Anda di halaman 1dari 141

1

Pengantar Teknik Listrik

Pengantar

Teknik Listrik

Oleh:
Muhammad Khoiri

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir


Badan Tenaga Nuklir Nasional
Yogyakarta
2009
2
Pengantar Teknik Listrik

KATA PENGANTAR

Awalnya materi yang terdapat di dalam buku ini


merupakan materi kuliah Teknik Listrik Prodi. Teknik Kimia,
Jurusan Teknokimia Nuklir, STTN, Yogyakarta. Namun untuk
lebih memudahkan bagi mahasiswa mengikuti mata kuliah ini
maka penulis berusaha untuk menyusunnya kembali sehingga
menjadi buku, berjudul Pengantar Teknik Listrik.
Buku ini sengaja tidak membahas terlalu lebar dan dalam
tentang teknik listrik, tetapi untuk mengantarkan kepada pembaca
agar lebih mudah mempelajari persoalan-persoalan teknik listrik
dan peralatan-peralatan listrik bagi mahasiswa non elektro. Materi
tulisan ini merupakan gabungan dari bagian-bagian pada pustaka
yang digunakan, maka bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih
jauh lagi tentang berbagai hal yang ada dalam buku ini dapat
membaca pada acuan yang digunakan dalam buku ini.
Buku ini jauh dari sempurna, masih terdapat kekurangan
disana-sini. Oleh karena itu koreksi dan saran membangun dari
para pembaca sangat diharapkan, demi penyempurnaan pada
penerbitan berikutnya. Semoga buku ini bermanfaat, amin.

Yogyakarta, Oktober 2009

Penyusun
3
Pengantar Teknik Listrik

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 MUATAN DAN ARUS LISTRIK 1
1.2 STANDARISASI DAN PERATURAN 8
1.2.1 Standarisasi 8
1.2.2 Peraturan 9
1.3 PENGUJIAN PERALATAN LISTRIK 10
1.4 SIMBUL, GRAFIK, DAN DIAGRAM SKEMATIK 11
BAB II HUKUM OHM DAN DAYA 15
BAB III RANGKAIAN RESISTOR, KAPASITOR, INDUKTOR
19
3.1 RESISTOR (R) 19
3.1.1 Hubungan Seri 20
3.1.2 Hubungan Paralel 24
3.2 Kondensator (C) 23
3.2.1 Pengisian dan Pembuangan Muatan pada Kondensator
24
3.2.2 Hubungan antar Kondensator 25
3.3 INDUKTOR (L) 26
3.4 PERHITUNGAN DALAM RANGKAIAN 27
BAB IV RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK 31
4.1 ARUS BOLAK BALIK PADA TAHANAN 31
4.2 ARUS BOLAK BALIK PADA INDUKTOR 32
4.3 ARUS BOLAK BALIK PADA KAPASITOR 35
BAB V RANGKAIAN TIGA FASA 40
5.1 HUBUNGAN BINTANG (Y) 40
5.2 HUBUNGAN DELTA () 42
5.3 KONVERSI HUBUNGAN Y- dan -Y 43
BAB VI MESIN-MESIN LISTRIK 45
4
Pengantar Teknik Listrik

6.1 TRANSFORMATOR 45
6.1.1 Prinsip Kerja Transformator 45
6.1.2 Transformator Tanpa Titik Beban 46
6.1.3 Transformator Berbeban 47
6.1.4 Kerja Paralel Transformator 48
6.1.5 Rugi-rugi dan Efisiensi Transformator 49
6.1.6 Transformator Tiga Fasa 50
6.2 MOTOR LISTRIK 51
6.2.1 Motor AC 52
6.2.2 Motor DC 58
6.3 GENERATOR 60
6.3.1 Generator DC 60
6.3.2 Generator AC 64
BAB VII PENGAMANAN MOTOR LISTRIK
7.1 PENGAMANAN TEGANGAN NOL
7.1.1 Pengamanan Tegangan Nol Dengan Penguncian
7.1.2 Pengamanan Tegangan Nol Sentral
7.2 PENGAMANAN ARUS IKUT DAN ARUS BALIK
7.3 PENGAMANAN MAKSIMUM THERMIS DAN
MAGNETIK
7.3.1 Sakelar Maksimum Tanpa Kelambatan
7.3.2 Sakelar Maksimum Dengan Kelambatan Yang Tidak
Tergantung Pada Arus
7.3.3 Sakelar Maksimum Dengan Kelambatan Yang
Tergantung Pada Arus
7.3.2 Sakelar Maksimum Dengan Kelambatan Yang
Tergantung Terbatas
7.4 PENGAMANAN DENGAN THERMOSTAT
7.5 PENGAWASAN PENGAMAN LEBUR
BAB VIII TINDAKAN-TINDAKAN PENGAMANAN
8.1 MENCEGAH TERSENTUHNYA BAGIAN-BAGIAN
INSTALASI YANG BERTEGANGAN
8.2 TEGANGAN AMAN
8.3 ISOLASI GANDA
8.4 HUBUNGAN KABEL FLEKSIBEL YANG AMAN
8.5 PENTANAHAN PENGAMAN
8.5.1 Tahanan Penyebaran
5
Pengantar Teknik Listrik

8.5.2 Jenis-jenis Elektrode Pentanahan


8.5.3 Bahan dan Ukuran Elektrode Pentanahan
8.5.4 Hantaran Pentanahan
8.6 SAKELAR ARUS BOCOR
DAFTAR PUSTAKA
Indeks
6
Pengantar Teknik Listrik

BAB I
PENDAHULUAN

Kelistrikan merupakan sesuatu yang biasa digunakan


sehari-hari dan biasanya kita tidak terlalu banyak memikirkan hal
tersebut. Kira-kira seabad yang lalu, hanya ada sedikit lampu
listrik dan tidak ada peralatan pemanas listrik, motor, radio, atau
televisi. Walaupun pemakaian praktis dan kelistrikan telah
dikembangkan khususnya pada abad keduapuluh, penelitian di
bidang kelistrikan mempunyai sejarah yang panjang. Pengamatan
terhadap gaya tarik listrik dapat ditelusuri sampai pada zaman
Yunani kuno. Orang-orang Yunani kuno telah mengamati bahwa
setelah batu amber digosok, batu tersebut akan menarik benda
kecil seperti jerami atau bulu. Kata “listrik berasal dari kata
Yunani untuk ambar yaitu elektron.
Pada bab ini, kita akan mengawali pelajaran kita mengenai
dasar-dasar ilmu listrik melalui suatu pembahasan singkat tentang
konsep muatan dan arus listrik, dilanjutkan sedikit tentang standar
dan konvensi dalam teknik listrik, serta bagaimana simbol-simbol
grafik dan diagram skematik yang biasa digunakan dalam teknik
listrik.

1.1 MUATAN DAN ARUS LISTRIK


Materi tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil
yang disebut atom. Atom terdiri atas partikel-partikel sub-atom
yang tersusun atas elektron, proton, dan neutron dalam berbagai
gabungan. Sebuah elektron adalah muatan negatif (-) listrik yang
paling mendasar. Elektron-elektron dalam cangkang terluar suatu
atom disebut elektron-elektron valensi. Apabila energi eksternal
seperti energi kalor, cahaya, atau listrik diberikan pada materi,
elektron-elektron valensinya akan meperoleh energi dan dapat
berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Jika energi yang
diberikan telah cukup, sebagian dari elektron-elektron valensi
terluar tadi akan meninggalkan atomnya dan statusnyapun berubah
7
Pengantar Teknik Listrik

sebagai elektron bebas. Gerakan-gerakan elektron bebas inilah


yang akan menjadi arus listrik dalam konduktor logam.
Sebagian atom kehilangan elektron dan sebagian atom
lainnya memperoleh elektron. Keadaan ini akan memungkinkan
terjadinya perpindahan elektron dari satu obyek ke obyek lain.
Apabila perpindahan ini terjadi, distribusi muatan positif dan
negatif dalam setiap obyek tidak sama lagi. Obyek dengan jumlah
elektron yang berlebih akan memiliki polaritas listrik negatif (-).
Obyek yang kekurangan elektron akan memiliki polaritas listrik
positif (+). Besaran muatan listrik ini ditentukan oleh jumlah
elektron dibandingkan dengan jumlah proton dalam suatu obyek.
Simbol untuk besaran muatan elektron ialah Q dan satuannya
adalah Coulomb (C). Muatan sebesar -1C = 6,25 x 1018 elektron.
Kemampuan muatan listrik untuk mengerahkan suatu gaya
dimungkinkan oleh keberadaan medan elektrostatik yang
mengelilingi obyek yang bermuatan tersebut. Medan elektrostatik
ini ditandai oleh garis-garis gaya yang ditarik di antara dua obyek
(Gambar 1-1). Jika satu elektron dilepas di titik A dalam medan
ini, elekron ini akan ditolak oleh muatan negatif dan ditarik oleh
muatan positif. Tanda panah dalam Gambar 1-1 menandakan arah
yang akan dilalui oleh elektron jika elektron tersebut berada dalam
daerah yang berbeda pada medan listrik tersebut.

Gambar 1.1 Segmen dari sebuah kawat penghantar arus

Gerak atau aliran elektron tersebut disebut arus listrik, yang


biasa disimbolkan dengan I. Satuan dasar dari arus ialah ampere
(A), yang didefinisikan sebagai suatu ampere arus adalah muatan
sebesar satu coulomb yang melewati sembarang titik pada suatu
8
Pengantar Teknik Listrik

konduktor selama satu detik (1 A = 1 C/det). Sehingga kalau kita


rumuskan menjadi sebagai berikut:

Q
I 1-1
t

Gambar 1.2 Arus Total

Mari kita misalkan suatu arus dalam kawat penghantar


berpenampang lintang A. Misalkan n adalah jumlah partikel-
partikel pembawa muatan bebas persatuan volume. Kita asumsikan
bahwa masing-masing partikel membawa muatan q dan bergerak
dengan kecepatan drift (alir)  d . Dalam waktu t semua partikel
dalam volume A d t , daerah yang diarsir pada Gambar 1-2
melewati elemen area (luasan) A. Jumlah partikel dalam volume
ini adalah nA d t , dan muatan totalnya adalah:

Q  qnA d t
Jadi arusnya adalah

Q
I  nqA d 1-2
t
9
Pengantar Teknik Listrik

Persamaan 1-2 dapat digunakan untuk memperoleh arus akibat


aliran semua jenis partikel bermuatan dengan menggantikan
kecepatan drift  d dengan kecepatan partikelnya.
Kita dapat mengambil suatu ide dari orde besarnya
kecepatan drift untuk elektron dalam kawat penghantar dengan
memasukkan harga besaran-besarannya yang khas ke dalam
persamaan 1-2
Suatu muatan listrik memiliki kemampuan untuk
melakukan kerja akibat tarikan atau tolakan yang disebabkan oleh
gaya medan elektrostatiknya. Kemampuan melakukan kerja ini
disebut potensial. Apabila satu muatan berbeda dari muatan
lainnya, d antara kedua muatan ini pasti terdapat beda potensial.
Penjumlahan beda potensial dalam medan elektrostatik ini diacu
sebagai gaya gerak listrik (ggl). Satuan dasar beda potensial ialah
volt. Karena satuan inilah, beda potensial V sering disebut voltase.

Contoh 1-1
Berapakah kecepatan drift (alir) elektron pada suatu kawat
tembaga (15 gauge) berjari-jari 0,815 mm yang dialiri arus 1 A?
Penyelesaian:
Jika kita asumsikan terdapat 1 elektron bebas per atom tembaga,
densitas elektron bebasnya sama dengan densitas atom na, yang
dihubungkan terhadap rapat massa ρ, bilangan Avogadro NA, dan
massa molar M dengan

N A
na 
M

Untuk tembaga, maka

(8,93 g/cm 3 )(6,02 x10 23 atom/mol)


na 
63,5 g/mol
 8,47 x10 22 atom/cm 3

Lalu, densitas elektronnya adalah


10
Pengantar Teknik Listrik

n  8,47 x10 22 elektron/c m 3  8,47 x10 28 elektron/m 3

Sehingga kecepatan driftnya menjadi


1 1 C/s
d  
Ane  (0,000815 m) (8,47 x10 28 m -3 )(1,6 x10 19 C)
2

 3,54 x10 5 m/s


Kita lihat kecepatan drift berorde 0,01 mm/s yang begitu kecil

Contoh 1-2
Jika arus sebesar 2 A mengalir melalui sebuah titik dalam
konduktor selama satu menit, berapa coulomb-kah muatan yang
lewat melalui konduktor tersebut?

Penyelesaian:
2 A sama dengan 2 coulomb per detik (C/det). Karena satu menit
sama dengan 60 detik, muatan sebesar 60x2=120 coulomb
melewati konduktor tersebut.

Gambar 1.3 Beda potensial di antara dua ujung kawat

Dalam konduktor, seperti kawat tembaga, elektron-elektron bebas


merupakan muatan yang dapat bergerak relatif mudah dengan
adanya suatu beda potensial (Gambar 1-3). Tegangan yang
diberikan baterai akan menciptakan aliran elektron dari titik
muatan negatif, -Q, di satu ujung kawat tersebut, yang bergerak
melalui kawatnya, dan kembali ke muatan positif, +Q, di ujung
lain. Tanda panah yang berupa garis penuh (Gambar 1-3)
11
Pengantar Teknik Listrik

menandakan arah arus sebagai aliran elektron. Arah muatan positif


yang berpindah, yang berlawanan dengan arus elektron, dianggap
sebagai aliran arus konvensional dan ditandai dengan tanda panah
garis putus-putus.
Dalam teknik listrik dasar, rangkaian umumnya dievaluasi
sebagai aliran konvensional dan definisi itulah yang digunakan
dalam buku ini.
Dua sumber energi yang paling lazim untuk listrik ialah
baterai dan generator. Sel kimia volta merupakan gabungan bahan
yang digunakan untuk mengkonversi energi kimia menjadi energi
listrik. Baterai terbentuk apabila dua atau lebih sel dihubungkan.
Reaksi kimia menghasilkan muatan-muatan yang berlawanan pada
dua logam yang berbeda, yang berfungsi sebagai terminal negatif
dan positif (Gambar 1-4)

Gambar 1-4 Sel kimia volt

Generator adalah mesin dimana induktansi elektromagnet


digunakan untuk menghasilkan tegangan dengan memutar
kumparan kawat melalui medan magnet stationer atau dengan
memutar kumparan medan magnet melalui kumparan kawat yang
stationer. Dewasa ini, generator paling banyak dipakai untuk
membangkitkan listrik.
Terdapat banyak sumber listrik lainnya, yang mencakup,
tetapi tidak hanya, energi temal, konversi magnetohidrodinamik
12
Pengantar Teknik Listrik

(MHD), pancaran termionik, sel surya, efek piezoelectric, efek


fotolistrik, dan termokoupel.
Arus searah (dc) adalah arus yang berpindah melalui
konduktor atau rangkaian hanya dalam satu arah.

Gambar 1-5 Bentuk gelombang

Aliran arus satu arah yang dihasilkan oleh sumber tegangan


arus searah (dc) yang tidak mengubah polaritas tegangan
keluarannya (Gambar 1-5).

Gambar 1.6 Bentuk gelombang tegangan dan arus ac


13
Pengantar Teknik Listrik

Sumber tegangan arus bolak-balik (ac) berbalik atau


berganti polaritas secara berkala. Arus yang terjadi juga berbalik
arah secara berkala (Gambar 1-6). Dalam aliran konvensional, arus
mengalir dari terminal psitif sumber tegangannya. Ketika sumber
tegangan ac berbalik polaritas, arus konvensionalnya mengalir dari
terminal negatif ke terminal positif.

1.2 STANDARISASI DAN PERATURAN

1.2.1 Standarisasi
Tujuan standarisasi ialah mencapai keseragaman, antara
lain mengenai:
a. ukuran, bentuk, dan mutu barang
b. cara menggambar dan cara kerja

Dengan makin rumitnya konstruksi dan makin meningkatnya


jumlah dan jenis barang yang dihasilkan, standarisasi menjadi
suatu keharusan.
Standarisasi membatasi jumlah jenis bahan dan barang,
sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan.
Standarisasi juga mengurangi pekerjaan tangan maupun
pekerjaan otak. Dengan tercapainya standarisasi, mesin-mesin dan
alat-alat dapat dipergunakan secara lebih baik dan lebih efisien,
sehingga dapat menurunkan harga pokok dan meningkakan mutu.
Dua organisasi internasional yang bergerak di bidang
standarisasi ialah:
a. “International Electritechnical Commission” (IEC) untuk
bidang teknik listrik, dan
b. “International Organization for Standardization”(ISO) untuk
bidang-bidang lainnya.

Sekretariat kedua organisasi ini berada di Geneva, dan mereka


bekerjasama dengan erat.
Organisasi-organisasi tersebut menerbitkan publikasi-
publikasi yang disebut standar atau norma. Untuk teknik listrik
dikenal norma-norma IEC. Norma-norma ini ditulis dalam dua
bahasa, yaitu bahasa Perancis dan bahasa Inggris.
14
Pengantar Teknik Listrik

IEC juga menerbitkan publikasi-publikasi bersama dengan


CEE (International Commission on Rules for the Approval of
Electrica Equipment). CEE ini suatu panitia international untuk
segi-segi keamanan peralatan listrik.
Perbedaan antara norma-norma nasional menghambat
perdagangan internasional. Untuk memecahkan persoalan ini di
bidang teknik listrik, Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) telah
membentuk suatu panitia yang disebut CENECOM (Comite
Europeen des Normes Electrique des Etats Membres de la
Communaute Economique Europeenne)
Di Indonesia telah dibentuk Badan Standarisasi Nasional
(BSN) dan Indonesia menjadi anggota IEC maupun ISO.
Sebelum BSN terbentuk maka standarisasi dilakukan oleh
beberapa departemen sesuai dengan bidangnya. Untuk bidang
teknik listrik dilaksanakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) dan Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN)

1.2.2 Peraturan
Pemasangan instalasi listrik terikat pada peraturan-
peraturan. Tujuan peraturan-peraturan ialah:
a. pengamanan manusia dan barang
b. penyediaan tenaga listrik yang aman dan efisien.

Dapat dipekirakan bahwa kebanyakan orang tidak ahli di bidang


listrik. Supaya listrik dapat digunakan dengan seaman mungkin,
maka syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan sangat ketat.
Peraturan instalasi listrik terdapat dalam buku Peraturan
Umum Instalasi Listrik (PUIL), yang secara periodik direncanakan
direvisi. Oleh karena itu semua instalasi baru, dan semua
perubahan, pembaharuan, atau perluasan instalasi, harus memenuhi
PUIL yang berlaku.
15
Pengantar Teknik Listrik

1.3 PENGUJIAN PERALATAN LISTRIK


Di Indonesia peralatan listrik diuji oleh suatu lembaga dari
PLN, yaitu Pusat Penyelidikan Masalah Kelistrikan, disingkat
(LMK).
Peralatan listrik yang mutunya diawasi oleh LMK dan telah
disetujui, dizinkan untuk memakai tanda persetujuan LMK
(Gambar 1-7).

Gambar 1.7 LMK

Pada kabel yang berselubung bahan termoplastik, misalnya


berselubung PVC, tanda persetujuan ini dibuat timbul dan
diletakkan pada selubung luar kabel. Cara ini sulit dilaksanakan
untuk kabel-kabel ukuran kecil, misalnya NYA ukuran kecil.
Untuk kabel-kabel demikian digunakan kartu sebagai tanda
persetujuan LMK (Gambar 1-8)

Gambar 1.8 LMK dan KEMA KEUR


16
Pengantar Teknik Listrik

1.4 SIMBOL, GRAFIK, DAN DIAGRAM SKEMATIK

Sebuah rangkaian listrik sederhana ditunjukkan dalam


bentuk lukisan pada Gambar 1-9a. Rangkaian yang sama digambar
dalam bentuk skematik dalam Gambar 1-9b.

Gambar 1.9 Rangkaian lampu sederhana

Diagram skematik adalah cara yang ringkas untuk menyajikan


suatu rangkaian listrik. Rangkaian-rangkaian biasanya disajikan
dalam bentuk simbolis ini.
Sebagian simbol grafik standar untuk komponen listrik
yang lazim digunakan diberikan pada Gambar 1-10.
17
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 1.10 Simbol Rangkaian Standar

Contoh-contoh simbol huruf yang lazim digunakan untuk


menandai berbagai komponen rangkaian diberikan dalam Tabel 1-
1
18
Pengantar Teknik Listrik

Tabel 1-1 Contoh-contoh simbol huruf komponen rangkaian

Komponen Huruf Contoh


Resistor R R3, 120 kΩ
Kapasitor C C5, 20 pF
Induktor L L1, 25 mH
Penyearah (logam CR CR2
atau kristal
Transformator T T2
Transistor Q Q2
Tabung V V3, Penguat IF pertama
6AU6
Jek (Jack) J J1

Sebuah diagram skematik radio dua-transistor ditunjukkan


pada Gambar 1-11. Penggunaan diagram ini memungkinkan kita
untuk menurut operasi rangkaian ini, dari sinyal masukan di antena
hingga sinyal keluaran di kepala telepon, yang ditunjukkan di sini.

Gambar 1.11 Skematik radio dua-transistor

Perhatikan bahwa tulisan subskrip digunakan untuk


membedakan berbagai resistor, kapasitor, dll. Perhatikan juga
19
Pengantar Teknik Listrik

bahwa diagram skematik ini tidak menunjukkan tempat fisik


komponen-komponen dimaksud.
Alat grafis lain yang juga sangat bermanfaat ialah diagram
blok. Diagram blok digunakan untuk menunjukkan hubungan
antara berbagai kelompok komponen atau tahapan dalam operasi
sebuah rangkaian.
Gambar 1-12 menunjukkan contoh sebuah diagram blok
yang memberikan jalur sinyal rangkaian radio. Diagram blok ini
tidak memberikan informasi tentang komponen atau hubungan
kawat tertentu. Diagram ini terbatas penggunaannya tetapi dapat
memberikan suatu cara sederhana untuk menggambarkan
rangkaian.

Gambar 1.12 Diagram blok rangkaian penerima radio


20
Pengantar Teknik Listrik

BAB II
HUKUM OHM DAN DAYA

Dalam praktek, rangkaian listrik yang digunakan memiliki


sedikitnya empat bagian, seperti terlihat pada Gambar 2.1. Bagian-
bagian itu adalah:
1. Sumber gaya gerak listrik (ggl)
2. Konduktor
3. Beban
4. Cara-cara pengendalian

Gambar 2.1 Rangkaian tertutup

Sumber ggl lazimnya baterai atau generator. Konduktornya


berupa kawat yang memberikan resistansi rendah pada arus.
Resistor beban mewakili sembarang alat yang menggunakan energi
listrik. Alat pengendali dapat berupa saklar atau alat pelindung,
seperti sekering, pemutus arus, dll.
Dalam Gambar 2.1 dinamakan rangkaian tertutup yaitu
rangkaian untuk jalur arus yang tak terputus, dari sumber ggl,
mengalir melalui beban, dan kembali ke sumbernya. Sedang yang
dimaksud rangkaian terbuka adalah jika tidak ada jalur tertutup
bagi arus untuk dapat kembali ke sumbernya.
Simbol ground (tanah) sering digunakan untuk menujukkan
bahwa sejumlah kawat dihubungkan dengan titik sekutu dalam
suatu rangkaian. Sebagai contoh, pada Gambar 2.2a, konduktor-
konduktornya ditunjukkan membuat suatu rangkaian tak berujung.
21
Pengantar Teknik Listrik

Pada Gambar 2.2b, rangkaian yang sama ditunjukkan dengan dua


simbol tanah G1 dan G2. Dilihat dari segi kelistrikan, kedua
skematik ini menyajikan rangkaian yang sama.

Gambar 2.2 Rangkaian tertutup (a) dan (b)

Hukum Ohm mendefinisikan hubungan antara arus (I),


tegangan (V), dan resistensi (R). Terdapat tiga cara untuk
menyatakan hukum Ohm ini secara matematis.
1. Arus dalam suatu rangkaian sama dengan tegangan yang
diberikan pada rangkaian tersebut dibagi dengan resistensi
rangkaian bersangkutan:

V
I 2-1
R

2. Resistensi suatu rangkaian sama dengan tegangan yang


diberikan pada rangkaian tersebut dibagi dengan arus yang
mengalir dalam rangkaan bersangkutan:
V
R 2-2
I

3. Tegangan yang diberikan pada suatu rangkaian sama dengan


hasil-kali arus dan resistensi rangkaian tersebut:

V  IxR 2-3

Di mana I  arus, A; R  resistensi , ; dan V  tegangan . Jika


anda mengetahui dua dari ketiga besaran V , I , dan R, Anda
akan dapat menghitung yang ketiga.
22
Pengantar Teknik Listrik

Contoh
Sebuah lampu listrik menarik arus 1,0 A ketika beroperasi pada
rangkaian 120 V dc. Berapakah resistensi lampu listrik tersebut?
Penyelesaian:
Langkah pertama ialah membuat diagram skematiknya, dengan
memberi nama bagian-bagiannya dan menunjukkan nilai-nilai
yang telah diketahui (Gambar 2.3)

Gambar 2.3 Skematik

Karana I dan V diketahui, kita menggunakan persamaan (2-2)


untuk mencari nilai R ini.

V 120
R   120 
I 1

Daya listrik yang digunakan dalam sembarang bagian dalam


rangkaian ini sama dengan arus pada bagian dimaksud dikalikan
dengan tegangan di antara bagian rangkaian tersebut.

P  VI (2-4)

Satuan daya ialah watt(W). Hukum Ohm dapat digunakan untuk


menjabarkan bentuk-bentuk Pers. 2-4 lainnya. Dengan
menggunakan Pers. 2-1
P  VI  ( IR) I  I 2 R

Dengan menggunakan pers. 2-3


23
Pengantar Teknik Listrik

V  V
2
P  VI  V    (2-5)
R R

Contoh
Jika tegangan pada resistor 25.000 Ω (25 k Ω) besarnya 500 V,
berapakah daya yang dikonsumsi oleh resistor tersebut?
Penyelesaian
Karena R dan V diketahui, gunakanlah pers. 2-5 untuk mencari P
V 2 500 
2
P   10 W
R 25.000
Motor adalah alat berupa poros berputar yang
mengkonversi daya listrik menjadi daya mekanis. Daya listrik yang
dipasok untuk sebuah motor diukur dalam watt; daya mekanis
yang dihasilkan motor diukur dalam daya kuda (dk). Satu daya
kuda ekivalen dengan 746 W daya listrik.
Energi dan kerja dinyatakan dalam satuan yang identik.
Daya dalah laju sesuatu dalam melakukan kerja (W). Joule (J)
merupakan satuan praktis dasar untuk kerja dan energi. Satu watt
sama dengan satu joule per detik. Kilowatt-jam merupakan satuan
yang lazim digunakan untuk energi atau kerja yang besar.
Besarnya kWj ini tiada lain hanyalah berupa hasil-kali kilowatt
dengan jam.

W
P ; dimana t adalah waktu.
t
1 watt = 1 joule / detik
1 kW-j = 1.000 W-j
= 1.000 x 3.600 watt.det.
= 3,6 x 106 J
= 3,6 Mj
24
Pengantar Teknik Listrik

BAB III
RANGKAIAN
RESISTOR, KAPASITOR, INDUKTOR

Komponen-komponen rangkaian listrik terdiri dari


komponen pasif dan komponen aktif. Yang termasuk komponen
pasif antara lain: resistor (R), kapasitor (C), induktor (L). Sedang
yang termasuk komponen aktif antara lain: sumber tegangan
(voltage source), sumber arus (current source), dioda, transistor,
SCR, IC, mikroprosesor dan lain lain.

3.1. RESISTOR (R)


Adalah suatu alat atau komponen yang digunakan untuk
melawan arus listrik sehingga besar arus yang mengalir dapat
diperkecil. Bila arus mengalir melalui suatu penghantar maka arus
listrik akan mendapat hambatan atau tahanan atau resistansi.
Resistor tetap didesain untuk memiliki nilai resistansi tunggal
berdasarkan nilai toleransi yang diberikan. Dua jenis utama resistor
tetap ialah komposisi-karbon dan belian-kawat, sedangkan resistor
variabel disebut potensiometer atau rheostat.
Tahanan kawat penghantar diketahui sebanding dengan
panjang kawat dan berbanding terbalik dengan luas penampang
lintang.

L
R (3-1)
A

Di mana konstanta kesebandingan  disebut resistivitas material


penghantar. Satuan resistivitas ohm meter (Ω.m)

Contoh:
Suatu kawat nikhrom (resistivitas 10-6 Ω.m) memiliki jari-jari 0,65
mm. Berapakah panjang kawat yang dibutuhkan untuk
memperoleh resistansi 2,0 Ω?
25
Pengantar Teknik Listrik

Penyelesaian:
Luas penampang lintang kawat ini adalah:

A  r 2  (3,14)(6,5x10 4 m) 2  1,33x10 6

Dari persamaan 3-1, kita dapatkan

RA (2)(1,33x10 6 m 2 )
L   2,66 m
 10 6 .m

Resistor (lihat Gambar 3.1) dapat dihubung seri (deret),


paralel (jajar) serta gabungan antara seri dan paralel.

Gambar 3. 1. Simbol resistor

3.1.1 Hubungan Seri

1) Jika dua atau lebih resistor dihubung seri/deret maka lihat


contoh Gambar 3.2,
RT =R1 + R2 + R3 = 1750 
2) Jika dua atau lebih resistor diberi tegangan V, maka tegangan
akan dibagi menjadi sebanding resistansinya, lihat Gambar 3.2.

Gambar 3. 2. : Pembagian tegangan pada resistor


Sehingga:
26
Pengantar Teknik Listrik

Ri
Vi  VT
RT

Dimana Vi = tegangan (jatuh tegangan) pada Ri; Ri = resistensi


dalam rangkaian seri; RT = resistensi total; VT = tegangan total
(tegangan sumber).

Contoh
Sebuah baterai 100 V dihubungkan secara seri dengan tiga resistor:
R1 = 20 ohm, R2 = 30 ohm, dan R3 = 50 ohm. Carilah tegangan
(jatuh tegangan) pada setiap resistornya!

Polaritas Jatuh Tegangan


Apabila terdapat jatuh tegangan pada sebuah resistansi, satu
ujungnya harus berada pada potensial yang lebih tinggi (positif)
daripada ujung lain (negatif).
Polaritas jatuh tegangan ditentukan dengan menggunakan
konvensi di mana ujung potensial yang lebih tinggi merupakan
tempat arus memasuki resistornya
Arah arus ialah melalui R1 dari titik A ke B (Gambar 3-2).
Tanda +/- diperuntukkan seperti yang ditunjukkan untuk
menandakan polaritasnya. Serupa halnya, titik C lebih positif
daripada titik D.

R1
27
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 3-3 Polaritas jatuh tegangan

Contoh
Aculah Gambar 3-3. sumber tegangan VT diberi baterai 95 V
tandailah jatuh tegangan dalam rangkaiannya. Carilah tegangan
pada titik-titik A, B, C, dan D terhadap tanahnya!

3.1.2 Hubungan Paralel


Jika dua resistor atau lebih dihubungkan paralel, maka nilai
tahanannya lebih kecil dan resistor yang terkecil, lihat Gambar 3.4

Gambar 3.4. Rangkaian paralel resistor

Bila pada rangkaian paralel diberi arus maka arus yang


lebih besar akan mengalir lewat resistor yang tahanannya lebih
kecil dan sebaliknya, lihat Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Pembagian arus pada resistor parallel


28
Pengantar Teknik Listrik

Dari Gambar 3.5 maka:

V V V
I T  I1  I 2  I 3   
R1 R2 R3

Contoh
Sebuah baterai 120 V dihubungkan secara paralel dengan tiga
resistor: R1 = 20 ohm, R2 = 30 ohm, dan R3 = 50 ohm, yang ketiga
resistor ini juga dihubungkan secara paralel. Carilah arus total yang
keluar dari baterai tersebut?

3.2 KONDENSATOR (C)


Kondensator disebut juga kapasitor, tersusun dari dua
keping logam yang di antaranya diberi bahan dielektrik. Nama
kondensator biasanya mengikuti nama bahan dilektriknya.
Kondensator menurut jenis tegangannya ada kondensator
AC dan kondensator DC. Di samping itu kondensator juga
dibedakan kondensator berpolaritas (dapat menyimpan arus DC
dan melewatkan AC) dan ada pula yang tidak berpolaritas, yaitu
meneruskan arus AC dengan frekuensi disesuaikan dengan
kapasitas dari kondensator tersebut
Kondensator mempunyai kapasitansi dengan satuan farad
(F) dan sebuah kondensator biasanya berorde mikro farad (F).
Kapasitansi C berasal dari rumus :

C = Q/V
Dimana:
C = kapasitas kondensator (F)
Q = muatan listrik (Coulomb)
V = tegangan antar keping-keping elektroda (V)

Manfaat kondensator dalam sistem kelistrikan ada bermacam-


macam antara lain:
29
Pengantar Teknik Listrik

1) Penyimpan listrik, misal untuk keperluan pengapian pada


lampu blitz
2) Menghubung singkat resistor terhadap arus bolak-balik
3) Penapisan (filter, misalnya pada crossover)
4) Penalaan (tuning frekuensi, misalnya penalaan pada radio)
5) Pengopelan sinyal dari satu sirkit ke sirkit lain
6) Pembangkit gelombang bukan sinus, misalnya bentuk kotak,
gigi gergaji, dsb

3.2.1 Pengisian dan Pembuangan Muatan Pada Kondensator


Jika sebuah kondensator (C) dideretkan dengan resistor,
lalu dihubungkan dengan catu daya, maka kondensator tersebut
akan diisi muatan listrik dengan waktu pengisian selama t sama
dengan RC detik. Bersamaan dengan bertambahnya muatan dalam
kondensator, arus pengisian akan mengecil, tegangan pada
kondensator naik terus sampai mencapai maksimum. Demikian
juga dengan pembuangan muatannya memerlukan waktu RC detik,
lihat Gambar 3.6, dalam pengertian ini penting untuk diperhatikan
bahwa RC mempunyai satuan detik bila C dalam farad dan R
dalam Ohm atau C dalam mikro farad dan R dalam mega ohm.

E t RC t
I e  I 0e 
R
Dimana:
I = arus yang masuk/keluar ke kapasitor setelah waktu t
mulai saat pengisian.
I0 = arus mula-mula masuk/keluar kapasitor
 = RC = konstanta waktu
30
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 3. 6 : Pengisian (charge) dan pembuangan (discharge)


muatan pada kondensator

3.2.2 Hubungan Antar Kondensator

1) Hubungan seri
a) Jika dua atau lebih kondensator dihubungkan seri/deret,
maka besar kapasitansi total menjadi lebih kecil dari
kapasitansi yang terkecil, lihat Gambar 3.7.

Gambar 3.7. : Hubungan seri/deret kapasitor


2). Hubungan paralel
Jika dua atau lebih kondensator dihubung paralel, maka harga
kapasitansinya menjadi besar, sebesar jumlah kapasitansi dari
seluruh kondensator. Lihat Gambar 3.8. CT =C1 + C2
Jika dua atau lebih kondensator dihubung paralel, kemudian
dialiri arus maka pada kondensator yang kecil arusnya juga
kecil. Jadi I C1 : IC2 = C1 : C2
31
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 3.8 Hubungan paralel kapasitor

3.3 INDUKTOR (L)


Induktor dibuat dari gulungan kawat email, disebut juga
lilitan, spul (spoel), winding dan sebagainya. Induktor banyak
digunakan dalam bidang elektronika dan peralatan yang
menggunakan kumparan antara lain :
a. Trafo frekuensi rendah (input dan output trafo)
b. Trafo frekuensi menengah (MF = Middle Frequency)
c. Trafo frekuensi tinggi (spul antena, spul oscillator)
d. Gulungan bicara (mike, speaker)
e. Gulungan relay
f. Saringan (filter) frekuensi (RFC = Radio Frequency Choke)
g. Kumparan motor atau dynamo, dsb

Jika gulungan kawat dilalui arus DC, akan bersifat resistif


(tahanan) dan membangkitkan gaya magnet (percobaan Faraday).
Gulungan kawat bila dilalui arus AC disebut induktor bersifat
induktif dan mempunyai induktansi dengan satuan henry. Besarnya
tahanan DC pada induktor sesuai dengan persamaan R = . L/A
dengan : tahanan jenis kawat (ohm/mm2), L : panjang kawat (m)
dan A : luas penampang kawat (mm2)
Besarnya induktansi dari sebuah gulungan kawat
tergantung pada konfigurasinya, yang terdiri dari diameter kawat,
diameter gulungan, jarak antar kawat, jenis bahan intinya dan lain-
lain sehingga sulit untuk dihitung secara matematis.
32
Pengantar Teknik Listrik

3.4. PERHITUNGAN DALAM RANGKAIAN


Perhitungan dalam rangkaian listrik didasarkan pada
hukum Kirchoff baik untuk arus maupun tegangan. Dalam hukum
Kirchoff tentang arus diterangkan bahwa arus total yang mengalir
ke arah suatu titik sama dengan arus yang keluar dari titik tersebut.
Sedangkan dalam hukum Kirchoff tentang tegangan dijelaskan
bahwa jumlah tegangan pada rangkaian tertutup sama dengan nol.

Gambar 3.9. Contoh rangkaian untuk hukum Kirchoff tentang


arus dan tegangan

Misalkan I1 adalah arus keluar dari titik Q = 2 A dan I 2 arus keluar


dari titik R = 8 A, maka arus I3 yaitu pada titik P adalah sebesar

V4
R R
I
1 4

V1
V3

R V2 R
2 3
Gambar 3.10 Persamaan dalam kalang tertutup dengan
menggunakan hukum Kirchoff
33
Pengantar Teknik Listrik

I1 + I2 + I3 = 0
I3 = - I1 - I2 = - 2 – 8 = -10 A, atau sebesar 10 A dengan arah
kebalikan atau masuk ke titik P.
Jadi
1). I1 = IB - IY = 2 A
2). I2 = IY – IR = 8 A

I3 karena arahnya masuk atau terbalik maka - I3 = IR - IB = - 10 A


Dengan menggunakan hukum kirchoff tegangan untuk kalang
tertutup PQR berlaku :

3). IB RB + IYRY + IR RR = 0

Misalkan besarnya RB = 2 , RY = 4  dan RR = 6 , maka dari


persamaan 3)

2 IB + 4 IY + 6 IR = 0

Dari ke 3 persamaan tersebut adapat dihitung besar dan arah dari


arus IB, IY dan IR
Dalam perhitungan seperti tersebut di atas perlu diperhatikan
bahwa dalam kalang tertutup polaritas jatuh tegangan mengikuti
arah arusnya
Telah diterangkan dalam mesin dinamik elementer bahwa
energi tidak dapat diciptakan dan dihilangkan begitu saja, tetapi
berubah menjadi bentuk lain. Maka dari itu dalam perhitungan
daya-daya dalam kalang tetutup akan berlaku bahwa daya total
yang dikeluarkan oleh sumber akan sama dengan daya total yang
diterima oleh beban. Dengan melihat contoh pada Gambar 3.10.
Maka persamaan dalam kalang tertutup dengan menggunakan
hukum Kirchoff tegangan adalah:

I R1 + V4 + I R4 - V3 + I R3 - V2 + I R2 - V1 = 0
34
Pengantar Teknik Listrik

Misalkan:
V1 = 3 V, V2 = 6 V, V3 = 9 V dan V4 = 24 V; R1 = 2 , R2 = 4 ,
R3 -= 8  dan R4 = 10 
serta arah arus seperti pada gambar, maka:

I .2 + 24 + I 10 – 6 + I. 8 - 9 + I. 4 - 3 = 0
24 I + 6 = 0
I = - 0,25 A (arah arus terbalik)

Besarnya daya yang dikeluarkan oleh sumber adalah V x I, maka


P1 = - 3 x 0,25 = - 0,75 W
P2 = - 6 x 0,25 = - 1,5 W
P3 = - 9 x 0,25 = - 2,25 W
P4 = - 24 x 0,25 = 6 W

Jadi jumlah daya yang dikeluarkan oleh sumber tegangan adalah


(6 – 2,25 – 1,5 – 0,75) = 1,5 W.

Jumlah daya tersebut juga dapat dihitung dari


 V x I = (24 – 9 – 6 – 3) x 0,25= 6 x 0,25 = 1,5 W

Sedangkan daya yang diserap oleh tahanan R adalah I 2R, sehingga


PR1 = (0,25)2 x R1 = 0,0625 x 2 = 0,1250 W
PR2 = (0,25)2 x R2 = 0,0625 x 4 = 0,2500 W
PR3 = (0,25)2 x R3 = 0,0625 x 8 = 0,500W
PR4 = (0,25)2 x R4 = 0,0625 x 10 = 0,625W

Dan bila daya yang diserap oleh beban R ini dijumlahkan maka
akan sama dengan daya total yang dikeluarkan oleh sumber
sebesar 1,5 W
35
Pengantar Teknik Listrik

BAB IV
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK

4.1. ARUS BOLAK-BALIK PADA TAHANAN


Anggaplah sebuah rangkaian yang terdiri dari tahanan R
dihubungkan pada terminal generator A, lihat Gambar 1.10,
dimana generator memberikan tegangan bolak-balik.
Bila tegangan sesaat v (t) = Vm sin t, maka pada
rangkaian tersebut mengalir arus sebesar :
i(t) = v(t)/R = (Vm Sin t)/R = (Vm/R) Sin t
dengan i (t) arus sesaat (A), Vm tegangan maksimum (volt) dan R
resistansi ()

Gambar 4.1
Rangkaian resistansi

Karena i(t) = Im Sin t maka i(t) = Im Sin t = (Vm/R) Sin t


Bila Sin t =1, maka arus i(t) akan menjadi maksimum.I m dan I m
= (Vm/R)
Jadi jelas bahwa arus berbanding lurus dengan
tegangannya, sehingga bentuk gelombang dari arus sama seperti
bentuk gelombang tegangan. Dari persamaan ini didapatkan bahwa
beda fasa antara arus dan tegangan adalah nol. Hubungan tersebut
dilukiskan dalam Gambar 4.2.
Karena harga efektif untuk gelombang sinusoida adalah
0,707 kali harga maksimum- nya, maka tegangan efektif Vef = V =
0,707.Vm dan arus efektif Ief = I = 0,707.Im
36
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 4. 2.
Hubungan antara arus
dan tegangan pada
rangkaian resistansi

Jadi persamaan dapat dituliskan dalam bentuk fasor, yaitu


Tegangan efektif : V ef = V < 0O
Arus efektif : I ef = I < 0O
Perbandingan tegangan dan arus dalam rangkaian arus bolak-balik
disebut impedansi (Z) yang besarnya Z = R = V/I
Terlihat bahwa pada rangkaian resistansi, besar daya P = (Vm Im/2)
watt adalah tetap

4.2. ARUS BOLAK-BALIK PADA INDUKTOR


Bila sebuah induktor dengan induktansi L Henry dan
resistansinya diabaikan, dihubungkan dengan sumber tegangan
AC, maka kumparan tersebut akan menghasilkan ggl. Ggl ini
setiap saat selalu berlawanan dengan naiknya atau turunnya arus
yang melalui induktor tersebut. Bila selama waktu dt detik, arus
yang mengalir berubah di ampere, maka harga sesaat ggl yang
diinduksikan pada induktor tersebut adalah e (t) = - L di/dt
Dengan demikian tegangan yang dipakai (dari sumber)
harus dapat mengatasi ggl induksi e (t) atau tegangan jatuh pada
kumparan harus sama dengan ggl pada induktor. Karena resistansi
pada rangkaian diabaikan maka
v = - e = L di/dt
Karena v (t) = Vm Sin t
maka v (t) = Vm Sin t = L di/dt atau
di = (Vm/L)(Sin t)(dt)
37
Pengantar Teknik Listrik

Dengan integrasi dari ke dua sisi diperoleh


i(t) = (Vm/L) Sin t t
= (Vm/L)(- Cos t)
= (Vm/L)(Sin t - 90o)

Jadi arus yang mengalir pada induktor yang resistansinya


diabaikan, tertinggal 90° terhadap tegangan yang dipakai.
Sedangkan besarnya Z pada rangkaian induktif adalah
ZL = (V<0)/(I< - 90O)
= (L I < 0 )/ (I< - 90O)
= (L < 90O) = j (L)

Gambar 4.3.
Rangkaian induktif

Gambar 4.4.
Bentuk arus dan
tegangan pada
rangkaian induktif

Besaran Z disebut reaktansi induktif dengan simbol X L


satuannya Ohm (), besarnya adalah XL= L (). Reaktansi
induktif berbanding lurus terhadap frekuensi XL= L= 2fL,
38
Pengantar Teknik Listrik

sedangkan arus yang mengalir padanya berbanding terbalik dengan


frekuensinya.
Diagram fasor untuk rangkaian induktif dilukiskan dalam
Gambar 4.4, dimana E merupakan harga efektif ggl yang
diinduksikan dalam rangkaian, sedangkan V adalah harga efektif
dari tegangan sumber. Besarnya E dan V adalah sama akan tetapi
saling berlawanan.

Gambar 4.5. : Variasi frekuensi terhadap arus dan diagram fasor


pada rangkaian induktif

Daya pada induktor dihitung sebagai berikut


a. Daya sesaat
p (t) = v(t) . i(t)
= Vm Sin t . Im Sin (t - 90)
= - Vm Im Sin t Cos t
= - (Vm Im /2) Sin 2t
Daya sesaat maksimum adalah (Vm Im /2)
b. Daya rata-rata untuk satu periode penuh (0 - 2)
p (T) = - (Vm Im /2)  Sin 2t dt
=0
Ini berarti bahwa daya rata-rata pada induktor pada satu perioda
atau pada seluruh perioda adalah selalu nol atau dengan kata lain
tidak ada daya yang diserap pada rangkaian.
39
Pengantar Teknik Listrik

Bentuk gelombang arus, tegangan dan daya tersebut


ditunjukkan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 :
Hubungan arus,
tegangan dan daya
pada rangkaian
induktor

4.3. ARUS BOLAK-BALIK PADA KAPASITOR


Bila tegangan AC dikenakan pada kapasitor, maka
pertama-tama akan terjadi pengisian muatan pada satu arah
namun kemudian pada setengah perioda lagi pengisian pada arah
sebaliknya. Sehingga bila pada suatu saat beda potensial pada
kapasitor adalah v (t) = Vm Sin t, dan besarnya muatan pada
kapasitor adalah q (coulomb), maka ; q = c.v dimana c adalah
kapasitansi (F).
Besarnya arus yang melewati kapasitor adalah : i = dq/dt
Bila selama perubahan waktu dt (detik), tegangan yang
dipakai oleh kapasitor adalah dv (volt), besarnya arus sesaat adalah

i (t) = C. dv/dt = (C) - d/dt (Vm Sin t)


= C (Vm) Cos t
= C (Vm) Sin (t + 90 )
dimana Im = = C (Vm)

Bila harga efektif arus dan tegangan dalam rangkaian


adalah I dan V, persamaan di atas dapat kita tuliskan dalam bentuk
fasor I < 90° dan V < 0°, sehingga besarnya hambatan yang terjadi
dalam rangkaian kapasitif adalah :
40
Pengantar Teknik Listrik

ZC = (V<0)/(IC < 90O)


= (V<0)/(C < 90O)
= 1/C < - 90O)
= - j (1/C)

Besaran Z dalam hal ini disebut reaktansi kapasitif Xc dalam


satuan Ohm dan XC = (1/C)

Gambar 4.7 : Rangkaian dan bentuk gelombang arus dan tegangan


pada rangkaian kapasilif

Reaktansi kapasitif berbanding terbalik dengan frekuensi


Xc = 1/C = 1/(2fC), sedang arus yang mengalir dalam rangkaian
berbanding lurus dengan frekuensinya. I = V. C = V. (2fC)
41
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 4.8. : Variasi reaktansi dan arus terhadap frekuensi dan


diagram fasor pada rangkaian kapasitif

Daya pada kapasitor dapat dihitung sebagai berikut :


a. Daya sesaat :
p = v. i
= Vm Sin t . Im Sin (t + 90)
= Vm ImSin t Cos t
= (Vm Im /2) Sin 2t
Daya sesaat maksimum adalah (V m Im /2)
b. Daya rata-rata untuk satu periode penuh (0 - 2)
p = (Vm Im /2)  Sin 2t dt = 0

Gambar 4. 9 Gelombang daya rangkaian kapasitif


42
Pengantar Teknik Listrik

Contoh
Suatu resistor 10 (kapassitor 100 (F dan induktor 0,15 H
dihubungkan secara seri pada satu daya 230 V, 50 Hz. Hitunglah
1). impedansi total rangkaian Zt
2). arus yang mengalir pada rangkaian
3). beda potensial pada tiap komponen
4). faktor daya (Cos () total rangakian
5). daya total

10 
100 F 0,15 H

230 V, 50 Hz

Jawab :
XL = (L = 2(fL= 2 x 3,14 x 50 x 0,15 = 47,1 (XC = 1/(C = 1/2(fC= 1/(2 x 3,14 x
50 x 100. 10-6) = 31,83

1). (Zt )2 = R2 + (XL - XC) 2 = 102 + (47,1 – 31,83) 2 = 334,2


Zt = 18,28
2). Arus I = V/Z = 230/18,28 = 12,58 A
3). Tegangan pada R = VR = I x R = 12,58 x 10 = 125,8 V

Tegangan pada C = VC = I x X C = 12,58 x 31,83 = 400 V


Tegangan pada L = VL = I x X L = 12,58 x 47,1 = 592,5 V
Jumlah tegangan dari ke tiga faktor tersebut bila dijumlahkan
secara fasor akan sama dengan 230 V.

4). Faktor daya tertinggal Cos  = 125,8/230 = 0,545


5). Daya total P=VxI xCos =230 x 12,58 x 0,545 = 1.576,9 W
Q=VxI x Sin =230 x 12,58 x{Sin(Cos-10,545)}=2.425,93 VAR
S = V x I = 230 x 12,58 = 2.893,4 VA
43
Pengantar Teknik Listrik

Dari segitiga daya juga diketahui (VA)2 = (W)2 + (VAR)2

V
L
Vt V
VL V
A
- A
VC  R 
V W
R
V
C
44
Pengantar Teknik Listrik

BAB V
RANGKAIAN TIGA FASA
Dalam rangkaian fasa banyak atau sering disebut rangkaian
3 fasa dikenal 2 jenis hubungan, yaitu hubungan bintang atau Y
dan hubungan delta atau 

5.1 HUBUNGAN BINTANG (Y)


Pada metoda ini kumparan dihubung bersama titik netral N.
Interkoneksi metode ini mempunyai 4 kawat, lihat Gambar 5.1
.

Gambar 5.1. : Rangkaian dan vektor hubungan bintang


45
Pengantar Teknik Listrik

Dalam keadaan beban seimbang IR+ IB + IY = 0


Kawat netral ini dapat digunakan untuk mensupply beban
seperti lampu dan sebagainya. Beda tegangan antara terminal (line)
dan netral disebut tegangan fasa, sedangkan beda potensial antara 2
line disebut tegangan line.

Tegangan dan arus dalam hubungan bintang (Y)


Tegangan yang diinduksikan di tiap belitan disebut
tegangan fasa dan arusnya disebut arus fasa.Tegangan antara 2
terminal disebut tegangan line (VL) dan arus yang mengalis di tiap
line disebut arus line (IL).
Dari Gambar 5.1, diperoleh persamaan : ER = EB = EY = Eph
Tegangan line VRY antara line 1 dan 2 merupakan beda
vektor antara ER dan EY. Tegangan line VYB antara line 2 dan 3
merupakan beda vektor antara EY dan EB. Tegangan line VBR
antara line 3 dan 1 merupakan beda vektor antara E B dan ER.
VRY = 2 x Eph x Cos (60O/2) = 2 x Eph x Cos (30O) = 2 x Eph x
(1/2 3 ) = Eph 3
Dengan cara yang sama diperoleh VYB = Eph 3 , dan VBR = Eph 3
dan VRY = VYB = VBR = VLL = Eph 3
Jadi dalam hubungan bintang tegangan line sama dengan 3 kali
tegangan fasa. Dari gambar juga dapat diketahui bahwa dalam
hubungan bintang arus line sama dengan arus fasa.
Arus pada line 1=IR , arus pada line 2=IY, arus pada line 3 =IB
Karena IR = IY = IB = Iph , maka IL = Iph

Daya pada hubungan bintang


Daya total pada hubungan bintang dengan jumlah daya 3
fasa, diperoleh sebagai berikut
Daya total = 3 x daya fasa = 3 x Vph x Iph x Cos 
Dimana; sudut  merupakan sudut antara tegangan fasa dan arus
fasa dan bukan merupakan sudut antara tegangan line dan arus
line.
Vph = VL / 3 dan Iph = IL
Sehingga P=3x(VL/ 3 ) x IL x Cos  = 3 x VL x IL x Cos 
46
Pengantar Teknik Listrik

5.2 HUBUNGAN DELTA ()


Hubungan delta mempunyai gambar rangkaian tertutup
seperti diperlihatkan pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2. : Rangkaian dan vektor hubungan delta

Tegangan dan arus pada hubungan delta atau 


Pada hubungan delta, bila sistem seimbang maka jumlah
tegangan sama dengan nol dan tegangan line sama dengan
tegangan fasa. Bila urutan fasanya R-Y-B, maka arah positif dari R
ke Y ke B, sehingga VRY = VYB = VBR dan VLL = Vph
47
Pengantar Teknik Listrik

Rangkaian dan vektor hubungan delta arus line dan arus


fasa pada hubungan delta diperlihatkan pada Gambar 5.2.
Berdasarkan Gambar II.2 diketahui bahwa
a. Arus line berdeda fasa 120 O
b. Arus line 30O dibelakang arus fasa
c. Sudut antara arus line dan tegangan line adalah (30 O + ) serta
lagging.
Arus di setiap line merupakan beda vektor dari 2 fasa arus yang
mengalir pada line tersebut
Besarnya sudut antara IR dan IB adalah 60O dan IR = IY = IB = Iph
I1 =2xIphxCos(60O/2) =2 x IphxCos (30O)=2xIphx( 3 /2)= Iph 3
I2 = IY - IR = Iph 3
I3 = IB - IY = Iph 3
Atau I1 = I2 = I3 = Iph 3
Daya pada hubungan delta atau 
Daya per fasa P = Vph x Iph Cos 
Daya total = 3 x Vph x Iph Cos 
Vph = VL dan Iph = I1/ 3
Maka P = 3 x VL x I1 x Cos 
dengan  adalah sudut fasa antara tegangan dan arus

5.3 KONVERSI HUBUNGAN Y- dan -Y


Hubungan bintang dapat digantikan menjadi delta , begitu
juga sebaliknya. Dengan melihat gambar arus dan tegangannya
maka pada sistem Y, tegangan line = VL dan arus line IL dapat
dijadikan sistem delta dimana tegangan fasa = VL dan arus fasa
I1 / 3
Untuk beban terpasang hubungan bintang seimbang, maka
VL = tegangan line, IL = arus line dan ZL = impedansi line,
sehingga Vph = VL / 3 , Iph = IL dan ZY = (VL) / (IL/ 3 )
48
Pengantar Teknik Listrik

Pada beban terpasang delta, tegangan dan arus line


harganya sama seperti sistem bintang maka maka Vph = VL , Iph =
IL / 3
Gambar di bawah ini memperlihatkan konversi dari hubungan
delta-bintang dan sebaliknya

Gambar 5.3. Konversi hubungan delta-bintang dan bintang delta

a. Konversi delta ke bintang

RbRc RaRc RaRb


R1  R2  R3 
Ra  Rb  Rc Ra  Rb  Rc Ra  Rb  Rc

b. Konversi bintang ke delta


R1R 2  R 2 R3  R3R1 R1R 2  R 2 R3  R3R1 R1R 2  R 2 R3  R3R1
Ra  Rb  Rc 
R1 R2 R3
49
Pengantar Teknik Listrik

BAB VI
MESIN-MESIN LISTRIK

6.1. TRANSFORMATOR
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat
memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian
listnk ke rangkaian listrik yang lain melalui suatu gandengan
rnagnet berdasarkan prinsip induksi elektromagnet
Transformator digunakan secara luas baik dalam bidang
tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator
dalam bidang tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan yang
sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan misalnya kebutuhan
akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarak jauh.
Transformator yang digunakan dalam bidang tenaga listrik antara
lain transformator daya, distribusi dan transformator pengukuran
yang terdiri dari transformator arus dan tegangan
Dalam bidang elektronika, transformator digunakan antara
lain sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban, untuk
memisahkan satu rangkaian dari rangkaian yang lain, dan untuk
menghambat arus searah sambil tetap melakukan atau mengalirkan
arus bolak-balik antara rangkaian. Transformator yang digunakan
dalam bidang elektronika antara lain transformator dengan
frekuensi 50 -60 Hz, transformator dengan frekuensi pendengaran
20 -50 Hz, transformator dengan frekuensi radio di atas 30 Hz.
Kerja transformator berdasarkan induksi elektromagnet,
menghendaki adanya gandengan magnet antara rangkaian primer
dan sekunder. Gandengan magnet ini berupa inti besi tempat
melakukan fluks bersama
Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal 2
macam transformator yaitu tipe inti dan tipe cangkang.
50
Pengantar Teknik Listrik

6.1.1 Prinsip Kerja Transformator


Transformator adalah sebuah mesin yang dapat
memindahkan tenaga listrik dari satu belitan (primer) ke belitan
yang lainnya (sekunder).
Prinsip pemindahan tenaga listrik pada transformator
didasarkan pada teori Michael Faraday yang dikenal dengan teori
induksi elektromagnetik.
Dalam percobaan Faraday dijelaskan, pada sebuah inti besi
lunak yang tertutup, diberi belitan primer dan belitan sekunder, di
mana belitan primer dihubungkan dengan sumber listrik,
sedangkan belitan sekunder dihubungkan dengan beban listrik
(volt meter).

Gambar 6.1
Prinsip induksi
elektromagnetik

Bila saklar S diubah-ubah (ditutup dan dibuka) secara


berganti-ganti ternyata pada beban terdapat tegangan, sedangkan
bila saklar dibiarkan terbuka atau tertutup pada beban juga timbul
tegangan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila fluks
magnet () yang berubah-ubah yang dihasilkan dari tegangan yang
berubah-ubah, maka akan terjadi pemotongan belitan sekunder
oleh fluks magnet. Akibatnya pada belitan sekunder terbangkit
gaya gerak listrik (ggl) yang disebut tegangan listrik

6.1.2Transformator Tanpa Beban


51
Pengantar Teknik Listrik

Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan


dengan sumber tegangan sinusoidal V1, maka akan mengalir arus
primer Io yang juga berbentuk sinus. Dengan menganggap belitan
N1 reaktif murni, Io akan tertinggal 90° dari V1, lihat Gambar 6.2.
Arus primer Io menimbulkan fluks () yang sefasa dan juga
berbentuk sinusoidal.
=m Sin t
Fluks tersebut akan menghasilkan tegangan induksi e1 (hukum
Faraday
e1 = - N1 d/dt = - N1 d(m Sin t)/dt
= - N1  m Cos t
= - N1  m Sin (t – 90), tertinggal 90O dari 
Harga efektifnya adalah :
E1 = {N1 (2f) m }/V2 = 4,44 N1 f m
Pada rangkaian sekunder, fluks () bersama tadi menimbulkan ggl
di sekunder
e2 = - N2 d/dt = - N2  m Cos t
E2 = 4,44 N2f m
sehingga E1/E2 = N1/N2
Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks bocor, maka
E1/E2 = V1/V2 = N1/N2 = a
dengan a = perbandingan transformator
Dalam hal ini tegangan induksi E1 mempunyai kebesaran yang
sama tetapi berlawanan arah dengan tegangan sumber V 1.

6.1.3 Transformator Berbeban


Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban
ZL, I2 mengalir pada kumparan sekunder, dimana, I 2 = V2/ ZL
dengan 2 sebagai faktor beban, lihat Gambar 6.2.
52
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 6.2. :
Konstruksi sederhana
transformator berbeban

Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet


(ggm) N2I2 yang cenderung menentang fluks bersama yang telah
ada akibat arus pemagnetan IM. Agar fluks bersama ini tidak
berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus l'2,
yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I 2,
hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer
menjadi : I1 = Io – I12
Bila rugi besi diabaikan (Ic diabaikan) maka Io = IM, sehingga
Io = I M + I1 2
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang
dihasilkan oleh arus pemagnetan IM saja, berlaku persamaan
N1 IM = N1 I1 - N2 I2 = N1 (IM + I12 ) - N2 I2
Hingga N1 I12 = N2 I2
Karena nilai IM dianggap kecil maka I12 = I1
Sehingga N1 I1 = N2 I2 dan N1/N2 = I2/I1

6.1.4 Kerja Paralel Transformator


Pertambahan beban pada suatu saat menghendaki adanya
kerja paralel di antara transformator Tujuan utama kerja paralel
adalah agar beban yang dipikul sebanding dengan kemampuan
kVA masing-masing transformator, hingga tidak terjadi
pembebanan lebih dan pemanasan lebih.
53
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 6.3. : Rangkaian kerja paralel transformator

Untuk melakukan kerja parallel transformator perlu diperhatikan


beberapa hal
1. Perbandingan tegangan harus sama
Jika perbandigan tegangan tidak sama. Maka tegangan induksi
pada kumparan sekunder masing-masing transformator tidak
sama. Perbedaan ini akan terjadinya arus pusar pada kumparan
sekunder ketika transformator dibebani. Arus ini akan
menimbulkan panas pada kumparan sekunder.
2. Polaritas transformator harus sama
3. Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus sama
4. Perbandingan reaktansi terhadap tahanan sebaiknya harus sama
Apabila perbandingan R/X sama maka kedua transformator akan
bekerja pada faktor kerja yang sama

6.1.5 Rugi-rugi dan efisiensi transformator


Rugi-rugi pada transformator diperlihatkan pada Gambar
6.4. Dari blok diagram tersebut dapat diketahui bahwa daya masuk
ke transformtor diubah menjadi daya keluar dan rugi-rugi yang
terdiri dari
1. Rugi pada kumparan primer
2. Rugi pada inti (rugi histerisis dan arus eddy)
3. Rugi pada kumparan sekunder
54
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 6.4. : Rugi-rugi pada transformator


6.1.6 Transformator Tiga Fasa
Untuk melayani sistem 3 fasa dibuat transformator 3 fasa.
Transformator 3 fasa dapat disusun dari 3 buah transformator fasa
tunggal atau sebuah transformator 3 fasa. Transformator 3 fasa
digunakan karena pertimbangan ekonomi
Pada dasarnya transformator 3 fasa sama dengan
transformator 1 fasa, baik secara prinsip kerja maupun teori
dasarnya, yaitu bekerja atas dasar induksi elektromagnetik
Bila dibandingkan dengan 3 buah transformator fasa
tunggal, transformator 3 fasa mempunyai beberapa keunggulan di
antaranya ialah hemat dalam penggunaan bahan, harganya lebih
murah, tidak terlalu besar ukurannya sehingga dapat menghemat
tempat dan pada daya yang sama transformator 3 fasa mempunyai
berat yang lebih ringan. Sedangkan kelemahannya antara lain ialah
bila satu belitan cacat maka kedua belitan lainnya yang masih baik
menjadi tidak berguna lagi.

Karakteristik kerja transformator hubungan Y - Y


Jika tegangan antar fasa VL, maka tegangan setiap belitan
dalam sambungan Y adalah VL/V3. Berarti tegangan antar fasa 73
% lebih besar. Arus kumparan pada sambungan Y akan sama
besar dengan arus fasanya. Sedangkan untuk sambungan delta
55
Pengantar Teknik Listrik

adalah 1/ 3 nya atau 58 % lebih kecil. Oleh sebab itu


transformator sambungan Y-Y akan mempunyai jumlah belitan
yang lebih sedikit, tetapi penampang konduktornya lebih besar bila
dibandingkan dengan transformator sambungan delta. Pada
konstruksi yang lebih berat, belitannya secara mekanis harus lebih
tahan terhadap tekanan atau regangan yang mungkin timbul pada
saat terjadi hubung singkat. Karena tegangannya lebih rendah
maka kuat dielektrik bahan isolasinya dapat diturunkan atau dapat
lebih rendah. Dengan beberapa alasan tersebut di atas maka
transformator sambungan Y - Y mempunyai banyak keuntungan
yaitu apabila dimanfaatkan untuk menghubungkan sistem 3 fasa
pada tegangan yang lebih tinggi.

Karakteristik kerja transformator hubungan  - Y dan Y -


Transformator jenis ini banyak dipakai pada sistem
tegangan tinggi. Transformatur  - Y banyak digunakan untuk
menaikkan tegangan, sedangkan transformator Y -  untuk
menurunkan tegangan. Dengan sambungan Y pada sisi tegangan
tinggi dapat memungkinkan dibuatnya penahan titik netral
sehingga tegangan setiap fasa pada sisi Y tersebut dapat dibatasi
sehingga biaya untuk pembuatan belitan transfomator menjadi
lebih murah.

Auto trafo
Adalah transformator yang sebagian lilitan primernya
dipakai untuk lilitan sekunder. Dalam hal ini maka ada keuntungan
penghematan lilitan. Kerugiannya adalah adanya gandengan
induksi langsung antara primer dan sekunder sehingga tidak boleh
terjadi kesalahan dalam penyambungan

Trafo Arus
Trafo arus adalah trafo yang dipakai untuk mengukurv arus
yang besar. Dengan trafo tersebut, arus primer yang besar
diturunkan menjadi kecil sehingga dapat diukur dengan mudah.
Pada trafo arus berlaku rumus N1I1 = N2I2. Karena I2 < I1, maka N2
harus lebih besar dari pada N1
56
Pengantar Teknik Listrik

Trafo tegangan
Trafo tegangan adalah trafo yang dipakai untuk mengukur
v tegangan yang besar. Dengan trafo tersebut, maka tegangan
primer yang besar diturunkan menjadi kecil sehingga dapat diukur
dengan mudah. Pada trafo tegangan V2 < V1, maka N2 < N1

6.2. MOTOR LISTRIK


Motor listrik adalah suatu mesin atau peralatan yang
berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.
Seperti halnya generator, menurut sumber tegangannya dibedakan
menjadi 2 yaitu motor arus bolak balik (motor AC) dan motor arus
searah (motor DC). Bagian utama dari motor juga sama yaitu
bagian yang berputar disebut rotor dan bagian yang diam tidak
berputar disebut stator.

6.2.1 Motor AC
Motor AC banyak jenisnya, tetapi yang paling terkenal dan
paling luas digunakan adalah motor induksi atau motor asinkron.
Arus pada rotor bukan berasal dari sumber, tetapi merupakan arus
yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara
putaran rotor dengan kecepatan putar medan magnit (rotating
magnetic field) pada stator yang dihasilkan oleh arus stator dari
sumber.
Belitan stator yang dihubungkan dengan suatu sumber
tegangan akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan
kecepatan sinkron
Medan putar pada stator tersebut akan memotong
konduktor-konduktor pada rotor, sehingga terinduksi arus, dan
sesuai dengan hukum Lentz, rotor pun akan turut berputar
mengikuti medan putar stator karena mendapatkan gaya F dengan
arah sesuai dengan aturan tangan kiri dari FLEMING, lihat
pelajaran mesin dinamik elementer.
Perbedaan putaran relatif antara stator dan rotor disebut slip
(S). Dengan bertambahnya beban, akan memperbesar kopel motor,
57
Pengantar Teknik Listrik

yang oleh karenanya akan memperbesar pula arus induksi pada


rotor, sehingga S antara medan putar stator dan putaran rotor pun
akan bertambah besar. Jadi bila beban motor bertambah, putaran
rotor cenderung menurun dan S akan membesar. Jenis-jenis motor
induksi yaitu motor induksi dengan rotor belitan (rotor lilit) dan
motor induksi rotor sangkar (Squerrel cake rotor)

Prinsip kerja motor induksi


Putaran motor pada motor arus bolak-balik ditimbulkan
oleh adanya medan putar (fluks) yang dihasilkan dalam kumparan
statornya. Medan putar ini terjadi apabila kumparan stator
dihubungkan dalam fasa banyak, umumnya 3 fasa. Hubungan
dapat berupa delta atau bintang.
Apabila sumber tegangan dipasang pada kumparan stator
maka akan menimbulkan medan putar dengan kecepatan sinkron n s
= 120 f . Medan putar sator tersebut akan momotong batang
P
konduktor pada rotor. Akibatnya pada kumparan pada timbul
tegangan induksi (ggl) sebesar
E2s = 4.44 f2 N2 m
E2s tegangan induksi pada saat rotor berputar dengan slip S
Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup,
maka ggl (E) akan menghasilkan arus yang mengalir di dalam
lilitan rotor. Adanya arus tersebut di dalam medan magnet
menimbulkan gaya (F) pada rotor. Bila kopel mula yang dihasilkan
oleh gaya (F) pada rotor cukup besar untuk memikul kopel beban,
rotor akan berputar searah dengan medan putar stator.
Tegangan induksi timbul karena terpotongnya batang
konduktor (rotor) oleh medan putar stator. Artinya agar tegangan
terinduksi, diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan
medan putar stator (ns) dengan kecepatan berputar dari rotor (nr).
Bila nr = ns, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak
mengalir pada kumparan jangkar rotor, dengan demikian tidak
dihasilkan kopel. Kopel motor akan ditimbulkan bila nr < ns
Dilihat dan cara kerjanya, motor induksi disebut juga sebagai
motor tak serempak atau motor asinkron, karena putaran rotor
58
Pengantar Teknik Listrik

motor tidak sinkron sama besar dengan putaran medan putar dari
stator.

Slip
Slip adalah perbedaan antara kecepatan sinkron ns dan
kecepatan sebenarnya dari rotor motor nr disebut slip (S). Bila
dinyatakan dalam %:
S = (ns -nr)/ns x 100 %
Berubah-ubahnya kecepatan rotor (nr) mengakibatkan
berubahnya harga slip dari 100 % pada saat tanpa beban sampai 0
% pada saat motor diam atau start (nr = ns).
Besarnya slip dapat dinyatakan sebagai S = (ns - nr) yaitu
slip kecepatan (absolut).
Hubungan antara f'ekuensi dengan slip adalah sebagai
berikut
Bila f1 adalah frekuensi jala-jala

ns -= n1= (120 f1/P) atau f1 = (P n1)/120

Maka pada rotor berlakuk persamaan


f2 = P (n1- n2)/120
dengan f2 frekuensi arus rotor

f2 = P (n1- n2)/120 x (n1/n1) = (P n1)/120 x (n1- n2)/n1)


karena (P n1)/120 sama dengan f1 dan (n1- n2)/n1) sama dengan slip
s maka
f2 = s f1.
Pada saat start, kecepatan motor masih nol (n2 = 0) sehingga s = 1
atau 100 % sehingga f2 = f1
Dengan demikian terlihat bahwa pada saat start dan rotor
belum berputar, frekuensi pada rotor sama dengan frekuensi pada
stator. Dalam keadaan rotor berputar, frekuensi arus rotor
dipengaruhi oleh slip (f2 = s f1). Karena tegangan induksi dan
reaktansi kumparan rotor merupakan fungsi frekuensi, maka
harganya juga dipengaruhi oleh slip. Jadi
59
Pengantar Teknik Listrik

E2s = 4.44 f2 N2 m
= 4.44 (s f1 )N2 m
= s (4.44 f1 N2 m)
E2s = s E2
Dengan E2s = tegangan induksi pada belitan rotor saat motor
berputar dengan slip s
E2 = tegangan induksi pada belitan rotor saat motor diam

Daya pada motor induksi


Seperti halnya pada rangkaian ekuivalen transformator,
rangkaian ekuivalen dari motor induksi adalah seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 6.5. Dengan memperhatikan rangkaian
pada Gambar 6.5. diketahui bahwa daya-daya pada motor adalah
sebagai berikut
a. Daya pada stator :
Daya masuk ke motor melalui lilitan stator : P1 = V1I1 Cos 
Rugi lilitan stator : PR = (I1)2(R1)
Rugi inti besi stator : PFE = V1(I0)( Cos 0)
b. Daya pada rotor
Daya masuk masuk ke rotor terdapat pada celah antara stator dan
rotor:
Pin-rotor = E1I12 Cos  = : P0K = (I2a) 2{R2/S)}
Rugi lilitan rotor : PCU-rotor = (I12)2(R2)
Rugi inti besi rotor : PFE = E1(I02)(Cos 02)  0
1) Daya keluar rotor (daya mekanik pada rotor termasuk rugi
gesek dan angin), juga disebut sebagai daya keluar motor kotor
P2 = (I2a) 2 {R2( 1 – S)/S)}
2) Daya keluar motor bersih (BHP) sama dengan daya keluar
kotor dikurangi rugi daya tambahan (windage) yang besarnya
tergantung pada kondisi dari motor
Dari daya-daya tersebut dapat diturunkan rumus bahwa Pin-rotor :
PCU-rotor : POK = 1 : S : (1- S)
Bila digambarkan maka daya-daya pada motor AC adalah sebagai
berikut
60
Pengantar Teknik Listrik

rugi-rugi stator rugi-rugi rotor rugi-rugi tambahan

5
ROTOR JANGKAR POROS
STATOR

1
2 3 4

Gambar 6.5 : Blok diagram daya-daya pada motor AC


Keterangan :
1. Daya masuk ke motor melalui stator
2. Daya masuk ke rotor (sama dengan daya keluar dari stator,
adalah daya masuk ke stator dikurangi rugi-rugi lilitan dan
tembaga stator)
3. Daya keluar dari rotor (sama dengan daya masuk ke rotor
dikurangi rugi-rugi rotor yang terdiri dari rugi lilitan dan
tembaga dari rotor)
4. Daya pada jangkar yaitu daya keluar motor kotor (sama dengan
daya keluar rotor dikurangi rugi tambahan yang terdiri dari rugi
gesek angin, dan sesat)
5. Daya pada poros motor atau daya bersih keluar motor (sering
disebut dengan BHP atau Brake Horse Power)

Pengaturan Putaran
Motor induksi pada umumnya berputar dengan kecepatan
konstan, mendekati kecepatan sinkronnya. Meskipun demikian
pada penggunaan tertentu dikehendaki juga adanya pengaturan
putaran.
Pengaturan putaran motor induksi memerlukan biaya yang
cukup besar. Biasanya pengatuian ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara sesuai dengan rumus dari kecepatan putar motor n =
120 f , yaitu
P
61
Pengantar Teknik Listrik

a. Mengubah jumlah kutub motor P


b. Mengubah frekuensi sumber
c. Mengatur tegangan jala-jala
d. Mengatur tahanan luar.

Mengubah jumlah kutub motor


Karena n = 120 f , maka perubahan jumlah kutup (P)
P
akan mempengaruhi putaran. Jumlah kutub dapat diubah dengan
merencanakan kumparan stator sedemikian rupa sehingga dapat
menerima tegangan masuk pada posisi kumparan yang berbeda-
beda Biasanya diperoleh dua perubahan kecepatan sinkron yaitu
dengan mengubah kutub misalnya dari 2 menjadi 4.

Mengubah frekuensi jala-jala


Pengaturan putaran motor induksi dapat dilakukan dengan
mengubah frekuensi sumber f. Hanya saja untuk menjaga
kesimbangan kerapatan fluks, perubahan tegangan juga harus
dilakukan bersamaan dengan perubahan frekuensi.

Mengubah tegangan sumber


Rumus torsi atau kopel dari motor induksi adalah sebagai
berikut.

3 Sa 2 R2
T  (V1 ) 2
W (a 2 R2 ) 2  S 2 (a 2 X 2 ) 2

Dari persamaan kopel motor induksi di atas diketahui bahwa kopel


sebanding dengan pangkat dua tegangan yang diberikan. Untuk
karakteristik beban seperti terlihat pada Gambar IV.3. kecepatan
akan berubah dari n1 ke n2 untuk tegangan masuk setengah
tegangan semula. Cara ini hanya menghasilkan pengaturan putaran
yang terbatas dengan daerah pengaturan sempit.
62
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 6.6. Grafik pengaturan kecepatan dengan mengatur


tegangan sumber

Pengaturan tahanan luar


Pengaturan putaran dengan mengatur tahanan luar hanya
dapat dilakukan terhadap motor induksi rotor lilit. Tahanan luar
dimasukkan ke belitan rotor sehingga tahanan rotor dapat diatur.
Dengan demikian dapat dihasilkan karakteristik kopel kecepatan
yang berbeda-beda. Putaran akan berubah dari n1 ke n2 dan dari n2
ke n3 sesuai dengan bertambahnya tahanan luar yang dihubungkan
ke rotor.

6.2.2 Motor DC
Pada motor DC, selain terdapat stator dan rotor juga
terdapat komutator, yaitu peralatan yang dipakai untuk
memasukkan tegangan ke rotor melalui sikat (brush). Lilitan stator
sebagai lilitan medan berfungsi untuk penguatan atau eksitasi. Catu
daya berupa tegangan atau arus eksitasi dapat berasal dari luar
(penguatan luar) maupun dari dalam (penguatan dalam). Jadi
dilihat dari konsrtruksinya motor DC lebih rumit dan untuk
menjalankannya diperlukan sumber tegangan DC. Hal ini
63
Pengantar Teknik Listrik

dirasakan kurang menguntungkan karena pengadaan sumber daya


DC juga terbatas, sehingga pada umumnya motor DC hanya
berdaya kecil.

Analisa daya pada motor DC


Ditinjau dari eksitasinya motor DC dibagi 2 yaitu eksitasi
luar dan eksitasi dalam. Yang berpenguatan dalam dibagi menjadi
tiga yaitui motor DC seri, shunt dan kompon (panjang dan
pendek).
Dengan rangkaian tersebut maka dapat dianalisa persamaan
untuk motor, misalnya diambil contoh kompon panjang
V = Ish(Ra + Rsh ) + Vsi +Ea
Ish = V/Rsh
I = Ia + Ish
dimana :
V : tegangan sumber (V) Vsi : tegangan sikat (V)
Ea : GGL jangkar (V) Ra : tahanan jangkar ()
Rsh : tahanan medan shunt ()
I : arus dari sumber masuk ke motor (A)
Ia : arus jangkar (A)

Dengan mengetahui besaran–besaran tersebut di atas maka


dapat dihitung semua daya pada motor dimana daya sama dengan
tegangan kali arus atau sama dengan arus kuadrat kali tahanan.
Jadi P = (V x I) atau P = (I 2R), dengan demikian akan dapat
dihitung efisiensi dari motor, lihat Gambar IV.5.

Pengaturan Kecepatan Putar


Kecepatan putar motor DC secara umum adalah

U  I a Ra
n
C
Dimana n : kecepatan putar (rpm), U : tegangan sumber
(V), (Ra)tahanan jangkar (), (Ia) arus jangkar (A), dan  fluks
magnit eksitasi (weber)
64
Pengantar Teknik Listrik

Dari persamaan tersebut maka putaran motor DC sangat


mudah untuk diatur yaitu dengan mengubah tegangan sumber U,
tahanan (Ra) atau arus jangkar (Ia) atau mengubah eksitasi ().
Karena putarannya mudah diatur maka motor DC banyak
digunakan pada sistem instrumentasi dan kendali suatu proses. Hal
ini menjadikan motor DC lebih menguntungkan dibandingkan
dengan motor AC, karena motor AC relatif lebih sulit diatur
kecepatannya. Sesuai dengan rumus kecepatan, motor DC seri
pada saat tanpa beban dimana arusnya kecil dan putarannya sangat
tinggi karena arus jangkar sebanding dengan fluks.
Bila ini terjadi maka akan sangat berbahaya, sehingga
motor seri tidak boleh distart atau dijalankan tanpa dibebani.
Artinya adalah sebelum motor seri dijalankan, bebannya harus
dimasukkan lebih dulu.

Pengereman motor DC
Seperti telah dijelaskan bahwa motor DC banyak dipakai
untuk pengendalian suatu proses. Dalam hal ini sering diperlukan
teknik pemberhentian motor DC dengan cara pengereman. Jenis
jenis pengereman yang sering dilakukan adalah Plugging.
Regeneratif dan Dinamik.

6.3. GENERATOR
Generator adalah mesin listrik yang digunakan untuk
mengubah tenaga mekanik menjadi tenaga listrik.
Generator listrik dibagi menjadi 2 tipe. yaltu
1 Generator arus searah (generator DC)
2 Generator arus bolak-balik (generator AC)
6.3.1 Generator DC
Seperti pada umumnya mesin dinamik, generator DC
mempunyai 2 bagian utama yaitu rotor (bagian yang berputar ) dan
stator (bagian yang tidak berputar atau diam)

Prinsip kerja generator DC


a. Arus listrik yang diberikan pada penghantar rotor akan
menimbulkan momen elektromagnetik yang bersifat
65
Pengantar Teknik Listrik

melawan putaran rotor dan selanjutnya menimbulkan emf


(hukum Lenz).
b. Tegangan emf yang dibangkitkan mengikuti aturan tangan
dari Fleming, menghasilkan arus jangkar.
Bagian-bagian rotor
a. Poros jangkar (armatur) b. Inti jangkar
c. Komutator d. Kumparan jangkar
Bagian-bagian stator
a. Kerangka generator (rumah generator)
b. Kutub utama beserta belitannya
c. Kutub-kutub bantu beserta belitannya
d. Bantalan -bantlan poros
Jenis-jenis belitan
a. Belitan jerat (gelung)
b. Belitan gelombang
Untuk belitan jerat : a = m . p
Untuk belitan gelombang a=2 m
Dengan
m = kelipatan jumlah jangkar, m = 1, 2, 3,....
a = jumlah hubungan paralel dalam jangkar
Berdasarkan penguatan (eksitasi) sumber yang diberikan
pada belitan-belitan medan kutub, generator dc dibagi menjadi 2
jenis, yaitu :
1 Generator penguatan terpisah
2.Generator penguatan sendiri, terdiri dari :
a. Hubungan seri
b. Hubungan paralel (shunt)
c. Hubungan kompon
Besarnya emf yang dibangkitkan pada jangkar generator,
adalah :
Ea = V + IaRa
Ea= ( z n P)/(60 a)
Dengan Ea= gaya gerak listrik (emf) yang dibangkitkan oieh
Jangkar generator
V = tegangan terminal generator yang diberikan
66
Pengantar Teknik Listrik

la = arus Jangkar
Ra = tahanan jangkar
P = jumlah kutub
 = fuks per kutub
z = jumlah penghantar total
n = kecepatan putaran
a = jumlah hubungan paralel

Generator penguatan terpisah


Besarnya ggl yang bangkitkan yaitu Ea = K

Gambar 6.6: Rangkaian generator penguatan terpisah

1) Generator DC penguatan terpisah dengan medan paralel,


pengaturan penguatan denqan rheostat Rsh.
2) Generator DC kompon, penguatan medan terpisah, diatur
medannya melalui rheostat Rsh.
Dengan: Rd = divertor untuk mengatur medan seri I a = Is + Id
67
Pengantar Teknik Listrik

Jika penguatan tetap, maka  tetap dan jika n diubah-ubah,


maka Ea  n. Misalnya pada penguatan tetap pada n = n2, Ea = En2,
maka dalam hal ini berlaku hubungan
(En1/n1) = (En2 /n2) (tanpa beban)
Jika n konstan dan tanpa beban, maka I a = 0 dan Ea = V,
sehingga Ea dapat diatur dengan mengubah-ubah  atau arus
medan If dengan menggunakan potensiometer (rheostat).
V.A.4b. Generator penguatan sendiri
Pada generator penguatan sendiri berlaku :Ea ~ K  n
1) Generator seri
Ia = IL = Is
V = VL = V + IsRs = Ea - IaRa
dengan: VL = Ea – (IaRa + IsRs
Ia = Is + Id
2) Generator paralel (shunt)
Ia = If + IL, Ia = Vf/Rf, IL = VL/RL
V = Vf = VL = Ea - Ia Ra
Pada keadaan tanpa beban IL = 0, Ia = If dan Ea = V
3) Generator kompon
Menurut sambungannya ada 2 macam yaitu kompon
panjang dan kompon pendek. Rangkaiannya seperti pada mpotor
listrik dengan arah arus dibalik , lihata Gambar 4.4d.
Untuk genetor kompon panjang
Ia = If + IL = Ia (tanpa divertor)
Bila digunakan divertor : Rd // Rs, maka
Ia = Is + Id = I f + IL
Untuk genetor kompon pendek
Ia = If + IL (tanpa divertor)
IL = Is + Id (dengan divertor)
Pada kompon pendek dan panjang berlaku persamaan
VL = Ea – (IaRa + IsRs
dengan;
If = pertambahan arus medan shunt diperlukan pada kondisi
beban penuh dalam memperoleh generator komponen yang
diinginkan
68
Pengantar Teknik Listrik

Is = arus medan seri yang diperlukan untuk memperoleh tegangan


yang diinginkan
Rs = tahanan medan seri

Effisiensi generator DC
 = Po/Pin = (Pin - Ploss)/Pin = Po/(Po + Ploss)
dengan;
Pin = daya total yang diterima mesin
Po= daya berguna dalam kerja/daya keluar
Ploss =rugi-rugi daya, terdiri dan rugi tembaga, besi dan mekanis

Jenis rugi-rugi yang terdapat dalam generator DC yaitu :


a. Rugi-rugi tembaga, meliputi:
• Rugi-rugi pada kumparan medan shunt
• Rugi-rugi pada kontak sikat
• Rugi-rugi pada jangkar
• Rugi-rugi pada kumparan medan seri
• Rugi-rugi pada lilitan-lilitan medan tambahan, misalnya
belitan interpole dan kompensasi.
b. Rugi besi
c. Rugi mekanis
• Rugi-rugi gesekan
• Rugi buta beban (stray load loss), ±1 % dari beban
Syarat-syarat kerja paralel generator
a. Tegangan terminal dari generator-generator harus sama
b. Voltage regulation (pengaturan tegangan ) harus sama
c. Polaritas dari masing-masing generator harus disambung pada
posisi yang sama
d. Tegangan terminal dari generator-generator harus lebih besar
dari beban

6.3.2 Generator AC
Secara umum prinsip kerja dari generator AC sama dengan
generator DC, yaitu prinsip induksi elektromagnetik. Bagian-
bagian utama dari generator AC juga sama dengan generator DC
yaitu terdiri dari rotor dan stator.
69
Pengantar Teknik Listrik

Perbedaan yang mendasar dari generator AC dan DC


adalah : pada generator DC, jangkar yang berputar dan medan
diam,sedangkan pada generator AC jangkar tidak berputar dan
medannya yang berputar.
Jenis rotor pada generator AC ada 2 yaitu
a. Kutub menonjol, yaitu tipe yang dipakai untuk alternator-
alternator kecepatan rendah dan menengah
b. Kutub silindris halus yaitu digunakan untuk alternator-
alternator turbo dimana kecepatannya sangat tinggi

Kerja paralel 2 generator atau yang dihubungkan dengan


bus-bar bersama dikenal dengan mensikronkan generator
(singkronisasi). Untuk singkronisasi yang baik diperlukan
beberapa syarat yaitu
a. Tegangann terminal (efektif) yang masuk harus sama dengan
tegangan bus-bar
b. Kecepatan yang masuk ke mesin harus sedemikian rupa
sehingga frekuensinya f = (P. n )/120
c. Fasa dari tegangan generator harus sama dengan fasa dari
tegangan bus-bar
70
Pengantar Teknik Listrik

BAB VII
PENGAMANAN MOTOR LISTRIK

Hal-hal yang dapat membahayakan sebuah motor, dapat


berasal dari peralatan yang digerakkan, jaringan suplai ke motor
maupun keadaan lingkungan. peralatan yang digerakkan dapat
menimbulkan kerusakan pada motor karena:
a. kopel yang terlalu besar;
b. kopel yang naik turun;
c. pengasutan dan pengereman yang terlalu sering dan terlalu
lama.
Jaringan suplai ke motor dapat menimbulkan kerusakan pada
motor karena:
a. tegangan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi;
b. tegangan fasa yang tidak sama (untuk motor fasa-tiga);
c. putusnya salah satu fasa (untuk motor fasa-tiga).
Keadaan lingkungan dapat mengganggu karena:
a. suhu yang terlalu tinggi;
b. kurangnya udara pendingin;
c. getaran-getaran.
Fungsi pengaman motor ialah mencegah timbulnya
gangguan, dan jika terjadi gangguan, membatasi akibatnya
terhadap motor, alat yang digerakkan maupun jaringan suplai.
Bentuk pengamanan yang paling sederhana ialah dengan
pengaman lebur. Akan tetapi penggunaan pengaman ini saja
tidak cukup. Besarnya pengaman lebur harus memperhatikan
besar arus nominal dan arus asut motor.
Cara-cara untuk mengamankan motor dengan baik,
antara lain:
a. pengamanan tegangan nol;
b. pengamanan arus ikut dan arus balik;
b. pengamanan maksimum termis dan magnetik;
c. pengamanan dengan termostat;
d. pengawasan pengaman lebur.
71
Pengantar Teknik Listrik

7.1. PENGAMANAN TEGANGAN NOL


Sebuah sakelar dengan pengamanan tegangan nol akan
memutuskan motor atau instalasi yang dihubungkan, kalau
tegangan jaringnya terlalu rendah atau hilang samasekali. Dengan
demikian mesin yang digerakkan tidak akan mendadak jalan lagi,
kalau tegangan jaring ini normal kembali. Hal ini dapat
membahayakan karyawan yang melayani mesin tersebut dan dapat
juga merusak aparatur yang ada.
Juga untuk motor-motor yang dijalankan dengan sakelar
bintang segitiga atau controller, pengamanan teganan nol ini
penting sekali. Kalau motor itu berhenti karena hilangnya tegangan
jaring, dan tegangan jaring ini mendadak normal kembali, motor
itu, jika tidak diberi pengamanan tegangan nol, akan jalan lagi
tanpa aparatur asut. Ini dapat membahayakan. Karena kejutan arus
yang timbul, pengaman-pengaman yang ada juga bisa putus.
Sebuah sakelar elektromagnetik yang dilayani dengan
tombol tekan berpegas sudah merupakan suatu pengaman tegangan
nol. Kalau tegangan jaringnya hilang, sakelar ini akan membuka.
Ada juga jenis-jenis yang memutuskan dengan kelambatan. Kalau
tegangan jaringnya hanya hilang sebentar saja, tidak terjadi
pemutusan.

7.1.1. Pengamanan Tegangan Nol Dengan Penguncian


Daripada menggunakan sakelar elektromagnetik
dikombinasi dengan sakelar bintang segitiga atau controller tanpa
pengamanan tegangan nol, lebih baik digunakan pengamanan
tegangan nol dengan penguncian. Untuk itu sakelar bintang-
segitiga atau controller yang digunakan, diberi suatu kontak bantu.
Kontak bantu ini hanya menutup pada kedudukan nol. Motor yang
bersangkutan hanya bisa dijalankan kalau kontak bantu ini dalam
keadaan menutup, jadi kalau tegangan jaringnya hilang, kontak
bantu ini harus ditutup dahulu, sebelum motor tersebut dapat
dijalankan lagi. Untuk itu sakelar bintang segitiga atau controller
yang digunakan, harus dikembalikan dahulu ke kedudukan nol.
72
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 7.1 Hubungan motor angker gelang seret

Gambar 7.1 memperlihatkan hubungannya untuk sebuah


motor angker gelang seret. Pada tahanan asut rotor dan pada alat
pengangkat sikat terdapat sebuah kontak kontrol. Motor tersebut
hanya bisa dijalankan, kalau sikat-sikatnya berada di atas gelang
seret, dan tahanan rotornya dihubungkan.
Menurut peraturan Belanda, motor-motor dari 15 kW atau
lebih yang digunakan untuk alat angkut atau mesin derek, harus
dihubungkan seperti gambar 7.1 atau dengan hubungan kedudukan
nol lain yang setaraf.

7.1.2. Pengamanan Tegangan Nol Sentral


Pada pengamanan tegangan nol central, hanya digunakan
satu sakelar tegangan nol bersama untuk seluruh instalasi atau
untuk sekelompok motor.
Sakelar tegangan nol ini dapat berfungsi sebagai sakelar utama.
Sakelar yang digunakan diberi penguncian mekanis, dan baru bisa
dihubungkan setelah kuncinya dibuka dengan menekan sebuah
tombol tekan kutub-dua S (Gambar 7.2). Kalau S ditekan,
kumparan tegangan nol 0 akan mendapat tegangan lewat tahanan
tahanan R.
73
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 7.2 Sakelar tegangan nol

Magnet tegangan nol 0 hanya akan bekerja kalau:


a. ada tegangan jaring;
b. semua pengasut dari motor -motor yang bersangkutan
berada dalam kedudukan nol, sehingga tidak ada kumparan
motor yang dihubungkan paralel dengan kumparan magnet
tegangan nol Q. Kumparan magnet ini akan praktis
dihubungkan singkat, kalau ada kumparan motor
dihubungkan paralel dengannya, sehingga akan tidak
berfungsi.
Kalau kedua syarat di atas dipenuhi, dan tombol S ditekan,
tegangan pada kumparan magnet tegangan nol Q akan cukup
tinggi. Karena itu penguncian sakelar utamanya akan membuka,
sehingga sakelar ini dapat dihubungkan.
Kumparan tegangan nol tersebut harus selalu diberi
pengaman.

7.2. PENGAMAN ARUS IKUT DAN ARUS BALIK


Kalau dua generator shunt dihubungkan paralel, ada
kemungkinan salah satu generator akan bekerja sebagai motor.
Kalau hal ini digunakan sebuah sakelar tegangan nol, kumparan
magnet sakelar ini akan tetap mendapat arus. Juga kalau sebuah
generator shunt dihubungkan paralel dengan baterai akimulator,
dapat timbul situasi yang sama.
Karena kumparan magnet dari sakelar yang digunakan
masih mendapat arus, medannya akan tetap ada, sehingga sakelar
74
Pengantar Teknik Listrik

ini tidak akan jatuh. Kesulitan ini dapat diatasi dengan


menggunakan pengamanan arus ikut dan arus balik.
Sebuah sakelar dengan pengamanan arus ikut dan arus balik,
memiliki dua kumparan magnet, yaitu sebuah kumparan arus dan
sebuah kumparan tegangan. Kumparan-kumparan ini dapat
dihubungkan menurut prinsip arus kerja atau menurut prinsip arus
diam.
a. Prinsip arus kerja
Pada prinsip arus kerja ini, medan dari kumparan arus
berlawanan dengan medan kumparan tegangan (gambar 7.3).
Kalau sekarang arah arusnya berubah, medan dari kumparan
arus akan memperkuat medan kumparan tegangan, dan terjadi
pemutusan. Sekelar ini dapat juga diberi pengamanan arus
balik maksimum. Baru kalau arus baliknya melebihi suatu
maksimum tertentu, akan terjadi pemutusan.

Gambar 7.3 Gambar 7.4


Hubungan arus kerja Hubungan arus diam

b. Prinsip arus diam


Pada prinsip arus diam, medan dari kumparan arus memperkuat
medan kumparan tegangan. Kalau arusnya turun di bawah
suatu Batas tertentu, akan terjadi pemutusan (gambar 7.4).
Medan dari kumparan tegangan saja tidak cukup kuat untuk
menahan sakelar yang bersangkutan dalam kedudukan
dihubungkan.
75
Pengantar Teknik Listrik

7.3. PENGAMANAN MAKSIMUM TERMIS DAN


MAGNETIK
Tujuan sebuah sakelar maksimum sama dengan tujuan
sebuah pengaman lebur. Akan tetapi kalau terjadi pemutusan
karena arus yang terlalu besar, sebuah sakelar maksimum dapat
segera digunakan lagi.
Pemutusan sakelar ini dapat dilakukan secara termis maupun
elektromagnetik. Tergantung pada cara dan kecepatan pemutusan
ini, dapat dibedakan sakelar-sakelar yang bekerja:
a. tanpa kelambatan;
b. terlambat tidak tergantung pada arus;
b. terlambat tergantung pada arus;
c. terlambat tergantung terbatas.
Untuk kemampuan hantar arus sakelar maksimum berlaku
ketentuan-ketentuan sebagai berikut (ayat 715 C1 sampai dengan
715 C3, PUIL 1977):
a. Kemampuan hantar arus sakelar maksumum yang tidak
dapat disetel tidak boleh melebihi kemampuan hantar arus
maksimum patron lebur yang boleh digunakan untuk
keadaan yang sama.
Misalnya untuk NYA 6 mm2 dalam pipa instalasi,
kemampuan hantar arus maksimum patron lebur yang
boleh digunakan, sama dengan 35 A. Jadi kalau digunakan
sakelar maksimum yang tidak dapat disetel (otomat
instalasi), otomat ini juga tidak boleh melebihi 35A.
b. Kalau digunakan sakelar maksimum dengan kelambatan
yang arus jatuhnya dapat diatur, arus jatuh maksimum yang
diperbolehkan sama dengan 1,2 x kemampuan hantar arus
kabel yang bersangkutan.
Kemampuan hantar arus NYA 6 mm2 dalam pipa instalasi
misalnya, sama dengan 33 A (lihat jilid I, tabel 4.2). Jadi
dalam hal ini arus jatuh maksimum yang diperbolehkan
sama dengan 1,2 x 33A = 39,6A.
c. Kalau sakelar maksimum ini digunakan untuk
mengamankan sebuah motor listrik terhadap beban-lebih,
arus jatuhnya biasanya disetel pada 1.1 x arus nominal
motor yang diamankan. Arus nominal ini dapat dibaca dari
76
Pengantar Teknik Listrik

pelat motor yang bersangkutan. Dalam hal ini harus


digunakan kabel dengan kemampuan hantar atau yang
1,1
sekurang-kurangnya sama dengan x arus nominal
1,2
motor.
d. Kalau digunakan sakelar maksimum tanpa kelambatan
yang arus jatuhnya dapat diatur, arus jatuh maksimum yang
diperbolehkan sama dengan 1,8 x kemampuan hantar arus
yang disebut di sub a.
Untuk NYA 6 mm2 dalam pipa instalasi misalnya, dalam
hal ini arum jatuh maksimum yang diperbolehkan akan
sama dengan 1,8 x 35 A = 63 A.
Dalam praktek cara pengamanan ini jarang digunakan.
Ikhtisar berikut Int memberikan suatu ringkasan dari
ketentuan-ketentuan di atas.

Tidak dapat disetel :


Kemampuan hantar arus maksimum = In maksimum
pengaman lebur
Sakelar Dengan kelambatan :
maksimum Arus jatuh maksimum = 1,2 x I
beban tertingi
dapat disetel :

Tanpa kelambatan :
Arus jatuh maksimum = 1,8 x In
maksimum pengaman lebur

7.3.1. Sakelar Maksimum Tanpa Kelambatan


Kalau arus dalam sakelar maksimum jenis ini melebihi
suatu nilai tertentu, sebuah elektromagnet akan mengalahkan gaya
tarik sebuah pegas, sehingga terjadi pemutusan (lihat gambar 7.5).
Gambar 7.6 memperlihatkan bentuk sebuah sakelar maksimum
kutub tiga jenis ini.
77
Pengantar Teknik Listrik

Waktu pemutusan sakelar ini sama dengan kira-kira 50 milisekon,


dan di tentukan oleh kelambatan mekanik pemutusnya (lihat
diagram gambar 7.7).
Jenis sakelar ini jarang digunakan. Salah satu kelemahannya ialah:
juga kejutan arus yang singkat, dapat menyebabkan pemutusan.

7.3.2. Sakelar Maksimum Dengan Kelambatan Yang Tidak


Tergantung Pada Arus
Kalau arus dalam sakelar maksimum jenis ini melebihi nilai
In akan terjadi pemutusan (gambar 7.8). Nilai arus dalam sakelar
tidak mempengaruhi waktu pemutusan sekalipun arus ini jauh
lebih besar daripada In, pemutusannya tidak akan berlangsung
lebih cepat.
Pemutusan sakelar-sakelar ini biasanya diperlambat secara
mekanis dengar menggunakan sebuah motor sinkron kecil atau
sebuah piston kecil yang bekerja dalam udara atau dalam minyak.
Jenis sakelar ini antara lain digunakan dalam jaringan distribusi.
Kalau terjadi beban lebih sebentar, tidak akan terjadi pemutusan.

Gambar 7.5
Sakelar maksimum

Gambar 7.6 Bentuk sakelar


maksimum
78
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 7.7
Tanpa kelambatan

Gambar 7.8 Dengan kelambatan tak


Tergantung arus

Gambar 7.9 Dengan kelambatan tergantung arus


79
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 7.10 Elemen dwi logam dengan pemanasan langsung

Gambar 7.11 Elemen dwi logam dengan pemanasan tidak langsung

7.3.3. Sakelar Maksimum Dengan Kelambatan Yang


Tergantung Pada Arus
Waktu pemutusan sakelar maksimum jenis ini tergantung pada
arus. Makin besar arus ini, makin singkat waktu pemutusannya
(lihat gambar 7.9).
Pemutusan sakelar-sakelar ini diperlambat secara termis, misalnya
dengan menggunakan elemen dwilogam. Elemen-elemen
dwilogam ini dapat dipanaskan secara langsung (gambar 7.10) atau
secara tak langsung (gambar 7.11).
Pada pemanasan langsung, arus yang harus diputuskan, mengalir
melalui elemen dwilogam. Pada pemanasan tak langsung, arus ini
mengalir melalui kawat tahanan yang dililitkan pada elemen
dwilogam. Cara yang terakhir ini digunakan untuk arus-arus kecil.
80
Pengantar Teknik Listrik

Elemen-elemen dwilogam itu dipasang di dalam relais termis.


Kalau arus melalui relais ini terlalu besar, elemen-elemen tersebut
akan menjadi bengkok, sehingga sakelarnya akan membuka.
Relais termis ini dapat disetel menurut nilai arus, dan
mengamankan sebuah motor terhadap beban lebih. Karena itu
sakelar-sakelar maksimum ini juga dinamakan sakelar pengaman
motor.
Gambar 7.12 memperlihatkan sebuah sakelar pengaman motor
untuk pelayanan dengan tangan. Ada juga sakelar pengaman motor
yang berupa sakelar magnet.
Sakelar-sakelar ini diperlengkapi dengan relais termis di dalamnya.
Oleh pabrik pembuatnya, sakelar-sakelar ini seringkali sudah
dibuat sedemikian hingga arus jatuhnya kira-kira 10% lebih tinggi
daripada nilai setelnya. Jadi kalau misalnya disetel pada 20 A, arus
jatuhnya akan sama dengan 22 A. Karena itu sakelar-sakelar jenis
ini tidak perlu disetel 10% lebih tinggi daripada arus nominal
motor yang harus diamankan.

Gambar 7.13 Transformator


arus jenuh

Gambar 7.12 Sakelar pengaman motor

Arus asut sebuah motor bisa mencapai 3 @ 8 kali arus


nominalnya. Arus mula sebuah lampu pijar kira-kira sama dengan
15 kali arus nominalnya, dan arus mula sebuah kondensator
bahkan bisa mencapai 30 kali arus nominalnya. Pada umumnya
81
Pengantar Teknik Listrik

arus-arus mula ini hanya berlangsung sebentar. Karena itu sebuah


relais termis tidak akan jatuh karenanya.
Akan tetapi untuk motor-motor yang memerlukan waktu
agak lama untuk mencapai kecepatan putar normalnya, misalnya
motor untuk sentrifuse, arus asutnya akan berlangsung sedemikian
lama hingga relais termis sakelar pengamannya akan jatuh.
Untuk mencegah hal ini, dapat digunakan sebuah transformator
arus jenuh (gambar 7.13). Inti transformator ini sudah akan jenuh
kalau arus transformator lama dengan 4 kali arus nominalnya.
Dengan demikian arus yang mengalir dalam relais tidak bisa lebih
besar daripada 4 kali arus nominal motor yang diamankan.

Gambar 7.14 Relais termis

Gambar 7.15 Sakelar magnet


dengan relais termis arus
maksimum

Relais termis fasa-tiga memiliki tiga elemen dwilogam di


dalamnya (gambar 7.14).
Gambar 7.15 memperlihatkan sebuah sakelar magnet fasa-
tiga dengan relais termis, dan gambar 7.16 memperlihatkan bagian-
82
Pengantar Teknik Listrik

bagiannya. Sakelar ini memiliki sebuah Jembatan kontak untuk


menghubungkan dan memutuskan arus. Jembatan ini dilayani oleh
sebuah magnet hubung (gambar 7.17).
Pada kaki-kaki luar magnet hubung ini terdapat suatu lilitan
yang dihubungkan singkat. Lilitan ini dinamakan lilitan anti
dengung. Kalau sakelar ini digunakan untuk arus bolak-balik,
lilitan tersebut akan menahan angker dari sistem magnet supaya
tidak jatuh dan tidak bergetar.
Untuk mengurangi arus olak, sistem magnet ini dibuat dari
pelat-pelat tipis (lamel-lamel) baja magnet. Supaya pada saat
arusnya diputuskan, angker itu tidak tetap lengket, antara kaki
tengah dari magnet dan angker diberi celah udara kecil.

Gambar 3.16 Bagian-bagian sebuah sakeiar magnet dengan relais


termis arus maksimum
83
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 7.17 Magnet hubung

Pada umumnya bagian-bagian dari sakelar dapat diganti,


sehingga sakelar ini dapat dipakai lebih lama. Kalau arusnya besar,
kontak-kontak utama dari sakelar lama kelamaan akan terbakar.
Kontak-kontak sakelar ini dihubungkan secara tak langsung.
Jembatan kontaknya dilayani oleh angker dari sistem magnet
dengan bantuan sebuah tuas.
Ada juga jenis-jenis sakelar yang kontak-kontaknya
dihubungkan secara langsung. Jembatan kontak sakelar jenis ini
dihubungkan langsung dengan sistem magnet.

7.3.4. Sakelar Maksimum Dengan Kelambatan Yang


Tergantung Terbatas
Sampai suatu kuat arus tertentu, diagram sakelar-sakelar jenis ini
sama dengan diagram gambar 7.9. Kalau arus melalui sakelar
melebihi nilai setel, akan segera terjadi pemutusan (lihat diagram
gambar 7.18).

Gambar 7.18 Diagram pemurtusan arus pada sakelar maksimum


84
Pengantar Teknik Listrik

Sebuah otomat instalasi bekerja dengan kelambatan yang


tergantung terbatas.
Kalau sebuah motor fasa-tiga diamankan dengan tiga
otomat instalasi, ada kemungkinan terjadi pemutusan oleh salah
satu otomat, sehingga motor ini akan jalan dengan dua fasa.
Karena itu sebuah motor fasa-tiga sebaiknya diamankan dengan
sakelar maksimum kutub-tiga. Kalau terjadi pemutusan, semua
fasa akan diputuskan sekaligus.

7.4. PENGAMANAN DENGAN TERMOSTAT


Pengamanan motor yang tepat terhadap kenaikan suhu
ialah dengan menggunakan termostat. Termostat ini dapat
berbentuk sebuah sakelar termo yang dipasang dalam kumparan
motor.
Sakelar termo ini terdiri dari sebuah kotak dengan dasar dari
dwilogam. Dasar dwilogam ini diberi pratekan mekanis, sehingga
cembung ke bawah. Kalau arus motor terlalu besar, sehingga
kumparan motor menjadi terlalu panas, dasar dwilogam itu akan
meloncat ke atas, sehingga menjadi cekung ke bawah (gambar
7.19). Karena itu kontak-kontaknya akan membuka. Kalau suhu
dari kumparan motor turun kembali, dasar dwilogam itu akan
meloncat kembali ke kedudukannya semula.

Gambar 7.19 Pengaman termostat

Sakelar termo ini dapat juga dipasang di luar motor. Dalam


hal ini, pemanasannya dilakukan oleh sebuah kumparan yang
berada di dalam sakelar termo. Kumparan ini dihubungkan seri
dengan kumparan motor.
Kalau motor yang diamankan dilayani dengan Sakelar
magnet, kontak-kontak sakelar termo ini biasanya dihubungkan
dalam lingkaran arus kemudi.
85
Pengantar Teknik Listrik

Ukuran sakelar-sakelar termo ini agak besar. Karena itu


agak sulit untuk memperoleh suatu pemindahan panas yang baik
dari kumparan motor ke sakelar termo.
Sebagai ganti sakelar termo dapat digunakan termistor.
Karena ukuran termistor ini sangat kecil, pemindahan panasnya
bisa lebih baik dan lebih cepat.
Termistor ini suatu elemen semikonduktor dengan koefisien
suhu positif yang besar (gambar 7.20). Bentuknya seperti bola
kecil dengan diameter beberapa milimeter saja (gambar 7.21).

PTC : koefisien suhu positif


NTC : koefisien suhu negatif

NTC

Gambar 7.20 Karakteristik sebuah tahanan NTC dan tahanan PTC

Cara pengamanan dengan termistor memerlukan sebuah


blok ukur (gambar 7.22). Suatu perubahan suhu dalam kumparan
motor akan menyebabkan perubahan arus dalam blok ukur ini.
Kalau suhu dari kumparan motor terlalu tinggi, relais
pemutus akan mendapat arus. Karena itu kontak tukar relais ini
akan memutuskan lingkaran arus kemudi dari motor, dan sekaligus
menyalakan sebuah lampu tanda bahaya (lihat gambar 7.22).
Kontak tukar ini dapat juga dihubungkan seri dengan kumparan
tegangan nol dari sakelar tegangan nol yang digunakan.
86
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 7.12 Relais pemutus dan perasa-perasa suhu

Gambar 7.22

Kelemahan cara pengamanan ini ialah kelambanan


sistemnya. Kalau terjadi beban-lebih yang sangat besar, akan
diperlukan beberapa waktu sebelum kumparan motor yang
bersangkutan mencapai suhu yang diperlukan untuk memutuskan
arusnya.
87
Pengantar Teknik Listrik

Cara pengamanan dengan termistor ini mahal. Karena itu


hanya digunakan untuk motor-motor yang mahal dan yang sering
dijalankan dan dimatikan saja.
Untuk motor-motor fasa-tiga biasa digunakan tiga perasa
suhu. Untuk motor-motor dengan dua kumparan terpisah,
diperlukan enam perasa suhu.
Pengamanan dengan termostat mengamankan sebuah motor
terhadap kenaikan suhu yang membahayakan, yang disebabkan
oleh beban-lebih atau oleh gangguan apa pun. Gangguan-gangguan
ini dapat berupa:
- hilangnya tegangan salah satu fasa;
- tegangan jaring yang terlalu tinggi atau terlalu rendah;
- rotor yang macet;
- hilangnya arus udara pendingin;
- suhu sekeliling yang terlalu tinggi;
- pemutusan dan penghubungan yang terlalu sering.

7.5. PENGAWASAN PENGAMAN LEBUR


Kalau terjadi suatu hubungan singkat, pengaman lebur yang
putus seringkali hanya satu saja. Karena itu motor yang
bersangkutan akan jalan dengan dua fasa saja.
Untuk mengawasi keadaan pengaman-pengaman lebur,
dapat digunakan sakelar-sakelar daya kecil. Gambar 7.23
memperlihatkan cara pengawasan pengaman lebur ini.

Gambar 7.23 Diagram pengawasan pengaman lebur


88
Pengantar Teknik Listrik

Kalau salah satu pengaman lebur putus, sakelar daya yang


dihubungkan paralel dengan pengaman lebur ini, akan segera
membuka. Karena itu sakelar tukar dalam lingkaran arus kemudi
dari sakelar magnet motor akan memutuskan lingkaran arus ini dan
sekaligus menyalakan sebuah lampu tanda bahaya.

LATIHAN SOAL
1. Faktor-faktor apakah yang dapat membahayakan sebuah
motor fasa-tiga?
2. Cara-cara pengamanan motor apakah yang anda ketahui
selain pengamanan dengan pengaman lebur?
3. Apakah tujuan pengamanan tegangan nol?
4. Gambarlah diagram lingkaran arus dari bagian arus kemudi
untuk pengamanan tegangan nol dengan penguncian yang
digambar dalam gambar 7.1. Sakelar utama yang
digunakan berupa sebuah sakelar magnet yang dilayani
dengan tombol-tombol tekan. Kontak-kontak bantu yang
diperlukan harus dihubungkan dalam lingkaran arus
kemudi.
5. Apakah tujuan pengamanan tegangan nol sentral? Uraikan
cara kerjanya.
6. Pada pengamanan arus ikut dan arus balik dikenal dua
prinsip. Sebutkan dua prinsip ini. Di manakah cara
pengamanan ini digunakan?
7. Uraikanlah secara singkat jenis-jenis sakelar maksimum
yang ada. Uraikanlah juga cara kerjanya dengan bantuan
diagram-diagram. Di manakah jenis-jenis sakelar
maksimum ini digunakan?
8. Apa yang harus dilakukan, supaya sakelar magnet tidak
mendengung kalau digunakan untuk arus bolak-balik? Dan
supaya angkernya tidak tetap lengket, setelah sakelar ini
diputuskan?
9. Uraikanlah cara kerja pengamanan dengan termostat yang
menggunakan sakelar termo.
10. Mengapa untuk pengamanan dengan termostat lebih baik
digunakan termistor daripada sakelar termo?
89
Pengantar Teknik Listrik

11. Apa yang akan terjadi, jika salah satu dari pengaman-
pengaman lebur sebuah motor fasa-tiga putus? Bagaimana
cara mengatasi kesulitan ini?
12. Gangguan-gangguan apakah yang dapat menyebabkan
sebuah motor fasa-tiga menjadi terlalu panas?
13. Sebuah sakelar maksimum dengan kelambatan yang arus
jatuhnya dapat disetel, digunakan untuk mengamankan
sebuah kabel suplai. Berapakah kemampuan hantar arus
maksimum kabel ini, kalau arus jatuh maksimum sakelar
itu sama dengan 1 ampere?
90
Pengantar Teknik Listrik

BAB VIII
TINDAKAN-TINDAKAN PENGAMANAN

Tujuan tindakan-tindakan pengamanan ini ialah menjamin


keamanan manusia dan binatang dalam keadaan apa pun.
Usaha-usaha untuk mencapai tujuan ini antara lain adalah:
a. mencegah tersentuhnya bagian-bagian instalasi yang
bertegangan;
b. menggunakan tegangan yang cukup rendah;
c. menggunakan isolasi ganda;
d. menggunakan pentanahan pengaman;
e. menggunakan sakelar arus bocor.

Gambar 5.2 Fiting lampu aman E27

8.1. MENCEGAH TERSENTUHNYA BAGIAN-BAGIAN


INSTALASI YANG BERTEGANGAN

Semua bagian aktif dari peralatan listrik harus diisolasi. Jika


karena konstruksi atau letaknya, ada bagian-bagian yang tidak
mungkin diisolasi, bagian-bagian ini harus diberi perlindungan
91
Pengantar Teknik Listrik

terhadap sentuhan (PUIL 1977, ayat 310 A1). Dalam ayat ini, dan
dalam ayat-ayat 310 A3 dan 310 A4, PUIL 1977,disebut juga
beberapa pengecualian.
Gambar 8.1 memperlihatkan beberapa contoh dari bagian-bagian
aktif yang harus diisolasi atau dilindungi terhadap sentuhan,
berikut beberapa pengecualian.
Secara umum, konstruksi sebuah aparat harus sedemikian hingga
kemungkinan untuk menyentuh bagian-bagiannya yang
bertegangan, sekecil mungkin.
Gambar 8.2 misalnya memperlihatkan sebuah fiting lampu aman.
Konstruksi fiting ini sedemikian hingga bumbung ulir lampunya
tidak mungkin disentuh. Jadi kalau lampu ini harus diganti karena
putus, dan tidak diketahui apakah sudah dimatikan atau belum,
tidak akan ada kemungkinan untuk menyentuh bumbung ulirnya.
Supaya lebih aman lagi, kabel arus yang datang dari sakelar, harus
selalu dihubungkan dengan kontak tengah dari fiting lampu. Kabel
netral, yang umumnya memiliki potensial tanah, dihubungkan
dengan kontak untuk bumbung ulir lampu (lihat gambar 8.2).

Gambar 8.3 Fiting lampu bayonet 822

Gambar 8.3 memperlihatkan sebuah fiting lampu awan atau fiting


lampu bayonet. Konstruksi fiting ini sedemikian hingga sudah
dapat dikualifikasikan sebagai fiting lampu aman. Bumbung
kuningan lampunya di sini diisolasi dari ujung-ujung kontak yang
menekan pada pena-pena berpegas dari fiting lampu.
Fiting lampu bayonet ini digunakan, kalau ada kemungkinan
lampu yang dipasang akan lepas karena getaran-getaran, misalnya
92
Pengantar Teknik Listrik

di atas kapal, kendaraan dan sebagainya. Fiting jenis B22 ini juga
digunakan untuk instalasi penerangan darurat. Lampu-lampu
instalasi ini jarang dinyalakan. Kalau digunakan fiting bayonet,
akan ada jaminan bahwa lampunya tidak akan terlepas dari fiting
atau menjadi kendur.
Gambar 8.4 memperlihatkan sebuah fiting lampu dengan isolasi
ganda. Fiting ini sangat aman. Fiting dan kabel penghubungnya
merupakan satu bagian dan dibuat dari karet yang divulkanisasi.
Rak hubung-bagi selalu memiliki bagian-bagian telanjang yang
bertegangan. Karena itu rak-rak ini hanya boleh dipasang dalam
ruangan kerja listrik atau ruangan kerja listrik terkunci (lihat PUIL
1977 ayat 613 A1).
Dalam ruangan-ruangan lain, bagian-bagian telanjang yang
bertegangan dari perlengkapan hubung-bagi harus dipasang dalam
kotak hubung-bagi (lihat gambar 8.5). Gambar ini memperlihatkan
sebuah baterai kotak hubung-bagi dari bahan buatan. Jenis ini lebih
aman daripada jenis yang dibuat dari logam dan ditanahkan.

Gambar 8.4 Fiting lampu berisolasi ganda


93
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 8.5 Baterai kotak hubung-bagi

8.2. TEGANGAN AMAN


Peraturan tentang penggunaan tegangan aman dibuat
karena seringnya terjadi kecelakaan, khususnya pada waktu
menggunakan perkakas tangan listrik.
Tegangan yang diperbolehkan untuk perkakas tangan, ditentukan
berdasarkan daya tahan badan manusia terhadap arus listrik.
Tabel 8.1 memberi gambaran tentang pengaruh arus listrik pada
badan manusia.
94
Pengantar Teknik Listrik

Tabel 8.1 Pengaruh arus listrik terhadap badan manusia

Kuat arus Pengaruh pada Waktu Tegangan pada


yang organ manusia tahan bagian-bagian
mengalir yang ditanahkan,
Melalui jika tahanan
badan pentanahannya
5.000 Ω
0,5 mA Terasa, mulai Tidak tentu 2, 5 V
rasa kaget
1 mA Terasa jelas Tidak tentu 5V
2 mA Mulai kejang Tidak tentu 10 V
5 mA Kejang keras Tidak tentu 25 V
10 mA Sulit untuk Tidak tentu 50 V
melepaskan
pegangan
15 mA Kejang dengan 15 sekon 75 V
rasa nyeri ; tidak
mungkin
melepaskan
pegangan
20 mA Nyeri hebat 5 sekon 100 V
30 mA Nyeri yang tak 1 sekon 150 V
tertahankan
40 mA Mulai tidak sadar 0,2 sekon 250 V
: bahaya maut

Arus antara 15 - 30 mA sudah dapat mengakibatkan kematian,


karena sudah tidak mungkin lagi untuk melepaskan pegangan.
Pengaruh-pengaruh lain dari arus listrik yang mengalir melalui
tubuh ialah panas yang ditimbulkan dalam tubuh, dan pengaruh
elektrokimia.
Tegangan yang dapat dianggap aman juga ada kaitannya dengan
tahanan kulit manusia. Untuk kulit yang kering, tahanan ini
berkisar antara 100 - 500 kΩ. Tetapi kulit yang basah, misalnya
karena keringat dapat memiliki tahanan sampai serendah 1 kΩ.
95
Pengantar Teknik Listrik

Juga luas permukaan yang menyentuh ikut mempengaruhi. Kalau


barang yang bertegangan dipegang penuh dengan tangan, pada
arus kira-kira 10 mA saja sudah akan sulit sekali untuk
melepaskannya.
Tegangan yang dianggap aman untuk perkakas tangan
listrik.adalah tegangan searah yang tidak melebihi 110 V, atau
tegangan bolak-balik yang tidak melebihi 42 V (lihat gambar 8.6).
Kalau digunakan tegangan fasa-tiga, tegangan yang dianggap aman
adalah tegangan 42 V antar fasa.*)
Jantung manusia sangat peka terhadap arus listrik dengan frekuensi
50 Hz. Karena itu tegangan bolak-batik dengan frekuensi 50 Hz
yang masih dianggap aman adalah 42 V. Frekuensi-frekuensi yang
lebih tinggi dan arus searah, tidak sedemikian berbahaya.

Gambar 8.6 Peralatan yang menggunakan tegangan aman

Menurut pengalaman, tegangan bolak-balik 42 V dan tegangan


searah 110 V cukup aman. Akan tetapi kalau digunakan arus
searah, harus juga diperhatikan gejala-gejala api yang dapat timbul
kalau terjadi hubungan singkat. Gejala-gejala api ini dapat
menimbulkan luka-luka kebakaran yang cukup parah. Bahkan
sebuah akimulator yang agak besar, dapat menimbulkan luka-luka
kebakaran yang cukup parah, kalau terjadi hubungan singkat.
96
Pengantar Teknik Listrik

Untuk memperoleh tegangan rendah 42 V itu harus digunakan


sebuah transformator pengaman. Transformator ini memiliki
kumparan-kumparan yang terpisah.
Dengan satu transformator pengaman boleh dihubungkan lebih
dari satu perkakas tangan. Ini juga berlaku untuk transformator
pengaman yang dapat dipindahpindahkan.
Dalam ruangan kerja, transformator-transformator pengaman yang
dapat dipindah-pindahkan harus- diisolasi sedemikian, hingga
bagian-bagian luarnya yang dibuat dari logam, tidak mungkin
menjadi bertegangan kalau terjadi kerusakan.
Transformator-transformator ini harus ditempatkan dalam dari
bahan isolasi, misalnya dari kayu. Kalau ditempatkan dalam kotak
dari logam, transformator-transformator tersebut harus diisolasi
dari kotaknya.

Gambar 8.7 Transformator pengaman

Gambar 8.7 memperlihatkan sebuah transformator pengaman yang


kuat. Transformator ini dibuat dari karet sintetis tahan minyak;
kabel-kabel penyambungnya divulkanisasi jadi satu dengan rumah
transformator. Di dalam transformator, ada pengaman arus-lebih
dan pengaman suhu.
Konstruksi transformator-transformator pengaman harus
sedemikian hingga tegangan primernya tidak mungkin masuk ke
dalam lingkaran arus sekunder. Lingkaran arus sekunder ini tidak
boleh ditanahkan.
97
Pengantar Teknik Listrik

Tegangan 42 V tersebut dapat juga digunakan untuk lampu tangan.


Akan tetapi lampu tangan yang digunakan harus juga memenuhi
syarat-syarat yang berlaku bagi lampu-lampu tangan untuk
tegangan biasa. Sebab bola lampu 42-voltnya bisa saja diganti
dengan bola lampu untuk tegangan jaring biasa. Sebagai batas
tegangan yang dianggap aman untuk kuda dan ternak, biasan
diambil 24 V. Kalau menggunakan perkakas tangan untuk ternak,
misalnya alat cukur ternak, sebaiknya digunakan tegangan 24 V.
Jika karena alasan-alasan teknis atau praktis, penggunaan 42 V
sulit atau sama sekali tidak bisa dilaksanakan, dapat digunakan
tegangan lain. Untuk penyimpangan ini diperlukan persetujuan dari
arbeidsinspectie (jawatan keselamatan kerja).
Dalam hal ini boleh digunakan:
a. untuk tegangan bolak-balik fasa-satu: tegangan yang tidak
melebihi 110 V. Tegangan ini harus diperoleh dan sebuah
transformator pemisah fasa-satu pasang tetap. Titik tengah
dan kumparan sekunder transformator ini harus ditanahkan
(lihat gambar 8.8). Dengan demikian tegangan sekundernya
ke tanah tidak akan melebihi 55 V.
Pentanahan titik tengah ini boleh ditiadakan, kalau untuk
tiap-tiap perkakas tangan digunakan transformator
pengaman fasa-satu tersendiri (lihat gambar 8.9). Dalam hal
ini transformator yang digunakan juga boleh dari jenis yang
dapat dipindah-pindahkan.

Gambar 8.9 Transformator


pengam fasa satu
Gambar 8.8 Transformator dengan titik
tengah kumparan sekunder ditanahkan
98
Pengantar Teknik Listrik

Kalau digunakan 110 V sebagai ganti 42 V, arus yang


diperlukan untuk suatu daya tertentu, akan lebih kecil. Jadi
kalau daya perkakas yang harus dihubungkan agak besar,
arus yang diperlukan tidak akan terlampau besar.
Selain itu, kalau digunakan 110 V, dapat digunakan mesin-
mesin universal yang bisa digunakan untuk tegangan bolak-
balik 110 V maupun tegangan searah 110 V;
b. untuk tegangan bolak-balik fasa-tiga: tegangan dengan
frekuensi 150 Hz atau lebih, dengan tegangan antar fasa
tidak melebihi 72 V. Titik bintang dari sistem tegangan ini
harus ditanahkan. Dengan demikian tegangannya ke tanah
akan hanya 42 V juga. yaitu:
72
 42 V
3
Dalam hal ini motor yang digunakan adalah motor
frekuensi tinggi. Motor-motor ini memiliki angker hubung-
singkat, sehingga lebih tahan dibandingkan dengan sebuah
motor universal untuk 42 V, 50 Hz. Karena motor frekuensi
tinggi ini tidak memiliki kolektor dan sikat arang,
pemeliharaannya mudah sekali dan jarang rusak. Selain itu,
kalau digunakan motor frekuensi tinggi, motor yang
diperlukan untuk suatu daya tertentu akan lebih ringan
daripada kalau digunakan sebuah motor universal.
Terutama kalau daya yang diperlukan agak besar. Makin
tinggi frekuensi yang digunakan, makin tinggi kecepatan
putar dari motor yang bersangkutan. Karena itu, kalau harus
digunakan roda-roda gigi reduksi, makin tinggi frekuensi
yang digunakan, makin berat transmisi yang diperlukan.
Kalau instalasi yang harus diberi suplai memiliki mesin-
mesin bor, obeng dan gerinda, ternyata frekuensi yang
paling menguntungkan adalah 200 Hz Kalau hanya ada
gerinda saja, frekuensi yang paling menguntungkan adalah
300 Hz.
Perkakas frekuensi tinggi yang direncanakan untuk suatu
frekuensi tertentu bisa saja digunakan untuk frekuensi yang
lebih rendah, asalkan tegangan yang digunakan juga
99
Pengantar Teknik Listrik

diturunkan sebanding dengan penurunan frekuensi. Dalam


hal ini kecepatan putar dan juga daya dari motor yang
digunakan, akan berkurang sebanding dengan penurunan
frekuensi.

Keharusan untuk menggunakan tegangan rendah pengaman


tidak berlaku untuk alat-alat rumah tangga yang dapat dipindah-
pindahkan, misalnya gilingan kopi listrik, penghisap debu,
penggosok lantai, solder listrik dan sebagainya.
Penggunaan tegangan rendah pengaman diharuskan untuk
perkakas yang dapat dipindah-pindahkan dan digunakan untuk
usaha, misalnya gunting dan sikat listrik untuk ternak, mesin getar
beton, gerinda, mesin poles, sikat listrik, gunting listrik untuk
tanaman, bor tangan listrik, obeng listrik, pahat listrik, palu listrik,
gergaji listrik dan sebagainya.
Penggunaan tegangan rendah pengaman juga diharuskan untuk
mainan anak-anak.
Untuk alat-alat pemeliharaan rambut dan kulit berikut ini harus
digunakan tegangan rendah pengaman 24 V atau kurang: alat
cukur kering, gunting rambut, alat-alat pijat, alat keriting rambut
yang dipanaskan langsung, sisir rambut yang di panaskan
langsung, pengering rambut, kap pengering rambut, mesin cukur
ternak dan sebagainya. Keharusan untuk menggunakan 24 V atau
42 V tidak berlaku untuk alat-alat yang memiliki isolasi ganda.
Ketentuan-ketentuan di atas juga berlaku untuk alat-alat yang
dipasang di atas kereta, eretan, statif dan sebagainya, dan
menggerakkan suatu pores fleksibel yang dihubungkan langsung
dengan motor penggeraknya. Kalau poros fleksibel ini
dihubungkan dengan motor penggeraknya via sebuah kopeling dari
bahan isolasi, boleh digunakan motor untuk tegangan jaring biasa.

8.3. ISOLASI GANDA


Keharusan untuk menggunakan tegangan rendah
pengaman, tidak berlaku bagi perkakas tangan yang tidak memiliki
bagian-bagian luar dari logam yang bisa menjadi bertegangan,
kalau terjadi kerusakan.
100
Pengantar Teknik Listrik

Tegangan rendah pengaman juga tidak perlu digunakan untuk


perkakas tangan dengan isolasi ganda (gambar 8.10).
Mesin-mesin dengan isolasi ganda kini makin banyak digunakan.

Gambar 9.10 Mesin bor tangan berisolasi ganda

Mesin-mesin berisolasi ganda dapat dibagi atas:


a. Mesin-mesin berisolasi ganda dengan rumah dari logam dan
rumah dalam dari bahan isolasi
Rumah logam mesin-mesin ini tidak mungkin bertegangan.
Karena itu juga tidak ada gunanya untuk mentanahkannya.
Justru kalau ditanahkan, dalam keadaan-keadaan tertentu hal
ini dapat menimbulkan bahaya.
Misalnya kalau kita memegang aparat lain yang rusak dan tidak
ditanahkan, dan bersamaan dengan itu juga memegang rumah
dari mesin berisolasi ganda tersebut. Kalau dalam keadaan
demikian rumah mesin ini tadinya ditanahkan, bahaya yang
timbul akan justru lebih besar. Karena itu rumah logam dari
mesin-mesin berisolasi ganda tidak boleh ditanahkan.
b. Mesin-mesin berisolasi ganda dari bahan buatan, tanpa bagian-
bagian dari logam yang berhubungan langsung dengan bagian-
bagian motor yang dibuat dari logam.

Secara internasional telah dibuat beberapa ketentuan mengenai


mesin-mesin berisolasi ganda, antara lain:
101
Pengantar Teknik Listrik

1. Untuk menyatakan bahwa sebuah mesin memiliki isolasi


ganda, di sebelah luarnya diberi tanda pengenal
2. Sikat-sikat arang mesin-mesin ini, jika bisa dicapai dari luar,
harus dibuat sedemikian hingga hanya dapat dilepas dengan
menggunakan perkakas. Jadi tidak boleh dapat dilepas dengan
tangan saja.
3. Arus asut mesin-mesin ini tidak boleh melebihi 10 A, berarti
pengaman lebur 10 A tidak boleh putus.
4. Supaya bagian dalam dari rumah motor tidak cepat kotor, sikat-
sikat arang yang digunakan tidak boleh cepat aus. Kalau rumah
dari motor kotor karena debu arang, dapat timbul arus-arus
rambat di atas permukaan isolasinya.
5. Kondensator peredam gangguan untuk mesin ini tidak boleh
dipasang dalam kabel suplai, tetapi harus dipasang dengan baik
di dalam mesin (lihat gambar 8.10).
Mesin-mesin kecil, misalnya bor tangan listrik sampai 8 @
(10 mm, biasanya memiliki rumah dan pegangan yang dibuat dari
polister. Sering polister ini masih diperkuat dengan serat gelas,
hingga kadang-kadang lebih kuat daripada logam.
Untuk transmisi antara poros motor dan roda gigii yang
harus digerakkan, misalnya untuk kepada bor, selalu digunakan
roda gigi dan bahan isolasi (lihat gambar 8.10).
Mesin-mesin kecil memiliki rumah dari bahan buatan; jenis-
jenis yang lebih besar memiliki rumah dari logam.
Demi keselamatan pemakainya, mesin-mesin ini harus
dipelihara dengan baik, supaya isolasi ekstranya tidak dijembatani
oleh kotoran atau endapan arang. Kalau ini sampai terjadi, bagian-
bagian luar yang dibuat dari logam, misalnya rumah atau poros
dari mesin bor, gerinda dan sebagainya, bisa menjadi bertegangan.
Mesin-mesin tersebut di atas sama sekali tidak boleh
digunakan dalam bejana atau ruangan dari logam yang
berhubungan baik dengan tanah, misalnya ketel uap, tangki dan
sebagainya. Untuk pekerjaan dalam bejana atau ruangan demikian,
harus digunakan tegangan bolak-balik yang tidak melebihi 42 V.
Kalau digunakan transformator 42 V yang dapat dipindah-
pindahkan transformator ini harus diletakkan di luar ketel, tangki
102
Pengantar Teknik Listrik

dan sebagainya. Kabel 220 V ke transformator sama sekali tidak


boleh dimasukkan ke dalam ketel, tangki atau sebagainya.

8.4. HUBUNGAN KABEL FLEKSIBEL YANG AMAN


Mengenai hubungan-hubungan dengan kabel fleksibel ditentukan
antara lain: *)
1. Bentuk tusuk kontak tanpa kontak pengaman harus sedemikian
hingga tidak dapat dimasukkan ke dalam kotak-kotak dinding
atau tusuk kontak penghubung dengan kontak pengaman.
Gambar 8.11 memperlihatkan sebuah tusuk kontak yang benar
dan sebuah yang salah. Tusuk kontak yang benar berbentuk
bundar, sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam kotak-kotak
atau tusuk kontak penghubung yang ads kontak pengamannya.

Benar salah

Gambar 8.11 Tusuk kontak

2. Pada waktu dimasukkan, bagian-bagian yang bertegangan dari


tusuk kontak harus tidak mungkin disentuh.
3. Pena-pena sebuah tusuk kontak harus peja/ dan tidak bdeh bisa
berputar. Pena-pena ini harus pejal, supaya tidak mullah patah,
dan tidak boleh berputar supaya kawat-kawat tembaga halus
dari kabel fleksibel yang dihubungkan dengannya, tidak
terpuntir dan putus.
103
Pengantar Teknik Listrik

4. Konstruksi tusuk kontak dan tusuk kontak penghubung harus


sedemikian, hingga oral-oral dari kabel fleksibel yang
dihubungkan dengannya, bebas dari beban tarik.
5. Konstruksi tusuk kontak penghubung harus sedemikian hingga
tidak mungkin untuk memasukkan satu pena saja dari tusuk
kontaknya, dan menyentuh pena lainnya. Karena itu tusuk
kontak penghubung biasanya diberi pinggiran yang tinggi
(gambar 8 12)

Gambar 8.12 Tusuk

6. Konstruksi tusuk kontak dengan kontak pengaman harus


sedemikian, hingga kontak pentanahannya membuat kontak
lebih dahulu, mendahului pena-pena yang menghubungkan
arus, dan memutuskan kontak sesudah pena-pena ini. Hantaran
pengaman yang digunakan, harus berada dalam kabel fleksibel.

Untuk menghubungkan beberapa tusuk kontak dengan satu kotak-


kontak dinding, harus digunakan kotak-kontak dinding ganda,
seperti yang diperlihatkan dalam gambar 8:13. Tusuk kontak tiga
jalan (gambar 8.14) tidak boleh digunakan.
104
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 5.13 Kotak-kotak Gambar 5.14 Tusuk kontak


dinding ganda tiga jalan

Untuk mencegah terjadinya kesalahan, tusuk-tusuk kontak kutub-


dua dibagi alas beberapa kelas, yaitu:
kolas 0 : untuk tusuk kontak kutub-dua tanpa kontak
pengaman; tusuk kontak ini tidak bisa
dimasukkan ke dalam kotak-kontak dengan
kontak pengaman;
kolas I : untuk tusuk kontak kutub-dua dengan kontak
pengaman;
kolas II : untuk tusukkontak yang digunakan aparat
berisolasi ganda. Kabel fleksibel aparat-aparat
ini hanya boleh dipasang oleh seorang yang ahli.
Tusuk kontak ini bisa masuk ke dalam kotak-
kotak dengan atau tanpa kontak pengaman
(gambar 8. 15)
105
Pengantar Teknik Listrik

Kelas I Kelas II

Kelas I
Gambar 8.15 Tusuk-tusuk Gambar 8.16 Kontak
kontak kutub dua tusuk konsentris
kelas I dan kelas II

Kontak-kontak tusuk untuk tegangan rendah pengaman hares


memiliki konstruksi yang berbeda. Untuk 42 V banyak digunakan
kontak tusuk konsentris (gambar 8.16).

Gambar 8.17 Sistem-sisten bayonet


106
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 8.18 Kontak tusuk dengan pengunci bayonet

Kalau dalam satu perusahaan digunakan beberapa jenis


tegangan, untuk mencegah kekeliruan dapat digunakan sistem-
sistem bayonet seperti yang diperlihatkan dalam gambar 8.17
Drake). Gambar ini memperlihatkan tampak depan dari tusuk
tusuk kontak yang digunakan.
Gambar 8.18 memperlihatkan sebuah kontak tusuk dengan
pengunci bayonet.

8.5. PENTANAHAN PENGAMAN


Bagian-bagian luar dari mesin yang dibuat dari logam,
kebanyakan diberi pentanahan pengaman. Dengan demikian, kalau
terjadi kerusakan dan bagian-bagian logam itu menjadi
bertegangan, bahaya yang dapat timbul karena sentuhan akan lebih
kecil.
Menurut PUIL 1977 ayat 520 L2, badan sebuah motor
stasioner dan alat-alat pengaturnyra harus ditanahkan jika:
a. motor itu mendapat suplai dengan kabel yang terbungkus
logam atau
107
Pengantar Teknik Listrik

b. motor tersebut dipasang di tempat yang basah dan tidak


terpencil atau tidak dilindungi, atau
c. motor tersebut dipasang dalam lingkungan yang berbahaya,
atau
d. tegangan kerja motor itu melebihi 50 V ke tanah.
Badan sebuah motor yang dapat dibawa-bawa, jika tegangan
kerjanya melebihi 50 V ke tanah harus ditanahkan atau dilindungi
dengan isolasi ganda atau dengan cara lain yang setaraf (PUIL
1977 ayat 520 L3).
Pentanahan pengaman dimaksudkan :
a. untuk mengurangi beda tegangan, misalnya antara rumah
sebuah motor yang membuat hubungan tanah, dan tiang besi
yang berada di dekatnya;
b. supaya arus-arus yang timbul kalau terjadi hubungan tanah,
dapat langsung mengalir kembali ke titik bintang dari
jaringan suplai, sehingga dapat diharapkan bahwa,
pengaman-pengaman lebur yang digunakan akan putus
dalam waktu yang singkat.
Titik bintang dari jaringan tegangan rendah hampir selalu
ditanahkan.
Jaringan dengan tidak bintang yang tidak ditanahkan,
dinamakan jaringan melayang. Sepintas lalu, menyentuh salah satu
hantaran yang berteganan dari suati jaringan melayang, seakan-
akan tidak berbahaya. Akan tetapi, karena antara hantaran yang
disentuh dan tanah terdapat kapasitansi, akan ada arus juga (lihat
gamba 8.19). Kalau digunakan kabel tanah, kapasitansi itu bisa
lumayan besar. Selain itu karena tahanan isolasi dari jaringan tidak
mungkin sama dengan tak terhingga masih ada tahanan-tahanan
paralel, dengan kapasitansi-kapasitansi tersebut.
108
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 8.19 Bahaya jaringan melayang

Bahaya lain dari jaringan dengan titik bintang yang tidak


ditanahkan, dapat dilihat dari gambar 8.20. Kalau salah satu
hantaran fasa membuat hubungan tanah, tegangan hantaran-
hantaran lainnya ke tanah akan sama dengan tegangan antar fasa,
dan bukan sama dengan tegangan fasa seperti pada jaringan
dengan titik bintang yang ditanahkan.

Gambar 8.20 Bahaya dari jaringan dengan titik bintang tidak


ditanahkan

Tegangan antara badan aparat yang rusak dan tanah tidak boleh
melebihi 50 V. Karena itu tahanan pentanahan harus memenuhi
syarat di bawah ini (PUIL 1977 ayat 324 B1):
50
Ra  ohm
IA
IA = k ln
di mana:
109
Pengantar Teknik Listrik

Ra = tahanan pentanahan dari badan aparat, dalam ohm;


IA = arus pemutus dari pengaman arus lebih yang digunakan,
dalam ampere;
In = kemampuan hantar arus nominal dari pengaman arus
lebih yang di gunakan dalam ampere;
k = suatu faktor yang nilainya tergantung apda karakteristik
dari pengaman arus-lebih yang digunakan;
untuk pengaman lebur : k = 2,5 @ 5 :
untuk alat pengaman lainnya : k = 1, 25 @ 3,5

Menurut peraturan Belanda, tegangan antara badan aparat yang


rusak dan tanah, tidak melebihi 42 V, atau harus berlangsung
sedemikian singkat hingga tidak membahayakan. Tegangan 100 V
yang tidak berlangsung lebih lama daripada 0,2 sekon, dianggap
sebagai tidak membahayakan.
Sebuah pengaman lebur akan putus pada arus 4 In dalam waktu 0,2
sekon. Karena itu untuk tahanan pentanahan ditentukan syarat:

100 25
Ra atau R a 
4l n ln

In di sini adalah kemampuan hantar arus nominal dari pengaman


lebur yang masih diperbolehkan untuk luas penampang penghantar
dari kabel yang digunakan.
Kalau misalnya digunakan NYA mm2 dalam pipa instalasi, dan
digunakan pengaman lebur 20 A, untuk I n harus diambil 25 A,
karena NYA 4 mm2 diam pipa instalasi boleh diberi pengaman
lebur 25 A .
Kalau luas penampang penghantar 4 mm2 itu dipilih berdasarkan
rugi tegangan yang diperbolehkan, untuk I n harus diambil 20 A.
Pengaman lebur untuk instalasi penerangan tidak boleh melebihi
16 A. Jadi untuk instalasi rumah tinggal biasa, tahanan
pentanahannya tidak boleh melebihi

25
Ra   1,6
16
110
Pengantar Teknik Listrik

8.5.1. Tahanan Penyebaran


Kalau terjadi hubungan tanah, akan ada arus tanah (gambar 8.21).

Gambar 8.21 Diagram arus tanah

Kalau misalnya tahanan pentanahan dari aparat yang mengalami


keruskan, sama dengan 1,6 Ω, dan tahanan kontak di tempat
kerusakan sama dengan 3,4 Ω tahanan keseluruhannya akan sama
dengan 5 Ω, kalau tegangan yang digunakan sama dengan 220 V,
dalam hal ini akan ada arus tanah:
220
 44 A
5
Kalau digunakan pengaman lebur 16 A, setelah beberapa
waktu pengaman ini akan putus.
Selama pengaman lebur yang digunakan belum putus,
bagian logam yang ditanahkan dari aparat yang rusak, akan
bertegangan terhadap tanah. Arus yang mengalir dari elektroda
tanah akan menyebar di dalam tanah. Karena itu tahanan
pentahanan juga disebut tahanan penyebaran.
111
Pengantar Teknik Listrik

Tahanan ini akan paling besar di dekat elektroda tanah.


Makin jauh dari elektroda, makin tersebar arus yang mengalir
dalam tanah, sehingga makin kecil tahanan tersebut.
Untuk contoh di atas, tegangan di dekat elektroda dapat
mencapai 44 X 1,6 = 70,4 V. Pada jarak setengah meter dari
elektroda, tegangan ini sudah akan turun sampai kira kira 25 V,
dan pada jarak salu meter sartrpai kira-kira 3 V.

70,4 V

Gambar 8.22 Corong tegangan

Kalau tegangan-tegangan ini digambar sebagai fungsi dari


jarak, akan diperoleh grafik gambar 8.22 Grafik ini kadang-kadang
dinamakan corong tegangan.
Dari gambar 8.22 dapat dilihat, bahwa beds tegangan antara
dua titik di permukaan tanah bisa cukup tinggi. Untuk contoh di
atas, beda tegangan yang timbul pada jarak kira-kira 75 cm dari
elektroda, sudah bisa mencapai 60 V. Jarak 75 cm ini kira-kira
sama dengan satu langkah. Karena itu tegangan tersebut
dinamakan tegangan langkah. Tegangan langkah 60 V ini cukup
berbahaya, dan bisa membunuh ternak.
Kalau tahanan pentahanan tersebut meningkat, misalnya
karena tanah di sekitar elektroda kering atau karena permukaan air
dalam "tanah menurun, tegangan langkah yang timbul bisa lebih
tinggi lagi.

8.5.2. Jenis-jenis Elektrode Pentanahan


Dalam PUIL 1977 pasal 330, elektroda-elektroda pentanahan
dibagi atas jenis-jenis berikut ini:
1. Elektroda pita
112
Pengantar Teknik Listrik

Elektroda pita dibuat dari hantaran berbentuk pita atau batang


bulat, atau dari hantaran yang dipilin. Elektroda pentanahan ini
berbentuk radial, lingkaran atau suatu kombinasi dari bentuk-
bentuk tersebut (lihat gambar 8.23).

Gambar 8. 23 Elektroda pita

Elektroda pita berbentuk radial (gambar 8.23a) harus disusun


simetris. Jumlah jari-jari yang digunakan tidak perlu lebih dari
enam. Penambahan jari-jari melebihi jumlah ini tidak akan
banyak mengurangi tahanan pentanahannya.
2. Elektroda batang
Elektroda batang dibuat dari pipa atau besi baja profit jarang
dipancangkan tegaklurus ke dalam tanah. Panjang elektroda
yang harus digunakan, disesuaikan dengan tahanan pentanahan
yang diperlukan (lihat tabel 8.2).
Untuk memancangkan elektroda-elektroda ini sering digunakan
palu lantak. Elektroda-elektroda tersebut dapat juga
dimasukkan ke dalam tanah dengan getaran, dengan
menggunakan palu kango.
Kalau tanahnya kering, kadang-kadang sangat sulit untuk
mencapai tahanan penyebaran yang cukup rendah. Dalam hal
ini, ada kalanya sifat-sifat tanah itu dapat diperbaiki dengan
mengolahnya dengan bahan-bahan kimia.
Kalau digunakan beberapa elektroda batang yang dihubungkan
paralel, jarak antara elektroda-elektroda ini harus sekurang-
kurangnya sama dengan 2 panjang efektif dari satu elektroda,
113
Pengantar Teknik Listrik

atau sekurang-kurangnya 4 meter. Elektroda-elektroda itu tidak


boleh berada dalam corong tegangan dari elektroda di
sampingnya.
Pentanahan dengan menggunakan elektroda batang juga
disebut pentanahan dalam.
3. Elektroda pelat
Elektroda pelat dibuat dari pelat logam, pelat logam berlubang
atau dari kawat kasa. Pelat ini ditanam tegak lurus di dalam
tanah, dengan tepi atasnya sekurang-kurangnya satu meter di
bawah permukaan tanah.
Luas pelat yang harus digunakan tergantung pada tahanan
pentanahan yang diperlukan. Pada umumnya selembar pelat
ukuran 1 m x 0,5 m sudah
cukup.
Kalau digunakan beberapa pelat yang dihubungkan paralel
untuk memperoleh tahanan pentanahan yang lebih rendah,
jarak antara pelat-pelat ini harus sekurang-kurangnya 3 meter.
Untuk mencapai tahanan pentanahan yang sama, elektroda
pelat memerlukan lebih banyak bahan dibandingkan dengan
elektroda pita atau elektroda batang.
4. Jenis-jenis elektroda lain
a. Jaringan pipa air
Jaringan pipa air dari logam dapat juga dipakai sebagai
elektroda pentanahan.
Jika saluran air minum di dalam rumah atau gedung dipakai
untuk pentanahan, ujung-ujung pipa di kedua sisi dari meter
air harus saling dihubungkan dengan baik. Untuk hubungan
ini harus digunakan:
- kawat tembaga berlapis timah putih dengan luas
penampang sekurang-kurangnya 16 mm2, atau
- kawat baja berlapis seng dengan luas penampang
sekurang-kurangnya 25 mm2, atau
- pita baja berlapis seng dengan luas penampang sekurang-
kurangnya 25 mm2 dan tebal sekurang-kurangnya 3 mm.
b. Selubung logam dari kabel tanah yang tidak dibungkus
dengan bahan lasi sintetis dan ditanam langsung dalam
tanah, dapat dipakai sebagai elektroda pentanahan
114
Pengantar Teknik Listrik

Di kedua sisi dari kotak sambung, selubung logam ini harus


saling dihubungkan dengan hantaran. Konduktivitas
hantaran penghubung ini harus sekurang-kurangnya sama
dengan konduktivitas selubung logam tersebut; luas
penampangnya harus sekurang-kurangnya:
- 4 mm2 Cu untuk kabel tanah dengan luas penampang
penghantar sampai dengan 6 mm2 ;
- 10 mm2 Cu untuk kabel tanah dengan luas penampang
penghantar 10 mm2 atau lebih.
Menurut peraturan Belanda, besi beton dari bangunan-
bangunan beton bertulang, juga boleh digunakan sebagai
elektroda pentanahan.

8.5.3. Bahan dan Ukuran Elektrode Pentanahan


a. Bahan elektroda pentanahan
Bahan yang digunakan untuk elektroda pentanahan adalah
tembaga, baja berlapis seng atau baja berlapis tembaga.
Untuk keadaan-keadaan khusus, misalnya untuk pabrik-pabrik
kimia, kadangkadang diperlukan bahan lain yang lebih tahan
korosi.
b. Ukuran elektroda pentanahan
Ukuran-ukuran minimum yang harus digunakan untuk
elektroda pentanahan, diberikan dalam tabel 8.1.
Kalau tanahnya sangat korosif, atau digunakan elektroda baja
tanpa lapisan seng atau lapisan tembaga, sebaiknya digunakan
ukuran-ukuran minimum 1,5 X ukuran-ukuran yang diberikan
dalam tabel 8.1.
Kalau elektroda yang akan dipasang hanya dimaksudkan
untuk mengatur gradient tegangan, luas penampang
minimum yang boleh digunakan adalah sebagai berikut :
Untuk baja berlapis seng : minimum 16 m2
Untuk baja berlapis tembaga : minimum 16 m2
Untuk tembaga : minimum 10 mm2
Ukuran-ukuran elektroda yang diperlukan untuk mencapai
suatu tahanan pentanahan tertentu, dapat dilihat dari tabel 8.2.
Tabel ini berlaku untuk tahanan jenis tanah Q = 100 Mm.
Kalau tahanan jenis tanah yang sebenarnya berbeda, misalnya sma
115
Pengantar Teknik Listrik

dengan Q1 Ωm, nilai-nilai yang diberikan dalam tabel 8.2, harus


Q
dikalikan dengan 1
100
Misalnya kalau tahanan jenis tanah yang sebenarnya sama
dengan 200 Ωm, yaitu untuk tanah pasir basah (lihat tabel 8.3), dan
digunakan elektro pita yang panjangnnya 100 m, akan diperoleh
tahanan pentanahan:
200
x 3  6
100

Dari tabel 8.2 dapat dilihat, untuk memperoleh tahanan


pentanahan 5 Ω dalam tanah fiat (Q = 100 Ωm; lihat tabel 8.3),
diperlukan elektroda pita yang penjangnya 50 m. Bisa juga
digunakan misalnya 4 elektroda batang yang masing-masing
panjangnya 5 m dan dipasang pada suatu lingkaran dengan garis
tengah kira-kira 15m.
Nilai-nilai yang diberikan dalam tabel 8.2 untuk elektroda
pita dan hantaran pilin, berlaku untuk elektroda yang diletakkan
lurus. Kalau elektroda-elektroda ini misalnya dipasang zig-zag atau
bergelombang, tahanan ini misalnya dipasang zig-zag atau
bergelombang, tahanan pentanahannya akan lebih besar, walaupun
panjang elektrodanya sama.
Tahanan pentanahan dari elektroda pita dan batang, terutama
ditentukan oleh panjangnya. Pengaruh luas penampangnya hanya
kecil sekali.
Untuk memperoleh hasil yang baik, elektroda yang dipasang
harus membuat kontak yang baik dengan tanah. Batu dan kerikil
yang langsung mengenai elektroda, akan memperbesar tahanan
pentanahan dari elektroda ini.
Tabel 8.3 memberikan tahanan jenis dari beberapa jenis
tanah. Nilai-nilai yang tercantuum dalam tabel ini ialah nilai rata-
rata kasar.
Menurut peraturan Belanda, untuk menghubungkan paralel
elektroda-elektroda pentanahan, harus digunakan hantaran
tembaga dengan luas penampang sekurang-kurangnya 25 mm2.
116
Pengantar Teknik Listrik

Kalau digunakan hantaran pita, tebalnya harus sekurang-


kurangnya 2,5 mm.
Gambar 2.54 memperlihatkan suatu jaringan pentanahan dengan
sejumlah elektroda yang dihubungkan paralel. Jadi semua tahanan
pentanahan dihubungakan paralel. Sistem pentanahan ini disebut
pentanahan permukaan.
Di daerah perumahan baru dengan bangunan-bangunan flat
(rumah susun), keliling tiap-tiap bangunan dipasang hantaran
tembaga dengan luas penampang 25 mm2, terutama kalau
tanahnya kering. Hantaran ini dihubungkan dengan sejumlah
elektroda pentanahan, sampai tahanan penyebarannya cukup
rendah. Jaringan pentanahan bangunan yang satu kemudian
dihubungkan dengan jaringan pentanahan dari bangunan-
bangunan lainnya.
Dengan demikian dapat diperoleh tahanan penyebaran yang
sangat rendah. Juga kalau tanahnya menjadi kering, tahanan
penyebaran ini akan masih cukup rendah.

Hantaran-hantaran untuk jaringan pentanahan tersebut


ditanam sekurang-kurangnya 60 cm di bawah permukaan
tanah lihat gambar 8.24). Untuk mencegah kerusakan, han-
taran-hantaran ini dipasang di bawah fundasi bangunan.

Gambar 5.24 Pentanahan kolektif untuk rumah-rumah susun


117
Pengantar Teknik Listrik

Tabel 8.1
Ukuran-ukuran Minimum Elektroda Pentanahan

Jenis Bahan
elektroda Baja berlapis seng Baja berlapis Tembaga
(proses panas) tembaga
Pita baja: Luas penam- Pita tembaga:
Luas penam- pang : 50 mm2 Luas penam-
pang : 100 mm2 pang : 50 mm2
Tebal : 3 mm Tebal : 2 mm
Elektroda
Hantaran pilin: Hantaran pilin:
(bukan kawat halus) (bukan kawat halus)
Luas penam- Luas penam-
pang : 95 mm2 pang : 35 mm2
Pipa baja: Baja bulat: Pipa tembaga:
Diameter: 1´´ Diameter : 15 mm Luas penam-
pang : 50 mm2
Elektroda Baja profil: Tebal lapisan tebal : 2 mm
batang 65x65x7 mm tembaga : 2,5 mm
(atau barang profil Hantaran/hantaran
lain yang setaraf) pilin (bukan kawat
halus)
Luas penam-
pang : 35 mm2
Pelat baja: Pelat tembaga:
Elektroda Luas : 0,5 – 1 m2 - Luas : 0,5 – 1 m2
pelat Tebal : 3 mm Tebal : 2 mm
118
Pengantar Teknik Listrik

Tabel 8.2
TAHANAN PENTANAHAN
(untuk tahanan jenis tanah Q = 100 m)

Jenis Panjang elektroda Ukuran elektroda


elektroda 10 m 25 m 50 m 100 m 1 m 2m 3m 5m 0,5x1m2 1x1m2
ohm ohm ohm ohm ohm ohm ohm ohm ohm ohm
Pita atau
hantaran 20 10 5 3
pilin
Batang 70 40 30 20
dan pipa
Pelat
vertikal:
tepi
atasnya.+ 35 25
1 meter di
bawah
permukaan
tanah
Sumber: PUIL 1977

Tabel 8.3
TAHANAN JENIS TANAH

Jenis Tanah Tanah Pasir Kerikil Pasir Tanah


tanah rawa liat basah basah dan berbatu
+ kerikil
tanah kering
ladang
Tahanan
jenis 30 100 200 500 1000 3000
(ohm-
meter)
Sumber: PUIL 1977
119
Pengantar Teknik Listrik

Tabel 8.4
LUAS PENAMPANG NOMINAL MINIMUM HANTARAN
PENGAMAN

1 2 3 4 5
Hantaran fasa Hantaran pengaman berisolasi Hantaran pengaman tembaga
telanjang
Kabel berinti Kabel tanah dilindungi Tidak
1 berinti 4 dilindungi
mm2 mm2 mm2 mm2 mm2

0,5 0,5 - - -
0,75 0,75 - - -
1 1 - -
1,5 1,5 1,5 1,5 4
2,5 2,5 2,5 1,5 4

4 4 4 2,5 4
6 6 6 4 4
10 10 10 6 6
16 16 16 10 10
25 16 16 16 16

35 16 16 16 16
50 25 25 25 25
70 35 35 35 35
95 50 50 50 50
120 70 70 50 50

150 70 70 50 50
185 95 95 50 50
240 - 120 50 50
300 - 150 50 50
400 - 185 50 50

Sumber: PUIL 1977


120
Pengantar Teknik Listrik

8.5.4. Hantaran Pentanahan


Hantaran pentanahan ialah hantaran yang menghubungkan bagian
yang harus ditanahkan, dengan elektroda pentanahan.
Berhubung dengan kekuatan mekanisnya, untuk hantaran
pentanahan harus digunakan luas penampang minimum sebagai
berikut (PUIL 1977 ayat 331 B1):
untuk hantaran yang diberi perlindungan mekanis yang kokoh:
 hantaran tembaga : 1,5 mm2
 hantaran alumunium : 2,5 mm2
untuk hantaran yang tidak diberi perlindungan mekanis yang
kokoh:
 hantaran tembaga : 4
mm2
 pita baja, dengan tebal sekurang-kurangnya 2,5 mm : 50
mm2
Hantaran aluminium tanpa perlindungan mekanis, tidak boleh
digunakan sebagai hantaran pentanahan.
Luas penampang hantaran pentanahan yang digunakan harus
sesuai dengan tabel 8.4.
Sebagai perlindungan harus digunakan pipa baja; pipa
plastik tidak cukup kuat.
Di tempat penembusan langit-langit atau dinding, dan di
tempat-tempat yang ada bahaya kerusakan mekanis, hantaran
pentanahan harus dilindungi.
Hantaan pentanahan yang dipasang di atas tanah harus
mudah terlihat, dan jika tertutup harus mudah dicapai. Di mana
perlu, hantaran ini harus dilindungi terhadap bahaya kerusakan
mekanis maupun kimiawi.
Kalau tidak dipasang dalam pipa, untuk hantaran pentanahan
sebaiknya digunakan hantaran telanjang, supaya lebih mudah
dikontrol kalau ada yang putus.
Dalam rumah tinggal sebaiknya jangan digunakan hantaran
pentanahan telanjang.
Hantaran pentanahan berisolasi harus memiliki isolasi yang
setaraf dengan isolasi dari hantaran-hantaran lainnya.
121
Pengantar Teknik Listrik

Hantaran-hantaran ini harus dimasukkan bersamaan ke


dalam aparat. Di dalam aparat, hantaran pentanahan harus diikat
dengan baut.
Warna isolasi dari hantaran pentanahan berisolasi harus
selalu hijau kuning. Warna ini tidak boleh digunakan untuk tujuan-
tujuan lain.
Sambungan antara hantaran pentanahan dan elektroda
pentanahan harus mekanis kuat dan membuat kontak listrik yang
baik. Sambungan ini dapat berupa sambungan las atau sambungan
baut yang tidak mudah lepas sendiri. Kalau untuk penyambungan
ini digunakan klem, misalnya pada elektroda pipa, diameter dari
baut yang digunakan harus sekurang-kurangnya 10 mm.
Sambungan di bawah tanah harus dilindungi terhadao
korosi.
Sambungan antara hantaran pentanahan dan rel pentanahan
serta cabang cabangnya, harus sedemikian hingga dapat menjamin
kontak listrik yang baik. Sambungan ini dapat berupa sambungan
las atau sambungan baut dan klem, dan untuk hantaran pilin juga
sambungan selongsong. Sambungan baut harus dilindungi terhadap
korosi.
Untuk keperluan pengujian, dalam hantaran pentanahan
harus ada sambungan yang dapat dilepas untuk memisahkan
bagian di atas tanah dari bagian yangditanam. Sambungan ini harus
dibuat di tempat yang mudah dicapai, dan sedapat mungkin di
tempat yang memang harus ada sambungan.
Hantaran pentanahan tidak boleh diputus dengan cara apa
pun. Sakelar, pengaman lebur dan sebagainya, serta sambungan
yang dapat mudah dilepas tanpa menggunakan alat khusus, tidak
boleh dipasang dalam hantaran pentanahan maupun rel
pentanahan.
Hantaran pentanahan harus dipasang sedemikian hingga
tidak mungkin terjadi, pemutusan, kalau salah satu mesin atau
aparat diambil.
Gambar 8.25 Ban gambar 8.26 memperlihatkan cara-cara
penyambungan yang salah. Kalau motor dalam gambar 8.25 atau
sakelarnya diambil, hantaran pentanahan untuk tahanan asutnya
terputus. Kalau sakelar dalam gambar 8.26 diambil, hantaran
122
Pengantar Teknik Listrik

pentanahan untuk motor dan tahanan asutnya kemungkinan besar


akan terputus.
Gambar 8.27 Ban gambar 8.28 memperlihatkan cara-cara
penyambungan yang yang benar.

Gambar 8.25

Gambar 8.26

Gambar 8.27

Gambar 8.28

Gambar 8.25 s/d 8.28 Cara pemasangan hantaran pentanahan yang


salah dan benar

Untuk memasang hantaran pentanahan pada aparat atau


mesin yang harus ditanahkan, harus digunakan sekerup
pentanahan, rel pentanahan atau klem pentanahan tersendiri.
Hantaran penlanahan tidak boleh dipasang di bawah baut atau mur
yang digunakan untuk mengikat aparat atau mesin yang harus
ditanahkan.
Menurut peraturan Belanda, kalau sebuah aparat ditanahkan
dengan menggunakan hantaran pengaman suatu kabel, misalnya
NYM, rumah dari sakelar aparat ini jika dibuat dari logam, boleh
123
Pengantar Teknik Listrik

digunakan sebagai penyambung hantaran pengaman itu (Iihat


gambar 8.29). Dasar pertimbangan dari ketentuan ini ialah: kalau
sakelar itu diambil, aparat yang bersangkutan juga tidak akan
berfungsi lagi.

Gambar 8.29 Sambungan penatanahan via kotak sakelar dari


logam

Gambar 8.30 Bahaya tanah dijadikan penghantar

Tanah tidak boleh digunakan sebagai penghantar. Suatu


instalasi fasa-tiga tanpa hantaran netral, misalnya 3 X 380 V tidak
boleh digunakan untuk penerangan dengan memasang lampu-
lampu 220 V antara fasa dan tanah. Gambar 8.30 memperlihatkan
bahayanya. Kalau hantaran pentanahan yang digunakan, putus atau
dilepas,antara ujung-ujungnya akan terdapat tegangan penuh 220
V.
124
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 8.31 Bahaya hantaran netral dijadikan hantaran


pentanahan

Hantaran netral (hantaran nol) tidak boleh digunakan


sebagai hantaran pentanahan, karena dapat menimbulkan bahaya.
Sebab kalau hantaran netral ini putus, aparat yang ditanahkan akan
mendapat tegangan fasa penuh terhadap tanah (lihat gambar 8.31).
Selain itu, karena dalam hantaran netral ada rugi tegangan,
juga dapat timbul beda tegangan antara aparat yang ditanahkan dan
tanah (lihat gambar 8.32). Walaupun beda tegangan ini secara
langsung tidak membahayakan, secara tidak langsung bisa juga
menyebabkan kecelakaan, karena dapat membuat kaget kalau
tersentuh.

Gambar 8.32 Beda tengangan antara badan aparat dan tanah

Menurut peraturan Belanda, selubung timbel kabel yang


tebalnya 1,3 mm atau lebih, boleh digunakan sebagai hantaran
pentanahan. Kalau tebal selubung timbel ini kurang daripada 1,3
mm, sebagai hantaran pentanahan harus digunakan urat tersendiri
atau kawat telanjang yang diletakkan di bawah selurubung timbel
tersebut.
125
Pengantar Teknik Listrik

Kawat yang direntangkan bebas tidak boleh digunakan


sebagai hantaran pentanahan, kecuali pada pekerjaan
pembangunan.

8.6. SAKELAR ARUS BOCOR


Sakelar arus bocor atau sakelar arus sisa bekerja dengan
sistem diferensial. Sakelar ini memiliki sebuah transformator arus
dengan inti berbentuk gelang (gambar 8.33). Inti ini melingkari
semua hantaran suplai ke mesin atau aparat yang diamankan,
termasuk hantaran neteral. Ini berlaku untuk sambungan fasa-satu,
sambungan fasa-tiga tanpa netral maupun sambungan fasa-tiga
dengan netral.

Gambar 8.33 Diagram sakelar arus bocor


Dalam keadaan normal, jumlah arus yang dilingkari oleh inti
transformator sama dengan nol. Kalau ada arus bocor ke tanah,
misalnya 0,5 A, keadaan seimbang ini akan tergangu. Karena itu,
dalam inti transformator akan timbul suatu medan magnetik yang
126
Pengantar Teknik Listrik

membangkitkan suatu tegangan dalam kuimparan sekunder (lihat


gambar 8.33).
Arus diferensfel terkecil yang masih menyebabkan sakelar
ini bekerja, disebut arus jatuh nominal (if) dari sakelar. Sakelar-
sakelar ini direncanakan untuk suatu arus jatuh nominal tertentu.
Kalau tegangan badan mesin atau apant yang ditanahkan
tidak boleh melebihi 50 Vice tanah, syarat untuk tahanan dari
lingkaran anus pentahanannya adalah:
50
Ra  volt
If

Gambar 8.34 memperlihatkan sebuah sakelar am bocor


dengan arus jatuh nominal 0,5 A. Jedi kalau tahanan pentanahan
Ra - 100 Ω atau kurang, dan terjadi kerusakan, tegangan serltuh
dari bagian-bagian yang ditanahkan tidak akan melebihi 50 V.
Gambar 8.35 memperlihatkan sakelar tersebut dengan tutupnya
dibuka.

Gambar 8.34 Sakelar arus bocor


127
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 8.35 Sakelar arus bocor tanpa tutup

Sakelar ini dapat dicoba dengan sebuah tombol tekan


percobaan yang terdapat pada sakelar. Tahanan dari lingkaran arus
percobaan dipilih sedemikian, hingga sakelar kutub-dua untuk
tegangan bolak-balik 220 V bsa juga digunakan 127 V, dan sakelar
kutub-empat untuk 380 V bisa juga digunakan untuk 220 V.
Sakelar ini memiliki sebuah magnet halang (lihat gambar
8.33). Karena itu pemutusannya sama sekali tidak tergantung pada
tegangan jaring. Cara kerja magnet halang ini diperlihatkan dalam
gambar 8.36 dan gambar 8.37.

Gambar 8.36 Gambar garis-garis Gambar 8.37 Suatu arus bocor


gaya magnetik dari magnet akan menyebabkan suatu medan
permanen untuk keadaan normal magnet kedua dalam magnet
halang ("medan halang”). Ka-
rena medan halang ini, jalan ke
angker bagi garis-garis gaya dari
128
Pengantar Teknik Listrik

Sebuah magnet permanen menimbulkan garis-garis gaya


magnetik dalam dua paket besi transformator dengan permeabilitas
yang rendah. Sebagian besar dari garis-garis gaya itu melewati
sebuah angker, sehingga angker ini ditarik. Gaya tarik magnetik ini
mengalahkan gaya tarik sebuah pegas (gambar 8.36).
Di tempat-tempat sempit E, besi itu hampir jenuh. Di suatu
tempat tertentu, kedua paket besi tersebut sedemikian berdekatan,
hingga tempat ini merupakan suatu shunt magnetik. Karena itu
sebagian dari garis-garis gaya dari magnet permanen U-S akan
memilih jalan lewat shunt ini (lihat gambar 8.36).
Dalam paket-paket besi tersebut terdapat suatu rongga.
Dalam rongga ini ada sebuah kumparan yang dihubungkan dengan
kumparan sekunder dari transformator arus (lihat gambar 8.33).
Pemutusan dari sakelar berlangsung sebagai berikut.
Kalau dalam lingkaran arus utama terjadi hubungan tanah,
dalam kumparan sekunder dari transformator akan timbul suatu
tegangan. Karena itu, dalam kumparan dari magnet halang yang
dihubungkan dengan kumparan sekunder, akan mengalir arus.
Arus ini membangkitkan suatu medan magnet. garis-garis gaya
dari medan ini harus juga melalui tempat-tempat sempit E. Karena
itu, di tempat-tempat ini garis-garis gaya dari medan magnet
permanen akan terdesak. Jalan yang semula dilalui oleh garis-garis
gaya ini, sekarang tertutup baginya (karena itu magnet tersebut
diberi nama magnet halang).
Dengan demikian seluruh garis gaya dari magnet permanen
sekarang terpaksa harus melalui shunt magnet tersebut di atas.
Garis-garis gaya yang semula melalui angker, sekarang tersedot ke
shunt magnetik ini (gambar 8.37). Karena itu anger ini akan lepas,
dan ditarik oleh pegasnya. Gerakan ini akan menyebabkan sakelar
arus bocor membuka secara mekanis.
Jadi energi yang diperlukan untuk membuka sakelar, tidak
disuplai oleh transformator, tetapi oleh pegas angker yang kuat.
Ada juga jenis-jenis sakelar arus bocor dengan arus jatuh
nominal 30 mA. Keuntungan sakelar jenis ini adalah, kalau kita
129
Pengantar Teknik Listrik

menyentuh bagian-bagian yang bertegangan, arus yang mengalir


lewat badan kita ke tanah, tidak akan membahayakan. Ini dapat
dilihat dari grafik gambar 8.38.

Gambar 8.38 Diagram pemutusan arus bocor

Dalam grafik ini :


- Daerah c yang diarsir adalah daerah pemutusan dari sakelar
arus bocor dengan I fN = 30 mA ;
- daerah I di bawah garis b adalah daerah, di mana irama denyut
jantung dan susunan syaraf tidak dipengaruhi;
- daerah II antara garis-garis b dan a adalah daerah, di mana
pengaruh arus masih dapat ditahan. Di atas kira-kira 50 mA
korban akan pingsan;
- daerah III di atas garis a adalah daerah berbahaya yang dapat
menyebabkar kematian; korban akan pingsan dan kamar-kamar
jantungnya akan mengalami fibrilasi.
Menurut peraturan Belanda, untuk ruangan-ruangan yang
berfungsi sebagai tempat tinggal, harus digunakan sakelar arus
bocor 30 mA (lihat juga jilid I paragraf 2.8). Dalam hat ini tahanan
pentanahan dari instalasinya, tetap tidak boleh melebihi 84 Ω Jadi
kalau pada suatu ketika sakelar arus bocor yang digunakan rusak,
dan diganti dengan sakelar arus bocor 0,5 A, tahanan pentanahan
dari instalasi masih tetap memenuhi syarat. Tegangan sentuhnya
tetap tidak akan melebihi 0,5 X 84 = 42 V, sesuai dengan ke-
tentuan dalam peraturan Belanda.
130
Pengantar Teknik Listrik

Gambar 8.39 Diagram penyambungan peralatan dengan sakelar


arus bocor

Gambar 8.39. memperlihatkan cara menghubungkan alat-alat


pemakai dengan sakelar arus bocor.
Alat-alat pemakai yang dipasang tetap dan mendapat suplai
dari kabel yang dipasang tetap, boleh ditanahkan langsung,
misalnya dengan hantaran pentanahan yang menghubungkan
rumah alat itu dengan elektroda pentanahan yang terdekat.
Akan tetapi alat-alat pemakai yang dihubungkan dengan
kabel fleksibel, tidak boleh ditanahkan langsung. Dalam hal ini
harus digunakan kabel fleksibel yang memiliki hantaran
pentanahan (lihat PUIL 1977 ayat 324 B31.
Dengan satu sakelar arus bocor sebaiknya jangan
dihubungkan terlalu banyak rangkaian akhir (menurut peraturan
Belanda, dengan satu sakelar arus bocor tidak boleh dihubungkan
lebih dari empat rangkaian akhir yang seluruhnya atau sebagian
digunakan untuk penerangan). Pembatasan ini dimaksudkan
supaya kalau sakelar arus bocor itu bekerja, bagian dari instalasi
yang ikut terputus tidak akan terlalu besar.
Kalau digunakan beberapa sakelar arus bocor yang
dihubungkan seri, arus jatuh sakelar-sakelar ini harus dipilih
131
Pengantar Teknik Listrik

sedemikian hingga saling selektif. Misalnya di depan sakelar


dengan arus jatuh nominal 0,5 A atau 30 mA, harus dipasang
sakelar dengan arus jatuh nominal 1 A (lihat gambar 8.40).

Gambar 8.40. Sakelar-sakelar arus bocor yang saling selektif

LATIHAN SOAL

Bagian A
1. Sebutkanlah beberapa cara untuk melindungi manusia den
binatang terhadap bahaya sentuhan dengan bagian-bagian yang
bertegangan.
2. Tindakan-tindakan apakah yang dapat diambil untuk
mengurangi kemungkinan tersentuhnya bagian-bagian yang
bertegangan, pada waktu mengganti bola lampu?
3. Dalam sebuah ruangan kerja harus dipasang Instalasi untuk
menghubungkan perkakas tangan listrik. Uraikanlah cara-cara
yang dapat digunakan.
4. Apakah keuntungan-keuntungan motor frekuensi tinggi,
dibandingkan dengan motor universal?
5. Faktor-faktor apakah yang menentukan pilihan frekuensi untuk
perkakas frekuensi tinggi?
6. Dapatkah sebuah motor frekuensi tinggi digunakan untuk
frekuensi 50 Hz?
7. Sebutkanlah beberapa ketentuan internasional yang berlaku
untuk perkakas tangan listrik berisolasi ganda.
132
Pengantar Teknik Listrik

8. Sebutkanlah beberapa tindakan untuk mengamankan


penggunaan sambungan dengan kabel fleksibel.
9. Tusuk-tusuk kontak kutub-dua dibagi atas beberapa kelas.
Sebutkanlah kelaskelas itu.
10. Kalau dalam satu perusahaan digunakan beberapa jenis
tegangan, cara apakah yang dapat digunakan untuk
menghindari kekeliruan?
11. Bilamanakah bagian-bagian yang telanjang dan bertegangan
harus dilindungi terhadap sentuhan?
Sebutkanlah beberapa contoh, dan juga beberapa contoh
pengecualian.
12. Jenis fiting lampu apakah yang digunakan untuk instalasi
penerangan darurat? Mengapa?
13. Rak hubung-bagi harus ditempatkan dalam ruangan apa?
Siapakah yang boleh memasuki ruangan-ruangan ini?
14. Bagaimanakah konstruksi sebuah transformator pengaman?
15. Mengapa rumah logam sebuah mesin bor tangan berisolasi
ganda tidak boleh ditanahkan?
16. Tegangan apakah yang boleh digunakan untuk pekerjaan dalam
ketel uap?

Bagian B
1. Apakah tujuan penggunaan pentanahan pengaman?
2. Gambarlah suatu diagram dari lingkaran arus yang akan
timbul kalau terjadi hubungan tanah.
3. Bahaya apakah yang dapat timbul, kalau suatu jaringan diberi
suplai oleh sebuah transformator yang tidak bintangnya tidak
ditanahkan?
4. Apa yang dimaksud dengan tahanan penyebaran dari suatu
pentanahan? Dan dengan corong tegangan?
Jelaskanlah jawaban anda dengan gambar.
5. Bahaya apakah yang dapat timbul, kalau pentanahan suatu
instatasi memiliki tahanan penyebaran yang terlalu tinggi?
6. Dapatkah hantaran pentanahan dari suatu instatasi tenaga
hantaran netral, digunakan sebagai hantaran netral? Mengapa?
133
Pengantar Teknik Listrik

7. Dalam sebuah mesin yang ditanahkan terjadi hubungan


singkat dengan badan mesin. Karena itu pada elektroda
pentanahannya timbul tegangan 50 V ke tanah.
Selama terjadinya hubungan singkat, antara elektroda
pentanahan. (A) dan beberapa titik di dekatnya, diukur
tegangan-tegangan berikut ini:
titik jarak ke A tegangan
B 0,5 m 16 V
C 1m 28,5 V
D 1,5 m 38 V
E 2m 44,5 V
F 2,5 m 49 V
G 3m 50 V

Gambarlah corong tegangan yang timbul di sekitar elektroda


pentanahan A.

8. Mengapa hantaran netral suatu instalasi tidak botch digunakan


sebagai hantaran pentanahan?

Bagian C
1. Apakah yang harus diperhatikan, jika menggunakan saluran air
minum dalam rumah atau gedung sebagai elektroda
pentanahan?
2. Dapatkah jaringan pipa air yang sudah tidak dipakai lagi,
digunakan sebagai elektroda pentanahan?
3. Bahan-bahan apakah yang boleh digunakan untuk elektroda
pentahanan?
4. Berapakah luas penampang minimum dan ukuran minimum
dari masing-masing jenis elektroda pentanahan?
5. Bagaimana cara memasang elektroda pits di dalam tanah?
Dan elektroda pelat?
6. Berapakah Was penampang minimum dari hantaran tembaga
yang boleh di gunakan sebagai hantaran pentanahan?
7. Dapatkah pipa instatasi dari logam dan pipa fleksibel
digunakan sebagai hantaran pentanahan?
134
Pengantar Teknik Listrik

8. Bilamanakah hantaran pentanahan yang dipasang dalam satu


pipa instalasi bersama-sama dengan hantaran-hantaran lainnya,
boleh memiliki luas penampang yang lebih kecil daripada
hantaran-hantaran fasanya?
9. Bagaimana cara menyambung hantaran pentanahan dengan
elektroda pentanahan?
10. Bagaimana cara menyambung hantaran pentanahan dengan rel
pentanahan?
11. Antara hantaran pentanahan dan elektroda pentanahan harus
dibuat sambungan yang dapat dilepas.
Apakah tujuan sambungan ini, dan di manakah sambungan ini
harus dibuat?
12. Bagaimana cara memasang hantaran pentanahan jika dipasang
di atas tanah?
13. Bilamanakah selubung logam dari kabel dapat digunakan
sebagai elektroda pentanahan?
14. Dapatkah pada hantaran pentanahan dipasang sakelar?
Dan baut pengikat untuk menyambung hantaran ini?
15. Tiga mesin listrik yang dipasang terpisah, harus ditanahkan
dengan menggunakan hantaran temhaya yang lama. Jelaskanlah
cara pemasangan hantaran pentahanannya dengan gambar?

Bagian D
1. Gambarlah diagram sebuah sakelar diferensial dan jelaskanlah
cara kerjanya. Berapakah tahanan pentahanan maksimum yang
diperbolehkan, kalau tegangan pengaman yang diperbolehkan,
tidak boleh melebihi 24 V ?
2. Uraikanlah cara kerja sebuah magnet halang yang digunakan
dalam sakelar diferensial.
3. Untuk menghubungkan sebuah alat pemakai digunakan NYA
10 mm2 dalam pipa instalasi. Tegangan suplainya 380/220 V
Tentukanlah tahanan pentahanan maksimum yang
diperbolehkan, kalau digunakan :
a. pentanahan langsung;
b. sakelar diferensial yang arus jatuhnya sama dengan 10%
dari kemampuan hantaran arus nominal dari pengaman
lebur yang digunakan.
135
Pengantar Teknik Listrik

4. Dengan suatu jaringan fasa-tiga yang tidak ditanahkan,


dihubungkan 50 rangkaian akhir. Dapatkah kita sekarang
dengan aman menyentuh salah satu bagian yang bertegangan
dari instalasi ini?
Jelaskanlah jawaban anda dengan gambar.
136
Pengantar Teknik Listrik

DAFTAR PUSTAKA

A.E Fitzgerald, David E. Higginbotham, Arvin Grabel, Pantur


Silaban, Dasar-dasar Elektro Teknik. Penerbit Erlangga, Jakarta,
1984.
Gussow, Milton dan Ir. Zulkifli Harahap, “Dasar-dasar
Teknik Listrik” Edisi ketiga, Penerbit Erlangga, 2004

Lee Cherff Cisca, Muslimin Marappung, Rangkaian Listrik,


Penerbit Armico, Bandung 1983

Muslimin Marappung, Teknik Tenaga Listrik, Penerbit Armico,


Bandung 1979

Harten, P.Van dan Ir. E. Setiawan, “Instalasi Listrik Arus


Kuat 1, 2, dan 3” Cetakan ketiga, Penerbit Binacipta, 1986

Pusdiklat, “ Kumpulan Diktat Pelatihan Perawatan Reaktor


Riset (BATAN-JAERI)”, 2005

Tipler, Paul A, “ FISIKA untuk Sains dan Teknik” Penerbit


Erlangga 1998, (terjemahan Dra. Lea Prasetio, M.Sc. dan
Rahmad W. Adi, Ph.D)

Zuhal. Dasar Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Penerbit


Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 1988.
137
Pengantar Teknik Listrik

Indeks

Istilah Halaman
A
ambar 1
ammeter 12
antena 12
armatur 60
arus Eddy 49
arus efektif 31
arus jangkar 59
arus konvensional 6
arus listrik 1, 2
arus pusar 49
autotrafo 51
B
baterai 12, 15
BSN 9
C
CEE 9
CENECOM 9
coulomb 5
D
daya kuda 18
daya listrik 17, 18
daya rata-rata 37
daya sesaat 37
diagram blok 14
dielektrik 23
diode semikonduktor 12
E
elektron bebas 2
elektrostatik 2, 4
F
faktor daya 38
faktor kerja 49
G
gaya gerak listrik 1, 4, 15
138
Pengantar Teknik Listrik

gaya gerak magnet 48


generator 6, 15, 31, 52
generator ac 12, 60
generator dc 12, 60
generator kompon 63
generator paralel 63
generator seri 62
H
hubungan bintang 40
hubungan delta 40, 42
Hukum Kirchoff 27, 29
Hukum Ohm 17
I
IEC 8
impedansi 38
induksi elektromagnet 45
induktor 13, 19, 26, 32, 38
induktor inti besi 12
induktor inti udara 12
ISO 8
J
jek 13
K
kapasitor 13, 14, 19, 23, 25, 35
kapasitor tetap 12
kapasitor variabel 12
komponen aktif 19
komponen pasif 19
komutator 58
kondensator 23
konstanta waktu 25
kopel 53
kristal 12
L
lampu 12
LMK 10
M
MEE 9
motor ac 12, 52
139
Pengantar Teknik Listrik

motor asinkron 52, 53


motor dc 12, 52
motor induksi 52, 56
motor listrik 51
muatan listrik 1
P
penyearah 13
polaritas 21, 29
polaritas listrik 2
polaritas transformator 49
potensial 4
potensiometer 19
R
rangkaian terbuka 15
rangkaian tertutup 15
reaktansi induktif 33
reaktansi kapasitif 36
resistivitas 19
resistor 12, 13, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 38
resistor variabel 12
rheostat 12, 19
rotor 52, 53
rotor 53
rugi besi 48
rugi histerisis 49
rugi inti besi stator 55
rugi lilitan stator 55
S
sakelar 12
sekering 12
sel kering 12
sel kimia volta 6
sikat 58
slip 52, 53
standarisasi 8
stator 52
T
tanah 12
tegangan efektif 31
140
Pengantar Teknik Listrik

tegangan fasa 41, 43


trafo arus 51
trafo tegangan 51
transformator 12, 13, 45
transformator berbeban 47
transformator tanpa beban 46
transistor 12, 13
V
voltmeter 12
W
wattmeter 12
141
Pengantar Teknik Listrik

Biodata
Muhammad Khoiri, lahair di Solo, 12 Agustus 1962. memperoleh
gelar Insinyur Teknik Nuklir pada Jurusan Teknik Nuklir, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada tahun 1988.
Mulai tahun 2007 sedang studi lanjut di Jurusan teknik Mesin dan
Industri di Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.
Sejak tahun 1988 sampai sekarang menjadi dosen tetap pada
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir nasional
(STTN-BATAN) Yogyakarta. Mata kuliah yang pernah dipegang
antara lain Fisika Dasar, Alat Ukur dan Teknik Pengukuran,
Perlengkapan Sistem Tenaga, Sistem PLTN dan Pembangkit
Konvensional, Teknik Tenaga Listrik.

Anda mungkin juga menyukai