BUKU
RANGKAIAN ELEKTRIK
(Analisis Keadaan Mantab)
Oleh :
1
KATA PENGANTAR
5.1. SumberTeganganTigaFasa
5.2. Beban ElektrikTiga Fasa
5.3. Daya RangkaianTiga Fasa
DAFTAR GAMBAR
Dalam teknologi setiap gejala fisis harus dapat diuraikan secara kuantitatif
dengan satuan yang sama, karena itu diperlukan suatu himpunan satuan baku yang
seragam dan dapat dipakai dimanapun. Sistem satuan yang digunakan dalam hal ini
adalah Satuan Sistem Internasional (SI).
Konferensi Internasional yang kesepuluh mengenai berat dan ukuran pada
tahun 1954 telah menetapkan enam satuan dasar, antara lain :
Satuan panjang dalam meter (m)
Satuan massa dalam kilogram (kg)
Satuan waktu dalam second (s)
Satuan arus listrik dalam ampere (A)
Satuan suhu dalam kelvin (K)
Satuan kuat cahaya dalam candela (cd)
Untuk mempermudah pemakaian, digunakan awalan satuan yang menunjukkan
kelipatan satuan, karena pada umumnya daerah yang dicakup oleh suatu satuan
tersebut sangat luas. Awalan satuan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.
Tabel. 1.1 Awalan Satuan
i
dq i
i dt
i : Arus elektrik dalam ampere (A)
q : Muatan elektrik dalam coulomb (c)
t : Waktu dalam detik (s)
Arus listrik dalam rangkaian harus digambarkan dengan arah anak panah, simbol
untuk arus elektrik ditulis i (huruf kecil) digunakan untuk arus yang merupakan fungsi
waktu, yang disebut arus sesaat (intantaneous current), sebagai contoh.
i = 100t A
i(t) = 100t A
i = 20 sin 80t A
Ditulis I (huruf besar) digunakan untuk arus yang besarnya konstan, bukan merupakan
fungsi waktu, sebagai contoh.
I = 10 A
I = 0,75 A
2. Tegangan Elektrik
Tegangan elektrik (tegangan listrik) disebut juga beda potensial adalah tenaga
yang diperlukan oleh satu satuan muatan elektrik untuk berpindah dari suatu titik ke
titik yang lain karena pengaruh gaya elektrik. Atau dengan kata lain beda potensial
adalah tenaga per satuan muatan, dan ditulis dalam bentuk rumus persamaan :
+
dw
v dq Vs
3. Daya Elektrik
Daya elektrik (daya listrik) adalah besarnya tenaga elektrik setiap satuan waktu,
apabila ditulis dalam bentuk rumus persamaan .
dw
p dt
Simbol untuk daya elektrik ditulis p (huruf kecil) digunakan untuk daya yang merupakan
fungsi waktu, atau disebut daya sesaat, sebagai contoh :
p = 10 sin 50t watt
p(t) = 10 cos 30t watt.
Ditulis P (huruf besar) digunakan untuk daya yang besarnya konstan, sebagai contoh :
P = 25 watt
P = 500 watt
dw dw dq
p . vi
dt dq dt
+
V V +
-
-
i i
+
+
V = kV1 V = ki1 -
-
i = kV1 i = ki1
1. Resistansi (R).
Resistansi (tahanan) adalah konstanta rangkaian yang memerlukan tegangan
sebanding dengan arus yang mengalir didalamnya, apabila ditulis dalam bentuk
rumus persamaan (Hukum Ohm), sebagai berikut :
v
R
i
R : Resitansi dalam Ohm (Ω)
v : Tegangan dalam volt (V)
i : Arus dalam ampere (A)
Simbol untuk resistansi terlihat pada gambar no. 1.5 berikut ini
R
i
+ -
V
11
Kebalikan dari resistansi adalah konduktansi (daya hantar elektrik), simbol dari
konduktansi (G)
1
G
R
i G.v
G
i
+ -
V
Rt2
Rt1 1 (t2 t1 )
Besarnya resistansi suatu bahan dengan panjang (L) dan luas penampang (A) yang
diperlihatkan pada gambar 1.7, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut ;
L
R
A
dw p.dt
w p
dt joule
w i2Rt
2. Induktansi (L)
di
vL
dt
v
L
di
dt
L
i
+ V -
L
+ -
v
1
i(t) i(0) vdt
L
1
i(t) vdt i(0)
L
1
i(t)
L
vdt
Dari persamaan menunjukkan bahwa arus dalam induktansi tidak tergantung pada nilai
sesaat tegangan, melainkan pada nilai sejak awal sampai pada saat tegangan tersebut
diamati. Yaitu integral atau jumlah hasil kali volt .detik untuk seluruh waktu sampai
waktu pada saat diamati.
dt dt
di
w p dt Li .dt
dt
w L i.di
1
w Li2
2 joule
Tenaga pada induktansi akan disimpan dalam bentuk medan maknet, benda fisis yang
mempunyai induktansi besar (induktif) disebut induktor, Gambar 1.9 memperlihatkan
induktor yang terdiri dari kumparan tembaga dan inti besi laminasi.
Inti besi
N
d
Kumparan
tembaga A
Besarnya induktansi dari induktor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
N2 A
L
d
L : Induktansi (H)
N :Jumlah lilitan kumparan tembaga
A : Luas penampang inti besi (m2)
µ : Permeabilitas maknit inti besi
d : Panjang jalur maknetik (m)
3. Kapasitansi
Lambang untuk rangkaian kapasitansi terlihat pada gambar 1.10 berikut ini.
C C
i
i
+ - + -
V v
p v iC v
dv watt
dt
Tenaga pada kapasitansi adalah :
dv
w p dt C v .dt
dt
w C v dv
1
w C
joule
v2
2
Dalam kapasitansi tenaga tersebut akan disimpan dalam bentuk Medan listrik, tenaga
ini akan dikeluarkan kembali pada rangkaian pada saat tegangan menjadi nol.
Benda fisis yang mempunyai kapasitansi besar (kapasitif) disebut Kapasitor,
gambar 1.11 memperlihatkan kapasitor.
Bahan dielektrik
d
Plat/keping
kapasitor
-
C : Kapasitansi (F)
A : Luas penampang keping kapasitor (m2)
d : Jarak antara keping kapasitor (m)
ε : Permitivitas bahan (konstanta dielektrik)
1.5. Soal-Soal
40
i
10 F
+
v(t) 1H
- 10
Dalam Bab ini akan dibahas bagaimana hukum dasar rangkaian mendasari
gabungan dan interkoneksi beberapa unsur rangkaian dalam suatu rangkaian elektrik,
akan dijumpai hukum dasar utama, yaitu Hukum Ohm yang merupakan hubungan
antara arus dan tegangan pada konstanta rangkaian, Kukum Kirchhoff yang akan
menguraiakan bagaimana hubungan arus apabila beberapa unsur rangkaian bertemu
dalam suatu titik sambung (node), serta bagaimana beberapa tegangan bergabung
apabila unsur rangkaian dihubungkan secara berurutan.
Dibahas pula pengembangan dari hukum-hukum dasar untuk menyelidiki
hubungan seri dan paralel beberapa unsur rangkaian, pembagian tegangan dan
pembagian arus serta transformasi sumber tegangan dan sumber arus.
v Ri
v : Tegangan dalam volt (V)
i : Arus dalam ampere (A)
R: Resistansi dalam ohm (Ω)
vRi v Ri
Apabila arus mengalir masuk resistansi menjumpai polaritas positif (+), maka tegangan
pada resistansi adalah positif.
Apabila arus mengalir masuk resistansi menjumpai polaritas negatif (-), maka tegangan
pada resistansi adalah negative
2. Hukum Kirchhoff I
Hukum Kirchhoff I menyatakan jumlah arus yang menuju ketitik sambung (titik
simpul/node) adalah sama dengan nol, atau jumlah arus yang menuju titik sambung
sama dengan jumlah arus yang meninggalkan titik sambung.
i
k 1
k 0
i1 i2 i3 i4 ......... in 0
i1 i2 (i3 ) i4 (i5 ) 0
i1 i2 i4 i3 i5 0
Atau :
i1 i2 i4 i3 i5
(Jumlah arus yang menuju node sama dengan jumlah arus yang meninggalkan node)
ia
18 A 3A
2A
4A
Solusi :
Pada rangkaian terdapat 2 titik sambung, titik sambung (1) dan titik sambung (2).
Ditinjau pada titik sambung (1) :
i 0 , maka 18 – 2 – 3 – 4 – ia = 0
ia = 9 A
ia = 9 A
3. Hukum Kirchhoff II
Hukum Kirchhoff II menyatakan bahwa dalam rangkaian tertutup jumlah
tegangan sama dengan nol.
n
v
k 1
k 0
v1 v 2 v 3 v n 0
Contoh :
R1
30 V
-
Solusi :
+
+
30 V
- v 0
+ +
R2
150 – 30 – 30 – Va = 0
150 V Va
- -
Va = 90 V
+ -
Vx
10 A 2 4 1A
Ix 2A
Solusi :
Pada titik sambung (3), berlaku
i 0 1 2 2
+ -
-10 + Ix + 2 + 1 = 0 Vx
-7 + Ix = 0 + +
10 A 2V1 V 24 1A
Ix = 7 A - -
V1 – Vx – V2 = 0
Vx = V1 – V2
Vx = 14 – 8 = 6 V
2.2. Hubungan Seri dan Hubungan Paralel
1. Hubungan Seri
Dalam hubungan seri unsur rangkaian yang diperlihatkan pada gambar 2.4,
besarnya arus yang mengalir adalah sama.
i1 i2
i3
+
Vs C
-
i5
i4
L2
Apabila beberapa sumber arus dihubungkan seri, maka besarnya arus harus sama.
2. Hubungan Paralel
Dalam hubungan paralel unsur rangkaian yang ditunjukkan pada gambar 2.5,
besarnya tegangan paralel sama.
v s v1 v 2 v 3
+ + + + V3
Vs V1 V2 - L
C R
- -
-
i + - i
V1
+ + +
Vs R2 Vs Rs
V2
-
- -
- V3 +
R3
Rs R1 R2 R3
Sehingga secara umum dapat dituliskan rumus persamaan sebagai berikut :
Rs R
1. Resistansi Paralel
Rangkaian yang terdiri dari 3 resistansi yang dihubungkan paralel, serta
rangkaian ekuivalenya terlihat pada gambar 2.7
i i
i1 i2 i3
+
+
R1 R2 R3 Vs Rp
Vs
-
-
1 1 1 1
Rp R1 R2 R3
1
Rp 1
R
Gp G
Apabila terdapat dua resistansi yang paralel, untuk mempermudah dalam perhitungan,
maka digunakan rumus sebagai berikut :
R1 R2
R2 x R1
Rp
R1 R 2
i + V1 - i
+ V2
- +
+
Vs L2 Vs Ls
- -
- V3
+
L3
v1 L di
1
dt
v2 L di
2
dt
v3 L di
3
dt
Dalam rangkaian tertutup, maka berlaku :
v 0
v s v 1 v 2 v3 0
v s v1 v2 v 3
vs L di di
di
1
dt L 2 dt L 3 dt
vs v
L2 L3
L1
di
d t
i d
s s
dt
Dari hasil perhitungan diperoleh induktansi ekuivalen (induktansi seri):
Ls L1 L2 L3
Sehingga secara umum dapat dituliskan rumus persamaan sebagai berikut :
L s L
2. Induktansi Paralel
Rangkaian yang terdiri dari 3 induktansi dihubungkan paralel, serta rangkaian
ekuivalenya terlihat pada gambar 2.10
i i
i1 i2 i3
+ +
Vs Vs Lp
L1 L2 L3
- -
i1 1
i L
11 v dt
v dt
2
L2
i3 1
v dt L
3
i i1 i2 i3 0
i i1 i2 i3
1 1
i 1 v dt v dt v dt
L11 L2 L3
i 1 1 v dt
L 2 L3
L1
1
i v dt
Lp
1
Lp
L1
i i
+ -
V1 - + V2 +
+ +
V3 C3 Vs Cs
Vs
- -
-
v1 1
v C
1 1 i dt
i dt
2
C2
v3 1
C i dt
3
1
1
v
i dt
2 3
s
Cs
Rangkaian Elektrik
1 1 1 1
Cs C1 C2 C3
1
Cs
C1
2. Kapasitansi Paralel
Rangkaian yang terdiri dari 3 kapasitansi dihubungkan paralel, serta rangkaian
ekuivalenya terlihat pada gambar 2.12
i i
i1 i2 i3
+ +
Vs C1 C2 C3 Vs Cp
-
-
i C1
dv dv dv
dt C2 dt C3 dt
i i dv dt
C2
C1
28
Rangkaian Elektrik
C3
d
v
d
t
28
Rangkaian Elektrik
Cp C 1 C2 C3
Cp C
Contoh Soal :
15 x10
15 10 R p 15 10 6
Rab 10 14 6 30
b
10 H 4H
a
6H 2H
10 H
c
a Ls 4 2 6 H
6x6
Lcd 3H
6H
66
Ls Lab 10 3 13 H
b
d
5F 3F
3F 6F
29
5F
c 6x3
Cs 2F
a
63
Ccd 3 2 5 F
3F Cs
5x5
Cab 2,5 F
b
55
d
0,5 1
x
+
12 V
4 10
8
-
0,5 1
y
Solusi :
0,5
x
Rs 1 8 110
4 10 Rs
0,5
y
0,5
x
4 10 x10
Rp Rp 10 10 5
0,5
y
Rs 0.5 5 0,5 6
6x4
4 Rs1
Rxy 2,4
64
1. Pembagian Tegangan
Pembagian tegangan digunakan untuk menyatakan tegangan pada salah satu
diantara beberapa resistansi yang terhubung seri, dapat dilihat pada gambar 2.13
Rs R1 R2 R3 i
+
v Rs i
V1
v R1
i -
Rs +
+
v R1
v1 R1 i R1 V R2
R s Rs v
2
- V
-
v R2 v +
v 2 R2 i R2
R s Rs R3 V3
v3 R3 v R3 v -
i R3
R s Rs
Dari ketiga persamaan mempunyai bentuk kesamaan, dan apabila dituliskan dalam
bentuk persamaan secara umum, diperoleh :
Rx
v v
R
x
x : 1 s/d n
Vx : Tegangan pada resistansi ke x
Rangkaian Elektrik
Contoh :
Hitung tegangan v1 dan v4
5
+ V1 -
10
5
+ v1 x150 15 V
150 V 5 10 15
- 20
15
v 4 20
x150 60 v
+ V4 5 10 15
-
20
20
2. Pembagian Arus
Pembagian arus digunakan untuk menyatakan arus yang mengalir melalui
salah satu diantara beberapa resistansi yang terhubung paralel, hal ini dapat dilihat
pada gambar 2.14
1 1 1 1 i
i1 i2 i3
R p R1 R 2 R 3
Gp G1 G G +
2 3
V R2 R3
R1
v Rp i -
i
v
Gp
Dari ketiga persamaan mempunyai bentuk kesamaan, dan apabila dituliskan dalam
bentuk persamaan secara umum, diperoleh :
Gx
i i
G
x
x : 1 s/d n
32
Rangkaian Elektrik
Contoh :
ix : Arus pada resistansi ke x
33
Hitung arus i2 dan i3
1
15
60 A i x 60 12 A
i2 i3 2
1 1 1
15 15 5
+
V 15 15 5 1
- 5
i x 60 36 A
3
1 1 1
15 15 5
v
R R2 x R1 i
p i i
R1 R2 i1 i2
+
v
i 1 R x R1 V R1 R2
x 2 i
1
R1 R1 R1 R2 -
R2
i
1
i
R1 R2
v 1
i R2 x R1
2 x i
R2 R2
R2
R1
i2 R1 i2
R1R
Rs
+
Vs Is Rs
Sumber tegangan dapat ditransformasikan ke sumber arus, besarnya arus dari sumber
arus adalah :
vs
i
s
Rs
Rp
+
Is Rp
Vs
vs Rp is
Contoh :
+
3A 4
12 V
34
5
-
10 A 5
50 V
+
+ -
Vx
10 A 2 4 1A
Solusi :
2 2 4
Ia
+ - + - + -
Vx
+ -
20 V 4V
-
+
v 0
20 2Ia 2Ia 4Ia 4 0
8Ia 24
Ia 3 A
Vx 2 2x36V
Ia
3). Pada rangkaian elektrik berikut, hitung arus Ix dengan menyederhanakan
rangkaian.
60 V
10 - +
a b
Ix-
-
5 2A
10 V 5
+
Solusi :
60 V
a - + b 5
Ix -
10 5 10
1A V
-
10 x 5
R 3,33
p
10 5
60 V
3,33 - + 5
a b
- Ix - +
+
-
+
-
10 V
3.33 V
-
+
Untuk menghitung resistansi total maka harus dilakukan transformasi hubungan delta
ke hubungan bintang, hal ini ditunjukan pada gambar 2.18, hubungan (Δ) dengan
resistansi (R1, R2, R3) ditransformasi ke hubungan (Y) dengan resistansi (Ra, Rb, Rc)
R R
R1 R3 R 2 R3 .................. (2)
b c
R1 R 2 R3 R1 R2 R3
R R
R1 R
R13 ................. (3)
R2
c a R1 R3 R1 R2 R3
R 2
Dari ketiga persamaan (1), (2), (3) apabila diselesaikan akan diperoleh besarnya Ra,
Rb, Rc sebagai berikut.
Dengan cara yang sama akan dapat diperoleh R1, R2, R3, sebagai berikut :
Contoh :
Hitung resistansi ekivalen rangkaian elektik pada gambar berikut.
Ra = 12x18
= 6 k
12 +18 +
6
Rb =
18x6 = 3 k
12 +18 +
Rc = 6
= 2k
12x6
12 +18 +
6
Rs1 = 2 + 4 = 6 k
Rs2 = 3 + 9 =12k
Rt = 6 6x12
+ = 10 k
6+
12
SOAL - SOAL
8Ω 5Ω
a
+
38 V 6Ω 20 Ω
1Ω
3Ω
-
2Ω
b
5. Diketahui rangkaian elektrik, seperti berikut ini :
1). Hitung tegangan Va (Gunakan hukum dasar)
2). Hitung daya yang diserap masing-masing resistor
3). Hitung daya yang diberikan masing-masing sumber
20 Ω
8Ω 5Ω
a
+
38 V 6Ω 20 Ω
1 Ω
3Ω
-
2Ω
b
20 Ω
8Ω 5Ω
a
+
38 V 6Ω 20 Ω
1Ω
3Ω
-
2Ω
b
20 Ω
8Ω 5Ω
a
+
38 V 6Ω 20 Ω
1Ω
3Ω
-
2Ω
b
8Ω 5Ω
a
+
38 V 6Ω 20 Ω
1Ω
3Ω
-
2Ω
b
1Ω
Ix
6Ω
2Ω
12 V
12 Ω
1Ω
11. Pada rangkaian elektrik berikut, terminal (a - b) dihubungkan dengan sumber
tegangan 24 V. polaritas positif berada pada terminal (a), hitung arus dan
daya yang diberikan oleh sumber tegangan.
I1 R1
Va
I Vb
I1
R2 R3
BAB III
METODE ANALISIS RANGKAIAN
Dalam pembahasan analisis arus mesh akan dimulai dari rangkaian elektrik yang
mempunyai 1 mesh, 2 mesh, 3 mesh, dan 4 mesh yang berikutnya dapat
dikembangkan untuk (N) mesh.
Va
I Vb
I1
R2 R3
Mesh (1) :
R11 I1 V1
R11 : Jumlah resistan si pada mesh no.1
I1 : arus mesh pada mesh no.1
V1 : Jumlah tegangan dari sumber tegangan pada mesh no.1
I1 R1 R2 I2
I3
Va I R3 II Vb
I1 I2
R1 R3 I1 R3 I2
....... (1)
Va
R 3 I1 R 2 R3 I2 .......... .(2)
Vb
Dari persamaan (1) dan (2) terdapat kesamaan, yaitu adanya arus I 1 dan arus I2, dan
ruas kanan adalah tegangan, apabila kita susun notasinya akan menjadi persamaan
arus mesh :
Mesh(1) : R11 I1 R12 I2 V1
Mesh(2) : R21 I1 R22 I2 V2
R11
R12 R13 V1
I1
R R
R I V
21 22 23 2 2
R 31 R 33 V3
R 32 I3
Pada rangkaian elektrik 4 mesh apabila dibuat persamaan arus mesh tinggal
mengembangkan dari persamaan 3 mesh, sehingga persamaannya menjadi :
1. Pada rangkaian elektrik, tentukan persamaan arus mesh, hitung arus i1 dan arus i2
Solusi :
Mesh 1 : Mesh 2 :
R11 I1 R12 I2 R21 I1 R22 I2 V2
V1
6 3i1 3i2 3i1 3 4 i2 10
42
9i1 3i2 42 3i1 7i2 10
3i1 i2 14
Dengan subtitusi persamaan (1) dan persamaan (2), atau diselesaikan dengan
determinan, akan diperoleh :
i1 6 A
i2 4 A
2. Pada rangkaian elektrik berikut, hitung arus Ia, dengan metode arus mesh.
1 2
7V
3
Ia
- +
6V
-
2 1
Solusi :
II
1 2
+ I2
7V
3
Ia
- I +
6V
-
III
2 1
I1 I3
Ia I3 I2
Mesh(1):
R11 I1 R12 I2 R13 I3 V1
(1 2)I1 1.I2 2.I3 7
6
Mesh(2):
R21 I1 R22 I2 R23 I3 V2
1.I1 (1 2 3)I2 3.I3 0
Mesh(3)
:
R31 I1 R32 I2 R33 I3 V3
2.I1 3.I2 (2 3 1)I3 6
3
1 2 I1 1
1 6 3 0
I
2
2 3 6 I3 6
3 1 2
1 0 3 2 3 1
(1) (3)
2 6 6 1 6 2 6
I2
3 1 2 6 3 6 1 3 1 6
3 (1) (2)
1 6 3 3 6 2 6 2 3
2 3 6
I2 78 78
18 60 2A
3x(27) 12 2x(15) 81 12 30 39
3 1 1
1 6 0 1 6 3 1
1 6
2 3 6 3 1 6
I3 2
3 1 2 6 3 1 3 1 6
3 (1) (2)
1 6 3 3 6 2 6 2 3
2 3 6
I3 117 117
15 102 3A
3x(27) 12 2x(15) 81 12 30 39
Ia 3 2 1 A
Contoh :
I II
Solusi :
Mesh
1:
R11 I1 R12 I2 V1
6 3i1 3i2
42 9i1 3i2 42
……… (1)
9i1 3(10)
42
9I1 42 30
12 1
I 1 A
1
9 3
Apabila dalam rangkaian elektrik terdapat sumber arus yang memisahkan dua
mesh maka dua mesh tersebut dinamakan sebagai mesh super (super mesh),
sehingga dua mesh tersebut dianggap/diperlakukan sebagai satu mesh
Contoh :
Tentukan persamaan arus mesh dan hitung besar tegangan Vx
1 2
+ Vx
+ -
7V
- 3
7A
2 1
Solusi :
Tentukan nomor mesh, arus dan arah arus mesh
II
1 2
I2
+ Vx
+ -
7V I
- 3
7A
III
2 I3 1
I1
Mesh I dan Mesh III, merupakan super mesh, sehingga diperlakukan sebagai satu
mesh
(satu mesh diperlihatkan pada garis putus-putus)
VX 3.(I3 I2 )
Mesh 2 :
I1 I3 7.................( 3)
I2 2,50 A
I3 2 A
VX 3.(I3 I2 )
VX 3.(2 2,5) 1,50 V
3.2. Metode Tegangan Node
Metode tegangan node merupakan cara lain untuk menyelesaikan persoalan
rangkaian elektrik dengan persamaan hukum tegangan Kirchhoff terlukis secara
implisit pada rangkaiannya dan persamaan untuk arus ditulis secara eksplisit serta
harus diselesaikan untuk tegangan yang tidak diketahui. Dalam metode tegangan node
mempunyai konsep, yaitu :
Menentukan tegangan node
Didasarkan pada Hukum Kirchhoff arus
Rangkaian dengan (N) node akan memberikan (N-1) persamaan,
karena satu node digunakan sebagai node acuan (referensi)
Dalam pembahasan analisis tegangan node akan dimulai dari rangkaian elektrik yang
mempunyai 2 node, 3 node, 4 node, 5 node yang berikutnya dapat dikembangkan
untuk (N+1) node.
.
1. Rangkaian Elektrik 2 node
Dalam menganalisis rangkaian elektrik 2 node , pada gambar 3.3 diperlihatkan
rangkaiannya dengan dua sumber arus dan tiga resistansi.
1 +
Ia R1 Ib R2 R3
V1
- 2
Gambar 3.3. Rangkaian Elektrik 2 Node
G1 G2 G3 V1 Ia Ib
Persamaan tegangan node : Node (1)
G11 V1 I1
:
G11 : Jumlah konduktansi yg terhubung pada node no. 1
V1 : tegangan pada node no. 1
I1 : Jumlah arus dari sumber arus yg terhubung pada node no. 1
1. Rangkaian Elektrik 3 Node
Dalam menganalisis rangkaian elektrik 3 node, pada gambar 3.4 diperlihatkan
rangkaiannya dengan dua sumber arus dan tiga resistansi
V12
1+ +2
IR2 R2
Ia R1 R3 Ib
IR1 V2 IR3
V1
- 3
Pada node (1) dan node (2) berlaku Hukum Kirchhoff arus : i 0
Pada Node 1 :
IR1 IR2 Ia
V1 V12
I , (V V V )
a 12 1 2
R1 R 2
V1 V1 V2
I
R1 R 2 R2 a
1 1 1
V1 V2 Ia
R1 R 2 R
2
G1 G2 V1 G2 V2 Ia
Pada node 2 :
IR2 IR3 I
b
V12 V
2 , (V12 V2 )
R2 R3 I V1
b
V1 V2 V2
Ib
R2 R2 R3
1 1 1
V1 V2 Ib
R2 R
2 R 3
G2 V1 G2 G3 V2 Ib
Apabila dituliskan kedua persamaan tegangan node tersebut, akan diperoleh :
G1 G 2 V 1 G 2
Ia.......................(1)
V2
G 2 V1
G3 V2 Ib...................(2)
G2
Dari persamaan (1) dan (2) terdapat kesamaan, yaitu adanya tegangan V1 dan
tegangan V2, dan ruas kanan adalah arus, apabila disusun notasinya akan menjadi
persamaan tegangan node.
G11
G12 V1 I1
G
G V I
21 22 2 2
G11
G13 I1
G12 V1
G G
G23 V 2 I 2
21 22
G31 G33 I 3
G32 V 3
Terdapat 3 persamaan tegangan node, salah satu node digunakan sebagai node
acuan.
3. Rangkaian Elektrik 5 Node
Pada rangkaian elektrik 5 node apabila dibuat persamaan tegangan node
tinggal mengembangkan dari persamaan 4 node, sehingga persamaannya menjadi :
Node(1) : G V G V G V G V I1
11 1 12 2 13 3 14 4
Secara umum persamaan tegangan node untuk rangkaian elektrik yang terdiri
dari (N+1) node adalah sebagai berikut :
1. Pada rangkaian elektrik berikut, tentukan persamaan tegangan node, serta hitung
tegangan pada resistansi 5Ω
3,1 A 2 - 1,4 A
1
Solusi :
Tentukan nomor node dan node referensi.
1 + Vx - 2
3,1 A 2 - 1,4 A
1
Node 1 :
G11 V1 G12 V2 I1
1 1 1
( )V 3,1
V
5 2 1 5 2
(0,2 0,5) V1 0,2 V2 3,1
0,7 V1 0,2 V2 3,1
7 V1 2 V2 31
Node 2 :
G21 V1 G22 V2 I
1 1 2
1
V ( (1,4)
5 1 ) V2
1
5
0,2 V1 (0,2 1) V2 1,4
0,2 V1 (1,2) V2 1,4
2V1 12 V2 14
V1 6 V 2 7
31 2
76 186 14 200
V1 7 2
42 2 40
5V
16
731
17 49 31 80
V2 2V
7 2 42 2 40
16
VX V12 V1 V2
VX 5 2 3 V
2. Pada rangkaian elektrik, tentukan persamaan tegangan node, dan hitung tegangan
dan arus pada tahanan (4Ω), (2Ω) dan (5Ω)
-3A
3 2
-8A 1 5 - 25 A
Solusi :
Tentukan nomor node, serta node referensi.
4
Ia
-3A
3 2 3
1 2
Ib
Ic
- 8A
1 5 - 25 A
Node 1 :
1 1 1 1
( ) V V V 8 (3)
4 3 1 3 2 4 3
7 V1 4 V2 3 V3 132
Node 2 :
1 1 1
V ( 1) 1
(3)
V
V
1
3 3 2
2
3
2
2 V1 11V2 3 V3 18
Node 3 :
1 1
V V 1 1
( (25)
1
)V
4
1
2
2 4 2 5 3
5 V1 10 V2 19 V3 500
7 4
3
2 11
7 4
132
3 2 11 18 26220
V 5 10 500 32,41 V
3 809
7 4 3
2 11 3
5 10 19
+ Vx -
+
3V 2 1 2A
-
Solusi :
1 + Vx - 2
+
3V 2 1 2A
-
1 0V1 3
1 V
6 10
2
V1 6 V2 10
3 6 V2 10
13 1
V 2
2
6 6
VX V12 V1 V2
1 5
V32 V
X
6 6
Contoh ;
Pada rangkaian elektrik berikut, tentukan persamaan tegangan node, serta hitung
tegangan node.
4
-3A
1V
3 + -
- 8A - 25 A
1 5
Solusi :
Tentukan nomor node, serta node referensi
4
-3A
1V
3 + -
1 2 3
- 8A 5 - 25 A
1
Node 1 :
1 1 1 1
V 8 (3)
V V
1 2 3
4 3 3 4
7 V1 4 V2 3 V3 132 .......(1)
Node (2) dan node (3) : (super node, node 2 dan 3 diperlakukan sebagai satu node)
1 1 1 1
V V V
1 1 (3 ) ( 25)
V
3
1
2
3
1
4 4 5
3 1
35 V1 80 V2 27 V3 1680....( 2)
V2 V3
1.......( 3)
Persamaan tegangan node :
7 V1 4 V2 3V3 132
35V1 80 V2 27 V3 1680
V2 V3 1
Apabila dihitung akan diperoleh tegangan node :
V1 4,95 V
V2 14,33 V
V3 13,33 V
3.3. Prinsip Superposisi
Pada setiap rangkaian elektrik, maka tegangan dan arus dalam suatu unsur
rangkaian adalah akibat yang ditimbulkan oleh adanya sumber yang dikenakan pada
rangkaian elektrik tersebut. Jika suatu rangkaian elektrik mempunyai beberapa
sumber, maka setiap tegangan atau arus pada unsur-unsur rangkaian merupakan
penjumlahan dari masing-masing sumber yang dikenakan pada rangkaian tersebut.
Prinsip superposisi jika diterapkan pada suatu rangkaian elektrik dengan resistansi
konstan, menyatakan bahwa tegangan atau arus disetiap cabang rangkaian yang
dihasilkan oleh beberapa sumber yang dikenakan secara serentak adalah jumlah
aljabar tegangan atau arus yang dihasilkan pada cabang itu oleh masing-masing
sumber tersebut secara tersendiri. Sehingga dikenal dalam prinsip superposisi,
terdapat superposisi tegangan dan superposisi arus.
Superposisi tegangan : Dalam suatu rangkaian elektrik yang komplek dan banyak
sumber, maka besarnya tegangan pada unsur rangkaian sama dengan penjumlahan
tegangan akibat masing – masing sumber secara tersendiri.
Superposisi arus : Dalam suatu rangkaian elektrik yang komplek dan banyak sumber,
maka besarnya arus pada unsur rangkaian sama dengan penjumlahan arus akibat
masing – masing sumber secara tersendiri.
Konsep superposisi secara umum dapat dituliskan dengan model matematik sebagai
berikut :
f X1 , X2 , X 3 f X1 f X2 f X3
X2 0 X1 0 X1 0
X3 0 X3 0 X2 0
Apabila digambarkan dengan blok diagram sebagai tertera pada gambar 3.5.
i=?
X1 v=? X3
X2
Gambar 3.5. Blok Diagram dengan Tiga Sumber
Untuk superposisi arus :
v v X1 v v X3
X2
Contoh :
4 mA 12 V
2k
- +
2 mA 1k 2k
Io
Solusi :
Superposisi I0 I01 I02 I03
arus :
4 mA
2k 2k
2 mA 1k 2k 1k 2k
Io1 Io2
2.103 4
I01 3 .103 A I02 0 A
(1 2).10 x2.10 3
3
- 12 V +
2k
1k 2k
I0 12 4.103 A
3
(2
Io3 1).103
I0 I01 I02 I
03
4
I .103 0 (4.103 ) 1
5 .10 3 A
3
0
3
1
I 5 mA
0
3
x
Rth x
A B +
Voc
-
y
y
(a) (b)
Besar tegangan thevenin (Voc), dihitung dari rangkaian yang komplek terminalnya
dibuka (open circuits), rangkaiannya dapat dilihat pada gambar 3.8 (a) .Besarnya
tahanan
thevenin sama dengan tahanan yang diukur pada terminal terbuka rangkaian tersebut
dengan seluruh sumber dimatikan, hal ini dapat dilihat pada gambar 3.8 (b)
x x
+
A
A Voc Rth = Rxy
- y
y
Sumber-sumber
dimatikan
(a) (b)
Contoh :
1. Sederhanakan dengan Thevenin pada terminal (a-b) , hitung arus IR.
apabila R = 10 ohm, dan R = 5 ohm
5
IR
a
100 V R 50 V
b
5
Solusi :
I1 5
+ a
100 V Voc(terbuka) 50 V
Mesh I : (5 100 50
- 5)I1
b
50
5 I 5A
I1 1
10
5
a
5
a
Rab (terbuka)
Rab (terbuka)
b
5
b
5
Rangkaian Thevenin :
75
2,5 a IR
2,5 R
IR
R 10
+ 75
75 V R
IR 6A
2,5 10
-
R5
IR
b 75 10 A
2,5
5
4 mA 12 V
2k - +
2 mA 1k 2k
Io
Solusi :
2k
RTh R ab 2.103
Rth 2k
b
Rangkaian Thevenin :
2k
a 16
I0
Io (2 1)103
+ 16
-16 V 1k I0 .103
3
- 1
I0 5 mA
3
b
3.5. Teorema Norton
x x
A B Isc Rn
y y
(a) (b)
x x
A Isc
A Rn = Rxy
y
y
(a) (b)
Sumber-sumber
dimatikan
Gambar 3.10 Rangkaian Perhitungan Arus dan Tahanan Norton
Contoh :
Sederhanakan dengan teorema Norton pada terminal (a-b), serta hitung arus IR,
apabila R = 10 Ω dan R = 5 Ω
5
IR
a
100 V
R 50 V
b
5
Solusi :
I1 5
a
b
5
I2
ISC
I1 I2
ISC 20 (10)
ISC 30 A
5
a
Rab (terbuka)
Rn Rab 5x5 2,5
5
b
5
5
Rangkaian Norton :
a
IR 2,5 x 30
IR 2,5
R
2,5 R 10
30 A R 2,5
IR x 30 6 A
2,5
10
R5
IR
2,5
2,5 x30 10 A
b
5
SOAL-SOAL
1. Hitung arus (I), selesaikan dengan : Metode arus mesh, Metode tegangan
node, Superposisi, Teorema Thevenin
1Ω 2Ω
3
1 volt DC 7 volt DC
2Ω 1Ω
8A
1Ω 4Ω
DC
5 volt
2Ω 9 volt
3Ω
- +
Vx DC
3. Pada rangkaian elektrik, hitung tegangan Va, dengan metode arus mesh,
superposisi dan Teorema Thevenin
5V
20 Ω 30 Ω 10 Ω
40 Ω -
Va
30 V + 50 Ω
20 V
10 V
4. Pada rangkaian elektrik, hitung arus Ix dengan metode arus mesh dan
superposisi.
4 mA 12 V
2k
Ix
6V
1k 2k
5. Hitung tegangan Vx, arus Io dengan metode tegangan node, metode arus mesh
dan superposisi
6k
2 Vx
12 k
+-
12 k 6k Vx 6V
-
Io
6. Hitung tegangan Vx, arus Io dengan metode tegangan node, metode arus mesh
dan superposisi
2k 2k
1k 5V
Vx +
Io
-
+
10 V
Vx
1k
-
7. Hitung tegangan Va, dengan metode tegangan node dan teorema Norton
20 Ω 5
10 Ω
V
30 Ω
40 Ω
+
Va50 Ω
30 V 10 V 20 V
-
8. Pada rangkaian elektrik, hitung arus Ix dengan metode arus mesh , tegangan
node dan superposisi.
30 Ω 10 Ω
40 Ω
Ix
30 V 50 Ω 20 V
10 V
9. Pada rangkaian elektrik, hitung arus Ix dengan metode tegangan node dan
teorema Norton
1Ω
Ix
12 V 6Ω
20 Ω
2Ω
12 V 12 Ω
4Ω
1Ω
10. Pada rangkaian elektrik, hitung arus Ia dengan metode tegangan node dan
teorema Thevenin
1 2
7V Ia
3
6V
11. Pada rangkaian elektrik, hitung tegangan Vx dengan metode tegangan node
dan superposisi.
1 2
+ Vx
+ -
7V
- 3
7A
2 1
12. Pada rangkaian elektrik, hitung arus Ix dengan metode arus mesh dan
superposisi.
30 V 6Ω
5Ω 5Ω
10 Ω
20 V 10 A
Ix
50 V
15 Ω
13. Pada rangkaian elektrik, sederhanakan dengan teorema thevenin, serta hitung
tegangan VR
30 V 5Ω
5Ω 5Ω
+ VR
10 Ω
- R 10 A
50 V
4k
+
3k 8k
4 mA
12 V 6k 2k 4k Vo
-
BAB IV
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK
v(t) Vm sin(t )
i(t) Im sin(t )
v(t) Vm cos(t 1 )
i(t) Im cos(t 1 )
Satu putaran penuh (cycle) adalah bentuk gelombang yang terdapat dalam satu
periode, frekuensi adalah banyaknya putaran setiap detik, dengan satuan cycle/detik
atau Hertz (Hz)
v(t) Vm sin(t )
v(t) Vm cos(t )
2). Merupakan fungsi yang berulang (periodik)
Gelombang sinusoida setiap satu periode akan sama dengan gelombang
semula, fungsi berulang harus memenuhi syarat :
f(t) = f(t + T)
T
Vrt T1 Vm sin(t) dt
V
0
T
2 2 T
Vrt
m
sin t d( t) x
T 0 T T 2
V T 2 2
Vrt 2 m sin d( T t)
T
t
0
V 2 T
Vrt cos t
m
2 T 0
V
m cos 2 cos 00
2
Vm
(1 1)
2
Vrt 0
Dari hasil perhitungan maka tegangan rata-rata gelombang sinusoida adalah nol,
dengan cara yang sama untuk arus rata-rata gelombang sinusoida, apabila dihitung
akan diperoleh hasil :
Misalkan gelombang arus sinusoida :
i(t) Im sin(t)
Nilai rata-rata Arus :
T
1
Irt T i(t) dt
0
T
1
Irt T Im sin(t) dt
I
0
T
2 2 T
Irt
m
sin t d( t) x
T 0 T T 2
I T
2 2
Irt m
t2 0
sin d(
T
t)
T
I 2 T
I m
cos t
rt
2 T 0
I
m
2
cos2 cos00
I
2m (1 1)
Irt
0
1T 2
T v (t) dt
ef
V
0
T
1
Ve2 T v 2 (t) dt
f 0
1 T
Vm2 sin2 t
T
dt
0 1 cos 2
2T
V m
sin t dt
2
: karena sin2
T 0 2
V 2 T 1 cos 2t
V2 m dt
ef
T 0 2
2
V
2 T T
m dt cos 2. t dt
2T 0 0
T
V
2 T
T T
4
4
m
dt t d t
4 0
2T 0 cos T
T
V
2 T T
4
V 2
T
sin t
t 0
m
e
2T 4 T 0
V T
2
m
T
sin
4 sin0
0
0 4
V2T
2
m
T
2T
2
2 V
V m
ef
2
V
Vef m 0,707 Vm
2
Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya tegangan efektif sebesar 0,707 kali
tegangan maksimumnya, nilai tegangan efektif gelombang sinusoida merupakan nilai
searahnya gelombang sinusoida, hal ini diperlihatkan pada gambar 4.2 berikut ini :
Nilai efektif
Vef
Vef Vrms V
Ief Irms I
i(t) Im
+ +
v(t) R Vm R
- -
(a) (b)
Pada Gambar 4.3. (a) adalah rangkaian resistansi pada daerah waktu, sehingga besar
tegangan pada resistansi :
v(t) Ri(t)
v(t) RIm sint
v(t) Vm sint
Dimana
:
V m R Im
Vm Im
R
2 2
Vef R Ief
Gambar 4.3. (b) merupakan rangkaian daerah frekuensi, dengan sumber tegangan
yang tegangannya dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya, begitu juga arus
yang mengalir dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya.
Gambar gelombang tegangan sinusoida dan gelombang arus sinusoida pada
resistansi diperlihatkan pada gambar 4.4.
Vm
v
Im
i
Im Vm
ωt
0 0
Pada rangkaian resistansi, tegangan (v) dan arus (i) adalah sefasa, tidak ada beda
fasa (beda fasanya = 0), frekuensi sudut gelombang tetap, hanya amplitudonya yang
berubah.
i(t) Im
+ +
v(t) L XL
Vm
- -
(a) (b)
Pada Gambar 4.5. (a) adalah rangkaian induktansi pada daerah waktu, sehingga besar
tegangan pada induktansi :
di(t)
v(t) L
dt
dIm sin t
v(t) L dt
v(t) L Im cost
v(t) LImsin(t 90o )
v(t) sin(t 90o )
Dimana Vm
:
Vm L Im
Vm XL Im
V I XL Reak tansi Induktif
Lm XL L 2 f L ()
2 X 2
m
Vef XL I
ef
Gambar 4.5. (b) merupakan rangkaian daerah frekuensi, dengan sumber tegangan
yang tegangannya dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya, begitu juga arus
yang mengalir dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya.
Gambar gelombang tegangan sinusoida dan gelombang arus sinusoida pada
induktansi diperlihatkan pada gambar 4.6.
v
Vm
Vm
v
Im
i
90
ωt Im
0
0
Pada rangkaian Induktansi, tegangan (v) mendahului 900 terhadap arus (i) atau arus
tertinggal 900 terhadap tegangan, frekuensi sudut tetap, amplitudonya yang berubah.
i(t) Im
+ +
v(t)
C Vm Xc
- -
(a) (b)
Pada Gambar 4.7. (a) adalah rangkaian kapasitansi pada daerah waktu, sehingga
besar tegangan pada kapasitansi :
1
v(t)
C1
i(t) dt
I sin t dt
C
m
Im
C
sin t d(t)
Im
C
cost
Im
C
sin( t 900 )
v(t) V msin(t 900 )
Dimana :
Vm 1 I
m
C X C Reak tansi kapasitif
Vm XC Im
11
Vm Im XC C 2f C ()
XC
2 2
Vef XC I
ef
Gambar 4.7. (b) merupakan rangkaian daerah frekuensi, dengan sumber tegangan
yang tegangannya dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya, begitu juga arus
yang mengalir dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya.
Gambar gelombang tegangan sinusoida dan gelombang arus sinusoida pada
kapasitansi diperlihatkan pada gambar 4.8.
v
Vm
v
Im
i
Im
ωt
0 0
- 90
Vm
Pada rangkaian kapasitansi, tegangan (v) tertinggal (900) terhadap arus (i) atau arus
mendahului (900) terhadap tegangan, frekuensi sudut tetap, amplitudo berubah.
tegangan tersebut adalah bagian nyata, yang selanjutnya notasi (Re) tidak perlu ditulis
dalam persamaan gelombang tegangan. Sehingga persamaan tegangan menjadi :
v(t) V ej(t )
m
v(t) Vm
ejt ej
v(t)
Vm e j ejt
v(t) Vm j jt
e e
v(t)
ejt
V m
Dari persamaan dapat diketahui bahwa tegangan sesaat dapat dinyatakan dengan
bentuk vektor dengan arah sudut fasanya
v(t)
ej
Vm
v(t) Vm
4.3.1. Impedansi (Z) dan Admitansi (Y)
I Z V
+ I ()
V Z
VZI
-
Impedansi (Z) mempunyai satuan ohm, admitansi (Y) adalah kebalikan dari impedansi,
satuan dari admitansi adalah mho, yang dinyatakan dalam persamaan :
1
Y I
Y (Ʊ)
Z V
IYV
Pada rangkaian R,L,C yang dihubungkan seri, seperti diperlihatkan pada gambar 4.10 ,
maka fasor tegangan pada masing-masing unsur rangkaian dapat dihitung sebagai
berikut :
R XL
I+ -+ VL -
VR
I I00
+
+ VR R I00
V XC
VC VL XL I 90 0
- -
VC XC I 900
Dari gambar 4.10 Rangkaian RLC dapat dilihat, apabila arus yang mengalir dalam
rangkaian mempunyai sudut fasa 00 maka tegangan pada resistansi akan sefasa
dengan arus, sedangkan pada induktansi tegangan akan mendahului
900 terhadap
arus dan tegangan pada kapasitansi akan tertinggal
900 terhadap arus. Apabila
digambarkan pada bidang komplek dapat diperlihatkan pada gambar 4.11.
Dari bidang komplek, diperoleh :
1. Unsur rangkaian (R,L,C) harus dinyatakan dalam bentuk impedansi (Z) atau
admitansi (Y).
Impedansi dan admitansi seperti diperlihatkan pada table berikut ini :
R L C
Z(Ω) R j XL j XC
1 1 1
Y(Ʊ)
R j XL jXC
XL L 2 f L
XC 1 1
C
2 f
C
2. Tegangan dan Arus harus dalam bentuk fasor
i(t)
+
V(t) 1H
-
Solusi :
ZR
I Z ZR ZL
+ R jL
V 10 j10x1
ZL
- 10 j10
Z 14,14 450
2
Im 2 xI x 1 1,41
Arus sesaat :
i(t) 1,41cos(10t 450 ) A
2. Dalam rangkaian elektrik, diketahui sumber tegangan :
i(t)
iC(t)
3
+
V(t) 1/9 F
- 1H
Solusi :
Z1 x Z 2 j3x(3 j3)
Z ab Z j3 3 j3
1 Z2
9 j9
3 3 j3
Z Zab Z3
3 j3 1 4 j3
Z 5 36,9
V
I
Z 5 00
5 36,9
I 1 0
(36,9) I 1
36,900
Vab
I 4,25 8,100
C
Z1 j3
4,25 8,i00
3 900
1,4181,900
V1 50 00 volt
V2 500 0 volt
8
2 3
a
3
+ +
V1 Zab V2
- -
5
1). Hitung tegangan pada impedansi Zab dengan metode arus mesh
2). Hitung tegangan pada impedansi Zab dengan metode tegangan node
3). Hitung tegangan pada impedansi Zab dengan teorema thevenin
Solusi :
1). Metode arus mesh
-j8
2 3
a
I1 Ib I2
3
+ +
50 0
50 0
I II
- -
I1 j5 I2
Vab Zab Ib
Ib I I
1 2
Dengan metode Arus mesh.
Mesh I :
Z11 I1 Z12 i2 V1
(2 3 j5)I1
(3 j5)I2 5000
(5 j5)I1 (3 j5)I 50 .......... .(1)
2
00
Mesh II :
Z21 I1 Z22 i2 V2
(3 (3 3 j5 j8 5000
j5)I1 )I2
(3 (6 50 00 .......... .(2)
j5)I1 j3)I2
5000 (3 j5)
5000(6 j3) 5 j5 (3 j5)
I1 (3 j5)(6 j3)
I1 427,20 69,440
62,82 13,800
I 6,80 55,640
1
5 j5 5000
(3 j5) 5000
I2
5 j5 (3 j5)
(3 j5) (6 j3)
50(5 j5) 50(3 j5) 100
61 j15
(5 j5)( 6 j3) (3 j5)(3 j5)
10000
62,82 13,800
I 1,59 13,800
2
Ib I1 I2
6,80 55,640 (1,5913,800 )
6,80 55,640 1,5913,800
3,83 j5,60 1,54 j0,38
5,57 j5,22
Ib 7,49 44,180
Vab Zab Ib
(3 j5) x 7,49 44,180
5,8359,030 x 7,49 44,180
Vab 43,66 volt
14,85
Ia 500
0 25 00
2
Ib 500 5000 0
0 5,85 69,43
8,54 69,43 0
3 j8
3
3
2
Ia Ib
j5 - j8
Node 1 : Y11 V1 I1
1
1 1 V 2500 5,8569,430
1
2 (3 j5) (3 j8)
1
(3 (3 j8) 25 2,05 j5,47
j5)
2 (3 j5)(3 j5) (3 j8)(3 j8)
1 (3 j5) (3 j8)
25 2,05 j5,47
V
2 1
2 3 5 3 8
2 2 2
1 (3 j5) (3 j8)
27,05 j5,47
V
2 73
1
34
- -
- b
Tegangan thevenin Vab = Voc
(2 3 j8)I1 5000 5000
(5 j8)I1 0
I1 0
0
(5 j8)
Vab V V 5000
OC
VR C
17,08 69,45
9,43 57,99
Zab 1,81 11,45
Rangkaian Thevenin :
b x 5000
5,8359,0
3 4,78
0
j4,64
0
5,8359,03 x500
0
Vab 6,6644,15 volt
0
43,76
14,88
4.4. Daya Dalam Rangkaian Arus Bolak-Balik
Dalam menghitung daya nyata dan daya reaktif dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu, dengan menghitung daya sesaat dari nilai tegangan dan arus sesaat atau
dengan daya riel dan daya imajiner pada bidang komplek.
I Z R j X
+
+ i(t) 2 I sin(t)
Vs V Z v(t)
2
V sin(t )
- -
I : Arus efektif
V : Tegangan efektif
Gambar 4.13 memperlihatkan gelombang tegangan sesaat, arus sesaat dan daya
sesaat
v,i,p
p(t)
v(t) i(t)
ϕ 0 π 2π
t
Daya sesaat :
p(t) v(t).i(t)
p(t) 2 V sin(t ). 2 I sin(t)
2 VIsin(t ).sin(t)
1
2 VI
2
cos (t t) cos(t t)
VI cos cos(2t )
T
P T1 p(t)dt
10
T
VIcos VIcos(2t ) dt
P T
0
T
1
T
1
VIcos dt VIcos(2t ) dt
T0 T0
1
VIcos.t 0
T
o
T
1
VIcos(T
0) T
P VIcos
2). Daya Reaktif
I ZL j X
L
+ i(t)
2 I sin(t)
+
Vs V di
Z v(t) L
- L
dt
- I : Arus efektif
V : Tegangan efektif
Gambar 4.15 memperlihatkan gelombang tegangan sesaat, arus sesaat dan daya
sesaat pada rangkaian induktif murni
v,i,p
p(t)
v(t)
i(t)
0 π 2π t
I ZC j XC
+
+ i(t) 2 I sin(t)
Vs V 1
C
v(t) i.dt
ZC - I : Arus efektif
- V : Tegangan efektif
Gambar 4.17 memperlihatkan gelombang tegangan sesaat, arus sesaat dan daya
sesaat pada rangkaian kapasitif murni
v,i,p
p(t)
v(t)
i(t)
0 π 2π
t
Daya sesaat :
p(t) v(t).i(t)
1
p(t) v(t).i(t) i(t). i(t).dt
C
p(t) 2 I sin( t)x 1
2 I{cos(t)}
C
p(t) I2 1 . 2 sin( t)x cos(t)
C
1
p(t) I2 sin(2t)
C
p(t) I2 XCsin(2t)
Menghitung daya nyata (Riel) dan daya buta (imajiner) pada bidang komplek.
I
+ V V00
+
I I
Vs V Z
- I : Arus efektif
- V : Tegangan efektif
Apabila fasor tegangan dan fasor arus digambarkan dalam bidang komplek, terlihat
pada gambar 4.19.
cos
Ia maka : Ia I cos
I
Ib maka : Ib I sin
sin
I
1. Daya Nyata (Riel)
Daya nyata dapat dihitung dari daya pada sumbu riel, yang besarnya sebagai
berikut :
P V Ia
P VI cos (W)
V : Tegangan efektif
I : Arus efektif
Cos ϕ : faktor daya ( power factor)
ϕ : beda fasa antara tegangan V dan arus I
V : Tegangan efektif
I : Arus efektif
ϕ : beda fasa antara tegangan V dan arus I
Daya Komplek :
S P jQ
S VI cos VI sin
S 2 VIcos VIsin
2 2
VI x cos2 sin2
2
S 2 V I
2
S V I (VA)
Besarnya daya komplek disebut daya semu , jadi daya semu dapat dituliskan :
S V I (VA)
Dalam menghitung daya dalam rangkaian arus bolak-balik dapat diturunkan dari
segitiga impedansi ke segitiga daya, seperti tertera pada gambar 4.20
Z
X S
Q
ϕ
R ϕ
Segitiga Impedansi
P
Z R j X
Segitiga Daya
S P jQ
Gambar 4.20 Segitiga Impedansi dan Segitiga Daya
S I2 Z
I2 R jX
I2 R jI2 X
SPjQ
Daya nyata : P I2 R
Daya reaktif
: Q I2 X
Daya reaktif positif Q (+), apabila X = XL (reaktansi induktif), artinya menyerap daya
reaktif
I
Z R j X
+
+
Vs V Z
-
-
Gambar 4.21 Rangkaian dengan impedansi
1. Rangkaian bersifat Resistif.
Apabila impedansi (Z) mengakibatkan arus (I) sefasa dengan tegangan (V),
maka rangkaian tersebut bersifat resistif ( Z = R )
00
00 900
00 900
Pada rangkaian yang bersifat induktif, maka daya reaktif bernilai positif Q(+),berarti
rangkaian yang bersifat induktif selalu menyerap daya reaktif. Sedangkan pada
rangkaian yang bersifat kapasitif, bernilai negatif Q(-), berarti rangkaian yang bersifat
kapasitif selalu memberi daya reaktif
Contoh :
0,02 H
V(t)
1 2
-
0,01 F
Hitung daya nyata, daya reaktif dan daya semu yang diserap oleh unsur rangkaian.
Solusi :
ZC j 1 1
j.1
j 100x
C 0,01
I
Z1 j.2 2 (j.1) 2 j1
I2 j2
Z 1 2,23 26,560
+ Z2 1
V 1 2
Z2 Z1 Fasor tegangan efektif :
-
Vm 20 300
I1 V 0,707 x 20 300
- j1 V 14,14 300 V
V
I1 14,14 30 0
Z 1 2,2326,56 6,34 3,44
0
V 0
14,14 300
I2 14,14 30
Z2 1
Daya nyata :
(Daya yang diserap oleh unsur resistansi)
P P(2 ) P(1)
(I1)2 x2 (I2)2 x1
(6,34)2 x2 (14,14)2 x1
80,40 200
P 280,40 watt
Daya
reaktif :
(daya yang diserap oleh unsur
reaktansi)
Daya semu :
Q Q(XL ) Q(XC )
(I )2 X (I )2 X
1 L 1 C
S P2 Q 2
(6,34) x 2 (14,14) x1
2 2
Z1 x Z2 (2 j1) x1
Z
Z1 Z 2 2 J11
2 j1 2,23 26,560
3 j1`
3,16 18,400
0,707 8,130
Solusi :
Pada lampu TL terdapat induktor, sehingga merupakan rangkaian yang bersifat
induktif, jadi impedansinya :
Z = R + j XL
P VIcos , maka :
P
I 20
0,259 A
220 x
V cos 0,35
V 220 00
I 0,259 cos 1
0,35 I 0,259
69,500
V
Z 220 00
I
0,259 69,500
Z 849,42 69,500
Z 297,40 j795,60
Z 298,10 j795,60
298,1
j.795,6
Soal-Soal
i(t)
+
0,25 F
V(t)
-
1H
0,50 H 2H
i(t)
ic(t)
1F +
+
Vc(t) 1F
V(t)
- -
2H
I
I1 I2
+
V j.10
10
-
5. Pada rangkaian elektrik berikut, hitung impedansi (Z1) apabila arus maksimum :
I 30 250 ampere
V 110 00 volt
4
+
V Z1 10
-
j.5
5 4
V 60 00 V
1
V 60900 V
Ix 2
+ +
V1 j.2
- j.2 V2
- -
+
Ia
5 2
IS10 900 A
Va
j5
- j2 Is
8. Tiga buah beban listrik dihubungkan secara paralel, dengan sumber tegangan
diketahui tegangan efektif :
V 300 300 V
Masing-masing beban mempunyai impedansi :
Z 1 25 150
Z 15 600
2
Z 315 900
+
V Z1 Z2 Z3
-
V 100 00 V
10
3
+
j15
V
-
j4
Hitung daya nyata, daya reaktif dan daya komplek yang diberikan oleh sumber
tegangan.
10. Suatu beban listrik (Beban A), merupakan beban yang bersifat induktif dengan
data sebagai berikut :
Daya = 1500 watt
Tegangan = 120 volt
Cos ϕ = 0,85
Zs
+
Vs A
-
12. Pada rangkaian elektrik, hitung tegangan pada resistor (VR) dengan
menggunakan :
V1 VR
V2 Unsur rangkaian
- besarnya tentukan sendiri
13. Hitung tegangan pada kapasitor (Vc), apabila diketahui besar tegangan
maksimum sumber tegangan sebagai berikut :
+
Vc
-
+
Vc
-
14. Hitung tegangan pada sumber arus v(t), pada rangkaian elektrik berikut.
V(t)
15. Pada rangkaian elektrik berikut, hitung tegangan maksimum dan tegangan
efektif pada induktor, diketahui sumber arus :
is1 50sin(10t ) A
is2 100cos(10t) A
BAB V
RANGKAIAN TIGA FASA
Generator sinkron 3 fasa terdiri dari 3 buah belitan yang berbeda fasa 120 derajat,
yaitu :
1. Belitan (P1- N)
2. Belitan (P2- N)
3. Belitan (P3 –N)
Dari persamaan tegangan, terlihat bahwa ketiga tegangan mempunyai amplitudo yang
sama dan masing-masing tegangan berbeda fasa 120 derajat.
Bentuk gelombang sumber tegangan 3 fasa terlihat pada gambar 5.2.
Va Vb Vc
Vm Va
-120
ωt
-120
Vc Vb
-Vm
Apabila ketiga tegangan ditulis dalam bentuk fasor adalah sebagai berikut :
Va V 00
Vb V 1200
VC V 2400
(a) (b)
Gambar 5.3 Sumber Tegangan 3 Fasa Hubungan Y
VAn V V V
Bn Cn p
VBC
Vp 3 900
VBC 3 Vp 900 .. ..... 2
VBC Vp
3 2100
VBC 3 V 2100
p ..... (3)
VAB
VAn 00
V
VBn p 1200
Van 0 2400
V V
p
-Vcn
Cn Vp
-Vbn
-120
InA
+
VAn
- IBB1
B1
-
n VBn
- +
InC
+ VCn
InB
C B ICC1
C1
Sumber tegangan hubungan Y, besarnya arus fasa sama denga arus saluran, yaitu :
IL Ip
Ip : Arus fasa
IL : Arus saluran
VBC - +
- + VCA VBC
B
+-
VCA
- +
C
C
(a) (b)
VL Vp
Vp : fasa
Tegangan VL : antar saluran
Tegangan
A1
VABIAA1
+-
A B1
IA B IBB1
IB
IA Ip 00
- + IB Ip 1200
VCA VBC
- IC 2400
+
IC Ip
ICC1
C1
C
Gambar 5.7 Hubungan Arus Pada Sumber Tegangan Hubungan Δ
IA IB IC Ip
Besarnya arus
saluran :
1
IAA
1
IBB ICC IL
1
IAA IA IC
1
Ip 00 I 2400
p
Ip Ip cos(2400 ) j sin(240 0)
Ip Ip cos 240 j sin 240
0 0
1
3
Ip Ip j
2
2
1 3
I I I j I
AA1 p p p
2 2
3
j 3
Ip
2
2
3
2
3 I tan1 2
3
2
2 2 p
3
2
3 1
1
tan 3
Ip
I AA1
3 I 30 0 .......... 1
p
Dengan cara yang sama diperoleh :
IBB
1
IB IA
IBB
1
3 Ip .......... ..(2)
1500
ICC I
B
IC
ICC 1
Ip 2700 .......... ....3
3
1
IL 3 Ip
Jadi besarnya arus saluran sama dengan akar tiga kali arus fasa
5.2. Beban Listrik 3 Fasa
Beban listrik 3 fasa, terdiri dari konstanta rangkaian (R,L,C) dan digambarkan dalam
bentuk impedansi (Z), untuk beban listrik 3 fasa yang seimbang besarnya impedansi
sama Z1 = Z2 = Z3.
Beban listrik 3 fasa dapat dihubungkan dalam hubungan bintang (Y) atau hubungan
delta (Δ).
Beban listrik 3 fasa hubungan Y, diperlihatkan pada Gambar 5.8 (a) diagram
pengawatan dan Gambar 5.12 (b) diagram skematik.
Z1 A
A
Z2 Z1
B
Z3 Z3
C Z2
C B
(a) (b)
Hubungan tegangan dan arus pada beban listrik 3 fasa hubungan (Y) diperlihatkan
pada Gambar 5.9.
ILA A
A1
+IpA
B1
VAn 00
VBn Vp
1200
V 2400
Vp
Cn Vp
Vp : fasa
Tegangan VL : antar saluran
Tegangan
VBC
VBn (VCn )
Vp V 2400
0
120 p
3
VBC Vp 900 .......... ..(2)
VCA VCn (VAn )
Vp 2400 V 00
p
3 p
VCA V 2100 .......... (3)
IpA IpB I I
pC p
ILA ILB I I
LC L
Ip : Arus fasa
IL : Arus saluran
Dalam hubungan (Y) besarnya arus saluran sama dengan arus fasa
IL Ip
5.2.2 Beban Listrik 3 Fasa Hubungan (Δ)
Beban listrik 3 fasa hubungan Δ, diperlihatkan pada Gambr 5.10 (a) diagram
pengawatan dan Gambar 5.10 (b) diagram skematik.
A
Z1
A
Z3 Z1
Z2
B
Z3
B
C C
Z2
(a) (b)
Hubungan tegangan dan arus pada beban listrik 3 fasa hubungan (Δ) diperlihatkan
pada Gambar 5.11.
A
A1
IAA1 IA
- +
Z3 Z1
C1 + -
ICC1 IC
IB
B
IBB1 C - Z2 +
B1
Beban listrik hubungan Δ, besarnya tegangan phasa dan tegangan antar saluran
adalah sama, yaitu :
VL Vp
Vp : fasa
Tegangan VL antar saluran
: Tegangan
2. Arus pada Beban Listrik Hubungan (Δ)
Hubungan arus phasa dan arus saluran pada beban listrik hubungan Δ, diperlihatkan
pada gambar 5.11, terlihat bahwa arus phasa besarnya :
IA I 00
p
IB Ip 1200
I I 2400
C p
IA IB IC Ip
Besarnya arus saluran :
IAA
1
1 ICC1 IL
IBB
Pada titik hubung (A), berlaku hukum Kirchooff untuk arus : I 0
IAA 1 IC IA 0
IAA 1 IA IC
Ip 00 I 2400
..............
3 Ip 300 (1)
Dengan cara yang sama diperoleh :
IBB IB IA
1
IL 3 Ip
Jadi besarnya arus saluran sama dengan akar tiga kali arus fasa
5.3.1 Sumber tegangan 3 fasa dan beban listrik 3 fasa Hubungan (Y)
Sumber tegangan 3 fasa dan beban listrik 3 fasa hubungan Y, diperlihatkan pada
Gambar 5.12.
A IL A
+ Ip
+ Vp Z1
VAn
IL -
-
Z2 Z3
n
- VBn
- +
Ip Ip C
VCn
C + B
B IL
Gambar 5.12 Sumber Teganagn dengan Beban Listrik 3 Fsa Hubungan (Y)
Besarnya daya 3 fasa dapat dihitung dari daya 1 fasanya sebagai berikut :
Atau dapat ditulis dengan tegangan antar saluran dan arus saluran :
Beban hubungan (Y) :
VL 3 Vp
IL Ip
P(3 fasa) 3 Vp Ip cos
VL
3 IL cos
3
P(3fasa) 3 V I cos watt
L L
5.3.2. Sumber tegangan 3 Fasa dan Beban Listrik 3 Fasa Hubungan (Δ)
Sumber tegangan 3 fasa dan beban listrik 3 fasa hubungan Δ, diperlihatkan pada
Gambar 5.13
A IL A
+ + Ip
VAn Vp
IL Z3
-
Z1
-
n
- VBn
Ip
- + Ip Z2
C +
VCn
C
B IL B
Gambar 5.13 Sumber Tegangan dengan Beban Listrik 3 Fasa Hubungan (Δ)
Besarnya daya 3 fasa dapat dihitung dari daya 1 fasanya sebagai berikut :
Daya nyata 3 fasa :
P(3 fasa) 3 x
P(1fasa) P(3 fasa) 3 watt
Vp Ip cos
Atau dapat ditulis dengan tegangan antar saluran dan arus saluran :
Dengan cara yang sama untuk beban listrik hubungan (Y), maupun hubungan (Δ),
maka dapat dihitung besarnya daya reaktif dan daya semu.
Daya Reaktif :
Daya Semu :
1. Suatu beban listrik 3 fasa yang seimbang, dihubungkan secara bintang (Y)
0
mempunyai impedansi tiap fasa Z 4 60 . Beban listriktersebut dicatu dari
sumber tegangan 3 fasa, diketahui tegangan pada beban tiap fasa sebesar :
0
V 2030 volt
1). Hitung tegangan tiap fasa (bentuk mfasor)
2). Hitung arus fasa (A) dan arus fasa (B)
3). Hitung tegangan antara fasa A dan fasa B
Solusi :
IpA
+ Z1
VAn
- n
Z2 Z3
n
- VBn
- +
IpB IpC C
VCn
+ B
VAn 20
IpA 300 5 300 A
Z1
4 600
IpB VBn 20
5 1500 A
Z2 900
4 600
2. Tiga impedansi yang sama dihubungkan delta (Δ) dan dicatu oleh sumber tegangan
3 fasa, salah satu tegangan antar saluran adalah VAB 240600 volt , dan arus
fasanya IpA 6 2000 ampere
Solusi :
IL(A) A
+ + -
IpA
- VAn VAB VCA
IL(B)
- Z1 Z3 +
- VBn
n IpC
- + IpB Z2
VCn
+ C
IL(C) B +VBC-
240 volt
VCA 1800
volt
240 1800
Arus fasa :
Ip 6 2000 A
IpB 6 2000 1200
6 80 A
IpC 6 800 1200
6 400 A
Arus saluran :
IL( A) IpA IpC
6 6 400 ?
2000
IL(B) I I
pB pA
6 6 2000 ?
800
IL(C) I i
pC pB
6 400 6 800 ?
2). Impedansi tiap fasa :
Z1 ZAB V 240
I AB 40 1400
pA 600
6
2000
Z2 ZBC V 240
I BC 40 1400
pB
600
6 800
secara bintang (Y), dan dicatu dengan sumber tegangan 3 fasa, tegangan antar
saluran 400 V.
1). Gambarkan impedansi dalam bentuk kontanta rangkaian
2). Hitng arus fasa dan arus saluran.
3). Hitung daya nyata, daya reaktif yang diserap oleh impedansi.
Solusi :
IL(A) A
IpA
17,32
Z1 Z2 Z 3 20 300
Z1
17,32 j10
j 10
IL(C)
Sumber tegangan 3 fasa
n
j 10
j 10
Z3 Z2
17,3217,32
IpC B
IL(B)
Arus fasa :
VAn 2310
Ip 0 11,55 300 A
A Z1
2030
0
VBn 231
IpB 11,55 1500 A
Z2 1200
20300
VCn
231 2400
IpC 11,55 2700 A
Z3 20300
Arus saluran (Hubungan Y, arus saluran sama dengan arus fasa)
IL(B)
11,55 1500 A
ipB
P(3fasa) 3 Vp Ip cos
3.231.11,55 . cos300
6922,80 watt
- 30 VAn
ϕ
2. Tiga buah impedansi, masing-masing terdiri dari kombinasi seri resistor 30 ohm,
kapasitor 1 mF, dan induktor 0,50 H diketahui frekuensi sudut 100 rad/s,
impedansi dihubungkan bintang (Y). Disuplai dari sumber tegangan 3 fasa
terhubung Y, dengan tegangan efektif tiap fasa :
VAn 120 300 volt
VBn 120 volt
1500
VCn 231 volt
900
1). Hitung arus fasa dan arus saluran (Fasor) pada impedansi
2). Hitung daya nyata, daya reaktif dan daya semu yang diserap oleh impedansi