BUKU
RANGKAIAN ELEKTRIK
(Analisis Keadaan Mantab)
Oleh :
1
Rangkaian Elektrik
KATA PENGANTAR
2
Rangkaian Elektrik
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I. BESARAN ELEKTRIK DAN UNSUR RANGKAIAN
1.1. SatuanSistem Internasional
1.2. Besaran Elektrik
1.3. SumberTegangan Dan SumberArus
1.4. Unsur Rangkaian
5.1. SumberTeganganTigaFasa
5.2. Beban ElektrikTiga Fasa
5.3. Daya RangkaianTiga Fasa
3
Rangkaian Elektrik
DAFTAR GAMBAR
4
Rangkaian Elektrik
6
Rangkaian Elektrik
BAB I
BESARAN ELEKTRIK DAN UNSUR RANGKAIAN
1.1 Satuan Sistem Internasional
Dalam teknologi setiap gejala fisis harus dapat diuraikan secara kuantitatif
dengan satuan yang sama, karena itu diperlukan suatu himpunan satuan baku yang
seragam dan dapat dipakai dimanapun. Sistem satuan yang digunakan dalam hal ini
adalah Satuan Sistem Internasional (SI).
Konferensi Internasional yang kesepuluh mengenai berat dan ukuran pada
tahun 1954 telah menetapkan enam satuan dasar, antara lain :
• Satuan panjang dalam meter (m)
• Satuan massa dalam kilogram (kg)
• Satuan waktu dalam second (s)
• Satuan arus listrik dalam ampere (A)
• Satuan suhu dalam kelvin (K)
• Satuan kuat cahaya dalam candela (cd)
Untuk mempermudah pemakaian, digunakan awalan satuan yang menunjukkan
kelipatan satuan, karena pada umumnya daerah yang dicakup oleh suatu satuan
tersebut sangat luas. Awalan satuan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.
Tabel. 1.1 Awalan Satuan
7
Rangkaian Elektrik
Contoh :
4000 g = 4.103 g = 4 kg
3000 A = 3.103 g = 3 kA
2 A = 2000.10-3 A = 2000 mA
750 kV = 750.103 V = 750000 V
dq i
i=
dt i
i : Arus elektrik dalam ampere (A)
q : Muatan elektrik dalam coulomb (c)
t : Waktu dalam detik (s)
Arus listrik dalam rangkaian harus digambarkan dengan arah anak panah, simbol
untuk arus elektrik ditulis i (huruf kecil) digunakan untuk arus yang merupakan fungsi
waktu, yang disebut arus sesaat (intantaneous current), sebagai contoh.
i = 100t A
i(t) = 100t A
i = 20 sin 80t A
Ditulis I (huruf besar) digunakan untuk arus yang besarnya konstan, bukan merupakan
fungsi waktu, sebagai contoh.
I = 10 A
I = 0,75 A
2. Tegangan Elektrik
Tegangan elektrik (tegangan listrik) disebut juga beda potensial adalah tenaga
yang diperlukan oleh satu satuan muatan elektrik untuk berpindah dari suatu titik ke
titik yang lain karena pengaruh gaya elektrik. Atau dengan kata lain beda potensial
adalah tenaga per satuan muatan, dan ditulis dalam bentuk rumus persamaan :
dw +
v=
dq Vs
v : Tegangan elektrik dalam volt (V)
w : Tenaga elektrik dalam joule (J) -
q : Muatan elektrik dalam coulomb (C)
8
Rangkaian Elektrik
Tegangan dalam rangkaian harus digambarkan dengan polaritas positif (+) dan negatif
(-), simbol untuk tegangan elektrik ditulis v (huruf kecil) digunakan untuk tegangan
yang merupakan fungsi waktu atau tegangan sesaat (intantaneuos voltage), sebagai
contoh:
v = 10 t volt
v(t) = 10t volt
v = 100 cos (10t +300)
V(huruf besar) digunakan untuk tegangan yang besarnya konstan, sebagai contoh :
V = 220 volt
V = 12 volt
3. Daya Elektrik
Daya elektrik (daya listrik) adalah besarnya tenaga elektrik setiap satuan waktu,
apabila ditulis dalam bentuk rumus persamaan .
dw
p=
dt
p : Daya elektrik dalam Watt (W)
w : Tenaga elektrik dalam joule (J)
t : Waktu dalam detik (s)
Simbol untuk daya elektrik ditulis p (huruf kecil) digunakan untuk daya yang merupakan
fungsi waktu, atau disebut daya sesaat, sebagai contoh :
p = 10 sin 50t watt
p(t) = 10 cos 30t watt.
Ditulis P (huruf besar) digunakan untuk daya yang besarnya konstan, sebagai contoh :
P = 25 watt
P = 500 watt
dw dw dq
p= = . =vi
dt dq dt
9
Rangkaian Elektrik
+
+
V V
-
-
i i
+
+
V = kV1 V = ki1
-
-
i = kV1 i = ki1
1. Resistansi (R).
Resistansi (tahanan) adalah konstanta rangkaian yang memerlukan tegangan
sebanding dengan arus yang mengalir didalamnya, apabila ditulis dalam bentuk
rumus persamaan (Hukum Ohm), sebagai berikut :
v
R=
i
R : Resitansi dalam Ohm (Ω)
v : Tegangan dalam volt (V)
i : Arus dalam ampere (A)
Simbol untuk resistansi terlihat pada gambar no. 1.5 berikut ini
R
i
+ -
V
11
Rangkaian Elektrik
Kebalikan dari resistansi adalah konduktansi (daya hantar elektrik), simbol dari
konduktansi (G)
1
G=
R
i = G.v
G
i
+ -
V
R t 2 = R t1 1+ ( t 2 − t 1 )
Besarnya resistansi suatu bahan dengan panjang (L) dan luas penampang (A) yang
diperlihatkan pada gambar 1.7, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut ;
L
R=
A
12
Rangkaian Elektrik
Bahan logam yang yang mempunyai tahanan jenis rendah disebut konduktor, misalnya
aluminium, tembaga, perak dan sebagainya, logam ini baik sekali untuk mengalirkan
arus elektrik.
Bahan yang mempunyai tahanan jenis yang sangat tinggi disebut isolator, misalkan
glas, porselin, mika dan sebagainya, bahan ini digunakan untuk membatasi
(mengisolasi) agar arus elektrik tidak dapat mengalir.
dw = p. dt
w = p dt
w = i2R t joule
2. Induktansi (L)
di
v=L
dt
v
L=
di
dt
L L
i i
+ V -
+ -
v
di
v =L
dt
1
di = v dt
L
t
1
0 di = L vdt
1
L
i( t ) − i(0 ) = vdt
1
L
i( t ) = vdt + i(0 )
1
L
i(t ) = vdt
Dari persamaan menunjukkan bahwa arus dalam induktansi tidak tergantung pada nilai
sesaat tegangan, melainkan pada nilai sejak awal sampai pada saat tegangan tersebut
diamati. Yaitu integral atau jumlah hasil kali volt .detik untuk seluruh waktu sampai
waktu pada saat diamati.
di di
p = v i=L .i = L i watt
dt dt
di
w = p dt = L i . dt
dt
w = L i. di
1 2
w= L i joule
2
Tenaga pada induktansi akan disimpan dalam bentuk medan maknet, benda fisis yang
mempunyai induktansi besar (induktif) disebut induktor, Gambar 1.9 memperlihatkan
induktor yang terdiri dari kumparan tembaga dan inti besi laminasi.
14
Rangkaian Elektrik
Inti besi
N
d
Kumparan
tembaga A
Besarnya induktansi dari induktor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
N2 A
L=
d
L : Induktansi (H)
N :Jumlah lilitan kumparan tembaga
A : Luas penampang inti besi (m2)
µ : Permeabilitas maknit inti besi
d : Panjang jalur maknetik (m)
3. Kapasitansi
i
C=
dv
dt
C : Kapasitansi (F)
i : Arus (A)
v : Tegangan (V)
t : Waktu (s)
Lambang untuk rangkaian kapasitansi terlihat pada gambar 1.10 berikut ini.
C C
i
i
+ - + -
V v
15
Rangkaian Elektrik
dv
i=C
dt
1
dv = i dt
C
t
1
dv = C idt
0
1
C
v ( t ) − v (0 ) = idt
1
C
v( t ) = idt + v(0)
1
C
v( t ) = idt
dv
p = vi=Cv watt
dt
Tenaga pada kapasitansi adalah :
dv
w = p dt = C v . dt
dt
w = C v dv
1
w= C v 2 joule
2
Dalam kapasitansi tenaga tersebut akan disimpan dalam bentuk Medan listrik, tenaga
ini akan dikeluarkan kembali pada rangkaian pada saat tegangan menjadi nol.
Benda fisis yang mempunyai kapasitansi besar (kapasitif) disebut Kapasitor,
gambar 1.11 memperlihatkan kapasitor.
Bahan dielektrik
d
Plat/keping
kapasitor
-
16
Rangkaian Elektrik
Besar kapasitansi dari kapasitor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
A
C =
d
C : Kapasitansi (F)
A : Luas penampang keping kapasitor (m2)
d : Jarak antara keping kapasitor (m)
ε : Permitivitas bahan (konstanta dielektrik)
1.5. Soal-Soal
1. Pemanas listrik dengan data : daya 1 kW, tegangan 220 V, apabila pemanas
dihubungkan dengan sumber tegangan 180 V, hitung daya dan tenaga yang
diserap selama 6 jam.
40
i
10 F
+
v(t) 1H
- 10
17
Rangkaian Elektrik
BAB II
HUKUM DASAR DAN RANGKAIAN SEDERHANA
Dalam Bab ini akan dibahas bagaimana hukum dasar rangkaian mendasari
gabungan dan interkoneksi beberapa unsur rangkaian dalam suatu rangkaian elektrik,
akan dijumpai hukum dasar utama, yaitu Hukum Ohm yang merupakan hubungan
antara arus dan tegangan pada konstanta rangkaian, Kukum Kirchhoff yang akan
menguraiakan bagaimana hubungan arus apabila beberapa unsur rangkaian bertemu
dalam suatu titik sambung (node), serta bagaimana beberapa tegangan bergabung
apabila unsur rangkaian dihubungkan secara berurutan.
Dibahas pula pengembangan dari hukum-hukum dasar untuk menyelidiki
hubungan seri dan paralel beberapa unsur rangkaian, pembagian tegangan dan
pembagian arus serta transformasi sumber tegangan dan sumber arus.
v =Ri
v : Tegangan dalam volt (V)
i : Arus dalam ampere (A)
R: Resistansi dalam ohm (Ω)
v =Ri v = − Ri
Apabila arus mengalir masuk resistansi menjumpai polaritas positif (+), maka tegangan
pada resistansi adalah positif.
Apabila arus mengalir masuk resistansi menjumpai polaritas negatif (-), maka tegangan
pada resistansi adalah negative
18
Rangkaian Elektrik
2. Hukum Kirchhoff I
Hukum Kirchhoff I menyatakan jumlah arus yang menuju ketitik sambung (titik
simpul/node) adalah sama dengan nol, atau jumlah arus yang menuju titik sambung
sama dengan jumlah arus yang meninggalkan titik sambung.
i
k =1
k =0
i1 + i2 + i3 + i4 + ......... + in = 0
i1 + i2 + ( −i3 ) + i4 + ( −i5 ) = 0
i1 + i2 + i4 − i3 − i5 = 0
Atau :
i1 + i2 + i4 = i3 + i5
(Jumlah arus yang menuju node sama dengan jumlah arus yang meninggalkan node)
ia
18 A 3A
2A
4A
Solusi :
Pada rangkaian terdapat 2 titik sambung, titik sambung (1) dan titik sambung (2).
Ditinjau pada titik sambung (1) :
i = 0 , maka 18 – 2 – 3 – 4 – ia = 0
ia = 9 A
-18 +2 +3 + 4 + ia = 0
ia = 9 A
3. Hukum Kirchhoff II
Hukum Kirchhoff II menyatakan bahwa dalam rangkaian tertutup jumlah
tegangan sama dengan nol.
n
v
k =1
k =0
v1 + v 2 + v 3 + ........ +v n = 0
20
Rangkaian Elektrik
arus masuk ke unsur rangkaian menjumpai polaritas negatif (-), maka tegangan pada
unsur rangkaian diberi tanda negatif
− v1 + ( + v a ) + ( + v b ) + ( + v 2 ) + ( + v c ) = 0
− v1 + v a + v b + v 2 + v c = 0
Contoh :
30 V Solusi :
R1 + -
+
30 V
- v = 0
+ +
150 – 30 – 30 – Va = 0
150 V R2 Va
- -
Va = 90 V
+ -
Vx
10 A 2 4 1A
Ix 2A
Solusi :
Pada titik sambung (3), berlaku i =0 1
2
2
+ -
-10 + Ix + 2 + 1 = 0 Vx
+ +
-7 + Ix = 0
10 A 2 V1 V2 4 1A
Ix = 7 A - -
Ix 2A
V1 = 2x7 = 14 V, dan V2 = 4x2 = 8 V
Pada rangkaian tertutup berlaku v=0 3
V1 – Vx – V2 = 0
Vx = V1 – V2
Vx = 14 – 8 = 6 V
21
Rangkaian Elektrik
1. Hubungan Seri
Dalam hubungan seri unsur rangkaian yang diperlihatkan pada gambar 2.4,
besarnya arus yang mengalir adalah sama.
i1 = i2 = i3 = i4 = i5
R L1
i1 i2
i3
+
Vs C
-
i5
i4
L2
Apabila beberapa sumber arus dihubungkan seri, maka besarnya arus harus sama.
2. Hubungan Paralel
Dalam hubungan paralel unsur rangkaian yang ditunjukkan pada gambar 2.5,
besarnya tegangan paralel sama.
v s = v1 = v 2 = v 3
+ + + +
Vs V3 L
V1 C V2 R
- - - -
22
Rangkaian Elektrik
R1
i + - i
V1
+ + +
Vs R2 Vs Rs
V2
-
- -
- V3 +
R3
R s = R1 + R2 + R3
Sehingga secara umum dapat dituliskan rumus persamaan sebagai berikut :
Rs = R
1. Resistansi Paralel
Rangkaian yang terdiri dari 3 resistansi yang dihubungkan paralel, serta
rangkaian ekuivalenya terlihat pada gambar 2.7
i i
i1 i2 i3
+
+
R1 R2 R3 Vs Rp
Vs
-
-
23
Rangkaian Elektrik
1 1 1 1
= + +
Rp R1 R 2 R 3
Gp = G
Apabila terdapat dua resistansi yang paralel, untuk mempermudah dalam perhitungan,
maka digunakan rumus sebagai berikut :
R1 R2
24
Rangkaian Elektrik
1 1 1
= +
Rp R1 R 2
1 R 2 + R1
=
R p R1 x R 2
R 2 x R1
Rp =
R1 + R 2
i + V1 - i
+
+
+
Vs V2 L2 Vs Ls
- -
-
- V3
+
L3
di
v 1 = L1
dt
di
v 2 = L2
dt
di
v 3 = L3
dt
25
Rangkaian Elektrik
Ls = L
2. Induktansi Paralel
Rangkaian yang terdiri dari 3 induktansi dihubungkan paralel, serta rangkaian
ekuivalenya terlihat pada gambar 2.10
i i
i1 i2 i3
+ +
Vs Vs Lp
L1 L2 L3
- -
1
L1
i1 = v dt
1
i2 =
L2 v dt
1
v dt i3 =
L3
Menurut Hukum Kirchhoff I, maka berlaku : i = 0
i − i1 − i2 − i3 = 0
i = i1 + i2 + i3
1 1 1
i=
L1 v dt + v dt +
L2 L3 v dt
1 1 1
i= + +
L1 L 2 L 3
v dt
1
Lp
i= v dt
26
Rangkaian Elektrik
1 1 1 1
= + +
L p L1 L 2 L 3
1 1
=
Lp L
i i
+ - + -
V1 V2
+ +
+
V3 C3 Vs Cs
Vs
- -
-
1
C1
v1 = i dt
1
C2
v2 = i dt
1
C3
v3 = i dt
1 1 1
vs = + + i dt
C1 C 2 C3
1
Cs
vs = i dt
27
Rangkaian Elektrik
1 1 1 1
= + +
Cs C1 C2 C3
1 1
Cs
= C
2. Kapasitansi Paralel
Rangkaian yang terdiri dari 3 kapasitansi dihubungkan paralel, serta rangkaian
ekuivalenya terlihat pada gambar 2.12
i i
i1 i2 i3
+ +
Vs C1 C2 C3 Vs Cp
-
-
dv
i1 = C1
dt
dv
i2 = C 2
dt
dv
i3 = C 3
dt
dv dv dv
i = C1 + C2 + C3
dt dt dt
i = C1 + C 2 + C3
dv
dt
dv
i = Cp
dt
28
Rangkaian Elektrik
Cp = C1 + C2 + C3
Cp = C
Contoh Soal :
15 x 10
Rp = =6
15 10 15 + 10
R ab = 10 + 14 + 6 = 30
b
10 H 4H
a
6H 2H
10 H
a
c
Ls = 4 + 2 = 6 H
6x6
L cd = = 3H
6+6
6H Ls
L ab = 10 + 3 = 13 H
b
d
5F 3F
3F 6F
29
Rangkaian Elektrik
5F
c 6x3
a Cs = = 2F
6+3
3F
Ccd = 3 + 2 = 5 F
Cs
5x5
Cab = = 2,5 F
5+5
b
d
0,5 1
x
+
12 V 4 10 8
-
0,5 1
y
Solusi :
0,5
x
R s = 1+ 8 + 1= 10
4 10 Rs
0,5
y
0,5
x
10 x 10
4 Rp Rp = =5
10 + 10
0,5
y
R s = 0.5 + 5 + 0,5 = 6
6x4
4 Rs1
R xy = = 2,4
6+4
30
Rangkaian Elektrik
I
12 12
Ia I= = =5A
+
+ R xy 2,4
12 V Va 12 12
Ia = = =2A
- - Rs 6
Va = R p Ia = 5 x 2 = 10 V
1. Pembagian Tegangan
Pembagian tegangan digunakan untuk menyatakan tegangan pada salah satu
diantara beberapa resistansi yang terhubung seri, dapat dilihat pada gambar 2.13
Rs = R1 + R2 + R3 i
v = Rs i +
R1 V1
v
i= -
Rs +
+
v R V
v 1 = R1 i = R1 = 1v -
R2 V2
Rs Rs -
v R
v 2 = R2 i = R2 = 2v +
Rs Rs R3 V3
v R
v 3 = R3 i = R3 = 3v
-
Rs Rs
Gambar 2.13 Pembagian Tegangan
Dari ketiga persamaan mempunyai bentuk kesamaan, dan apabila dituliskan dalam
bentuk persamaan secara umum, diperoleh :
Rx
vx = v
R
x : 1 s/d n
Vx : Tegangan pada resistansi ke x
31
Rangkaian Elektrik
Contoh :
Hitung tegangan v1 dan v4
5
+ V1 -
10
5
+ v1 = x150 = 15 V
150 V 5 + 10 + 15 + 20
20
v4 = − x 150 = − 60 v
-
15
5 + 10 + 15 + 20
+ V4 -
20
2. Pembagian Arus
Pembagian arus digunakan untuk menyatakan arus yang mengalir melalui
salah satu diantara beberapa resistansi yang terhubung paralel, hal ini dapat dilihat
pada gambar 2.14
1 1 1 1 i
= + + i2
R p R1 R 2 R 3 i1 i3
Gp = G1 + G 2 + G3 +
V R1 R2 R3
v = Rp i -
i
v =
Gp
Gambar 2.14 Pembagian Arus
v i G
i1 = = G1 v = G1 = 1i
R1 Gp Gp
v i G
i2 = = G2 v = G2 = 2i
R2 Gp Gp
v i G
i3 = = G3 v = G3 = 3i
R3 Gp Gp
Dari ketiga persamaan mempunyai bentuk kesamaan, dan apabila dituliskan dalam
bentuk persamaan secara umum, diperoleh :
Gx
ix = i
G
x : 1 s/d n
ix : Arus pada resistansi ke x
32
Rangkaian Elektrik
Contoh :
1
60 A 15
i2 i3 i2 = − x 60 = − 12 A
1 1 1
+ + +
15 15 5
V 15 15 5 1
-
i3 = 5 x 60 = 36 A
1 1 1
+ +
15 15 5
R 2 x R1
v = Rp i = i i
R1 + R 2 i1 i2
+
v 1 R x R1 V R1 R2
i1 = = x 2 i
R1 R1 R1 + R 2 -
R2
i1 = i
R1 + R 2
v 1 R x R1
i2 = = x 2 i
R 2 R 2 R1 + R 2
R1
i2 = i
R1 + R 2
33
Rangkaian Elektrik
Rs
+
Is Rs
Vs
-
Sumber tegangan dapat ditransformasikan ke sumber arus, besarnya arus dari sumber
arus adalah :
vs
is =
Rs
Rp
+
Is Rp
Vs
-
Contoh :
+
3A 4
12 V
-
34
Rangkaian Elektrik
-
10 A 5
50 V
+
+ -
Vx
10 A 2 4 1A
Solusi :
2 2 4
Ia
+ - + - + -
Vx
+ -
20 V 4V
- +
v = 0
20 − 2 Ia − 2 Ia − 4 Ia + 4 = 0
8 Ia = 24
Ia = 3 A
V x = 2 Ia = 2 x 3 = 6 V
35
Rangkaian Elektrik
60 V
10 - +
a b
Ix -
-
5 2A
10 V 5
+
Solusi :
60 V
- + 5
a b
Ix -
+
10 5 10 V
1A
-
10 x 5
Rp = = 3,33
10 + 5
60 V
3,33 - + 5
a b
Ix - + -
+ -
+
-
10 V
3.33 V
-
+
36
Rangkaian Elektrik
Terlihat pada rangkaian gambar 2.17, hubungan resistor tidak dapat dilihat mana yang
sri dan yang paralel.
Untuk menghitung resistansi total maka harus dilakukan transformasi hubungan delta
ke hubungan bintang, hal ini ditunjukan pada gambar 2.18, hubungan (Δ) dengan
resistansi (R1, R2, R3) ditransformasi ke hubungan (Y) dengan resistansi (Ra, Rb, Rc)
37
Rangkaian Elektrik
R1 R 2 R2 R3
R a + Rb = + ............... (1)
R1 + R 2 + R 3 R1 + R 2 + R 3
R1 R3 R 2 R3
Rb + R c = + .................. (2)
R1 + R 2 + R3 R1 + R 2 + R3
R1 R 2 R1 R3
Rc + Ra = + ................. (3)
R1 + R 2 + R3 R1 + R 2 + R3
Dari ketiga persamaan (1), (2), (3) apabila diselesaikan akan diperoleh besarnya Ra,
Rb, Rc sebagai berikut.
Dengan cara yang sama akan dapat diperoleh R1, R2, R3, sebagai berikut :
Contoh :
Hitung resistansi ekivalen rangkaian elektik pada gambar berikut.
38
Rangkaian Elektrik
12x18
Ra = = 6 k
12 + 18 + 6
18x 6
Rb = = 3 k
12 + 18 + 6
12x6
Rc = = 2 k
12 + 18 + 6
Rs1 = 2 + 4 = 6 k
Rs2 = 3 + 9 = 12 k
6 x12
Rt = 6 + = 10 k
6 + 12
SOAL - SOAL
39
Rangkaian Elektrik
8Ω 5Ω
a
+
6Ω 20 Ω
38 V 1Ω
3Ω
-
2Ω
b
40
Rangkaian Elektrik
20 Ω
8Ω 5Ω
a
+
6Ω 20 Ω
38 V 1Ω
3Ω
-
2Ω
b
20 Ω
8Ω 5Ω
a
+
6Ω 20 Ω
38 V 1Ω
3Ω
-
2Ω
b
41
Rangkaian Elektrik
20 Ω
8Ω 5Ω
a
+
6Ω 20 Ω
38 V 1Ω
3Ω
-
2Ω
b
8Ω 5Ω
a
+
6Ω 20 Ω
38 V 1Ω
3Ω
-
2Ω
b
1Ω
Ix
6Ω
2Ω
12 V
12 Ω
1Ω
42
Rangkaian Elektrik
I1 R1
Va
I Vb
I1
R2 R3
43
Rangkaian Elektrik
BAB III
METODE ANALISIS RANGKAIAN
Dalam pembahasan analisis arus mesh akan dimulai dari rangkaian elektrik yang
mempunyai 1 mesh, 2 mesh, 3 mesh, dan 4 mesh yang berikutnya dapat
dikembangkan untuk (N) mesh.
44
Rangkaian Elektrik
I1 R1
Va
I Vb
I1
R2 R3
I1 R1 R2 I2
I3
Va I R3 II Vb
I1 I2
( R1 + R3 ) I1 − R3 I2 = Va ....... (1)
− R 3 I1 + ( R 2 + R 3 ) I2 = − Vb .......... .(2)
Dari persamaan (1) dan (2) terdapat kesamaan, yaitu adanya arus I1 dan arus I2, dan
ruas kanan adalah tegangan, apabila kita susun notasinya akan menjadi persamaan
arus mesh :
Mesh(1) : R11 I1 − R12 I2 = V1
Mesh(2) : − R 21 I1 + R 22 I2 = V2
46
Rangkaian Elektrik
− R 31 − R 32 R 33 I3 V3
Pada rangkaian elektrik 4 mesh apabila dibuat persamaan arus mesh tinggal
mengembangkan dari persamaan 3 mesh, sehingga persamaannya menjadi :
47
Rangkaian Elektrik
Contoh :
1. Pada rangkaian elektrik, tentukan persamaan arus mesh, hitung arus i1 dan arus i2
Solusi :
Mesh 1 : Mesh 2 :
R11 I1 − R12 I2 = V1 − R21 I1 + R22 I2 = V2
− 3 i1 + (3 + 4 )i2 = 10
(6 + 3)i1 − 3 i2 = 42
− 3 i1 + 7 i2 = 10
9 i1 − 3 i 2 = 42
3i1 − i 2 = 14
Dengan subtitusi persamaan (1) dan persamaan (2), atau diselesaikan dengan
determinan, akan diperoleh :
i1 = 6 A
i2 = 4 A
2. Pada rangkaian elektrik berikut, hitung arus Ia, dengan metode arus mesh.
1 2
7V
3
Ia
- +
6V
-
2 1
48
Rangkaian Elektrik
Solusi :
II
1 2
+ I2
7V
3
Ia
- I +
6V
-
III
2 1
I1 I3
Ia = I3 − I 2
Mesh(1): R11 I1 − R12 I2 − R13 I3 = V1
(1+ 2)I1 −1.I2 − 2.I3 = 7 − 6
3 I1 − I2 − 2I3 = 1
− I1 + 6 I2 − 3 I3 = 0
− 2I1 − 3I2 + 6I3 = 6
3 − 1 − 2 I1 1
− 1 6 − 3 I = 0
2
− 2 − 3 6 I3 6
49
Rangkaian Elektrik
3 1 −2
−1 0 − 3 1 −2 3 1
− ( −1) − ( −3)
−2 6 6 66 −2 6
I2 = =
3 −1 − 2 6 −3 −1 − 3 −1 6
3 − ( −1) + ( −2)
−1 6 −3 −3 6 −2 6 −2 −3
−2 −3 6
18 + 60 78 78
I2 = = = =2A
3 x(27) − 12 − 2x(15) 81 − 12 − 30 39
3 −1 1
−1 6 0 −1 6 3 −1
1 +6
−2 −3 6 −2 −3 −1 6
I3 = =
3 −1 − 2 6 −3 −1 − 3 −1 6
3 − ( −1) + ( −2)
−1 6 −3 −3 6 −2 6 −2 −3
−2 −3 6
15 + 102 117 117
I3 = = = =3A
3 x(27) − 12 − 2x(15) 81 − 12 − 30 39
Ia = 3 − 2 = 1 A
Contoh :
I II
50
Rangkaian Elektrik
Solusi :
Mesh 1 :
R11 I1 − R12 I2 = V1
(6 + 3)i1 − 3 i2 = 42
9 i1 − 3 i2 = 42 ……… (1)
9i1 − 3 ( −10) = 42
9 I1 = 42 − 30
12 1
I1 = =1 A
9 3
Apabila dalam rangkaian elektrik terdapat sumber arus yang memisahkan dua
mesh maka dua mesh tersebut dinamakan sebagai mesh super (super mesh),
sehingga dua mesh tersebut dianggap/diperlakukan sebagai satu mesh
Contoh :
Tentukan persamaan arus mesh dan hitung besar tegangan Vx
1 2
+ Vx
+ -
7V
- 3
7A
2 1
Solusi :
Tentukan nomor mesh, arus dan arah arus mesh
51
Rangkaian Elektrik
II
1 2
I2
+ Vx
+ -
7V I
- 3
7A
III
2 I3 1
I1
Mesh I dan Mesh III, merupakan super mesh, sehingga diperlakukan sebagai satu
mesh
(satu mesh diperlihatkan pada garis putus-putus)
VX = 3.(I3 − I2 )
Mesh 2 :
I1 − I3 = 7 .......... .........( 3)
− I1 + 6 I2 − 3 I3 = 0
I1 − 4 I2 + 4 I3 = 7
I1 + 0 I2 − I3 = 7
I2 = 2,50 A
I3 = 2 A
VX = 3.(I3 − I2 )
VX = 3. (2 − 2,5) = − 1,50 V
52
Rangkaian Elektrik
Ia R1 Ib R2 R3
V1
- 2
Gambar 3.3. Rangkaian Elektrik 2 Node
(G1 + G2 + G3 ) V1 = Ia − Ib
Persamaan tegangan node : Node (1) : G11 V1 = I1
G11 : Jumlah konduktansi yg terhubung pada node no. 1
V1 : tegangan pada node no. 1
I1 : Jumlah arus dari sumber arus yg terhubung pada node no. 1
53
Rangkaian Elektrik
1 + + 2
IR2 R2
Ia R1 R3 Ib
IR1 V2 IR3
V1
- 3
Pada node (1) dan node (2) berlaku Hukum Kirchhoff arus : i = 0
Pada Node 1 :
IR1 + IR 2 = Ia
V1 V 12
+ = Ia , ( V12 = V1 − V2 )
R1 R 2
V1 V1 V2
+ − = Ia
R1 R 2 R 2
1 1 1
+ V1 − V2 = Ia
R1 R 2 R2
(G1 + G2 ) V1 − G2 V2 = Ia
Pada node 2 :
− IR 2 + IR 3 = − Ib
V 12 V 2
− + = − Ib , ( V12 = V1 − V2 )
R2 R3
V V V
− 1 − 2 + 2 = − Ib
R2 R2 R3
1 1 1
− V1 + + V2 = − Ib
R2 2
R R 3
− G2 V1 + (G2 + G3 ) V2 = − Ib
54
Rangkaian Elektrik
Dari persamaan (1) dan (2) terdapat kesamaan, yaitu adanya tegangan V1 dan
tegangan V2, dan ruas kanan adalah arus, apabila disusun notasinya akan menjadi
persamaan tegangan node.
Terdapat 3 persamaan tegangan node, salah satu node digunakan sebagai node
acuan.
55
Rangkaian Elektrik
Secara umum persamaan tegangan node untuk rangkaian elektrik yang terdiri
dari (N+1) node adalah sebagai berikut :
56
Rangkaian Elektrik
Contoh :
1. Pada rangkaian elektrik berikut, tentukan persamaan tegangan node, serta hitung
tegangan pada resistansi 5Ω
3,1 A 2 1 - 1,4 A
Solusi :
Tentukan nomor node dan node referensi.
1 + Vx - 2
3,1 A 2 1 - 1,4 A
Node 1 :
G11 V1 − G12 V2 = I1
1 1 1
( + ) V1 − V2 = 3,1
5 2 5
(0,2 + 0,5) V1 − 0,2 V2 = 3,1
0,7 V1 − 0,2 V2 = 3,1
7 V1 − 2 V2 = 31
Node 2 :
− G 21 V1 + G 22 V2 = I2
1 1 1
− V1 + ( + ) V2 = − ( −1,4)
5 5 1
− 0,2 V1 + (0,2 + 1) V2 = 1,4
− 0,2 V1 + (1,2) V2 = 1,4
− 2V1 + 12 V2 = 14
− V1 + 6 V2 = 7
7 V1 − 2 V2 = 31 .......... (1)
− V1 + 6V2 = 7 .......... (2)
57
Rangkaian Elektrik
Dari persamaan (1) dan persamaan (2), dapat dihitung besarnya tegangan :
31 − 2
76 186 + 14 200
V1 = = = =5V
7−2 42 − 2 40
−1 6
7 31
−1 7 49 + 31 80
V2 = = = =2V
7 − 2 42 − 2 40
−1 6
VX = V12 = V1 − V2
VX = 5 − 2 = 3 V
2. Pada rangkaian elektrik, tentukan persamaan tegangan node, dan hitung tegangan
dan arus pada tahanan (4Ω), (2Ω) dan (5Ω)
-3A
3 2
-8A 1 5 - 25 A
Solusi :
Tentukan nomor node, serta node referensi.
58
Rangkaian Elektrik
Ia
-3A
3 2 3
1 2
Ib
Ic
- 8A 5 - 25 A
1
Node 1 :
1 1 1 1
( + ) V1 − V2 − V3 = − 8 + ( −3)
4 3 3 4
7 V1 − 4 V2 − 3 V3 = − 132
Node 2 :
1 1 1 1
− V1 + ( + + 1) V2 − V3 = − ( −3)
3 3 2 2
− 2 V1 + 11V2 − 3 V3 = 18
Node 3 :
1 1 1 1 1
− V1 − V2 + ( + + )V3 = − ( −25)
4 2 4 2 5
− 5 V1 − 10 V2 + 19 V3 = 500
− 132 −4 −3
18 11 −3
1 500 − 10 19 808
V1 = = = = 0,99 V
7 −4 −3 809
− 2 11 − 3
− 5 10 19
59
Rangkaian Elektrik
7 − 132 − 3
−2 18 −3
2 − 5 500 19 8677
V2 = = = = 10,72 V
7 −4 −3 809
− 2 11 − 3
− 5 10 19
7 −4 − 132
−2 11 18
3 − 5 − 10 500 26220
V3 = = = = 32,41 V
7 −4 −3 809
− 2 11 − 3
− 5 10 19
60
Rangkaian Elektrik
Contoh :
Pada rangkaian berikut tentukan persamaan matrik tegangan node, serta hitung
tegangan pada tahanan (5Ω)
+ Vx -
+
3V 2 1 2A
-
Solusi :
1 + Vx - 2
+
3V 2 1 2A
-
61
Rangkaian Elektrik
1 0 V1 3
− 1 6 V = 10
2
− V 1 + 6 V2 = 10
− 3 + 6 V2 = 10
13 1
V2 = =2
6 6
VX = V12 = V1 − V2
1 5
VX = 3 − 2 = V
6 6
Contoh ;
Pada rangkaian elektrik berikut, tentukan persamaan tegangan node, serta hitung
tegangan node.
4
-3A
1V
3 + -
- 8A 5 - 25 A
1
Solusi :
Tentukan nomor node, serta node referensi
62
Rangkaian Elektrik
-3A
1V
3 + -
1 2 3
- 8A 5 - 25 A
1
Node 1 :
1 1 1 1
+ V1 − V2 − V3 = − 8 + ( −3)
4 3 3 4
7 V1 − 4 V2 − 3 V3 = − 132 .......( 1)
Node (2) dan node (3) : (super node, node 2 dan 3 diperlakukan sebagai satu node)
1 1 1 1 1 1
− V1 − V1 + + V2 + + V3 = − ( −3 ) − ( − 25)
3 4 3 1 4 5
− 35 V1 + 80 V2 + 27 V3 = 1680 .......( 2)
V2 − V3 = 1 .......( 3)
Persamaan tegangan node :
7 V1 − 4 V2 − 3 V3 = − 132
− 35V1 + 80 V2 + 27 V3 = 1680
V2 − V3 = 1
Apabila dihitung akan diperoleh tegangan node :
V1 = − 4,95 V
V2 = 14,33 V
V3 = 13,33 V
63
Rangkaian Elektrik
f ( X1 , X 2 , X 3 ) = f ( X1 ) + f ( X 2 ) + f ( X 3 )
X2 = 0 X1 = 0 X1 = 0
X3 = 0 X3 = 0 X2 = 0
Apabila digambarkan dengan blok diagram sebagai tertera pada gambar 3.5.
i= ?
X1 X3
v= ?
X2
Gambar 3.5. Blok Diagram dengan Tiga Sumber
64
Rangkaian Elektrik
i = i X1 + i X2 + i X3
i X1 - Arus akibat sumber X1, dengan sumber X2 dan X3 dimatikan
i X2 - Arus akibat sumber X2, dengan sumber X1 dan X3 dimatikan
i X3 - Arus akibat sumber X3, dengan sumber X1 dan X2 dimatikan
v = v X1 + v X2 + v X3
v X1 - Tegangan akibat sumber X1 , dengan sumber X2 dan X3 dimatikan
v X2 - Tegangan akibat sumber X2, dengan sumber X1 dan X3 dimatikan
v X3 -Tegangan akibat sumber X3, dengan sumber X1 dan X2 dimatikan
Contoh :
Solusi :
ix = i`x + i``x
65
Rangkaian Elektrik
3 3 1 6 12 4
i'x = = = A i'X' = x2 = = A
6 + 9 15 5 6+9 15 5
1 4 5
iX = + = =1 A
5 5 5
2. Pada rangkaian elektrik berikut, Hitung arus Io
4 mA 12 V
2k - +
2 mA 1k 2k
Io
Solusi :
Superposisi arus : I0 = I01 + I02 + I03
4 mA
2k 2k
2 mA 1k 2k 1k 2k
Io1 Io2
2.103 4 I02 = 0 A
I01 = − x2.10 −3 = .10 −3 A
(1 + 2).10 3
3
66
Rangkaian Elektrik
12 V
2k - +
12
I03 = − = − 4.10 −3 A
1k 2k
(2 + 1).10 3
Io3
x
Rth x
A B +
Voc
-
y
y
(a) (b)
67
Rangkaian Elektrik
Besar tegangan thevenin (Voc), dihitung dari rangkaian yang komplek terminalnya
dibuka (open circuits), rangkaiannya dapat dilihat pada gambar 3.8 (a) .Besarnya
tahanan
thevenin sama dengan tahanan yang diukur pada terminal terbuka rangkaian tersebut
dengan seluruh sumber dimatikan, hal ini dapat dilihat pada gambar 3.8 (b)
x x
+
A Rth = Rxy
A Voc
- y
y
Sumber-sumber
dimatikan
(a) (b)
Contoh :
1. Sederhanakan dengan Thevenin pada terminal (a-b) , hitung arus IR.
apabila R = 10 ohm, dan R = 5 ohm
5
IR
a
100 V R 50 V
b
5
Solusi :
I1 5
+ a
Voc (terbuka) 50 V
100 V Mesh I : (5 + 5)I1 = 100 − 50
- 50
b I1 = =5 A
5 10
I1
5
a
5
a
Rab (terbuka)
Rab (terbuka)
b
5
b
5
Rangkaian Thevenin :
75
2,5 a IR =
2,5 + R
IR R = 10
+
75
75 V IR = =6A
R 2,5 + 10
-
R= 5
75
IR = = 10 A
b 2,5 + 5
4 mA 12 V
2k - +
2 mA 1k 2k
Io
Solusi :
69
Rangkaian Elektrik
4 mA 12 V
2k - +
a
Rth 2k
b
Rangkaian Thevenin :
2k a
− 16
I0 =
Io (2 + 1)10 3
+
16
-16 V 1k I0 = − .10 −3
3
-
1
I0 = − 5 mA
3
70
Rangkaian Elektrik
x x
A B Isc Rn
y y
(a) (b)
x x
A Isc A Rn = Rxy
y
y
(a) Sumber-sumber (b)
dimatikan
Contoh :
Sederhanakan dengan teorema Norton pada terminal (a-b), serta hitung arus IR,
apabila R = 10 Ω dan R = 5 Ω
5
IR
a
100 V R 50 V
b
5
Solusi :
I1 5
a
b
5
I2
ISC = I1 − I2
ISC = 20 − ( −10)
ISC = 30 A
5
a
5 x5
Rab (terbuka) R n = R ab = = 2,5
5+5
b
5
72
Rangkaian Elektrik
Rangkaian Norton :
a
2,5
IR = x 30
2,5 + R
IR
R = 10
30 A 2,5 R 2,5
IR = x 30 = 6 A
2,5 + 10
R=5
2,5
IR = x30 = 10 A
b 2,5 + 5
73
Rangkaian Elektrik
SOAL-SOAL
1. Hitung arus (I), selesaikan dengan : Metode arus mesh, Metode tegangan
node, Superposisi, Teorema Thevenin
1Ω 2Ω
3
1 volt DC 7 volt DC
2Ω 1Ω
8A
1Ω 4Ω
DC
5 volt
2Ω 9 volt
3Ω
- +
Vx DC
3. Pada rangkaian elektrik, hitung tegangan Va, dengan metode arus mesh,
superposisi dan Teorema Thevenin
5V
20 Ω 30 Ω 10 Ω
40 Ω
-
30 V Va 50 Ω 20 V
10 V
+
74
Rangkaian Elektrik
4. Pada rangkaian elektrik, hitung arus Ix dengan metode arus mesh dan
superposisi.
4 mA 12 V
2k
Ix
6V
1k 2k
5. Hitung tegangan Vx, arus Io dengan metode tegangan node, metode arus mesh
dan superposisi
6k
2 Vx
12 k
+ -
12 k 6k Vx 6V
-
Io
6. Hitung tegangan Vx, arus Io dengan metode tegangan node, metode arus mesh
dan superposisi
2k 2k
1k 5V
Vx +
Io
-
+
10 V
Vx 1k
-
75
Rangkaian Elektrik
7. Hitung tegangan Va, dengan metode tegangan node dan teorema Norton
20 Ω 5V 10 Ω
30 Ω
40 Ω
+
Va 50 Ω 20 V
30 V
- 10 V
8. Pada rangkaian elektrik, hitung arus Ix dengan metode arus mesh , tegangan
node dan superposisi.
30 Ω 10 Ω
40 Ω
Ix
30 V 50 Ω 20 V
10 V
9. Pada rangkaian elektrik, hitung arus Ix dengan metode tegangan node dan
teorema Norton
1Ω
Ix
12 V 6Ω
20 Ω
2Ω
12 V 12 Ω 4Ω
1Ω
76
Rangkaian Elektrik
10. Pada rangkaian elektrik, hitung arus Ia dengan metode tegangan node dan
teorema Thevenin
1 2
7V
3
Ia
6V
11. Pada rangkaian elektrik, hitung tegangan Vx dengan metode tegangan node
dan superposisi.
1 2
+ Vx
+ -
7V
- 3
7A
2 1
12. Pada rangkaian elektrik, hitung arus Ix dengan metode arus mesh dan
superposisi.
77
Rangkaian Elektrik
30 V 6Ω
5Ω 5Ω
10 Ω
20 V 10 A
Ix
50 V
15 Ω
13. Pada rangkaian elektrik, sederhanakan dengan teorema thevenin, serta hitung
tegangan VR
30 V 5Ω
5Ω 5Ω
+
10 Ω
VR R 10 A
-
50 V
4k
+
3k 8k
4 mA
12 V 6k 2k 4k Vo
78
Rangkaian Elektrik
BAB IV
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK
v( t ) = Vm sin (t + )
i( t ) = Im sin (t + )
v( t ) = Vm cos (t + 1 )
i( t ) = Im cos (t + 1 )
79
Rangkaian Elektrik
v( t ) = Vm sin (t )
v( t ) = Vm sin (t + 0 0 )
Kecepatan sudut :
2 1
= dan frekuensi f =
T T
=2f
T : periode (det)
f : frekuensi (Hz)
Satu putaran penuh (cycle) adalah bentuk gelombang yang terdapat dalam satu
periode, frekuensi adalah banyaknya putaran setiap detik, dengan satuan cycle/detik
atau Hertz (Hz)
v( t ) = Vm sin (t + )
v( t ) = Vm cos (t + )
80
Rangkaian Elektrik
f(t) = f(t + T)
2 2
T
V T
Vrt = m sin t d( t ) x
T 0 T T 2
2 2
T
V
Vrt = m sin t d( t )
2 0 T T
T
V 2
Vrt = m − cos t
2 T 0
=−
Vm
2
cos 2 − cos 0 0
V
= − m (1 − 1)
2
Vrt = 0
Dari hasil perhitungan maka tegangan rata-rata gelombang sinusoida adalah nol,
dengan cara yang sama untuk arus rata-rata gelombang sinusoida, apabila dihitung
akan diperoleh hasil :
T
1
Irt = i( t ) dt
T0
T
1
Irt = Im sin(t ) dt
T0
2 2
T
I T
Irt = m sin t d( t ) x
T 0 T T 2
2 2
T
I
Irt = m sin t d( t )
2 0 T T
T
I 2
Irt = m − cos t
2 T 0
=−
Im
2
cos 2 − cos 0 0
I
= − m (1 − 1)
2
Irt = 0
T
1
V = v 2 ( t ) dt
2
ef
T0
T
1
= Vm2 sin2 t dt
T0
1 − cos 2
T
Vm2
=
T 0 sin2 t dt : karena sin2 =
2
82
Rangkaian Elektrik
V2 T T 4 T
V = m t 0 −
2
ef
sin T t
2T 4 0
=
Vm2
2T
(T − 0 ) −
T
4
(
sin 4 − sin 0 0 )
V2
= m (T )
2T
Vm2
Vef =
2
2
V
Vef = m = 0,707 Vm
2
Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya tegangan efektif sebesar 0,707 kali
tegangan maksimumnya, nilai tegangan efektif gelombang sinusoida merupakan nilai
searahnya gelombang sinusoida, hal ini diperlihatkan pada gambar 4.2 berikut ini :
Nilai efektif
Vef
i( t ) = Im sin (t )
I
Ief = m = 0,707 Im
2
83
Rangkaian Elektrik
Nilai efektif disebut juga nilai rms (Root Mean Square), artinya akar dari nilai rata-rata
kuadrat, sehingga dalam pemakaiannya tegangan efektif atau arus efektif ditulis :
Vef = Vrms = V
Ief = Irms = I
i(t) Im
+ +
v(t) R Vm R
- -
(a) (b)
Pada Gambar 4.3. (a) adalah rangkaian resistansi pada daerah waktu, sehingga besar
tegangan pada resistansi :
v( t ) = R i( t )
v( t ) = R Im sin t
v( t ) = Vm sin t
Dimana :
Vm = R Im
Vm Im
=R
2 2
Vef = R Ief
84
Rangkaian Elektrik
Gambar 4.3. (b) merupakan rangkaian daerah frekuensi, dengan sumber tegangan
yang tegangannya dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya, begitu juga arus
yang mengalir dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya.
Gambar gelombang tegangan sinusoida dan gelombang arus sinusoida pada
resistansi diperlihatkan pada gambar 4.4.
Vm
v
Im
i
Im Vm
ωt
0 0
Pada rangkaian resistansi, tegangan (v) dan arus (i) adalah sefasa, tidak ada beda
fasa (beda fasanya = 0), frekuensi sudut gelombang tetap, hanya amplitudonya yang
berubah.
i(t) Im
+ +
v(t) L XL
Vm
- -
(a) (b)
Pada Gambar 4.5. (a) adalah rangkaian induktansi pada daerah waktu, sehingga besar
tegangan pada induktansi :
85
Rangkaian Elektrik
di( t )
v( t ) = L
dt
d I sin t
v( t ) = L m
dt
v( t ) = L Im cos t
v( t ) = L Im sin (t + 90 o )
v( t ) = Vm sin (t + 90 o )
Dimana :
Vm = L Im
Vm = XL Im
XL − Re ak tan si Induktif
Vm Im
= XL XL = L = 2 f L ()
2 2
Vef = XL Ief
Gambar 4.5. (b) merupakan rangkaian daerah frekuensi, dengan sumber tegangan
yang tegangannya dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya, begitu juga arus
yang mengalir dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya.
Gambar gelombang tegangan sinusoida dan gelombang arus sinusoida pada
induktansi diperlihatkan pada gambar 4.6.
v
Vm
Vm
v
Im
i
90
ωt Im
0
0
Pada rangkaian Induktansi, tegangan (v) mendahului 900 terhadap arus (i) atau arus
tertinggal 900 terhadap tegangan, frekuensi sudut tetap, amplitudonya yang berubah.
i( t ) = Im sin (t )
i(t) Im
+ +
v(t) C Vm Xc
- -
(a) (b)
Pada Gambar 4.7. (a) adalah rangkaian kapasitansi pada daerah waktu, sehingga
besar tegangan pada kapasitansi :
1
C
v( t ) = i( t ) dt
1
= Im sin t dt
C
I
= m sin t d(t )
C
=
Im
(− cos t )
C
I
= m sin ( t − 90 0 )
C
v( t ) = Vm sin (t − 90 0 )
Dimana :
1
Vm = Im
C
Vm = X C Im X C − Re ak tan si kapasitif
Vm Im 1 1
= XC XC = = ()
C 2 f C
2 2
Vef = X C Ief
Gambar 4.7. (b) merupakan rangkaian daerah frekuensi, dengan sumber tegangan
yang tegangannya dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya, begitu juga arus
yang mengalir dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya.
Gambar gelombang tegangan sinusoida dan gelombang arus sinusoida pada
kapasitansi diperlihatkan pada gambar 4.8.
87
Rangkaian Elektrik
Vm
v
Im
i
Im
ωt
0 0
- 90
Vm
Pada rangkaian kapasitansi, tegangan (v) tertinggal (900) terhadap arus (i) atau arus
mendahului (900) terhadap tegangan, frekuensi sudut tetap, amplitudo berubah.
v( t ) = Vm e j( t + )
v( t ) = Vm e jt e j
v( t ) = Vm e j e jt
v( t ) = Vm e j e jt
v( t ) = Vm e jt
Dari persamaan dapat diketahui bahwa tegangan sesaat dapat dinyatakan dengan
bentuk vektor dengan arah sudut fasanya
v(t ) Vm e j
v(t ) Vm
88
Rangkaian Elektrik
I
V
Z= ( )
+ I
V Z
V = ZI
-
Impedansi (Z) mempunyai satuan ohm, admitansi (Y) adalah kebalikan dari impedansi,
satuan dari admitansi adalah mho, yang dinyatakan dalam persamaan :
1 I
Y= Y= (Ʊ)
Z V
I =YV
Pada rangkaian R,L,C yang dihubungkan seri, seperti diperlihatkan pada gambar 4.10 ,
maka fasor tegangan pada masing-masing unsur rangkaian dapat dihitung sebagai
berikut :
R XL
I + - + VL -
VR
I = I 0 0
+
+ VR = R I 0 0
V VC XC
- - VL = XL I 90 0
VC = X C I − 90 0
89
Rangkaian Elektrik
Dari gambar 4.10 Rangkaian RLC dapat dilihat, apabila arus yang mengalir dalam
rangkaian mempunyai sudut fasa 0 0 maka tegangan pada resistansi akan sefasa
dengan arus, sedangkan pada induktansi tegangan akan mendahului 900 terhadap
arus dan tegangan pada kapasitansi akan tertinggal 900 terhadap arus. Apabila
digambarkan pada bidang komplek dapat diperlihatkan pada gambar 4.11.
Dari bidang komplek, diperoleh :
90
Rangkaian Elektrik
1. Unsur rangkaian (R,L,C) harus dinyatakan dalam bentuk impedansi (Z) atau
admitansi (Y).
Impedansi dan admitansi seperti diperlihatkan pada table berikut ini :
R L C
Z(Ω) R j XL − j XC
1 1 1
Y(Ʊ)
R j XL − jX C
X L = L = 2 f L
1 1
XC = =
C 2 f C
2. Tegangan dan Arus harus dalam bentuk fasor
Vm = Vm 1
Bentuk tegangan fasor :
Vef = Vef 1
91
Rangkaian Elektrik
Contoh :
i(t)
+
V(t) 1H
-
Solusi :
ZR
I
Z = ZR + ZL
+ = R + j L
V ZL
= 10 + j 10x1
- = 10 + j 10
Z = 14,14 450
Vef 14,140 0
Ief = = = 1 − 450
Z 14,1445 0
Im = 2 x I = 2 x 1 =1,41
92
Rangkaian Elektrik
i(t)
iC(t)
3
+
V(t) 1/9 F
- 1H
Solusi :
Z1 x Z 2 − j3 x (3 + j3)
Z ab = =
Z1 +Z 2 − j3 + 3 + j3
9 − j9
= = 3 − j3
3
Z = Z ab + Z 3
= 3 − j3 + 1 = 4 − j3
Z = 5 − 36,9
V 5 00
I= =
Z 5 − 36,9
I = 1 0 − ( −36,9)
I = 1 36,90 0
93
Rangkaian Elektrik
i( t ) = 1. sin ( 3t + 36,90 0 )
Arus sesaat :
i( t ) = sin (3t + 36,90 0 ) A
V1 = 50 0 0 volt
V2 = 50 0 0 volt
8
2 3
a
3
+ +
V1 Zab V2
- -
5
1). Hitung tegangan pada impedansi Zab dengan metode arus mesh
2). Hitung tegangan pada impedansi Zab dengan metode tegangan node
3). Hitung tegangan pada impedansi Zab dengan teorema thevenin
Solusi :
94
Rangkaian Elektrik
-j8
2 3
a
I1 Ib I2
3
+ +
50 0 50 0
I II
- -
I1 j5 I2
Vab = Z ab Ib
Ib = I1 − I2
Dengan metode Arus mesh.
(2 + 3 + j5)I1 − (3 + j5)I2 = 50 0 0
(5 + j5)I1 − (3 + j5)I2 = 50 0 0 .......... .(1)
Mesh II : − Z 21 I1 + Z 22 i 2 = V2
− (3 + j5)I1 + (3 +3 + j5 − j8 )I2 = 50 0 0
− (3 + j5)I1 + (6 − j3)I2 = − 50 0 0 .......... .(2)
(5 + j5)I1 − (3 + j5)I2 = 50 0 0
− (3 + j5)I1 + (6 − j3)I2 = − 50 0 0
500 0 − (3 + j5)
− 500 0 (6 − j3)
I1 =
5 + j5 − (3 + j5)
− (3 + j5) (6 − j3)
427,20 − 69,44 0
I1 =
62,82 − 13,80 0
I1 = 6,80 − 55,64 0
95
Rangkaian Elektrik
5 + j5 500 0
− (3 + j5) − 500 0
I2 =
5 + j5 − (3 + j5)
− (3 + j5) (6 − j3)
− 50 (5 + j5) + 50(3 + j5) − 100
= =
(5 + j5) ( 6 − j3) − (3 + j5) (3 + j5) 61 − j15
− 1000 0
=
62,82 − 13,80 0
I2 = − 1,59 13,80 0
Ib = I1 − I2
= 6,80 − 55,64 0 − ( −1,5913,80 0 )
= 6,80 − 55,64 0 + 1,5913,80 0
= 3,83 − j 5,60 + 1,54 + j0,38
= 5,57 − j 5,22
Ib = 7,49 − 44,18 0
Vab = Z ab Ib
= (3 + j5) x 7,49 − 44,18 0
= 5,8359,03 0 x 7,49 − 44,18 0
Vab = 43,66 14,85 volt
500 0
Ia = = 25 0 0
2
500 0 500 0
Ib = = = 5,85 69,43 0
3 − j8 8,54 − 69,43 0
96
Rangkaian Elektrik
3
3
2
Ia Ib
j5 - j8
Node 1 : Y11 V1 = I1
1 1 1
2 + (3 + j5) + (3 − j8) V1 = 250 + 5,8569,43
0 0
1 (3 − j5) (3 + j8)
2 + (3 + j5) (3 − j5) + (3 − j8) (3 + j8) = 25 + 2,05 + j5,47
1 (3 − j5) (3 + j8)
+ 2 2 + 2 2 V1 = 25 + 2,05 + j5,47
2 3 +5 3 +8
1 (3 − j5) (3 + j8)
2 + 34 + 73 V1 = 27,05 + j 5,47
- -
- b
2x(3 − j8)
a Z ab = Z th =
2 = 3 − j8
Zab = Zth
6 − j16
=
b 5 − j8
17,08 − 69,45
=
9,43 − 57,99
Z ab = 1,81 − 11,45
Rangkaian Thevenin :
98
Rangkaian Elektrik
Dalam menghitung daya nyata dan daya reaktif dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu, dengan menghitung daya sesaat dari nilai tegangan dan arus sesaat atau
dengan daya riel dan daya imajiner pada bidang komplek.
I Z = R+ jX
+
+ i( t ) = 2 I sin (t )
Vs V Z v( t ) = 2 V sin (t + )
- I : Arus efektif
- V : Tegangan efektif
D
Gambar 4.12 Rangkaian dengan impedansi Z = R + jX
Gambar 4.13 memperlihatkan gelombang tegangan sesaat, arus sesaat dan daya
sesaat
99
Rangkaian Elektrik
v,i,p
p(t)
v(t) i(t)
ϕ 0 π 2π t
Daya sesaat :
p( t ) = v( t ).i( t )
p( t ) = 2 V sin (t + ). 2 I sin (t )
= 2 V I sin (t + ). sin (t )
1
= 2 V I cos (t + − t ) − cos (t + + t )
2
= V I cos − cos (2t + )
T
1
P = p( t ) dt
T0
T
P = VI cos − VI cos (2t + )dt
1
T0
T T
1 1
= V I cos dt − V I cos (2t + ) dt
T0 T0
=
1
V I cos . t oT − 0
T
= V I cos (T − 0)
1
T
P = V I cos
100
Rangkaian Elektrik
I Z L = j XL
+
+ i( t ) = 2 I sin (t )
di
Vs V ZL v( t ) = L
dt
- I : Arus efektif
-
V : Tegangan efektif
Gambar 4.15 memperlihatkan gelombang tegangan sesaat, arus sesaat dan daya
sesaat pada rangkaian induktif murni
v,i,p
p(t)
v(t)
i(t)
0 π 2π t
101
Rangkaian Elektrik
I Z C = − j XC
+
+ i( t ) = 2 I sin(t )
1
Vs V ZC v( t ) = i. dt
C
-
- I : Arus efektif
V : Tegangan efektif
Gambar 4.17 memperlihatkan gelombang tegangan sesaat, arus sesaat dan daya
sesaat pada rangkaian kapasitif murni
v,i,p
p(t)
v(t)
i(t)
0 π 2π
t
Daya sesaat :
p( t ) = v( t ) . i( t )
1
C
p( t ) = v( t ).i( t ) = i( t ). i( t ).dt
1
p( t ) = 2 I sin( t )x 2 I {− cos( t )}
C
1
p( t ) = I2 . − 2 sin( t )x cos( t )
C
1
p( t ) = − I2 sin(2t )
C
p( t ) = − I2 XC sin(2t )
102
Rangkaian Elektrik
Menghitung daya nyata (Riel) dan daya buta (imajiner) pada bidang komplek.
I
+ V = V 0 0
+
I = I −
Vs V Z
- I : Arus efektif
- V : Tegangan efektif
Apabila fasor tegangan dan fasor arus digambarkan dalam bidang komplek, terlihat
pada gambar 4.19.
Ia
cos = maka : Ia = I co s
I
I
sin = b maka : Ib = I sin
I
103
Rangkaian Elektrik
P = V Ia
P = V I cos ( W )
V : Tegangan efektif
I : Arus efektif
Cos ϕ : faktor daya ( power factor)
ϕ : beda fasa antara tegangan V dan arus I
V : Tegangan efektif
I : Arus efektif
ϕ : beda fasa antara tegangan V dan arus I
Daya Komplek :
S = P + jQ
S = V I cos + V I sin
S 2 = (V I cos ) + (V I sin )
2 2
(
= (V I) x cos2 + sin2
2
)
S = (V I)
2 2
S = V I ( VA )
Besarnya daya komplek disebut daya semu , jadi daya semu dapat dituliskan :
S = V I ( VA )
104
Rangkaian Elektrik
Dalam menghitung daya dalam rangkaian arus bolak-balik dapat diturunkan dari
segitiga impedansi ke segitiga daya, seperti tertera pada gambar 4.20
Z
X S
Q
ϕ
R ϕ
Segitiga Impedansi
P
Z = R+ jX Segitiga Daya
S = P + jQ
Gambar 4.20 Segitiga Impedansi dan Segitiga Daya
S = I2 Z
= I2 (R + jX )
= I2 R + j I2 X
S = P + jQ
Daya nyata : P = I2 R
Daya reaktif : Q = I2 X
Daya reaktif positif Q (+), apabila X = XL (reaktansi induktif), artinya menyerap daya
reaktif
I
Z = R+ jX
+
+
Vs V Z
-
-
105
Rangkaian Elektrik
= 00
00 9 00
00 9 00
Pada rangkaian yang bersifat induktif, maka daya reaktif bernilai positif Q(+),berarti
rangkaian yang bersifat induktif selalu menyerap daya reaktif. Sedangkan pada
rangkaian yang bersifat kapasitif, bernilai negatif Q(-), berarti rangkaian yang bersifat
kapasitif selalu memberi daya reaktif
106
Rangkaian Elektrik
Contoh :
v( t ) = 20 cos (100t + 30 0 )
0,02 H
V(t) 1 2
-
0,01 F
Hitung daya nyata, daya reaktif dan daya semu yang diserap oleh unsur rangkaian.
Solusi :
Vm = 20 30 0 volt
v( t ) = 20 cos (100t + 30 0 ) , maka fasor tegangan :
= 100
Z L = jL = j100x 0,02 = j . 2
1 1
ZC = − j =− j = − j .1
C 100x 0,01
I
Z 1 = j.2 + 2 + ( − j.1) = 2 + j1
I2 j2
Z 1 = 2,23 26,56 0
+ Z2 = 1
V 1 2
Z2 Z1
Fasor tegangan efektif :
-
Vm = 20 30 0
I1 V = 0,707 x 20 30 0
- j1
V = 14,14 30 0 V
V 14,14 30 0
I1 = = = 6,34 3,44
Z 1 2,2326,56 0
V 14,14 30 0
I2 = = 14,14 30 0
Z2 1
Daya nyata :
(Daya yang diserap oleh unsur resistansi)
107
Rangkaian Elektrik
P = P(2 ) + P(1)
= (I1 ) 2 x 2 + (I2 ) 2 x1
= (6,34) 2 x 2 + (14,14) 2 x1
= 80,40 + 200
P = 280,40 watt
Daya reaktif :
(daya yang diserap oleh unsur reaktansi)
Q = Q( X L ) + Q( X C ) Daya semu :
= (I1 ) X L + − (I1 ) X C
2 2
S = P2 + Q2
= (6,34) x 2 − (14,14) 2 x 1
2
Z 1 x Z 2 (2 + j1) x 1
Z= =
Z 1 + Z 2 2 + J 1+ 1
2 + j1 2,23 26,56 0
= =
3 + j1` 3,16 18,40 0
= 0,707 8,13 0
V 14,14 30 0
I= =
Z 0,707 8,13 0
ϕ
I = 20 21,87 0 I
21,87
P = V I cos = 14,14 x 20 x cos 8,13 0
P = 280 watt
Q = V I sin = 14,14 x 20 x sin 8,13 0 30
Q = 40 VAR
S = V I = 14,14 x 20 = 282,80 VA
= 30 0 − 21,87 0 = 8,13 0
2. Lampu TL (neon), dengan data sebagai berikut :
Daya = 20 W
Tegangan = 220 V
Frekuensi = 50 Hz.
Cos ϕ = 0,35
Solusi :
108
Rangkaian Elektrik
Z = R + j XL
P = V I cos , maka :
P 20
I= = = 0,259 A
V cos 220 x 0,35
V = 220 0 0
I = 0,259 − cos −1 0,35
I = 0,259 − 69,50 0
V 220 0 0
Z= =
I 0,259 − 69,50 0
Z = 849,42 69,50 0
Z = 297,40 + j 795,60
Z = 298,10 + j 795,60
298,1
j.795,6
109
Rangkaian Elektrik
Soal-Soal
i(t)
+
0,25 F
V(t)
-
1H
v( t ) = 50 cos (10t − 30 0 ) V
0,50 H 2H
i(t)
ic(t)
1F +
+
Vc(t) 1F
V(t)
- -
2H
110
Rangkaian Elektrik
I
I1 I2
+
V j.10
10
-
5. Pada rangkaian elektrik berikut, hitung impedansi (Z1) apabila arus maksimum :
I = 30 25 0 ampere
V = 110 0 0 volt
4
+
V Z1 10
-
j.5
5 4 V1 = 60 0 0 V
V2 = 60 90 0 V
Ix
+ +
V1 - j.2 V2
j.2
- -
111
Rangkaian Elektrik
7. Dalam rangkaian elektrik berikut, hitung arus (Ia) dan tegangan (Va) dan daya
yang diberikan oleh sumber arus.
+
Ia
IS = 10 90 0 A
5 2
Va
j5
- j2 Is
8. Tiga buah beban listrik dihubungkan secara paralel, dengan sumber tegangan
diketahui tegangan efektif :
V = 300 − 3 0 0 V
Masing-masing beban mempunyai impedansi :
Z 1 = 25 15 0
Z 2 = 15 − 60 0
Z 3 = 15 90 0
+
V Z1 Z2 Z3
-
112
Rangkaian Elektrik
V = 100 0 0 V
10
3
+
j15
V
-
j4
Hitung daya nyata, daya reaktif dan daya komplek yang diberikan oleh sumber
tegangan.
10. Suatu beban listrik (Beban A), merupakan beban yang bersifat induktif dengan
data sebagai berikut :
Daya = 1500 watt
Tegangan = 120 volt
Cos ϕ = 0,85
Zs
+
Vs A
-
113
Rangkaian Elektrik
11. Pada rangkaian elektrik berikut, diketahui besar tegangan maksimum dan arus
maksimum dari sumber tegangan dan sumber arus, sebagai berikut :
Vs = 10 300 volt
Is = 5 400 amper
12. Pada rangkaian elektrik, hitung tegangan pada resistor (VR) dengan
menggunakan :
Tegangan efektif :
V1 = 40 300 volt
+ V2 = 50 0 0 volt
V1 VR
V2 Unsur rangkaian
- besarnya tentukan sendiri
13. Hitung tegangan pada kapasitor (Vc), apabila diketahui besar tegangan
maksimum sumber tegangan sebagai berikut :
+
Vc
-
+
Vc
-
114
Rangkaian Elektrik
14. Hitung tegangan pada sumber arus v(t), pada rangkaian elektrik berikut.
V(t)
15. Pada rangkaian elektrik berikut, hitung tegangan maksimum dan tegangan
efektif pada induktor, diketahui sumber arus :
is1 = 50 sin(10t ) A
is2 = 100 cos(10t ) A
115
Rangkaian Elektrik
BAB V
RANGKAIAN TIGA FASA
Generator sinkron 3 fasa terdiri dari 3 buah belitan yang berbeda fasa 120 derajat,
yaitu :
1. Belitan (P1- N)
2. Belitan (P2- N)
3. Belitan (P3 –N)
116
Rangkaian Elektrik
Apabila rotor kutub N – S (Kutub magnet utara-selatan) diputar, maka pada masing-
masing belitan akan timbul tegangan terinduksi, sebagai sumber tegangan 3 fasa.
Dari persamaan tegangan, terlihat bahwa ketiga tegangan mempunyai amplitudo yang
sama dan masing-masing tegangan berbeda fasa 120 derajat.
Bentuk gelombang sumber tegangan 3 fasa terlihat pada gambar 5.2.
Va Vb Vc
Vm Va
-120
ωt
-120
Vc Vb
-Vm
Apabila ketiga tegangan ditulis dalam bentuk fasor adalah sebagai berikut :
Va = V 0 0
Vb = V − 1200
VC = V − 2400
117
Rangkaian Elektrik
(a) (b)
Gambar 5.3 Sumber Tegangan 3 Fasa Hubungan Y
VAn = Vp 0 0
VBn = Vp − 1200
VCn = Vp − 2400
Besarnya tegangan antar saluran dapat dihitung sebagai berikut :
VAB = VAn + VnB dan VnB = − VBn
VAB = VAn − VBn
= Vp 0 0 − Vp − 120 0
( ) (
= Vp cos 0 0 + j sin 0 0 − Vp cos ( −120 0 ) + j sin ( −120 0 ) )
(
= Vp − Vp cos120 0 − j sin120 0 )
118
Rangkaian Elektrik
1 3
VAB = Vp + Vp + j Vp
2 2
1 3
= Vp 1 + j
2 2
VAB = Vp ( 3 30 ) 0
VL = 3 Vp
Apabila digambarkan dalam diagram tegangan, diperlihatkan pada Gambar 5.4
sebagai berikut ini.
VAB
VAn = Vp 0 0
Van 0
VBn = Vp − 1200
-Vcn
VCn = Vp − 2400
-Vbn
-120
Vcn
VCA = VCn + ( − VAn )
-240 Vbn -120
-Van
VCA
119
Rangkaian Elektrik
Sumber tegangan hubungan Y, besarnya arus fasa sama denga arus saluran, yaitu :
IL = Ip
Ip : Arus fasa
IL : Arus saluran
VBC - +
- + VCA VBC
B
+ -
VCA
- +
C
C
(a) (b)
120
Rangkaian Elektrik
VL = Vp
V p : Tegangan fasa
VL : Tegangan antar saluran
A1
IAA1
VAB
+ -
A B1
IA B IBB1
IB
IA = Ip 0 0
- + IB = Ip − 1200
VCA VBC IC = Ip − 2400
+ -
IC
ICC1
C1
C
Gambar 5.7 Hubungan Arus Pada Sumber Tegangan Hubungan Δ
IA = IB = IC = Ip
Besarnya arus saluran :
− IAA1 − IC + IA = 0
IAA1 = IA − IC
= Ip 0 0 − Ip − 2400
= Ip − Ip cos(−2400 ) + j sin( −2400 )
= Ip − Ip cos 240 0
− j sin 2400
1 3
= Ip − Ip − + j
2 2
1 3
I AA1 = Ip + Ip − j Ip
2 2
3 3
= Ip − j
2 2
2
3
3 2
3
= + Ip − tan −1 2
2 2 3
2
1
= 3 Ip − tan −1
3
I AA1 = 3 Ip − 30 0 .......... (1)
IBB1 = IB − IA
IBB1 = 3 Ip − 1500 .......... .. (2)
ICC1 = IC − IB
ICC1 = 3 Ip 2700 .......... ....(3 )
IL = 3 Ip
Jadi besarnya arus saluran sama dengan akar tiga kali arus fasa
122
Rangkaian Elektrik
Beban listrik 3 fasa, terdiri dari konstanta rangkaian (R,L,C) dan digambarkan dalam
bentuk impedansi (Z), untuk beban listrik 3 fasa yang seimbang besarnya impedansi
sama Z1 = Z2 = Z3.
Beban listrik 3 fasa dapat dihubungkan dalam hubungan bintang (Y) atau hubungan
delta (Δ).
Beban listrik 3 fasa hubungan Y, diperlihatkan pada Gambar 5.8 (a) diagram
pengawatan dan Gambar 5.12 (b) diagram skematik.
Z1 A
A
Z2 Z1
B
Z3 Z3
C Z2
C B
(a) (b)
Hubungan tegangan dan arus pada beban listrik 3 fasa hubungan (Y) diperlihatkan
pada Gambar 5.9.
ILA A
A1
+ IpA
123
Rangkaian Elektrik
VAn = Vp 0 0
VBn = Vp − 1200
VCn = Vp − 2400
VAn = VBn = VCn = Vp
VAB = VBC = VCA = VL
V p : Tegangan fasa
VL : Tegangan antar saluran
VL = 3 Vp
Ip : Arus fasa
IL : Arus saluran
Dalam hubungan (Y) besarnya arus saluran sama dengan arus fasa
IL = Ip
124
Rangkaian Elektrik
Beban listrik 3 fasa hubungan Δ, diperlihatkan pada Gambr 5.10 (a) diagram
pengawatan dan Gambar 5.10 (b) diagram skematik.
A
Z1
A
Z3 Z1
Z2
B
Z3
B
C C
Z2
(a) (b)
Hubungan tegangan dan arus pada beban listrik 3 fasa hubungan (Δ) diperlihatkan
pada Gambar 5.11.
A
A1
IAA1 IA
- +
Z3 Z1
C1
ICC1 + -
IC
IB
B
IBB1 C - Z2 +
B1
Beban listrik hubungan Δ, besarnya tegangan phasa dan tegangan antar saluran
adalah sama, yaitu :
VL = Vp
V p : Tegangan fasa
VL : Tegangan antar saluran
125
Rangkaian Elektrik
Hubungan arus phasa dan arus saluran pada beban listrik hubungan Δ, diperlihatkan
pada gambar 5.11, terlihat bahwa arus phasa besarnya :
IA = Ip 0 0
IB = Ip − 1200
IC = Ip − 2400
Besarnya arus fasa :
IA = IB = IC = Ip
Besarnya arus saluran :
IBB1 = IB − IA
IBB1 = 3 Ip − 1500 .......... .. (2)
ICC1 = IC − IB
ICC1 = 3 Ip 2700 .......... ....(3 )
IL = 3 Ip
Jadi besarnya arus saluran sama dengan akar tiga kali arus fasa
5.3.1 Sumber tegangan 3 fasa dan beban listrik 3 fasa Hubungan (Y)
Sumber tegangan 3 fasa dan beban listrik 3 fasa hubungan Y, diperlihatkan pada
Gambar 5.12.
126
Rangkaian Elektrik
A IL A
+ Ip
+ Vp Z1
VAn
IL -
-
Z2 Z3
n
- VBn
- +
Ip Ip C
C + VCn
B
B IL
Gambar 5.12 Sumber Teganagn dengan Beban Listrik 3 Fsa Hubungan (Y)
Besarnya daya 3 fasa dapat dihitung dari daya 1 fasanya sebagai berikut :
Atau dapat ditulis dengan tegangan antar saluran dan arus saluran :
Beban hubungan (Y) :
VL = 3 Vp
IL = Ip
P(3 fasa) = 3 Vp Ip cos
VL
=3 IL cos
3
P(3fasa) = 3 VL IL cos watt
5.3.2. Sumber tegangan 3 Fasa dan Beban Listrik 3 Fasa Hubungan (Δ)
Sumber tegangan 3 fasa dan beban listrik 3 fasa hubungan Δ, diperlihatkan pada
Gambar 5.13
A IL A
+ + Ip
VAn Vp
IL Z3
-
Z1
-
n
- VBn
Ip
- + Ip Z2
C + VCn C
B IL B
Gambar 5.13 Sumber Tegangan dengan Beban Listrik 3 Fasa Hubungan (Δ)
Besarnya daya 3 fasa dapat dihitung dari daya 1 fasanya sebagai berikut :
127
Rangkaian Elektrik
Atau dapat ditulis dengan tegangan antar saluran dan arus saluran :
Dengan cara yang sama untuk beban listrik hubungan (Y), maupun hubungan (Δ),
maka dapat dihitung besarnya daya reaktif dan daya semu.
Daya Reaktif :
Daya Semu :
128
Rangkaian Elektrik
Contoh :
1. Suatu beban listrik 3 fasa yang seimbang, dihubungkan secara bintang (Y)
mempunyai impedansi tiap fasa Z = 4 600 . Beban listriktersebut dicatu dari
sumber tegangan 3 fasa, diketahui tegangan pada beban tiap fasa sebesar :
V = 20 30 0 volt
1). Hitung tegangan tiap fasa (bentuk mfasor)
2). Hitung arus fasa (A) dan arus fasa (B)
3). Hitung tegangan antara fasa A dan fasa B
Solusi :
IpA
+ Z1
VAn
- n
Z2 Z3
n
- VBn
- +
IpB IpC C
+ VCn B
VAn 20 30 0
IpA = = = 5 − 30 0 A
Z1 4 60 0
VBn 20 − 90 0
IpB = = = 5 − 150 0 A
Z2 4 60 0
129
Rangkaian Elektrik
2. Tiga impedansi yang sama dihubungkan delta (Δ) dan dicatu oleh sumber tegangan
3 fasa, salah satu tegangan antar saluran adalah VAB = 240 600 volt , dan arus
Solusi :
IL(A) A
+ + IpA -
VAn VAB VCA
- IL(B)
Z1 Z3
- +
n
- VBn
IpC
- + IpB Z2
+ VCn C
IL(C) B + VBC -
Arus fasa :
IpA = 6 2000 A
IpB = 6 200 0 − 120 0
= 6 80 A
IpC = 6 80 0 − 120 0
= 6 − 40 0 A
130
Rangkaian Elektrik
Arus saluran :
IL( A ) = IpA − IpC
= 6 200 0 − 6 − 40 0 = ?
IL(B ) = IpB − IpA
= 6 80 0 − 6 200 0 = ?
IL( C ) = IpC − i pB
= 6 − 40 0 − 6 80 0 =?
2). Impedansi tiap fasa :
VAB 240 60 0
Z1 = Z AB = = = 40 − 1400
IpA 6 200 0
VBC 240 − 60 0
Z 2 = Z BC = = = 40 − 1400
IpB 6 80 0
Solusi :
IL(A) A
IpA
17,32
Z1 = Z 2 = Z 3 = 20 30 0
Z1
= 17,32 + j10
j 10
IL(C)
Sumber
tegangan 3 fasa n
j 10
j 10
Z3 Z2
17,32 17,32
IpC IpB B
C
IL(B)
131
Rangkaian Elektrik
Arus fasa :
VAn 231 0 0
IpA = = = 11,55 − 30 0 A
Z1 2030 0
P(3fasa) = 3 Vp Ip cos
= 3 . 231.11,55 . cos 30 0
= 6922,80 watt
- 30
ϕ VAn
132
Rangkaian Elektrik
Soal-Soal
2. Tiga buah impedansi, masing-masing terdiri dari kombinasi seri resistor 30 ohm,
kapasitor 1 mF, dan induktor 0,50 H diketahui frekuensi sudut 100 rad/s,
impedansi dihubungkan bintang (Y). Disuplai dari sumber tegangan 3 fasa
terhubung Y, dengan tegangan efektif tiap fasa :
VAn = 120 − 30 0 volt
VBn = 120 − 150 0 volt
VCn = 231 90 0
volt
1). Hitung arus fasa dan arus saluran (Fasor) pada impedansi
2). Hitung daya nyata, daya reaktif dan daya semu yang diserap oleh impedansi
133
Rangkaian Elektrik
DAFTAR PUSTAKA
134
Rangkaian Elektrik
135