(B-1. KT)
NIM : 1908531016
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
I. TUJUAN DAN OBJEK PENELITIAN
1. Untuk menentukan tegangan threshold tabung Geiger Mullard.
2. Untuk menentukan panjang plateau.
3. Untuk menghitung karakteristik slope.
Sinar radioaktif merupakan partikel dengan tingkat energi yang relatif tinggi dan
relatif sulit berinteraksi secara kimia maupun listrik. Sehingga untuk mendeteksi radiasi
radioaktif dibutuhkan detektor khusus seperti detektor tabung Geiger Muller. Namun
untuk menggunakan tabung Geiger Muller dibutuhkan tegangan tinggi yang bekisar
antara 300V-600V. Sehingga pada rancangan transduser sensor tersebut perlu
dikembangkan unit pembangkit tegangan tinggi. Signal arus listrik yang dihasilkan oleh
tabung Geiger Muller relatif sangat kecil sehingga dibutuhkan juga perancangan sistem
penguatan signal yangmampu dideteksi oleh alat pencacahan. Tabung Geiger Muller
adalah alat untuk mendeteksi dan pengukur ionisasi dari radiasi nuklir. Ini adalah alat
tertua yang digunakan untuk tujuan yang dimaksud, tetapi termasuk salah satu alat ukur
yang paling sensitif, terutama untuk radiasi level lemah dan cocok dipergunakan di
berbagai situasi. Bagian luar dari Geiger muller ini terdiri dari logamyang sering disebut
tabung yang didalamnya diisi dengan gas bertekanan rendah, biasanya berisi gas Argon
dan Neon (Irwandi, 2007).
Ada sejumlah peralatan yang dapat digunakan untuk mendeteksi efek-efek pada
partikel dan foton (sinar gamma) yang dipancarkan ketika inti radioaktif meluruh. Untuk
mengamati radioaktivitas diperlukan suatu peralatan yaitu detektor. Alat ini dapat
berinteraksi cukup efisien dengan sinar radioaktif. Pada umumnya detektor radiasi dibagi
dalam 3 golongan yaitu detektor isian gas: Geiger-Muller, kamar pengionan, detektor
proporsional, detektor sintilasi: NaI(Tl), LSC, sintasi plastik dan detektor semikonduktor:
GeLi, HPGe, SiLi. Detektor Geiger Muller hanya mendeteksi partikel bermuatan, karena
foton tidak bermuatan dan karena tidak menghasilkan ion di dalam gas, maka tidak
dideteksi (Azam dkk, 2007).
Pada penelitian Spatz, Operasi pencacahan pada Geiger Muller menyebabkan
perubahan karakteristik kurva plateau, setelah digunakan kurva plateau dengan segera
sedikit meningkat, dan setelah terus digunakan kurva plateau menjadi tajam. Perubahan
pengamatan karakteristik kurva plateau karena dekomposisi dari gas detector oleh
muatan. Dan dalam penelitian Babak, sumber tegangan tinggi dirancang untuk
menciptakan tegangan nominal di anoda Geiger-Muller counter di tengah perhitungan
tegangan karakteristik (sekitar 400V). Stabilisasi tegangan output dilakukan dengan
membatasi amplitudo yang keluar pada sirkuit primer Daerah tegangan operasional
detektor Geiger Muller disebut daerah plateau. Pada daerah plateau ini kenaikan tegangan
antara anoda dan katoda pada tabung detektor hampir tak mempengaruhi jumlah cacah
yang dihasilkan. Panjang daerah plateau detektor Geiger Muller mulai dari tegangan
ambang sampai pada batas permulaan tegangan menyebabkan terjadinya lucutan yang
terkendali. Pada penelitian Feyves dan Haiman menghasilkan panjang daerah plateau
detektor Geiger Muller adalah antara 50 sampai 300 Volt (Hilyana, 2017).
Detektor radiasi gamma yang paling umum digunakan adalah jenis Geiger Muller
(GM). Penyebutan detektor ini diambil dari nama dua orang penciptanya yaitu Hans
Geiger dan Walther Muller yang melakukan penelitian pada tahun 1908. Detektor GM
terbuat dari sebuah tabung yang berisi gas yang mudah terionisasi dengan sebuah kawat
tipis didalamnya yang berfungsi sebagai anoda. Tabung tersebut selain berfungsi sebagai
pengungkung gas isian juga berfungsi sebagai katoda. Pendeteksian radiasi oleh detektor
GM terjadi ketika gelombang elektromagnetik energi tinggi (radiasi sinar gamma atau
sinar x) mengenai dinding tabung detektor maupun gas isian. Gelombang elektromagnetik
energi tinggi yang berinteraksi dengan dinding tabung detektor atau gas isian dapat
mengakibatkan efek fotolistrik, hamburan compton maupun produksi pasangan
(Makhsun, 2015).
3.1 Alat
3.2 Bahan
99.03
100
81.16
80 72.15
60
40
20
0.05 0.22
0
520 540 560 580 600
Grafik 5.1 Grafik Count rate dengan kenaikan tegangan setiap 20 V pada jarak 5cm
100 ( N 2−N 1)
3. Karakteristik Slope = N1
x 100 %
( V 2 −V 1 )
100 ( 81,16−75,15 )
= 72,15
x 100 %
20
100( 6,01)
= 72,15
x 100 %
( 20 )
= 41,65 %
5.2 Grafik Count rate dengan kenaikan tegangan setiap 40 V pada jarak 5cm
120
100
80
60.12
60
45.53
40
20
0.01 0.08 0.07
0
440 480 520 560 600
Grafik 5.2 Grafik Count rate dengan kenaikan tegangan setiap 40 V pada jarak 5cm
1. Tegangan Threshold = 0 V
2. Panjang Plateau = ( V 2−V 1)
= 0 Volt
100 ( N 2−N 1)
3. Karakteristik Slope = N1
x 100 %
( V 2 −V 1 )
100 ( 0 )
= 0
x 100 %
20
= 0%
5.3 Grafik Count rate dengan kenaikan tegangan setiap 20 V pada jarak 10cm
60
51.95
50
40
30
20
10
6.07
Grafik 5.3 Grafik Count rate dengan kenaikan tegangan setiap 20 V pada jarak 10cm
120
100
80 72.13
60
40 35.89
20
0 0.01 0.03
0
440 480 520 560 600
Grafik 5.4 Grafik Count rate dengan kenaikan tegangan setiap 40 V pada jarak 10cm
100 ( N 2−N 1)
3. Karakteristik Slope = N1
x 100 %
( V 2 −V 1 )
100 ( 0 )
= 0
x 100 %
20
= 0%
IV. KESIMPULAN
Azam, M., dkk. 2007. Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger
Muller. Jurnal Sains & Matematika (JSM) Vol. 15, No. 2 (73-77). FMIPA:
Universitas Diponegoro.
Hilyana, F., S. 2017. PENENTUAN TEGANGAN OPERASIONAL PADA DETEKTOR
GEIGER MULLER DENGAN PERBEDAAN JARI-JARI WINDOW DETEKTOR.
Jurnal SIMETRIS, Vol 8, No 1. Fakultas Teknik: Universitas Muria Kudus.
Irwandi. 2007. DESAIN TRANSDUSER TEGANGAN TINGGI PADA TABUNG GEIGER
MULLER UNTUK MENDETEKSI RADIASI RADIOAKTIF. J. Sains MIPA Vol.
13, No. 3, Hal.: 199 – 204. Fisika FMIPA: Universitas Syiah Kuala.
Makhsun, Muji Wiyono. 2015. PENGEMBANGAN DETEKTOR GEIGER MULLER
DENGAN ISIAN GAS ALKOHOL, METANA DAN ARGON. PTKMR: Badan
Tenaga Nuklir Nasional.