Anda di halaman 1dari 12

Makalah Sistem Sensor

CIRI DAN KARAKTERISTIK SENSOR

DISUSUN OLEH:

FADILLAH
H021171004

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas segala
nikmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Ciri dan Karakteristik Sensor” ini dengan baik dan tanpa ada
halangan yang berarti. Oleh karena itu, saya sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi baik berupa materil, moril, maupun
sumbangan pikiran sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat terlebih isi. Oleh sebab
itu, saya selaku penyusun dari makalah ini memohon maaf atas segala kekurangan
yang ada. Saya juga berharap bahwa para pembaca dapat memberikan saran dan
kritik yang membangun sehingga di masa yang akan datang saya dapat menyusun
makalah dengan lebih baik lagi.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman kita tentang Sistem Sensor.

Makassar, 28 Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................


DAFTAR ISI .........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................
2.1 Definisi Sensor .........................................................................................
2.2 Klasifikasi Sensor .....................................................................................
2.3 Karakteristi Kinerja Sensor ......................................................................
BAB III KESIMPULAN .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
LAMPIRAN .........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Dewasa ini sensor merupakan komponen penting yang umum dijumpai


dalam berbagai peralatan modern yang nampaknya semakin mengepung
kehidupan manusia. Disadari atau tidak kita sebenarnya hampir setiap hari pasti
berhubungan dengan komponen ini. Seiring dengan perkembangan zaman,
kebutuhan sensor dalam perkembangan industri sangat berpengaruh. Sensor dan
transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan penting
dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam
memilih sebuah sensor akan sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan
secara otomatis.
Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran
listrik, seperti besaran fisika, kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk memakaikan
besaran listrik pada sistem pengukuran, atau sistem manipulasi atau sistem
pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan listrik diubah terlebih dahulu
menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut transducer. Oleh
karena itu melalui makalah ini, mencoba membuat suatu pembahasan yang
berusaha menerangkan tentang teknologi sensor.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini:
1. Apakah yang dimaksud dengan sensor?
2. Bagaimana pengklasifikasian dari sensor?
3. Bagaimanakah karakteristik kinerja sensor?
1.3 Manfaat
Mampu menjelaskan terkait dengan sensor, dapat menjelaskan karakteristik
dari sensor dan mampu membedakan jenis-jenis sensor.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Definisi Sensor

Sensor adalah perangkat yang mengubah fenomena fisik menjadi sinyal


listrik. Dengan demikian, sensor mewakili bagian dari antarmuka antara dunia
fisik dan dunia perangkat listrik, seperti komputer. Bagian lain dari antarmuka ini
diwakili oleh aktuator, yang mengubah sinyal listrik menjadi fenomena fisik
(Wilson, 2005).
Menurut Comprehensive Dictionary of Instrumentation and Control, sensor
didefinisikan sebagai sebuah nama generik untuk sebuah divais yang mendeteksi
harga absolut nilai kuantitas fisis atau perubahan harga nilai kuantitas fisis dan
mengubah pengukuran menjadi sebuah signal yang berguna untuk indikator
maupun instrument pencatat. Pada sisi lain, sensor juga sering diidentikkan
sebagai transduser. Transduser didefiniskan sebagai "elemen atau divais yang
menerima informasi dalam bentuk kuantitas fisik dan mengubahnya menjadi
informasi dalam kuantitas fisis yang sama atau yang berbeda". Perbedaan nyata
yang dapat dilihat dari dua definisi ini adalah bahwa dalam definisi transducer,
tidak terkandung adanya "nilai kuantitas". Dengan kandungan makna "nilai
kuantitas" sebuah sensor memiliki keluaran yang dapat terkuantifikasi sehingga
memiliki kandungan informasi (Sakti, 2017).
Secara fungsional, transduser dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar,
yaitu sensor dan aktuator. Kedua kelompok besar ini terbagi dari aspek respons
terhadap suatu masukan, penggunaan energi dan konversi yang dilakukan. Sebuah
transduser berfungsi sebagai sensor ketika transduser mengubah besaran masukan
menjadi suatu signal yang selanjutnya dapat diolah lebih lanjut yang diantaranya
dapat menjadi suatu informasi. Contohnya ialah condenser microphone. Dalam
fungsi sebagai actuator, sebuah transducer akan mempergunakan signal masukan
unutk melakukan suatu aksi tertentu. Sebagai contoh earphone yang mengubah
signal listrik menjadi getaran membrane yang membangkitkan suara (Sakti, 2017).
Secara teknis, sensor merupakan unsur penting dalam suatu proses
pengukuran ataupun pengendalian. Gambar II.1 menunjukkan skema dasar
bagaimana suatu sensor berada pada suatu rangkaian sistem pengukuran maupun
dalam pengendalian.

Gambar II.1 (a) sensor dalam suatu bagian sistem pengukuran

Gambar II.1 (b) sensor dalam suatu bagian sistem pengendalian

II.2 Klasifikasi Sensor

Pengkalsifikasian sensor yang dilakukan adalah berdasar pada keperluan


pengguna, antara lain:
1. Prinsip transduksi
2. Besaran masukan
3. Teknologi dan material
4. Aplikasi
5. Harga dan akurasi
Bentuk-bentuk klasifikasi lain dapat dilakukan sesuai kepentingan dalam
pemilihan. Misal berdasarkan prinsip fisis yang bekerja pada bahan yang
dipergunakan (Sakti, 2017):
1. Photoelektrik
2. Magnetoelektrik
3. Thermoelastik
4. Elektrokimia
5. Thermooptik
6. Elektrostriktif
II.2.1 Prinsisp transduksi
Pengklasifikasian berdasarkan prinsip transduksi dititik beratkan pada
bagaimana sensor mengkonversikan signal masukan menjadi keluaran. Sensor
diklasifikasikan sebagai sensor aktif dan sensor pasif. Atau jika dilihat dari
bagaimana penggunaan energy dalam melakukan proses transformasi dari besaran
masukan menjadi keluaran:
1. self-generating sensor, sensor yang mampu menghasilkan energi. Sensor akan
mengubah energy masukan menjadi energi keluaran secara langsung tanpa
tambahan energy lain. Komponen dasar sensor ini adalah komponen pasif
layaknya sebuah hambatan, kapasitor, atau induktor. Contoh sensor ini adalah sel
surya, termokopel, piezoelektrik, elektroda pH.
Termokopel adalah sensor temperatur (termal) yang banyak digunakan
untuk mengubah perbedaan temperatur dalam benda menjadi perubahan tegangan
listrik. Termokopel dapat mengukur temperatur antara -200 ºC sampai 1800 ºC
dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1 °C.

Gambar II.2 Termokopel


Termokopel memanfaatkan karakteristik hubungan antara tegangan (volt) dengan
temperatur. Setiap jenis logam, pada temperatur tertentu memiliki tegangan
tertentu pula. Pada temperatur yang sama, logam A memiliki tegangan yang
berbeda dengan logam B, terjadilah perbedaan tegangan (kecil sekali, miliVolt)
yang dapat dideteksi (Yusman dan Budi, 2012).
2. modulating sensor adalah berfungsi mengendalikan energi atau sensor yang
dalam prosesnya untuk mengubah energy masukan menjadi energi keluaran perlu
tampahan energi. Contohnya strain gauge, magnetotransistor, thermometer
hambatan. Analogi komponen elektronikanya adalah komponen aktif seperti
transistor.
Strain Gage, prinsip kerjanya didasarkan pada efek piezoresistive dari bahan
semikonduktor, seperti silikon dan germanium. Sensor ini secara fisik bentuknya
dibuat kecil. Sensor ini mempunyai keluaran yang sensitif terhadap perubahan
temperature dan perubahan tahanannya sangat sensitif tetapi tidak linier.
Perubahan tahanan dinyatakan dengan Gage Faktor (GF) yaitu perbandingan
perubahan tahanan dan perubahan panjang (akibat terjadi regangan), Strain Gage
juga sensitive terhadap perubahan temperatur. Oleh karena itu akan terjadi
perubahan Gage Faktor jika temperaturnya berubah. Selain itu strain gage juga
dapat mendeteksi besarnya perubahan, dalam seperti dimensi jarak, yang
disebabkan oleh suatu elemen gaya. Strain gage menghasilkan perubahan nilai
tahanan yang proporsional dengan perubahan panjang atau jarak (length).
II.2.2 Metode deteksi
Metode deteksi yang dipergunakan meliputi dua macam, yaitu kontak dan
non-kontak. Untuk sebuah sensor yang menggunakan metode deteksi kontak,
maka sensor secara fisik akan bersinggungan dengan obyek ukur. Sedangkan
metode non-kontak menempatkan sensor dengan obyek terpisah secara fisik.
Unutk metode non-kontak maka gelombang suara, radiasi elektromagnetik dan
radiasi lain merupakan media penyampai besaran dari obyek ke sensor (Sakti,
2017).
Sebagai contoh misalnya bagaimana sebuah sensor dapat dipergunakan
untuk mendeteksi suhu permukaan matahari. Diketahui suhu permukaan matahari
dapat mencapai lebih dari 6000 K. sangat sedikit material yang mampu bertahan
unutk berada pada suhu tersebut. Sehingga sensor dengan menggunakan metode
kontak tidak dapat dikembangkan, maka teknik non-kontak dengan memanfaatkan
hubungan antara spektrum radiasi elektromagnetik yang diradiasikan dan suhu.
II.3 Karakteristik Kinerja Sensor
Sensor memiliki suatu karakteristik yang mendeskripsikan sifat-sifat yang
dimiliki. Karakteristik ini memberikan penjelasan yang dapat dipergunakan
sebagai dasar dalam penggunaan sensor. Berikut ini adalah beberapa karakteristik
sensor (Wilson, 2005):
1. Fungsi Transfer
Fungsi transfer menunjukkan hubungan fungsional antara masukan fisik sinyal
dan sinyal keluaran listrik. Biasanya, hubungan ini direpresentasikan sebagai
grafik yang menunjukkan hubungan antara sinyal input dan output, dan perincian
hubungan ini dapat merupakan deskripsi lengkap dari karakteristik sensor.
2. Kepekaan
Sensitivitas didefinisikan dalam hal hubungan antara input fisik sinyal dan sinyal
listrik keluaran. Secara umum rasio antara kecil perubahan sinyal listrik menjadi
perubahan kecil dalam sinyal fisik. Karena itu dapat dinyatakan sebagai turunan
dari fungsi transfer sehubungan dengan sinyal fisik. Sensitivitas maksudnya
mampu membedakan perubahan nilai besaran ukur yang kecil dengan baik.
3. Akurasi atau Ketidakpastian
Ketidakpastian secara umum didefinisikan sebagai kesalahan terbesar yang
diharapkan antara aktual dan sinyal keluaran ideal. Akurasi umumnya dianggap
oleh ahli metrologi sebagai kualitatif istilah, sementara "ketidakpastian" adalah
kuantitatif. Misalnya satu sensor mungkin miliki akurasi yang lebih baik daripada
yang lain jika ketidakpastiannya adalah 1% dibandingkan yang lain dengan
ketidakpastian 3%.
4. Histeresis
Beberapa sensor tidak kembali ke nilai output yang sama ketika input stimulus
naik atau turun. Lebar kesalahan yang diharapkan dalam hal yang diukur kuantitas
didefinisikan sebagai histeresis. Keadaan ideal yang diharapkan adalah sifat yang
menjelaskan perubahan dan nilai keluaran sensor pada saat terjadi perubahan nilai
masukan dari kecil ke besar dan dari besar ke kecil. Tak ada histerisis, respon
keluaran akan kembali melalui lintasan hubungan luaran dan masukan yang sama.
5. Nonlinier (sering disebut Linieritas)
Ada banyak sensor yang menghasilkan keluaran yang berubah secara kontinu
sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinu.
6. Kebisingan
Semua sensor menghasilkan beberapa noise output selain sinyal output. Banyak
kasus lain ada di mana kebisingan sensor membatasi kinerja sistem berdasarkan
pada sensor. Kebisingan adalah mendistribusikan secara merata di seluruh
spektrum frekuensi.
7. Resolusi
Resolusi sensor didefinisikan sebagai fluktuasi sinyal minimum yang dapat
dideteksi, karena fluktuasi adalah fenomena temporal, ada beberapa hubungan
antara skala waktu untuk fluktuasi dan amplifier minimum yang terdeteksi. Oleh
karena itu, definisi resolusi harus mencakup beberapa informasi tentang sifat
pengukuran yang dilakukan. Banyak sensor dibatasi oleh noise dengan distribusi
spektral putih. Dalam kasus ini, resolusi dapat ditentukan dalam satuan sinyal
fisik/root (Hz).
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dalam makalah ini yaitu:


1. Sensor didefinisikan sebagai sebuah nama generik untuk sebuah divais yang
mendeteksi harga absolut nilai kuantitas fisis atau perubahan harga nilai kuantitas
fisis dan mengubah pengukuran menjadi sebuah signal yang berguna untuk
indikator maupun instrument pencatat. Pada sisi lain, sensor juga sering
diidentikkan sebagai transduser. Transduser didefiniskan sebagai elemen atau
divais yang menerima informasi dalam bentuk kuantitas fisik dan mengubahnya
menjadi informasi dalam kuantitas fisis yang sama atau yang berbeda. Perbedaan
nyata yang dapat dilihat dari dua definisi ini adalah bahwa dalam definisi
transducer, tidak terkandung adanya "nilai kuantitas". Dengan kandungan makna
"nilai kuantitas" sebuah sensor memiliki keluaran yang dapat terkuantifikasi
sehingga memiliki kandungan informasi
2. Pengkalsifikasian sensor yang dilakukan adalah berdasar pada keperluan
pengguna, antara lain: Prinsip transduksi, Besaran masukan, Teknologi dan
material, Aplikasi serta harga dan akurasi.
3. Sensor memiliki karakteristik yang mendeskripsikan sifat-sifat yang dimiliki.
Karakteristik ini memberikan penjelasan yang dapat dipergunakan sebagai dasar
dalam penggunaan sensor yaitu; fungsi transfer, linearitas, kebisingan, resolusi,
histeresis, kepekaan dan ketidakpastian.
DAFTAR PUSTAKA

J. S. Wilson. 2005. Sensor Technology Handbook. Newnes. United States of


America.
S. P. Sakti. 2017. Pengantar Teknologi Sensor: Prinsip Dasar Sensor Besaran
Mekanik. UB Press. Malang.
D. A. Novy dan W. Slamet. “Pendeteksi Susu Basi dengan Sensor pH dan Sensor
suhu Berbasis Mikrokontoler”. E-Journal Spirit Pro Patria. Vol. 1. No. 1.
2015.
W. Yusman Dan P. Budi. “Rancang Bangun Termometer Suhu Tinggi Dengan
Termokopel”. Yogyakarta. 2012.

Anda mungkin juga menyukai