Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum

Elektronika Fisis II

OP-AMP 1

DISUSUN OLEH:

NAMA : FADILLAH
NIM : H021 17 1004
KELOMPOK : IV (EMPAT)
TANGGAL PRAKTIKUM : RABU, 27 FEBRUARI 2019
ASISTEN : NURHIDAYAH

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Operational amplifier atau dikenal dengan sebutan penguat
operasional telah menjadi salah satu perangkat yang sangat
efisien dan serbaguna. Aplikasinya menjangkau persyaratan
pengisisan industri elektronik yang luas untuk pengkondisian
sinyal, fungsi transfer khusus, instrumentasi analog dan desain
sistem khusus. Aset analog dari kesederhanaan dan presisi
menggambarkan rangkaian yang menggunakan amplifer
operasional [1].
Dalam era teknologi yang tengah dialami manusia seperti
sekarang ini, elektronika mampu memegang peranan yang
sangat amat penting. Didalam kehidupan sehari-hari, elektronika
tidak lepas dari manusia karena elektronika bisa muncul dalam
bentuk alat-alat hiburan seperti perekam kaset audio dan video,
radio, telepon dan lain-lain. Alat-alat tersebut juga membutuhkan
perangkat-perangkat yang mampu mendukung fungsi kinerjanya
supaya memberikan manfaat dengan kualitas yang baik dan
optimal bagi penggunanya. Solusi untuk peralatan elektronik
tersebut membutuhkan suatu perangkat yaitu penguat
operasional (Op-Amp) sebagai perangkat serba guna dalam
mendukung kinerja peralatannya seperti mengeraskan suara,
sebagai sensor, menguatkan signal arus searah (DC) maupun
arus bolak-balik (AC) karena memiliki pengutan yang sangat
tinggi dan sebagainya.
Dalam elektronika ada beberapa pengertian dasar yang
benar-benar perlu dikuasai supaya konsep-konsep harus
dipahami dengan baik. Dalam pekerjaan dibidang elektronika
khususnya dalam merangkai penguat operasional memerlukan
cara penyusunan yang baik dalam merangkai komponen-
komponen elektronik penyusunannya karena memerlukan
pengetahuan khusus. Dengan itu maka dilakukanlah percobaan
ini untuk merangkai penguat operasional yang ideal dan
membandingkan hasil penguatan non-inverting, penguat
inverting dan penguat penjumlah yang sudah menjadi keharusan
dalam sistem penguat operasional.
I.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada praktikum ini adalah merangkai
rangkaian penguat inverting, non-inverting dan penjumlah serta
memfokuskan pengamatan terhadap perbandingan gelombang keluaran dan
tegangan keluaran dari rangkaian inverting, rangkaian non-inverting dan
rangkaian penjumlah.
I.3 Tujuan Percobaan
1. Memahami penggunaan Op-Amp sebagai penguat inverting.
2. Memahami penggunaan Op-Amp sebagai penguat non
inverting.
3. Menghitung penguatan tegangan pada rangkaian Op-Amp.
4. Mengoperasikan Op-Amp penguat penjumlahan inverting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Penguat Operasional


Penguat operasional atau lebih dikenal dengan
nama Operational Amplifier (Op-Amp) merupakan
perangkat yang keluarannya merupakan perkalian
dari penguat masukannya dan tegangan diferensial
diterapkan pada terminal masukannya [2].
Penguat operasioanl ini adalah rangkaian
penguat dengan tingkat penguatan yang tinggi dan
biasanya menggunakan umpan balik (feedback)
untuk memperbaiki stabilitas penguatan tegangan.
Op-Amp ini banyak digunakan untuk berbagai
tujuan dalam elektronika, misalnya sebagai penguat
tegangan, komputer analog, pengubah arus ke
tegangan, penguatan tegangan ke arus, penapis dan
sebagainya. Penguat operasional mempunyai
masukan diferensial dengan 2 terminal, yaitu [3]:
1. Terminal masukan yang bertanda positif (+) yang disebut terminal tak
membalik (non-inverting).
2. Terminal masukan yang bertanda negatif (-) yang disebut terminal membalik
(inverting).

Gambai II.1 Simbol Skematis Op-Amp [4].


Gambar II.1 merupakan simbol skematis dari
penguat operasional yang menunjukkan ada dua
terminal masukan yaitu masukan non-inverting dan
masukan inverting dan terdapat keluaran tunggal.
Idealnya dari simbol tersebut berarti bahwa penguat
memiliki tegangan penguat tak terhingga, impedansi
masukan tak terhingga dan impedansi keluaran nol
[4].
II.2 Penguat Inverting (pembalik)
Op-Amp dengan resistansi umpan balik dan terminal non-inverting
ditanahkan. Ini merupakan rangkaian umpan balik yang merupakan satu dari
banyak rangkaian yang menggunakan Op-Amp, penguatan rangkaian dapat diatur
dengan mengatur besar nilai Rf dan Ri dan penguat ini dapat menguatkan sinyal
bolak-balik maupun searah. Tegangan masukan positif (Vi) melalui Rf diberikan
pada masukan inverting Op-Amp, dan umpan balik negatif diberikan oleh resistor
umpan balik Rf [3].

Gambar II.2 Penguat inverting [4].


Gambar diatas memvisualisasikan virtual ground pada input pembalik, lalu
diujung kanan dari R1 adalah ground tegangan, sehingga dapat [4]:
Vin = iin R1 (2.1)
Demikian pula, ujing kiri Rf adalah tegangan yang ditanahkan, sehingga besarnya
output tegangan adalah [4]:
Vout = -iin Rf (2.2)
Dengan membagi tegangan keluaran untuk mendapatkan penguat tegangan
(voltage gain) dimana Av = vout/vin = -iin Rf/ iin R1 [4]:
−R f
A V (CL)= (2.3)
R1
Dimana A V (CL) merupakan tegangan penguat loop tertutup, atau disebut
closed-loop voltage gain [4].
II.3 Penguat Non-Inverting
Penguat Non-Inverting adalah salah satu jenis penguat operasional dasar
yang menggunakan umpan balik negatif untuk menstabilkan perolehan tegangan
keseluruhan. Perbedaan dengan penguat inverting dimana sinyal masukan Vi
dihubungkan langsung ke masukan non-inverting dan resistansi R1 ditanahkan.
Hubungan tanah (ground) pada penguat operasional menyebabkan tegangan pada
masukan sama dengan tegangan pada masukan non-inverting sehingga arus ini
seluruhnya mengalir melalui R1 karena Op-Amp dianggap ideal sehingga arus
pada Rf sama besarnya dengan arus pada R1 [4].

Gambar II.3 Penguat non-inverting [4].


Karena tidak ada arus yang mengalir melalui virtual short, arus i1 yang sama
mengalir melalui Rf, yang berarti bahwa tegangan keluaran diberikan oleh [4]:
Vout = i1 (Rf + R1) (2.4)
Dengan membagi tegangan keluaran dengan tegangan masukan untuk
mendapatkan penguat teganan (voltage gain) [4] :
Rf + R1
A V (CL)=
R1
(2.5)
II.4 Penguat Penjumlah
Rangkaian Op-Amp penjumlah adalah konfigurasi Op-Amp sebagia penguat
dengan diberikan masukan lebih dari satu untuk menghasilkan sinyal keluaran
yang linier sesuai dengan nilai penjumlahan sinyal masukan dan faktor penguatan
yang ada. [5].

Gambar II.4 Penguat penjumlah [5].


Jumlah dari N sumber arus dan arus umpan balik harus
sama dengan nol [5]:
i1 + i2 + …. + iN = -iF
(2.6)
sehingga masing-masing sumber arus diberikan [5]:
V sn
iN = (2.7)
Rsn
Kombinasi persamaan 2.7 dan 2.6 menghasilkan tegangan
keluaran [5]:
N
v −v out
∑ Rs = n

Rf
(2.8)
n=1 Sn

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Waktu dan Tempat Percobaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Februari 2019 pada pukul
15.30-18.25 WITA di Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi, Departemen
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat beserta Fungsinya
1. Kabel Jumper

Gambar III.1 Kabel Jumper


Kabel jumper berfungsi untuk menghubungkan komponen elektronika pada
papan rangkaian.
2. Papan Rangkaian

Gambar III.2 Papan rangkaian


Papan rangkaian berfungsi sebagai tempat merangkai komponen elektronika.
3. Signal Generator

Gambar III.3 Signal generator


Signal generator berfungsi untuk memberikan signal/gelombang frekuensi
kotak atau sinus.
4. Osiloskop
Gambar III.4 Osiloskop
Osiloskop berfungsi untuk memproyeksikan bentuk signal keluaran dari
rangkaian inverting, non-inverting dan penjumlah.
5. Kabel Probe

Gambar III.5 Kabel Probe


Kabel probe berfungsi untuk menghubungkan antar alat elektronika dan
komponen sehingga membentuk rangkaian.
6. Tang

Gambar III.6 Tang


Tang berfungsi untuk memasang dengan kuat komponen pada papan rangkaian.
7. Multimeter Digital

Gambar III.7 Multimeter Digital


Multimeter digital berfungsi sebagai alat untuk mengukur tegangan dari
rangkaian penguat penjumlah.
8. Catu Daya
Gambar III.8 Catu Daya
Catu daya berfungsi sebagai sumber tegangan masukan positif dan tegangan
masukan negatif pada rangkaian.
III.2.2 Bahan beserta Fungsinya
1. Resistor tetap

Gambar III.9 Resistor


Resistor tetap berfungsi sebagai bahan yang memberikan nilai hambatan pada
rangkaian yang dibuat.
2. Potensiometer

Gambar III.10 Potensiometer


Potensiometer berfungsi sebagai komponen pembagi tegangan pada rangkaian
penguat penjumlah.
3. Integrated Circuit (IC) LM741

Gambar III.11 Integrated Circuit (IC) LM741


Integrated Circuit berfungsi sebagai komponen yang penguat operasional
dalam rangkaian inverting, non-inverting dan penguat penjumlah.
III.3 Prosedur Percobaan
III.3.1 Pengukuran Tegangan Penguat Membalik
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Membuat rangkaian seperti pada gambar:

(a) (b)
Gambar III.12 (a) Skema rangkaian dan (b) Rangkaian inverting
3. Mengambil empat resistor (R1) dengan nilai yang berbeda dan
satu resistor (R2) sebesar 10K .
4. Menghubungkan kaki R1 pada input (kaki ke dua IC) dan
resistor R2 pada input dan output (kaki ke enam IC).
5. Menghubungkan probe positif signal generator pada kaki resistor pertama dan
probe negatif signal generator pada kaki ketiga IC (masukan non-inverting)
atau ground.
6. Menghubungkan probe merah channel 1 pada kaki resistor pertama dan probe
hitam channel 1 pada ground.
7. Menghubungkan probe merah channel 2 pada output (kaki ke enam IC) dan
probe hitam channel 2 di ground..
8. Menghubungkan probe Vcc positif catu daya pada kaki ke tujuh IC, probe Vcc
negatif catu daya pada kaki ke empat IC dan probe hitam catu daya pada
ground.
9. Menghidupkan sumber tegangan Vcc negatif dan Vcc positif.
10. Mengatur frekuensi 200 Hz pada signal generator.
11. Mengamati bentuk isyarat gelombang masuk pada channel 1 dan isyarat
gelombang keluar pada channel 2.
12. Mengukur tegangan masukan channel 1 dan tegangan keluaran channel 2
resistor pertama dengan melihat keluaran gelombang pada osiloskop.
13. Mengulangi langkah percobaan 4 sampai 11 untuk resistor (R1) 1,2K , 1,5K
 dan 1,8K .
III.3.2 Pengukuran Tegangan Penguat Tidak Membalik
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Membuat rangkaian seperti pada gambar:

(a) (b)
Gambar III.13 (a) Skema rangkaian dan (b) Rangkaian inverting
3. Mengambil empat resistor (R2) dengan nilai yang berbeda dan
satu resistor (R1) sebesar 10 K.
4. Menghubungkan kaki R2 pada input (kaki ke dua IC) dan
output (kaki ke enam IC) dan resistor R1 pada input dan kaki
ke tiga IC.
5. Menghubungkan probe positif signal generator pada kaki resistor kedua dan
probe negatif signal generator pada kaki ketiga IC (masukan non-inverting)
atau ground.
6. Menghubungkan probe merah channel 1 pada kaki resistor kedua dan probe
hitam channel 1 pada ground.
7. Menghubungkan probe merah channel 2 pada output (kaki ke enam IC) dan
probe hitam channel 2 di ground..
8. Menghubungkan probe Vcc positif catu daya pada kaki ke tujuh IC, probe Vcc
negatif catu daya pada kaki ke empat IC dan probe hitam catu daya pada
ground.
9. Menghidupkan sumber tegangan Vcc negatif dan Vcc positif.
10. Mengatur frekuensi 200 Hz pada signal generator.
11. Mengamati bentuk isyarat gelombang masuk pada channel 1 dan isyarat
gelombang keluar pada channel 2.
12. Mengukur tegangan masukan channel 1 dan tegangan keluaran channel 2
resistor pertama dengan melihat keluaran gelombang pada osiloskop.
13. Mengulangi langkah percobaan 4 sampai 11 untuk resistor (R2) 1,2 K, 1,5
K dan 1,8K .
III.3.2 Pengukuran Tegangan Penguat Penjumlah
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Membuat rangkaian seperti pada gambar:

(a) (b)
Gambar III.14 (a) Skema rangkaian dan (b) Rangkaian inverting
3. Mengambil tiga potensiometer 100 K dan tiga resistor dengan
hambatan yang sama.
4. Menghubungkan semua kaki ke tiga potensiometer dengan
kabel jumper.
5. Menghubungkan semua kaki pertama potensiometer dengan
kabel jumper sebagai masukan Vcc.
6. Menghubungkan semua kaki pertama potensiometer dengan
kabel jumper sebagai masukan Vcc.
7. Menghubungkan semua kaki kedua potensiometer dengan
kabel jumper ke semua resitor (R1, R2 dan R3).
8. Menghubungkan kaki 1 potensiometer dengan R1, kaki 3
potensiometer dengan R2 dan kaki 2 potensiometer dengan
R3.
9. Menghubungkan probe Vcc positif catu daya pada kaki ke tujuh IC dan
probe Vcc negatif catu daya pada kaki ke empat IC.
10. Menghubungkan resistor R4 dengan kaki kedua IC dan kaki ke enam IC.
11. Menghubungkan probe positif multimeter R1 pada output dan probe negatif
multimeter pada ground untuk mengukur tegangan.
12. Mengulangi langkah percobaan 11 untuk mengukur tegangan pada resistor R2
dan R3.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Data
IV.1.1.1 Rangkaian Penguat Membalik
Tabel IV.1 Rangkaian Penguat Membalik
Tegangan Gain
No. R1 (K) R2 (K) F (Hz) Fasa
Vin Vout (kali)
1. 2 1 4,6 4,6
2. 1,2 1 5,2 5,2
3,4 Beda
3. 1,5 10 1 17 200
× 5 fasa
4. 1,8 1 4,2 4,2
IV.1.1.2 Rangkaian Penguat Tidak Membalik
Tabel IV.2 Rangkaian Penguat Tidak Membalik
Tegangan Gain
No. R1 (K) R2 (K) F (Hz) Fasa
Vin Vout (kali)
1. 2 1 1,1 1,1
2. 1 1,2 1,2
1,2
3. 10 1 1,4 1,4 200 sefasa
1,5
4. 1 1 1
1,8
IV.1.1.3 Rangkaian Penguat Penjumlah
Tabel IV.3 Rangkaian Penguat Penjumlah
Hambatan () Tegangan
No. Vin (Volt) Vout Vout
R1 R2 R3 R4
V1 V2 V3 Praktek Teori
1. 2K 2K 2K 5,2K 1 1,52 1 -9,14 -9,15
2. 1,57 0,96 1 -8,36 -9,17
3. 1,51 0,79 0,95 -8,42 -8,45
4. 1,54 0,8 0,77 -7,98 -8
5. 1,53 1,19 0,78 -8,87 -10
6. 1,54 1,19 0,79 -9 -9,15
IV.1.2 Pengolahan Data
IV.1.2.1 Penguat Pembalik
RF
Vout = - Vin
R1
10
Vout = - 1 = -5 V
2
10
Vout = - 1=
1,2
10
Vout = - 1=
1,5
10
Vout = - Vin
1,8
IV.1.2.2 Penguat Tidak Pembalik
R2
Vout = (1+ ) Vin
R1
2
Vout = (1+ ) 1=
10
1,2
Vout = (1+ ) 1=
10
1,5
Vout = (1+ ) 1=
10
1,8
Vout = (1+ ) 1=
10
IV.1.2.3 Penguat Penjumlah
R4 R R
Vout = −( V 1 + 4 V 2 + 4 V 3)
R1 R2 R3
5200 5200 5200
Vout = −( 1+ 1,52+ 1) = -9,1
2000 2000 2000
5200 5200 5200
Vout = −( 1,57+ 0,96+ 1) = -9,17
2000 2000 2000
5200 5200 5200
Vout = −( 1,51+ 0,79+ 0,95) = -8,45
2000 2000 2000
5200 5200 5200
Vout = −( 1,54+ 0,8+ 0,77) = -8
2000 2000 2000
5200 5200 5200
Vout = −( 1,53+ 1,19+ 0,78) = -9,1
2000 2000 2000
5200 5200 5200
Vout = −( 1,54+ 1,19+ 0,79) = -9,152
2000 2000 2000

IV.1.3 Gambar Input dan Output


a. Rangkaian penguat pembalik
1. Untuk R1= 2 K

(a) (b)
Gambar IV.1 (a) masukan pada 200 Hz (b) keluaran pada 200 Hz
2. Untuk R1= 1,2 K

(a) (b)
Gambar IV.2 (a) masukan pada 200 Hz (b) keluaran pada 200 Hz
3. Untuk R1= 1,5 K

(a) (b)
Gambar IV.3 (a) masukan pada 200 Hz (b) keluaran pada 200 Hz
4. Untuk R1= 1,8 K
(a) (b)
Gambar IV.2 (a) masukan pada 200 Hz (b) keluaran pada 200 Hz
b. Rangkaian penguat tidak pembalik
1. Untuk R2= 2 K

(a) (b)
Gambar IV.5 (a) masukan pada 200 Hz (b) keluaran pada 200 Hz
2. Untuk R2= 1,2 K

(a) (b)
Gambar IV.6 (a) masukan pada 200 Hz (b) keluaran pada 200 Hz
3. Untuk R2= 1,5 K

(a) (b)
Gambar IV.7 (a) masukan pada 200 Hz (b) keluaran pada 200 Hz
4. Untuk R2= 1,8 K
(a) (b)
Gambar IV.8 (a) masukan pada 200 Hz (b) keluaran pada 200 Hz
BAB V
KESIMPULAN

V.1 Kesimpulan
1. Penguat inverting adalah penguat membalik. Sinyal masukan dari penguat
inverting berbeda fasa sebesar 180 dengan sinyal keluarannya. Jadi jika ada
masukan positif, maka keluarannya adalah negatif.
2. Penguat non-inverting adalah penguat tidak membalik dimana sinyal masukan
Vi dihubungkan langsung ke masukan non-inverting dan resistansi Ri
ditanahkan. Hubungan ground pada Op-Amp menyebabkan tegangan pada
masukan sama (sefasa) dengan tegangan pada masukan non-inverting
3. Menghitung penguatan tegangan pada penguat inverting dan
non-inverting yaitu memiliki persamaan yang sama dengan
membagi Rf dengan Ri hanya saja untuk non-inverting menambagkan 1
ke rasio resistansi dan penguat tegangan untuk penguat penjumlah yaitu sama
saja dengan penguat inverting hanya saja semua resistor dijumlahkan.
4. Penguat penjumlah adalah rangkaian penguat inverting dan
hasil keluarannya adalah dikalikan dengan penguatan dimana
nilai keluaran adalah jumlah dari penguatan masing-masing
dari inverting.
V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk Laboratorium
Laboratorium cukup dalam keadaan nyaman. Namun
sebaiknya alat-alat yang berada dalam laboratorium lebih ditata
dengan rapi supaya tidak terlihat berantakan.
V.2.2 Saran untuk Asisten
Saran untuk asisten hanya dalam penyampaian tujuan yang
ingin dicapai dalam praktikum ini kurang dimengerti praktikan
sehingga kurang paham dalam tujuan pembuatan rangkaian.

DAFTAR PUSTAKA

[1] N. Sneha dan K. Shruti. “Study Of Operational Amplifier Using Bjt”.


International Journal Of Innovative Research In Technology ; Vol. 1, No. 12 :
690-693, 2015.
[2] D. Akhsay. “CMOS Based Current Feedback Op-Amp With Improved
Bandwidth”. American Journal Of Engineering Research (AJER) ; Vol. 4, No.
10: 86-91, 2015.
[3] C. Alex ., G. Ferrianto dan K. W. Johan. “Sistem Penimbangan Berat Barang
Berbasis Komputer PC”. Tesla ; Vol. 17, No. 2 : 196-209, 2015.
[4] M. Albert dan J.B. David. Electronic principles Eighth edition. McGraw-Hill
Education, New York, 2016.
[5] R. Giorgio. Fundamentals of Electrical Engineering. McGraw-Hill Education,
New York, 2009.

Anda mungkin juga menyukai