NPM : 140310190063
Modul 8: Osiloskop
1 Buatlah abstrak dari praktikum ini
Abstrak
Osiloskop merupakan alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Pada
kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan memperlihatkan bagaimana sinyal berubah
terhadap waktu. Dengan osiloskop, kita dapat mengetahui besarnya frekuensi dari periode
dan tegangan dari suatu sinyal. Percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari carqa kerja
osiloskop dan pemakaiannya sebagai alat yang digunakan untuk menentukan besar
tegangan power supply,menghitung frekuensi power supply, mengetahui beda sudut fase
sinyal input dan output pada rangkaian RC,menghitung frekuensi resonansi pada rangkaian
RLC, dan mengetahui sejauh mana pengaruh resistor terhadapperedaman tegangan pada
rangkaian RLC. Alat yang digunakan dalam percobaan terdiri atas generator frekuensi,
induktor, rangkaian RC, osiloskop analog, 𝑅𝑏𝑜𝑥 , dan power supply. Diperoleh besar
tegangan power supply sebesar 4 ± 0 𝑉𝑜𝑙𝑡. Tegangan maksimum rata-rata sebesar 2 ±
0 𝑉𝑜𝑙𝑡 , tegangan efektif rata-rata sebesar 1.41421 ± 0 𝑉𝑜𝑙𝑡, KSR beda fase sebesar
73.76%, 67.38%, 67.69%, 67.82%, 66.74%, 72.68%, 71.77%, dan 69.95%, frekuensi
terbaik sebesar 50 ± 0 𝐻𝑧. Kemudian pada rangkaian RLC tidak terdapat frekuensi
resonansi karena syarat tercapainya keadaan resonansi tidak terpenuhi, yaitu tidak terdapat
beda fase yang bernilai nol. Namun, dengan menggunakan persamaan 7, diperoleh
frekuensi resonansi sebesar 4082.483 𝑟𝑎𝑑/𝑠. Resistor bertindak sebagai peredam
tegangan, semakin besar nilai resistansi resistor yang digunakan maka proses peredaman
pada tegangan akan emakin cepat yang mengakibatkan nilai tegangan semakin kecil.
2.1 Mempelajari cara kerja osiloskop dan pemakaianannya sebagai alat yang digunakan
untuk:
2.2 Menentukan besar tegangan power supply.
2.3 Menghitung frekuensi power supply.
2.4 Mengetahui beda sudut fase sinyal input dan output pada rangkaian RC.
2.5 Menghitung frekuensi resonansi pada rangkaian RLC.
2.6 Mengetahui sejauh mana pengaruh resistor terhadap peredaman tegangan pada
rangkaian RLC.
3.1 Parameter yang telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan menentukan
tegangan dan frekuensi terdiri atas tegangan trafo, Volt/Div beserta Div, kemudian
Time/Div beserta Div . Dari data-data tersebut dilakukan pengolahan data untuk
memperoleh tegangan dan frekuensi terbaik beserta sesatannya.
3.2 Parameter yang telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan menentukan
frekuensi dengan lissajous terdiri atas tegangan, frekuensi, serta jumlah loop pada arah
vertical maupun horizontal . Dari data-data tersebut dilakukan pengolahan data untuk
memperoleh frekuensi terbaik beserta sesatannya.
3.3 Parameter yang telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan menentukan beda
sudut fasa terdiri atas frekuensi, nilai titik potong di luar gelombang (b) maupun di dalam
gelombang (B) . Dari data-data tersebut dilakukan pengolahan data untuk memperoleh
sudut fasa sinyal input dan output untuk masing- masing frekuensi, beda sudut fase untuk
masing-masing frekuensi serta nilai KSR.
3.4 Parameter yang telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan menentukan
frekuensi resonansi terdiri atas frekuensi, nilai titik potong di luar gelombang (b) maupun
di dalam gelombang (B) . Dari data-data tersebut dilakukan pengolahan data untuk
memperoleh sudut fasa sinyal input dan output untuk masing- masing frekuensi, beda sudut
fase untuk masing-masing frekuensi, frekuensi resonansi, serta nilai KSR.
3.5 Parameter yang telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan tahanan sebagai
peredam terdiri atas nilai Rbox, perioda, kemudian Volt/Div beserta Div. Dari data-data
tersebut dilakukan pengolahan data untuk memperoleh tegangan awal dan besarnya tahanan
sebenarnya untuk masing- masing harga Rbox, nilai R serta nilai log decrement
5 Tentukan:
6.1 Menghitung Tegangan dan Frekuensi
1. Hitung tegangan dan frekuensi terbaik dengan sesatannya dari sinyal generator.
Jawab :
2 2 4
2 2 4
4 4 0 2 0 1.4142 0
5 0.8 4
5 0.8 4
2 2.8 5.6
2 2.8 5.6
6 5.55 0.029 2.775 0.014 1.9622 0.01
5 1.1 5.5
5 1.1 5.5
T f fr delta
Vtrafo Time/div Div
(s) (Hz) (Hz) f
2 10 0.02 50
5 4 0.02 50
4 50 0
2 10 0.02 50
5 4 0.02 50
2 10 0.02 50
5 4 0.02 50
6 50 0
2 10 0.02 50
5 4 0.02 50
Tegangan puncak ke puncak terbaik merupakan mean atau rata-rata dari data
hasil pengukuran, sehingga :
∑ 𝑽𝒑𝒑
̅̅̅̅̅
𝑽𝒑𝒑 = …………………………………… (2)
𝒏
̅̅̅̅̅
∑(𝑽𝒑𝒑 −𝑽𝒑𝒑 ) 𝟐
̅̅̅̅̅
∆𝑽 𝒑𝒑 = √ 𝒏(𝒏−𝟏) …………………………. (3)
𝟎+𝟎+𝟎+𝟎
̅̅̅̅̅
∆𝑽 𝒑𝒑 = √ 𝟒×𝟑
𝟎
̅̅̅̅̅
∆𝑽 𝒑𝒑 = √𝟏𝟐 = 𝟎 𝑽𝒐𝒍𝒕
̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
𝑽𝒑𝒑 ± ∆𝑽 𝒑𝒑 = 𝟒 ± 𝟎 𝑽𝒐𝒍𝒕
Tegangan Maksimum
𝑽𝒎 = 𝟎, 𝟓 × 𝟒 𝑽𝒐𝒍𝒕 = 𝟐 𝑽𝒐𝒍𝒕
Tegangan maksimum terbaik merupakan mean atau rata-rata dari data hasil
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063
pengukuran, sehingga :
∑ 𝑽𝒎
̅̅̅̅
𝑽𝒎 = ……………………………………… (5)
𝒏
𝟎+𝟎+𝟎+𝟎
̅̅̅̅
∆𝑽 𝒎 = √ 𝟒×𝟑
𝟎
̅̅̅̅
∆𝑽 𝒎 = √𝟏𝟐 = 𝟎 𝑽𝒐𝒍𝒕
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑽𝒎 ± ∆𝑽 𝒎 = 𝟐 ± 𝟎 𝑽𝒐𝒍𝒕
Tegangan Efektif
𝑽𝒎
𝑽𝒆𝒇𝒇 = ………………………………………… (7)
√𝟐
𝟐
𝑽𝒆𝒇𝒇 = = 𝟏, 𝟒𝟏𝟒𝟐𝟏 𝑽𝒐𝒍𝒕
√𝟐
Tegangan efektif terbaik merupakan mean atau rata-rata dari data hasil
pengukuran, sehingga :
∑ 𝑽𝒆𝒇𝒇
̅̅̅̅̅̅
𝑽𝒆𝒇𝒇 = ………………………………………(8)
𝒏
̅̅̅̅̅̅
∑(𝑽𝒆𝒇𝒇 −𝑽𝒆𝒇𝒇 ) 𝟐
̅̅̅̅̅̅
∆𝑽 𝒆𝒇𝒇 = √ …………………………… (9)
𝒏(𝒏−𝟏)
𝟎+𝟎+𝟎+𝟎
̅̅̅̅̅̅
∆𝑽 𝒆𝒇𝒇 = √ 𝟒×𝟑
𝟎
̅̅̅̅̅̅
∆𝑽 𝒆𝒇𝒇 = √𝟏𝟐 = 𝟎 𝑽𝒐𝒍𝒕
̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅
𝑽𝒆𝒇𝒇 ± ∆𝑽 𝒆𝒇𝒇 = 𝟏, 𝟒𝟏𝟒𝟐𝟏 ± 𝟎 𝑽𝒐𝒍𝒕
Perioda
𝑻 = 𝑻𝒊𝒎𝒆/𝑫𝒊𝒗 × 𝑫𝒊𝒗………………………(10)
𝑻 = 𝟐 𝒎𝒔 × 𝟏𝟎 = 𝟐𝟎 𝒎𝒔 = 𝟎, 𝟎𝟐 𝒔
Frekuensi
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063
𝟏
𝒇 = 𝑻…………………………………….…(11)
𝟏
𝒇 = 𝟎,𝟎𝟐 𝒔 = 𝟓𝟎 𝑯𝒛
Frekuensi terbaik merupakan mean atau rata-rata dari data hasil pengukuran,
sehingga :
∑𝒇
𝒇̅ = ………………………………………(12)
𝒏
∑(𝒇−𝒇) ̅ 𝟐
∆𝒇̅ = √ 𝒏(𝒏−𝟏) ………………………………(13)
𝟎+𝟎+𝟎+𝟎
∆𝒇̅ = √ 𝟒×𝟑
𝟎
∆𝒇̅ = √𝟏𝟐 = 𝟎 𝑽𝒐𝒍𝒕
𝒇̅ ± ∆𝒇̅ = 𝟓𝟎 ± 𝟎 𝑯𝒛
Dilakukan perhitungan yang sama untuk Vtrafo sebesar 6 Volt yang dapat dilihat pada
Tabel 1.
4. Lissajous
𝑓𝑥 𝑓𝑥 𝑓̅𝑦
Volt 𝑓̅𝑥 n m ∆𝑓̅𝑦
(Hz) (Hz) (Hz)
50.5 1 1 50.5
100 1 2 50
150 1 3 50
4 205 114.6714 1 4 51.25 50.55 0.20148
255 1 5 51
25.5 4 2 51
16.7 6 2 50.1
50.5 1 1 50.5
100 1 2 50
150 1 3 50
6 205 114.6714 1 4 51.25 50.55 0.20148
255 1 5 51
25.5 4 2 51
16.7 6 2 50.1
a. Untuk V = 4 Volt (data 1)
𝒏
𝒇𝒚 = 𝒎 𝒇𝒙 ………………………………….…(14)
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063
𝟏
𝒇𝒚 = 𝟏 × 𝟓𝟎, 𝟓 𝑯𝒛 = 𝟓𝟎, 𝟓 𝑯𝒛
Frekuensi terbaik merupakan mean atau rata-rata dari data hasil pengukuran,
sehingga :
∑ 𝒇𝒚
̅̅̅
𝒇𝒚 = ……………………………………(15)
𝒏
̅̅̅̅ 𝟐
̅̅̅𝒚 = √∑(𝒇𝒚 −𝒇𝒚 ) ………………………………(13)
∆𝒇 𝒏(𝒏−𝟏)
̅̅̅𝒚 = 𝟎, 𝟐𝟎𝟏𝟒𝟖 𝐇𝐳
∆𝒇
b. Untuk V = 6 Volt
𝒏
𝒇𝒚 = 𝒎 𝒇𝒙 ………………………………….…(14)
𝟏
𝒇𝒚 = 𝟏 × 𝟓𝟎, 𝟓 𝑯𝒛 = 𝟓𝟎, 𝟓 𝑯𝒛
Frekuensi terbaik merupakan mean atau rata-rata dari data hasil pengukuran,
sehingga :
∑ 𝒇𝒚
̅̅̅
𝒇𝒚 = ……………………………………(15)
𝒏
̅̅̅̅ 𝟐
̅̅̅𝒚 = √∑(𝒇𝒚 −𝒇𝒚 ) ………………………………(13)
∆𝒇 𝒏(𝒏−𝟏)
̅̅̅𝒚 = 𝟎, 𝟐𝟎𝟏𝟒𝟖 𝐇𝐳
∆𝒇
1. Hitung sudut fase untuk sinyal input dan sinyal output untuk masing - masing
frekuensi berdasarkan hasil pengamatan. Hitung beda sudut fasenya untuk
setiap frekuensi.
Jawab :
Sudut fase
𝑏
∅ = 𝐴𝑆𝐼𝑁 ( )
𝐵
Dilakukan perhitungan yang sama untuk data kedua dan seterusnya yang dapat dilihat
pada Tabel 3.
∅−∅𝑙𝑖𝑡
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
∅𝑙𝑖𝑡
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063
19,47−74,2
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
74,2
𝐾𝑆𝑅 = 73,76%
Dilakukan perhitungan yang sama untuk data kedua dan seterusnya yang dapat dilihat
pada Tabel 3.
6. Frekuensi Resonansi
f (Hz) b B b/B ϕ tan ϕ ϕlit ω ωr KSR
3500 1,1 2,5 0,44 26,10388 0,30331 16,87287 21991,15 54,70922
4000 1,3 2,7 0,481481 28,78220 0,26539 14,86325 25132,74 93,64674
4500 1,4 3 0,466667 27,81814 0,23590 13,27366 28274,33 109,57393
5000 1,5 3,2 0,46875 27,95319 0,21231 11,98671 31415,93 133,20140
5500 1,6 3,4 0,470588 28,07249 0,19301 10,92449 34557,52 156,96844
6000 1,4 3,6 0,388889 22,88538 0,17693 10,03342 37699,11 128,09145
6500 1,2 3,7 0,324324 18,92464 0,16332 9,27558 40840,7 104,02658
4082,483
7000 0,7 4 0,175 10,07866 0,15165 8,62337 43982,3 16,87610
7500 0,1 4,1 0,02439 1,39760 0,14154 8,05629 47123,89 82,65211
8000 0,2 4,1 0,04878 2,79603 0,13270 7,55878 50265,48 63,00958
8500 0,9 4 0,225 13,00288 0,12489 7,11885 53407,08 82,65416
9000 1,2 3,8 0,315789 18,40848 0,11795 6,72709 56548,67 173,64704
9500 1,4 3,7 0,378378 22,23327 0,11174 6,37603 59690,26 248,70100
10000 1,6 3,5 0,457143 27,20289 0,10616 6,05966 62831,85 348,91785
1. Hitung sudut fase sinyal input dan output untuk masing-masing frekuensi.
Kemudian hitung beda sudut fasenya
Jawab :
Sudut fase
𝑏
𝜑 = 𝐴𝑆𝐼𝑁 ( )
𝐵
2. Buat grafik beda sudut fase terhadap frekuensi dengan memplotkan hasil
pengamatan pada saat mengukur frekuensi resonansi.
Jawab :
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063
20
15 y = -0,002x + 32,946
10 R² = 0,189
5
0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
FREKUENSI
Gambar 6.1 Grafik beda sudut fase terhadap frekuensi pada saat mengukur
frekuensi resonansi
1. Buat grafik antara tegangan terhadap waktu dari hasil pengamatan untuk
masing-masing harga Rbox.
Jawab :
Grafik Tegangan Terhadap Waktu
0,8
0,7
0,6
0,5
V (Volt)
0,1
0
0 1 2 3 4
T (s)
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Waktu (s)
y = 1,721e-0,923x
R² = 0,9622
Rb=10 Expon. (Rb=10)
10 𝛺
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Waktu (s)
y = 1,6871e-0,973x
R² = 0,9732
Rb=30 Expon. (Rb=30)
5. Berapa tegangan awal dan besarnya tahanan sebenarnya untuk masing - masing
harga Rbox ?. Bandingkan dengan masing-masing harga Rbox tersebut .
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063
Jawab :
Tegangan Awal
Diperoleh dari persamaan pada grafik tegangan terhadap waktu
- Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 10 𝛺
𝑉0 = 1.721 𝑉
- Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 20 𝛺
𝑉0 = 1.7517 𝑉
- Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 30 𝛺
𝑉0 = 1.6871 𝑉
Hambatan Sebenarnya
𝑅
𝑅𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = ( ) × 2𝐿
2𝐿 𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘
- Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 10 𝛺
𝑅𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = 0.923 × 2(0.6)
𝑅𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = 1.1076 𝞨
- Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 20 𝛺
𝑅𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = 0.987 × 2(0.6)
𝑅𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = 1.1844 𝞨
- Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 30 𝛺
𝑅𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = 0.973 × 2(0.6)
𝑅𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = 1.1676 𝞨
2
6. Hitung besarnya √𝐿⁄𝐶
Jawab :
Dengan 𝐿 = 0.6 𝐻 dan 𝐶 = 1 × 10−7 𝐹, maka
𝐿 0.6 𝐻
2√𝐶 = 2√1×10−7 𝐹
𝐿
2√𝐶 = 2 × 2449.4897 𝛺
𝐿
2√ = 4898.9795 𝛺
𝐶
𝜋𝑅
⋀=
𝜔𝐿
Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 10 𝛺
3.14×1.1076
⋀ = 16666665.81×0.6
⋀ = 1.25267 × 10−7
Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 30 𝛺
3.14×1.1844
⋀ = 16666665.81×0.6
⋀ = 1.33952 × 10−7
Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 30 𝛺
3.14×1.1676
⋀ = 16666665.81×0.6
⋀ = 1.32052 × 10−7
teramati dengan jelas,catat amplitude dan perioda sinyal dalam DIV,ulangi prosedur yang
sama sebanyak 3 sampai 5 kali,lakukan prosedur yang sama untuk output trafo 6 volt.
Prosedur yang keempat yaitu menentukan frekuensi dengan lissayous.Hubungkan channel
1 osiloskop pad trafo 4 volt dan channel 2 osiloskop pada sinyal generatortor,lalu ubah
mode pada control panel osiloskop menjadi mode x ADD untuk menggabungkan sinyal 1
dan 2 dan mode XY,atur sinyal generator hingga terbentuk gambar lissayous 1:1 dan catat
frekuensinya,lakukan prosedur yang sama untuk perbandingan n:m yang berbeda.
Prosedur yang kelima yaitu mengkukur beda sudut fasa input dan output.Pertama susun
rangkaian seperti pada gambar 2 didalam modul,atur nilai frekuensi pada sinyal
generator,kemudian amati dan juga tentukan nilai b dan B dari gambar ellips yang
terbentuk pada layar osiloskop ,lakukan prosedur yang sama untuk variasi nilai frekuensi.
Prosedur ketujuh yaitu tahanan sebagai peredam. Pertama susun rangkaian seperti gambar 4
pada modul ,tentukan posisi selector Rbox pada posisi nol(0),dan masukkan sinyal persegi
dari sinyal generator pada rangkaian tersebut,kemudian atur frekuensi hingga diperoleh
sinyal output yang dapat diamati,catat tegangan dari sinyal output Y pada rangkaian dan
frekuensi dari sinyal generator,lakukan prosedur yang sama untuk variasi nilai R box.
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063
1 osiloskop dihubungkan pada trafo 4 Volt dan channel 2 pada sinyal generator. Mode pada
control panel osiloskop diubah menjadi mode ADD untuk menggabungkan sinyal dari
channel 1 dan 2 serta mode XY. sinyal generator diatur hingga terbentuk gambar lissajous
1:1 dan frekuensinya dicatat. Prosedur yang sama dilakukan untuk perbandingan n:m yang
lainnya. Parameter yang telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan menentukan
frekuensi dengan lissajous terdiri atas tegangan, frekuensi, serta jumlah loop pada arah
vertical maupun horizontal . Dari data-data tersebut dilakukan pengolahan data untuk
menghitung frekuensi terbaik beserta sesatannya dan diperoleh nilai 50,55 ± 0,20148 𝐻𝑧
untuk V trafo 4 volt dan 50,55 ± 0,20148 𝐻𝑧 untuk V trafo 6 volt. Nilai frekuensi yang
masuk ke input Y ini berbanding lurus dengan jumlah loop pada arah horizontal (n) serta
frekuensi yang masuk ke input X, dan berbanding terbalik dengan jumlah loop pada arah
vertikal (m). Pada hasil perhitungan percobaan 1, nilai frekuensi terbaik untuk 𝑉𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 =
4 𝑉𝑜𝑙𝑡 dan 𝑉𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 = 6 𝑉𝑜𝑙𝑡 adalah sama yaitu 50 Hz. Kemudian pada hasil perhitungan
nomor 2, nilai frekuensi terbaik untuk 𝑉𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 = 4 𝑉𝑜𝑙𝑡 dan 𝑉𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 = 6 𝑉𝑜𝑙𝑡 juga
menunjukkan nilai yang sama yaitu 50.55 Hz. Sehingga, terdapat perbedaan frekuensi
sebesar 0,55 Hz antara hasil perhitungan percobaan 1 dan 2.
Prosedur selanjutnya, dilakukan pengukuran beda sudut fasa input dan output. Rangkaian
disusun seperti pada Gambar 2 pada modul. Nilai frekuensi pada sinyal generator diatur ,
kemudian nilai b dan B dari gambar elips yang terbentuk ditentukan. Prosedur yang sama
dilakukan untuk variasi frekuensi lainnya. Parameter yang telah ditentukan serta yang
diperoleh dari percobaan ini terdiri atas frekuensi, nilai titik potong di luar gelombang (b)
maupun di dalam gelombang (B) . Dari data-data tersebut dilakukan pengolahan data untuk
menghitung besar sudut fasa sinyal input dan output, dan diperoleh sudut fasa pada
frekuensi 300 Hz adalah sebear 19,47°. Untuk variasi frekuensi lainnya terdapat pada
Tabel 4 di lampiran. Kemudian dapat dihitung nilai beda sudut fase menggunakan
persamaan 5 pada modul, dan diperoleh sudut sebesar 74.2°. Dari kedua nilai tersebut,
dapat dihitung nilai KSR untuk melihat besar kesalahan relative yang terjadi dalam
percobaan. Diperoleh KSR sebesar 73.76%, artinya kesalahan relative dalam percobaan ini
cukup tinggi. Hal ini dapat terjadi karena ketidaktelitian pada saat pengambilan data.
Kemudian terjadi fluktuasi pada nilai b, sehingga besar sudut fase juga akan mengalami
fluktuasi dan tidak meningkat seiring dengan bertambahnya frekuensi.
Prosedur selanjutnya adalah resonansi listrik. Rangkaian disusun seperti Gambar 3 pada
modul. Nilai frekuensi pada sinyal generator diatur , kemudian nilai b dan B dari gambar
elips yang terbentuk ditentukan. Prosedur yang sama dilakukan untuk variasi frekuensi
lainnya. Parameter yang telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan ini terdiri atas
frekuensi, nilai titik potong di luar gelombang (b) maupun di dalam gelombang (B) . Dari
data-data tersebut dilakukan pengolahan data untuk menghitung sudut fasa sinyal input dan
output. Pada frekuensi 3500 Hz, diperoleh besar sudut fase 26.10° dengan menggunakan
rumus ebda fasa untuk rangkaian RC, diperoleh nilai tan sebesar 0.30331. Kemudian
dibuat grafik beda fase terhadap frekuensi. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa tidak
ada frekuensi resonansi pada rangkaian RLC karna tidak terdapat beda fase yang bernilai
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063
nol, sedangkan suatu rangkaian seri RLC dikatakan resonansi bila impedansi totalnya
adalah real. Keadaan real ini dapat dicapai apabila beda sudut fase antara arus yang melalui
rangkaian dan sumber adalah nol. Dengan menggunakan persamaan 7 pada modul,
𝑟𝑎𝑑
diperoleh besar frekuensi resonansi sebesar 4082.483 . Dikarenakan tidak terdapat
𝑠
frekuensi resonansi, maka parameter untuk menghitung KSR diubah menjadi sudut fasa
dan diperoleh 𝐾𝑆𝑅 sebesar 68.66%.
Prosedur selanjutnya adalah tahanan sebagai peredam. Rangkaian disusun seperti Gambar 4
pada modul. Selektor 𝑅𝑏𝑜𝑥 ditentukan pada posisi nol. Sinyal persegi dari generator
dimasukkan pada rangkaian. Frekuensi diatur hingga diperoleh sinyal output yang dapat
diamati. Tegangan dari sinyal output Y pada rangkaian serta frekuensi dari sinyal generator
dicatat. Prosedur yang sama dilakukan untuk variasi nilai 𝑅𝑏𝑜𝑥 lainnya. Parameter yang
telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan ini terdiri atas nilai Rbox, perioda,
kemudian Volt/Div beserta Div. Dari data-data tersebut dibuat grafik tegangan terhadap
waktu untuk masing-masing nilai Rbox. Dari grafik tersebut terlihat bahwa nilai tegangan
menurun seiring dengan bertambahnya nilai periode. Sehingga keduanya memiliki
hubungan yang berbanding terbalik. Jika grafik tersebut didekati dengan grafi eksponensial,
diperoleh persamaan 𝑦 = 1.721𝑒 −0.923𝑡 untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 10 𝛺, 𝑦 = 1.7517𝑒 −0.987𝑡 untuk
𝑅𝑏𝑜𝑥 20 𝛺 dan 𝑦 = 1.6871𝑒 −0.973𝑡 untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 30 𝛺. Dari persamaan tersebut, diperoleh
nilai tegangan awal untuk masing-masing Rbox yaitu
1.721 𝑉, 1.7517 𝑉 dan 1.6871 𝑉. Kemudian dapat dihitng nilai hambatan sebenarnya
untuk masing-masing Rbox, yaitu 1.1076 𝛺, 1.1844 𝛺 dan 1.1676 𝛺. Untuk menentukan
nilai-nilai tersebut berada pada keadaan redaman jenis mana, maka perlu dihitung nilai
𝐿
2√𝐿⁄𝐶 terlebih dahulu, dan diperoleh nilai 4898.9795 𝛺. Jika 𝑅 < 2√𝐶, disebut keadaan
𝐿
kurang teredam atau underdamped. Jika 𝑅 = 2√𝐶 , disebut keadaan teredam kritis di mana
𝐿
q atau V akan menurun secara eksponensial terhadap waktu. Dan jika 𝑅 > 2√𝐶 , yang
disebut keadaan teredam tinggi dimana q atau V menurun. Dari harga R sebenarnya dan
𝐿
nilai 2√𝐶 , dapat ditentukan bahwa ketiganya termasuk ke dalam keadaan kurang redam
𝐿
atau underdamped karena 𝑅 < 2√𝐶. Dan dapat terlihat pada grafik yang menurun. Selain
itu, dapat pula dihitung nilai log decrement sebagai perbandingan logaritma alamiah antara
dua amplitudo yang berdekatan. Diperoleh nilai log decrement untuk masing-masing
percobaan adalah 1.25267 × 10−7 , 1.33952 × 10−7 dan 1.32052 × 10−7.
6.2 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Cara kerja osiloskop dan pemakaianannya sebagai alat ukur listrik dapat dipelajari.
Osiloskop dibedakan atas dua jenis, yaitu osiloskop analog dan osiloskop digital.
Osiloskop analog bekerja dengan secara langsung memberikan tegangan yang diukur
ke sinar katoda yang bergerak pada layar osiloskop. Tegangan ini membelokkan
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063
sinar ke atas dan ke bawah secara proporsional, sehingga meninggalkan jejak berupa
bentuk gelombang pada layar. Osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang dan
menggunakan ADC (analog-todigital converter) untuk mengkonversikan tegangan
yang diukur menjadi informasi digital. Selanjutnya informasi ini digunakan untuk
merekonstruksi bentuk gelombang pada layar. Dalam pemakaiannya, osiloskop
digunakan untuk menampilkan sinyal listrik dalam bentuk grafik sehingga dapat
menganalisa tingah laku besaran gelombang yang berubah-ubah terhadap waktu.
Besar tegangan power supply dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah divisi satu
siklus gelombang dengan nilai tegangan yang disetting pada sakelar 𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣.
Diperoleh tegangan beserta sesatannya adalah sebesar 4 ± 0 𝑉𝑜𝑙𝑡. Tegangan
maksimum dihitung dengan membagi dua tegangan puncak ke puncak. Diperoleh
rata-rata dan sesatan tegangan maksimum sebesar 2 ± 0 𝑉𝑜𝑙𝑡. Kemudian dapat pula
dihitung nilai tegangan efektif dengan rata-rata dan sesatannya sebesar 1.41421 ±
0 𝑉𝑜𝑙𝑡.
Frekuensi power supply dapat dihitung dari hubungan frekuensi dan perioda.
Sehingga diperoleh frekuensi terbaik beserta sesatannya sebesar 50 ± 0 𝐻𝑧.
Beda sudut fase sinyal input dan output dapat diketahui. Beda sudut fase sinyal input
dan output pada rangkaian RC berdasarkan data percobaan sebesar
19.47°, 22.62°, 20.92°, 19.47°, 18.81°, 14.48°, 14.03°, dan 14.03°. Beda sudut fase
sinyal input dan output pada rangkaian RC menggunakan persamaan 5 adalah
3.5°, 2.6°, 2.1°, 1.8°, 1.5°, 1.3°, 1.2°, 𝑑𝑎𝑛 1.06 ° dan sudut fasa sebesar
74.2°, 69.3°, 64.8°, 60.5°, 56.6°, 52.98°, 49.7°, dan 46.7°. Dengan kesalahan relative
sebesar 73.76%, 67.38%, 67.69%, 67.82%, 66.74%, 72.68%, 71.77%, dan
69.95%.
Tidak terdapat frekuensi resonansi pada rangkaian RLC karena syarat tercapainya
keadaan resonansi tidak terpenuhi, yaitu tidak terdapat beda fase yang bernilai nol.
Namun, dengan menggunakan persamaan 7, diperoleh frekuensi resonansi sebesar
4082.483 𝑟𝑎𝑑/𝑠.
Pengaruh resistor terhadap peredaman tegangan pada rangkaian RLC dapat
diketahui. Resistor memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap peredaman
tegangan pada rangkaian RLC. Resistor bertindak sebagai peredam tegangan,
semakin besar nilai resistansi resistor yang digunakan maka proses peredaman pada
tegangan akan emakin cepat yang mengakibatkan nilai tegangan semakin kecil.
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063
LAMPIRAN
Tabel 1. Nilai Resistansi, Kapasitansi dan Induktansi
𝑅 (𝛺) 𝐶 (𝐹) 𝐿 (𝐻)
1500 0.0000001 0.6