DI SUSUN :
NAMA : ALWI SYARIF
NIM : 210204502004
KELAS : PTE 02
2023
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL iii
1. PENDAHULUAN 1
2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSTRUKSI SALURAN UDARA 1
3. KARAKTERISTIK RUTE 1
4. IZIN PENDIRIAN RUTE 2
5. BEBAN MEKANIS 3
5.1. Definisi Tekanan 3
5.2. Elastisitas 4
5.3. Beban NESC 5
5.4. Tekanan Angin 6
6. RUANG NETRAL/ZONA NETRAL 7
6.1. Zona Netral Horizontal 7
6.2. Zona Netral Vertikal 7
6.3. Zona Netral pada Persimpangan Kabel 8
6.4. Jarak Horizontal Antar-Konduktor 12
7. JENIS STRUKTUR PENDUKUNG 13
7.1. Jenis Tiang 13
7.2. Jenis Tanah dan Pengaturan Tiang 19
8. PERHITUNGAN MEKANIS 19
8.1. Pendahuluan 19
8.2. Momen pembengkokan akibat angin pada konduktor 20
8.3. Momen pembengkokan akibat angin pada tiang 22
8.4. Tekanan akibat sudut pada jalur 25
8.5. Penentuan kekuatan terhadap sudut tiang 26
8.6. Sudut maksimum yang diperbolehkan tanpa kawat jangkar 27
8.7. Penjangkaran 28
8.8. Perhitungan tensi pada kawat jangkar 31
9. KUALITAS KONSTRUKSI 33
10. KONDUKTOR 34
11. JENIS ISOLATOR 34
12. PEMAKAIAN BERSAMA 35
13. VIBRASI PADA KONDUKTOR 36
14. PERGERAKAN KONDUKTOR AKIBAT ARUS GANGGUAN 37
15. KESIMPULAN 37
SUMBER PUSTAKA 38
Gambar 5.1 Tensile Stress 3
Gambar 5.2 Compressive Stress 3
Gambar 5.3 Shearing Stress 4
Gambar 5.4 Diagram Tekanan dan Tegangan pada material 5
Gambar 5.5 Peta beban mekanik untuk saluran udara standard NESC 6
Gambar 7.1 Desain tiang tunggal yang digunakan pada jaringan distribusi 15
Gambar 7.2 Desain kolom tunggal 15
Gambar 7.3 Desain kolom ganda 16
Gambar 7.4 Teknik letak penanaman tiang 18
Gambar 8.1 Diagram beban tiang 20
Gambar 8.2 Skematik tiang dengan 2 cross-arm 21
Gambar 8.3 Gambaran horizontal dari sudut tiang dan diagram gaya 25
Gambar 8.4 Instalasi 2 kawat jangkar ketika sudut datang pada jalur/saluran lebih dari
60 derajat 26
Gambar 8.5 Berbagai macam teknik penjangkaran 28
Gambar 8.6 Instalasi kawat jangkar pada suatu sudut 29
Gambar 8.7 Instalasi kawat jangkar pada tiang akhir 30
Gambar 8.8 Bagian instalasi kawat jangkat dengan menggunakan Thimble-eye 30
Gambar 8.9 Diagram beban kawat jangkar 32
Gambar 12.1 Penyusunan ruang pada tiang 35
Tabel 6.1 Zona Netral konduktor yang lewat namun tidak menempel/terikat
terhadap bangunan (ft) 9
Tabel 6.2 Zona Netral Vertikal minimum konduktor diatas tanah atau rel (ft) 10
Tabel 6.3 Zona Netral Persimpangan Kawat pada Struktur Berbeda (ft) 11
Tabel 6.4 Zona Netral Horizontal antar kabel konduktor berukuran lebih kecil
dari No.2 AWG pada tiang berdasarkan lengkungan(sag) 13
Tabel 6.5 Zona Netral Horizontal antar kabel konduktor berukuran No.2 AWG
atau lebih pada tiang berdasarkan lengkungan(sag) 13
Tabel 7.1 Standar dimensi tiang kayu 17
Tabel 7.2 Standar pengaturan kedalaman tiang yang dibutuhkan 18
Tabel 7.3 Berbagai macam tahanan tanah yang digunakan sebagai media penahan
tiang 19
Tabel 8.1 Momen resistansi dari tiang kayu 24
1. PENDAHULUAN
Konstruksi saluran udara pada umumnya hanya memakan biaya 15 hingga 60 persen
lebih murah dibandingkan konstruksi saluran bawah tanah dan lebih ekonomis.
Pertimbangan pertama dalam merancang konstruksi saluran udara adalah karakteristik
elektris.
Suatu rancangan saluran harus mampu untuk mentransmisikan daya yang
dibutuhkan tanpa adanya drop tegangan atau rugi-rugi energi, dan isolasi saluran harus
memadai untuk melindungi saluran. Faktor mekanis yang mungkin akan memberi
pengaruh terhadap saluran udara juga harus menjadi bagian pertimbangan. Hal-hal yang
mempengaruhi dan menjadi pertimbangan dalam perancangan konstruksi saluran udara
akan dibahas pada makalah ini.
3. KARAKTERISTIK RUTE
Rute pendirian saluran transmisi udara pada umumnya dirancang melewati beberapa
negara atau wilayah dengan izin pendirian secara privat (izin pendiriat rute bergantung
pada setiap negara yang dilewati oleh rute transmisi tersebut, tiap wilayah/negara
memiliki standar perizinan yang berbeda-beda) dalam tujuan untuk mendapatkan rute
sedekat mungkin dengan daerah yang tepat untuk pendirian tiang dan menghindari
bangunan, jalan, jalan layang, dan saluran tengangan rendah.
Saluran udara tegangan rendah dibuat berdekatan dengan jalan maupun jalan layang,
hal ini bertujuan agar memudahkan saluran untuk terhubung kepada konsumen dan
untuk memudahkan akses untuk perbaikan dan pemeliharaan saluran. Konstruksi ini
berbeda dengan konstruksi transmisi saluran udara yang tidak berhubungan secara
langsung dengan konsumen sehingga sebisa mungkin menghindari lokasi-lokasi seperti
yang telah disebutkan pada paragraf sebelumnya.
Untuk saluran udara rendah atau saluran distribusi pada daerah pusat kota atau
pinggiran kota, antar tiang saluran ditempatkan dengan jarak 100 sampai 150 ft, hal ini
bertujuan untuk mencari titik paling mudah melakukan pemeliharaan dan juga untuk
memperkecil jarak pemeliharaan seminimum mungkin. Dipinggir jalan, tiang ditanam
beberapa ft dibawah trotoar.
Saluran transmisi kemungkinan memliki jarak regangan sebesar beberapa ratus ft.
Karakteristik wilayah/negara dimana saluran ini akan ditempatkan akan mempengaruhi
jenis konstruksi tiang, konduktor, dan isolator yang akan dipakai. Penentuan
tempat/wilayah atau rute dimana saluran udara ini akan didirikan membutuhkan
keputusan, pengalaman, dan keahlian yang tepat dalam meminimalisir biaya izin
pendirian dan biaya konstruksi serta untuk menyediakan kemudahan pemeliharaan dan
mengurangi gangguan operasi dalam waktu mendatang
Secara umum faktor yang mempengaruhi panjang dari regangan adalah :
Karakteristik rute.
Zona netral yang tepat bagi konduktor.
Tekanan berlebih saat beban maksimum.
Struktur yang memadai untuk menahan beban tambahan.
Secara umum cara kedua lebih dipilih dibandingkan cara pertama. Pembelian
lahan/wilayah secara permanen akan memudahkan perancangan dan pendirian
konstruksi saluran udara karena lahan/wilayah tersebut sudah terbebas dari pemilik
sebelumnya. Namun apabila wilayah tersebut merupakan wilayah milik daerah/negara
setempat, maka diperlukan perizinan khusus untuk menggunakan wilayah tersebut
sebagai sarana transmisi saluran udara yang mencakup beberapa hal, yaitu:
Izin untuk mendrikian seluruh pelatan pendukung.
Izin untuk mengakses setiap peralatan pendukung.
Izin untuk membersikah rute dari pepohon dan semak belukar dengan lebar
10 ft lebih besar dari ruang penempatak kondukor guna menyediakan ruang
kerja yang cukup untuk konstruksi.
Izin untuk menghilangkan semua pepohon yang mungkin akan mengganggu
zona netral minimum yang dibutuhkan apabila konduktor tersebut jatuh.
Izin untuk menghilangkan semua pepohon yang mungkin akan mengganggu
zona netral minimum yang dibutuhkan apabila konduktor tersebut berayun
karena terjangan angin.
Izin untuk menghilangankan segala jenis penghalang, seperti bangunan,
lumbung padi, dan lain-lain yang dapat menimbulkan kebakaran.
5. BEBAN MEKANIS
4. Bending Stress.
Disebabkan oleh gaya yang bekerja pada selurh badan objek. Sebagai contoh,
tiang yang berada pada suatu tikungan apabila tidak diberi kawat jangkar maka
akan mengalami Bending Stress.
5. Twisting Stress or Torque.
Disebabkan oleh gaya putar yang bekerja pada objek, gaya putar ini terbentuk
akibat tidak samanya tekanan yang terbebankan terhadap 2 sisi tiang.
5.2. Elastisitas
Elastisitas merupakan ciri dari material yang dapat mengembalikan bentuknya
kembali kedalam bentuk semula setelah mendapat tekanan. Rasio dari tekanan normal
untuk menegang disebut modulus young (modulus elastisitas).
Setiap material memiliki batas elastisitas, apabila batas ini terlampaui, material
terebut masih dapat bekerja namun akan sedikit demi sedikit kehilangan karakteristik
elastisitasnya hingga pada akhirnya akan timbul suatu kegagalan.
Dalam perancangan struktur mekanis, ada beberapa variabel dan kemungkinan yang
membuat penentuan dari tekanan dan kekuatan tersebut menjadi sulit. Tekanan
maksimum pada struktur yang dirancang untuk beroperasi normal merupakan tekanan
yang diperkenankan atau dapat disebut tekanan kerja. Rasio dari tekanan kerja hingga
kekuatan tertinggi dari material disebut dengan faktor keamanan desain (design safety
factor). Faktor ini digunakan untuk menguji suatu material yang dikenakan tekanan-
tekanan tertentu untuk menentukan kekuatan tertinggi (dalam hal ini elastisitas) dari
material sebelum material tersebut rusak.
Gambar 5.4 Diagram Tekanan dan Tegangan pada material.
NESC (National Electric Safety Code) pada umumnya memiliki standar faktor
kemananan perancangan/desain untuk tiap-tiap wilayah/negara. Namun apabila di
wilayah tersebut tidak terdaftar/terlihat pada NESC, maka material tersebut akan diuji
dalam beberapa kondisi yang dibutuhkan hingga seorang teknisi/ahli mengambil
keputusan akan nilai faktor keamanan perancangan/desain (design safety factor) yang
tepat untuk digunakan.
Tujuan dari analisis beban NESC ini adalah untuk mendapatkan nilai perlindungan
yang tepat dalam menghadapi beberapa keadaan cuaca, seperti tekanan akibat kecepatan
angin yang begitu kencang dapat terjadi di wilayah-wilayah dataran rendah. Mungkin
saja terdapat pembentukan es yang begitu hebat tanpa disertai hembusan angin yang
kencang, atau mungkin kedua fenomena tersebut dapat terjadi. NESC mendefinisikan 3
beban tersebut kedalam kategori berat, sedang, dan ringan serta membagi
wilayah/negara kedalam 3 area dimana 3 kategori ini kemungkinan terjadi.
6. RUANG NETRAL
Pada umumnya, zona netral yang perlu dipertimbangkan adalah : tanah, jalanan,
bangunan, pohon, konduktor dan struktur dari saluran lain, konduktor lain dalam
struktur yang sama, struktur itu sendiri, kabel jangkar dan beberapa peralatan dalam
struktur, dan daerah tepi dari area perizinan. NESC memberikan ukuran zona netral
minimum yang dibutuhkan. Setiap rating tegangan memiliki ukuran zona netral yang
berbeda-beda.
Tabel 6.1 Zona Netral konduktor yang lewat namun tidak menempel/terikat terhadap bangunan (ft)
9
Tabel 6.2 Zona Netral Vertikal minimum konduktor diatas tanah atau rel (ft)
Tabel 6.3 Zona Netral Persimpangan Kawat pada Struktur Berbeda (ft)
6.4. Jarak Horizontal Antar-Konduktor
NESC yang dibutuhkan untuk konduktor supply pada jaringan yang sama pada
tegangan sampai 8.7 kV, zona netral horizontal minimum antara konduktor adalah 12
in., dan untuk tegangan yang lebih tinggi adalah 12 in. ditambah 0,4 in. per kilovolt
diatas 8.7 kV.
Zona minimum horizontal antar konduktor untuk konduktor supply pada jaringan
yang berbeda adalah 12 in.; untuk tegangan antara 8.7 sampai 50 kV, zona netral adalah
12 in. ditambah 0,4 in. per kilovolt diatas 8.7 kV; dan untuk tegangan 50 kV sampai 814
kV, zona netral yang dibutuhkan adalah 28,5 in. ditambah 0.4 in. diatas 50 kV.
Zona netral minimum yang ditentukan NESC untuk kabel konduktor lebih kecil dari
No.2 AWG dapat dikalkulasikan dengan menggunakan formula:
Zona netral minimum = ど.ぬ 𝑛.⁄𝑘𝑉 + ば岫怠 S − ぱ岻怠 ⁄態
戴 (6.1)
Tabel 6.5 Zona Netral Horizontal antar kabel konduktor berukuran No.2 AWG atau lebih pada
tiang berdasarkan lengkungan(sag)
Gambar 7.2 Desain kolom tunggal: (a) Wishbone design; (b) Unbraced up-swept arms; (c) Horizontal
line post; (d) Braced horizontal arms.
Gambar 7.3 Desain kolom ganda: (a) Unbraced H-frame; (b) H-frame with wood (solid or laminated)
cross-arm; (c) H-frame with curved laminated cross-arm; (d) K-frame; (e) Double-circuit H-frame; (f)
Dreyfus design.
Pada jaringan distribusi umumnya digunakan tiang setinggi 35 ft. Ukuran atau
diameter tiang ditentukan dari kebutuhan kekuatan tiang tersebut dalam menahan beban
mekanis yang ada pada tiang tersebut. Titik kritis kekuatan untuk tiang yang tidak
dijangkar berada pada atau dekat dengan tanah. Dalam hal ini, keliling tiang menentukan
momen-tahan tiang ketika bengkok sebagai penyangga.
Apabila tiang tersebut dijangkar, maka diameter tiang pada bagian dimana jangkar
tersebut akan dipasang adalah tolak ukur kekuatan dari tiang tersebut. Momen-tahan
tiang yang dijangkar harus cukup untuk menahan tekanan yang dapat menyebabkan
tiang bengkok (bending stress) pada titik tersebut (titik pada bagian tiang dimana
jangkar terpasang). Keliling tiang pada bagian atas juga harus memadai agar ketika
lengan tiang dipasang tidak melemahkan bagian atas tiang. Tiang kayu dibagi menjadi
beberapa kelas berdasarkan keliling bagian atas dan keliling pada bagian 6 ft dari sisi
bagian bawah tiang untuk setiap panjang nominal. Kelas disini merujuk pada klasifikasi
dimensi yang dibuat berdasarkan American Standards Association.
Tabel 7.1 Standar dimensi tiang kayu.
Tabel 7.2 Standar pengaturan kedalaman tiang yang dibutuhkan.
Kelas tiang ini diberi nomor mulai dari 1 sampai 10. Kelas 1 memberikan keliling
tanah terbesar dan kelas 7 memberikan keliling terkecil. Kelas 8 sampai 10 hanya
membedakan keliling minimum bagian atas tiang secara spesifik. Semua kelas kurang-
lebih memiliki kekuatan yang sama dalam menghadapi beban horizontal pada bagian
atas. Pada tabel 7.1 dapat dilihat berbagai jenis dimensi dari tiang bergantung dari bahan
material kayunya. Untuk kayu jenis yellow pinus ditandai dengan kode P, untuk jenis
kayu chestnut ditandai dengan kode C dan kode W untuk kayu jenis western cedar.
Gambar 7.4 Teknik letak penanaman tiang: (a) Full-concrete setting; (b) Concrete setting; (c) Crushed
stone setting; (d) Plain earth setting; (e) Heel-and-breast concrete blocks setting; (f) Bolted-timber
setting.
7.2. Jenis Tanah dan Pengaturan Tiang
Tabel 7.3 Berbagai macam tahanan tanah yang digunakan sebagai media penahan tiang.
Tiang yang stabil harus memiliki letak kedalaman yang cukup. Tabel 7.2
menampilkan letak kedalaman minimum dari tiang. Namun kedalaman bukanlah satu-
satunya faktor yang menentukan, melainkan jenis material tanah, kelembaban tanah,
ukuran diameter dari bagian bawah tiang juga ikut menentukan faktor dari kestabilan
tiang saat ditanam. Gambar 7.4 menunjukan beberapa macam teknik penanaman dengan
material yang berbeda-beda.
Tanah dapat diklasifikasikan menjadi 8 jenis kelompok yang berbeda seperti yang
ditampilkan pada tabel 7.3 untuk tujuan penentuan letak tiang. Selain itu tabel 7.3 juga
memberikan nilai momen resistansi dari tiang apabila ditanam dengan material tanah
tertentu. Nilai momen resistansi tersebut diasumsikan bahwa tiang memiliki ukuran
diameter minimum dan letak penanaman tiang standar.
8. PERHITUNGAN MEKANIS
8.1. Pendahuluan
Secara umum, gaya yang bekerja pada struktur pendukung, sebagai contoh: tiang,
adalah:
Gaya vertikal akibat berat tiang, konduktor, dan es yang menempel pada
konduktor.
Gaya vertikal akibat tarikan jangkar.
Gaya horizontal lateral akibat angin yang melewati tiang, konduktor, es, dan
lain-lain.
Gaya horizontal longitudinal akibat ketidak-seimbangan tarikan konduktor.
Gaya torsi akibat ketidak-seimbangan tarikan konduktor.
Segala bentuk tiang pada umumnya kuat ketika menghadapi gaya vertikal namun
lemah dalam menghadapi gaya horizontal dan segala bentuk cross-arm lemah dalam
menghadapi gaya torsi. Sehingga, dengan tujuan mendapatkan perancangan jalur yang
bagus, gaya horizontal dan torsi harus dikurangi seminimum mungkin dengan
menyeimbangkan tekanan dan mentransformasikan gaya horizontal yang tersisa
menjadi gaya vertikal dengan menggunakan kawat jangkar. Oleh karena itu, kekuatan
tiang harus cukup untuk menahan gaya melintang seperti tekanan angin pada tiang dan
konduktor, tarikan yang tidak seimbang akibat konduktor yang rusak, dan tarikan pada
sisi lengkung tiang ketika tiang tersebut tidak dapat menggunakan kawat jangkar.
Perhitungan kekuatan tiang pada umumnya didasarkan pada keadaan standar,
sehingga untuk menentukan kekuatan tiang sebenarnya (saat tiang menghadapi angin,
atau gaya-gaya lain yang dapat menyebabkan tekanan pada tiang) maka diperlukan
perhitungan lebih lanjut.
∑
沈=怠
dimana :
Mtc = Total momen pembengkokan akibat angin pada konduktor (lb-ft)
m = Jumlah cross-arm pada tiang
n = Jumlah konduktor pada tiap cross-arm
P = Gaya angin transversal dan horizontal pada jalur (lb/ft)
Lavg = Rata-rata bentangan (ft)
hij = Tinggi konduktor j pada cross-arm i (ft)
Besarnya beban angin yang diberikan kepada konduktor bergantung dengan kondisi
apakah konduktor tersebut terselimuti es atau tidak.
Gambar 8.1 Diagram beban tiang: (a) ketika dua bentangan yang berdekatan tidak sama
panjang; (b) ketika dua bentangan yang berdekatan sama panjang.
Gambar 8.2 Skematik tiang dengan 2 cross-arm.
Pada gambar 8.1, Lavg merepresentasikan rata-rata bentangan horizontal yang setara
dengan setengah panjang dari dua bentang yang berdekatan L1 dan L2. Lavg dapat
dihitung melalui :
𝐿𝑎𝑣直 = 怠
態
岫𝐿怠 + 𝐿態岻 ketika L1 tidak sama dengan L2 (8.2)
atau
𝐿𝑎𝑣直 =
𝐿怠 = 𝐿態
=𝐿
ketika L1
sama dengan L2 (8.3)
8.3. Momen pembengkokan akibat angin pada tiang
Momen pembengkokan akibat angin pada tiang (lihat gambar 8.2) yang pada
umumnya bernilai maksimum pada bagian bawah tiang yang tidak terjangkar adalah :
𝑝ℎ鉄𝘨
𝑀 = 𝑎
岫𝑑 + に𝑑 岻 lb-ft
直𝑝 7 𝑝直 𝑝𝑡(8.4)
atau 態 鉄𝘨
𝑝ℎ
𝑀 = 𝑎
岫𝑐 + に𝑐 岻 lb-ft
直𝑝 𝑝直 𝑝𝑡 (8.5)
7
dimana: 態
Mgp = Momen pembengkokan 𝜋 pada tiang akibat angin (lb-ft)
hag = Tinggi tiang dari permukaan tanah (ft)
dpg = Diameter tiang pada bagian bawah (inch)
dpt = Diameter tiang bagian atas (inch)
p = Tekanan angin (lb/ft2)
cpg = Lingkaran tiang pada bagian bawah (inch)
cpt = Lingkaran tiang pada bagian atas (inch)
Momen resistansi internal tiang kayu, ketika berada pada tekanan maksimum pada
garis tanah (ground line)
𝑝直
atau
𝑀 = に.はぬぱの × など−替 𝑆𝑐戴 𝑝直 lb-ft (8.7)
dimana:
勅𝑟𝑎𝑡 𝑡沈𝑎𝑛直 岫𝑢𝑙𝑡沈𝑚𝑎𝑡勅 捗沈𝑏勅𝑟
𝑠𝑡𝑟勅𝑛直𝑡ℎ 墜捗 𝑝墜𝑙勅岻捗𝑎賃𝑡墜𝑟
賃勅𝑎𝑚𝑎𝑛𝑎𝑛 岫𝑠𝑎捗勅𝑡𝑦 捗𝑎𝑐𝑡墜𝑟岻
Nilai faktor keamanan minimum dbutuhkan, berdasarkan kelas konstruksi yang
diberikan NESC. Tabel 8.1 menunjukan momen resistansi dari tiang kayu dengan
keliling tiang pada garis tanah dan rating tekanan serat maksimum tiang.
Kondisi dimana tiang tidak patah adalah
Tekanan serat maksimum tidak boleh lebih dari 15 persen saat titik patah untuk gaya
normal tak seimbang. Persamaan 8.7 digunakan dengan asumsi bahwa garis tanah
merupakan titik terlemah dari tiang. Namun asumsi ini tidak sepenuhnya benar karena
bergantung dari jenis materal kayu yang digunakan (untuk tiang kayu) karena setiap
material memiliki lokasi titik lemah yang berbeda.
Karena pole-top transformer tidak hanya memiliki beban vertikal melainkan beban
horizontal pada tiang. Tiang kayu yang digunakan untuk membawa trafo lebih dari 25
kVA biasanya memiliki diameter pole-top sebesar 1 in. atau lebih dari yang dibutuhkan.
Tabel 8.1 Momen resistansi dari tiang kayu.
8.4. Tekanan akibat sudut pada jalur
Apabila terdapat sudut dalam jalur saluran, maka terdapat gaya tambahan yang
dikenakan terhadap struktur pendukung pada titik sudut tersebut dikarenakan tensi pada
konduktor. Gambar 8.3 menjelaskan gambaran horizontal diagram gaya yang bekerja
pada sudut tiang.
Jika konduktor pada bentang yang berdekatan memiliki tensi yang setara dengan T
dan sudut datang jalur tersebut dinyatakan dalam α, resultan gaya tarik sisi tiang dalam
Tr , gaya tersebut dapat dihitung melalui formula sebagai berikut:
𝑇𝑟 = に𝑛𝑇怠 𝑠𝑛 lb (8.10)
態
dimana:
Tr = Resultan gaya tarik sisi dikarenakan sudut pada jalur (lb)
n = Jumlah konduktor pada tiang
T1 = Tensi maksismum konduktor (lb)
α = Sudut datang pada jalur/saluran (o)
Gambar 8.3 Gambaran horizontal dari sudut tiang dan diagram gaya.
Ketika gaya ini membesar, maka besar tekanan yang dapat menyebabkan
pembengkokan (bending stress) dapat menjadi lebih besar dari tekanan kerja (working
stress) yang diperkenankan/diperbolehkan atau bahkan dapat menjadi lebih besar dari
kekuatan serat maksimum (ultimate fiber strength) dari tiang. Karena keadaan tersebut
maka diperlukanlah kawat jangkar.
Jika tensi konduktor dari bentangan yang berdekatan tidak sama, maka resultan gaya
tarik sisi (resultant side pull force) yang bekerja adalah
dan sudut け antara resultan dan bentangan dimana tensi T1 diperoleh dapat ditentukan
melalui :
𝑇
cos 紘 =
鉄 迭(8.12)
鉄
+
𝑇
鉄
+
𝑇
鉄
態
𝑇
𝑇
鉄
dimana け merupakan sudut antara arah resultan dan arah bentangan, dengan besar yaitu
90o – 0.5α.
Jika besar sudut datang jalur tersebut bernilai kurang dari 60 o , resultan gaya tarik
sisi bernilai lebih kecil dari tensi maksimum konduktor pada bentangan yang
berdekatan. Oleh karena itu, pemasangan satu buah kawat jangkar tunggal pada arah
yang berlawanan dari resultan gaya tarik sisi tersebut, seperti yang terlihat pada gambar
8.4 dibutuhkan. Apabila besar sudut datang jalur tersebut bernilai lebih dari 60 o , maka
nilai resultan gaya akan melebihi nilai tensi maksimum konduktor, demi menghentikan
kecendrungan tiang untuk dipindahkan posisinya jika sudut tersebut tidak dapat
membagi dua sudut jalur/saluran dan menghindari penggantian kawat jangkar dengan
yang lebih kuat, maka cukup menambah 1 kawat jangkar dan dipasang pada setiap titik
dengan arah yang berlawanan dari jalur/saluran seperti yang terlihat pada gambar 8.4
Gambar 8.4 Instalasi 2 kawat jangkar ketika sudut datang pada jalur/saluran lebih dari 60 derajat.
Dalam menentukan apakah tiang yang akan digunakan sebagai tiang sudut pada
jalur/saluran memiliki kekuatan yang memenuhi persyaratan NESC, maka formula yang
diguakan adalah:
𝑀𝘨𝑝+𝑀
𝑀= ×
𝑆迭
dimana:
M = Momen resistansi internal yang dibutuhkan tiang (lb-ft)
Mgp = Total momen pembengkokan dikarenakan angin pada tiang (lb-ft)
Mtc = Total momen pembengkokan dikarenakan angin pada konduktor (lb-ft)
Mr = Momen pembengkokan dikarenakan tensi pada konduktor (lb-ft)
S1 = Tekanan yang diperkenankan pada tiang akibat beban melintang
S2 = Tekanan yang diperkenankan pada tiang akibat beban longitudinal
dalam hal ini
𝑀 𝑟 = 𝑇𝑟ℎ lb-ft
atau
𝑀𝑟 = に𝑛ℎ𝑇 sin 𝛼 lb-ft (8.15)
態
dimana harus dihitung untuk setiap konduktor dan dijumlahkan. Secara teori, apabila M
lebih besar dari momen resistansi maksimum tiang, maka dipergunakan kawat jangkar,
dan apabila sebaliknya, maka tidak perlu digunakan kawat jangkar. Namun dalam
prakteknya, apabila tiang tersebut tidak memiliki letak kaku (dimana tiang benar-benar
memiliki kekuatan yang dapat menahan gaya tarik akibat sudut tersebut) yang tepat,
maka masih diperlukan kawat jangkar.
Jika sudut pada saluran lebih besar dari sudut maksimum yang diperkenankan
(diperoleh melalui persamaan 8.16), maka kawat jangkar perlu digunakan.
8.7. Penjangkaran
Ketika sebuah tiang tidaklah cukup kuat menahan tekanan yang dapat menyebabkan
tiang tersebut bengkok (bending stress) dikarenakan ketidak-seimbangan gaya yang
bekerja, maka tiang tersebut perlu dilakukan penjangkaran.
Gambar 8.5 Berbagai macam teknik penjangkaran: (a) Anchor guy; (b) Stub guy; (c) Pole-to-stub-to-
anchor guy; (d) Pole-to-pole guy.
Gambar 8.6 Instalasi kawat jangkar pada suatu sudut: (a) Atas; (b) Samping.
Kekuatan kawat jangkar harus cukup besar untuk menahat selruh tekanan horizontal
dalam arah kerjanya sehingga tiang nantinya hanya akan menahan bagian vertikal dari
tensi kawat jangkar. Untuk struktur khusus seperti rangka-A, rangka-H, dan lain-lain
terkadang lebih digunakan dibandingkan menggunakan kawat jangkar dalam beberapa
aplikasi. Namun teknik secara umum adalah dengan menggunakan kawat jangkar atau
kawat besi atau material dengan kekuatan tinggi laiannya untuk menahan tekanan
tersebut.
Kawat jangkar dengan kuat terikat pada tiang dengan membungkus ujung dari kawat
jangkar dua kali atau lebih pada sekitar tiang dan menjepit bagian ujung bebas kedalam
bagian inti dari kawat jangkar tersebut. Sekarang ini kawat jangkar biasanya terpasang
pada tiang dengan menggunakan thimble-eye atau dengan sebuah guy eye bolt seperti
yang terlihat pada gambar 8.8. Titik pemasangan kawat jangkar harus sedekat mungkin
dengan titik dimana resultan gaya tarik sisi bekerja pada tiang atau struktur pendukung
tersebut.
Gambar 8.7 Instalasi kawat jangkar pada tiang akhir: (a) Atas; (b) Samping.
𝑇ℎℎ直 ≈
atau
𝑇𝑟ℎ直
𝑇ℎℎ直 ≈
𝑇怠ℎ怠 +
𝑇態ℎ態
𝑇ℎ = 怠 岫𝑇 (8.19)
ℎ𝘨 怠ℎ怠 + 𝑇態ℎ態岻
dimana:
Th = Komponen horizontal pada kawat jangkar (lb)
T1 = Beban horizontal pada ketinggian h1 (lb)
T2 = Beban horizontal pada ketinggian h2 (lb)
hg = Ketinggian titik ditempatkanya kawat jangkar pada tiang (ft)
h1 = Ketinggian beban horizontal T1 (ft)
h2 = Ketinggian beban horizontal T2 (ft)
ℎ𝘨
tan 𝛽 = (8.20)
𝐿
atau
ℎ𝘨
𝛽 = arctan (8.21)
𝐿
Dimana L merupakan jarak (lead) dalam satuan (ft). sehingga, tensi dari kawat
jangkar tersebut adalah:
直
atau
.22)
𝑇直 = 𝑇ℎ sec 𝛽 (8.23)
G
dan, a
m
b
a
r
8
.
9
D
i
a
g
r
a
m
b
e
b
a
n
k
awat jangkar.
ℎ𝘨 態
√
𝑇直 = 𝑇𝑟
karena
𝑟 ℎ
kemudianatau
𝑇𝑣 = 𝑇ℎ tan 𝛽 (8.28)
atau
Nilai tersebut harus dijaga agar tetap lebih kecil dari nilai momen resistansi
minimum yang dibutuhkan kawat jangkar.
9. KUALITAS KONSTRUKSI
Kriteria yang digunakan dalam menentukan kebutuhan kekuatan saluran/jalur
disebut kelas/tingkatan konstruksi (grade of construction). Tingkatan ini secara spesifik
dibentuk berdasarka kebutuhan kekuatan untuk tujuan keamanaan. NESC menamai
kelas untuk jalur/saluran supply dan komunikasi dengan huruf B, C, D, E, dan N. kelas
B merupakan kelas tertingi dan membutuhkan kekuatan yang tinggi. Kelas D hanya
diperuntukan kepada jalur komunkikasi dan lebih tinggi tingkatannya dibandingkan
kelas N.
Jenis kelas yang digunakan bergantung kepada jenis jaringan, tegangan, dan
pengiring jalur/saluran. Sebagai contoh saluran daya dengan besar tegangan berapapun
apabila melewati jalan kereta api membutuhkan konstruksi kelas B namun dalam
kondisi yang lain mungkin hanya membutuhkan konstruksi kelas N. selain standar yang
diterapkan NESC terdapat juga aturan-aturan lokal di wilayah tertentu yang menentukan
kelas konstruksi suatu jalur/saluran.
10. KONDUKTOR
Tembaga dan aluminium merupakan logam yang sering digunakan sebagai material
konduktor untuk jaringan distribusi. Kriteria pemilihannya meliputi konduktivitas,
kekuatan mekanis, harga, dan berat. Berdasarkan kriteria pemilihan tersebut, tembaga
merupakan konduktor yang memiliki kualitas terbaik dan aluminium merupakan yang
kedua dalam hal konduktivitas dan keberadaannya. Aluminium memiliki beberapa
kelebihan yaitu beratnya yang merupakan 70 persen lebih kecil dari ukurannya, namun
konduktivitasnya hanyalah 61 persen dari kekuatan konduktivitas tembaga. Kekuatan
maksimumnya (breaking strength) sekitar 43 persen dari tembaga jenis hard-drawn.
Kawat tembaga dibuat dalam 3 jenis standar berdasarkan tingkat kekerasannya. (1)
hard drawn, (2) medium hard-drawn, (3) soft drawn. Tembaga jenis Hard-drawn
memiliki kekuatan tensi (tensile strength) tertinggi dan digunakan untuk saluran udara
dengan panjang bentangan 200 ft atau lebih. Untuk jenis medium hard-drawn memiliki
kekuatan tensi yang lebih rendah dan digunakan secara umumnya pada saluran udara
jaringan distribusi dengan panjang bentangan yang lebih pendek. Jenis soft drawn
digunakan untuk kabel bawah tanah (underground cable) karena memiliki kekuatan
tensi kecil sehingga lebih fleksibel.
Aluminium yang diuntai dengan inti besi digunakan pada saluran udara di daerah
pedalaman. Dinamakan aluminum cable steel-reinforced (ACSR). Pengembangan dari
pembentukan material dengan kekuatan tinggi melalui campuran aluminium telah
menghasilkan beberapa kabel alternatif, diantaranya aluminum conductor alloy-
reinforced (ACAR) dan all-aluminum-alloy conductor (AAAC) dengan konduktivitas
dan kekuatan tensi terkombinasi.
Secara umum, ukuran konduktor yang digunakan untuk saluran udara ditentukan
dengan daya elektris yang akan ditransmisikan dan drop tegangan yang diperbolehkan.
Kebutuhan kekuatan mekanis merupakan hal yang perlu dipertimbangkan seminimum
mungkin namun masih dapat memenuhi persyaratan. NESC memberikan spesifikasi
ukuran minimum konduktor yang diperbolehkan untuk digunakan.
Dua buah konduktor pembawa arus yang dipasang secara paralel akan berada pada
pengaruh gaya tarik dan tolak yang diakibatkan munculnya medan magnet, bergantung
pada arah arus tersebut. Besarnya gaya pada tiap konduktor dapat dihitung dengan
鉄
𝐹∝ 𝐼
𝑑 (8.32)
Jika arus yang mengalir memiliki arah yang sama, maka akan menimbulkan gaya tarik
diantara konduktor, namun sebaliknya akan menimbulkan gaya tolak. Saat terjadi
hubung singkat, gaya yang terbentuk dapat menjadi cukup besar dan membuat
konduktor bergerak dengan signifikan terutama jika kedua konduktor dipasang terlalu
dekat. Jika terdapat 2 buah konduktor dengan beda level tegangan berdekatan, dan
apabila salah satu konduktor mengalami hubung-singkat, maka hal ini akan
mempengaruhi konduktor yang berada dalam keadaan normal. Dalam mengatasi hal ini
dibutuhkan spacer yang dapat memisahkan kedua konduktor agar tidak dapat
bersentuhan satu-sama lain.
15. KESIMPULAN