Anda di halaman 1dari 11

Makalah Sistem Sensor

SENSOR OPTIK DAN SENSOR RADIASI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1
FADILLAH
H021 17 1004

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas segala
nikmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Sensor Radiasi dan Optik” ini dengan baik dan tanpa ada halangan
yang berarti.
Saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat terlebih isi. Oleh sebab
itu, saya selaku penyusun dari makalah ini memohon maaf atas segala kekurangan
yang ada. Saya juga berharap bahwa para pembaca dapat memberikan saran dan
kritik yang membangun sehingga di masa yang akan datang saya dapat menyusun
makalah dengan lebih baik lagi.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman kita mengenai Sensor.

Makassar, 29 Oktober 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sebuah sistem kontrol, peranan sebuah sensor sangatlah amat penting
dalam menunjang kehandalan sistem. Sensor merupakan suatu alat untuk
mendeteksi hasil dari suatu proses. Di dalam sebuah sistem kontrol terdapat
macam-macam sensor dengan aplikasinya yang bermacam-macam sesuai
kebutuhan (Popong dkk, 2014).
Pada zaman sekarang yang semakin hari semakin berkembang, alat-alat
elektronika banyak dikembangkan sedemikian rupa menjadi alat yang mampu
mempermudah aktivitas dan kebutuhan manusia seperti salah satunya adalah
penggunaan cahaya atau lampu yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia.
Penggunaan lampu banyak memanfaatkan aplikasi sensor cahaya. Jenis sensor
cahaya sangat beragam tergantung pada kebutuhan manusia, tidak hanya sensor
cahaya sensor radiasi juga mampu menghitung beberapa parameter dalam
keseharian manusia, misalnya mengukur temperature.
Cahaya dan radiasi merupakan aspek penting dalam penggunaan atau
pengaplikasian sensor. Saat ini telah banyak sensor cahaya dan sensor radiasi
yang dikembangkan dalam bentuk peralatan elektronik.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini:
1. Bagaimana prinsip kerja sensor Radiasi?
2 Bagaimana prinsip kerja sensor Optik?
3. Apa jenis-jenis sensor radiasi dan optik?
1.3 Manfaat
Mampu mengetahui dan memahami jenis-jenis dan prinsip kerja dari
masing-masing sensor radiasi dan sensor optik dalam kegunaannya kehidupan
sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Sensor Optik


Sensor cahaya adalah komponen elektronika yang dapat memberikan
perubahan besaran elektrik pada saat terjadi perubahan intensitas cahaya yang
diterima oleh sensor cahaya. Sensor cahaya bermacam-macam yaitu:
II.1.1 Photoresistive
LDR adalah sebagai salah satu komponen listrik yang peka cahaya, piranti
ini bisa disebut juga sebagai fotosel, fotokonduktif atau fotoresistor. LDR
memanfaatkan bahan semikonduktor yang karakteristik listriknya berubah-ubah
sesuai dengan cahaya yang diterima. Bahan yang digunakan adalah Kadmium
Sulfida (CdS) dan Kadmium Selenida (CdSe). Bahan-bahan ini paling sensitif
terhadap cahaya dalam spektrum tampak, dengan puncaknya sekitar 0,6 μm untuk
CdS dan 0,75 μm untuk CdSe. Sebuah LDR CdS yang tipikal memiliki resistansi
sekitar 1 MΩ dalam kondisi gelap gulita dan kurang dari 1 KΩ ketika ditempatkan
dibawah sumber cahaya terang. Dengan kata lain, resistansi LDR sangat tinggi
dalam intensitas cahaya yang lemah (gelap), sebaliknya resistansi LDR sangat
rendah dalam intensitas cahaya yang kuat (terang) (Tsauqi dkk, 2016).

Gambar II.1 LDR (Tsauqi dkk, 2016).


II.1.2 Photodiode
Photodiode merupakan jenis dioda yang resistansinya berubah-ubah kalau
cahaya yang jatuh pada dioda berubahubah intensitasnya. Dalam gelap nilai
tahanannya sangat besar hingga praktis tidak ada arus yang mengalir.Semakin
kuat cahaya yang jatuh pada dioda maka makin kecil nilai tahanannya, sehingga
arus yang mengalir semakin besar. Photodioda bisa digunakan sebagai sensor
termal dan sensor optik. Prinsip kerja photodioda yaitu cahaya yang diserap oleh
photodiode, lalu terjadinya pergeseran foton yang menghasilkan pasangan
electron-hole dikedua sisi. Elektron menuju (+) sumber dan hole menuju (-)
sumber, sehingga arus akan mengalir di dalam rangkaian.

Gambar II.2 Sensor fotodioda (Sari dkk, 2017).


Saat photodioda terkena cahaya, maka akan bersifat sebagai sumber
tegangan dan nilai resistansinya akan menjadi kecil. Saat photodioda tidak terkena
cahaya, maka nilai resistansinya akan besar atau dapat diasumsikan tak hingga.
II.1.3 Phototransistor
Phototransistor merupakan komponen elektronika yang berfungsi sebagai
detektor cahaya infra merah. Detektor cahaya ini mengubah efek cahaya menjadi
sinyal listrik, oleh sebab itu fototransistor termasuk dalam golongan detektor
optik. Phototransistor bisa digunakan sebagai sensor termal dan sensor optik.
ototransistor yang terbuat dari bahan semikonduktor p-n yang juga dapat
menghasilkan arus listrik atau tegangan listrik dan sekaligus dapat menguatkan
arus listrik tersebut. Pada dasarnya fototransistor arus yang dibangkitkan
fototransistor jauh lebih besar daripada arus yang dibangkitkan fotodioda. Dengan
kata lain, fototransistor lebih sensitif daripada fotodioda (Fardela dan Kusminarto,
2016).

Gambar II.3 fototransistor


Prinsisp kerja Phototransistor memiliki sambungan kolektor–basis yang
besar dengan cahaya infra merah, karena cahaya ini dapat membangkitkan
pasangan lubang elektron. Dengan diberi prasikap maju, cahaya yang masuk akan
menimbulkan arus pada kolektor (Kevin dan Bachruddin , 2017).
II.1.4 Photovoltaic
Photovoltaic adalah alat sensor cahaya yang mengubah energi cahaya
langsung menjadi energi listrik. Sel solar silikon yang modern pada dasarnya
adalah sambungan PN dengan lapisan P yang transparan. Jika ada cahay pada
lapisan transparan P akan menyebabkan gerakan elektron antara bagian P dan N,
jadi menghasilkan tegangan DC yang kecil sekitar 0,5 volt per sel pada cahaya
matahari penuh. Sel photovoltaic adalah jenis tranduser cahaya seperti pada
gambar dibawah ini.

Gambar II.4 Sel Surya


Prinsip Kerja photovoltaic yaitu efek sel photovoltaik terjadi akibat lepasnya
elektron yang disebabkan adanya cahaya yang mengenai logam. Logam-logam
yang tergolong golongan 1 pada sistem periodik unsur-unsur seperti Lithium,
Natrium, Kalium, dan Cessium sangat mudah melepaskan elektron valensinya.
Selain karena reaksi redoks, elektron valensilogam-logam tersebut juga mudah
lepas olehadanya cahaya yang mengenai permukaan logam tersebut. Diantara
logam-logam diatas Cessium adalah logam yang paling mudah melepaskan
elektronnya, sehingga lazim digunakan sebagai foto detektor.
II.2 Sensor Radiasi
Di samping metode yang dijelaskan di bagian sebelumnya, dimungkinkan
untuk tentukan suhu tubuh melalui pengukuran radiasi termal yang dipancarkan
oleh tubuh. Dua metode yang biasa digunakan untuk pengukuran yaitu pyrometry
optik dan penentuan emitansi. Sebelum membahas metode ini, maka perlu
menjelaskan sifat radiasi termal. Radiasi termal adalah radiasi elektromagnetik
yang dipancarkan oleh tubuh sebagai akibat dari suhunya. Radiasi ini dibedakan
dari jenis radiasi elektromagnetik lain seperti gelombang radio dan sinar-X, yang
tidak diperbanyak sebagai akibat dari suhu. Radiasi termal terletak di wilayah
panjang gelombang sekitar 0,1 hingga 100μm (1 μm = 10-6 m) (Holman, 2012).
II.2.1 Infrared Pyrometer
Infrared Pyrometer atau disebut juga termometer inframerah atau laser
adalah sebuah sensor temperatur yang dapat mengukur temperatur tanpa
bersentuhan dengan obyek yang akan diukur temperaturnya. Infrared termometer
ini hanya diarahkan ke media atau benda yang akan diukur temperaturnya, maka
alat ini akan membaca temperatur media tersebut. Alat ini biasanya digunakan
untuk mengukur temperatur benda yang bergerak, contoh: Conveyor, Mesin dan
lain-lain, dapat mengukur temperatur benda berbahaya, seperti: tegangan tinggi,
jarak yang tinggi dan sulit dijangkau, serta mengukur temperatur yang terlalu
tinggi dan sulit untuk didekati ataupun disentuh, misalnya Furnace, thermocouple,
dll.

Gambar II.5 struktur dari thermometer radiasi (Morris, 2001 hh. 290)
Prinsip dasar termometer infra merah adalah bahwa semua obyek
memancarkan energi infra merah. Semakin panas suatu benda, maka molekulnya
semakin aktif dan semakin banyak energi infra merah yang dipancarkan. Infrared
Thermometer terdiri dari sebuah lensa yang focus mengumpulkan energi infra
merah dari obyek ke alat pendeteks/detektor. Detektor akan mengkonversi energi
menjadi sebuah sinyal listrik, yang menguatkan dan melemahkan dan ditampilkan
dalam unit temperature setelah dikoreksi terhadap variasi temperatur ambien.
Adapun range pengukuran adalah -60ºC sampai 2400ºC (Morris, 2001).
II.2.2 Pyrometer Optik
Pyrometer optik adalah sebuah instrumen pengukuran temperatur yang
menggunakan prinsip pancaran radiasi benda panas. Pyrometer optic secara visual
membandingkan tingkat kecerahan permukaan sebuah benda sengan referensi
sebuah sumber radiasi tertentu. Benda referensi yang digunakan biasanya berupa
filamen tungsten yang dipanaskan secara elektrik. Di dalam alat ini juga
digunakan sebuah filter warna merah sehingga secara visual didapatkan
gelombang tertentu yang dapat dikomparasi dengan titik referensi. Alat ini dapat
menentukan temperature permukaan benda dengan angka emisivitas.
Pyrometer optik sangat cocok digunakan untuk mengukur logam panas,
karena jika alat ini dikalibrasi dengan baik ia akan sangat sempurna mengukur
temperatur logam di atas 1500F (816C). Sehingga alat ini sangat ideal untuk
digunakan pada industri-industri yang melibatkan proses pemanasan logam seperti
boiler, perlakuan panas untuk logam dan sebagainya. Namun pyrometer optik
tidak cocok jika digunakan untuk mengukur temperatur gas, karena gas panas
tidak memancarkan radiasi seara kasat mata.

Gambar II.6 Skema dari Pyrometer optik (Holman, 2012).


II.2.3 Detektor Geiger Muller
Detektor atau pencacah untuk mendeteksi radiasi gamma, beta dan alfa
diciptakan oleh Geiger-Muller, peneliti dari Jerman Barat pada tahun 1928.
Detektor GM berbeda dengan detektor proporsional dalam beberapa hal. Proses
penggandaan ionisasi (avalanche) tidak hanya terjadi di dekat anoda saja
melainkan hampir di seluruh ruangan. Selain itu avalanche juga disebabkan oleh
Efek fotolistrik akibat eksitasi atom-atom molekul isian gas. Dengan demikian
penggandaan ionisasi cepat menjalar ke seluruh isi tabung detektor dan berkelan-
jutan. Hal ini mengakibatkan tinggi pulsa hanya dibatasi oleh pemadaman
mendadak (quenching), misalnya karena terjadinya awan ion yang menebal
sehingga kuat medan listrik turun drastis. Dengan demikian tinggi pulsa tidak lagi
bergantung pada tenaga radiasi partikel pengion, sehingga cocok untuk
pencacahan radiasi partikel beta () . Seperti terlihat dalam gambar 1, detektor
Geiger terdiri dari sebuah silinder logam dan sebuah kawat di sepanjang
sumbunya (Azam dkk, 2007).

Gambar II.7 Skema Detektor Geiger Muller


Tegangan diberikan antara anoda dan katoda diatur sesuai dengan jenis gas
dan aktivitas unsur yang diukur. Tegangan ini harus lebih tinggi daripada nilai
ambang, yang didasarkan pada gas dan geometri tabung. Partikel-partikel radiasi
akan menembus jendela tipis pada salah satu ujung detektor dan masuk ke
dalamnya. Partikel radioaktif ini lalu menumbuk atom-atom gas sehingga atom-
atom gas akan mengeluarkan elektron-elektron. Elektron yang terlepas saat
tumbukan itu ditarik ke anoda. Karena melepaskan elektron, atom-atom gas
berubah menjadi ion-ion positif. Ion-ion ini kemudian tertarik ke arah katoda.
Peristiwa ini berlangsung dalam waktu singkat. Jadi bila ada radiasi yang masuk
ke dalam tabung tersebut, maka terjadilah ionisasi atom-atom atau molekul-
molekul gas dalam tabung itu. Ion positif akan bergerak ke katoda sedangkan ion
negatif akan bergerak ke anoda. Detektor Geiger Muller hanya mendeteksi
partikel bermuatan, karena foton tidak bermuatan dan karena tidak menghasilkan
ion di dalam gas, maka tidak dideteksi. Efisiensi detektor Geiger sebesar 99%
untuk elektron (beta), tetapi kurang dari 1% untuk sinar X atau sinar gamma.
Bagaimanapun, efisiensi untuk mendeteksi sinar X dan gamma rendah (Azam
dkk, 2007).
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpilan yang diperoleh dari makalah ini yaitu Sensor merupakan
alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan untuk mengubah variasi
mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik.
Persyaratan-persyaratan kualitas pada Sensor dalam teknik pengukuran dan
pengaturan ini harus memenuhi karakteristiknya seperti Linieritas, Tidak
tergantung temperatur, Kepekaan, Waktu tanggapan, Batas frekuensi terendah dan
tertinggi, Stabilitas waktu, dan Histerisis. Ada berbagai jenis-jenis sensor cahaya,
di antaranya detektor kimiawi, fotoresistor atau light dependent resistor (LDR),
sel fotovoltaik atau sel matahari, fotodioda, fotokatoda, fototransistor, detektor
optis, detektor cryogenic dan sebagainya, dimana ada jenis-jenis sensor tersebut,
memiliki prinsip kerja dan karakteristik yang berbeda-beda.
Radiasi termal adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh tubuh
sebagai akibat dari suhunya. Radiasi ini dibedakan dari jenis radiasi
elektromagnetik lain seperti gelombang radio dan sinar-X, yang tidak diperbanyak
sebagai akibat dari suhu. Terdapat berbagai jenis-jenis sensor radiasi, di antaranya
pyrometer dan detector Muller, dimana ada jenis sensor tersebut, memiliki prinsip
kerja dan karakteristik yang berbeda-beda.

Anda mungkin juga menyukai