Anda di halaman 1dari 59

SKRIPSI FISIKA MEDIK

PENENTUAN KENORMALAN DENYUT JANTUNG JANIN PADA

PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG) DAN FETAL

DOPPLER

Skripsi Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

OLEH :

ANDI RENIANTI ARIF

H211 09 507

KONSENTRASI FISIKA MEDIK, JURUSAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2012
SARI BACAAN

Telah dilakukan penelitian tentang Penentuan Kenormalan Denyut Jantung

Janin pada Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dan Fetal Doppler pada Beberapa

Bulan Kehamilan. Metode penelitian yang dilakukan adalah observasi langsung

pada pasien ibu hamil dengan mendeteksi DJJ menggunakan Fetal Doppler dan

dilanjutkan dengan pemeriksaan USG.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran nilai DJJ menggunakan

Fetal Doppler perlu diperkuat dengan pemeriksaan USG, dimana pada beberapa

kasus tampak nilai DJJ yang tidak normal terdeteksi oleh fetal Doppler tetapi

setelah pemeriksaan USG masih dalam batas normal. Salah satu hasil yang

diperoleh yaitu pemeriksaan pasien dengan nilai DJJ menurut Fetal Doppler

adalah 196 bpm (tidak normal) sedangkan diagnosa pemeriksaan USG adalah 148

bpm (normal). Nilai DJJ yang rendah maupun tinggi (tidak normal) biasanya

mengindikasikan adanya kelainan jantung pada janin baik yang riskan terhadap

penyakit jantung bawaan maupun terhadap kelahiran yang tidak normal.

Kata kunci : denyut jantung janin, Fetal Doppler, USG.


Abstract

Has done research on Fetal Heart Rate Determination normality on

ultrasound examination (USG) and Fetal Doppler on Multiple Pregnancy Month.

The research method is direct observation conducted in pregnant patients with

FHR detection using Fetal Doppler, followed by ultrasound examination.

The results indicate a significant difference to the results of Fetal Doppler

with ultrasound in some cases but most of the results of measurements of the

same approach but still within normal limits. Fetal Doppler assessment through

yet to be confirmed by ultrasound examination. One of the results obtained by the

examination of patients with values according to Fetal Doppler FHR is 196 bpm

(not normal), while ultrasound diagnosis was 148 bpm (normal). DJJ high values

(not normal) usually indicates a good heart abnormalities in the fetus at risk for

congenital heart disease or of abnormal births.

Key words : DJJ, Fetal Doppler, USG.


DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................. i

Intisari .......................................................................................................... ii

Lembar Persetujuan ..................................................................................... iii

Lembar Pengesahan ..................................................................................... iv

Kata Pengantar ............................................................................................ vii

Daftar Gambar ............................................................................................. viii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

1.2. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 3

1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Gelombang ............................................................................... 4

II.2. Teori Fisika Efek Doppler ................................................................. 6

II.3. Prinsip Kerja Kekal Doppler ............................................................ 7

II.4. Defenisi Denyut Jantung Normal ..................................................... 11

II.5. Dasar-Dasar Fisika Pesawat Ultrasonografi ...................................... 12

II.6. TransduserUltrasonografi .................................................................. 17


II.7. Proses Pencitraan Pesawat Ultrasonografi ........................................ 18

II.8. Pemeriksaan Kehamilan Dengan Ultrasonografi .............................. 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.I. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 25

III.2. Alat dan Bahan ................................................................................. 25

III.3. Pengukuran DJJ ................................................................................. 26

III.4. Alur Penelitian .................................................................................. 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data Hasil Pengukuran Jumlah Denyut Janin (DJJ) .......................... 28

IV.2 Hasil Rekaman Gelombang DJJ Pada USG ...................................... 32

IV.3 Pembahasan ....................................................................................... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan ........................................................................................ 40

V.2 Saran .................................................................................................. 40

Daftar Pustaka

Lampiran
DAFTAR GAMBAR

II.1 Gelombang Bunyi................................................................................. 6

II.2 Grafik Perbandingan Tekanan Amnion dan Denyut Jantung Janin

TerhadapWaktu ....................................................................................

II.3 Interaksi Gelombang Ultrasound Yang Menghasilkan Proses Hamburan

(Scattering) ........................................................................................... 16

II. 4 Komposisi sebuah transducer pesawat ultrasonografi (USG) .............. 18

II.5 Skematik desain pencitraan pesawat ultrasonografi (USG) .................. 19

II.6 Tampilan m mode pada denyut jantung janin ...................................... 23

IV.1 Grafik perbandingan hasil pengukuran DJJ menggunakan fetal dopp ler

dan USG ................................................................................................ 31

IV.2 Gelombang rekaman USG pasien M ................................................... 33

IV.3 Gelombang rekaman USG pasien I...................................................... 33

IV.4 Gelombang rekaman USG pasien C .................................................... 34

IV.5 Gelombang rekaman USG pasien B .................................................... 35

IV.6 Gelombang rekaman USG pasien A .................................................... 35

IV.7 Gelombang rekaman USG pasien F ..................................................... 36


DAFTAR TABEL

Halaman Judul.............................................................................................. i

Intisari .......................................................................................................... ii

Lembar Persetujuan ..................................................................................... iii

Lembar Pengesahan ..................................................................................... iv

Kata Pengantar ............................................................................................ vii

Daftar Gambar ............................................................................................. viii


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir ini, angka kematian dan kesakitan perinatal

telah menurun secara signifikan, akan tetapi kematian janin antenatal masih

merupakan masalah. Kematian janin terjadi tidak selalu pada kelompok

kehamilan resiko tinggi, namun juga terjadi pada kehamilan dengan risiko

rendah bahkan normal. Karenanya diperlukan program perawatan antenatal

yang bertujuan untuk mengidentifikasi ibu hamil dengan resiko tinggi

(terdapat gangguan) pada kehamilannya, salah satunya dengan melakukan

pengkajian janin.

Pengkajian janin dapat dilakukan dengan metode yang sederhana,

seperti perhitungan denyut jantung janin dengan menggunakan fetal doppler

dan metode yang lebih modern seperti Ultrasonografi (USG).

Ultrasonografi atau yang lebih dikenal dengan istilah USG adalah

prosedur pemeriksaan medis yang memanfaatkan gelombang ultrasound.

Gelombang ultrasound sendiri adalah gelombang suara dengan frekuensi

tinggi lebih dari 20.000 siklus per detik (20 kHz). Gelombang yang tidak

terdengar suara manusia ini dapat ditransmisikan dalam bentuk berkas dan

dapat digunakan untuk pemeriksaan scanning jaringan tubuh. Type pulsa

ultrasound yang digunakan untuk pemeriksaan medik memiliki rentang

frekuensi berkisar 2 MHz hingga 10 MHz. Durasi pulsa tersebut berkisar 1

mikron-detik dan pulsa tersebut berulang sekitar 1000 kali per detik.
Pemeriksaan dengan menggunakan pesawat ultrasonografi (USG)

memiliki banyak keuntungan bila dibandingkan pemeriksaan medis yang

lainnya yang menggunakan sumber radiasi sinar-X. Keuntungan pemeriksaan

USG yang utama adalah merupakan pemeriksaan yang bersifat non radiasi

ionisasi, mampu membedakan kelainan/penyakit yang bersifat solid atau

kistik, mampu melakukan pengukuran volume tumor ataupun organ-organ

tertentu seperti buli-buli, ginjal, ovarium dan kandungan.

Manfaat utama pemeriksaan USG yang bersifat non-radiasi ionisasi

adalah pemeriksaan ini digunakan untuk screnning kehamilan. Pemeriksaan

USG dianjurkan terhadap suatu kehamilan abnormal mengingat banyak

kelainan selama masa kehamilan yang tidak dapat dideteksi lewat pemeriksaan

klinis. Kelainan yang mungkin ditemui masa kehamilan seperti plasenta letak

rendah (placenta previa), kehamilan diluar kandungan/hamil anggur

(Mola Hidatidosa) serta kelainan konginetal bayi.

Evaluasi pemeriksaan dengan menggunakan modalitas USG salah

satunya menentukan kondisi janin. Indikator pemeriksaan USG kondisi janin

salah satunya adalah menentukan denyut jantung janin (DJJ) dalam rahim.

Denyut jantung janin merupakan salah satu ukuran yang dapat menentukan

janin dalam kondisi sehat atau janin tidak hidup, normalnya pemeriksaan

denyut jantung janin dengan menggunakan pemeriksaan USG berkisar

120 – 160 beat per menit (bpm). Usia kehamilan yang dapat mulai dideteksi

denyut jantung janin (DJJ) melalui fetal doppler adalah pada usia kehamilan 4

bulan, sedangkan melalui rekaman USG adalah pada usia kehamilan 2 bulan.
Pada pemeriksaan denyut jantung janin melalui USG dapat dideteksi

kenormalan denyut jantung janin melalui gelombang yang dihasilkan

demikian juga terhadap fetal doppler. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka

akan dilakukan suatu pemeriksaan untuk mengetahui denyut jantung janin

melalui USG dan fetal doppler.

I.2 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada pemeriksaan jumlah denyut jantung janin

menggunakan alat Fetal Doppler dan pembacaan rekaman USG.

I.3 Tujuan Penelitian

Membedakan nilai kenormalan denyut jantung janin (DJJ) yang

dihasilkan menggunakan Fetal Doppler dengan rekaman USG


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Gelombang

Gelombang adalah gejala dari perambatan usikan (gangguan) di

dalam suatu medium. Pada peristiwa rambatan tersebut tidak disertai dengan

perpindahan tempat yang permanen dari materi – materi medium. Rambatan

dari usikan (gangguan) itu merupakan rambatan energi.1

II.1.1 Jenis Gelombang

Gelombang menurut arah getarnya dibagi dalam dua bagian, yaitu :

a. Gelombang Tranversal

adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus arah

perambatannya. Sehingga bentuk dari gelombang tranversal terdapat

bukit dan lembah gelombang. contoh: gelombang pada tali dan

gelombang permukaan air. Terdapat tiga hal penting yang

mendukung terbentuknya gelombang tranversal yaitu:

1. Adanya gaya tali yang menimbulkan perpindahan pada waktu

pulsa melewatinya.

2. Tali harus bersifat elastik.

3. Tali harus mempunyai kelembaman, sehingga akan

menghasilkan getaran harmonis yang sederhana.

II.1.2 Gelombang Longitudinal


Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya

berimpit atau searah dengan arah rambat gelombang. Suatu gelombang

longitudinal tidak menyatakan suatu deretan bukit atau lembah gelombang.

tetapi suatu deretan rapatan dan renggangan. Rapatan dan renggangan

gelombang longitudinal dapat dilihat pada sebuah kawat spiral yang

dibentangkan mendatar. Contoh : gelombang pada pegas dan gelombang

bunyi.

II.2 Gelombang Bunyi

Gelombang Bunyi adalah energi gelombang bunyi yang berasal dari

sumber bunyi, yaitu benda yang bergetar. Gelombang bunyi merupakan

gelombang mekanik yang dapat merambat melalui medium padat, cair, dan

gas. Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal sehingga mempunyai

sifat-sifat dapat dipantulkan (reflection), dapat dibiaskan (refraction), dapat

dilenturkan (difraction), dan dapat dibiaskan (interferention).

Ada lima sifat gelombang, yaitu dapat :

1. Dipantulkan (reflection)

2. Dibiaskan (refraction)

3. Dilenturkan (difraction)

4. Dipadukan (interference)

5. Diserap arah getarnya (hyf)

Kelima sifat gelombang di atas dimiliki oleh gelombang transversal,

sedangkan gelombang longitudinal hanya memiliki empat sifat gelombang kecuali

sifat polarisasi.
Gambar II.1 Gelombang Bunyi

Gambar II.1 menunjukan sebuah gelombang bunyi dari sebuah

loudspeaker. Membran dari loudspeaker bergetar akibat pulsa listrik. Getaran

membran ikut menggetarkan udara disekitarnya dan getaran udara ini masuk ke

telinga kita. Inilah yang disebut dengan proses mendengar.

II.2 Teori Fisika Efek Doppler

Efek Doppler adalah gejala bunyi yang diselidiki oleh Doppler yang

membahas perubahan frekuensi yang diterima oleh pengamat (pendengar) akibat

gerak relative antara sumber bunyi dengan pendengar. Misalnya gelombang bunyi

yang dikeluarkan oleh sumber bunyi dan pendengar bergerak saling mendekati.

Maka frekuensi bunyi yang didengar oleh pendengar akan lebih tinggi daripada

frekuensi sebenarnya dari bunyi yang dihasilkan sumber bunyi. Namun, jika

sumber bunyi dan pendengar bergerak saling menjauhi, maka frekuensi bunyi

yang didengar oleh pendengar akan lebih rendah daripada frekuensi sebenarnya.

Secara umum, efek doppler dialami ketika ada gerak relatif antar sumber

bunyi dan pengamat. Jika cepat rambat bunyi diudara saat itu adalah v, kecepatan
pengamat vp dan kecepatan sumber bunyi vs dan frekuensi yang dipancarkan

sumber adalah fs, maka secara perhitungan frekuensi yang didengar oleh

pengamat adalah:

v  vp 
f   f s.................................................................................................................................(2.1)
 v  s
p

v
di mana;

fp = frekuensi pendengar

fs = frekuensi sumber

v = kecepatan bunyi di udara

vp = kecepatan pendengar

vs = kecepatan sumber

II.3 Prinsip kerja fetal doppler

Fetal doppler adalah sebuah alat medis akustik untuk memeriksa suara

dalam tubuh dan sering digunakan untuk mendengar suara jantung. fetal doppler

menggunakan media suara untuk memantau denyut jantung janin. Perhitungan

rata-rata detak janin dilakukan secara manual dengan menghitung suara yang

keluar dari speaker selama satu menit.2


Gambar II. 2 Grafik perbandingan tekanan amnion dan denyut jantung janin
terhadap waktu

Alat medis ini dilengkapi dengan power supply baterai Ni-MH 9,6 V

dengan jangka waktu pemakaian sekitar 8 jam (terhitung dari baterai dalam

kondisi penuh). Untuk pendeteksi sinyal (sensor) detak jantung, digunakan probe

ultrasonik doppler 2,5 MHz BL-500B. Kemudian untuk menguatkan sinyal

digunakan penguat isyarat kecil variabel 1-10 kali. Sinyal di inputkan ke

komputer melalui microphone pada soundcard untuk proses pengolahan sinyal

digital. Proses pengolahan sinyal terdiri dari program penampil sinyal, filter

digital FIR windowing bandpass filter 9-39 Hz dengan transisi band 4 Hz. Untuk

menghitung BPM (Beat Per Minutes) dilakukan dengan metoda rata-rata tegangan

dan sinyal BPM didiagnosa menurut standar yang sudah ditetapkan.

Tabel II. 1 Parameter denyut jantung janin cukup bulan (sumber : ….)

Ciri-Ciri Parameter Interpretasi

Denyut Jantung 120-160 denyut per menit Normal


dasar

Takikardia

Sedang 161-180 denyut per menit Mengkhawatirkan


Berat >180 denyut per menit Abnormal

Bradikardia
Sedang 100-119 denyut per menit Mengkhawatirkan
Berat >100 denyut per menit Abnormal
Variabilitas jangka 5-15 denyut per menit Tenang
pendek
Variabilitas jangka Ada Tenang
panjang

Perubahan berkala

Akselerasi >15 denyut per menit Baik


selama >15 detik
Deselerasi
Dini 10-40 denyut per menit Kompresi kepala
Lanjut 5-60 denyut per menit Hipoksia/asidosis
Bervariasi 10-60 denyut per menit Kompres tali pusat
kombinasi Menghawatirkan

Keterangan :

a. TACHYCARDIA adalah aritmia cepat (denyut jantung lebih cepat dari

100 detak/menit).

b. BRADYCARDIA adalah aritmia lambat (denyut jantung lebih lambat dari

60 detak/menit).

Gambar II. 2 Peralatan fetal Doppler dalam menentukan denyut jantung janin
Variabilitas denyut jantung janin adalah gambaran osilasi yang tidak

teratur, yang tampak pada rekaman denyut jantung janin.Variabilitas denyut

jantung janin dapat dibedakan menjadi 2 bagian :

1. Variabilitas jangka pendek (short term variability)

Merupakan perbedaan interfal antar denyut, variabilitas yang normal antara

2-3 dpm.

2. Variabilitas jangka panjang (long term variability)

Merupakan gambaran osilasi yang lebih kasar dan lebih jelas. Rata-rata

mempunyai siklus 3-6 kali/menit. Variabilitas ini dibedakan menjadi:

a. Normal : amplitudo antara 6-25 dpm.

b. Berkurang : amplitudo antara 2-5 dpm.

c. Menghilang : amplitudo kurang dari 2 dpm.

d. Saltatory : amplitudo lebih dari 25 dpm.

II.4 Definisi Denyut Jantung Normal

Pada keadaan normal dan istirahat, jantung orang dewasa akan berdenyut

secara teratur antara 60-120 detak/menit. Kecepatan dari denyut jantung

ditentukan oleh kecepatan dari signal listrik yang berasal dari pemacu jantung, SA

node. Signal listrik dari SA node mengalir melalui kedua serambi, menyebabkan

kedua serambi berkontraksi mengalirkan darah ke kedua bilik. Kemudian signal

listrik ini mengalir melalui AV node mencapai kedua bilik. Ini menyebabkan

kedua bilik berkontraksi memompa darah keseluruh tubuh dan menghasilkan

denyutan (pulse). Pengaliran listrik yang teratur ini dari SA node ke AV node

menyebabkan kontraksi teratur dari otot jantung yang dikenal dengan sebutan
denyut sinus (sinus beat). Waktu istirahat, kecepatan signal listrik dari SA node

adalah perlahan, jadi denyut jantung juga perlahan. Waktu olah raga atau waktu

sangat kegirangan , kecepatan signal listrik dari SA node menjadi cepat sehingga

denyut jantung juga jadi cepat.3

Tachycardia yang terjadi karena pengeluaran signal listrik yang cepat oleh

SA node disebut sinus tachycardia. Sinus tachycardia umumnya adalah kontraksi

cepat dari jantung yang normal sebagai reaksi atas kondisi atau keadaan sakit.

Sinus tachycardia dapat menyebabkan debar jantung. Penyebab sinus tachycardia

termasuk sakit, demam, hormon tiroid yang berlebihan, tingkat oksigen darah

yang rendah, kopi dan obat-obatan seperti cocaine dan amphetamine. Dalam

lingkup ini maka sinus tachycardia merupakan jawaban yang memadai dari

jantung terhadap stres, dan ini tidak menandakan adanya penyakit otot jantung,

klep jantung dan sistim penghantar listrik. Namun pada beberapa pasien, sinus

tachycardia dapat sebagai gejala gagal jantung atau penyakit klep jantung yang

signifikan.

II.5 Dasar-Dasar Fisika Pesawat Ultrasonografi

II.5.1 Karakteristik Gelombang Ultrasound

Gelombang suara/bunyi adalah suatu gelombang yang dihasilkan oleh

perubahan mekanik dari zat gas, zat cair dan zat padat akibat tumbukan antar

molekulnya. Gelombang bunyi menjalar secara longitudinal. Gelombang bunyi

atau suara apabila menjalar pada suatu medium dapat mengalami proses

transmisi/diteruskan dan sebagian dapat dipantulkan (refleksi). Gelombang bunyi

berdasarkan frekuensinya dibagi menjadi tiga kelompok :


a. Frekuensi bunyi berkisar 1-16 hertz

Gelombang bunyi/suara dengan frekuensi berkisar 1-16 hertz (Hz) dikenal

dengan istilah gelombang infrasound. Jenis gelombang suara ini tidak dapat

didengar oleh indra pendengaran manusia seperti getaran tanah akibat gempa,

getaran bangunan, getaran truk dan lain- lain.

b. Frekuensi bunyi berkisar 16-20.000 hertz

Gelombang bunyi/suara pada frekuensi ini adalah merupakan je nis

gelombang dalam area pendengaran manusia atau dikenal dengan istilah acoustic

spectrum, seperti suara percakapan manusia, suara lonceng dan lain sebagainya.

c. Frekuensi bunyi berkisar diatas 20.000 hertz

Frekuensi gelombang bunyi ini tidak dapat didengar manusia dikenal

dengan istilah gelombang ultrasound, misalnya adalah getaran atau bunyi yang

dihasilkan oleh kristal piezoelektrik. Jenis gelombang dengan frekuensi ini

umumnya digunakan dalam bidang kedokteran untuk pembuatan citra organ

dalam manusia, mengingat frekuensi yang tinggi mempunyai kemampuan daya

tembus yang besar.4

II.5.2 Interaksi Gelombang Ultrasound dengan Materi

Interaksi gelombang ultrasound dengan materi bergantung perbedaan sifat

akustik jaringan. Interaksi gelombang ultrasound dengan materi terdiri dari empat

proses interaksi meliputi :

- pemantulan/refleksi,

- pembiasan/refraksi,

- hamburan/scattering dan
- penyerapan gelombang (absorption).

Refleksi dan refraksi terjadi bila gelombang ultrasound melewati batas dua

permukaan jaringan yang memiliki impedensi akustik yang berbeda. Apabila

gelombang ultrasound datang tegak lurus dengan permukaan objek, maka terjadi

proses refleksi gelombang ultrasound ke sumber, proses ini didalam pencitraan

ultrasonografi dikenal dengan istilah echo/gema, sebagian gelombang dapat

ditransmisikan. Sedangkan refraksi terjadi jika gelombang ultrasound yang

datang jatuhnya membentuk sudut atau tidak tegak lurus.

II.5.2.1 Refleksi

Bila gelombang ultrasound melewati antar muka permukaan jaringan

/batas dua meterial dengan karakteristik impedansi akustik berbeda, terjadi

refleksi sehingga gelombang tersebut tidak dapat memasuki jaringan kedua dan

membawa sebagian energi gelombang datang. Bila permukaan halus, dikatakan

specular reflector, yang bersifat seperti cermin.

Ketika bertemu gas maka gelombang ultrasound akan mengalami refleksi

dan refraksi yang bermakna, dalam hal ini pemeriksaan dengan gelombang

ultrasound akan menjadi lebih susah. Jaringan tulang memantulkan gelombang

ultrasound dengan kuat sehingga arsitektur dalam jaringan tulang yang mengalami

kalsifikasi berat tidak dapat dilihat dan dibelakangnya terdapat bayangan akustik

(acoustic shadaow). Dalam hal tersebut pemeriksaan USG digunakan jelly atau

prefarat penghubung lainnya (coupling agent) untuk menghindari udara yang


terperangkap pada permukaan kulit dan transduser yang dapat berfungsi sebgai

rintangan atau barrier gelombang ultrasound.

Refleksi ultrasound dari batas dua organ jaringan lunak kecil, karena

perbedaan impedansi akustik z rendah (koefesien refleksi sekitar 0.01), batas

antara darah dan gumpalan darah ~ 10-6 (-60 dB). Permukaan kecil dan tidak

teratur, mengakibatkan ultrasound datang tidak tegak lurus pada permukaan,

mengakibatkan refleksi ke semua arah, disebut diffuse dan menghasilkan echo

lebih rendah.

II.5.2.2 Refraksi

Bila ultrasound jatuh tidak tegak lurus (membentuk sudut) pada bidang

batas antara dua medium dengan kecepatan ultrasound di dalamnya berbeda,

gelombang transmisi dibelokkan.

Proses refleksi gelombang ultrasound juga sangat bergantung pada

perbedaan antar hambatan akustik (akustik impedansi), semakin besar perbedaan

akustik impedansi antara dua jaringan dan kecepatan gelombang gelombang

ultrasound, maka fraksi gelombang ultrasound yang dipantulkan semakin besar

pula. Jika batas yang merefleksikan jauh lebih lebar dari panjang gelombang

ultrasound maka batas ini bekerja seperti cermin yang disebut reflector spekuler.

II.5.2.3 Hamburan

Hamburan terjadi bila gelombang ultrasound mengalami

refleksi/pemantulan dan refraksi/penyimpangan berkas gelombang ultrasound


sekaligus dalam banyak arah. Kondisi ini terjadi oleh karena reflector yang lebih

kecil merambat dari panjang gelombang ultrasound. Fraksi energi yang

dihamburkan meningkat cepat dengan kenaikan frekuensi gelombang ultrasound.

Gambar II.3 Interaksi gelombang ultrasound yang menghasilkan proses


hamburan (scattering) (Sumber : The Essential Physics of Medical
Imaging, Bushberg, 2002)

II.5.2.4 Perlemahan gelombang ultrasound

Perlemahan gelombang ultrasound atau yang dikenal dengan istilah

attenuation disebabkan oleh proses penyerapan (absorpsi) dan hamburan

gelombang ultrasound ketika mengenai jaringan tubuh. Atenuasi gelombang

ultrasound meningkat sering peningkatan frekuensi gelombang. Frekuensi lebih

tinggi gelombang ultrasound akan mudah diserap dan dihamburkan. Jadi untuk

mencapai jaringan tubuh yang lebih dalam harus menggunakan frekuensi yang

lebih rendah karena kecil kemungkinan gelombang ultrasound mengalami

penyimpangan ketika melintasi struktur jaringan yang menghalangi. Dalam

praktek menggunakan frekuensi 3,5 MHz untuk pemeriksaan organ dalam orang
dewasa dan 5 MHz untuk pemeriksaan anak-anak oleh karena ketebalan lebih

tipis.

Attenuasi dipengaruhi oleh faktor koefisien attenuasi jaringan (µ) dengan

satuan dB/cm yang merupakan relative intensitas gelombang ultrasound tiap cm

pada unit medium dan kedalaman jaringan yang dilewati gelombang ultrasound.

Proses perlemahan atau attenuasi intensitas gelombang ultrasound ketika melewati

suatu medium/jaringan dirumuskan sebagai berikut :

I= I0 - μ2d.....................................................................................(2.2)

Dimana I adalah intensitas gelombang ultrasound dalam satuan dB setelah

melewati jaringan, I0 adalah intensitas gelombang ultrasound sebelum menembus

objek dalam satuan dB, µ adalah koefisien attenuasi gelombang ultrasound dalam

satuan dB/cm dan d adalah kedalaman jaringan yang dilewati gelombang

ultrasound dalam satuan cm.

Berikut adalah variasi nilai koefisien attenuasi gelombang ultrasound pada

beberapa jaringan tubuh, dengan nilai frekuensi gelombang 1 MHz.

II.6 Transduser Ultrasonografi

Gelombang ultrasound diproduksi dan dideteksi dengan peralatan yang

dikenal dengan istilah transduser. Transduser pada pesawat ultrasonografi

berfungsi mengubah energy listrik menjadi gelombang ultrasound yang melintasi

jaringan tubuh pasien. Transduser ini juga nantinya yang menerima gelombang

ultrasound yang dipantulkan dan mengubahnya kembali menjadi energi listrik.

Transduser sering digunakan sebagai pelacak atau probe. Komponen dari

transduser terbuat dari material piezoelektrik yang berbentuk struktur keramik


atau kristal. Natural piezoelektrik dari bahan quartz kristal sedangkan untuk

transduser USG terbuat dari bahan sintetik kristal piezoelektrik yang disebut lead-

zirconate-titanate (PZT).

Bagian-bagian dari transduser pesawat ultrassonografi (USG) meliputi

komponen utama material piezoelektrik, matching layer, backing block, acoustic

absorber, insulating cover, sensor electrodes dan transduser housing. Berikut

adalah gambar komponen transduser .5

Gambar II.4. Komposisi sebuah transduser pesawat ultrasonografi (USG)


(Sumber : The Essential Physics of Medical Imaging, Bushberg, 2002)

II.7. Proses pencitraan pesawat ultrasonografi

Proses pencitraan modalitas pesawat ultrasonografi dimulai pulsa

gelombang ultrasound ditransmisikan ke tubuh pasien kemudian sebagian

gelombang ultrasound direfleksikan /dipantulkan oleh jaringan tubuh

menciptakan echo/gema diterima oleh transduser. Tahap berikutnya pencitraan

gambar USG memerlukan beberapa komponen seperti beam former, pulser

resiver, amplifier, scan converter/image memory, dan display system. Berikut

adalah skema proses pencitraan USG.


Gambar II.5. Skematik desain pencitraan pesawat ultrasonografi
(USG) Sumber : The Essential Physics of Medical Imaging, Bushberg,
2002)

Gambar II.5 merupakan skema desain pencitraan pesawat USG, dimana

tahapan awal pencitraan dimulai tahapan pembentukan gelombang ultrasound

oleh rangkian pulsers transmitter dengan cara mengirim tegangan listrik ke bagian

transduser yang berfungsi pembentukan gelombang ultrasound. Komponen ini

juga berpengaruh terhadap pengaturan laju transmisi pulsa yang disebut pulse

repetition frequency (prf), pulsa amplitude dan pulsa repetition periode (prp).

Laju transmisi pulsa disebut pulse repetition frequency (prf) mempunyai

maksimum, sesuai dengan persyaratan waktu agar echo dari struktur paling dalam

dapat ditangkap sebelum pulsa berikutnya dipancarkan. Untuk kedalaman 15 cm,

bila laju gerak ultrasound 1.3 s/mm, echo akan diterima ~ 200 s kemudian.

Oleh karenanya prf tertinggi dipilih sehingga 200 s dalam 1 s, yang berarti

sekitar 5000 pulsa per sekon. Harga prf lebih tinggi dipakai untuk scanning organ

superficial.7
Transduser tahapan berikutnya mengirim gelombang ultrasound ke tubuh

pasien, sebagain gelombang ultrasound direfleksikan yang merupakan echo

nantinya diolah menjadi gambar dan diterima receiver transduser. Signal echo

yang dihasilkan diatur agar mempunyai magnitude yang sama baik dipermukaan

atau echo yang berasal dari dalam oleh bagian swept gain compensatin. Signal

echo transduser berikutnya diperkuat dibagian amplifier. Bagian beam former

akan mengolah signal echo yang merupakan data analog menjadi data digital

melalui komponen ADC (analog digital converter). Data ini diterima bagian

receiver disini terdapat pengaturan yang disebut time gain yang terdiri dari near

gain yang mengatur gema yang ada dipermukaan (amplifikasi minimal), dan far

gain yang mengatur gema/echo yang jauh (amplifikasi maksimal).6

Komponen lain bagian receiver adalah rejection atau dikenal dengan

istilah threshold atau suppression yang berfungsi menekan signal echo yang

lemah yang tidak mempunyai kontribusi terhadap citra justru nantinya

menimbulkan noise yang dapat menurunkan kualitas citra. Bagian log

compression merupakan komponen yang berfungsi proses untuk mengurangi

dynamic range (jumlah total signal echo paling tinggi sampai paling rendah).

Semakin lebar dynamic range semakin banyak skala gray scale (scala keabu-

abuan). Komponen berikutnya adalah rectification atau demodulation berfungsi

mengubah tegangan positif ke negative yang berfungsi untuk smoothing atau

memperhalus tegangan. Data dari bagian receiver selanjutnya dilakukan prosecing

dengan komputer yang nantinya hasilnya pada bagian scan converter

memungkinkan untuk menyimpan gambar atau menampilkan pada layar CRT

dalam bentuk tampilan gambar dengan skala keabu-abuan atau hitam putih.
II.8. Pemeriksaan Kehamilan dengan Ultrasonografi

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk evaluasi proses kehamilan (USG

Obstetrik) telah dilakukan selama hampir 30 tahun terakhir. Pemeriksaan USG ini

untuk kehamilan masih dianggap pemeriksaan penunjak medic yang dianggap

aman dapat dikerjakan kapan saja, akan tetapi dilakukannya dalam masa

kehamilan jika terdapat indikasi klinis.5

Pemeriksaan kehamilan dengan USG dilakukan sebaiknya pada kehamilan

umur 18-22 minggu dan masa kehamilan 32-36 minggu setelah hari pertama

periode haid yang terakhir. Tidak terlalu dianjurkan untuk pemeriksaan USG

pada fase awal kehamilan mengingat deposit energy gelombang ultrasound

kurang baik bagi perkembangan janin. Pemeriksaan yang dianjurkan untuk

trimester awal kehamilan adalah pemeriksaan USG untuk meyakinkan

kemungkinan adanya kehamilan, menentukan usia kehamilan dalam hal ini usia

janin, menentukan usia perkembangan janin atau panjang crown-rump,

menentukan jumlah janin (tunggal atau kembar), meyakinkan adanya kehamilan

ektopik (hamil diluar rahim) atau disebut kehamilan anggur dan menguji

perkembangan tidak normal dari janin. Bila diketahui adanya kelainan-kelainan

pada janin sejak dini maka memungkinkan dokter untuk melakukan tindakan

medik cepat sehingga memberikan hasil yang optimal.

Ada 3 macam metado dalam memperoleh gambaran yaitu :

a. A-Mode Skanning

Disini yang akan dicari adalah besar amplitude sehingga di sebut A

Scanning. Bunyi yang dihasilkan oleh piezoelectric melalui transduser akan


mencapai dinding B kemudian dipantulkan ke dinding A dan diterima oleh

transduser.

b. B-Mode Skanning

B Skanning disebut pula Bright Scanning. Metode skanning ini banyak

dipakai di klinik oleh karena ini bisa memperoleh pandangan / gambaran dua

dimensi dari bagian tubuh. Prinsip B Skanning sama dengan A Skanning. Hanya

saja pada B Skanning transdusernya digerakkan (moving) sedangkan pada A

Skanning transdusernya tidak digerakkan.

Gerakan transduser mula- mula akan menghasilkan echo dapat dilihat

adanya dot (dot ini disimpan pada CRT) kemudian transduser digerakkan kearah

lain menghasilkan echo pula sehingga kemudian tercipta suatu gambaran dua

dimensi.

Pada B Skanning ini, operator boleh meilih dua mode control pada alat

elektronik; untuk mencapai nilai ambang agar memperoleh gambaran yang

dikehendakinya maka dipakai alat control leading edge display.

Untuk mengatur cahaya benderang pada layer TV (CRT = Tabung sinar

katode) yang sebanding dengan besarnya echo / gema yang dihasilkan oleh

transduser ultrasonic maka dipakai alat grayscale display.

c. M-Mode Skanning

M Skanning atau Modulation scanning ini merupakan metode yang

digunakan dalam kaitan untuk memperoleh informasi gerakan alat-alat dengan

mempergunakan ultrasonic. Misalnya hal mempelajari gerakan jantung, denyut


jantung janin, dan gerakan vulva, atau tehnik Doppler yang dipergunakan untuk

mengukur aliran darah.

Gambar II.6. Tampilan M-Mode pada denyut jantung janin

Gelombang yang dihasilkan dari pengukuran denyut jantung janin akan

dapat menentukan cepat rambat gelombang suara ketika berjalan menembus

medium. Kecepatannya dipengaruhi oleh sifat dan kerapatan medium yang

dilaluinya dan dinyatakan dalam meter per detik (m/detik). Pada medium yang

sama cepat rambat gelombang akan sama walaupun frekuensinya berbeda. Nilai

ini mudah diidentifikasi pada rentang variable akustik karena ada nilai maksimum.

Dengan kecepatan ini, nilai maksimum bergerak melewati medium sehingga

disebut juga cepat rambat gelombang. Jadi cepat rambat gelombang tergantung

pada medium tetapi tidak bergantung pada frekuensi. Rumusnya panjang

gelombang dibagi cepat rambat gelombang dikali frekuensi.

c
 ….…………………………………………………………(2.3)
f
Dari persamaan 2.3 akan didapatkan nilai cepat rambat gelombang suara

dan nilai amplitudo denyut jantung janin sehingga dapat dispesifikasikan normal

atau tidak berdasarkan variabilitas denyut jantung janin.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2012, di ruang

Radiologi RS Syeh Yusuf Gowa.

III.2. Alat Dan Bahan


Dalam penelitian ini memerlukan alat dan bahan sebagai berikut:

A. Fetal Doppler.

B. Pesawat USG dengan spesifikasi sebagai berikut :

 Merk Philips USH 2008

 Type HD 11 XE

 Ukuran TV monitor standar

 Transduser yang digunakan jenis konveks dengan frekuensi 3,7 Hz

 Printer pesawat ultrasonografi jenis paper printer merk Sony

 Kertas printer USG soni tipe V (high glossy) UUP 110 HG ukuran

110mm x 18mm

C. Jelly sebagai prefarat penghubung (coupling agent) antara transduser

dengan permukaan kulit

III.3. Pengukuran denjut jantung janin ( DJJ )

Sebelum di lakukan pengukuran ( DJJ ) terlebih dahulu alat dan bahan

Dipersiapkan sebelum alat fetal Doppler dan USG dinyalakan pada perut

pasien ibu hamil di oleskan jelly dan pengukuran di lakukan setelah

tranduser benar-benar telah diletakkan pada posisi yang benar yaitu posisi

dimana detak jantng janin terdeteksi. Prinsip kerja kedua alat pada dasarnya

sama yaitu dengan memanfaatkan pantulan gelombang ultrasound dan

organ dalam ( jantung janin ) yang selanjutnya terbaca oleh sensor. pada

penggunaan fetal Doppler nilai terukur merupakan perhitungan detak


( denyut selama satu menit ) demikian juga pada USG selain nilai denyut

jantung janin yang lansung tertera pada display juga di atur untuk

mendapatkan gambaran gelombang denyut jantung

III.4. Alur Penelitian

Persiapan Alat dan Bahan


Pemeriksaan

Persiapan Pasien
Pengukuran DJJ secara manual (menggunakan fetal doppler)
Pengukuran DJJ menggunakan USG

Penentuan Kenormalan dan ketidak normalan

Hasil

Kesimpulan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data Hasil Pengukuran Jumlah Denyut Jantung Janin (DJJ)

Penelitian yang dilakukan keseluruhan didapatkan hasil pemeriksaan untuk

13 pasien dengan klasifikasi 3 pasien pada kehamilan 5 bulan, 3 pasien pada

kehamilan 7 bulan, 7 pasien pada kehamilan 9 bulan. Pada awal kehamilan,

kebanyakan ibu hamil masih berada dalam kondisi yang normal (perasaan

senang), di mana kondisi ini juga mempengaruhi kondisi janinnya, kecuali pada
beberapa kasus misalkan keluarnya flek darah pada masa kehamilan yang

menunjukkan kelemahan kandungan yang juga dapat berakibat negative pada

janin. Pada bulan-bulan akhir kehamilan yaitu bulan ke-7 sampai kelahiran,

denyut jantung janin semakin meningkat, hal ini disebabkan karena kondisi ibu

hamil yang kehamilannya semakin tua semakin sering pula dihinggapi rasa

gelisah bahkan tak jarang ditemukan kondisi stress.

Untuk memperoleh pengukuran DJJ (denyut jantung janin) pada pasien

dilakukan pengukuran manual dengan menggunakan Fetal Doppler. Cara

pengukuran menggunakan fetal Doppler yaitu pada saat menaruh tranduser pada

perut pasien, nilai yang tertera pada display fetal Doppler sudah ada, tetapi yang

diambil yaitu menetapkan angka (nilai) pengukuran sebagai pengukuran awal dan

menghitung sampai pada angka (nilai) pengukuran selama 1 menit.

Berikut adalah perbandingan hasil pengukuran DJJ menggunakan Fetal

Doppler dan rekaman USG yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. (selengkapnya pada

lampiran 1).

Tabel IV.1
Perbandingan Pengukuran DJJ dengan
menggunakan Fetal Doppler dan USG

Denyut Jantung Janin (bpm) Keterangan Umur


Kode
No. Fetal (klinis pasien) Kehamilan
Pasien USG
Doppler (bulan)
1. Tidak ada 9
Ny.H 134 134
keluhan
2. Tidak ada 9
Ny.M 135 134
keluhan
3. Tidak ada 7
Ny.D 138 140
keluhan
4. Tidak ada 9
Ny.L 145 150
keluhan
5. Tidak ada 7
Ny.E 155 156
keluhan
6. Ny.K 150 124 Tidak ada 9
keluhan
Tidak ada 5
7. Ny.C 120 156
keluhan
Abortus 5
8. Ny.A 137 160
Immenens
Placenta previa, 5
9. Ny.B 160 168 Abortus
Immenens
Placenta previa, 9
10. Ny.I 196 148 Abortus
Immenens
Abortus 9
11. Ny.J 194 145
Immenens
12. Ny.F 165 135 Placenta previa 7
Tali pusar melilit 9
13. Ny.G 163 137
di leher

Berdasarkan tabel 4.1 di dapatkan bahwa terdapat beberapa kasus dengan

perolehan nilai denyut jantung janin dengan menggunakan Fetal Doppler

(manual) mendekati maupun melampaui batas tertinggi normal denyut jantung

janin (120-160 bpm), tetapi hasil pemeriksaan USG masih dalam batas normal.

Tetapi terdapat satu kasus penilaian USG lebih tinggi dari pada penilaian Fetal

Doppler yang dikategorikan tidak normal. Sedangkan pada beberapa kasus,

diperoleh hasil pemeriksaan denyut jantung janin menggunakan Fetal Doppler

lebih rendah dari pada hasil rekaman USG tetapi masih dalam batas normal

sehingga tidak menjadi ulasan khusus, hal ini juga dipertegas dengan rekaman

gelombang yang dihasilkan USG yang masih dapat terbaca atau dengan kata lain

gelombang DJJ-nya masih seirama. Penilaian DJJ antara Fetal Doppler dengan

rekaman USG yang sama dan atau setara (dengan kisaran perbedaan <= 5 bpm)

terdapat pada pasien Ny. H, Ny. D, Ny. L, Ny. M dan Ny.E dimana penilaian DJJ

kedua alat masih dalam kategori normal. Sedangkan penilaian DJJ antara Fetal

Doppler dengan rekaman USG yang sangat besar perbedaannya terdapat pada
pasien Ny. K, Ny. C dan Ny. A tetapi hasil DJJ dari kedua alat masih kategori

normal. Pasien yang diindikasikan tidak normal dari Fetal Doppler terdapat pada

pasien Ny. I, Ny. J, Ny. F, Ny. G tetapi dari rekaman USG dalam kategori normal.

Pasien yang diindikasikan tidak normal dari rekaman USG terdapat pada pasien

Ny.B. Terdapat pasien dengan hasil pemeriksaan di atas batas tertinggi normal

DJJ yaitu fetal Doppler 160 bpm dan USG sebesar 168 bpm (pasien dengan

kehamilan 5 bulan), juga terdapat pasien dengan hasil pemeriksaan Fetal Doppler

melebihi batas normal yaitu 165 bpm sedangkan hasil pemeriksaan USG masih

dalam batas normal yaitu 135 bpm (pasien dengan kehamilan 7 bulan), serta

terdapat pasien dengan hasil pemeriksaan tertinggi dimana Fetal Doppler

melebihi batas normal yaitu 196 bpm sedangkan hasil pemeriksaan USG masih

dalam batas normal yaitu 148 bpm (pasien dengan kehamilan 9 bulan).

Penilaian kenormalan DJJ pada setiap pasien utamanya yang dikategorikan

oleh salah satu alat tidak normal kebanyakan diperkuat dengan riwayat klinis

pasien antara lain adanya keluhan Abortus Immenens yaitu terjadinya pendarahan

yang kontinu pada masa kehamilan tetapi janin masih dapat dipertahankan, serta

adanya keluhan placenta previa yaitu letak placenta yang sangat rendah juga dapat

berpengaruh negative pada kondisi janin.

Adapun grafik histogram hasil pengukuran perbandingan DJJ

menggunakan Fetal Doppler dengan rekaman USG, dapat dilihat pada gambar

IV.1 berikut :
Grafik Perbandingan DJJ Fetal Doppler dan USG
250

Denyut Jantung Janin (bpm)


200

150

100

50

0
12345678910111213
No. urut pasien
DJJ Fetal DopplerDJJ USG

Gambar IV.1 Grafik Perbandingan hasil pengukuran DJJ menggunakan


Fetal Doppler dan USG

Gambar IV.1 menunjukkan hasil pemeriksaan DJJ lebih tinggi dengan

mengunakan fetal Doppler dibandingkan dengan USG terdapat pada nomor urut

pasien 2(Ny. M), 6(Ny. K), 10(Ny. I), 11(Ny. J), 12(Ny. F) dan 13(Ny. G)

dengan nilai DJJ menggunakan fetal Doppler antara 135 bpm – 196 bpm,

sedangkan hasil pemeriksaan DJJ lebih rendah dengan menggunakan fetal

Doppler dibandingkan dengan USG terdapat pada no urut pasien 3(Ny. D), 4(Ny.

L), 5(Ny. E), 7(Ny. C), 8(Ny. I) dan 9(Ny. B) dengan nilai DJJ menggunakan

USG antara 140 bpm – 168 bpm. Untuk no urut pasien 1(Ny.H) hasil

pemeriksaan menggunakan fetal Doppler dengan rekaman USG diperoleh hasil

yang sama yaitu 134 bpm (normal).


Pasien dengan kondisi yang tidak normal menurut pemeriksaan fetal

Doppler yaitu pasien Ny.F dengan nilai DJJ sebesar 165 bpm, pasien G dengan

nilai DJJ sebesar 163 bpm, pasien I dengan nilai DJJ sebesar 196 bpm dan

pasien J dengan nilai DJJ sebesar 194 bpm. Pasien dengan kondisi yang tidak

normal sebagaimana yang ditunjukkan pada nilai rekaman USG yaitu pasien B

dengan nilai DJJ sebesar 168 bpm.

IV.2 Hasil Rekaman Gelombang DJJ pada USG

Berikut ini merupakan beberapa contoh hasil rekaman gelombang DJJ

pada USG yang normal dan tidak normal. Ketidaknormalan gelombang DJJ (nilai

DJJ di atas 160 bpm) ditandai dengan ketidakseimbangan amplitude gelombang

yang dihasilkan (tidak seirama) dimana semakin lama amplitude gelombang

mengecil ataupun membesar. Penilaian menurut Fetal Doppler yang dikategorikan

tidak normal (di atas 160 bpm) tetapi menurut rekaman USGnya normal tidak

selalu dihasilkan gelombang DJJ yang normal pula, terdapat beberapa rekaman

USG yang tidak seirama atau sama sekali tidak jelas. (selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran).

IV.2.1 Contoh Rekaman USG dengan DJJ kategori normal


Gambar IV.2 Ge lombang Rekaman USG Pasien M

Gambar IV.3 Ge lombang Rekaman USG Pasien I


Gambar IV.4 Ge lombang Rekaman USG Pasien C

Pada gambar IV.2 sampai IV.4 terlihat gelombang DJJ yang dihasilkan

mempunyai amplitude yang seirama, dengan nilai DJJ menurut USG masing-

masing 134 bpm (menurut Fetal Doppler 135 bpm), 148 bpm (menurut Fetal

Doppler 196 bpm) dan 156 bpm (menurut Fetal Doppler 120 bpm) dimana nilai

ini masih dalam batas normal meskipun penilaian menurut Fetal Doppler tidak

normal.

IV.2.2 Contoh Rekaman USG dengan DJJ kategori tidak normal


Gambar IV.5 Ge lombang Rekaman USG Pasien B

Gambar IV.6 Ge lombang Rekaman USG Pasien A (batas tertinggi normal)

Pada gambar IV.5 sampai IV.6 terlihat gelombang DJJ yang dihasilkan

mempunyai amplitude yang tidak seirama dimana gelombang DJJ yang dihasilkan

semakin lama amplitude gelombang semakin mengecil atau bahkan tidak jelas

sama sekali. Nilai DJJ pada pasien tersebut berturut-turut adalah 168 bpm

(menurut Fetal Doppler 16 bpm) dan 160 bpm (menurut Fetal Doppler 137 bpm).
IV.2.2 Contoh Rekaman USG (dengan DJJ Fetal Doppler kategori tidak

normal)

Gambar IV.7 Ge lombang Rekaman USG Pasien F (nilai DJJ Fetal Doppler 165 bpm)

Pada gambar IV.7 terlihat gelombang DJJ hasil rekaman USG seirama,

sedangkan gelombang pada bagian bawah hanya merupakan noise yang tidak

jelas, nilai DJJ menurut fetal Doppler 165 bpm sedangkan nilai DJJ menurut USG

135 bpm dimana nilai ini masih dalam batas normal.

IV.3 Pembahasan

Pemeriksaan untuk menilai keadaan jantung janin merupakan metode

untuk memprediksi kelainan jantung pada janin. Gerakan jantung janin


menimbulkan getaran dan bunyi yang dapat diperoleh melalui permukaan dinding

abdomen ibu. sinyal-sinyal ini menunjukan irama bawaan dan periodisitas yang

lebih mudah dilihat dari frekuensi unit waktu. Salah satu metode konvensional

pemantauan janin meliputi mendengarkan bunyi jantung janin dari perut ibu.

Stetoskop yang dirancang khusus untuk pemantauan suara jantung janin biasanya

hanya digunakan oleh ginekolog. Meskipun hal ini memungkinkan untuk

penilaian fungsi jantung secara kualitatif, metode ini memiliki beberapa

kelemahan. Pertama, sangat sulit untuk mendengarkan suara jantung pada saat

bulan-bulan kehamilan awal. Kedua,tidak praktis untuk mendeteksi perubahan

kecil baik dalam hal amplitudo atau dalam hal properti lainnya. Auskultasi sangat

subjektif. Metode yang lain yaitu dengan Fetal Doppler, pada alat ini dapat

diketahui langsung jumlah denyut jantung janin setiap menitnya dan dapat dilihat

gelombang denyut yang dihasilkan. Namun karena keterbatasan dan sensitifitas

alat ini juga dapat mempengaruhi kelemahan dari hasil pengukuran sehingga

diperlukan metode yang lain untuk menegakkan diagnose terhadap pasien. USG

Doppler yang sering digunakan untuk memantau variabilitas denyut jantung janin

dapat digunakan untuk mendeteksi suara jantung alami janin.

Umumnya, pemantauan dilakukan dengan cara mendengar denyut jantung

janin. Bukan hanya keras dan lemahnya denyut jantung, tetapi juga perubahan

iramanya, terutama saat terjadi kontraksi rahim. Ketika janin stres denyut jantung

yang tadinya berirama dan kuat, bisa saja jadi tidak berirama dan melemah.

Denyut jantung janin normal 120-160 per menit.

Pemeriksaan menggunakan Fetal Doppler merupakan pemeriksaan awal

(dasar) yang biasanya ada di puskesmas, mengingat alat ini masih terbilang murah
dan mudah pelaksanaannya. Sedangkan bila ditemui kasus dengan hasil

pemeriksaan DJJ yang melebihi batas normal, biasanya dokter menyarankan

kepada pasien untuk pemeriksaan USG untuk lebih mendukung pemeriksaan

sebelumnya. Karena keterbatasan dan kemampuan dari Fetal Doppler, sering

diperoleh hasil yang tidak sama setelah melakukan pemeriksaan USG.

Menggunakan Fetal Doppler juga sering di rancukan dengan detak jantung ibu

hamil, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan.

Pemeriksaan USG dianjurkan terhadap suatu kehamilan abnormal

mengingat banyak kelainan selama masa kehamilan yang tidak dapat dideteksi

lewat pemeriksaan klinis (Fetal Doppler). Kelainan yang mungkin ditemui masa

kehamilan seperti placenta letak rendah (placenta previa), kehamilan diluar

kandungan/hamil anggur serta kelainan konginetal bayi. Kasus lainnya yang

banyak ditemukan yaitu Abortus imminens, yaitu peristiwa terjadinya perdarahan

dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih

dalam uterus, dan tanpa adanya. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih

mungkin berlanjut atau dipertahankan.

Namun pada dasarnya menilai denyut jantung janin tidak serta merta dapat

diindikasikan ke arah tidak normal bila melalui pemeriksaan hanya satu kali, hal

ini disebabkan beberapa kemungkinan (apabila tidak ada catatan tentang klinis

pasien) yaitu kemungkinan ibu hamil yang dalam keadaan gelisah atau kondisi

kesehatan yang menurun juga dapat berpengaruh pada kondisi janin. Pemeriksaan

yang dilakukan tiap 15 menit selama 1 menit setelah his selesai, menentukan

frekuensi denyut jantung janin. Bila frekuensi denyut jantung janin tidak normal

yaitu lebih dari 160 kali/menit (takikardia) atau kurang dari 120 kali/menit
(bradikardia), harus dilakukan pengamatan lagi. Bila denyut jantung janin tetap

abnormal dalam 3 kali pengamatan, harus segera diambil tindakan. De nyut

jantung janin 100 atau kurang menunjukkan adanya gawat janin hebat,

menentukan denyut jantung janin teratur atau tidak.

Pada dasarnya pemeriksaan DJJ menggunakan Fetal Doppler merupakan

pemeriksaan dasar (awal) untuk menentukan kenormalan jantung janin, DJJ yang

tidak normal dapat mengindikasikan adanya kelainan jantung bawaan pada janin,

kelahiran yang tidak normal ataupun lahir prematur. Idealnya pemeriksaan DJJ

menggunakan Fetal Doppler sama dengan hasil rekaman USG namun pada

beberapa kasus, penilaian Fetal Doppler lebih besar atau lebih kecil. Hal ini dapat

disebabkan oleh kondisi fisik pasien (terdapat kelainan patologik), proses

perjalanan (nyaman atau tidak), dan juga tergantung kondisi stress pasien (ibu

hamil) saat itu.dan setiap rumah sakit disediakan fetal Doppler khususnya di

bagian kandungan ( Obstetrik ) agar pasien yang menengah ke bawah dapat

menjangkau pemeriksaan tersebut.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

V.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh simpulan bahwa

pemeriksaan Fetal Doppler tidak dapat dijadikan satu-satunya diagnose pada

ibu hamil, hal ini disebabkan karena seringnya hasil pengukuran DJJ

menggunakan Fetal Doppler lebih besar dibandingkan setelah melalui

pemeriksaan USG. Salah satu hasil yang diperoleh yaitu pemeriksaan pasien

dengan nilai DJJ menurut Fetal Doppler adalah 196 bpm (tidak normal)

sedangkan diagnosa pemeriksaan USG adalah 148 bpm (normal). Nilai DJJ

yang tinggi (tidak normal) dari pemeriksaan USG biasanya mengindikasikan

adanya kelainan jantung pada janin baik yang riskan terhadap penyakit

jantung bawaan maupun terhadap kelahiran yang tidak normal.

V.2 SARAN

Sebaiknya untuk lebih mengamati pemeriksaan secara akurat dari fetal

Doppler dan usg di lakukan pengukuran denyut jantung janin ( DJJ )

berulang minimal 3 kali.


DAFTAR PUSTAKA

1. Bushberg, Jerrold T. 2002. The Essential Physics of Medical Imaging.


California: Lippincott Williams & Wilkins

2. Bagian Obstetri & Ginekologi FKUP. 1983. Obstetri Fisiologi.


Bandung: Eleman

3. Dr.H.Sidharta. 1992. Atlas Ultrasonografi Abdomen dan Beberapa Organ


Penting. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

4. Evelyn C. Pearce. 1991. Anatomi dan fisiologi Untuk Paramedis.


Jakarta : Gramedia.

5. Jane A Bates. 1999. Abdominal Ultrasound. Churchill: Livingstone Press.

6. P.E.S. Palmer. 1994. Manual of Diagnostic Ultrasound. University of


California: EGC

7. Palmer. 1995. Manual of Diagnostic Ultrasonografi. World Health


Organisation. USA: Universitas of California.

8. Sandra L Hagen-Ansert. 1986. The Anatomy Workbook. Philladelphia :


J.B.L Ippincott Company.

9. Sutton, David. 1995. Buku Ajar Radiologi untuk Mahasiswa Kedokteran.


Jakarta: Hipokrates Press.

10. Uliyah Musrifatul, A. Azis Alimul Hidayat. 2006. Ketrampilan Dasar


Praktik Kebidanan. Jakarta:Salemba Medika.
LAMPIRAN 1 :

Tabel Perbandingan Pengukuran DJJ dengan menggunakan Fetal Doppler


dan USG

Denyut Jantung Janin (bpm) Keterangan Umur


Kode
No. Fetal (klinis pasien) Kehamilan
Pasien USG
Doppler (bulan)
1. Tidak ada 9
Ny.H 134 134
keluhan
2. Tidak ada 9
Ny.M 135 134
keluhan
3. Tidak ada 7
Ny.D 138 140
keluhan
4. Tidak ada 9
Ny.L 145 150
keluhan
5. Tidak ada 7
Ny.E 155 156
keluhan
Tidak ada 9
6. Ny.K 150 124
keluhan
Tidak ada 5
7. Ny.C 120 156
keluhan
Abortus 5
8. Ny.A 137 160
Immenens
Placenta previa, 5
9. Ny.B 160 168 Abortus
Immenens
Placenta previa, 9
10. Ny.I 196 148 Abortus
Immenens
Abortus 9
11. Ny.J 194 145
Immenens
12. Ny.F 165 135 Placenta previa 7
Tali pusar melilit 9
13. Ny.G 163 137
di leher

LAMPIRAN 2 : Gambar Hasil Rekaman Gelombang DJJ pada USG


2.1 Gelombang rekaman USG Usia Kehamilan 5 Bulan

Pasien A

Pasien B

Pasien C
2.2 Gelombang rekaman USG Usia Kehamilan 7 Bulan

Pasien D
Pasien E

Pasien F
2.3 Gelombang rekaman USG Usia Kehamilan 9 Bulan

Pasien G

Pasien H
Pasien I

Pasien J

Pasien K
Pasien L
Pasien M
Lampiran 3

3.1 Pengambilan hasil pemeriksaan dengan menggunakan alat


Fetal Doppler

3.2 Nilai bacaan hasil pemeriksaan dengan menggunakan alat


Fetal Doppler
LAMPIRAN 4 :

Perbedaan yang Mendasar dari Fetal Doppler dan USG

No. Klasifikasi Fetal Doppler USG

1. Peralatan - Mudah dibawa-bawa, karena - Alatnya lebih kompleks


alatnya sangat simpel, tidak sehingga tidak dapat dibawa-
dihubungkan dengan bawa
monitor dan peralatan
lainnya

2. Kegunaan - Hanya dapat digunakan - Disamping untuk mengeta-


untuk mendengar denyut hui DJJ, juga dapat digunakan
jantung janin (DJJ). untuk mende- teksi adanya
kelainan patologik (kondisi
ab- normal) dari kehamilan
(berupa perdarahan, ke-lainan
letak janin, placenta previa
dsb.)

3. Penggunaan pada - Dapat mendeteksi DJJ pada - Dapat mendeteksi DJJ sejak
kehamilan usia kehamilan 4 bulan usia kehamilan 2 bulan

4. Biaya - Lebih murah dan terdapat - Lebih mahal dan hanya


hampir di seluruh Puskesmas terdapat pada Rumah Sakit
(Layanan Kesehatan Tingkat (Layanan Kesehatan Tingkat
Pertama), sehingga terjang- Lanjutan), sehingga hanya
kau untuk semua kalangan dapat dijangkau oleh
kalangan tertentu (menengah
ke atas)

5. Jenis Transduser - Sector transducer sehingga - Sector transducer, Linier


digunakan hanya pada organ transducer dan Convex
perut (kebanyakan pada transducer sehingga dapat
kehamilan) digunakan untuk berbagai
jenis organ

6. Display - Dalam bentuk nilai digital - Dalam bentuk nilai digital,


dan gelombang pada layar. gelombang, serta gambaran
pada monitor (dua dimensi, 3
dimensi dan 4 dimensi)
LAMPIRAN 4 :

GLOSARIUM

Perinatal : berkenaan dengan masa sesaat sebelum dan sesudah


kelahiran; dari akhir minggu ke-20 sampai ke-28
kehamilan hingga 1 sampai 4 minggu setelah melahirkan.

Antenatal : sebelum terjadinya kelahiran

Pengkajian : memeriksa kondisi perkembangan janin, termasud


didalamnya kemungkinan adanya kelainan patologik
janin (seperti letak janin, Detak Jantung Janin (DJJ), kondisi
fisik, dll)

: kelainan bawaan ; kelainan/cacad yang dibawa lahir

Kelainan : sebuah alat medis akustik untuk memeriksa suara dalam


tubuh dan sering digunakan untuk mendengar suara
kongenital Fetal jantung.

Doppler : aritmia cepat (denyut jantung lebih cepat dari 100


detak/menit).

: aritmia lambat (denyut jantung lebih lambat dari 60


Tachycardia detak/menit).

: Hormon pada lekum (kelenjar gondok)


Bradycardia
: Alkaloid yang diambil dari daun berbagai spesies
Erythroxylon (tanaman koka) atau dibuat secara sintetis,
Hormon dipakai sebagai zat anestesik lokal; juga dipakai dalam
bentuk garam hidroklorida. Penyalahgunaan dapat
tiroid Cocaine menyebabkan ketagihan

: simpatomimetik amina mempunyai efek stimulasi pada


sistem saraf pusat dan perifer, terutama digunakan

Amphetamine
sebagai garam sulfat atau asparat. Penyalahgunaan dapat
menimbulkan ketergantungan.

acoustic spectrum : Gelombang bunyi/suara pada frekuensi berkisar 16-


20.000 hertz yang merupakan jenis gelombang dalam
area pendengaran manusia.

kristal piezoelektrik : struktur keramik atau kristal yang menghasilkan


getaran/bunyi gelombang Ultrasound pada USG.

echo/gem : proses refleksi gelombang ultrasound ke sumber

a bpm : beat per minute (satuan untuk menyatakan jumlah detak


jantung per menit) ; sama dengan dpm (detak per menit)

Abortus Immenens : pendarahan yang terjadi pada kehamilan, biasanya pada


usia kehamilan trimester kedua.

Placenta previa : suatu kelainan patologik yang terdapat pada kehamilan


yang biasa diistilahkan sebagai placenta letak rendah.

Mola Hidatidosa : kehamilan diluar kandungan, biasa pula diistilahkan


dengan hamil anggur

Anda mungkin juga menyukai