Anda di halaman 1dari 14

Nama Kelompok : Naufal Nadzir (03041281419087)

Martinus Dogma Poltak Siringoringo (03041281419103)

Muhammad Ihsan Sutanto (03041281419164)

Tugas Bab 1

1. Sebuah toroida dengan jumlah lilitan N = 400 dialiri arus I = 5 A. Jari-jari rata-rata toroida =
15 cm, luas penampang inti S = 60 cm 2 dengan permeabilitas 50 0. Tentukan : a. potensial
magnetik(MMF), b. reluktansi, c. fluks magnetik,

2. Dari contoh soal 10.3, tentukan nilai : a. B, dan b. H.

(Effendi, Rustam, dkk. Medan Elektromagnetika Terapan. 2007. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Contoh soal 10.3 dan 10.4, halaman 107 dan 109)

Jawab :

1.

a. Sebuah kawat yang dililitkan pada sebuah besi, kemudian apabila kawat tersebut dialiri arus
listrik, maka akan menimbulkan medan magnetik. Dari pengertian tersebut diatas, kami
mendapat kesimpulan singkat mengenai hubungan antara kawat berarus listrik tersebut.
Medan magnetik timbul karena dua hal, yaitu karena kawat yang dililitkan, dan arus yang
mengalir. Dengan demikian, besarnya medan magnetik dapat diatur dengan menyesuaikan
dua hal diatas. Memperbesar atau memperkecil arus, dan/atau memperbanyak atau
mengurangi jumlah lilitan kawat.

Dilain sisi, medan magnet adalah hasil cipta dari sebuah gaya. Gaya ini disebut dengan
magnetomotive force atau MMF. Jadi kami menyimpulkan bahwa besarnya arus dan jumlah
lilitan sama besarnya dengan besar gaya magnetomotive. Kesimpulan kami bila ditulis secara
matematis menjadi,

F NI

Dimana = F adalah gaya magnetomotive (MMF), satuannya Ampere-turns (At)


N adalah Jumlah Lilitan

I adalah besarnya arus yang mengalir dalam Ampere

Maka, jawaban dari poin a) adalah

F=400 x 5 A

F=2000 Ampe turns

Kami juga mendapatkan pandangan bahwa bila gaya untuk membangkitkan medan magnet
atau magnetimotive force ini sebanding dengan jumlah lilitan. Apabila ada 1 lilitan, makan
gaya yang menimbulkan medan magnet adalah 5 At (untuk soal tersebut diatas). Maka apabila
dililitkan sekali lagi, gaya untuk menimbulkan medan magnet menjadi 2 kali lipat. Ini berarti,
saat kita ingin menimbulkan sebuah medan magnet yang besar, tidak perlulah untuk
menggunakan arus yang besar. Cukup dengan membuat lilitan yang rapi dan banyak, maka
kita bisa menciptakan gaya yang besar, dan pada akhirnya menghasilkan medan magnet yang
besar pula. Tapi tentu saja harus memperhitungkan rugi-ruginya.

b. Kami memiliki pandangan sederhana mengenai reluktansi. Pada sistem listrik, terdapat tiga
besaran, yaitu ggl (E), arus, dan resistansi atau hambatan. Sedangan pada sistem magnetik,
terdapat ggm (MMF), fluks, dan reluktansi. Dengan demikian kami mengartikan bahwa
reluktansi memiliki arti yang sama dengan resistansi, yaitu hambatan. Apabila resistansi itu
menghambat arus, maka reluktansi bersifat menghambat fluks.

Jadi apabila dikaitkan dengan hukum ohm, persamaan matematisnya adalah,

E
I=
R

Sedangkan untuk sistem magnetik, persamaan matematisnya adalah,


=
Rm
Pada soal b), tidak ada diberitahu nilai fluksi, dengan demikian kami menggunakan cara lain
untuk mendapatkan nilai Reluktansi ini.

Kemi menggunakan pengertian dasar dari hambatan, sama seperti resistansi. Hambatan dasar
pada sistem kelistikan adalah kabel atau kawat. Pada kabel, semakin panjang kawatnya maka
nilai hambatannya akan semakin besar. Kemudian besar penampang kawat juga berpengaruh.
Semakin kecil penampang kawat, semakin sedikit arus yang bisa mengalir, maka semakin
besar pula hambatannya. Seperti sebuah pipa, semakin kecil pipanya, semakin sedikit arus air
yang bisa mengalir. Yang terakhir adalah nilai kuat penghantar dari kawat tersebut, atau
karena kita membicarakan hambatan, maka yang kami maksud adalah hambatan jenis.

Dari analisa tersebut, kami mendapatkan tiga komponen selain hambatan itu sendiri, yaitu
panjang kawat dan hambatan jenis yang berbanding lurus dengan hambatan, dan luas
penampang yang berbanding terbalik dengan hambatan. Secara matematis kami tulis,

l
R=
A

Dimana R = Resistansi () A = Luas penampang (m2)

= hambatan jenis (/m)

l = panjang kawat (m)

Karena baik resistansi maupun reluktansi keduanya adalah hambatan, maka dari itu pengertian
dan persamaan diatas dapat dipakai untuk reluktansi juga.

Kami menganggap, l atau panjang kawat ini adalah panjang lintasan dari arus listrik. Sehingga
pada MMF, panjang lintasanya adalah sepanjang toroida. Karena toroida berbentuk lingkaran,
maka panjang lintasan fluksnya adalah keliling dari lingkaran tersebut. Kemudian luas
penampang memiliki definisi yang sama disini. Yang berbeda menurut kami adalah hambatan
jenis.

Kami mengartikan hambatan jenis sebagai sesuatu dari penghantar tersebut yang menghambat
arus untuk lewat. Sedangkan pada MMF, penghantarnya tidak berupa barang padat saja.
Penghantar medan magnet dapat berupa udara, yang memiliki hambatan kecil sekali. Dengan
demikian, kami menyimpulkan dalam perhitungan reluktansi tidak bisa menggunakan
hambatan jenis. Namun karena medan magnet ini bisa mengalir, maka apabila zat tersebut
tidak bisa menghambat, tapi pasti bisa mengalirkan. Besarnya kecenderungan untuk
mengalirkan medan magnet ini disebut permitivitas. Semakin besar permitivitas, maka
semakin besar pula MMFnya, dan ini berarti semakin kecil hambatannya. Maka dari itu,
permitivitas kami simpulkan berbanding terbalik dengan reluktansi. Persamaan matematisnya
kami tulis sebagai,

l
Rm=
A

dimana,

keliling lingkaran
Rm=
A

2 r
Rm=
A

maka penyelesaian dari soal b) adalah,

2 x x 0,15
Rm=
( 50 x 12,57 x 107 )(6 x 104 )

2 x x 0,15
Rm= 7 4
( 50 x 12,57 x 10 )(6 x 10 )

0,9424
Rm= 7 4
( 628,5 x 10 )( 6 x 10 )

0,9424
Rm=
3771 x 1011
7
Rm=2,5 x 10 A/Wb

c). Untuk mencari nilai fluksi, karena kita sudah mendapatkan nilai MMF dan Rm, maka tinggal
dimasukkan kedalam rumus sesuai dengan hukum ohm,

2000
=
2,5 x 107

5
=8 x 10 Wb

kesimpulan :

1. Untuk mendapatkan MMF dan/atau mendapatkan nilai medan magnetik yang besar, maka
apabila arus yang digunakan kecil, caranya adalah dengan memperbanyak lilitan.
2. Tidak ada hambatan jenis pada reluktansi. Yang diperhitungkan adalah permitivitasnya.

2.

a). Untuk mencari besarnya induksi medan magnet, maka kami meninjau induksi yang terjadi
pada penghantar melingkar yang berarus, karena toroida juga sejatinya adalah penghantar
berarus yang berbentuk lingkaran.
(Gambar dikutip dari Budiyanto, J. 2009. Fisika : Untuk SMA/MA kelas XII. Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. halaman 298.)

Untuk menentukan induksi magnetik di titik P yang berjarak sejauh x dari pusat lingkaran,
dapat dilakukan dengan menggunakan hukum Biot-Savart. Dari gambar terlihat bahwa r
tegak lurus terhadap dl atau = 90o, sehingga sin = 1. Rumus matematis dari hukum Biot-
Savart adalah,

0 I dl sin
dB=
4 r2

Karena sin = 1, maka,

0 I dl
dB=
4 r2

Ditinjau dari gambar, nilai r2 = a2 + x2, maka persamaan ditulis menjadi,

a
( 2+ x 2 )
0 I dl
dB=
4

Untuk mendapatkan nilai dB, maka kita harus meninjau besarnya nilai dB sesuai vektor x
dan y, yaitu dBx dan dBy. Pada dBx berlaku cos , sedangkan pada dBy berlaku sin .

a
= 1/ 2
( a + x2 )
2

cos

x
= 1/ 2
( a + x2 )
2

sin

Sehingga komponen vektor dB yang sejajar sumbu x adalah,


a
a
( 2+ x2 ) 1 /2
(a + x2 )
2

0 I dl
dB x =dB cos
4

0 I dl a
dB x =dB cos
4 ( a 2+ x 2 )3 /2

Untuk vektor dB yang tegak lurus sumbu x adalah,

a
x
( 2+ x2 ) 1 /2
(a + x2)
2

0 I dl
dB x =dB cos
4

0 I dl x
dB x =dB cos
4 ( a + x 2 )3 /2
2

Karena sifat simetri, maka komponen yang tergak lurus sumbu x akan saling meniadakan,
sehingga hanya komponen yang sejajar sumbu x saja yang dapat ada, maka apabila kita
integralkan persamaan tersebut adalah,

0 I dl a
B x
4 ( a + x 2 )3 /2
2

Kemudian unsur yang memiliki nilai kita keluarkan, maka persamaannya menjadi,

0 I a
Bx
4 ( a + x 2 )3 /2
2
dl
dl adalah panjang penghantar, dan karena penghantar pada toroida berbentuk lingkaran,
maka kami menyimpulkan integral dl menyatakan keliling dari lingkaran sebagai panjang
penghantar dari toroida dengan nilai a adalah jari-jarinya. Maka,

0 I a
Bx 2 a
4 ( a2 + x 2 )3 /2

0 I a
2
Bx
2 ( a2 + x 2 )3 /2

Induksi magnetik akan bernilai maksimum ketika titik terletak di pusat toroida, atau x = 0,
maka persamaannya menjadi,

0 I a2
Bx
2 ( a2 +0 )3/ 2

0 I a2
Bx
2 a3

0 I a2
Bx
2 a3

0 I

2a

Bx

Karena toroida adalah solenoida melingkar dan memiliki penghantar yang terdiri dari lilitan,
maka bentuk lingkaran dan banyaknya lilitan juga berpengaruh pada nilai B. Maka
rumusnya menjadi,

0
2 a
B
0

2 a

B

Maka, jawaban dari no a). adalah

7
4 x 10 x 2000

2 x x 0,15

B

2 x 107 x 2000

0,15

B

7
4000 x 10

0,15

B

Wb
B=0,0026
m

b).
Kurva diatas adalah kurva magnetisasi. Kurva ini menggambarkan hubungan antara kuat
medan magnet H dan kerapatan fluks B. Maksudnya adalah seberapa jauh pengaruh
kerapatan fluks B terhadap kenaikan kuat medan H.

Pada grafik diatas, bisa kita lihat bahwa nilai besi lunak 1, nilai B naik dengan cepat diikuti
kenaikan H sampai H mencapai nilai 2000 At/m dan B mencapai nilai 0,2T. Pada titik ini B
tidak mengalami kenaikan lagi, atau bisa disebut mengalami saturasi atau kejenuhan,
sehingga kenaikan H tidak membuat B naik. Untuk besi lunak 2, diperlukan H yang lebih
tinggi lagi untuk mencapai saturasi, yaitu pada H 500 At/m dan B mencapai 0,3 T.
Sedangkan udara memiliki nilai B dan H yang sangat rendah.

Dititik saturasi inilah ditentukan nilai permeabilitas dari bahan tersebut. Maka kami
menyimpulkan bahwa nilai permeabilitas adalah perbandingan antara B dan H.

B
= H

Itulah kenapa satuan dari permeabilitas bahan adalah tesla meter / Ampere-turns

Tesla

At
m

Tesla meter
=
At

maka nilai dari jawaban b), adalah

B
H=

0,0026
H=
50 x 0
0,0026
H= 7
628,5 x 10

H=41,3 At /m

Bab 2

1.

(Krause, Paul C., Oleg Wasynczuk, Scott D. Sudhoff. Analysis of Electric Machinery and
Drive Systems. 2002. Danver, USA : John Wiley & Sons, Inc. Publication, halaman
59).

Jawab :

Untuk menjawab soal ini, kami melakukan analisa sistem mekanik. Gaya apa saja dalam
sistem ini yang terjadi. Melihat ada tiga besaran disana, maka jelas sekali bahwa ada tiga bentuk
gaya yang bekerja.

Yang pertama adalah gaya yang bekerja pada massa M. Yang kedua adalah gaya yang
bekerja pada pegas atau konstanta K, dan terakhir adalah gaya yang terbuang sebagai heat loss
oleh peredam konstanta D. Sesuai dengan hukum Newton tentang gerak, maka persamaannya
ditulis menjadi,

f =F pad a Massa M + F pada D+ F pada pegasf e


d2 x dx
f =M 2
+ D + K ( xx 0) f e
dt dt

Namun karena soal hanya menanyakan besarnya nilai WmS 1, WmS2, dan WmL saja,
maka hanya tiga besaran ini yang akan kita cari.

Karena soal menanyakan dari t = 0, hingga t > 0, begitupula x nya dari x = 0 hingga x >
daripada 0, maka kami menyimpulkan besaran tersebut harus diselesaikan dengan integral batas.

WmS1 = M dd tx2 dx
0

Karena M adalah konstanta, maka M bisa dikeluarkan dari integral,

2
d x
M
WmS1 = 0 dt
2 dx

2
dx
WmS1 = M ( dt ) dx
0

WmS1 = 0,8 ( 1,5 )2 dx


0

WmS1 = 0,8 [2,25 x] 0

WmS1 = 0,8 [ 2,25 ( 2,25(0)

= 0,8 (

Nilai yang didapat akan sebanding dengan nilai x akhirnya, atau seberapa jauh batang
massa bergerak dari posisi mula-mula x0. Apabila nilai x nya tak hingga, maka besarnya WmS 1
pun akan tak hingga. Namun apabila kita mengambil nilai t = 10 sekon misal, maka nilai WmS 1
nya akan sebesar

WmS1 = 0,8 [ 2,25 ( 10 2,25(0)

= 0,8 ( 22,5

= 18 Joule

Untuk nilai WmS2 atau gaya yang bekerja pada pegas, persamaannya adalah,

Wm S2 = K ( xx 0) dx
0

Karena K adalah konstanta, maka K dapat kita keluarkan dari integral,

Wm S2 =K ( xx 0) dx
0

Karena x0 = 0, maka,

Wm S2 =120 ( x ) dx
0

Wm S2 =120[ x2 ]
0

Wm S2 =

Sama seperti WmS1, WmS2 juga bergantung terhadap nilai X nya. Namun dapat ditarik
kesimpulan bahwa losses pada WmS2 jauh lebih besar daripada yang ada pada WmS1.

Terakhir, untuk nilai WmL, persamaannya adalah,


dx
WmL= D dt
0 dt

Karena D dan dx/dt adalah konstanta, maka bisa dikeluarkan dari integral,

dx
WmL=D dt
dt 0

WmL=10 x 1,5 [ t ]
0

WmL=15 ( )

WmL=

Dapat disimpulkan juga bahwa nilai L bergantung pada besar akhir t nya. Semakin besar
t nya, semakin lama waktu peredam melakukan redaman atas vibrasi yang terjadi, maka akan
semakin besar losses nya.

Anda mungkin juga menyukai