LIGHTNING ARRESTER
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN
II.
2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.2
Standar Internasional
2.3
2.3.1
2.3.2
2.3.3
10
2.3.4
12
2.3.5
13
2.3.6
15
2.3.7
15
2.4
17
2.5
23
2.5.1
26
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
2.5.2
28
2.5.3
29
2.5.4
31
2.5.5
33
2.5.6
Kondisi Operasi
38
2.6
38
2.6.1
38
2.6.2
39
2.7
42
2.7.1
42
2.7.2
42
2.7.3
43
2.7.4
44
2.7.5
44
2.7.6
46
2.7.7
46
2.7.8
47
48
III.
54
3.1
Pemeliharaan Preventif
54
3.2
Pemeliharaan Rutin
55
3.2.1
56
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
3.2.2
61
3.3
Predictive Maintenance
62
3.3.1
In Service Measurement
63
3.3.1.1
Pengukuran Thermovisi
63
3.3.1.2
Pengujian Korona
67
3.3.1.3
70
3.3.1.3.1
Model MOSA
71
3.3.1.3.2
73
3.3.1.3.3
73
3.3.1.3.4
74
3.3.1.3.5
75
3.3.1.3.6
Konsep Pengukuran
76
3.3.1.3.7
Konsep Perhitungan
77
3.3.1.3.8
80
3.3.1.3.9
82
3.3.1.4
83
3.4
Shutdown Measurement
83
3.4.1
83
3.5
87
3.6
Corrective Maintenance
90
3.6.1
90
3.6.2
90
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
IV
91
4.1
92
4.2
93
4.3
97
4.3.1
Pengukuran Thermovisi
97
4.3.2
Pengukuran Korona
98
4.3.3
99
4.3.4
Pengukuran LCM
100
4.3.4.1
100
4.3.4.2
Kurva Koreksi
100
REKOMENDASI
103
5.1
103
5.2
105
5.2.1
106
5.2.2
106
5.2.1
106
5.2.1
106
DAFTAR ISTILAH
DAFTAR PUSTAKA
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam Perusahaan Tenaga Listrik pemeliharaan sarana instalasi memegang peranan
sangat penting dalam menunjang kualitas dan keandalan penyediaan tenaga listrik kepada
konsumen. Pemeliharaan sarana instalasi adalah salah satu proses kegiatan yang bertujuan
menjaga kondisi peralatan, sehingga dalam pengoperasiannya peralatan dapat selalu
berfungsi sesuai dengan karakteristik desainnya.
Selama ini pemeliharaan sarana instalasi listrik yang dilaksanakan di PT PLN (Persero)
mengacu pada Buku Pedoman Pemeliharaan Sistem Tenaga Tahun 1984 sesuai SE_032
/PST/1984 beserta revisi-revisinya dan petunjuk pemeliharaan pada manual books masingmasing peralatan yang masih menggunakan pola Pemeliharaan Berbasis Waktu (Time
Based Maintenance). Seiring dengan perjalanan waktu, perkembangan teknologi dan
dimulainya penerapan pola Pemeliharaan Berbasis Kondisi (Condition Based Maintenance)
di PT PLN (Persero), maka dirasa perlu adanya Buku Pedoman Pemeliharaan dan Asesmen
Kondisi Peralatan Sistem Tenaga baru yang dapat mengakomodasi perubahan-perubahan
yang terjadi.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Buku Pedoman Pemeliharaan dan Asesmen Kondisi Peralatan Sistem Tenaga ini mencakup
Komponen dan Fungsi Peralatan, Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), Pedoman
Pemeliharaan SUTT & SUTET dan Evaluasi Hasil Pemeliharaan sebagai dasar asesmen
kondisi peralatan serta Rekomendasi untuk acuan tindak lanjut kondisi peralatan. Dengan
terbitnya buku ini dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari kegiatan pemeliharaan itu
sendiri serta merubah pola pemeliharaan di PT PLN (Persero) yang tadinya menggunakan
Time Based Maintenance
80% dan Corrective Maintenance 20% menjadi pola
pemeliharaan yang menggunakan Time Based Maintenance 40%, Condition Based
Maintenance 50% dan Corrective Maintenance 10% sehingga mempunyai nilai lebih untuk
menjadi sistem pemeliharaan yang berstandar nasional.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
BAB 2
KONSEP DASAR LIGHTNING ARRESTER
Surge Arrester merupakan peralatan yang didesain untuk melindungi peralatan lain dari
tegangan surja (baik surja hubung maupun surja petir) dan pengaruh follow current. Sebuah
arrester harus mampu bertindak sebagai insulator, mengalirkan beberapa miliampere arus
bocor ke tanah pada tegangan sistm dan berubah menjadi konduktor yang sangat baik,
mengalirkan ribuan ampere arus surja ke tanah, memiliki tegangan yang lebih rendah
daripada tegangan withstand dari peralatan ketika terjadi tegangan lebih, dan menghilangan
arus susulan mengalir dari sistem melalui arrester (power follow current) setelah surja petir
atau surja hubung berhasil didisipasikan.
2.1
Sejak sistem listrik AC mulai diimplementasikan sekitar 100 tahun lalu di saluran transmisi,
teknologi proteksi petir sudah mulai dikembangkan, mulai dari teknologi yang hanya
memanfaatkan sela udara (gap), kemudian berkembang dengan memanfaatkan kombinasi
antara sela udara dan resistor non linear, serta yang terakhir menggunakan resistor non
linear tanpa gap (teknologi terakhir ini mulai diimplementasikan mulai 20 tahun silam).
Mayoritas Arrester pada Sistem Transmisi di PLN saat ini telah menggunakan arrester
dengan teknologi terakhir yg memanfaatkan keping ZnO tanpa gap.
Perkembangan teknologi Arrester dapat dilihat sebagai berikut:
1892 1908 : Penggunaan Air Gaps
1908 1930 : Multiple gaps dengan resistan
1920 1930 : Lead Oxide dengan resistor
1930 1960 : Passive Gapped Silicon Carbide
1960 1982 : Active Gapped Silicon Carbide
1976 skrg
1985 skrg
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
2.1.1
Periode 1892 - 1908: Sela Udara Air Gaps dengan Modifikasi
Proteksi selama periode awal ini hanya menggunakan sela udara sederhana dari line ke
ground. Gap dapat didesain agar terjadi spark over pada tegangan yang cukup rendah untuk
menyediakan perlindungan petir yang baik, tanpa tegangan discharge. Akan tetapi, sela
udara tidak mampu menghilangkan power follow current kecuali sebuah resistansi dipang
seri untuk membatasi magnitude arus dan meningkatkan nilai power factor dari sirkuit
interrupting. Sekalipun demikian, sela udara membutuhkan operasi CB atau fuse untuk
memadamkan power follow current.
Proteksi selama periode awal ini hanya menggunakan sela udara sederhana dari line ke
ground. Gap dapat didesain agar terjadi spark over pada tegangan yang cukup rendah untuk
menyediakan perlindungan petir yang baik, tanpa tegangan discharge. Akan tetapi, sela
udara tidak mampu menghilangkan power follow current kecuali sebuah resistansi dipasang
seri untuk membatasi magnitude arus dan meningkatkan nilai power factor dari sirkuit
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
interrupting. Sekalipun demikian, sela udara membutuhkan operasi CB atau fuse untuk
memadamkan power follow current.
10
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
2.1.5
Periode 1954 - 1976: Resistor Non Linier Silicon Carbide dengan Active Gaps
Gap arrester active diatur sehingga medan magnetis dihasilkan oleh koil (atau komponen
lain dengan fungsi sama) mengerakka power follow current arc dari titik inisiasi menuju
tempat pada struktur gap dimana proses pemadaman berlangsung.
2.1.6
Periode 1976 - sekarang : Zinc Oxide Arresters
Elemen valve, terbuat dari Zinc Oksida dengan sejumlah komponen additive untuk
memenuhi karakteristik sesuai dengan yang diinginkan. Material dasar penyusun keping
blok MOSA adalah ZnO (~90% berat), sementara zat aditif lain terdiri dari: MnO, B2O3, NiO,
Sb2O3, Cr2O3 (~10% berat).
Senyawa ZnO memiliki kemampuan konduktivitas sangat baik ketika dilewati arus kerja
discharge-nya pada interval arus 1-100 kA, namun akan berlaku sebagai kapasitor atau
resistansi tinggi ketika dilewati arus di bawah nilai tersebut. Hal ini terkait dengan
Karakteristik Tegangan Arus
elemen ZnO dengan diameter 3 inchi, arus yang dapat dialirkan dari kondisi normal ke
kondisi surja dari 0,1 Ampere mencapai 10000 Ampere.
Kemampuan disipasi energi dari ZnO pun jauh lebih baik bila dibandingkan dengan
kemampuan Silikon Karbida. Sebuah Keping Metal Oksida dengan diameter 3 inchi dan
tinggi 2,1 inchi memiliki kemampuan disipasi yang sama dengan keping SIlikon Karbida plus
gap berdiameter 3 inchi dengan ketinggian masing-masing 2,2 inchi. Desain tanpa gap ini
11
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
memungkinkan desain arrester metal oksida menjadi lebih pendek dengan rating pressure
relief mencapai 65 000 Ampere RMS Simeteris.
Tidak mungkin membandingkan setiap teknologi dari sejak 100 ataupun 50 tahun silam
secara detail oleh karena perbedaan teknik pelaksanaan tes dan perbedaan cara
penggunaan informasi. Akan tetapi table di bawah ini menunjukkan perbandingan nilai
sparkover, discharge voltage, dan tinggi (ukuran) arrester.
Tabel 2.1. Perubahan Level Proteksi 1930 1985
12
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
2.2
Standar Internasional
Dalam penyusunan buku pedoman ini, digunakan beberapa standar yang mengacu pada
Standar Eropa (IEC), Amerika (IEEE/ ANSI), juga beberapa batasan yang diperoleh secara
spesifik dari pabrikan (sebagai contoh batasan nilai arus bocor resistif yang diperkenankan
pada arrester). Beberapa standar yang dijadikan rujukan adalah sebagai berikut:
IEC 60099-1, 1999
IEEE C62.1-1989:
Standard for Gapped Silicon-Carbide Surge Arresters for AC Power Circuits
IEEE Std C62.22-1997:
Guide for the Application of Metal-Oxide Surge Arresters for Alternating-Current Systems
IEEE Std C62.11-2005:
Standard for Metal-Oxide Surge Arresters for AC Power Circuits (>1 kV)
Selain standar-standar di atas, implementasi arrester di sebuah gardu induk ataupun pada
saluran transmisi juga perlu mempertimbangkan keterkaitan koordinasi isolasi, sebagai
berikut:
IEC 60071-1, 1993
13
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
2.3
Lightning Arrester/ Arrester/ Surge Arrester memiliki peran penting di dalam koordinasi
isolasi peralatan di gardu induk. Fungsi utama dari Lightning Arrester adalah melakukan
pembatasan nilai tegangan pada peralatan gardu induk yang dilindunginya. Panjang lead
yang menghubungkan arrester pun perlu diperhitungkan, karena inductive voltage pada lead
ini ketika terjadi surge akan mempengaruhi nilai tegangan total paralel terhadap peralatan
yang dilindungi. Untuk memahami kerja sebuah arrester, maka akan dijelaskan lebih rinci di
bawah melalui contoh kasus yang diperoleh dari Siemens Handbook Metal Oxide Arrester.
2.3.1
Ragam Over Voltage (Tegangan Lebih)
Pada kurva di bawah ini menunjukkan bagaimana arrester melakukan pemotongan
tegangan lebih terhadap beragam jenis surja:
Gambar4. Skematik diagram yang menggambarkan level tegangan yang mungkin timbul pada
peralatan gardu induk, bila diinstall LA ataupun tanpa diinstall Lightning Arrester (1.p.u.=2.Us/3 )
Melalui kurva tersebut terlihat bahwa durasi overvoltage berbeda satu sama lain, yaitu:
1. Lightning Overvoltage fast front overvoltage (Durasi Microseconds)
2. Switching Overvoltages slow front overvoltage (Durasi Milliseconds)
3. Temporary Overvoltages TOV (Durasi seconds), missal akibat gangguan sistem
14
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
2.3.2
Resistor SiC (Silicon Carbide) dan ZnO (Zinc Oxide)
Sekalipun Arrester jenis ber-gap dengan resistor non linear SiC (Silicon Carbide) masih
terpasang pada sebagian kecil Gardu Induk, namun mayoritas Arrester yang kini terpasang
adalah jenis tanpa gap, dimana Varistor Metal Oksida (ZnO) digunakan sebagai komponen
resistor non linear. Keunggulan dari Arrester Metal-Oksida adalah karakteristik teganganarus non-linear (V-I) yang ekstrim.
Pada Arrester yang masih menggunakan komponen SiC, diperlukan gap untuk melakukan
discharge overvoltages. Peristiwa arcing pada gap arrester ini mungkin menimbulkan panas
berlebih pada kedua titik gap.
Gambar 5. Perbandingan Karakteristik V-I antara Arrester jenis Metal Oksida dan jenis
Silicon Carbida
15
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
2.3.3
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa keistimewaan arrester jenis metal oksida
adalah memiliki karakteristik V-I yang ekstrim, sehingga tidak memerlukan gap udara
tambahan dalam proses pemotongan tegangan surja. Pada kasus ini, diberikan contoh
arrester yang terpasang pada sebuah sistem 420 kV, dimana arrester memiliki residual
voltage (10kA) sebesar 823 kV. Kurva V-I arrester tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. di
bawah ini:
Di saat yang bersamaan mengalir besaran arus bocor (leakage current) yang sebagian
besar mengandung komponen kapasitif, dengan sebagian kecil komponen resistif. Pada
kurva V-I di atas Gambar 6., nilai arus yang direpresentasikan merupakan besaran nilai arus
resistif.
16
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Untuk mendapatkan gambaran besaran arus komponen kapasitif, dapat dilihat pada grafik
osiloskop seperti pada Gambar 7 di bawah ini :
Pada tegangan power frequency 343 kV, besaran arus resistif menurut kurva V-I (Gambar 6)
bernilai 100 A, sementara kurva yang ditunjukkan melalui osiloskop ditunjukkan dalam
kurva di bawah ini memiliki nilai puncak 0,75 mA yang merupakan arus bocor total, dimana
mayoritas mayoritas arus memiliki komponen kapasitif :
Continuous Operating Voltage, disimbolkan Uc (bila merujuk pada standar IEC), sama
artinya dengan
IEEE, merupakan nilai tegangan power-frequency dimana arrester dapat terus beroperasi
tanpa batasan tertentu. Seluruh bagian arrester, yang telah diujikan pada type test, mampu
bekerja dengan baik level tegangan kontinu ini. Parameter ini sering salah diartikan dengan
Rated Voltage.
17
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Lightning Impulse protective Levels. Merupakan parameter yang paling penting pada
Lightning Arrester. Nilai ini menunjukkan besar tegangan diantara kedua ujung arrester
ketika nominal discharge current mengalir melalui arrester. Lightning current impulse
bervariasi dari 1,5 kA hingga 20 kA (IEC 60099-4). Utk Arrester HV (Us>= 123 kV),
umumnya hanya terdapat kelas 10kA dan 20 kA.
Pada contoh kurva V-I Gambar 6 di atas, dipilih arrester dengan kelas 10kA. Pernyataan
lightning impulse protective level = 823 kV berarti tegangan pada saat arrester dialiri arus
impulse 8/20 s dengan peak 10 kA maka besar tegangan di antara kedua terminal arrester
adalah sebesar 823 kV. UNtuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 8. Contoh Residual Voltage pada Arrester pada nominal discharge current
Tentu nilai peak dari residual voltage akan berbeda, bila arus nominal lightning yang
diinjeksikan bukan arus ideal.
2.3.4
Pertimbangan Pemasangan Arrester
Setiap peralatan di gardu induk memiliki Standard Lightning Impulse With-stand Voltage
(juga dikenal sebagai nilai BIL) sesuai desain. Pada sistem 420 kV nilai ini sebesar 1425 kV,
sementara pada banyak GITET miliki PLN, untuk sistem 500kV memiliki nilai BIL bervariasi
antara 1550 1800 kV. Menurut IEC 60071-2, tegangan tertinggi yang diperbolehkan pada
18
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
peralatan beroperasi dengan non-self-restoring (contoh Transformator), merupakan nilai
Standard Lightning Impulse withstand Voltage dibagi dengan safety factor 1,15.
Sehingga untuk sistem 420 kV, tegangan tertinggi yang diperbolehkan pada peralatan ketika
mengahadapi surja adalah sebesar 1239 kV. Tidak jarang nilai batas aman ini terlampaui.
Hal-hal yang memungkinkan batas ini terlampaui adalah sebagai berikut:
2.3.5
Proses Gelombang Berjalan
Kenaikan secara cepat nilai over voltage akan menyebar dalam bentuk gelombang berjalan
(travelling wave) pada line. Pada kondisi demikian, dimana nilai surge impedance (surge
impedance: impedansi relevan selama proses terjadinya gelombang berjalan di dalam
saluran transmisi) berubah, terjadi peristiwa refraksi dan refleksi (lihat gambar di bawah ini).
Ketika gelombang berjalan mencapai sebuah ujung saluran tanpa terminasi, maka
gelombang tersebut akan dipantulkan ke arah balik. Level tegangan pada setiap titik secara
instan di
saluran merupakan penjumlahan dari nilai instan yang berbeda dari setiap
gelombang tegangan individual. Sehingga pada ujung saluran, nilai tegangan menjadi dua
kalinya.
Sebuah trafo, merupakan ujung tidak terminasi oleh karena induktivitas belitan pada gejala
transien merupan resistansi yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan impedansi surja
dari saluran. Pada skema di atas, gelombang berjalan bergerak dengan kecepatan cahaya
yaitu 300.000 km/ detik. Dalam contoh ini pula, arrester dianggap sebagai arrester ideal,
dimana arrester akan tetap bersifat sebagai insulator hingga beda potensial diantara kedua
19
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
ujungnya mencapai 823 kV, juga tegangan lebih tinggi akan dibatasi pada nilai tersebut
(prosos pemotongan tegangan surja).
Oleh karena jarak antara arrester dan trafo adalah 30 meter, maka surja akan mencapai
trafo dalam waktu 0,1 s kemudian. Pada saat gelombang berjalan mencapai trafo,
tegangan di arrester mencapai nilai: 1000kV/ s . 0,1 s = 100kV (arrester masih bersifat
sebagai insulator)
Gelombang
berjalan
akan
dipantulkan
kembali
setelah
mencapai
transformator.
Berdasarkan asumsi awal, bahwa pada LA ideal, nilai tegangan yang lebih tinggi daripada
residual voltage tidak akan mampu dilalui oleh arrester. Sesuai dengan aturan proses
gelombang berjalan, maka nilai 823 kV hanya dapat dicapai jika terdapat surja tegangan
dengan polaritas negative yang memiliki kecuraman 2000 kV/ s menyebar menuju kedua
sisi dari arrester.
Pada saat tegangan arrester tertahan pada 823 kV, 0.1 s kemudian sebelum gelombang
berjalan negative mencapai trafo, tegangan di arrester telah mencapai 1023 kV. Hanya saja,
dalam kondisi demikian tegangan 823 kV telah dibumikan melalui arrester, sehingga hanya
200 kV yang berjalan menuju transformator.
Contoh di atas memberikan gambaran bahwa mungkin saja, tegangan pada peralatan akan
lebih tinggi di arrester itu sendiri ketika terjadi surja. Seberapa besar tegangan pada
peralatan tergantung pada:
1. Jarak antara Arrester dan peralatan yang dilindungi
2. Nilai front steepness dari surja tegangan
Sebagai contoh pada perhitungan di atas,
ditingkatkan menjadi 2x dan nilai steepness meningkat 10%, maka berdasarkan perhitungan
gelombang berjalan tegangan pada transformator menjadi > 1239 kV. Hal ini berarti juga
bahwa arrester memiliki zona proteksi yang terbatas.
20
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
2.3.6
Drop tegangan induktif
Pemasangan arrester dalam contoh di atas, digambarkan dalam gambar di bawah ini:
Jarak dari Over Head Line Conductor menuju bumi adalah 10 meter. Bila diasumsikan
bahwa nilai induktansi konduktor adalah 1 H/ m, maka total nilai induktansi untuk jarak 10
meter adalah 10 H. Bila dalam kasus ekstrim, arus steepness yang menuju arrester
sebesar 10kA/s, maka akan terdapat tegangan sebesar 100kV pada arrester yang akan
mensumperimpose tegangan discharge arrester.
2.3.7
Discharge Current lebih tinggi daripada nominal discharge current pada arrester
Level proteksi dari sebuah arrester didefinisikan sebagai nilai residual voltage pada arrester
ketika arrester tersebut dialiri oleh arus nominal discharge standar. Arrester memiliki
kemampuan untuk dialiri arus discharge yang lebih tinggi, namun semua tergantung pada
kurva V-I keping metal oksidanya sendiri.
Oleh karena itu dalam memasang arrester perlu dipertimbangkan beberapa detil, seperti:
jarak dari arrester dan peralatan yang dilindungi, karakteristik surja di GI/ GITET. Umumnya
digunakan factor pembagi 1,4 antara nilai Standard Lightning Impulse Withstand Voltage
21
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
(dikenal juga dengan istilah BIL) dan nilai Lightning Impulse Protective Level dari Arrester itu
sendiri.
Selain mempertimbangkan agar arrester beroperasi stabil pada kondisi operasi tegangan
kontinu, dan memilih nilai level proteksi serendah mungkin (Karakteristik V-I pada nilai arus
tinggi), namun juga perlu mempertimbangkan kemampuan absorpsi energi. Kemampuan
absorbs pada setiap individu arrester sangat terkait pada hal sebagai berikut:
1. Energi yang diinjeksi secara instan. (single Impulse Energy Absorption Capability).
Selama Arrester mengalami pukulan single dari surja, maka akan timbul panas yang
tinggi dalam keping metal oksida, panas ini memungkinkan kerusakan pada keping metal
oksida, belum lagi, bila distribusi material penyusun Keping MO tidak sempurna akibat
keterbatasan kemampuan proses pabrikasi. Selain panas, stress pukulan mekanis pun
dihasilkan pada keping metal oksida, hal ini dapat merusak fungsi arrester. Besaran
batasan kemampuan terhadap Impulse tunggal ini perlu didefinisikan oleh pabrikan.
Kurva di bawah ini menunjukkan titik-titik suhu dimana arrester beroperasi. Pada titik
stable operation point, panas yang dihasilkan oleh arrester masih mampu didisipasikan
keluar dari arrester. Titik thermal stability limit merupakan batas atas dari suhu
maksimum yang dapat diterima oleh Lightning Arrester, selama keping metal oksida
22
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
belum mencapai titik suhu tersebut maka suhu dari keping metal oksida masih dapat
diturunkan ke suhu normal operasi. Nilai typical pada titik ini adalah 170 200OC
2.4
Dalam sub bab ini akan dijelasakan beberapa bagian yang menjadi konstruksi dari arrester
khusunya Arrester dengan Metal Oksida.
Active Part dari Arrester terdiri dari Kolom Varistor Metal Oksida yang dipasang dengan
konstruksi supporting. Keping metal oksida dibuat dalam bentuk silinder yang besaran
diameter keping tergantung pada kemampuan absorbsi energi dan nilai discharge arus. Nilai
diameter bervariasi dari 30 mm untuk arrester kelas distribusi hingga 100 mm untuk arrester
HV/EHV. Setiap keping blok memiliki tinggi bervariasi dari 20 hingga 45 mm. Semakin tinggi
keping blok metal oksida akan semakin sulit proses produksinya.
Nilai residual voltage untuk setiap keping block metal oksida pada saat dilewatkan arus
impulse standar 10 kA tergantung pada diameter keping itu. Sebagai contoh pada MO
dengan diameter 32 mm nilai residual voltagenya adalah 450 V/ mm, sementara untuk
diameter 70 mm nilai residual voltage menurun menjadi 280 V/mm.
23
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Arrester dengan diameter 70 mm ini memiliki tinggi 45 mm, maka untuk satu keping blok
metal oksida, mampu memberikan residual voltage sebesar 12, 5 kV. Bila arrester ini
hendak memilikiresidual voltage sebesar 823 kV, maka diperlukan setidaknya 66 keping
blok dipasang tersusun ke atas. Tinggi arrester akan mencapai 3 meter. Oleh karena
ketinggian 3 meter dinilai tidak pratis, dan tidak memiliki kestabilan mekanis yang baik, maka
arrester ini dibuat setidaknya 2 tumpuk.
Material Metal Oksida ditaruh dalam tabung yang terbuat dari aluminium. Tabung ini
memiliki kemampuan menahan mekanis, juga sebagai pendingin keping. TUmpukan keping
metal oksida ditaruh dalam sangkar rod, terbuat dari FRP (Fiber Glass Reinforced Plasctic).
24
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Compression Ring dipasang pada ujung kolom active part untuk memastikan susunan
berada dalam posisi tetap di dalam kompartemen housing. Kompartemen housing sendiri
saat ini terbuat dari porcelain, walau beberapa sudah mulai beralih ke polimer. Alumunium
flange direkatkan dengan menggunakan semen sebagai dudukan. Untuk bahan alumunium
sendiri, menurut IEC 60672-3, terdapat 2 jenis yaitu: Porselin Quartz dan Porselin Alumina.
Porselin Alumina memiliki daya tahan yang lebih baik. Proses glasur preselin tidak hanya
pada sisi dalam dari arrester, namun juga pada sisi luar dari arrester.
Sealing Ring dan Pressure Relief Diaphragm dipasang di kedua ujung arrester. Material
sealing ring harus memiliki daya tahan terhadap kondisi ozone, agar tetap mampu
melakukan seal dengan baik. Material yang sering dipilih adalah dari jenis material sintetis,
jenis karet biasa tidak mampu digunakan untuk hal ini. Sementara untuk Pressure Relief
Diapraghm,
dipilih material dari jenis steel kualitas tinggi, atau nikel. Keduanya harus
mampu tahan hingga 30 tahun, Pressure relief dan clamping ring disatukan dengan
clamping ring yang dipasang pada flange menggunakan baud.
Pada saat terjadi proses discharge yang dibarengi dengan peningkatan suhu yang sangat
tinggi, maka, akan terjadi pemuain suhu di dalam kompartemen arrester, kelebihan tekanan
inilah yang perlu dilepas dari dalam kompartemen, pressure relief bekerja sebagai katup
pelepasan.
25
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Grading ring penting diperlukan untuk arrester dengan ketinggian 1,5 2 meter (atau
arrester yang ditumpuk menjadi beberapa unit). Grading Ring berfungsi sebagai control
distribusi tegangan dari ujung atas arrester (bagian bertegangan) menuju bagian bawah, hal
ini diperlukan oleh karena earth capacitance berpengaruh pada Lightning Arrester.
Pemilihan ukuran grading ring pun perlu mempertimbangkan jarak antar fasa. Jarak aman
antar konduktor sama dengan jarak antar grading ring antar fasa dari arrester.
Pada Arrester yang terpasang pada GI/ GITET umumnya dilengkapi dengan peralatan
monitoring, apakah berupa counter, monitoring spark gap ataupun meter arus bocor.
Arrester tidak langsung dibumikan, namun dilewatkan terlebih dahulu pada peralatan
monitoring tersebut, sehingga dibutuhkan juga insulating feet/ insulator dudukan.
26
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Surge Counter berfungsi untuk menghitung jumlah kerja dari arrester melakukan proses
discharge, sementara leakage cureent detector berfungsi untuk memberikan besaran arus
bocor pada arrester pada tegangan operasi kontinu, nilai arus bocor ini merupakan arus
bocor total yang umumnya merupakan arus kapasitif, arus bocor ini juga bergantung pada
besar arus bocor permukaan yang nilainya tergantung pada kebersihan housing dari
arrester. Arus bocor dari kapasitansi bocor peralatan gardu induk lain juga memungkinkan
untuk turut terukur oleh meter ini.
Spark Over detector memiliki fungsi yang serupa dengan surge counter, hanya saja, untuk
melihat apakah arrester tersebut telah melakukan proses discharge kompartemen SparOver
perlu dibuka dan dilakukan pengecekan apakah terdapat tanda bekas discharge diantara
kedua pelat tersebut.
27
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Teknologi
terakhir
dari
arrester
adalah
dengan
memanfaatkan
polimer
sebagai
kompartemen housing. Konstruksi desainnya tidak jauh berbeda dengan arrester dengan
kompartemen terbuat dari porselin. Pada arrester kelas distribusi, polimer dicetak menempel
dengan kolom metal oksida (molded), hal ini memberikan keuntungan: bebas void, ikatan
yang kuat serta posisi permanen. Kelebihan lain yang diberikan adalah polimer memiliki
kemampuan hydrophobicity yang baik, mudah dibawa, serta menurunkan biaya produksi.
Namun untuk arrester kelas HV/ EHV, desain mold tersebut tidak dapat dilakukan dengan
pertimbangan kekuatan mekanis serta daya tahan elektris. Sehingga desainnya sama
dengan arrester porselin, hanya saja menggunakan kompartemen polimer, seperti dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 20. Desain Arrester dengan Polymer Housing di Kelas HV/ EHV
28
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
2.5
Sebelum memahami lebih lanjut tentang proses konfigurasi arrester, perlu dipahami terlebih
dahulu bagaimana requirement dan parameter-parameter yang mempengaruhi performa
dari arrester. Secara mendasar, terdapat 2 kebutuhan dasar dari arrester, yang pertama
adalah mampu memeberikan level proteksi yang memenuhi safety margin bagi peralatan
yang dilindungi, dan yang kedua adalah bahwa arrester tersebut harus mampu bekerja
dengan baik dalam tegangan operasional secara kontinu serta mampu menahan pengaruh
transien ataupun setiap tegangan lebih yang muncul di dalam system, tanpa terpengaruh
baik karakteristik elektris maupun thermalnya.
Kedua kebutuhan dasar tersebut saling terkait. Pada saat kita menurunkan level proteksi di
sebuah peralatan, itu juga berarti semakin tinggi stress yang dialami oleh arrester selama
tegangan operasi kontinu. Secara ringkas pemilihan arrester dapat dilihat dalam bagan pada
halaman berikut ini:
29
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
30
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
31
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Persyaratan tambahan arrester meliputi karakteristik elektris dari sebuah arrester: mereka tidak
boleh berubah sepanjang rentang waktu tertentu, tidak berubah akibat pengaruh lingkungan,
seperti polusi, radiasi sinar matahari ataupun pengaruh mekanis. Pendekatan seperti bagan di
atas akan dijelaskan dalam sub-sub bab berikut di bawah ini.
2.5.1
Pemilihan nilai Tegangan Operasi Kontinu dan Tegangan Rated
Langkah pertama adalah menentukan nilai tegangan operasi kontinu minimum terlebih dahulu,
yaitu Uc, min. Nilai ini merupakan nilai tegangan system fasa ke tanah ditambah 5% dari nilai
tersebut. Nilai kontinu yang dimaksud disini merupakan nilai tegangan yang berlangsung secara
terus menerus (konstan) dalam kurun waktu lebih dari 30 menit. Namun nilai ini bergantung
pada tipe pentanahan titik netral. Pada system netral terisolasi atau resonant earthed,
tegangan phasa terhadap ground merupakan nilai fasa ke fasa dalam kasus gangguan 1fasa
ke tanah. Dalam hal ini, nilai minimum tegangan operasi kontinu yang dipilih sama dengan nilai
Tegangan system (Us).
Nilai tegangan rated diperoleh dengan men-kalikan nilai tegangan kontinu ini dengan factor
1,25, sehingga diperoleh nilai Ur1 = 1,25 x Uc,min. Sehingga diperoleh nilai tegangan rated
untuk arrester sebagai berikut:
Dalam hal titik netral ditanahkan solid, Temporary Over Voltage mungkin mencapai nilai 1,4 kali
dari nilai maksimum tegangan fasa ke tanah dari system dengan periode bervariasi dari 1/10
hingga beberapa detik. Tegangan power frequency yang nilainya berada di atas nilai tegangan
operasi kontinu arrester hanya boleh dioperasikan selama beberapa saat saja. Semakin tinggi
nilai tegangan, maka akan semakin pendek rentang waktu yang diperbolehkan. Nilai ini dapat
ditunjukkan dalam kurva U-t. Kurva ini menunjukkan nilai rasio antara tegangan power
32
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
frequency dan tegangan rated (keduanya dalam
dilambangkan ktov.
Dari kurva di atas nampak bahwa tegangan rated hanya boleh dioperasikan selama 100 detik,
sementara untuk nilai tegangan rated lebih tinggi 7,5% di atas tegangan operasi kontinu hanya
dapat dioperasikan selama 10 detik saja.
Berdasarkan kurva di atas, maka pertimbangan nilai untuk nilai tegangan rated yang kedua
adalah :
Dengan catatan bahwa nilai tegangan TOV dan durasinya telah diketahui sebelumnya. Bila
informasi tersebut tidak diketahui, maka dalam kasus system netral yang ditanahkan solid,
maka digunakan nilai ktov = 1,4 dan durasi 10 detik.
Berdasarkan bagan penentuan arrester yang telah disampaikan sebelumnya, setelah diperoleh
nilai Ur1 dan Ur2, maka nilai tegangan rated yang dipilih adalah nilai maksimum diantara
keduanya dibulatkan ke atas sebagai kelipatan ketiga (IEC 60099-4)
33
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Jika ternyata nilai Ur2 lebih besar daripada nilai Ur1, maka nilai tegangan operasi kontinu perlu
didefinisikan ulang sebagai:
2.5.2
Pemilihan nilai Nominal Discharge Current
Nilai nominal discharge current pada Metal Oksida yang mengacu pada arrester MO, menurut
IEC 60099-4 dipesifisikasikan ke dalam 5 nilai yang berbeda, masing-masing merujuk pada
range nilai rated voltage yang berbeda:
Pembagian kelas nilai arus discharge ini lebih ditujukan pada kebutuhan pengujian lebih lanjut
dari arrester.
Untuk arrester tegangan tinggi, HV, hanya terdapat 2 kelas yakni 10kA dan 20 kA. Walau dalam
table di atas, kelas 5 kA juga dimungkinkan untuk arrester terpadang pada tegangan rated 170
kV, namun hal ini tidak umum. IEC 60099-5 menyatakan bahwa nilai 5kA hanya dipergunakan
sampai dengan Us=72,5 kV.
Perbedaan utama antara kelas 10 kA dan 20 kA adalah pada nilai Line Discharge Classnya,
pada arrester kelas 10 kA, nilai Line Discharge Class pada kelas 1 sampai 3. Sementara untuk
34
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
arrester kelas 20 kA, nilai Line Discharge Class berada pada kelas 4 sampai 5 (akan dijelaskan
pada sub-sub bab pemilihan line discharge class).
2.5.3
Pemilihan Line Discharge Class
Line Discharge Class merepresentasikan kondisi karakteristik actual dari arrester. Parameter ini
merepresentasikan kemampuan arrester dalam melakukan absorpsi energi (berdasarkan IEC
60099-4).
Definisi line discharge class berawal dari asumsi bahwa ada sebuah saluran transmisi yang
panjang, mengalami overvoltage selama proses operasi switching dan akan terjadi discharge
pada arrester yang berada di Gardu Induk melalui proses gelombang berjalan. Dengan
mengasumsikan bahwa diagram sirkuit ekivalen merupakan jaringan iterative terdiri dari
element yang banyak, terdiri dari induktansi dan kapasitansi, arus akan mengalir yang
besarnya tergantung pada nilai tegangan dan surge impedance dari line.
Durasi yang diperlukan gelombang berjalan sepanjang saluran transmisi merupakan pembagian
dari panjang saluran dibagi dengan kecepatan rambat gelombang elektromagnetik. Proses ini
disimulasikan dalam laboratorium berupa pengujian line discharge. Dalam hal ini, digunakan
impuls generator distributed constant impulse generator. Standar IEC 60099-4 membagi line
discharge class menjadi 5 kelompok, dimana system pengujian telah siap untuk dilaksanakan
saat ini. Pembagiannya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3. Spesifikasi Kelas Line Discharge Class
35
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Dalam tabel di atas tidak dapat ditunjukkan stress energi yang dialami oleh arrester sepanjang
proses pengujian. Untuk kebutuhan tersebut, dalam IEC 60099-4 dilampirkan diagram
tambahan energi terkonversi pada sebuah objek, dengan direferensikan pada nilai rated
voltagenya, yang terjadi selama proses injeksi single discharge. Semakin tinggi nilai residual
voltage, maka semakin kecil energi yang diabsorpsi selama proses discharge.
Sebagai contoh untuk penjelasan kurva di atas: Ketika menggunakan arrester, yang mampu
mengabsorb energi 2kJ/kV per line discharge, maka arrester memiliki kelas line discharge 2
pada rasio Ures/Ur = 2. Walau demikian, dengan arrester yang sama dapat dikategorikan
sebagai line discharge 3 pada rasio Ures/Ur = 2,35. Sekalipun Arrester tersebut nampak baik
untuk
dioperasikan sebagai line discharge kelas 2. Bila keping metal oksida hendak dioperasikan
36
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
sebagai line discharge kelas 3, maka keping metal oksida harus mampu mengabsorpsi energi
sekita 6kJ/kV, yang berarti pula membutuhkan diameter yang lebih besar.
Pembagian line discharge class berdasarkan level tegangan system adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4. Line Discharge Class berdasarkan tegangan Sistem
Sementara pembagian line discharge class berdasarkan diameter dari Metal Oksida adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.5. Line Discharge Class berdasarkan diameter keeping Metal Oksida
Dengan pemilihan level tegangan dan diameter arrester, dapat ditentukan karakteristik proteksi
dari arrester.Tahap berikutnya adalah menentukan apakah karakteristik proteksi memenuhi
prasyarat yang dibutuhkan.
2.5.4
Pemilihan dan Review Level Proteksi
Karakteristik proteksi dari arrester secara khusus identik dengan lightning impulse protection
level. Maksudnya berapa besar nilai residual voltage pada arrester ketika dilewati nominal
37
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
discharge current. Berdasarkan IEC 60071-2, factor safety margin sebesar 1,15 (Ks) perlu
dimasukkan sebagai factor pengali antara nilai BIL pada peralatan serta nilai tegangan tertinggi
yang diperbolehkan pada suatu peralatan.
Level proteksi dari arrester besarnya sama dengan nilai standard lightning impulse withstand
voltage dari peralatan yang diproteksi dibagi dengan factor 1,4 . Namun aturan ini tidak selalu
menjadi standar, pada kasus-kasus khusus, penjelasan lebih detil tercantum di dalam IEC
60071-1 dan 60071-2 serta rekomendasi aplikasi arrester IEC 60099-5.
impulse protective levelnya. Merujuk pada IEC 60099-4, kelas Arrester berdasarkan Switching
impulse di EHV adalah sebagai berikut:
Secara tipikal nilai switching impulse residual voltage berada pada nilai 75-90% dari nilai
residual voltage bila bekerja pada arus discharge 10 kA. Sama seperti pada lightning impulse,
nilai tegangan switching yang diperkenankan pada peralatan merupakan nilai kemampuan
peralatan terhadap switching (switching impulse withstand voltage) dibagi dengan safety factor
(Ks) = 1,15.
Dalam beberapa kasus juga perlu dipertimbangkan nilai dari steep current impulse protective
level (level proteksi terhadap kecuraman arus impulse). Nilai residual voltage satu keping metal
oksida selama durasi steep voltage (< 1s) lebih tinggi sekitar 5% daripada nilai residual
38
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
voltage yang didefinisikan selama proses discharge impulse petir. Setidaknya ada 2 faktor yang
mempengaruhi nilai residual voltage selama proses steep, yaitu: perilaku temporer keeping
metal oksida selama periode transisi dari non-conducting menuju conducting, yang kedua
adalah induktivitas dari pemasangan arrester (perhitungan jarak dari konduktor menuju bumi,
seperti telah dijelaskan dalam contoh sebelumnya). Pengaruh yang terakhir ini mampu
meningkatkan nilai residual voltage hingga 5% atau bahkan lebih.
2.5.5
Pemilihan Housing/ Kompartemen
Pertimbangan dalam memilih housing pada umumnya terkait dengan persyaratan dielektrik dan
mekanik. Panjang, creepage distance, shed profile, diameter dan jenis material harus
ditentukan. Pada awalnya, panjang housing minimal dipastikan sesuai dengan hasil MO resistor
column (bagian aktif). Panjang bagian ini ditentukan dari data elektrik yang didapatkan selama
tahap pemilihan sampai tahap ini. Tetapi secara normal langkah ini bukan merupakan
persyaratan penentuan dimensi. Kebutuhan lebih lanjut menyebabkan panjang housing lebih
besar dari bagian aktifnya.
Langkah pertama, clearance yang didapatkan dari persyaratan withstand voltage harus
ditentukan. Menurut IEC 60099-4, housing arrester harus memenuhi persyaratan uji berikut:
Tabel 2.7. Pengujian Housing Arrester
In 5 kA dan High Lightning Duty
Arresters (1 kV Us 52 kV)
In = 10 kA dan 20 kA
Pengujian
dengan tegangan
impuls petir
Pengujian
dengan tegangan
impuls switching
Pengujian
dengan tegangan
power-frequency
( ;
durasi
1
menit)
39
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Nilai tegangan pada persyaratan pengujian di atas besarnya di bawah nilai tegangan untuk
peralatan lain di sistem, seperti pada contoh lightning impulse withstand voltage berikut: sebuah
arrester pada sistem 420 kV memiliki level proteksi impuls petir 823 kV (Lihat Gambar 2). Tetapi
housing-nya harus diuji dengan tegangan impuls petir sebesar 1.3 823 kV = 1070 kV, yang
hanya mencakup 75 % dari standar lightning impulse withstand voltage sebesar 1425 kV,
karena angka ini yang diterapkan pada sistem ini. Hal ini dibuktikan secara jelas karena housing
arrester merupakan isolasi yang paling terlindungi dalam sistem. Tidak ada tegangan lebih
tinggi yang muncul di sini selain drop tegangan yang langsung melalui resistor MO yang
tertutup.
Pada saat yang sama faktor-faktor yang dikutip dalam tabel telah mempertimbangkan kondisi
atmosfer yang berbeda seperti instalasi pada ketinggian sampai 1000 m juga
mempertimbangkan kemungkinan arus arrester lebih tinggi dari arus discharge nominal.
Namun, nilai withstand voltage yang sama sering diminta untuk housing arrester dengan
peralatan lainnya, yang konsekuensinya mengarah pada panjang housing yang tidak perlu.
Hasilnya adalah ketidakekonomisan dan secara teknik menimbulkan kerugian (dengan
menggunakan housing yang lebih panjang, dapat berakibat misalnya kekuatan hubung singkat
yang lebih rendah atau kerugian distribusi tegangan sepanjang sumbu arrester).
Jika ketinggian dia atas permukaan laut lebih dari 1000 m yang menurut definisi IEC terkait
tidak lagi dianggap sebagai kondisi normal maka clearance dan panjang housing yang lebih
besar harus dipilih untuk menjaga nilai withstand voltage pada kondisi kerapatan udara yang
lebih rendah.
Alasan lain yang sering muncul untuk housing yang lebih panjang adalah persyaratan creepage
distance. Housing terpendek yang mungkin digunakan terkait dengan panjang bagian aktif
umumnya hanya untuk desain level polusi I atau II3 yaitu untuk creepage distance tertentu 16
mm/kV atau 20 mm/kV (dengan referensi terhadap Um). Untuk keperluan di Eropa tengah nilai
ini seringkali sudah mencukupi. Namun secara luas, desain level III dan IV juga memiliki
peranan penting. Hal ini mengarah ke persyaratan creepage distances sebesar 25 mm/kV dan
31 mm/kV.
40
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Selain itu, terdapat beberapa lokasi yang memerlukan creepage distances lebih panjang,
misalnya iklim gurun maritim, atau pada beberapa kasus dikombinasikan dangan polusi industri.
Pada kondisi-kondisi ekstrim seperti ini harus diingat bahwa seringkali terdapat cara lain yang
lebih sesuai untuk meningkatkan keandalan operasi dibandingkan menambah creepage
distance. Sebagai contoh, dapat dipilih tegangan operasi kontinyu dan tegangan rating yang
lebih tinggi (dengan level proteksi terkait yang lebih tinggi), atau menggunakan resistor MO
dengan diameter yang lebih besar, atau housing dengan jarak yang lebih jauh antara bagian
aktif dengan dinding housing. Pada rating berapapun, harus diingat bahwa ekstensi buatan
pada bagian aktif (dengan menyisipkan spacer logam) yang dilakukan dengan ekstensi
creepage distance, dapat memiliki efek yang negatif pada perilaku operasi yang lain, seperti
telah disebutkan dalam koneksi dengan persyaratan withstand voltage.
Shed profile yang berbeda dan beberapa karakteristiknya dibahas dalam bab Desain
Konstruktif Arrester MO. Rekomendasi umum untuk shed profile tertentu tidak dapat diberikan
di sini.
Setelah parameter housing memenuhi persyaratan elektrik, langkah berikutnya yaitu langkah
terakhir adalah memenuhi kriteria mekanik sebagai berikut. Kriteria mekanik ini secara tidak
langsung mengarah kepada pemilihan material housing dan diameter housing. Seringkali hanya
terdapat gagasan yang kabur tentang tekanan mekanik pada arrester yang beroperasi, dan
karena itulah tidak ada persyaratan yang dibuat, atau bahkan diberikan nilai yang terlalu tinggi.
Jika tidak terdapat informasi tentang persyaratan aktual, nilai berikut dapat dipakai sebagai
panduan untuk kebutuhan static head loads: Fstat = 400 N dengan Us = 420 kV sampai Fstat =
600 N untuk Us = 550 kV, dan Fstat = 800 N untuk Us = 800 kV. Nilai ini merepresentasikan
persyaratan minimal absolut dengan asumsi bahwa arrester dihubungkan dengan strain
relieving conductor loop dan kecepatan angin tidak melebihi 34 m/s (), yang menurut IEC
60694 termasuk dalam kondisi normal.
Selain static head loads, yang normalnya menyebabkan beberapa permasalahan pada arrester,
persyaratan dinamik juga harus dipertimbangkan. Hal ini sebagai contoh dapat muncul sebagai
41
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
hasil dari arus hubung singkat di saluran atau hembusan angin. Pada kasus ini, arrester dengan
porcelain housing can hanya dapat ditarik sampai 40% kekuatan dinamiknya, karena sifat yang
rapuh dan perilaku statistik porselen. Di sisi lain, dynamic head loads yang diijinkan paling tidak
harus memiliki safety margin 20% terhadap actual breaking values, dipastikan selama
pengujian (data sesuai dengan DIN 48113 dan IEC dokumen 37/268/FDIS). Nilai head load
yang disebutkan di atas sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 2.8. Ketahanan Kompartemen Arrester
Tegangan sistem
tertinggi Us (kV)
420
550
800
Fmin,static (N)
Fmin,dynamic (N)
400
600
800
1000
1500
2000
Minimum breaking
value (N)
1200
1800
2400
Rasio ini tampak sedikit berbeda dengan arrester polymer housed. Namun aturan dan standar
yang sesuai belum ditetapkan. Pada rating berapa pun, jarak yang lebih pendek dapat diadopsi
antara static dan dynamic loads, karena housing polimer (kecuali housing cast resin, yang
memiliki karakteristik kerapuhan yang mirip dengan porselen, sehingga dipertimbangkan
dengan cara yang sama) sedikit berbeda dalam karakteristik mekanik. Menurut penemuan
terakhir, penggunaan kekuatan statik kurang dari 70% breaking value (di saat yang sama
breaking value sulit dibatasi dan ditentukan) masih diperbolehkan. Dibandingkan dengan
housing porselen, kerusakan housing polimer karena gaya mekanik dapat terlihat. Secara
umum, hal ini bukan merupakan bahan pertimbangan, namun pada kasus-kasus ketika perilaku
ini menimbulkan masalah, pemilihan housing yang lebih kuat secara mekanis harus
dipertimbangkan.
Nilai yang tercantum pada tabel mengindikasikan kebutuhan minimal relatif kekuatan housing,
yang dapat meningkat tajam jika mempertimbangkan persyaratan seismik.
42
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Untuk arrester dengan housing terbuat dari keramik, maka parameter- parameter sebagai
berikut yang akan mempengaruhi kekuatan mekanis dari kompartemen:
1. Diameter kompartemen: semakin lebar berarti semakin handal kekuatan mekanisnya
2. Panjang kompartemen: semakin panjang, semakin lemah daya tahan mekanisnya
3. Ketebalan dinding: semakin tebal, maka akan semakin memiliki daya tahan mekanis
yang lebih baik.
4. Material kompartemen: Porselen dengan kualitas C120 tentunya memiliki kualitas yang
lebih baik daripada porselen dengan kualitas C110
43
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
2.5.6
Kondisi Operasi
Kondisi normal untuk operasi arrester mengacu pada standar IEC 60099-4 adalah sebagai
berikut:
1. Temperatur ambient berada dalam rentang -40OC s.d +40OC
2. Radiasi matahari 1,1 kW/ m2
3. Ketinggian tidak lebih dari 1000 m di atas permukaan laut
4. Frekuensi tegangan AC 48 62 Hz
5. Tegangan power frequency yang diaplikasikan pada kedua ujung arrester tidak melebihi
nilai arrester continuous operating voltage.
Sekalipun tidak dicantumkan dalam standar, namun dapat ditambahkan bahwa kondisi angin
tidak melebihi kecepatan 34 m/.detik.
2.6
Lingkup arrester luas, mulai dari penggunaan elektronika hingga pada system transmisi
Tegangan Tinggi maupun Tegangan Ekstra Tinggi. Buku pedoman ini membatasi arrester pada
level tegangan Lightning Arrester pada Sistem Transmisi secara umum dapat dikelompokkan
berdasarkan beberapa kategori:
2.6.1
2.6.2
Mengacu pada IEC 60071-1:
a. Range I (1kV 245kV)
b. Range II (di atas 245 kV)
Klasifikasi ini didasarkan pada perbedaan karakteristik surja, dimana pada Range II surja akibat
proses switching lebih membahayakan peralatan daripada surja lightning. Oleh karena proses
switching memiliki steepness yang lebih lambat, makadiperlukan pula arrester dengan
karakteristik komponen non linear yang berbeda.
ANSI/ IEEE C62.1 dan C62.11 membedakan lightning arrester ke dalam 4 kelas:
a. Station Class
b. Intermediate Class
44
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
c. Distribusi Class
d. Secondary Class
2.6.3
Berdasarkan Letak Pemasangan
Arrester pada HV/ EHV menurut pemasangannya dibedakan menjadi sebagai berikut:
a. Arrester GIS
45
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Sementara untuk arrester tanpa gap, dipasang pada konduktor terhubung ke ground,
dilengkapi dengan disconnector switch (yang akan bekerja bila telah terjadi arus di atas
nilai nominalnya), arrester line jenis ini juga dilengkapi dengan counter sehingga
memudahkan proses monitoring.
c.
46
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
47
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
2.7
FMEA (Failure Mode Effect Analysis) merupakan tahapan yang dilaksanakan untuk
mendapatkan gejala kegagalan pada sebuah peralatan dengan menerapkan keterkaitan sebabakibat antara kegagalan yang satu dengan penyebab sebelumnya, demikian seterusnya hingga
ditemukan penyebab kegagalan yang paling awal. Penyebab kegagalan paling mula ini, misal,
seal rusak (yang menyebabkan moisture masuk ke dalam kompartemen arrester), perlu
dilaksanakan inspeksi khusus terhadapnya.
Dalam analisis FMEA, pendekatan yang dilaksanakan bukan melalui pendekatan per komponen
yang menyusun sebuah peralatan, melainkan pendekatan fungsi. Dalam hal ini, sebuah Sistem
Arrester MOSA memiliki sebuah fungsi utama memotong tegangan lebih yang menuju peralatan
yang dilindunginya. Tegangan lebih ini baik berupa surja petir, surja hubung maupun tegangan
lebih di dalam sistem. Sebuah arrester terdiri dari beberapa sub sistem pendukung, yaitu:
2.7.1
Sub Sistem Pemotong Surja
Merupakan sub sistem kritis dari sebuah lightning arrester yang berfungsi memotong tegangan
lebih dari surja. Berupa komponen non linear, umum digunakan adalah ZnO. Mayoritas arrester
saat ini menggunakan tipe Metal Oksida. Parameter utama yang mempengaruhi kualitas ZnO
adalah karakteristik V-I yang dimiliki serta kemampuannya mengabsorbsi energi ketika terjadi
proses surja.
2.7.2
Sub Sistem Isolasi
Merupakan sub sistem yang memiliki sub fungsi memisahkan bagian konduktor bertegangan
dengan ground, terdiri dari kompartemen insulator (housing), baik berupa keramik maupun
polymer, juga insulator dudukan (insulation feet) berada di sisi bawah dari arrester.
Kompartemen perlu diperhatikan tingkat polusinya, semakin tinggi tingkat polusi yang melekat,
memungkinkan nilai arus bocor permukaan menjadi tinggi. Pada insulator jenis keramik, perlu
dilakukan pengecekan apakah telah terjadi cracking pada permukaan kompartemen, sementara
pada insulator jenis polimer, dicek bilamana kondisi polimer utuh/ robek ataupun berlumut.
48
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
2.7.3
Sub Sistem Counter & Meter Petunjuk
Counter berfungsi untuk menunjukkan jumlah kali surja telah terjadi pada arrester. Sementara
meter petunjuk berfungsi untuk menunjukkan bbesar nilai arus bocor yang mengalir dari ujung
atas arrester menuju ground dalam kondisi operasi tegangan kontinu. Arus bocor total ini
mayoritas bersifat kapasitif dan terpengaruh oleh banyak factor: kebersihan kompartemen luar,
stray capacitance di gardu induk dan kondisi insulating feet. Agar keduanya bekerja baik, maka
arrester harus dipastikan hanya terhubung ke bumi melalui kawat ground, untuk itulah, maka
insulating feet berperan.
Walau demikian, meter petunjuk memberikan besaran nilai arus bocor total, dimana nilai
tersebut kurang akurat bila hendak digunakan untuk merepresentasikan kondisi dari keeping
metal oksida. Pengukuran lain, yang merujuk pada IEC 60099-5, yakni pengukuran arus bocor
resistif dengan kompensasi harmonisa orde ke-3 dinilai lebih akurat untuk memberikan
gambaran kondisi komponen kritis arrester (Metal Oksida) tersebut.
Penelitian internal PLN menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara jumlah kerja counter
arrester dengan besaran arus bocor resistif dari Arrester.
49
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Gambar 28. Relasi antara nilai arus bocor resistif dan jumlah kerja counter
2.7.4
Sub Sistem Pentanahan
Merupakan komponen yang berfungsi untuk meneruskan baik arus bocor selama tegangan
operasi kontinu, maupun surja menuju bumi. Kawat pentanahan terbuat dari tembaga. Kawat
pentanahan umumnya dipasang seri dengan peralatan monitoring (counter ataupun meter)
sebelum dibumikan. Kondisi konektor harus dipastikan baik, seperti: tidak terdapat rantas pada
kawat, ataupun koneksi-koneksi baik (mur dan baut), kawat tembaga tidak ditumbuhi lumut
2.7.5
Sub Sistem Pengaman Tekanan Lebih Internal
Memiliki fungsi melepaskan tekanan lebih di dalam arrester yang mungkin timbul ketika terjadi
discharge arus surja tinggi. Fungsinya mirip pressure relief pada transformator. Pada saat
terjadi surja, baik single maupun multiple, suhu keeping metal oksida mampu mencapai 170OC
200OC, oleh karenanya terjadi pemuaian udara di dalam kompartemen udara, pemuaian ini
perlu dilepas keluar kompartemen untuk menghindari kompartemen (umumnya porselen
menjadi pecah), katup kembali menutup dengan segera untuk menjaga agar tekanan udara di
dalam kompartemen tetap lebih tinggi daripada tekanan udara luar.
Beberapa arrester dilengkapi dengan flag pressure relief, terbuat dari alumunium, terpasang di
ujung venting outlet arrester. Flag ini berfungsi untuk memberikan indikasi, bahwa pernah
terjadi surja yang cukup tinggi (di atas rated pressure relief device), sehingga memungkinkan
kerusakan pressure relief device.
50
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
2.7.6
Sub Sistem Konstruksi Penyangga
Memiliki fungsi sebagai penyangga arrester di atas permukaan tanah. Terdiri dari pondasi dan
struktur besi penyangga.
51
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
2.7.7
Sub Sistem Konektor
Memiliki fungsi melakukan koneksi antara kawat konduktor dengan bagian atas arrester, dan
dari arrester ke bagian pentanahan. Bagian ini rawan terjadi kelonggaran yang memungkinkan
timbulnya hot spot, oleh karenanya, perlu dilakukan thermovisi secara berkala pada bagian ini,
selain thermovisi pada kompartemen arrester itu sendiri.
52
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
2.7.8
Sub Sistem Asesories/ Grading/Corona Ring
Memiliki fungsi mendistribusikan secara merata medan listrik dan mengurangi efek corona pada
bagian ujung atas LA. Grading ring perlu dipasang pada arrester dengan ketinggian lebih dari
1,5 meter.
53
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Sub Sistem
Sub Sub
System
Fungsi
Melakukan
pemotongan
tegangan lebih akibat
surja petir/ surja
hubung dengan
karakteristik
tegangan dan arus
tertentu
Pemotong Surja
Kegagalan
Fungsi
F1
F2
Agein
Terjadi su
atas nilai r
Sub Sistem
Sub Sub
System
Fungsi
Kegagalan
Fungsi
F1
Isolator
dudukan retak
Isolasi
Memisahkan bagian
yang bertegangan
dengan ground
F2
Ageing/ ra
Agein
Benturan
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Sub Sub
System
Fungsi
Kegagalan
Fungsi
F1
F2
Seal rusak
Instrusi air ke
dalam meter
Kaca pecah/
retak
Monitoring Total
Leakage Current
Menunjukkan
besaran arus bocor
total dari arrester
Tidak mampu
menunjukkan besaran
arus bocor arrester
dengan benar
Tidak terbaca
Kaca buram
Monitoring Kerja
Arrester
Meter Rusak
Counter bekerja
terus
Monitoring
jumlah kerja
arrester
Terkena aru
surja yang
sangat tingg
Kumparan
counter sho
Tidak bekerja
Kumparan
saat terjadi surja counter rus
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Sub Sistem
Sub Sub
System
Fungsi
Kegagalan
Fungsi
F1
F2
Ageing
Mengalirkan
arus surja petir/
hubung ke bumi
Pentanahan/
Grounding
Kabel
pentanahan
putus
Dicuri
Kabel
Pentanahan
Rantas
Klem-klem
longgar
F1
F2
Katup
pressure
relief
terlepas
Telah
terjadi
tekanan
lebih
sebelumnya
di
dalam
arrester
Korosi baut
pengikat
Sub Sub
System
Fungsi
Memberikan
indikasi bahwa
telah terjadi
tekanan lebih
internal
Indikasi
Tekanan Lebih
internal
Kegagalan
Fungsi
Tidak muncul
indikasi saat
terjadi tekanan
lebih internal
Sub Sub
System
Fungsi
Kegagalan
Fungsi
F1
F2
Korosif
Konstruksi
Penyangga
Tempat
pondasi/structure
Lightning
Arrester
Besi penyangga
miring
Baut-baut
kendor
Pondasi roboh/
miring
Pencurian
Retak
Amblas
Perbegeseran
tanah
Erosi
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Sub Sub
System
Fungsi
Kegagalan
Fungsi
F1
F2
Baut
jumperan
kendor
Perbedaan
bahan
Klem
kendor
Over
capacity
Ageing
Konektor
Baut Korosif
Corona
Sub Sub
System
Fungsi
Kegagalan
Fungsi
F1
F2
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Grading Ring
Grading Ring/
Corona Ring
Corona Ring
Mendistribusikan
secara merata
medan listrik
Mengurangi efek
corona
BAB 3
PEDOMAN PEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER
Lightning Arrester seperti peralatan di gardu induk lainnya, juga memerlukan
pemeliharaan agar tetap mampu berfungsi baik. Sekalipun nilai asetnya tidak mahal,
namun bila arrester tidak bekerja dengan baik, maka kerusakan peralatan lain yang
seharusnya terlindung dari surja tidak dapat terhindarkan. Dalam IEC 60099-5 , section
6, disebutkan beragam metode untuk mendiagnosa kondisi arrester, khususnya metal
oksida. Standar ini dijadikan salah satu acuan dalam melaksanakan kegiatan
pemeliharaan Arrester.
Kena
benturan
Polutan
Kena
benturan
Polutan
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
5.1
pabrik, standar-standar yang ada ( IEC, IEEE, CIGRE, ANSI, dll ) dan pengalaman
serta observasi / pengamatan operasi di lapangan.
Lightning arrester yang dipelihara secara umum dikategorikan menjadi dua, yaitu:
1. Arrester Gardu Induk
2. Arrester di Saluran Transmisi
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
pelaksanaan. Sebagai contoh pengukuran arus bocor resistif dalam
kondisi
5.2
Berdasarkan
Pemeliharaan Harian
Pemeliharaan Mingguan
Pemeliharaan Bulanan
Pemeliharaan Tahunan atau Bersamaan dengan padam Bay T/R atau T/L
5.2.1
In Service Visual Inspection
Merupakan pekerjaan pemantauan/ pemeriksaan secara berkala/ periodik kondisi
peralatan saat operasi dengan hanya memanfaatkan 4 (empat) indera dan alat ukur
bantu sederhana sebagai pendeteksi (termasuk thermo visi dan thermogun).
Tabel 3.1
JADWAL PEMELIHARAAN HARIAN LIGHTNING ARRESTER
TIPE GARDU INDUK
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Kondisi
NO
I
II
Insulating Feet
SUBSISTEM MONITORING
IV
V
VI
VII
VIII
PELAKSANA
SUBSISTEM
PEMOTONG
SURJA
SUBSISTEM ISOLASI
Kompartemen/ Housing
III
SASARAN
PEMERIKSAAN
SUBSISTEM PENTANAHAN
SUBSISTEM
PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
Flag Pressure Relief Device
Kondisi Flag, terpasang Petugas GI/ GITET
baik atau tidak atau
bahkan sudah terlepas
SUBSISTEM KONSTRUKSI DAN
PONDASI
SUBSISTEM KONEKTOR
SUBSISTEM GRADING RING/
CORONA RING
Tabel 3.2
JADWAL PEMELIHARAAN MINGGUAN LIGHTNING ARRESTER
TIPE GARDU INDUK
Kondisi
NO
SASARAN
PEMERIKSAAN
PELAKSANA
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
I
II
III
IV
SUBSISTEM
PEMOTONG
SURJA
SUBSISTEM ISOLASI
SUBSISTEM MONITORING
SUBSISTEM PENTANAHAN
Kawat Grounding
Terdapat rantas atau tidak.
VI
VII
SUBSISTEM
PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
SUBSISTEM KONSTRUKSI DAN
PONDASI
SUBSISTEM KONEKTOR
Koneksi ke Bubar
Terpasang
baik/
korosi atau tidak
Terpasang
baik/
korosi atau tidak
SUBSISTEM GRADING
CORONA RING
Grading Ring
RING/
Posisi
pemasangan, Petugas
kondisi
grading
ring GI/GITET
(bengkok/tidak)
Har
Tabel 3.3
JADWAL PEMELIHARAAN MINGGUAN LIGHTNING ARRESTER
TIPE SALURAN TRANSMISI (DI TOWER)
Kondisi
NO
I
II
III
SASARAN
PEMERIKSAAN
PELAKSANA
di
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
IV
VI
VII
VIII
SUBSISTEM PENTANAHAN
Kawat Grounding
SUBSISTEM
PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
SUBSISTEM KONSTRUKSI DAN
PONDASI
SUBSISTEM KONEKTOR
Disconnector Switch
Terpasang/ sudah lepas
SUBSISTEM GRADING RING/
CORONA RING
-
Tabel 3.4
JADWAL PEMELIHARAAN BULANAN LIGHTNING ARRESTER
TIPE GARDU INDUK
Kondisi
NO
I
II
III
IV
V
VI
SASARAN
PEMERIKSAAN
PELAKSANA
SUBSISTEM
PEMOTONG
SURJA
SUBSISTEM ISOLASI
SUBSISTEM MONITORING
SUBSISTEM PENTANAHAN
SUBSISTEM
PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
SUBSISTEM KONSTRUKSI DAN
PONDASI
Konstruksi
Kondisi besi member, Petugas GI/ GITET
bengkok atau tidak.
Tingkat korosi.
Kondisi baud-baud
Temuan Retak atau tidak. Petugas GI/ GITET
Masih baik atau tidak.
Pondasi
VII
VIII
SUBSISTEM KONEKTOR
SUBSISTEM GRADING
RING/
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
CORONA RING
-
Tabel 3.5
JADWAL PEMELIHARAAN 6 BULANAN LIGHTNING ARRESTER
TIPE GARDU INDUK
Kondisi
NO
I
II
III
IV
VI
VII
VIII
SASARAN
PEMERIKSAAN
PELAKSANA
SUBSISTEM
PEMOTONG
SURJA
SUBSISTEM ISOLASI
SUBSISTEM MONITORING
SUBSISTEM PENTANAHAN
Pengukuran Pentanahan
Mengetahui nilai tahanan
pentanahan baik di musim Petugas GI/ GITET
hujan maupun di musim
kemarau
SUBSISTEM
PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
SUBSISTEM KONSTRUKSI DAN
PONDASI
SUBSISTEM KONEKTOR
SUBSISTEM GRADING RING/
CORONA RING
-
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Tabel 3.6
JADWAL PEMELIHARAAN BULANAN LIGHTNING ARRESTER
TIPE SALURAN TRANSMISI (DI TOWER)
Kondisi
NO
I
II
III
VI
VII
VIII
PELAKSANA
SUBSISTEM
PEMOTONG
SURJA
SUBSISTEM ISOLASI
SUBSISTEM MONITORING
Counter Arrester
IV
SASARAN
PEMERIKSAAN
SUBSISTEM PENTANAHAN
SUBSISTEM
PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
SUBSISTEM KONSTRUKSI DAN
PONDASI
SUBSISTEM KONEKTOR
SUBSISTEM GRADING RING/
CORONA RING
-
5.2.2
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
pada
Lightning
Arrester
Tipe
Gardu
Induk,
khususnya
Tabel 3.7
JADWAL PEMELIHARAAN TAHUNAN/ BERSAMAAN RUTIN PADAM BAY
LIGHTNING ARRESTER TIPE GARDU INDUK
Kondisi
NO
I
II
: PADAM
VI
VII
VIII
Dilaksanakan pembersihan
Petugas Har Unit
kompartemen Arrester
SUBSISTEM MONITORING
Counter Arrester
IV
PELAKSANA
SUBSISTEM
PEMOTONG
SURJA
SUBSISTEM ISOLASI
Kompartemen/ Housing
III
SASARAN
PEMERIKSAAN
SUBSISTEM PENTANAHAN
SUBSISTEM
PENGAMAN
TEKANAN LEBIH
SUBSISTEM KONSTRUKSI DAN
PONDASI
SUBSISTEM KONEKTOR
SUBSISTEM GRADING RING/
CORONA RING
-
Fungsi
dari
Counter Petugas Har Unit
Arrester, masih bekerja Menggunakan
alat
baik atau tidak
bantu injeksi impulse
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
5.3
PREDICTIVE MAINTENANCE
5.3.1.1
Pengukuran thermovisi
Titik-titik yang menjadi objek pengamatan Thermovisi pada Lightning Arrester adalah
sebagai berikut :
a. Koneksi Arrester ke Busbar
b. Kompartemen/ Housing dari Arrester
c. Koneksi Arrester ke kawat grounding
Thermovisi dilaksanakan untuk tujuan prediktif yang dilaksanakan satu minggu sekali,
intervalnya dapat disesuaikan dengan kondisi peralatan. Sebagai contoh, bila
peralatan LA sudah diduga bermasalah, namun menunggu penggantian, maka
intensitas pengamatan dapat dinaikkan menjadi setiap hari.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Penjelasan lebih lanjut tentang pengukuran thermovisi akan dijelaskan lebih lanjut
dalam paragraph berikut ini.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
kompartemen arrester. Deteksi panas secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik sinar infra merah.
Sinar infra merah atau infrared (disingkat IR) sebenarnya adalah bagian dari spektrum
radiasi gelombang elektromagnetik. IR mempunyai panjang gelombang antara 750 nm
hingga 100 m (lihat grafik spektrum).
TIPE
0,7 2,6
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Germanium photodiodes
0,8 1,7
1 3,2
Lead
selenide
(PbSe)
detectors
Scanning yaitu pengukuran secara menyeluruh disekitar obyek. Metode ini juga
sering disebut thermography.
Spotting yaitu pengukuran pada satu titik obyek penunjukkannya langsung suhu
obyek tersebut (lihat gambar)
Thermography
Radiasi sinar infra merah dapat digunakan bermacam-macam, antara lain melihat
didalam kegelapan dan menentukan suhu dari suatu benda dari jarak jauh. Teknik
melihat suhu dari jauh ini dikenal dengan thermography. Dengan cara ini maka dapat
diketahui bagian-bagian yang mengalami panas berlebih, diluar kebiasaan.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Tingginya suhu dapat dilihat pada skala warna. Bila suhu tertinggi yang terekam masih
dibawah yang diijinkan, maka evaluasi foto dianggap normal. Namun bila terjadi
pemanasan lebih setempat, sehingga terdapat perbedaan suhu yang signifikan (dari
gradasi warna) antar bagian peralatan, berapapun besarnya maka keadaan ini harus
segera ditangani, karena pasti terjadi penyimpangan.
5.3.1.2
Pengujian Korona
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Corona discharge memancar pada gelombang antara 280-405 nm yaitu daerah sinar
ultraviolet (UV) karena itu tidak terlihat oleh mata kita. Meskipun sangat lemah, pada
gelombang sekitar 400 nm, korona dapat terlihat pada kondisi gelap malam. Korona
tidak bisa dilihat siang hari karena tertutup oleh pancaran radiasi matahari. Panas yang
ditimbulkan oleh korona juga sangat kecil, sehingga tidak dapat ditangkap oleh infrared
thermal cameras.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Cacat pada isolator keramik yang dapat mengakibatkan korona :
o Kontaminasi
o Short antara pin dan socket
o Retak pada bagian semen di sekitar pin
o Karat pada sambungan ball-socket
o Positive feedback loop :
Semen yang tergerus menyebabkan korona
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
UV beam splitter
light
Visible
lens
Visible
camera
Final
image
Image
mixer
Solar blind
filter
UV lens
UV camera
CCD camera
Visible camera
UV camera
Kombinasi
5.3.1.3
Komponen kritis dari Lightning Arrester tipe Metal Oksida adalah pada komponen
Resistor Non Linearnya. Degradasi pada komponen non linear tersebut dapat dideteksi
melalui pengukuran arus bocor resistif dari arrester. Hasil pengukuran ini sangat
sensitive terhadap suhu dan level tegangan operasi dari arrester, oleh karenanya
pencatatan kondisi saat pengukuran perlu dilaksanakan.
Pelaksanaan pengukuran arus bocor ini dilaksanakan minimal 1 kali dalam satu tahun,
untuk kebutuhan data trending, intervalnya dapat lebih singkat, disesuaikan dengan
rekomendasi pabrikan bila diketahui kondisi arrester telah mengalami degradasi.
Penjelasan lebih lanjut akan dijabarkan dalam paragraf berikutnya.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Counter Arrester
Monitoring Spark Gaps
Pengukuran Temperatur
Pengukuran Arus Bocor MOSA.
Dari keenam metode di atas, pengukuran yang paling praktis (dapat dilangsungkan
dalam kondisi online), dan representatif adalah metode Pengukuran Arus Bocor MOSA
yang diukur pada kawat pentanahan dari MOSA.
5.4
It merupakan representasi dari total arus bocor MOSA. Ic merupakan arus bocor
komponen kapasitif yang variasi nilainya tergantung pada: diameter varistor, jumlah
blok varistor secara paralel, kapasitansi bocor dan tegangan operasi. Ir merupakan
arus bocor komponen resistif yang besarnya terpengaruh oleh suhu dan tegangan
operasi, direpresentasikan melalui persamaan berikut ini :
Ir = k.U ... (1)
Ir
: Tegangan Operasi
Dalam aplikasinya, Arrester di lapangan berkerja pada tegangan operasi 0,6 0,8 p.u.
(tegangan referensi merupakan Urated Arrester). Relasi antara arus bocor resistif dan
tegangan operasi dapat dilihat sebagai berikut :
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Kurva di atas mewakili karakteristik arus bocor resistif di Varistor ZnO dengan diameter
75 mm, yakni dengan interval nilai 50 500 Apeak.
Pada kondisi operasional Arrester, untuk satu nilai arus bocor resistif, maka nilai
regangan operasi akan berbanding lurus terhadap nilai (asumsi bahwa tegangan
operasi tidak akan melebihi Urated Arrester). Nilai ini bervariasi dari 2 6 [1]. Kurvanya
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
5.5
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
2-5
Untuk nilai arus bocor resistif 500 Apeak, kenaikan yang dibaca oleh meter adalah
10%, sementara pada nilai 250 Apeak kenaikan hanya terbaca setinggi 3%, yang
menimbulkan kesulitan pembacaan meter (terlebih bila meter yang dipakai adalah
meter analog).
5.6
Arus bocor resistif terkait dengan kondisi Varistor ZnO yang merupakan komponen
paling kritis dari MOSA. Oleh karenanya, pengukuran yang langsung memberikan nilai
arus bocor resistif MOSA (murni berasal dari komponen varistor), dianggap
pengukuran dengan presisi tinggi.
Konsep pengukurannya adalah dengan men-tap nilai arus bocor secara instan, pada
saat tegangan sinusoidal arrester berada di puncak (dU/dt = 0), seperti ditunjukkan
dalam gambar berikut ini :
Gambar
Listrik untuk kehidupan yang lebih
baik 43. Tapping Arus Bocor Resistif
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Sekalipun presisi, namun terdapat beberapa kendala bila metode ini akan dipraktekkan
di lapangan, yakni :
Tegangan pada arrester harus diukur bersamaan dengan arus bocor.
Pergeseran fasa pada alat ukur tegangan diabaikan.
VT ukur yang digunakan, harus dipasang di semua fasa dalam keadaan Arrester
beroperasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode ini hanya cocok bila dilaksanakan dalam
skala laboratorium, untuk memperoleh nilai standar arus bocor resistif arrester.
5.7
Komponen tahanan non linear ZnO bila diberi tegangan sinusoidal di ujungnya, akan
menghasilkan arus bocor dengan harmonisa. Amplituda arus harmonisa akan
meningkat sebanding dengan kenaikan komponen resistif dari arus bocor. Oleh
karenanya metode ini dapat digunakan untuk proses diagnosa kondisi arrester, melalui
pengukuran tidak langsung terhadap arus bocor resistif.
komponen arus bocor total yang mengalir pada kawat pentanahan, tanpa
memperhatikan interferensi harmonisa yang timbul akibat tegangan sistem.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Besarnya harmonisa akibat sistem bervariasi tergantung tipe beban dan level tegangan
sistem. Untuk sebuah tipe arrester dengan arus bocor kapasitif sebesar 1 mApeak ,
timbulnya harmonisa orde ke-3 sebesar 1%, dapat membangkitkan arus harmonisa
kapasitif sebesar 30 Apeak. Belum lagi, harmonisa orde ke-3 dari tegangan sistem,
memiliki fasa yang sama dengan harmonisa orde ke-3 yang dibangkitkan oleh
komponen non linear arrester. Hal ini akan menyebabkan error yang semakin besar.
Maka, guna menyempurnakan metode ini, pengukuran perlu memperhatikan pengaruh
harmonisa yang timbul akibat level tegangan sistem.
5.8
Analisis harmonisa terhadap arus bocor arrester, bertujuan untuk menemukan besaran
arus bocor resistif yang berhubungan dengan kondisi Varistor ZnO.
Arus bocor resistif memiliki beragam harmonisa, seperti harmonisa orde ke-3, ke-5,
dan lain-lain; namun, degradasi kondisi ZnO lebih ditunjukkan oleh harmonisa orde
ketiga komponen resistif dibandingkan harmonisa lainnya [3], juga bila dibandingkan
terhadap total arus bocor (It) dan arus bocor kapasitif (Ic).
Agar hasil pengukuran dapat memberikan nilai arus bocor resistif yang mendekati
kondisi real, maka pengaruh harmonisa akibat tegangan sistem perlu diperhitungkan.
Pada Alat Uji LCM II, sebuah field probe digunakan untuk kompensasi .
5.9
Konsep Pengukuran
Metode pengukuran arus bocor resistif dengan analisis harmonisa orde ketiga dengan
kompensasi terhadap pengaruh harmonisa dari tegangan sistem, merupakan
penyempurnaan terhadap metode analisis harmonisa yang telah ada sebelumnya.
Tujuan akhir dari metode pengukuran ini adalah mencari relasi/ rasio antara total arus
bocor resistif arester terhadap komponen harmonisa orde ketiga dari arus bocor resistif
(sebab nilai arus bocor resistif tidak dapat diperoleh melalui pengukuran langsung
selain untuk skala laboratorium).
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
5.10
Konsep Perhitungan
Sebuah tegangan dengan harmonisa orde ke-3 akan membangkitkan komponen arus
kapasitif, I3c, pada frekuensi sama. Kontribusi I3c ini, terhadap total arus harmonisa
orde ke-3, I3t, cukup signifikan. Sehingga arus harmonisa orde ke-3 dari komponen
resistif, dapat diperoleh dari persamaan :
3r = 3t - 3c ......... (2)
Nilai Amplituda dan Sudut Fasa dari arus bocor total, 3t, diperoleh melalui proses
Transformasi Fourier gelombang arus t (yang diperoleh melalui pengukuran langsung
menggunakan CT clip on pada kawat pentanahan arrester).
Nilai 3c tidak didapat melalui pengukuran langsung melalui kawat pentanahan arrester
(oleh karena pengaruh kapasitansi akibat tegangan fasa arrester maupun fasa lainnya
dapat men-interferensi nilai arus bocor komponen kapasitif). Pengukuran tidak
langsung 3c dilakukan dengan menggunakan relasi terhadap medan listrik.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Sebuah probe diletakkan didekat dudukan Arrester, bertujuan untuk menangkap
medan listrik yang berada di sekitar arrester, baik medan listrik yang dihasilkan oleh
tegangan fasa tempat arrester berada, maupun tegangan fasa lainnya yang berada di
sekitar arrester. Medan listrik probe, 3p ini memiliki relasi dengan 3c, yang besar
rasionya sebanding antara 3p dan 3c. Melalui penskalaan tersebut, nilai 3c kemudian
dapat diperoleh, yang berarti nilai 3r dapat dihitung melalui persamaan (2).
Pada langkah akhir, nilai r, yang diperoleh melalui perhitungan persamaan (1); akan
dibandingkan
dengan
3r
untuk
menghasilkan
nilai
rasio
tertentu.
Dengan
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
mempertimbangkan faktor suhu dan level tegangan, rasio ini dimasukkan ke dalam
kurva standar untuk mengetahui apakah nilai arus bocor resistif masih berada dalam
batasan yang diinginkan.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Akurasi hasil perhitungan metode ini telah dibuktikan oleh para ahli ABB dari Swedia.
Mereka melakukan pengujian terhadap 2 buah arrester di lapangan pada Garud Induk
300 kV. Pertama mereka mengukur arus bocor dengan Alat Uji LCM, cara berikutnya
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
adalah
Hasilnya sbb:
TABEL 3.9
Hasil Pengujian Akurasi Pengukuran Alat Uji LCM di sistem 300 kV
5.11
Posisi
Dengan
Dengan
Fasa
Metode 2
Uji LCM
Luar
42 A
31-36 A
Dalam
43 A
27-30 A
Alat
CT Clip-On yang digunakan untuk mengukur arus bocor total yang mengalir
pada kawat pentanahan MOSA.
2.
Sebuah field probe lengkap dengan antena yang pada saat pengukuran ditaruh
di dekat dudukan arrester, berfungsi untuk menangkap harmonisa orde ketiga
dari tegangan sistem. Di dalam permodelan yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, probe ditaruh pada posisi 10 cm di bawah base dan 5 cm dari
dudukan arester.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
3.
Current Probe, memiliki 2 input, yakni dari CT Clip-On dan Field probe; berisi
komponen elektronis untuk mengukur arus bocor total
elektris field probe (p), selain itu juga terdapat rangkaian pengaman tegangan
lebih dan sensor suhu.
4.
Alat ukur LCM, terdiri atas CPU, Multiplexer, A/D Converter, berfungsi untuk
memproses hasil pengukuran dari CT dan field probe, guna mendapatkan arus
bocor resistif.
5.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
5.12
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang optimal, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Grounding Alat harus baik
b. CT-clip ON menutup dengan sempurna
c. Posisi field probe berada dekat, sekitar 10 cm di bawah base arrester, tidak
lebih dari 5 cm jaraknya dari Arrester, namun tidak menyentuh piring insulator
dari MOSA.
d. Koneksi-koneksi terhubung dengan sempurna.
e. Pastikan setting CPU LCM benar:
o Mode: untuk pengukuran di lapangan, gunakan mode 3-fasa.
o Temp: setting suhu untuk pengukuran tidak kontinu, menggunakan setting
manual.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
o Line: masukkan tegangan operasional saat pengukuran. (tegangan kontinu
Uc).
o Transf.: digunakan bila fasilitas VT digunakan dengan memasang adapter
khusus.
o Average: Jumlah cacah perhitungan, standar deviasi (penunjukkan error
perhitungan), akan semakin kecil, bila nilai Average semakin besar (rata-rata
10 -20kali cacah).
5.12.1.1
Pada beberapa kasus ekstrim, nilai arus bocor total pada arrester menjadi sangat
tinggi bila dibandingkan fasa lain, hal ini dapat menjadi indikasi terjadi ketidak beresan
pada arrester. Untuk itu, maka pengukuran ini pun perlu dilaksanakan secara rutin
setiap minggu, atau menurut interval tertentu berdasarkan tingkat urgensi dan
kebutuhan analisis data.
5.13
SHUTDOWN MEASUREMENT
Adalah pengujian yang dilakukan saat peralatan padam untuk mengetahui kondisi
peralatan yang waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi peralatan,
namun dapat juga dijadwalkan secara rutin untuk mendapatkan informasi yang
berguna untuk proses analisa data.
5.13.1
Pengukuran Wattloss menggunakan Tan Delta
Dilaksanakan bersamaan dengan pemadaman bay peralatan yang dilindungi oleh
arrester, atau secara khusus bila ditemukan kasus tertentu. Perubahan nilai arus bocor
yang terukur serta watt loss bila dibandingkan dengan hasil pengukuran sebelumnya
dapat dijadikan dasar investigasi lebih lanjut untuk menemukan fenomena yang telah
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
terjadi pada lightning arrester. Definisi pengukuran dan konsep pengukuran akan
dijelaskan dalam paragraph berikutnya.
Teknologi surge arresters berkembang dalam 100 tahun terakhir. Di awal tahun 1900an, hanya spark gap yang digunakan untuk memotong tegangan lebih. Pada tahun
1930 Silicon Carbide Arrester menggantikan fungsi spark gap. Pada pertengahan
tahun 1970 diperkenalan Zinc Oxide Arrester yang memiliki karakter pengamanan lebih
baik daripada Silikon Karbida.
Silikon Karbida dipasang seri dengan Spark Gap. Fungsi Gap ini adalah melakukan
blok resistor Silikon Carbide pada tegangan normal (steady state). Perlu dicatat bahwa
komponen tembaga yang meleleh pada bagian spark gap dapat menurunkan tegangan
breakdown pada bagian tersebut. Sejalan dengan waktu, arrester mungkin untuk
bekerja pada tegangan overvoltage lebih rendah atau bahkan pada tegangan normal.
Untuk mendeteksi apakah sebuah Arrester Silikon Karbide. Pengujian yang paling
baik, namun tidak praktis adalah menggunakan impulse generator.
Berbeda dengan desain arrester yang menggunakan Silikon Carbide, Arester yang
menggunakan Metal Oksida (ZnO) tidak diseri dengan gap, atau dikenal dengan istilah
gapless. Desain tanpa gap ini meniadakan pemanasan yang diakibatkan peristiwa
discharge arching. MOV memiliki 2 rating, yaitu duty cycle dan maksimum continuos
operating voltage, tidak seperti Silikon Karbid yang hanya memiliki duty cycle rating.
Arus bocor bagaimanapun masih ada pada tegangan operasional.
Satu hal yang perlu diperhatikan oleh personnel pemeliharaan ketika hendak
melakukan pengukuran terhadap arrester, bahwa setelah arrester disconnected dari
sistem, masih tersisa sebagian kecil muatan statis masih tersimpan di dalam arrester.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Demi keamanan, arrester perlu di-ground terlebih dahulu sebelum dilaksanakan
pengukuran.
Duty cycle rating: Baik Arrester Silikon Karbid dan arrester MOV memiliki rating duty
cycle dalam kV, yang didefinisikan melalui duty cycle test. Test duty cycle dilakukan
dengan memberikan arrester pada tegangan AC RMS yang besarnya sama dengan
rating selama 24 menit. Dalam rentang tersebut, arestar harus mampu bertahan
terhadap surja petir yang diberikan dalam interval 1 menit. Untuk arester station class,
magnitud dari surja adalah 10 kA. Untuk Intermediate dan Distribution Class arrester,
besar surja adalah 5kA. Bentuk gelombang surja adalah 8/20, artinya, gelombang
mencapai nilai puncak dalam 8 mikro sekond dan mencapai nilai setengah nilai puncak
dalam 20 mikro sekon.
ANSI/ IEEE C62.1 dan C62.11 membedakan lightning arrester ke dalam 4 kelas:
station, intermediate, distribusi dan secondary.
Setiap level memiliki perbedaan level proteksi dan kapasitas energi yang diterima.
Arrester dengan class station memiliki level proteksi yang terbaik dan mampu
menerima energi dengan skala paling besar. Class intermediate pada urutan kedua.
Arrester kelas distribusi memiliki energi dengan level terendah. Arrester dengan kelas
secondary memiliki batasan tersendiri yang tidak dapat dibandingkan dengan kelas
lain.
Polymer/Porcelain Arresters:
Arrester polimer lebih dikenal daripada porselin belakangan ini. Arrester polimer
memiliki keunggulan daripada pendahulunya porcelain, yaitu tidak membahayakan bila
arrester meledak karena overpressure internal, juga memiliki harga yang lebih murah.
Arrester jenis polimer memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap moisture ingress.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Testing:
Dua jenis pengujian yang umum dilakukan adalah pengukuran power factor dan
analisis Infra Merah (Thermovisi). Beberapa pabrikan arrester menyatakan bahwa tidak
ada single test yang mampu mengindikasikan seluruh karakteristik operasi arrester
secara komplit. Model dan pabrikan yang berbeda akan memberikan pembacaan watt
loss yang berbeda pula. Hasil pembacaan watt loss kemudian dibandingkan dengan
hasil pembacaan watt loss sebelumnya. Arrester harus memiliki inspeksi visual untuk
mendeteksi retak dalam porselin, abnormal jamur, dan beragam abnormalitas fisik
pada arrester.
Ketika melaksanakan tes Power Factor, setiap unit arrester harus diuji sebagai unit
terpisah. Pengujian berbarengan antar stack arrester baik secara serial maupun paralel
akan menghilangkan efektifitas dari tes.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
5.14
Konsep pengukuran menggunakan arus dan tegangan dan meter terkalibrasi untuk
penunjukan nilai MegOhms. Alat megger ini memiliki built-in DC generator, yang
mampu membangkitkan tegangan DC yang tinggi, sehingga menyebabkan arus kecil
DC mengalir melalui dan di atas permukaan objek insulasi yang sedang diuji.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Total arus yang mengalir ini dapat dibedakan menjadi 3 komponen, yaitu:
1.
2.
interface material di
Leakage current
Merupakan komponen utama dalam mengevaluasi kondisi insulasi. Jalur arus ini
mungkin melalui volume insulasi atau melalui permukaan bocor.
Tidak seperti kedua jenis arus lainnya, arus ini merepresentasikan arus loss.
Secara teoritis, arus bocor bernilai konstan terhadap waktu, untuk setiap nilai
tegangan uji.
Nilai konstan terhadap waktu ini memberikan indikasi yang baik bahwa insulasi
yang di tes tahan terhadap tegangan uji.
Bila nilai arus ini bertambah secara steady terhadap waktu, pada nilai tegangan
yang tetap, maka dapat diartikan bahwa mungkin telah terjadi kerusakan pada
insulasi, bila tes dilangsungkan berkelanjutan pada tegangan tersebut.
Nilai tahanan insulasi diterima secara umum sebagai indikator yang handal terhadap
adanya kontaminasi perusak atau degradasi. Namun demikian, hasil pengujian ini
dapat membingungkan karena sangat sensitif terhadap perubahan kecil pada
apparatus yang sedang diuji. Beragam varibel harus masuk perhatian : pengaruh suhu,
humidity, external leakage due to dirty insulator and bushing, duration of test, etc.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
TEMPERATUR memberikan pengaruh utama terhadap hasil pengukuran. Nilai
tahanan resistansi akan menurun sejalan dengan meningkatnya suhu. Sehingga hasil
pengujian dikoreksi ke suhu 20 drajat celsius
POLARITATION INDEX (PI)
Melalui data Dielectric Absorption, nilai PI dapat ditemukan. PI, rasio antara nilai 10
dan 1 menit, merupakan nilai tanpa satuan.
Jika nilai leakage current meningkat dengan kecepatan lebih tinggi daripada arus
absorption, maka nilai PI akan menurun, dan dapat disimpulkan bahwa insulasi telah
berada pada kondisi yang membutuk.
Selama variabel2 yang mempengaruhi kedua pengukuran ( 1 dan 10 menit) adalah
sama, maka informasi nilai sebenarnya dapat diperoleh melalui PI
STEP VOLTAGE TEST
Sangat berguna untuk menguji kehadiran excessive moisture dalam peralatan insulasi.
Pengujian dengan 2 level tegangan yang berbeda dapat memberikan penunjukan tsb.
Sebagai contoh, pengukuran 500 V dan 2500V, keduanya dilaksanakan selama 1
menit. Bila nilainya menurun 25% < pada level tegangan yang lebih tinggi, maka dapat
disimpulkan telah terjadi excessive moisture.
Moisture dalam sistem insulasi merupakan polar positif dan akan tertarik ke area
dengan intensitas elektris negative yang tinggi. Oleh karenanya, ketika Megger atau
peralatan serupa menggukan negative lead tersambung ke copper dan positive lead
tersambung ke system ground.
Selama test, sejumlah besar moisture akan tertarik ke area dengan potensial negative
yang tinggi sepanjang converging field lines. Atau dengan kata lain, resitansi akan
terukur lebih rendah jika moisture hadir melalui pengujian center conductor pada
potensial negative.
Fenomena di atas disebut electro-end osmosis dan sering disebut juga sbg evershed
effect. Jika moisture dalam trafo tidak sedemikian banyak, maka dapat dipastikan
bahwa nilai insulasi akan tetap pada 2 level tegangan yang berbeda.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
5.15
CORRECTIVE MAINTENACE
Adalah pemeliharaan yang dilakukan ketika peralatan mengalami kelainan / unjuk kerja
rendah pada saat menjalankan fungsinya atau kerusakan, dengan tujuan untuk
mengembalikan pada kondisi semula melalui perbaikan (repair) ataupun penggantian
(replace). Di dalam pelaksanaannya, Corrective Maintenance dapat dibagi menjadi 2
(dua), yaitu :
5.15.1
PLANNED
Adalah pemeliharaan yang dilakukan ketika peralatan mengalami kelainan / unjuk kerja
rendah pada saat menjalankan fungsinya, dengan tujuan untuk mengembalikan pada
kondisi semula melalui perbaikan (repair) ataupun penggantian (replace) secara
terencana. Acuan tindak lanjut yang digunakan pada Planned Corrective Maintenance
berdasarkan hasil pemeriksaan Petugas Ground patrol (untuk Arrester di Line),
Petugas Pemeliharaan GI dan pengujian pada Predictive Maintenance.
5.15.2
UNPLANNED
Disebut juga dengan Pemeliharaan Breakdown. Adalah pemeliharaan yang dilakukan
ketika peralatan mengalami kerusakan secara tiba-tiba sehingga menyebabkan
pemadaman. Untuk mengembalikan pada kondisi semula perlu dilakukan perbaikan
besar (repair) atau penggantian (replace).
BAB 4
EVALUASI HASIL PEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER
Tahapan evaluasi dilaksanakan terhadap hasil temuan maupun hasil pengukuran yang
dilaksanakan selama kegiatan pemeliharaan. Kegiatan evaluasi
dilaksanakan
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
berjenjang, dari level 1 hingga level 3. Dari bagan yang sekuensial ini, nampak urgensi
validitas data dalam proses pengambilan keputusan.
1. Evaluasi Level 1
Merupakan tahap awal metode evaluasi hasil pemeliharaan LA. Pelaksanaan Evaluasi
Level 1 menggunakan input hasil pemeliharaan rutin LA meliputi kegiatan In Service
Visual Inspection dan In Service Visual Measurement sebagaimana telah dijelaskan
dalam Bab 2 sebelumnya.
2. Evaluasi Level 2
Adalah tahap lanjutan metode evaluasi hasil pemeliharaan LA. Pelaksanaan Evaluasi
Level 2 menggunakan input Kondisi Awal LA (Early warning) dan Rekomendasi
pelaksanaan inspeksi lanjut & pemeliharaan dari Evaluasi Level 1 ditambah dengan
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
hasil pemeliharaan In Service Measurement dan Shutdown Testing / Measurement.
Tahapan ini menghasilkan Penilaian Prediksi Kondisi Umur LA (Life prediction) dan
Rekomendasi pelaksanaan inspeksi lanjut & pemeliharaan. Dalam proses life
prediction tersebut, dapat digunakan beragam analisa statistik maupun stokastik
terhadap kumpulan data yang ada.
3. Evaluasi Level 3
Merupakan tahap akhir metode evaluasi hasil pemeliharaan LA. Pelaksanaan Evaluasi
Level 3 menggunakan input Penilaian Prediksi Kondisi Umur LA (Life prediction) dan
Rekomendasi pelaksanaan inspeksi lanjut & pemeliharaan dari Evaluasi Level 2
ditambah dengan Evaluasi Resiko yang meliputi Keandalan sistem, keamanan &
lingkungan dan Faktor ekonomi, sosial & politik serta Perkembangan teknologi terkini.
Tahapan ini menghasilkan Rekomendasi tindak lanjut yang berupa
Program
perpanjangan umur LA dan Rencana pengembangan aset (Life extension program &
Asset
development
plan)
seperti
Retrofit,
Refurbish,
Replacement
ataupun
Reinvestment.
9.1
9.2
NO
PERALATAN
DIPERIKSA
YANG SASARAN
PEMERIKSAAN
Subsistem Pemotong
Surja
(O/P)
Interval
(H/M
/B/T)
EVALUASI/
Akibat
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
II
III
Subsistem Isolasi
Kompartemen/
Housing
debu/
Insulating Feet
Retak/ berlumut
Kompartemen/
Housing
Proses pembersihan
T*
Kaca
pecah,
memungkinkan air
masuk
dan
merusak rangkaian
elektronika counter
Kualitas
varistor
nonlinear
terkait
dengan
jumlah
kerjanya (dan peak
dari arus yg di
discharge).
Oleh
karenanya
perlu
dicatat.
Kaca
pecah,
memungkinkan air
masuk
dan
merusak rangkaina
Subsistem
Monitoring
Counter Jumlah kerja
Kebersihan
pengotor
dari
Polutan
meningkatkan arus
bocor permukaan,
menurunkan
creepage distance
Kekuatan mekanis
kompartemen
terhadap internal
pressure
berkurang,
juga
penurunan
creepage distance
- Ketika terjadi
discharge, jalur
surja menuju
bumi memiliki
resistansi yang
besar.
- Mempengaruhi
hasil pengukuran
arus bocor
arrester
Menjaga
agar
creepage distance
tetap terjaga
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Terdapat
rantas
atau
diselumuti oleh lumut
Kawat grounding
perlu
dipastikan
dalam kondisi baik
sebagai jalannya
arus
discharge
menuju bumi
Kawat grounding
perlu
dipastikan
dalam kondisi baik
sebagai jalannya
arus
discharge
menuju bumi
Pengukuran
pentanahan
nilai
menurunkan level
proteksi
dari
arrester.
Kegagalan
pressure
relief
device
dalam
melakukan kerja
(buka/tutup)
dapat berimbas
meledaknya
arrester
atau
moisture masuk
ke
dalam
Counter Arrester
penunjukkan
counter arrester
IV
elektronika counter
Besarnya nilai arus
bocor
menunjukkan
kondisi
internal
dan eksternal dari
LA
Disimulasikan
dengan rangkaian
impulse tegangan,
untuk mengetahui
apakah
counter
masih
dapat
bekerja
Dilaksanakan oleh
petugas climb up
untuk
melihat
jumlah
kerja
counter
yang
terpasang di atas.
Subsistem
Pentanahan
Kawat Pentanahan
Subsistem Pengaman
Tekanan Lebih
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
kompartemen LA
VI
VII
Subsistem
Konstruksi & Pondasi
Konstruksi
Pondasi
Konstruksi yang
tidak kuat dapat
menyebabkan LA
mengalami
gangguan
mekanis berupa
hilangnya
keseimbangan
Pondasi
yang
tidak kuat dapat
menyebabkan LA
mengalami
gangguan
mekanis berupa
hilangnya
keseimbangan
Subsistem Konektor
Koneksi ke Bubar
Terpasang baik/
korosi atau tidak
ada
Koneksi
yang
tidak
baik
memungkinkan
terjadinya
pemanasan lokal
ada
Koneksi menuju
kawat grounding
yang tidak baik
dapat
menyebabkan
nilai
resistansi
tinggi, tidak baik
untuk
proses
discharge
Disconnector
switch berfungsi
sebagai
switch
bilamana arrester
mengalami surja
yang
sangat
tinggi di atas
ratenya, dengan
terlepasnya
Koneksi ke
Grounding
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
hubunga
ke
ground,
maka
arrester
yang
sudah
breakdown tidak
terhubung
ke
bumi.
VIII
Subsistem
Grading
Ring/ Connector Ring
Grading Ring
9.3
Posisi
pemasangan, O
kondisi grading ring
(bengkok/tidak)
Pemasangan/
anomali
memungkinkan
distribusi
tegangan
yang
tidak
sesuai
desain ataupun
mengganggu
jarak antar fasa
9.3.1
Pengukuran Thermovisi
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
9.3.2
Pengukuran Korona
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
HASIL UKUR
<
1000
countrate/menit
Medium
1000 5000
countrate/menit
KONDISI
Berpotensi mengurangi usia peralatan
Indikasi kerusakan minor dari pemburukan komponen
Dapat menyebabkan pemburukan
terhadap usia peralatan
yang
signifikan
>
5000
countrate/menit
9.3.3
Pengukuran Watt Loss menggunakan Alat Uji Tan Delta
Analisis Hasil Tes Lightning Arrester berdasarkan hasil uji watt loss dan arus bocor
dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Mengacu kepada tabulasi yang dikeluarkan pabrikan
2. Membandingkan nilai arus dan watt loss yang diperoleh pada pengukuran
sebelumnya untuk merk, tipe sejenis dari arrester
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
3. Deviasi, baik peningkatan maupun penurunan membutuhkan investigasi lebih lanjut
4. Rating dari arrester berdasarkan nilai watt loss bukan nilai Power Factor (%)
5. Tidak ada faktor koreksi untuk arester
Routine test harus dilaksanaakan setelah arrester dipasang ke dalam system. Idealnya
tes dilaksanakan pada tahun pertama (masih garansi), namun dengan praktek
pemeliharaan terkini, kesempatan utk melaksanakan retest arrester adalah 5 7 tahun
setelah operasi. Pengukuran Arus dan watt loss
awal.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
9.3.4
Pengukuran LCM
9.3.5
Proses Pembacaan Data Hasil Ukur
Setelah koneksi dan setting alat dipastikan benar, maka dengan menjalankan program,
RUN, pengolah LCM bekerja melakukan pemrosesan pengukuran guna mendapatkan
nilai arus bocor resistif. Berikut ini adalah hasil pengukuran sebagaimana tertera pada
pengolah LCM:
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
1.5
1.075
Kedua kurva di atas merupakan kurva faktor koreksi terhadap hasil pengukuran.
Koreksi terkait dengan kesalahan perhitungan dalam tahapan tahapan analisa
harmonisa. Contoh penggunaan dua buah kurva di atas adalah sebagai berikut:
Tipe Arrester
: EXLIM P-72
Tegangan Operasi
Suhu
: 32 OC
Pembacaan Ir
: 105 A.
Nilai sebenarnya
Kurva berikut ini digunakan dalam memperhitungkan pengaruh tegangan operasi dan
suhu ambien terhadap batasan arus bocor maksimum yang direkomendasikan oleh
pabrikan ABB (ASEA). Nilai arus bocor resistif referensi untuk satuan per unit = 50 A.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
1.325
BAB 5
REKOMENDASI
dari
hasil
pemeliharaan
yang
telah
dilakukan.
Rekomendasi
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
14.1
14.2
NO
I
II
PERALATAN
YANG DIPERIKSA
Subsistem
Pemotong Surja
Subsistem Isolasi
Kompartemen/
Housing
SASARAN
PEMERIKSAAN
ANOMALI
REKOMENDASI
Insulating Feet
III
Retak/ berlumut
Subsistem
Monitoring
Counter
Jumlah Kondisi fisik meter, Counter tidak
kerja
kaca pecah/ buram
terbaca
Kaca Pecah,
air masuk
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Nilai
penunjukan
Counter
kerja
IV
VI
Subsistem
Pentanahan
Kawat Pentanahan
Subsistem
Pengaman
Tekanan Lebih
Flag Pressure relief Kondisi
Flag, Flag Pressure
device
terpasang baik atau relief terlepas/
tidak atau bahkan pindah posisi
sudah terlepas
Subsistem
Konstruksi
Pondasi
Konstruksi
Pondasi
VII
Lakukan
perbaikan/
penggantian
kawat
rantas
Lakukan
perbaikan/
penggantian
kawat
rantas
Lakukan
investigasi
lebih lanjut, apakah
pernah terjadi surja
yang
menyebabkan
pressure relief bekerja,
dikonfimasi
dengan
pengujian arus bocor
untuk
memastikan
kesehatan dari varistor.
&
Kondisi besi member,
bengkok atau tidak.
Tingkat
korosi.
Kondisi baud-baud
Temuan Retak atau
tidak. Masih baik
atau tidak.
Subsistem
Konektor
Koneksi ke Bubar
Besi member
bengkok,
patah,
baud
terlepas
Pondasi retak
Lakukan
pengecetan
bila
berkarat,
atau
mengganti
member
yang bengkok
Perbaikan pondasi
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Disconnector Switch Masih terhubung ke
(pada TLA tanpa ground atau sudah
gap)
terlepas
VIII
Disconector
lepas/ rusak
Subsistem Grading
Ring/
Connector
Ring
Grading Ring
Posisi pemasangan, Grading Ring Lakukan
perbaikan
kondisi grading ring Melenceng,
posisi,
perbaikan
(bengkok/tidak)
Bengkok
bentuk Grading Ring
14.3
Lebih
lanjut
akan
dibahas
dalam
paragraf
selanjutnya.
PERALATAN YANG
DIPERIKSA
HASIL UKUR
Low (countrate <
1000/menit)
REKOMENDASI
Lanjutkan pengujian rutin 6 bulanan
Lakukan pengujian rutin 3 bulanan
Isolasi
(isolator)
padat
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
5000/menit)
14.3.1
Perubahan nilai watt loss (Bila dibandingkan dengan hasil uji sebelumnya)
menunjukkan bahwa terjadi kontaminasi arrester akibat polutan, ataupun
koneksi yang tidak baik. Lakukan perbaikan dan proses pembersihan arrester,
konfirmasi dengan hasil pengujian arus bocor resistif.
Tabel 5.3 Rekomendasi Hasil Pengukuran Insulasi (Megger Test)
NO
1
Anomali
Nilai IP < 1
REKOMENDASI
Lakukan investigasi
lebih lanjut dengan
memeriksa
kondisi
kompartemen/
housing.
14.3.2
Rekomendasi Hasil Pengukuran LCM
Bila arus bocor resistif maksimum telah diberikan oleh pabrikan dan kurva Standar
Pengaruh Suhu dan tegangan Operasi telah diketahui, maka:
Rekomendasi terhadap Hasil Uji memperhatikan persentase selisih arus bocor resistif
terukur dengan arus bocor resistif yang direkomendasikan oleh pabrikan, sebagai
berikut :
GOOD
: 0% - 50%
DAMAGE
: > 100% Ukur ulang, cek koneksi dan setting/ Ganti MOSA.
Bila arus bocor resistif maksimum telah diberikan oleh pabrikan namun kurva Standar
Pengaruh Suhu dan tegangan Operasi tidak diketahui, maka:
Beberapa Merk MOSA telah mencantumkan nilai arus bocor resistif maksimum yang
direkomendasikan, seperti tercantum dalam tabel di bawah ini:
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Tabel 5.4 Batasan Nilai Arus Bocor Resistif Maksimum selain ABB/ ASEA
Merk
Tipe
Ir max (A)
Bowthorpe
2VACM
91 A
Ohio Brass
MPR
91 A
VN
130 A
Westinghouse W1
91 A
Sebagaiamana telah diketahui sebelumnya, bahwa nilai arus bocor resistif sensitive
terhadap pengaruh suhu dan tegangan operasi, sementara nilai di dalam Tabel II
tidak mencantumkan pada suhu dan tegangan berapa arus bocor maksimum tersebut
direkomendasikan.
Permasalahan lain yang akan timbul bila pengukuran dilakukan dengan menggunakan
Alat Uji LCM II, yakni nilai Nilai Ir.corr yang dihasilkan menggunakan kurva koreksi
ABB/ ASEA. Kurva scalling dapat dibentuk dengan memasukkan pengaruh distorsi
suhu dan level tegangan operasi. Algoritma pengujian sebagai berikut:
Gambar 64 Skema Pembentukan Kurva Interface untuk MOSA Non ABB/ ASEA
Batasan nilai arus bocor resistif maksimum yang telah diketahui, kemudian
diasumsikan bahwa nilai tersebut berada pada suhu 20 OC dan tegangan operasi 0,7
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
pu. Kemudian nilainya dikoreksi terhadap kurva standar yang disusun menurut
algoritma di atas.
Kurva scalling dibentuk untuk setiap merk dan tipe tertentu, semakin banyak sample
MOSA akan semakin baik, bila jumlah sample terbatas, maka pemilihan sample
menggunakan MOSA dengan usia termuda dan kondisi baik.
Bila arus bocor resistif maksimum tidak diberikan oleh pabrikan dan kurva Standar
Pengaruh Suhu dan tegangan Operasi tidak diketahui
Kurva yang dibentuk pada tahap sebelumnya dapat diaplikasikan pada MOSA
bersangkutan. Namun, batasan nilai maksimum tetap tidak diketahui. Alternatif studi
lebih lanjut untuk penentuan boundary values adalah :
Studi populasi nilai arus bocor resistif pada seluruh anggota populasi MOSA, dengan
memperhatikan parameter usia, jumlah kerja, suhu; kemudian dilakukan clustering
distribusi arus bocor resistif
Studi analisis trending laju pertambahan Ir.corr. Dengan memperhatikan parameter
usia MOSA, jumlah kerja arrester; melalui data banyak hasil pengukuran terhadap
sebuah arrester, dapat diperoleh model statistik dari MOSA bersangkutan. Pada merk
dan tipe yang sama, kemudian dibandingkan model statistik di antaranya. Laju
pertambahan nilai yang ekstrim sebuah sample MOSA, dapat mengindikasikan bahwa
pemburukan telah terjadi
Dasar pemikiran di atas menjadi dasar pemikiran untuk melakukan studi besaran arus
bocor resistif terhadap jumlah counter bekerja.
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Studi yang pernah dilaksanakan, adalah dengan mengambil sampel 29 buah MOSA
Merk Bowthorpe, Tipe IMB 75, produksi tahun 1989.
Dengan menggunakan asumsi bahwa seluruh counter bekerja dengan benar, dan
setiap sambaran petir berbentuk gelombang yang homogen, kemudian dilakukan
clustering terhadap nilai arus bocor resistif, yang masing-masing mewakili kondisi
tertentu Arrester, sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini:
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
DAFTAR ISTILAH
Active Part (Komponen Aktif) Lightning Arrester
Meliputi kolom metal oksida, termasuk spacer metal dan konstruksi support.
Back Flashover
Flashover yang terjadi pada insulator line yang disebabkan oleh kenaikan potensial
dari sebuah tower/ pole ketika sebuah sambaran petir menyambar pada overhead
ground/ kawat petir, atau pada tower/ pole itu sendiri. Peristiwa ini umum terjadi pada
tower-tower yang memiliki nilai impedansi pentanahan yang tinggi, yang menyebabkan
tegangan tower menjadi tinggi pada saat proses discharge petir.
BIL (Basic Ligthning Impulse Insulation Level)
Nilai ketahanan insulasi dari sebuah peralatan sistem tenaga bilai dilalui oleh impulse
petir standar
Tegangan Operasi Kontinu dari sebuah Arrester (simbol Uc)
Merupakan nilai root-mean square dari tegangan power frequency yang diijinkan untuk
dioperasikan secara terus menerus diantara kedua ujung arrester.
Arus Impulse
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
Impulse arus tanda arah (undirection), yang idealnya meningkat secara tajam dan
kemudian secara lebih lambat menurun menuju nilai nol. Parameter-parameter
yang mendefinisikan nilai ini adalah: polaritas, nilai puncak, virtual front time, T1 dan
waktu virtual menurun menjadi 50% pada bagian tail (ekor), T2. Sering disimbolkan
dengan symbol T1/T2, seperti 8/20.
Discharge Voltage = Residual voltage
Hydrophobicity
Merupakan kemampuan dari insulator dalam merepeal/ menolak air yangmengalir
dipermukaannya.
STRI: Swedish Transmission Research Institute
IEC: International Electrotechnical Commissions, berkantor induk di Geneva, Swiss
IEEE: Institute of Electrical and Electronics Engineers berkantor induk di New York,
Amerika Serikat
NEMA: National Electrical Manufacturers Association
Leakage Current
Merupakan arus bocor yang mengalir pada arrester pada saaat arrester diberi
tegangan operasional.
Line Arresters
Arrester yang dipasang pada Saluran Transmisi, Arrester ini dipasang pada daerahdaerah dengan kasus tingginya gangguan akibat backflashover (seperti pada daerahdaerah pegunungan bebatuan)
PT PLN (Persero)
LIGHTNING ARRESTER
DAFTAR PUSTAKA
1. Metal Oxide Surge Arrester, Fundamentals. Volker Hinrichsen. SIEMENS.
Berlin, July 2001
2. Presentation of Arresters Part I-III, Doble Engineering Client Committees
Workshop, September, 2006