.2. Jenis Tanah dan Pengaturan Tiang 19
8. PERHITUNGAN MEKANIS 19
8.1. Pendahuluan 19
8.2. Momen pembengkokan akibat angin pada konduktor 20
8.3. Momen pembengkokan akibat angin pada tiang 22
8.4. Tekanan akibat sudut pada jalur 25
8.5. Penentuan kekuatan terhadap sudut tiang 26
8.6. Sudut maksimum yang diperbolehkan tanpa kawat jangkar 27
8.7. Penjangkaran 28
8.8. Perhitungan tensi pada kawat jangkar 31
9. KUALITAS KONSTRUKSI 33
10. KONDUKTOR 34
11. JENIS ISOLATOR 34
12. PEMAKAIAN BERSAMA 35
13. VIBRASI PADA KONDUKTOR 36
14. PERGERAKAN KONDUKTOR AKIBAT ARUS GANGGUAN 37
15. KESIMPULAN 37
SUMBER PUSTAKA 38
Gambar 5.1 Tensile Stress 3
Gambar 5.2 Compressive Stress 3
Gambar 5.3 Shearing Stress 4
Gambar 5.4 Diagram Tekanan dan Tegangan pada material 5
Gambar 5.5 Peta beban mekanik untuk saluran udara standard NESC 6
Gambar 7.1 Desain tiang tunggal yang digunakan pada jaringan distribusi 15
Gambar 7.2 Desain kolom tunggal 15
Gambar 7.3 Desain kolom ganda 16
Gambar 7.4 Teknik letak penanaman tiang 18
Gambar 8.1 Diagram beban tiang 20
Gambar 8.2 Skematik tiang dengan 2 cross-arm 21
Gambar 8.3 Gambaran horizontal dari sudut tiang dan diagram gaya 25
Gambar 8.4 Instalasi 2 kawat jangkar ketika sudut datang pada jalur/saluran lebih dari
60 derajat 26
Gambar 8.5 Berbagai macam teknik penjangkaran 28
Gambar 8.6 Instalasi kawat jangkar pada suatu sudut 29
Gambar 8.7 Instalasi kawat jangkar pada tiang akhir 30
Gambar 8.8 Bagian instalasi kawat jangkat dengan menggunakan Thimble-eye 30
Gambar 8.9 Diagram beban kawat jangkar 32
Gambar 12.1 Penyusunan ruang pada tiang 35
Tabel 6.1 Zona Netral konduktor yang lewat namun tidak menempel/terikat
terhadap bangunan (ft) 9
Tabel 6.2 Zona Netral Vertikal minimum konduktor diatas tanah atau rel (ft) 10
Tabel 6.3 Zona Netral Persimpangan Kawat pada Struktur Berbeda (ft) 11
Tabel 6.4 Zona Netral Horizontal antar kabel konduktor berukuran lebih kecil
dari No.2 AWG pada tiang berdasarkan lengkungan(sag) 13
Tabel 6.5 Zona Netral Horizontal antar kabel konduktor berukuran No.2 AWG
atau lebih pada tiang berdasarkan lengkungan(sag) 13
Tabel 7.1 Standar dimensi tiang kayu 17
Tabel 7.2 Standar pengaturan kedalaman tiang yang dibutuhkan 18
Tabel 7.3 Berbagai macam tahanan tanah yang digunakan sebagai media penahan
tiang 19
Tabel 8.1 Momen resistansi dari tiang kayu 24
1. PENDAHULUAN
Konstruksi saluran udara pada umumnya hanya memakan biaya 15 hingga 60 persen
lebih murah dibandingkan konstruksi saluran bawah tanah dan lebih ekonomis.
Pertimbangan pertama dalam merancang konstruksi saluran udara adalah karakteristik
elektris.
Suatu rancangan saluran harus mampu untuk mentransmisikan daya yang
dibutuhkan tanpa adanya drop tegangan atau rugi-rugi energi, dan isolasi saluran harus
memadai untuk melindungi saluran. Faktor mekanis yang mungkin akan memberi
pengaruh terhadap saluran udara juga harus menjadi bagian pertimbangan. Hal-hal yang
mempengaruhi dan menjadi pertimbangan dalam perancangan konstruksi saluran udara
akan dibahas pada makalah ini.

2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSTRUKSI SALURAN UDARA


Secara umum, faktor yang mempengaruhi perancangan mekanis dari saluran udara
adalah :
 Karakteristik Rute.
 Izin Pendirian Rute.
 Beban Mekanis.
 Ruang Netral/Zona Netral.
 Jenis Struktur Pendukung.
 Kualitas Konstruksi.
 Konduktor.
 Tipe Isolator.
 Pemakaian Bersama.

3. KARAKTERISTIK RUTE
Rute pendirian saluran transmisi udara pada umumnya dirancang melewati beberapa
negara atau wilayah dengan izin pendirian secara privat (izin pendiriat rute bergantung
pada setiap negara yang dilewati oleh rute transmisi tersebut, tiap wilayah/negara
memiliki standar perizinan yang berbeda-beda) dalam tujuan untuk mendapatkan rute
sedekat mungkin dengan daerah yang tepat untuk pendirian tiang dan menghindari
bangunan, jalan, jalan layang, dan saluran tengangan rendah.
Saluran udara tegangan rendah dibuat berdekatan dengan jalan maupun jalan layang,
hal ini bertujuan agar memudahkan saluran untuk terhubung kepada konsumen dan
untuk memudahkan akses untuk perbaikan dan pemeliharaan saluran. Konstruksi ini
berbeda dengan konstruksi transmisi saluran udara yang tidak berhubungan secara
langsung dengan konsumen sehingga sebisa mungkin menghindari lokasi-lokasi seperti
yang telah disebutkan pada paragraf sebelumnya.
Untuk saluran udara rendah atau saluran distribusi pada daerah pusat kota atau
pinggiran kota, antar tiang saluran ditempatkan dengan jarak 100 sampai 150 ft, hal ini
bertujuan untuk mencari titik paling mudah melakukan pemeliharaan dan juga untuk
memperkecil jarak pemeliharaan seminimum mungkin. Dipinggir jalan, tiang ditanam
beberapa ft dibawah trotoar.
Saluran transmisi kemungkinan memliki jarak regangan sebesar beberapa ratus ft.
Karakteristik wilayah/negara dimana saluran ini akan ditempatkan akan mempengaruhi
jenis konstruksi tiang, konduktor, dan isolator yang akan dipakai. Penentuan
tempat/wilayah atau rute dimana saluran udara ini akan didirikan membutuhkan
keputusan, pengalaman, dan keahlian yang tepat dalam meminimalisir biaya izin
pendirian dan biaya konstruksi serta untuk menyediakan kemudahan pemeliharaan dan
mengurangi gangguan operasi dalam waktu mendatang
Secara umum faktor yang mempengaruhi panjang dari regangan adalah :
 Karakteristik rute.
 Zona netral yang tepat bagi konduktor.
 Tekanan berlebih saat beban maksimum.
 Struktur yang memadai untuk menahan beban tambahan.

4. IZIN PENDIRIAN RUTE


Sangat penting untuk memiliki semua izin yang dibutuhkan sebelum perancangan
rute ini mencapai tahap akhir. Izin yang dimaksud merupakan izin pendirian saluran
diatas wilayah yang dilewati oleh saluran transmisi yang telah dirancang. Apabila
wilayah yang dilewati oleh saluran tersebut merupakan wilayah berpemiliki, ada dua
cara yang dapat dilakukan, yaitu :
 Mengajukan izin sewa wilayah agar wilayah tersebut dapat dilalui saluran
udara.
 Mengajukan izin pembelian wilayah.

Secara umum cara kedua lebih dipilih dibandingkan cara pertama. Pembelian
lahan/wilayah secara permanen akan memudahkan perancangan dan pendirian
konstruksi saluran udara karena lahan/wilayah tersebut sudah terbebas dari pemilik
sebelumnya. Namun apabila wilayah tersebut merupakan wilayah milik daerah/negara
setempat, maka diperlukan perizinan khusus untuk menggunakan wilayah tersebut
sebagai sarana transmisi saluran udara yang mencakup beberapa hal, yaitu:
 Izin untuk mendrikian seluruh pelatan pendukung.
 Izin untuk mengakses setiap peralatan pendukung.
 Izin untuk membersikah rute dari pepohon dan semak belukar dengan lebar
10 ft lebih besar dari ruang penempatak kondukor guna menyediakan ruang
kerja yang cukup untuk konstruksi.
 Izin untuk menghilangkan semua pepohon yang mungkin akan mengganggu
zona netral minimum yang dibutuhkan apabila konduktor tersebut jatuh.
 Izin untuk menghilangkan semua pepohon yang mungkin akan mengganggu
zona netral minimum yang dibutuhkan apabila konduktor tersebut berayun
karena terjangan angin.
 Izin untuk menghilangankan segala jenis penghalang, seperti bangunan,
lumbung padi, dan lain-lain yang dapat menimbulkan kebakaran.

Sebagai aturan, pepohon yang mungkin akan menimbulkan interferensi terhadap


konduktor harus dipotong atau dihilangkan, karena dikhawatirkan pertumbuhan pohon
akan mengganggu konduktor ketika konduktor berada dalam bentuk melengkung karena
pemuaian dan dikhawatirkan akan timbulnya hubung singkat antara konduktor dengan
tanah melewati pohon tersebut. Namun ketika penebangan pohon tidak memungkinkan,
maka konduktor harus dipisahkan dari pepohonan dengan material isolasi yang sesuai
atau alat untuk mencegah konduktor tergores dan terhubung singkat melalui pepohonan
tersebut.

5. BEBAN MEKANIS

5.1. Definisi Tekanan


Beban mekanis dalam hal ini adalah kondiksi eksternal yang memproduksi tekanan
mekanik pada konduktor saluran dan peralatan pendukung, yaitu tiang atau menara.
Beban mekanik juga termasuk berat dari konduktor dan struktur itu sendiri. Struktur
merupakan subjek beban vertikal dan horizontal. Beban vertikal berupa berat dari
peralatan seperti isolator, konduktor, trafo, crossarm, dan lain-lain. Termasuk
didalamnya adalah es yang berada pada struktur dan konduktor ketika musim dingin.
Tiang pendukung konduktor udara dan peralatan lainnya dikenakan tekanan dari
tegangan tempat dimana mereka tersambung. Ketika gaya tersebut diberikan
berlawanan terhadap objek, maka akan timbul tekanan pada objek. Terdapat 5 jenis
tekanan, yaitu:
1. Tensile Stress.
Disebabkan oleh gaya yang bekerja dari arah yang berlawanan menjauhi objek.
Sebagai contoh, konduktor yang terikat diantara 2 tiang akan mengalami gaya
tarik terhadap kedua tiang tersebut

Gambar 5.1 Tensile Stress. Gambar 5.2 Compressive Stress.


2. Compressive Stress.
Merupakan kebalikan dari Tensile Stress, contohnya adalah trafo yang digantung
pada tiang akan menyebabkan Compressive Stress pada tiang.
3. Shearing Stress.
Disebabkan oleh 2 gaya yang bekerja secara berlawanan namun tidak dalam
garis yang sama. Tekanan ini cenderung akan membuat objek terbelah menjadi
dua.

Gambar 5.3 Shearing Stress.

4. Bending Stress.
Disebabkan oleh gaya yang bekerja pada selurh badan objek. Sebagai contoh,
tiang yang berada pada suatu tikungan apabila tidak diberi kawat jangkar maka
akan mengalami Bending Stress.
5. Twisting Stress or Torque.
Disebabkan oleh gaya putar yang bekerja pada objek, gaya putar ini terbentuk
akibat tidak samanya tekanan yang terbebankan terhadap 2 sisi tiang.

5.2. Elastisitas
Elastisitas merupakan ciri dari material yang dapat mengembalikan bentuknya
kembali kedalam bentuk semula setelah mendapat tekanan. Rasio dari tekanan normal
untuk menegang disebut modulus young (modulus elastisitas).
Setiap material memiliki batas elastisitas, apabila batas ini terlampaui, material
terebut masih dapat bekerja namun akan sedikit demi sedikit kehilangan karakteristik
elastisitasnya hingga pada akhirnya akan timbul suatu kegagalan.
Dalam perancangan struktur mekanis, ada beberapa variabel dan kemungkinan yang
membuat penentuan dari tekanan dan kekuatan tersebut menjadi sulit. Tekanan
maksimum pada struktur yang dirancang untuk beroperasi normal merupakan tekanan
yang diperkenankan atau dapat disebut tekanan kerja. Rasio dari tekanan kerja hingga
kekuatan tertinggi dari material disebut dengan faktor keamanan desain (design safety
factor). Faktor ini digunakan untuk menguji suatu material yang dikenakan tekanan-
tekanan tertentu untuk menentukan kekuatan tertinggi (dalam hal ini elastisitas) dari
material sebelum material tersebut rusak.
Gambar 5.4 Diagram Tekanan dan Tegangan pada material.

NESC (National Electric Safety Code) pada umumnya memiliki standar faktor
kemananan perancangan/desain untuk tiap-tiap wilayah/negara. Namun apabila di
wilayah tersebut tidak terdaftar/terlihat pada NESC, maka material tersebut akan diuji
dalam beberapa kondisi yang dibutuhkan hingga seorang teknisi/ahli mengambil
keputusan akan nilai faktor keamanan perancangan/desain (design safety factor) yang
tepat untuk digunakan.

5.3. Beban NESC


Dalam merancang konstruksi saluran udara yang penting, data laporan cuaca dalam
beberapa kurun waktu terakhir di wilayah tersebut harus dipelajari. Ketika kondisi yang
ada pada saat itu berbeda dengan kondisi umum pada wilayah tersebut, saluran harus
dirancang dan dibangun agar dapat menghadapi kondisi tersebut. Untuk wilayah pusat
kota atau wilayah berpenghuni yang akan dilalui saluran udara, akan mudah menemukan
data laporan peruabah kondisi cuaca atau iklim di wilayah tersebut dibandingkan pada
daerah yang tidak berpenghuni, sehingga akan lebih sulit merancang sebuah desain yang
mampu menghadapi kemungkinan cuaca terburuk yang terjadi di wilayah tersebut.
Selain cuaca, data tekstur dari permukaan tanah juga diperlukan, untuk melihat kondisi
kecepatan angin pada setiap permukaan tanah dengan ketinggian tertentu.
Gambar 5.5 Peta beban mekanik untuk saluran udara standard NESC.

Tujuan dari analisis beban NESC ini adalah untuk mendapatkan nilai perlindungan
yang tepat dalam menghadapi beberapa keadaan cuaca, seperti tekanan akibat kecepatan
angin yang begitu kencang dapat terjadi di wilayah-wilayah dataran rendah. Mungkin
saja terdapat pembentukan es yang begitu hebat tanpa disertai hembusan angin yang
kencang, atau mungkin kedua fenomena tersebut dapat terjadi. NESC mendefinisikan 3
beban tersebut kedalam kategori berat, sedang, dan ringan serta membagi
wilayah/negara kedalam 3 area dimana 3 kategori ini kemungkinan terjadi.

5.4. Tekanan Angin


Metode perhitungan tekanan angin pada permukaan silindris seperti konduktor atau
tiang ditemukan oleh H. W. Buck, berikut adalah persamaan buck:

𝑝 = ど.どどにのは V 態 lb/ft2 (5.1)

dimana V merupakan kecepatan angin dalam satuan mil/jam.


Tekanan pada permukaan datar seperti pada cross-arm atau menara dengan arah
angin normal dapat dikalkulasikan dengan menggunakan formula yang ditemukan oleh
C. F. Marvin
𝑝 = ど.どどね 𝐵
戴待
V態 lb/ft2 (5.2)

dimana B merupakan tekanan barometric dalam milimeter merkuri (millimeters of


mercury)
Persamaan tersebut dapat dituliskan

𝑝 = ど.どどね V態 lb/ft2 (5.3)

karena pada umumnya B/30 bernilai 1.


Dalam kondisi udara yang tetap (tidak berangin) konduktor menanggung gaya berat
dari konduktor itu sendiri. Apabila temperatur pada konduktor tinggi pada saat yang
bersamaan, maka lengkungan (sag) yang terbentuk akan menyebabkan tensi (tension)
yang rendah. Kombinasi kondisi antara keadaan udara yang tetap dan temperatur tinggi
merupakan kombinasi kondisi yang paling baik. Kondisi terburuknya adalah kombinasi
dari temperatur rendah yang menyebabkan lengkungan mengecil dan bertambahnya
tensi, ditambah dengan akumulasi dari salju/es yang terbentuk pada konduktor dimana
menambah berat pada konduktor dan hembusan angin yang menerjang konduktor.

6. RUANG NETRAL
Pada umumnya, zona netral yang perlu dipertimbangkan adalah : tanah, jalanan,
bangunan, pohon, konduktor dan struktur dari saluran lain, konduktor lain dalam
struktur yang sama, struktur itu sendiri, kabel jangkar dan beberapa peralatan dalam
struktur, dan daerah tepi dari area perizinan. NESC memberikan ukuran zona netral
minimum yang dibutuhkan. Setiap rating tegangan memiliki ukuran zona netral yang
berbeda-beda.

6.1. Zona Netral Horizontal


Lokasi penempatan tiang harus ditentukan untuk memberikan zona netral yang
cukup dari jalanan, pipa pemadam kebakaran, lampu lalu-lintas, jalan kereta, dan lain-
lain. Dalam tabel 6.1 dapat dilihat zona netral dari konduktor yang melewati namun
tidak terikat/menempel terhapadap bangunan dan instalasi lainnya kecuali jembatan.
Tabel tersebut diambil dari NESC edisi 1984.
Konduktor dalam satu saluran tidak boleh berjarak kurang dari 4 ft dari jalur yang
bertentangan. Jika konduktor yang terpasang lewat dekat dengan tiang saluran udara
yang lain, konduktor tersebut tidak boleh mengganggu ruang naik tiang tersebut (ruang
naik merupakan ruang yang digunakan pekerja/teknisi dalam melakukan pemeliharaan
dan perbaikan).

6.2. Zona Netral Vertikal


Tabel 6.2 diambil dari NESC edisi 1984, menunjukan zona netral vertikal. Sebagai
contoh, panjang regangan/bentangan kabel tidaklah lebih dari 175 ft pada kawasan
berbeban-berat, 250 ft pada kawasan berbeban-sedang, dan 350 ft pada kawasan
berbeban-ringan. Zona vertikal ini dipilih berdasarkan temperatur 60oF dan tegangan
tidak lebih dari 50 kV ke tanah. Untuk regangan/bentangan yang lebih panjang dan nilai
tegangan yang lebih tinggi, nilai zona netral yang dibutuhkan berbeda, bergantung
terhadap tensi (tension) kabel dan lengkungan (sag) kabel.
6.3. Zona Netral pada Persimpangan Kabel
Zona netral pada persimpangan kabel harus dibuat pada struktur persimpangan yang
praktis. Apabila tidak praktis, maka zona netral antara 2 buah kawat, konduktor, atau
kabel yang bersimpangan satu sama lain dan dikaitkan dalam struktur yang berbeda
tidak boleh lebih dari harga yang terdapat pada tabel 6.3 dengan tujuan mencegah
kemungkinan kecelakaan kontak pada keadaan temperatur, beban es yang bervariasi.
Zona netral tersebut dibuat dalam keadaan netral 60oF dengan keadaan tak berangin
dengan jarak bentang tidak lebih dari 175, 250, 350 ft untuk beban berat, sedang, dan
ringan. Untuk regangan/bentangan yang lebih panjang dan nilai tegangan yang lebih
tinggi, nilai zona netral yang dibutuhkan berbeda, bergantung terhadap tensi (tension)
kabel dan lengkungan (sag) kabel.
KONSTRUKSI SALURAN UDARA
KELOMPOK 4 – MAKALAH KONSTRUKSI SALURAN UDARA

Tabel 6.1 Zona Netral konduktor yang lewat namun tidak menempel/terikat terhadap bangunan (ft)
9
Tabel 6.2 Zona Netral Vertikal minimum konduktor diatas tanah atau rel (ft)
Tabel 6.3 Zona Netral Persimpangan Kawat pada Struktur Berbeda (ft)
6.4. Jarak Horizontal Antar-Konduktor
NESC yang dibutuhkan untuk konduktor supply pada jaringan yang sama pada
tegangan sampai 8.7 kV, zona netral horizontal minimum antara konduktor adalah 12
in., dan untuk tegangan yang lebih tinggi adalah 12 in. ditambah 0,4 in. per kilovolt
diatas 8.7 kV.
Zona minimum horizontal antar konduktor untuk konduktor supply pada jaringan
yang berbeda adalah 12 in.; untuk tegangan antara 8.7 sampai 50 kV, zona netral adalah
12 in. ditambah 0,4 in. per kilovolt diatas 8.7 kV; dan untuk tegangan 50 kV sampai 814
kV, zona netral yang dibutuhkan adalah 28,5 in. ditambah 0.4 in. diatas 50 kV.
Zona netral minimum yang ditentukan NESC untuk kabel konduktor lebih kecil dari
No.2 AWG dapat dikalkulasikan dengan menggunakan formula:
Zona netral minimum = ど.ぬ 𝑛.⁄𝑘𝑉 + ば岫怠 S − ぱ岻怠 ⁄態
戴 (6.1)

dimana S merupakan lengkungan (sag) dari konduktor dalam inchi.


Tabel 6.4 menampilkan zona horizontal minimum antar konduktor hingga 46 kV.
Zona horizontal minimum yang dibutuhkan untuk kabel konduktor No.2 AWG atau
lebih besar dapat dikalkulasikan dengan menggunakan formula:
Zona netral minimum = ど.ぬ 𝑛.⁄𝑘𝑉 +
ぱ岫 怠 S岻怠 ⁄態 (6.2)
怠態

dimana S merupakan lengungan (sag) dari konduktor dalam inchi.


Tabel 6.5 menampilkan zona netral horizontal minimum antar konduktor hingga 46
kV. Selain itu, NESC juga menyediakan kebutuhan minimum seperti ruang naik
melewati kawat yang lebih rendah dalam satu tiang untuk memudahkan akses menuju
kawat pada lengan tiang yang lebih tinggi atau untuk jarak pemisah vertikal dari cross-
arm.
Tabel 6.4 Zona Netral Horizontal antar kabel konduktor berukuran lebih kecil dari No.2 AWG
pada tiang berdasarkan lengkungan(sag)

Tabel 6.5 Zona Netral Horizontal antar kabel konduktor berukuran No.2 AWG atau lebih pada
tiang berdasarkan lengkungan(sag)

7. JENIS STRUKTUR PENDUKUNG

7.1. Jenis Tiang


Pada dasarnya terdapat 4 jenis tiang: (1) tiang kayu, (2) tiang beton, (3) tiang besi,
dan (4) tiang aluminium. Secara umum tiang kayu lebih dipilih dibandingkan jenis tiang
yang lainnya dikarenakan faktor keberadaan material yang melimpah, kemudahan
penangangan, dan harga. Tiang beton yang diperkuat dengan besi digunakan untuk
lampu jalanan dikarenakan butuh penampilan yang rapih. Tiang besi dgunakan untuk
mendukung troli udara dan sebagai penerangan jalan atau taman. Tiang beton dan besi
digunakan untuk memperpanjang daerah penyaluran distribusi secara terbatas. Tiang
aluminium pada dasarnya digunakan untuk penerangan taman.
Kualitas tiang kayu mampu bertahan hingga 35 tahun dan dapat diperpanjang
menggunakan proses pengawetan kayu. Kayu cedar, pinus, dan cemara merupakan
material kayu yang sesuai untuk digunakan sebagai tiang distribusi. Kemajuan teknologi
membuat tiang kayu mampu menanggung beban tegangan hingga 765 kV dan telah diuji
pada tegangan 500 kV.
Pada jaringan distribusi, tiang tunggal digunakan sebagai tempat 3 transformers-
bank, fuse, dan arrester. Sebuah frame dipasang apabila tiang tersebut membutuhkan
kekuatan tambahan. Tiang harus memiliki tinggi yang cukup dan dilokasikan dengan
tepat untuk menyediakan zona netral yang memadai pada saat beban atau temperatur
maksimum. Tinggi dari tiang yang akan ditempatkan pada suatu lokasi ditentukan
dengan beberapa faktor:
 Panjang ruang vertikal pada tiang yang dibutuhkan untuk ditempatkannya kawat
dan peralatan pendukung.
 Zona netral yang dibutuhkan diukur dari atas tanah atau halangan untuk kawat
dan peralatan pendukung.
 Lengkungan (sag) dari konduktor.
 Kedalaman tiang yang akan ditanamkan pada tanah.
Gambar 7.1 Desain tiang tunggal yang digunakan pada jaringan distribusi. (a) Pole top; (b) Two arms;
(c) Single arm; (d) Line arms; (e) Side arms.

Gambar 7.2 Desain kolom tunggal: (a) Wishbone design; (b) Unbraced up-swept arms; (c) Horizontal
line post; (d) Braced horizontal arms.
Gambar 7.3 Desain kolom ganda: (a) Unbraced H-frame; (b) H-frame with wood (solid or laminated)
cross-arm; (c) H-frame with curved laminated cross-arm; (d) K-frame; (e) Double-circuit H-frame; (f)
Dreyfus design.

Pada jaringan distribusi umumnya digunakan tiang setinggi 35 ft. Ukuran atau
diameter tiang ditentukan dari kebutuhan kekuatan tiang tersebut dalam menahan beban
mekanis yang ada pada tiang tersebut. Titik kritis kekuatan untuk tiang yang tidak
dijangkar berada pada atau dekat dengan tanah. Dalam hal ini, keliling tiang menentukan
momen-tahan tiang ketika bengkok sebagai penyangga.
Apabila tiang tersebut dijangkar, maka diameter tiang pada bagian dimana jangkar
tersebut akan dipasang adalah tolak ukur kekuatan dari tiang tersebut. Momen-tahan
tiang yang dijangkar harus cukup untuk menahan tekanan yang dapat menyebabkan
tiang bengkok (bending stress) pada titik tersebut (titik pada bagian tiang dimana
jangkar terpasang). Keliling tiang pada bagian atas juga harus memadai agar ketika
lengan tiang dipasang tidak melemahkan bagian atas tiang. Tiang kayu dibagi menjadi
beberapa kelas berdasarkan keliling bagian atas dan keliling pada bagian 6 ft dari sisi
bagian bawah tiang untuk setiap panjang nominal. Kelas disini merujuk pada klasifikasi
dimensi yang dibuat berdasarkan American Standards Association.
Tabel 7.1 Standar dimensi tiang kayu.
Tabel 7.2 Standar pengaturan kedalaman tiang yang dibutuhkan.

Kelas tiang ini diberi nomor mulai dari 1 sampai 10. Kelas 1 memberikan keliling
tanah terbesar dan kelas 7 memberikan keliling terkecil. Kelas 8 sampai 10 hanya
membedakan keliling minimum bagian atas tiang secara spesifik. Semua kelas kurang-
lebih memiliki kekuatan yang sama dalam menghadapi beban horizontal pada bagian
atas. Pada tabel 7.1 dapat dilihat berbagai jenis dimensi dari tiang bergantung dari bahan
material kayunya. Untuk kayu jenis yellow pinus ditandai dengan kode P, untuk jenis
kayu chestnut ditandai dengan kode C dan kode W untuk kayu jenis western cedar.

Gambar 7.4 Teknik letak penanaman tiang: (a) Full-concrete setting; (b) Concrete setting; (c) Crushed
stone setting; (d) Plain earth setting; (e) Heel-and-breast concrete blocks setting; (f) Bolted-timber
setting.
7.2. Jenis Tanah dan Pengaturan Tiang

Tabel 7.3 Berbagai macam tahanan tanah yang digunakan sebagai media penahan tiang.

Tiang yang stabil harus memiliki letak kedalaman yang cukup. Tabel 7.2
menampilkan letak kedalaman minimum dari tiang. Namun kedalaman bukanlah satu-
satunya faktor yang menentukan, melainkan jenis material tanah, kelembaban tanah,
ukuran diameter dari bagian bawah tiang juga ikut menentukan faktor dari kestabilan
tiang saat ditanam. Gambar 7.4 menunjukan beberapa macam teknik penanaman dengan
material yang berbeda-beda.
Tanah dapat diklasifikasikan menjadi 8 jenis kelompok yang berbeda seperti yang
ditampilkan pada tabel 7.3 untuk tujuan penentuan letak tiang. Selain itu tabel 7.3 juga
memberikan nilai momen resistansi dari tiang apabila ditanam dengan material tanah
tertentu. Nilai momen resistansi tersebut diasumsikan bahwa tiang memiliki ukuran
diameter minimum dan letak penanaman tiang standar.

8. PERHITUNGAN MEKANIS

8.1. Pendahuluan
Secara umum, gaya yang bekerja pada struktur pendukung, sebagai contoh: tiang,
adalah:
 Gaya vertikal akibat berat tiang, konduktor, dan es yang menempel pada
konduktor.
 Gaya vertikal akibat tarikan jangkar.
 Gaya horizontal lateral akibat angin yang melewati tiang, konduktor, es, dan
lain-lain.
 Gaya horizontal longitudinal akibat ketidak-seimbangan tarikan konduktor.
 Gaya torsi akibat ketidak-seimbangan tarikan konduktor.

Segala bentuk tiang pada umumnya kuat ketika menghadapi gaya vertikal namun
lemah dalam menghadapi gaya horizontal dan segala bentuk cross-arm lemah dalam
menghadapi gaya torsi. Sehingga, dengan tujuan mendapatkan perancangan jalur yang
bagus, gaya horizontal dan torsi harus dikurangi seminimum mungkin dengan
menyeimbangkan tekanan dan mentransformasikan gaya horizontal yang tersisa
menjadi gaya vertikal dengan menggunakan kawat jangkar. Oleh karena itu, kekuatan
tiang harus cukup untuk menahan gaya melintang seperti tekanan angin pada tiang dan
konduktor, tarikan yang tidak seimbang akibat konduktor yang rusak, dan tarikan pada
sisi lengkung tiang ketika tiang tersebut tidak dapat menggunakan kawat jangkar.
Perhitungan kekuatan tiang pada umumnya didasarkan pada keadaan standar,
sehingga untuk menentukan kekuatan tiang sebenarnya (saat tiang menghadapi angin,
atau gaya-gaya lain yang dapat menyebabkan tekanan pada tiang) maka diperlukan
perhitungan lebih lanjut.

8.2. Momen pembengkokan akibat angin pada konduktor


Momen pembengkokan setara dengan gaya yang diberikan dikali dengan jarak
dalam inchi (pada sudut yang tepat terhadap arah angin) dari titik pada momen lengan
dimana kekuatannya dipertimbangkan (gambar 8.2). Total momen pembengkokan
akibat angin pada konduktor (bending moment due to wind on the conductors) adalah:


沈=怠

dimana :
Mtc = Total momen pembengkokan akibat angin pada konduktor (lb-ft)
m = Jumlah cross-arm pada tiang
n = Jumlah konduktor pada tiap cross-arm
P = Gaya angin transversal dan horizontal pada jalur (lb/ft)
Lavg = Rata-rata bentangan (ft)
hij = Tinggi konduktor j pada cross-arm i (ft)

Besarnya beban angin yang diberikan kepada konduktor bergantung dengan kondisi
apakah konduktor tersebut terselimuti es atau tidak.

Gambar 8.1 Diagram beban tiang: (a) ketika dua bentangan yang berdekatan tidak sama
panjang; (b) ketika dua bentangan yang berdekatan sama panjang.
Gambar 8.2 Skematik tiang dengan 2 cross-arm.

Pada gambar 8.1, Lavg merepresentasikan rata-rata bentangan horizontal yang setara
dengan setengah panjang dari dua bentang yang berdekatan L1 dan L2. Lavg dapat
dihitung melalui :

𝐿𝑎𝑣直 = 怠

岫𝐿怠 + 𝐿態岻 ketika L1 tidak sama dengan L2 (8.2)
atau
𝐿𝑎𝑣直 =
𝐿怠 = 𝐿態
=𝐿
ketika L1
sama dengan L2 (8.3)
8.3. Momen pembengkokan akibat angin pada tiang
Momen pembengkokan akibat angin pada tiang (lihat gambar 8.2) yang pada
umumnya bernilai maksimum pada bagian bawah tiang yang tidak terjangkar adalah :
𝑝ℎ鉄𝘨
𝑀 = 𝑎
岫𝑑 + に𝑑 岻 lb-ft
直𝑝 7 𝑝直 𝑝𝑡(8.4)
atau 態 鉄𝘨
𝑝ℎ
𝑀 = 𝑎
岫𝑐 + に𝑐 岻 lb-ft
直𝑝 𝑝直 𝑝𝑡 (8.5)

7
dimana: 態
Mgp = Momen pembengkokan 𝜋 pada tiang akibat angin (lb-ft)
hag = Tinggi tiang dari permukaan tanah (ft)
dpg = Diameter tiang pada bagian bawah (inch)
dpt = Diameter tiang bagian atas (inch)
p = Tekanan angin (lb/ft2)
cpg = Lingkaran tiang pada bagian bawah (inch)
cpt = Lingkaran tiang pada bagian atas (inch)

Momen resistansi internal tiang kayu, ketika berada pada tekanan maksimum pada
garis tanah (ground line)

𝑝直
atau
𝑀 = に.はぬぱの × など−替 𝑆𝑐戴 𝑝直 lb-ft (8.7)

dimana tekanan maksimum diatas garis tanah adalah:


𝑀 = に.はぬぱの × など−替 𝑆𝑐態岫𝑐𝑝直 − 𝑐怠岻 lb-ft (8.8)

dimana:
M = Momen pembengkokan pada garis tanah (lb-ft)
cpg = Keliling tiang pada garis tanah (inch)
c1 = Keliling tiang pada titik tekanan maksimum (inch)
S = Kekuata serat tiang yang diperkenankan (lb/inch2)

dimana:
勅𝑟𝑎𝑡 𝑡沈𝑎𝑛直 岫𝑢𝑙𝑡沈𝑚𝑎𝑡勅 捗沈𝑏勅𝑟
𝑠𝑡𝑟勅𝑛直𝑡ℎ 墜捗 𝑝墜𝑙勅岻捗𝑎賃𝑡墜𝑟
賃勅𝑎𝑚𝑎𝑛𝑎𝑛 岫𝑠𝑎捗勅𝑡𝑦 捗𝑎𝑐𝑡墜𝑟岻
Nilai faktor keamanan minimum dbutuhkan, berdasarkan kelas konstruksi yang
diberikan NESC. Tabel 8.1 menunjukan momen resistansi dari tiang kayu dengan
keliling tiang pada garis tanah dan rating tekanan serat maksimum tiang.
Kondisi dimana tiang tidak patah adalah

𝑀 > 𝑀𝑡𝑐 + 𝑀直𝑝

Tekanan serat maksimum tidak boleh lebih dari 15 persen saat titik patah untuk gaya
normal tak seimbang. Persamaan 8.7 digunakan dengan asumsi bahwa garis tanah
merupakan titik terlemah dari tiang. Namun asumsi ini tidak sepenuhnya benar karena
bergantung dari jenis materal kayu yang digunakan (untuk tiang kayu) karena setiap
material memiliki lokasi titik lemah yang berbeda.
Karena pole-top transformer tidak hanya memiliki beban vertikal melainkan beban
horizontal pada tiang. Tiang kayu yang digunakan untuk membawa trafo lebih dari 25
kVA biasanya memiliki diameter pole-top sebesar 1 in. atau lebih dari yang dibutuhkan.
Tabel 8.1 Momen resistansi dari tiang kayu.
8.4. Tekanan akibat sudut pada jalur
Apabila terdapat sudut dalam jalur saluran, maka terdapat gaya tambahan yang
dikenakan terhadap struktur pendukung pada titik sudut tersebut dikarenakan tensi pada
konduktor. Gambar 8.3 menjelaskan gambaran horizontal diagram gaya yang bekerja
pada sudut tiang.
Jika konduktor pada bentang yang berdekatan memiliki tensi yang setara dengan T
dan sudut datang jalur tersebut dinyatakan dalam α, resultan gaya tarik sisi tiang dalam
Tr , gaya tersebut dapat dihitung melalui formula sebagai berikut:

𝑇𝑟 = に𝑛𝑇怠 𝑠𝑛 lb (8.10)

dimana:
Tr = Resultan gaya tarik sisi dikarenakan sudut pada jalur (lb)
n = Jumlah konduktor pada tiang
T1 = Tensi maksismum konduktor (lb)
α = Sudut datang pada jalur/saluran (o)

Gambar 8.3 Gambaran horizontal dari sudut tiang dan diagram gaya.

Ketika gaya ini membesar, maka besar tekanan yang dapat menyebabkan
pembengkokan (bending stress) dapat menjadi lebih besar dari tekanan kerja (working
stress) yang diperkenankan/diperbolehkan atau bahkan dapat menjadi lebih besar dari
kekuatan serat maksimum (ultimate fiber strength) dari tiang. Karena keadaan tersebut
maka diperlukanlah kawat jangkar.
Jika tensi konduktor dari bentangan yang berdekatan tidak sama, maka resultan gaya
tarik sisi (resultant side pull force) yang bekerja adalah

𝑇𝑟 = √𝑇態 + 𝑇 態 − に𝑇怠𝑇態 cos 𝛼 lb (8.11)


怠 態

dan sudut け antara resultan dan bentangan dimana tensi T1 diperoleh dapat ditentukan
melalui :
𝑇

cos 紘 =
鉄 迭(8.12)

+
𝑇

+
𝑇


𝑇
𝑇

dimana け merupakan sudut antara arah resultan dan arah bentangan, dengan besar yaitu
90o – 0.5α.
Jika besar sudut datang jalur tersebut bernilai kurang dari 60 o , resultan gaya tarik
sisi bernilai lebih kecil dari tensi maksimum konduktor pada bentangan yang
berdekatan. Oleh karena itu, pemasangan satu buah kawat jangkar tunggal pada arah
yang berlawanan dari resultan gaya tarik sisi tersebut, seperti yang terlihat pada gambar
8.4 dibutuhkan. Apabila besar sudut datang jalur tersebut bernilai lebih dari 60 o , maka
nilai resultan gaya akan melebihi nilai tensi maksimum konduktor, demi menghentikan
kecendrungan tiang untuk dipindahkan posisinya jika sudut tersebut tidak dapat
membagi dua sudut jalur/saluran dan menghindari penggantian kawat jangkar dengan
yang lebih kuat, maka cukup menambah 1 kawat jangkar dan dipasang pada setiap titik
dengan arah yang berlawanan dari jalur/saluran seperti yang terlihat pada gambar 8.4

8.5. Penentuan kekuatan terhadap sudut tiang

Gambar 8.4 Instalasi 2 kawat jangkar ketika sudut datang pada jalur/saluran lebih dari 60 derajat.

Dalam menentukan apakah tiang yang akan digunakan sebagai tiang sudut pada
jalur/saluran memiliki kekuatan yang memenuhi persyaratan NESC, maka formula yang
diguakan adalah:

𝑀𝘨𝑝+𝑀
𝑀= ×
𝑆迭

dimana:
M = Momen resistansi internal yang dibutuhkan tiang (lb-ft)
Mgp = Total momen pembengkokan dikarenakan angin pada tiang (lb-ft)
Mtc = Total momen pembengkokan dikarenakan angin pada konduktor (lb-ft)
Mr = Momen pembengkokan dikarenakan tensi pada konduktor (lb-ft)
S1 = Tekanan yang diperkenankan pada tiang akibat beban melintang
S2 = Tekanan yang diperkenankan pada tiang akibat beban longitudinal
dalam hal ini

𝑀 𝑟 = 𝑇𝑟ℎ lb-ft
atau
𝑀𝑟 = に𝑛ℎ𝑇 sin 𝛼 lb-ft (8.15)

dimana harus dihitung untuk setiap konduktor dan dijumlahkan. Secara teori, apabila M
lebih besar dari momen resistansi maksimum tiang, maka dipergunakan kawat jangkar,
dan apabila sebaliknya, maka tidak perlu digunakan kawat jangkar. Namun dalam
prakteknya, apabila tiang tersebut tidak memiliki letak kaku (dimana tiang benar-benar
memiliki kekuatan yang dapat menahan gaya tarik akibat sudut tersebut) yang tepat,
maka masih diperlukan kawat jangkar.

8.6. Sudut maksimum yang diperbolehkan tanpa kawat jangkar


Hampir merupakan suatu hal yang mustahil untuk membuat saluran udara dengan
berbagai macam pertimbangan panjang, seperti pada jalur transmisi tanpa adanya sudut
yang bervariasi mulai dari beberapa derajat hingga 90 derajat atau lebih.
Jika tensi dari konduktor dalam bentang yang berdekatan bernilai sama, maka sudut
maksimum yang diperkenankan tanpa menggunakan kawat jangkar dalam suatu
jalur/saluran dapat ditemukan melalui formula berikut,

𝑀直𝑝 + 𝑀𝑡𝑐 + 𝑀 (8.16)


に𝑛ℎ𝑆𝑎直 𝑇 sin 𝛼
=
態 怠待待
dimana:
Se = Tahanan bumi/tanah dalam
berpindah/bergeser
T = Tensi maksimum konduktor dalam bentang yang berdekatan (lb)
hag = Tinggi tiang diukur dari permukaan tanah (ft)

Jika sudut pada saluran lebih besar dari sudut maksimum yang diperkenankan
(diperoleh melalui persamaan 8.16), maka kawat jangkar perlu digunakan.

8.7. Penjangkaran
Ketika sebuah tiang tidaklah cukup kuat menahan tekanan yang dapat menyebabkan
tiang tersebut bengkok (bending stress) dikarenakan ketidak-seimbangan gaya yang
bekerja, maka tiang tersebut perlu dilakukan penjangkaran.
Gambar 8.5 Berbagai macam teknik penjangkaran: (a) Anchor guy; (b) Stub guy; (c) Pole-to-stub-to-
anchor guy; (d) Pole-to-pole guy.
Gambar 8.6 Instalasi kawat jangkar pada suatu sudut: (a) Atas; (b) Samping.

Kekuatan kawat jangkar harus cukup besar untuk menahat selruh tekanan horizontal
dalam arah kerjanya sehingga tiang nantinya hanya akan menahan bagian vertikal dari
tensi kawat jangkar. Untuk struktur khusus seperti rangka-A, rangka-H, dan lain-lain
terkadang lebih digunakan dibandingkan menggunakan kawat jangkar dalam beberapa
aplikasi. Namun teknik secara umum adalah dengan menggunakan kawat jangkar atau
kawat besi atau material dengan kekuatan tinggi laiannya untuk menahan tekanan
tersebut.
Kawat jangkar dengan kuat terikat pada tiang dengan membungkus ujung dari kawat
jangkar dua kali atau lebih pada sekitar tiang dan menjepit bagian ujung bebas kedalam
bagian inti dari kawat jangkar tersebut. Sekarang ini kawat jangkar biasanya terpasang
pada tiang dengan menggunakan thimble-eye atau dengan sebuah guy eye bolt seperti
yang terlihat pada gambar 8.8. Titik pemasangan kawat jangkar harus sedekat mungkin
dengan titik dimana resultan gaya tarik sisi bekerja pada tiang atau struktur pendukung
tersebut.
Gambar 8.7 Instalasi kawat jangkar pada tiang akhir: (a) Atas; (b) Samping.

Gambar 8.8 Bagian instalasi kawat jangkat dengan menggunakan Thimble-eye.


8.8. Perhitungan tensi pada kawat jangkar
Misalkan sebuah tiang pada akhir jalur/saluran dipasang kawat jangkar seperti pada
gambar 8.9. Asumsikan bahwa konduktor yang terpasang pada kawat berada pada
ketinggian yang berbeda. Nilai resultan tarik sisinya akan diimbangi oleh tensi pada
kawat jangkar. Tensi tersebut Tg dapat dibagi menjadi 2 komponen, Th dan Tv.
Penjumlahan momen pembengkokan (bending moment) yang dibentuk oleh beban T 1
dan T2 pada ketinggian h1 dan h2, tentunya harus diseimbangkan oleh momen
pembengkokan yang dibentuk oleh Th :

𝑇ℎℎ直 ≈
atau
𝑇𝑟ℎ直

𝑇ℎℎ直 ≈
𝑇怠ℎ怠 +
𝑇態ℎ態

dan komponen horizontal dari tensi pada kawat jangkar adalah:

𝑇ℎ = 怠 岫𝑇 (8.19)
ℎ𝘨 怠ℎ怠 + 𝑇態ℎ態岻

dimana:
Th = Komponen horizontal pada kawat jangkar (lb)
T1 = Beban horizontal pada ketinggian h1 (lb)
T2 = Beban horizontal pada ketinggian h2 (lb)
hg = Ketinggian titik ditempatkanya kawat jangkar pada tiang (ft)
h1 = Ketinggian beban horizontal T1 (ft)
h2 = Ketinggian beban horizontal T2 (ft)

Berdasarkan gambar 8.9

ℎ𝘨
tan 𝛽 = (8.20)
𝐿
atau
ℎ𝘨
𝛽 = arctan (8.21)
𝐿

Dimana L merupakan jarak (lead) dalam satuan (ft). sehingga, tensi dari kawat
jangkar tersebut adalah:


atau
.22)
𝑇直 = 𝑇ℎ sec 𝛽 (8.23)
G
dan, a
m
b
a
r

8
.
9

D
i
a
g
r
a
m

b
e
b
a
n

k
awat jangkar.

ℎ𝘨 態

𝑇直 = 𝑇𝑟

karena

𝑟 ℎ

kemudianatau

dan komponen vertikal dari tensi pada kawat jangkar adalah

𝑇𝑣 = 𝑇ℎ tan 𝛽 (8.28)
atau

Sehingga, total beban vertikal pada tiang adalah


𝑇 ℎ
激 = ℎ 𝘨+ lb (8.30)
激+激
𝑣 𝐿 勅 𝑝
dimana:
Wv = Total beban vertikal pada tiang (lb)
Wp = Berat tiang (lb)
We = Berat dari seluruh peralatan dan konduktor pada tiang (lb)

Berkurangnya sudut く akan mengakibatkan tensi Tg pada kawat jangkar dan


komponen vertikal Tv juga berkurang meskipun besar nilai komponen horizontal pada
kawat jangkar Th bernilai tetap. Oleh karena itu dalam prakteknya, nilai tangensial dari
sudut く haruslah bernilai sekecil mungkin.
Apabila titik pengikatan kawat jangkar terlalu jauh dari pusat beban horizontal T1
dan T2, tekanan tiang pada titik tersebut menjadi penting untuk diperhitungkan.
Sehingga, momen pembengkokan pada tiang di titik tersebut menjadi:

𝑀 = 𝑇怠(ℎ怠 − ℎ直 ) + 𝑇態(ℎ態 − ℎ直 ) lb-ft (8.31)

Nilai tersebut harus dijaga agar tetap lebih kecil dari nilai momen resistansi
minimum yang dibutuhkan kawat jangkar.

9. KUALITAS KONSTRUKSI
Kriteria yang digunakan dalam menentukan kebutuhan kekuatan saluran/jalur
disebut kelas/tingkatan konstruksi (grade of construction). Tingkatan ini secara spesifik
dibentuk berdasarka kebutuhan kekuatan untuk tujuan keamanaan. NESC menamai
kelas untuk jalur/saluran supply dan komunikasi dengan huruf B, C, D, E, dan N. kelas
B merupakan kelas tertingi dan membutuhkan kekuatan yang tinggi. Kelas D hanya
diperuntukan kepada jalur komunkikasi dan lebih tinggi tingkatannya dibandingkan
kelas N.
Jenis kelas yang digunakan bergantung kepada jenis jaringan, tegangan, dan
pengiring jalur/saluran. Sebagai contoh saluran daya dengan besar tegangan berapapun
apabila melewati jalan kereta api membutuhkan konstruksi kelas B namun dalam
kondisi yang lain mungkin hanya membutuhkan konstruksi kelas N. selain standar yang
diterapkan NESC terdapat juga aturan-aturan lokal di wilayah tertentu yang menentukan
kelas konstruksi suatu jalur/saluran.
10. KONDUKTOR
Tembaga dan aluminium merupakan logam yang sering digunakan sebagai material
konduktor untuk jaringan distribusi. Kriteria pemilihannya meliputi konduktivitas,
kekuatan mekanis, harga, dan berat. Berdasarkan kriteria pemilihan tersebut, tembaga
merupakan konduktor yang memiliki kualitas terbaik dan aluminium merupakan yang
kedua dalam hal konduktivitas dan keberadaannya. Aluminium memiliki beberapa
kelebihan yaitu beratnya yang merupakan 70 persen lebih kecil dari ukurannya, namun
konduktivitasnya hanyalah 61 persen dari kekuatan konduktivitas tembaga. Kekuatan
maksimumnya (breaking strength) sekitar 43 persen dari tembaga jenis hard-drawn.
Kawat tembaga dibuat dalam 3 jenis standar berdasarkan tingkat kekerasannya. (1)
hard drawn, (2) medium hard-drawn, (3) soft drawn. Tembaga jenis Hard-drawn
memiliki kekuatan tensi (tensile strength) tertinggi dan digunakan untuk saluran udara
dengan panjang bentangan 200 ft atau lebih. Untuk jenis medium hard-drawn memiliki
kekuatan tensi yang lebih rendah dan digunakan secara umumnya pada saluran udara
jaringan distribusi dengan panjang bentangan yang lebih pendek. Jenis soft drawn
digunakan untuk kabel bawah tanah (underground cable) karena memiliki kekuatan
tensi kecil sehingga lebih fleksibel.
Aluminium yang diuntai dengan inti besi digunakan pada saluran udara di daerah
pedalaman. Dinamakan aluminum cable steel-reinforced (ACSR). Pengembangan dari
pembentukan material dengan kekuatan tinggi melalui campuran aluminium telah
menghasilkan beberapa kabel alternatif, diantaranya aluminum conductor alloy-
reinforced (ACAR) dan all-aluminum-alloy conductor (AAAC) dengan konduktivitas
dan kekuatan tensi terkombinasi.
Secara umum, ukuran konduktor yang digunakan untuk saluran udara ditentukan
dengan daya elektris yang akan ditransmisikan dan drop tegangan yang diperbolehkan.
Kebutuhan kekuatan mekanis merupakan hal yang perlu dipertimbangkan seminimum
mungkin namun masih dapat memenuhi persyaratan. NESC memberikan spesifikasi
ukuran minimum konduktor yang diperbolehkan untuk digunakan.

11. JENIS ISOLATOR


Isolator pada saluran udara diklasifikasikan menjadi (1) pin-type insulators, (2)
suspension insulators, and (3) strain insulators. Isolator jenis pin (pin-type insulators)
digunakan untuk tegangan rendah dan sedang dalam jaringan distribusi. Untuk jenis
suspensi (suspension insulators) digunakan untuk seluruh jalur/saluran tegangan. Strain
insulators digunakan pada kawat jangkar dan untuk saluran/jalur rendah terakhir/buntu.
Berat minimum isolator yang diperkenankan pada struktur pendukung dapat
diperoleh dengan memperhitungkan sudut melintang dimana isolator tersebut
kemungkinan akan berayun tanpa mengurangi terlalu banyak luasan zona netral antara
konduktor dan struktur dan dengan membutuhkan rasio antara berat beban angin vertikal
dan horizontal yang harus diperhatikan agar isolator tidak dapat berayun melebihi sudut
yang telah ditentukan.
12. PEMAKAIAN BERSAMA
Penggunaan tian secara bersama memiliki beberapa keuntungan. Namun ketika
struktur pembantu dari saluran udara ini digunakan secara bersama untuk keperluan
yang lain seperti telepon atau saluran komunikasi. Ada beberapa faktor tambahan yang
harus diperhitungkan dalam merancang jalur tersebut disamping mempertimbangkan
jalur yang hanya berisikan saluran daya saja. Contohnya, dibutuhkan kelas konstruksi
yang lebih tinggi dan pertimbangan akan jarak antara konduktor dengan perlengkapan
keperluan yang lain. Selain menghemat tempat, pemakaian bersama ini juga dapat
menghemat biaya yang dibutuhkan saat instalasi nanti.
Secara umum, konduktor ditempatkan pada suatu susunan dimana untuk konduktor
tegangan tinggi ditempatkan pada bagian yang lebih tinggi dibandingkan konduktor
bertegangan rendah, dan diantara kedua level tersebut terdapat zona netral.

Gambar 12.1 Penyusunan ruang pada tiang.


13. VIBRASI PADA KONDUKTOR
Kegagalan konduktor dalam tensi yang berada dibawah perancangan tekanan
maksimum (maximum design stresses) dapat mengalami fenomena “kelelahan”
(fatigue) akibat vibrasi vertikal yang begitu cepat pada konduktor (dari 15 Hz sampai
100 Hz) yang disebabkan adanya angin yang berhembus degan kencang melewati
saluran. Secara umum, vibrasi mekanis pada saluran udara dan kawat pentanahan
terdapat 6 jenis, yaitu:
1. Aeolian Vibration. Merupakan osilasi resonansi yang disebabkan oleh pusaran
yang berasal dari sisi belakang konduktor dari arah angin datang (leeward side)
dalam angin yang berhembus dengan kencang. Angin tersebut membuat
konduktor berosilasi dengan amplitudo sebesar diameter konduktor dan
frekuensi isolasi antara 2-150 Hz. Vibrasi ini dapat menyebabkan kegagalan
pada kawat konduktor. Hal ini dapat menyebabkan kawat bersenandung di dalam
terjangan angin.
2. Swinging of Conductors Caused by Changes in Wind Pressure. Adalah vibrasi
yang diakibatkan perubahan tekanan angin. Selama terdapat zona netral yang
memadai antar konduktor dalam mencegah timbulnya hubung singkat antar-
konduktor ( flashover), maka vibrasi ini tidak berbahaya.
3. Galloping. Pada umumnya disebabkan karena terbentuknya permukaan
nonuniform airfoil pada konduktor oleh es. Hal ini dapat menjadi sangat parah
karena frekuensinya yang rendah dan sangat susah untuk dikontrol karena bentuk
dari es dan kecepatan angin yang berkombinasi menghasilkan suatu kondisi
stabilitas kritis. Sebagai contoh, dalam kondis ini, kecepatan angin yang
mencapai 15 mph dapat membuat konduktor berayun dengan amplitudo 2 kali
dari nilai lengkungan konduktor (conductor sag) hal ini dapat menyebabkan
hubung-singkat antar fasa pada saluran.
4. Conductor Ice Loading and Shedding. Pembentukan dan pelelehan es yang
terjadi dengan begitu cepat pada konduktor dapat menyebabkan pergerakan
vertikal konduktor yang begitu besar (seperti melompat). Lompatan terburuk
akan terjadi ketika es meleleh pada titik tengah pusat bentangan konduktor dalam
suatu bagian dan setelah es tersebut jatuh dari bentangan pada bagian yang lain.
Hal ini dapat dikontrol dengan memasang isolator khusus yang dipasangkan
pada titik suspensi dan dengan menambah massa per satuan panjang dari saluran
pada bagian tengan bentangan. Fenomena pergerakan vertikal ini sangan
dipengaruhi oleh panjang bentangan, tensi, ukuran konduktor, ketebalan es, dan
jumlah es yang meleleh pada saat yang bersamaan.
5. Subconductor Vibration. Fenomena ini hanya dapat terjadi pada konduktor
yang terbundel dengan konduktor lain (bundle conductor). Aliran angin yang
memasuki konduktor yang terbundel ini menyebabkan pergerakan berbentuk
elips pada konduktor (elliptical motion). Fenomena ini dapat membuat
kerusakan pada patahnya spacer (suatu alat yang memisahkan 2 konduktor agar
tidak menempel) dan hancurnya titik suspensi pada isolator. Hal ini dapat
dikontrol dengan menggunakan penyerap vibrasi (vibration damper) dan
memperbanyak spacer antar bentangan.
6. Corona Vibration. Pada umumnya fenomena ini terjadi pada musim penghujan
ketika air yang menempel pada konduktor terlempar oleh suatu gaya paksa
akibat medan gaya medan elektrostatis pada bagian bawah konduktor.
Pergantian vibrasi dalam beberapa inchi dapat muncul diantara simpul vibrasi
pada suatu bentangan. Vibrasi pada korona ini menjadi perhatian yang serius
pada jalur transmisi UHV (Ultra High Voltage).

14. PERGERAKAN KONDUKTOR AKIBAT ARUS GANGGUAN

Dua buah konduktor pembawa arus yang dipasang secara paralel akan berada pada
pengaruh gaya tarik dan tolak yang diakibatkan munculnya medan magnet, bergantung
pada arah arus tersebut. Besarnya gaya pada tiap konduktor dapat dihitung dengan

𝐹∝ 𝐼
𝑑 (8.32)

Jika arus yang mengalir memiliki arah yang sama, maka akan menimbulkan gaya tarik
diantara konduktor, namun sebaliknya akan menimbulkan gaya tolak. Saat terjadi
hubung singkat, gaya yang terbentuk dapat menjadi cukup besar dan membuat
konduktor bergerak dengan signifikan terutama jika kedua konduktor dipasang terlalu
dekat. Jika terdapat 2 buah konduktor dengan beda level tegangan berdekatan, dan
apabila salah satu konduktor mengalami hubung-singkat, maka hal ini akan
mempengaruhi konduktor yang berada dalam keadaan normal. Dalam mengatasi hal ini
dibutuhkan spacer yang dapat memisahkan kedua konduktor agar tidak dapat
bersentuhan satu-sama lain.

15. KESIMPULAN

Simpulan dari materi yang telah dijelaskan diatas adalah:


 Dalam merencanakan rute suatu jalur/saluran diperlukan beberapa faktor yang
harus dipertimbangkan, hal yang paling utama adalah keadaan geografis wilayah
dimana jalur transimisi/distribusi tegangan tinggi tersebut akan dilewatkan.
Selain itu, tidaklah cukup jika mengandalkan kalkulasi teoritis dan kemampuan
yang handal, namun pengalaman dalam perencanaan juga sangat diperlukan
dalam tujuan pengambilan keputusan yang tepat, baik dalam bagian jalur,
konstruksi menara atau tiang, jenis konduktor yang digunakan, sampai peralatan
pendukung yang diperlukan.
 Semua pertimbangan tersebut demi mencapai suatu perancangan yang optimum,
dimana hasil desain yang dirancang tidak hanya memiliki kehandalan sebaik
mungkin namun juga ekonomis.
SUMBER PUSTAKA

Gonen, Turan. 1988. ELECTRIC POWER TRANSMISSION SYSTEM ENGINEERING


ANALYSIS AND DESIGN (Chapter 9) . Canada : John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai