Anda di halaman 1dari 21

Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra

NPM : 140310190063

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

Modul 8: Osiloskop
1 Buatlah abstrak dari praktikum ini

Abstrak
Osiloskop merupakan alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Pada
kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan memperlihatkan bagaimana sinyal berubah
terhadap waktu. Dengan osiloskop, kita dapat mengetahui besarnya frekuensi dari periode
dan tegangan dari suatu sinyal. Percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari carqa kerja
osiloskop dan pemakaiannya sebagai alat yang digunakan untuk menentukan besar
tegangan power supply,menghitung frekuensi power supply, mengetahui beda sudut fase
sinyal input dan output pada rangkaian RC,menghitung frekuensi resonansi pada rangkaian
RLC, dan mengetahui sejauh mana pengaruh resistor terhadapperedaman tegangan pada
rangkaian RLC. Alat yang digunakan dalam percobaan terdiri atas generator frekuensi,
induktor, rangkaian RC, osiloskop analog, 𝑅𝑏𝑜𝑥 , dan power supply. Diperoleh besar
tegangan power supply sebesar 4 ± 0 𝑉𝑜𝑙𝑡. Tegangan maksimum rata-rata sebesar 2 ±
0 𝑉𝑜𝑙𝑡 , tegangan efektif rata-rata sebesar 1.41421 ± 0 𝑉𝑜𝑙𝑡, KSR beda fase sebesar
73.76%, 67.38%, 67.69%, 67.82%, 66.74%, 72.68%, 71.77%, dan 69.95%, frekuensi
terbaik sebesar 50 ± 0 𝐻𝑧. Kemudian pada rangkaian RLC tidak terdapat frekuensi
resonansi karena syarat tercapainya keadaan resonansi tidak terpenuhi, yaitu tidak terdapat
beda fase yang bernilai nol. Namun, dengan menggunakan persamaan 7, diperoleh
frekuensi resonansi sebesar 4082.483 𝑟𝑎𝑑/𝑠. Resistor bertindak sebagai peredam
tegangan, semakin besar nilai resistansi resistor yang digunakan maka proses peredaman
pada tegangan akan emakin cepat yang mengakibatkan nilai tegangan semakin kecil.

Kata kunci: osiloskop, lissayous,beda fasa, frekuensi,tegangan

2 Sebutkan tujuan dari praktikum ini:


Jawab :

2.1 Mempelajari cara kerja osiloskop dan pemakaianannya sebagai alat yang digunakan
untuk:
2.2 Menentukan besar tegangan power supply.
2.3 Menghitung frekuensi power supply.
2.4 Mengetahui beda sudut fase sinyal input dan output pada rangkaian RC.
2.5 Menghitung frekuensi resonansi pada rangkaian RLC.
2.6 Mengetahui sejauh mana pengaruh resistor terhadap peredaman tegangan pada
rangkaian RLC.

3 Parameter fisis apa yang ditentukan dalam praktikum ini:


Jawab :
 Tegangan Trafo (V) dengan satuan Volt
 Tegangan Power supply (V) dengan satuan Volt
 Perioda (T) dengan satuan sekon
 Frekuensi (f) dengan satuan Hertz
 Sudut beda fase (∅) dengan satuan degree
 Resistansi (R) dengan satuan Ohm
 Kapasitansi (C) dengan satuan Farad
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

 Induktansi (L) dengan satuan Henry

3.1 Parameter yang telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan menentukan
tegangan dan frekuensi terdiri atas tegangan trafo, Volt/Div beserta Div, kemudian
Time/Div beserta Div . Dari data-data tersebut dilakukan pengolahan data untuk
memperoleh tegangan dan frekuensi terbaik beserta sesatannya.
3.2 Parameter yang telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan menentukan
frekuensi dengan lissajous terdiri atas tegangan, frekuensi, serta jumlah loop pada arah
vertical maupun horizontal . Dari data-data tersebut dilakukan pengolahan data untuk
memperoleh frekuensi terbaik beserta sesatannya.
3.3 Parameter yang telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan menentukan beda
sudut fasa terdiri atas frekuensi, nilai titik potong di luar gelombang (b) maupun di dalam
gelombang (B) . Dari data-data tersebut dilakukan pengolahan data untuk memperoleh
sudut fasa sinyal input dan output untuk masing- masing frekuensi, beda sudut fase untuk
masing-masing frekuensi serta nilai KSR.
3.4 Parameter yang telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan menentukan
frekuensi resonansi terdiri atas frekuensi, nilai titik potong di luar gelombang (b) maupun
di dalam gelombang (B) . Dari data-data tersebut dilakukan pengolahan data untuk
memperoleh sudut fasa sinyal input dan output untuk masing- masing frekuensi, beda sudut
fase untuk masing-masing frekuensi, frekuensi resonansi, serta nilai KSR.
3.5 Parameter yang telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan tahanan sebagai
peredam terdiri atas nilai Rbox, perioda, kemudian Volt/Div beserta Div. Dari data-data
tersebut dilakukan pengolahan data untuk memperoleh tegangan awal dan besarnya tahanan
sebenarnya untuk masing- masing harga Rbox, nilai R serta nilai log decrement

4 Fenomena apa yang terjadi pada praktikum ini:


Jawab :
4.1 Sinyal yang berosilasi pada layar osiloskop sehingga dapat mengukur frekuensi
sinyal dan tegangan listrik serta relasinya terhadap waktu.
4.2 Fenomena resonansi pada rangkaian RLC yang terjadi ketika 𝑋𝐿 = 𝑋𝐶
4.3 Jadi,saat melakukan praktikum Osiloskop fenomena yang terjadi tentunya fenomena
osilasi dan fenomena resonansi, lalu pada praktikum kali ini fenomena yang terjadi
adalah osiloskop, dimana osiloskop ini merupakan alat ukur elektronika yang
fungsinya memproyeksikan bentuk sinyal listrik agar dapat dilihat dan dipelajari. Pada
Osiloskop dilengkapi dengan tabung sinar katode. Kemudian peranti
pemancar elektron akan memproyeksikan sorotan elektron ke layar tabung sinar
katode. Sorotan elektron tersebut membekas pada layar. Osiloskop dapat digunakan
untuk mengukur frekuensi sinyal yang dapat berosilasi, dapat mengukur tegangan
listrik serta relasinya terhadap waktu, membedakan arus AC dan DC, mengecek sinyal
dalam sebuah rangkaian elektronik, dan mengetahui noise dalam rangkaian elektronik.

5 Tentukan:
6.1 Menghitung Tegangan dan Frekuensi

1. Hitung tegangan dan frekuensi terbaik dengan sesatannya dari sinyal generator.
Jawab :

Tabel 1. Data percobaan tegangan dan frekuensi

Vpp Vr delta Vm delta Veff delta


Vtrafo Volt/Div Div
(Volt) (Volt) V (Volt) Vm (Volt) Veff
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

2 2 4
2 2 4
4 4 0 2 0 1.4142 0
5 0.8 4
5 0.8 4
2 2.8 5.6
2 2.8 5.6
6 5.55 0.029 2.775 0.014 1.9622 0.01
5 1.1 5.5
5 1.1 5.5

T f fr delta
Vtrafo Time/div Div
(s) (Hz) (Hz) f
2 10 0.02 50
5 4 0.02 50
4 50 0
2 10 0.02 50
5 4 0.02 50
2 10 0.02 50
5 4 0.02 50
6 50 0
2 10 0.02 50
5 4 0.02 50

a. Tegangan (data 1, Vtrafo = 4 Volt)

 Tegangan Puncak ke Puncak

𝑽𝒑𝒑 = 𝑽𝒐𝒍𝒕/𝑫𝒊𝒗 × 𝑫𝒊𝒗……………………… (1)

𝑽𝒑𝒑 = 𝟐 𝑽𝒐𝒍𝒕 × 𝟐 = 𝟒 𝑽𝒐𝒍𝒕

Tegangan puncak ke puncak terbaik merupakan mean atau rata-rata dari data
hasil pengukuran, sehingga :
∑ 𝑽𝒑𝒑
̅̅̅̅̅
𝑽𝒑𝒑 = …………………………………… (2)
𝒏

𝟒 𝑽𝒐𝒍𝒕+𝟒 𝑽𝒐𝒍𝒕+𝟒 𝑽𝒐𝒍𝒕+𝟒 𝑽𝒐𝒍𝒕


̅̅̅̅̅
𝑽𝒑𝒑 = = 𝟒 𝑽𝒐𝒍𝒕
𝟒

Sesatan rata – rata dihitung sebagai berikut

̅̅̅̅̅
∑(𝑽𝒑𝒑 −𝑽𝒑𝒑 ) 𝟐
̅̅̅̅̅
∆𝑽 𝒑𝒑 = √ 𝒏(𝒏−𝟏) …………………………. (3)

(𝟒−𝟒) 𝟐 +(𝟒−𝟒)𝟐 +(𝟒−𝟒)𝟐 +(𝟒−𝟒)𝟐


̅̅̅̅̅
∆𝑽 𝒑𝒑 = √ 𝟒(𝟒−𝟏)

𝟎+𝟎+𝟎+𝟎
̅̅̅̅̅
∆𝑽 𝒑𝒑 = √ 𝟒×𝟑

𝟎
̅̅̅̅̅
∆𝑽 𝒑𝒑 = √𝟏𝟐 = 𝟎 𝑽𝒐𝒍𝒕

 ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
𝑽𝒑𝒑 ± ∆𝑽 𝒑𝒑 = 𝟒 ± 𝟎 𝑽𝒐𝒍𝒕

 Tegangan Maksimum

𝑽𝒎 = 𝟎, 𝟓 × 𝑽𝒑𝒑 ………………………………… (4)

𝑽𝒎 = 𝟎, 𝟓 × 𝟒 𝑽𝒐𝒍𝒕 = 𝟐 𝑽𝒐𝒍𝒕

Tegangan maksimum terbaik merupakan mean atau rata-rata dari data hasil
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

pengukuran, sehingga :
∑ 𝑽𝒎
̅̅̅̅
𝑽𝒎 = ……………………………………… (5)
𝒏

𝟐 𝑽𝒐𝒍𝒕+𝟐 𝑽𝒐𝒍𝒕+𝟐 𝑽𝒐𝒍𝒕+𝟐 𝑽𝒐𝒍𝒕


̅̅̅̅
𝑽𝒎 = = 𝟐 𝑽𝒐𝒍𝒕
𝟒

Sesatan rata – rata dihitung sebagai berikut

∑(𝑽𝒎 −𝑽𝒎 ) ̅̅̅̅̅ 𝟐


̅̅̅̅
∆𝑽 𝒎 = √ 𝒏(𝒏−𝟏) ……………………………… (6)

(𝟐−𝟐) 𝟐 +(𝟐−𝟐)𝟐 +(𝟐−𝟐)𝟐 +(𝟐−𝟐)𝟐


̅̅̅̅
∆𝑽 𝒎 = √ 𝟒(𝟒−𝟏)

𝟎+𝟎+𝟎+𝟎
̅̅̅̅
∆𝑽 𝒎 = √ 𝟒×𝟑

𝟎
̅̅̅̅
∆𝑽 𝒎 = √𝟏𝟐 = 𝟎 𝑽𝒐𝒍𝒕

 ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑽𝒎 ± ∆𝑽 𝒎 = 𝟐 ± 𝟎 𝑽𝒐𝒍𝒕

 Tegangan Efektif
𝑽𝒎
𝑽𝒆𝒇𝒇 = ………………………………………… (7)
√𝟐

𝟐
𝑽𝒆𝒇𝒇 = = 𝟏, 𝟒𝟏𝟒𝟐𝟏 𝑽𝒐𝒍𝒕
√𝟐

Tegangan efektif terbaik merupakan mean atau rata-rata dari data hasil
pengukuran, sehingga :
∑ 𝑽𝒆𝒇𝒇
̅̅̅̅̅̅
𝑽𝒆𝒇𝒇 = ………………………………………(8)
𝒏

𝟏,𝟒𝟏𝟒𝟐𝟏 𝑽𝒐𝒍𝒕+𝟏,𝟒𝟏𝟒𝟐𝟏 𝑽𝒐𝒍𝒕+𝟏,𝟒𝟏𝟒𝟐𝟏 𝑽𝒐𝒍𝒕+𝟏,𝟒𝟏𝟒𝟐𝟏 𝑽𝒐𝒍𝒕


̅̅̅̅̅̅
𝑽𝒆𝒇𝒇 = = 𝟏, 𝟒𝟏𝟒𝟐𝟏 𝑽𝒐𝒍𝒕
𝟒

Sesatan rata – rata dihitung sebagai berikut

̅̅̅̅̅̅
∑(𝑽𝒆𝒇𝒇 −𝑽𝒆𝒇𝒇 ) 𝟐
̅̅̅̅̅̅
∆𝑽 𝒆𝒇𝒇 = √ …………………………… (9)
𝒏(𝒏−𝟏)

(𝟏,𝟒𝟏𝟒𝟐−𝟏,𝟒𝟏𝟒𝟐) 𝟐 +(𝟏,𝟒𝟏𝟒𝟐−𝟏,𝟒𝟏𝟒𝟐)𝟐 +(𝟏,𝟒𝟏𝟒𝟐−𝟏,𝟒𝟏𝟒𝟐)𝟐 +(𝟏,𝟒𝟏𝟒𝟐−𝟏,𝟒𝟏𝟒𝟐)𝟐


̅̅̅̅̅̅
∆𝑽 𝒆𝒇𝒇 = √ 𝟒(𝟒−𝟏)

𝟎+𝟎+𝟎+𝟎
̅̅̅̅̅̅
∆𝑽 𝒆𝒇𝒇 = √ 𝟒×𝟑

𝟎
̅̅̅̅̅̅
∆𝑽 𝒆𝒇𝒇 = √𝟏𝟐 = 𝟎 𝑽𝒐𝒍𝒕

 ̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅
𝑽𝒆𝒇𝒇 ± ∆𝑽 𝒆𝒇𝒇 = 𝟏, 𝟒𝟏𝟒𝟐𝟏 ± 𝟎 𝑽𝒐𝒍𝒕

b. Frekuensi (data 1, Vtrafo = 4 Volt)

 Perioda

𝑻 = 𝑻𝒊𝒎𝒆/𝑫𝒊𝒗 × 𝑫𝒊𝒗………………………(10)

𝑻 = 𝟐 𝒎𝒔 × 𝟏𝟎 = 𝟐𝟎 𝒎𝒔 = 𝟎, 𝟎𝟐 𝒔

 Frekuensi
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

𝟏
𝒇 = 𝑻…………………………………….…(11)

𝟏
𝒇 = 𝟎,𝟎𝟐 𝒔 = 𝟓𝟎 𝑯𝒛

Frekuensi terbaik merupakan mean atau rata-rata dari data hasil pengukuran,
sehingga :
∑𝒇
𝒇̅ = ………………………………………(12)
𝒏

𝟓𝟎 𝑯𝒛+𝟓𝟎 𝑯𝒛+𝟓𝟎 𝑯𝒛+𝟓𝟎 𝑯𝒛


𝒇̅ = = 𝟓𝟎 𝑯𝒛
𝟒

Sesatan rata – rata dihitung sebagai berikut

∑(𝒇−𝒇) ̅ 𝟐
∆𝒇̅ = √ 𝒏(𝒏−𝟏) ………………………………(13)

(𝟓𝟎−𝟓𝟎) 𝟐 +(𝟓𝟎−𝟓𝟎)𝟐 +(𝟓𝟎−𝟓𝟎)𝟐 +(𝟓𝟎−𝟓𝟎)𝟐


∆𝒇̅ = √ 𝟒(𝟒−𝟏)

𝟎+𝟎+𝟎+𝟎
∆𝒇̅ = √ 𝟒×𝟑

𝟎
∆𝒇̅ = √𝟏𝟐 = 𝟎 𝑽𝒐𝒍𝒕

 𝒇̅ ± ∆𝒇̅ = 𝟓𝟎 ± 𝟎 𝑯𝒛

Dilakukan perhitungan yang sama untuk Vtrafo sebesar 6 Volt yang dapat dilihat pada
Tabel 1.

2. Hitung frekuensi terbaik dan sesatannya sinyal generator berdasarkan gambar


lissayous.
Jawab :

Tabel 2. Data percobaan frekuensi menggunakan Lissayous

4. Lissajous

𝑓𝑥 𝑓𝑥 𝑓̅𝑦
Volt 𝑓̅𝑥 n m ∆𝑓̅𝑦
(Hz) (Hz) (Hz)
50.5 1 1 50.5
100 1 2 50
150 1 3 50
4 205 114.6714 1 4 51.25 50.55 0.20148
255 1 5 51
25.5 4 2 51
16.7 6 2 50.1
50.5 1 1 50.5
100 1 2 50
150 1 3 50
6 205 114.6714 1 4 51.25 50.55 0.20148
255 1 5 51
25.5 4 2 51
16.7 6 2 50.1
a. Untuk V = 4 Volt (data 1)
𝒏
𝒇𝒚 = 𝒎 𝒇𝒙 ………………………………….…(14)
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

𝟏
𝒇𝒚 = 𝟏 × 𝟓𝟎, 𝟓 𝑯𝒛 = 𝟓𝟎, 𝟓 𝑯𝒛

Frekuensi terbaik merupakan mean atau rata-rata dari data hasil pengukuran,
sehingga :
∑ 𝒇𝒚
̅̅̅
𝒇𝒚 = ……………………………………(15)
𝒏

𝟓𝟎,𝟓 𝑯𝒛+𝟓𝟎 𝑯𝒛+𝟓𝟎 𝑯𝒛+𝟓𝟏,𝟐𝟓 𝑯𝒛+𝟓𝟏 𝑯𝒛+𝟓𝟏 𝑯𝒛+𝟓𝟎,𝟏 𝑯𝒛


̅̅̅
𝒇𝒚 = = 𝟓𝟎, 𝟓𝟓 𝑯𝒛
𝟕

Sesatan rata – rata dihitung sebagai berikut

̅̅̅̅ 𝟐
̅̅̅𝒚 = √∑(𝒇𝒚 −𝒇𝒚 ) ………………………………(13)
∆𝒇 𝒏(𝒏−𝟏)

𝟐 +(𝟓𝟎,𝟓𝟓−𝟓𝟎)𝟐 +(𝟓𝟎,𝟓𝟓−𝟓𝟎)𝟐 +(𝟓𝟎,𝟓𝟓−𝟓𝟏,𝟐𝟓)𝟐 +(𝟓𝟎,𝟓𝟓−𝟓𝟏)𝟐 +(𝟓𝟎,𝟓𝟓−𝟓𝟏)𝟐 +(𝟓𝟎,𝟓𝟓−𝟓𝟎,𝟏)𝟐


̅̅̅𝒚 = √(𝟓𝟎,𝟓𝟓−𝟓𝟎,𝟓)
∆𝒇
𝟕(𝟕−𝟏)

̅̅̅𝒚 = 𝟎, 𝟐𝟎𝟏𝟒𝟖 𝐇𝐳
∆𝒇

̅̅̅ ̅̅̅𝒚 = 𝟓𝟎, 𝟓𝟓 ± 𝟎, 𝟐𝟎𝟏𝟒𝟖 𝑯𝒛


𝒇𝒚 ± ∆𝒇

b. Untuk V = 6 Volt
𝒏
𝒇𝒚 = 𝒎 𝒇𝒙 ………………………………….…(14)

𝟏
𝒇𝒚 = 𝟏 × 𝟓𝟎, 𝟓 𝑯𝒛 = 𝟓𝟎, 𝟓 𝑯𝒛

Frekuensi terbaik merupakan mean atau rata-rata dari data hasil pengukuran,
sehingga :
∑ 𝒇𝒚
̅̅̅
𝒇𝒚 = ……………………………………(15)
𝒏

𝟓𝟎,𝟓 𝑯𝒛+𝟓𝟎 𝑯𝒛+𝟓𝟎 𝑯𝒛+𝟓𝟏,𝟐𝟓 𝑯𝒛+𝟓𝟏 𝑯𝒛+𝟓𝟏 𝑯𝒛+𝟓𝟎,𝟏 𝑯𝒛


̅̅̅
𝒇𝒚 = = 𝟓𝟎, 𝟓𝟓 𝑯𝒛
𝟕

Sesatan rata – rata dihitung sebagai berikut

̅̅̅̅ 𝟐
̅̅̅𝒚 = √∑(𝒇𝒚 −𝒇𝒚 ) ………………………………(13)
∆𝒇 𝒏(𝒏−𝟏)

𝟐 +(𝟓𝟎,𝟓𝟓−𝟓𝟎)𝟐 +(𝟓𝟎,𝟓𝟓−𝟓𝟎)𝟐 +(𝟓𝟎,𝟓𝟓−𝟓𝟏,𝟐𝟓)𝟐 +(𝟓𝟎,𝟓𝟓−𝟓𝟏)𝟐 +(𝟓𝟎,𝟓𝟓−𝟓𝟏)𝟐 +(𝟓𝟎,𝟓𝟓−𝟓𝟎,𝟏)𝟐


̅̅̅𝒚 = √(𝟓𝟎,𝟓𝟓−𝟓𝟎,𝟓)
∆𝒇
𝟕(𝟕−𝟏)

̅̅̅𝒚 = 𝟎, 𝟐𝟎𝟏𝟒𝟖 𝐇𝐳
∆𝒇

̅̅̅ ̅̅̅𝒚 = 𝟓𝟎, 𝟓𝟓 ± 𝟎, 𝟐𝟎𝟏𝟒𝟖 𝑯𝒛


𝒇𝒚 ± ∆𝒇

3. Bandingkan frekuensi terbaik sinyal generator hasil no. 1 dan 2.


Jawab :
Pada hasil perhitungan nomor 1, nilai frekuensi terbaik untuk 𝑽𝒕𝒓𝒂𝒇𝒐 =
𝟒 𝑽𝒐𝒍𝒕 dan 𝑽𝒕𝒓𝒂𝒇𝒐 = 𝟔 𝑽𝒐𝒍𝒕 adalah sama yaitu 50 Hz. Kemudian pada hasil
perhitungan nomor 2, nilai frekuensi terbaik untuk 𝑽𝒕𝒓𝒂𝒇𝒐 = 𝟒 𝑽𝒐𝒍𝒕 dan
𝑽𝒕𝒓𝒂𝒇𝒐 = 𝟔 𝑽𝒐𝒍𝒕 juga menunjukkan nilai yang sama yaitu 50.55 Hz. Sehingga,
terdapat perbedaan frekuensi sebesar 0,55 Hz antara hasil perhitungan nomor 1 dan
2.
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

6.2 Menghitung Beda Sudut Fase

Tabel 3. Beda sudut fase

5. Beda sudut fasa


Fx (Hz) b B Ø W tan Ølit Ølit KSR
300 0,4 1,2 19,47122 1884,956 3,536777 74,2121 73,76274
400 0,5 1,3 22,61986 2513,274 2,652582 69,344 67,38021
500 0,5 1,4 20,92483 3141,593 2,122066 64,76836 67,69282
600 0,5 1,5 19,47122 3769,911 1,768388 60,51242 67,82277
700 0,5 1,55 18,81906 4398,23 1,515761 56,58579 66,74242
800 0,4 1,6 14,47751 5026,548 1,326291 52,98436 72,67587
900 0,4 1,65 14,02967 5654,867 1,178926 49,69439 71,76811

1. Hitung sudut fase untuk sinyal input dan sinyal output untuk masing - masing
frekuensi berdasarkan hasil pengamatan. Hitung beda sudut fasenya untuk
setiap frekuensi.
Jawab :
 Sudut fase
𝑏
∅ = 𝐴𝑆𝐼𝑁 ( )
𝐵

a. Sudut fase pada frekuensi 300 HZ (data 1)


𝑏
∅ = 𝐴𝑆𝐼𝑁 (𝐵)
0,4
∅ = 𝐴𝑆𝐼𝑁 (1,2)
∅ = 19,47°

Dilakukan perhitungan yang sama untuk data kedua dan seterusnya yang dapat dilihat
pada Tabel 3.

2. Hitung Beda sudut fase untuk masing-masing frekuensi dengan menggunakan


persamaan (5).
Jawab:
 Beda sudut fase
1
𝑡𝑎𝑛∅ =
𝜔𝑅𝐶

a. Beda sudut fase pada frekuensi 300 Hz (data 1)


1. 𝜔 = 2𝜋𝑓
𝜔 = 2(3,14)300
𝜔 = 1884,955 (rad/s)
2. Φ = tan -1 (1/ ωRC)
Φ = tan -1 (1/1884x1500x0,0000001)
Φ = tan -1 (3,53857)
Φ = 74,2197°
Dilakukan perhitungan yang sama untuk data kedua dan seterusnya yang dapat dilihat
pada Tabel 3.

3. Bandingkan hasil no. 1 dan 2! Hitung kesalahan relatifnya


Jawab :
 Kesalahan relative
1
∅𝑙𝑖𝑡 = tan−1
𝜔𝑅𝐶
∅𝑙𝑖𝑡 = 74,2 °

∅−∅𝑙𝑖𝑡
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
∅𝑙𝑖𝑡
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

19,47−74,2
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
74,2
𝐾𝑆𝑅 = 73,76%

Dilakukan perhitungan yang sama untuk data kedua dan seterusnya yang dapat dilihat
pada Tabel 3.

6.3 Menghitung Frekuensi Resonansi

Tabel 4. Frekuensi resonansi

6. Frekuensi Resonansi
f (Hz) b B b/B ϕ tan ϕ ϕlit ω ωr KSR
3500 1,1 2,5 0,44 26,10388 0,30331 16,87287 21991,15 54,70922
4000 1,3 2,7 0,481481 28,78220 0,26539 14,86325 25132,74 93,64674
4500 1,4 3 0,466667 27,81814 0,23590 13,27366 28274,33 109,57393
5000 1,5 3,2 0,46875 27,95319 0,21231 11,98671 31415,93 133,20140
5500 1,6 3,4 0,470588 28,07249 0,19301 10,92449 34557,52 156,96844
6000 1,4 3,6 0,388889 22,88538 0,17693 10,03342 37699,11 128,09145
6500 1,2 3,7 0,324324 18,92464 0,16332 9,27558 40840,7 104,02658
4082,483
7000 0,7 4 0,175 10,07866 0,15165 8,62337 43982,3 16,87610
7500 0,1 4,1 0,02439 1,39760 0,14154 8,05629 47123,89 82,65211
8000 0,2 4,1 0,04878 2,79603 0,13270 7,55878 50265,48 63,00958
8500 0,9 4 0,225 13,00288 0,12489 7,11885 53407,08 82,65416
9000 1,2 3,8 0,315789 18,40848 0,11795 6,72709 56548,67 173,64704
9500 1,4 3,7 0,378378 22,23327 0,11174 6,37603 59690,26 248,70100
10000 1,6 3,5 0,457143 27,20289 0,10616 6,05966 62831,85 348,91785

1. Hitung sudut fase sinyal input dan output untuk masing-masing frekuensi.
Kemudian hitung beda sudut fasenya
Jawab :
 Sudut fase
𝑏
𝜑 = 𝐴𝑆𝐼𝑁 ( )
𝐵

(1) Pada frekuensi 3500 Hz (data 1)


𝑏
𝜑 = 𝐴𝑆𝐼𝑁 (𝐵)
1,1
𝜑 = 𝐴𝑆𝐼𝑁 (2,5) = 26,10°

 Beda sudut fase


1
𝑡𝑎𝑛𝜑 =
𝜔𝑅𝐶
(1) Pada Frekuensi 3500 Hz (data 1)
ω= 2 × 𝜋 × 𝑓
ω= 2 × 3,14 × 3500 = 21991,15
1
𝑡𝑎𝑛𝜑 = 𝜔𝑅𝐶
1
𝑡𝑎𝑛𝜑 = = 0,30331°
21991,15×1500×10¯⁷
Untuk variasi frekuensi lainnya terdapat pada Tabel 4 diatas atau 5 di
lampiran.

2. Buat grafik beda sudut fase terhadap frekuensi dengan memplotkan hasil
pengamatan pada saat mengukur frekuensi resonansi.
Jawab :
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

Grafik Beda Fase terhadap Frekuensi


35
30
25
BEDA FASE

20
15 y = -0,002x + 32,946
10 R² = 0,189

5
0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
FREKUENSI

Series1 Linear (Series1)

Gambar 6.1 Grafik beda sudut fase terhadap frekuensi pada saat mengukur
frekuensi resonansi

3. Tentukan frekuensi resonansi dari grafik beda fase terhadap frekuensi.


Jawab :
Pada grafik beda fasa terhadap frekuensi, terdapat titik-titik dan itulah titik-
titik frekuensi resonansi gelombang. Dapat dilihat bahwa pada grafik beda
sudut fase terhadap frekuensi tidak terdapat beda fase yang bernilai nol,
sedangkan suatu rangkaian seri RLC dikatakan resonansi bila impedansi
totalnya adalah real. Keadaan real ini dapat dicapai apabila beda sudut fase
antara arus yang melalui rangkaian dan sumber adalah nol . Jadi, tidak
terdapat frekuensi resonansi, karena pada grafik tidak terdapat beda fase
yang bernilai nol, sedangkan suatu rangkaian seri RLC dikatakan resonansi
bila impedansi totalnya adalah real. Keadaan real ini dapat dicapai apabila
beda sudut fase antara arus yang melalui rangkaian dan sumber adalah nol

4. Hitung frekuensi resonansi dengan persamaan (7).


Jawab :
(1) Pada frekuensi 3500 Hz (data 1)
1
ωr= √𝐿𝐶
1
ωr= √(0,6𝐻)𝑥(10−7 𝐹) = 4082,483 Hz

5. Bandingkan frekuensi resonasi dari grafik dengan perhitungan. Hitung


kesalahan relatifnya.
Jawab :
(1) Pada frekuensi 3500 Hz (data 1)
1
𝜑𝑙𝑖𝑡 = tan−1 𝜔𝑅𝐶
𝜑𝑙𝑖𝑡 = 16,87 °
𝜑−𝜑𝑙𝑖𝑡
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝜑𝑙𝑖𝑡
26,10−16,87
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
16,87
𝐾𝑆𝑅 = 54,7%

6.4 Tahanan Sebagai Peredam

Tabel 5. Tahanan sebagai peredam


Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

7. Tahanan Sebagai Peredam


Rbox (Ohm) T (s) V/div div Vpp (L/C)^1/2 2*(L/C)^1/2 w f Vo R/2L grafikR sebenarnyaLog Decrement
1 0,2 3,8 0,76
10 2 0,2 1,1 0,22
3 0,2 0,6 0,12 1,721 0,923 1,1076 1,25E-07
1 0,2 3,6 0,72
20 2 0,2 1 0,2 3000000 6000000 16666666 2652582
3 0,2 0,5 0,1 1,7517 0,987 1,1844 1,34E-07
1 0,2 3,5 0,7
30 2 0,2 1 0,2
3 0,2 0,5 0,1 1,6871 0,973 1,1676 1,32E-07

1. Buat grafik antara tegangan terhadap waktu dari hasil pengamatan untuk
masing-masing harga Rbox.
Jawab :
Grafik Tegangan Terhadap Waktu
0,8

0,7

0,6

0,5
V (Volt)

0,4 Rbox = 10 Ohm

0,3 Rbox = 20 Ohm

0,2 Rbox = 30 Ohm

0,1

0
0 1 2 3 4
T (s)

Gambar 6.2 Grafik tegangan terhadap waktu

2. Apa analisis anda terhadap Grafik No. 1.


Jawab :
Dari grafik tersebut terlihat bahwa nilai tegangan menurun seiring dengan
bertambahnya nilai periode. Sehingga keduanya memiliki hubungan yang
berbanding terbalik.
3. Dekati grafik tersebut dengan grafik eksponensial, tentukan persamaan grafik
tersebut.
Jawab :
Grafik Tegangan terhadap Waktu untuk Rb=10 ohm
0,8
0,7
0,6
Tegangan (V)

0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Waktu (s)
y = 1,721e-0,923x
R² = 0,9622
Rb=10 Expon. (Rb=10)

Gambar 6.3 Grafik eksponensial tegangan terhadap waktu untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 =


Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

10 𝛺

Grafik Tegangan terhadap Waktu untuk Rb=20 ohm


0,8
0,7
0,6
Tegangan (V)
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Waktu (s)
y = 1,7517e-0,987x
R² = 0,9713 Rb=20 Expon. (Rb=20)

Gambar 6.4 Grafik eksponensial tegangan terhadap waktu untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 =


20 𝛺

Grafik Tegangan terhadap Waktu untuk Rb=30 ohm


0,8
0,7
0,6
Tegangan (V)

0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Waktu (s)
y = 1,6871e-0,973x
R² = 0,9732
Rb=30 Expon. (Rb=30)

Gambar 6.5 Grafik eksponensial tegangan terhadap waktu untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 =


30 𝛺
4. Analogikan persamaan grafik tersebut dengan persaman (10) untuk nilai cos
(𝜔𝑡 + 𝛷) = 1
Jawab :
Persamaan 10 :
𝑉 = 𝑉0 𝑒 −𝑅𝑡/2𝐿 cos(𝜔𝑡 + 𝜑)
𝑉 = 𝑉0 𝑒 −𝑅𝑡/2𝐿
Persamaan dari grafik :
- Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 10 𝛺
𝑦 = 1.721𝑒 −0.923𝑡
- Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 20 𝛺
𝑦 = 1.7517𝑒 −0.987𝑡
- Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 30 𝛺
𝑦 = 1.6871𝑒 −0.973𝑡

5. Berapa tegangan awal dan besarnya tahanan sebenarnya untuk masing - masing
harga Rbox ?. Bandingkan dengan masing-masing harga Rbox tersebut .
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

Jawab :
 Tegangan Awal
Diperoleh dari persamaan pada grafik tegangan terhadap waktu
- Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 10 𝛺
𝑉0 = 1.721 𝑉
- Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 20 𝛺
𝑉0 = 1.7517 𝑉
- Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 30 𝛺
𝑉0 = 1.6871 𝑉
 Hambatan Sebenarnya
𝑅
𝑅𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = ( ) × 2𝐿
2𝐿 𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘
- Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 10 𝛺
𝑅𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = 0.923 × 2(0.6)
𝑅𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = 1.1076 𝞨
- Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 20 𝛺
𝑅𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = 0.987 × 2(0.6)
𝑅𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = 1.1844 𝞨
- Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 30 𝛺
𝑅𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = 0.973 × 2(0.6)
𝑅𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = 1.1676 𝞨
2
6. Hitung besarnya √𝐿⁄𝐶
Jawab :
Dengan 𝐿 = 0.6 𝐻 dan 𝐶 = 1 × 10−7 𝐹, maka
𝐿 0.6 𝐻
2√𝐶 = 2√1×10−7 𝐹

𝐿
2√𝐶 = 2 × 2449.4897 𝛺

𝐿
2√ = 4898.9795 𝛺
𝐶

7. Dengan membandingkan harga R dengan hasil no.6, tentukan mana yang


keadaanya kurang redam, kritis dan teredam tinggi dari masing - masing harga
Rbox.
Jawab :
𝐿
Dari harga R sebenarnya dan nilai 2√𝐶 , dapat ditentukan bahwa ketiganya

termasuk ke dalam keadaan kurang redam atau underdamped karena 𝑅 <


𝐿
2√𝐶.

Dan dapat terlihat pada grafik yang menurun.

8. Hitung log Decrement untuk masing-masing harga Rbox.


Jawab :
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

𝜋𝑅
⋀=
𝜔𝐿
 Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 10 𝛺
3.14×1.1076
⋀ = 16666665.81×0.6

⋀ = 1.25267 × 10−7
 Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 30 𝛺
3.14×1.1844
⋀ = 16666665.81×0.6

⋀ = 1.33952 × 10−7
 Untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 = 30 𝛺
3.14×1.1676
⋀ = 16666665.81×0.6

⋀ = 1.32052 × 10−7

6 Berikanlah analisis kesimpulan dari percobaan yang Saudara lakukan.


6.1 Analisa
Pada praktikum kali ini yaitu modul ke-delapan Eksperimen Fisika tentang osiloskop.
Osiloskop sendiri memiliki pengertian yaitu suatu alat ukur besaran listrik yang dapat
memetakan sinyal listrik atau serangkaian alat yang digunakan untuk mengamati sinyal-
sinyal yang masuk pada osiloskop dan kemudian diteliti hasil keluaran dari masukan sinyal
tersebut. Dari praktikum kali ini, kita dapat mempelajari cara kerja osiloskop dan
pemakaiannya sebagai alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan power supply,
menghitung frekuensi power supply, mengukur beda sudut fase sinyal input dan output
pada rangkaian RC, menghitung frekuensi resonansi pada rangkaian RLC, dan mengetahui
sejauh mana pengaruh resistor terhadap peredaman tegangan pada rangkaian RLC.
Osiloskop merupakan suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk menampilkan suatu
sinyal listrik. Dengan data yang telah kita peroleh seperti adanya frekuensi, amplitude,
tegangan dan beda fase, maka kita akan dapat mencari besar suduut beda fase dari
osiloskop dan mengetahui frekuensi yang belum diketahui salah satunya. Dari sini kita juga
dapat menghubungkan osiloskop dengan rangkaian RC dan RLC. Dengan data yang telah
kita peroleh, kita dapat menghitung frekuensi resonansi dari rangkaian tersebut.
Pada percobaan kali ini yang berjudul osiloskop yang bertujuan untuk menentukan
besar tegangan power supply, menghitung frekuensi power supply, mengetahui beda sudut
fase sinyal input dan output pada rangkaian RC, menghitung frekuensi resonansi pada RLC
serta mengetahui sejauh mana pengaruh resistor terhadap peredaman tegangan pada
rangkaian RLC. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah osiloskop yang
berfungsi untuk memetakan sinyal listrik dalam bentuk gambar grafik yang mudah dibaca,
power supply yang berfungsi sebagai sumber listrik, frekuensi counter yang berfungsi
untuk menghitung frekuensi, rangkaian RC sebagai objek yang akan diketahui besaran
listriknya, induktor untuk melawan fluktuasi arus yang melewati rangkaian RL dan RC, dan
variabel resistor (Rbox) yang berfungsi untuk mengatur arus dan tegangan listrik.Pada
percobaan ini dilakukan beberapa prosedur diantaranya mempelajari tombol kontrol
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

osiloskop, kalibrasi osiloskop, mengukur tegangan dan frekuensi,menentukan frekuensi


dengan lissajous, mengukur beda fasa input dan output, resonansi listrik, dan tahanan
sebagai redaman.
Prosedurnya awal yaitu adalah mempelajari tombol control osiloskop hal yang dilakukan
pertama adalah menyalakan osiloskop kemudian hubungan sinyal generator pada osiloskop
untuk menampilkan gelombang sinus pada layar osiloskop,mainkan beberapa kontrol
osiloskop dan amati perubahan yang terjadi(pertama tobol intent dan focus,kemudian posisi
vertical dan horizontal,TIME/DIV dan VOLT/DIV,lalu tombol AC-DC dan GND(Ground).
Jadi, sebelum memulai percobaan, tombol kontrol pada osiloskop harus dipelajari terlebih
dahulu. Osiloskop dinyalakan lalu dihubungkan dengan sinyal generator untuk
menampilkan gelombang sinus pada layar. Berbagai kontrol osiloskop dimainkan dan
perubahan yang terjadi pada layar diamati. Seperti tombol INTENT dan FOCUS, posisi
VERTIKAL dan HORIZONTAL, Time/Div dan Volt/Div, serta AC-DC-GND. Jika
control INTENT dan FOCUS diputar, jalur garis akan tergambar pada layar CRT dengan
jelas karena fungsi control tersebut untuk mengatur kecerahan serta ketajaman garis yang
ditampilkan di layar. Poisisi VERTICAL dan posisi HORIZONTAL dapat diatur dengan
menggunakan tombol position Y dan X serta tombol rotation. Jika control Time/div diubah,
maka memungkinkan praktikan dapat melihat interval sinyal lebih besar atau lebih kecil
dari semula, pada layar osiloskop, gambar gelombang akan ditampilkan lebih rapat atau
renggang. Jika tombol pada posisi AC, sinyal input yang mengandung komponen DC
akan ditahan/di-blokir oleh sebuah kapasitor. Jika tombol pada posisi GND, terminal
input akan terbuka, input yang bersumber dari penguatan internal di dalam Oscilloscope
akan di-grounded. Jika tombol pada posisi DC, input terminal akan terhubung langsung
dengan penguat yang ada di dalam Oscilloscope dan seluruh sinyal input akan ditampilkan
pada layar monitor. Jika control TRIG LEVEL dipindahkan, bertujuan untuk mengubah
tingkat ambang. Pada arah + (searah putan jarum jam) ambang pemicuan bergeser ke nilai
yang lebih positif, dan pada arah – (berlawanan dengan putaran jarum jam) ambang
pemicuan bergeser ke nilai yang lebih negatif. pada posisi tengah, maka tingkat ambang di-
set mendekati rerata dari sinyal yang digunakan sebagai sumber pemicuan. Ketika tombol
PULL(-) SLOPE di-set pada posisi +, sapuan dihasilkan dari gelombang sumber pemicu
ketika ia melewati batas ambang pada arah positif (positive-going direction). Ketika tombol
PULL(-) SLOPE di-set pada posisi -, sapuan dihasilkan dari gelombang sumber pemicu
ketika ia melewati batas ambang pada arah negatif (negative-going direction).
Prosedur yang kedua yaitu kalibrasi osiloskop.Gunakan prog osiloskop pada salah satu
channel dan hubungkan pada CAL (kalibrasi) kemudian atur TIME/DIV dan VOLT/DIV
agar sinyal dapat teramati. Kalibrasi ini bertujuan agar hasil pengukuran yang diperoleh
dari percobaan menunjukkan hasil yang akurat agar sesuai dengan standar nasional maupun
internasional. Sehingga penyimpangan atau deviasi dari percobaan tersebut dapat
ditentukan.
Prosedur yang ketiga yaitu mengukur tegangan dan frekuensi. Hubungkan salah satu
channel osiloskop pada trafo 4 volt,atur TIME/DIV dan VOLT/DIV agar sinyal dapat
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

teramati dengan jelas,catat amplitude dan perioda sinyal dalam DIV,ulangi prosedur yang
sama sebanyak 3 sampai 5 kali,lakukan prosedur yang sama untuk output trafo 6 volt.
Prosedur yang keempat yaitu menentukan frekuensi dengan lissayous.Hubungkan channel
1 osiloskop pad trafo 4 volt dan channel 2 osiloskop pada sinyal generatortor,lalu ubah
mode pada control panel osiloskop menjadi mode x ADD untuk menggabungkan sinyal 1
dan 2 dan mode XY,atur sinyal generator hingga terbentuk gambar lissayous 1:1 dan catat
frekuensinya,lakukan prosedur yang sama untuk perbandingan n:m yang berbeda.
Prosedur yang kelima yaitu mengkukur beda sudut fasa input dan output.Pertama susun
rangkaian seperti pada gambar 2 didalam modul,atur nilai frekuensi pada sinyal
generator,kemudian amati dan juga tentukan nilai b dan B dari gambar ellips yang
terbentuk pada layar osiloskop ,lakukan prosedur yang sama untuk variasi nilai frekuensi.

Gambar 6.6 Rangkaian RC


Prosedur yang keenam yaitu resonansi listrik.Pertama susun rangkaian seperti pada gambar
3 didalam modul .atur nilai frekuensi dari sinyal generator,kemudian amati dan tentukan
nilai b dan B dari gambar ellips yang terbentuk pada osiloskop seperti pada prosedur
elima,lakukan prosedur yang sama untuk variasi nilai frekuensi

Gambar 6.7 Rangkaian RLC

Prosedur ketujuh yaitu tahanan sebagai peredam. Pertama susun rangkaian seperti gambar 4
pada modul ,tentukan posisi selector Rbox pada posisi nol(0),dan masukkan sinyal persegi
dari sinyal generator pada rangkaian tersebut,kemudian atur frekuensi hingga diperoleh
sinyal output yang dapat diamati,catat tegangan dari sinyal output Y pada rangkaian dan
frekuensi dari sinyal generator,lakukan prosedur yang sama untuk variasi nilai R box.
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

Gambar . Tahanan sebagai peredam


Dalam percobaan digunakan 2 macam besaran trafo yaitu selain 4V terdapat trafo 6V.
Prosedur yang sama dilakukan sebanyak 3 sampai 5 kali serta dilakukan untuk output trafo
6 Volt. Prosedur percobaan yang dilakukan berulang bertujuan untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang akurat dan presisi sehingga meminimalisir kesalahan dalam percobaan.
Parameter yang telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan menentukan tegangan
dan frekuensi terdiri atas tegangan trafo, Volt/Div beserta Div, kemudian Time/Div beserta
Div . Dari data-data tersebut dilakukan pengolahan data untuk memperoleh tegangan
beserta sesatannya. Terdapat tegangan Puncak ke Puncak yaitu tegangan dari puncak
tegangan postif ke puncak tegangan negative yang dapat dihitung dengan mengalikan
jumlah divisi satu siklus gelombang dengan nilai tegangan yang disetting pada sakelar
𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣. Dengan V trafo 4 volt, diperoleh 𝑉𝑝𝑝 untuk kelima pengambilan data adalah
sebesar 4 𝑉𝑜𝑙𝑡 dengan rata-rata dan sesatan sebesar 4 ± 0 𝑉𝑜𝑙𝑡. Nilai sesatan tersebut
menunjukkan ketidakpastian relative karena pengambilan data dilakukan secara berulang.
Semakin kecil nilai sesatan, maka nilai pengukuran semakin mendekati nilai sebenarnya.
Dengan sesatan yang bernilai nol tersebut menunjukkan bawa pengambilan data untuk
menghitung tegangan puncak ke puncak telah menunjukkan hasil yang akurat dan presisi.
Kemudian dapat dihitung nilai tegangan maksimum atau 𝑉𝑚𝑎𝑥 dengan membagi dua
tegangan puncak ke puncak atau mengalikan tegangan efektif dengan akar dua. Diperoleh
rata-rata dan sesatan tegangan maksimum sebesar 2 ± 0 𝑉𝑜𝑙𝑡. Hal ini juga menunjukkan
bawa pengambilan data untuk menghitung tegangan maksimum telah menunjukkan hasil
yang akurat dan presisi. Kemudian dapat pula dihitung nilai tegangan efektif dengan rata-
rata dan sesatannya sebesar 1,41421 ± 0 𝑉𝑜𝑙𝑡. Selain nilai tegangan, osiloskop juga dapat
digunakan untuk menghitung nilai frekuensi. Frekuensi pada osiloskop dapat dihitung
menggunakan hubungan frekuensi dan perioda. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui
perioda gelombang sinus pada layar osiloskop terlebih dahulu. Perioda (T) dapat dihitung
dengan mengalikan jumlah divisi satu siklus gelombang dengan nilai waktu yang disetting
pada sakelar Time/Div. diperoleh frekuensi terbaik atau frekuensi rata-rata beserta
sesatannya sebesar 50 ± 0 𝐻𝑧. Untuk Vtrafo sebesar 6 Volt yang terdapat pada Tabel 2 di
lampiran. Percobaan ini sudah sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa tegangan
berbanding lurus dengan nilai div (sumbu y). Serta perioda yang berbanding lurus dengan
nilai div (sumbu x) dan berbanding terbalik dengan frekuensi. Hal tersebut terbukti dengan
sesatan yang bernilai nol.
Prosedur selanjutnya, pengukuran frekuensi yang dilakukan dengan pola lissajous. Channel
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

1 osiloskop dihubungkan pada trafo 4 Volt dan channel 2 pada sinyal generator. Mode pada
control panel osiloskop diubah menjadi mode ADD untuk menggabungkan sinyal dari
channel 1 dan 2 serta mode XY. sinyal generator diatur hingga terbentuk gambar lissajous
1:1 dan frekuensinya dicatat. Prosedur yang sama dilakukan untuk perbandingan n:m yang
lainnya. Parameter yang telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan menentukan
frekuensi dengan lissajous terdiri atas tegangan, frekuensi, serta jumlah loop pada arah
vertical maupun horizontal . Dari data-data tersebut dilakukan pengolahan data untuk
menghitung frekuensi terbaik beserta sesatannya dan diperoleh nilai 50,55 ± 0,20148 𝐻𝑧
untuk V trafo 4 volt dan 50,55 ± 0,20148 𝐻𝑧 untuk V trafo 6 volt. Nilai frekuensi yang
masuk ke input Y ini berbanding lurus dengan jumlah loop pada arah horizontal (n) serta
frekuensi yang masuk ke input X, dan berbanding terbalik dengan jumlah loop pada arah
vertikal (m). Pada hasil perhitungan percobaan 1, nilai frekuensi terbaik untuk 𝑉𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 =
4 𝑉𝑜𝑙𝑡 dan 𝑉𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 = 6 𝑉𝑜𝑙𝑡 adalah sama yaitu 50 Hz. Kemudian pada hasil perhitungan
nomor 2, nilai frekuensi terbaik untuk 𝑉𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 = 4 𝑉𝑜𝑙𝑡 dan 𝑉𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 = 6 𝑉𝑜𝑙𝑡 juga
menunjukkan nilai yang sama yaitu 50.55 Hz. Sehingga, terdapat perbedaan frekuensi
sebesar 0,55 Hz antara hasil perhitungan percobaan 1 dan 2.
Prosedur selanjutnya, dilakukan pengukuran beda sudut fasa input dan output. Rangkaian
disusun seperti pada Gambar 2 pada modul. Nilai frekuensi pada sinyal generator diatur ,
kemudian nilai b dan B dari gambar elips yang terbentuk ditentukan. Prosedur yang sama
dilakukan untuk variasi frekuensi lainnya. Parameter yang telah ditentukan serta yang
diperoleh dari percobaan ini terdiri atas frekuensi, nilai titik potong di luar gelombang (b)
maupun di dalam gelombang (B) . Dari data-data tersebut dilakukan pengolahan data untuk
menghitung besar sudut fasa sinyal input dan output, dan diperoleh sudut fasa pada
frekuensi 300 Hz adalah sebear 19,47°. Untuk variasi frekuensi lainnya terdapat pada
Tabel 4 di lampiran. Kemudian dapat dihitung nilai beda sudut fase menggunakan
persamaan 5 pada modul, dan diperoleh sudut sebesar 74.2°. Dari kedua nilai tersebut,
dapat dihitung nilai KSR untuk melihat besar kesalahan relative yang terjadi dalam
percobaan. Diperoleh KSR sebesar 73.76%, artinya kesalahan relative dalam percobaan ini
cukup tinggi. Hal ini dapat terjadi karena ketidaktelitian pada saat pengambilan data.
Kemudian terjadi fluktuasi pada nilai b, sehingga besar sudut fase juga akan mengalami
fluktuasi dan tidak meningkat seiring dengan bertambahnya frekuensi.
Prosedur selanjutnya adalah resonansi listrik. Rangkaian disusun seperti Gambar 3 pada
modul. Nilai frekuensi pada sinyal generator diatur , kemudian nilai b dan B dari gambar
elips yang terbentuk ditentukan. Prosedur yang sama dilakukan untuk variasi frekuensi
lainnya. Parameter yang telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan ini terdiri atas
frekuensi, nilai titik potong di luar gelombang (b) maupun di dalam gelombang (B) . Dari
data-data tersebut dilakukan pengolahan data untuk menghitung sudut fasa sinyal input dan
output. Pada frekuensi 3500 Hz, diperoleh besar sudut fase 26.10° dengan menggunakan
rumus ebda fasa untuk rangkaian RC, diperoleh nilai tan sebesar 0.30331. Kemudian
dibuat grafik beda fase terhadap frekuensi. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa tidak
ada frekuensi resonansi pada rangkaian RLC karna tidak terdapat beda fase yang bernilai
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

nol, sedangkan suatu rangkaian seri RLC dikatakan resonansi bila impedansi totalnya
adalah real. Keadaan real ini dapat dicapai apabila beda sudut fase antara arus yang melalui
rangkaian dan sumber adalah nol. Dengan menggunakan persamaan 7 pada modul,
𝑟𝑎𝑑
diperoleh besar frekuensi resonansi sebesar 4082.483 . Dikarenakan tidak terdapat
𝑠

frekuensi resonansi, maka parameter untuk menghitung KSR diubah menjadi sudut fasa
dan diperoleh 𝐾𝑆𝑅 sebesar 68.66%.
Prosedur selanjutnya adalah tahanan sebagai peredam. Rangkaian disusun seperti Gambar 4
pada modul. Selektor 𝑅𝑏𝑜𝑥 ditentukan pada posisi nol. Sinyal persegi dari generator
dimasukkan pada rangkaian. Frekuensi diatur hingga diperoleh sinyal output yang dapat
diamati. Tegangan dari sinyal output Y pada rangkaian serta frekuensi dari sinyal generator
dicatat. Prosedur yang sama dilakukan untuk variasi nilai 𝑅𝑏𝑜𝑥 lainnya. Parameter yang
telah ditentukan serta yang diperoleh dari percobaan ini terdiri atas nilai Rbox, perioda,
kemudian Volt/Div beserta Div. Dari data-data tersebut dibuat grafik tegangan terhadap
waktu untuk masing-masing nilai Rbox. Dari grafik tersebut terlihat bahwa nilai tegangan
menurun seiring dengan bertambahnya nilai periode. Sehingga keduanya memiliki
hubungan yang berbanding terbalik. Jika grafik tersebut didekati dengan grafi eksponensial,
diperoleh persamaan 𝑦 = 1.721𝑒 −0.923𝑡 untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 10 𝛺, 𝑦 = 1.7517𝑒 −0.987𝑡 untuk
𝑅𝑏𝑜𝑥 20 𝛺 dan 𝑦 = 1.6871𝑒 −0.973𝑡 untuk 𝑅𝑏𝑜𝑥 30 𝛺. Dari persamaan tersebut, diperoleh
nilai tegangan awal untuk masing-masing Rbox yaitu
1.721 𝑉, 1.7517 𝑉 dan 1.6871 𝑉. Kemudian dapat dihitng nilai hambatan sebenarnya
untuk masing-masing Rbox, yaitu 1.1076 𝛺, 1.1844 𝛺 dan 1.1676 𝛺. Untuk menentukan
nilai-nilai tersebut berada pada keadaan redaman jenis mana, maka perlu dihitung nilai
𝐿
2√𝐿⁄𝐶 terlebih dahulu, dan diperoleh nilai 4898.9795 𝛺. Jika 𝑅 < 2√𝐶, disebut keadaan

𝐿
kurang teredam atau underdamped. Jika 𝑅 = 2√𝐶 , disebut keadaan teredam kritis di mana

𝐿
q atau V akan menurun secara eksponensial terhadap waktu. Dan jika 𝑅 > 2√𝐶 , yang

disebut keadaan teredam tinggi dimana q atau V menurun. Dari harga R sebenarnya dan
𝐿
nilai 2√𝐶 , dapat ditentukan bahwa ketiganya termasuk ke dalam keadaan kurang redam

𝐿
atau underdamped karena 𝑅 < 2√𝐶. Dan dapat terlihat pada grafik yang menurun. Selain

itu, dapat pula dihitung nilai log decrement sebagai perbandingan logaritma alamiah antara
dua amplitudo yang berdekatan. Diperoleh nilai log decrement untuk masing-masing
percobaan adalah 1.25267 × 10−7 , 1.33952 × 10−7 dan 1.32052 × 10−7.
6.2 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
 Cara kerja osiloskop dan pemakaianannya sebagai alat ukur listrik dapat dipelajari.
Osiloskop dibedakan atas dua jenis, yaitu osiloskop analog dan osiloskop digital.
Osiloskop analog bekerja dengan secara langsung memberikan tegangan yang diukur
ke sinar katoda yang bergerak pada layar osiloskop. Tegangan ini membelokkan
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

sinar ke atas dan ke bawah secara proporsional, sehingga meninggalkan jejak berupa
bentuk gelombang pada layar. Osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang dan
menggunakan ADC (analog-todigital converter) untuk mengkonversikan tegangan
yang diukur menjadi informasi digital. Selanjutnya informasi ini digunakan untuk
merekonstruksi bentuk gelombang pada layar. Dalam pemakaiannya, osiloskop
digunakan untuk menampilkan sinyal listrik dalam bentuk grafik sehingga dapat
menganalisa tingah laku besaran gelombang yang berubah-ubah terhadap waktu.
 Besar tegangan power supply dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah divisi satu
siklus gelombang dengan nilai tegangan yang disetting pada sakelar 𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣.
Diperoleh tegangan beserta sesatannya adalah sebesar 4 ± 0 𝑉𝑜𝑙𝑡. Tegangan
maksimum dihitung dengan membagi dua tegangan puncak ke puncak. Diperoleh
rata-rata dan sesatan tegangan maksimum sebesar 2 ± 0 𝑉𝑜𝑙𝑡. Kemudian dapat pula
dihitung nilai tegangan efektif dengan rata-rata dan sesatannya sebesar 1.41421 ±
0 𝑉𝑜𝑙𝑡.
 Frekuensi power supply dapat dihitung dari hubungan frekuensi dan perioda.
Sehingga diperoleh frekuensi terbaik beserta sesatannya sebesar 50 ± 0 𝐻𝑧.
 Beda sudut fase sinyal input dan output dapat diketahui. Beda sudut fase sinyal input
dan output pada rangkaian RC berdasarkan data percobaan sebesar
19.47°, 22.62°, 20.92°, 19.47°, 18.81°, 14.48°, 14.03°, dan 14.03°. Beda sudut fase
sinyal input dan output pada rangkaian RC menggunakan persamaan 5 adalah
3.5°, 2.6°, 2.1°, 1.8°, 1.5°, 1.3°, 1.2°, 𝑑𝑎𝑛 1.06 ° dan sudut fasa sebesar
74.2°, 69.3°, 64.8°, 60.5°, 56.6°, 52.98°, 49.7°, dan 46.7°. Dengan kesalahan relative
sebesar 73.76%, 67.38%, 67.69%, 67.82%, 66.74%, 72.68%, 71.77%, dan
69.95%.
 Tidak terdapat frekuensi resonansi pada rangkaian RLC karena syarat tercapainya
keadaan resonansi tidak terpenuhi, yaitu tidak terdapat beda fase yang bernilai nol.
Namun, dengan menggunakan persamaan 7, diperoleh frekuensi resonansi sebesar
4082.483 𝑟𝑎𝑑/𝑠.
 Pengaruh resistor terhadap peredaman tegangan pada rangkaian RLC dapat
diketahui. Resistor memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap peredaman
tegangan pada rangkaian RLC. Resistor bertindak sebagai peredam tegangan,
semakin besar nilai resistansi resistor yang digunakan maka proses peredaman pada
tegangan akan emakin cepat yang mengakibatkan nilai tegangan semakin kecil.
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

LAMPIRAN
Tabel 1. Nilai Resistansi, Kapasitansi dan Induktansi
𝑅 (𝛺) 𝐶 (𝐹) 𝐿 (𝐻)
1500 0.0000001 0.6

Tabel 2. Menentukan Tegangan dan Frekuensi


𝑉𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 𝑉𝑜𝑙𝑡⁄ 𝐷𝑖𝑣 𝑉𝑝𝑝 ̅̅̅̅
𝑉𝑝𝑝 𝑉𝑚 𝑉𝑒𝑓𝑓 𝑇𝑖𝑚𝑒⁄ 𝐷𝑖𝑣 𝑇 𝑇̅ 𝑓̅
𝐷𝑖𝑣 𝐷𝑖𝑣
2 2 4 0.002 10 0.02
2 2 4 0.005 4 0.02
4 4 2 1.414213562 0.02 50
5 0.8 4 0.002 10 0.02
5 0.8 4 0.005 4 0.02
2 2.8 5.6 0.002 10 0.02
2 2.8 5.6 0.005 4 0.02
6 5.55 2.775 1.962221318 0.02 50
5 1.1 5.5 0.002 10 0.02
5 1.1 5.5 0.005 4 0.02

Tabel 3. Menentukan Frekuensi dengan Lissajous


𝑉 (𝑉𝑜𝑙𝑡) 𝑓𝑥 (𝐻𝑧) 𝑛 𝑚 𝑓𝑦 (𝐻𝑧)
50.5 1 1 50.5
100 1 2 50
150 1 3 50
4 205 1 4 51.25
255 1 5 51
25.5 4 2 51
16.7 6 2 50.1
50.5 1 1 50.5
100 1 2 50
150 1 3 50
6 205 1 4 51.25
255 1 5 51
25.5 4 2 51
16.7 6 2 50.1

Tabel 4. Menentukan Beda Sudut Fasa


𝑓𝑥 (𝐻𝑧) 𝑏 𝐵 Ø 𝜔 𝑡𝑎𝑛 Ø 𝑙𝑖𝑡 Ø 𝑙𝑖𝑡 𝐾𝑆𝑅
300 0.4 1.2 19.47122063 1884.955592 3.536776513 74.21210302 73.76274241
400 0.5 1.3 22.61986495 2513.274123 2.652582385 69.34400262 67.38021445
500 0.5 1.4 20.92483243 3141.592654 2.122065908 64.7683628 67.69281865
600 0.5 1.5 19.47122063 3769.911184 1.768388257 60.51241904 67.82276937
700 0.5 1.55 18.81906337 4398.229715 1.515761363 56.5857881 66.74242067
800 0.4 1.6 14.47751219 5026.548246 1.326291192 52.98435543 72.67587372
900 0.4 1.65 14.0296654 5654.866776 1.178925504 49.69439011 71.7681103
1000 0.4 1.65 14.0296654 6283.185307 1.061032954 46.69619269 69.95544049

Tabel 5. Resonansi Listrik


𝑓 𝑏 𝐵 Ø 𝜔 𝑡𝑎𝑛 Ø 𝑙𝑖𝑡 Ø 𝑙𝑖𝑡 𝐾𝑆𝑅
3500 1.1 2.5 26.10388114 21991.14858 8.493307157 83.28492402 68.65713519
4000 1.3 2.7 28.78220468 25132.74123 9.787838253 84.16646842 65.44127881
4500 1.4 3 27.81813928 28274.33388 11.07394845 84.84007004 66.59882972
5000 1.5 3.2 27.95318688 31415.92654 12.35416402 85.37231858 66.43667841
5500 1.6 3.4 28.07248694 34557.51919 13.63009259 85.80389441 66.29343514
6000 1.4 3.6 22.88538048 37699.11184 14.90280591 86.16112442 72.52158089
6500 1.2 3.7 18.92464442 40840.7045 16.17304596 86.46183343 77.27722677
Nama: Nabillah Fa’diyyah Zahra
NPM : 140310190063

7000 0.7 4 10.07865811 43982.29715 17.44134272 86.71853704 87.89858041


7500 0.1 4.1 1.397596628 47123.8898 18.70808486 86.94029054 98.32190922
8000 0.2 4.1 2.796025696 50265.48246 19.97356386 87.13381253 96.64281894
8500 0.9 4 13.00287816 53407.07511 21.23800264 87.30419595 84.38747671
9000 1.2 3.8 18.40848017 56548.66776 22.50157456 87.45537346 77.89698389
9500 1.4 3.7 22.2332718 59690.26042 23.76441649 87.59043116 73.30456615
10000 1.6 3.5 27.20289441 62831.85307 25.02663793 87.71182545 67.3375527

Tabel 6. Tahanan Sebagai Peredam


𝑅
𝑅𝑏𝑜𝑥 𝑇 𝐿
𝑉/𝑑𝑖𝑣 𝑑𝑖𝑣 𝑉𝑝𝑝 √ 𝜔 𝑓 𝑉0 2𝐿 𝑅𝑟𝑒𝑎𝑙 ⋀
(𝑂ℎ𝑚) (𝑠) 𝐶 𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘
1 0.2 3.8 0.76
2 0.2 1.1 0.22 1.25267E-
10 1.721 0.923 1.1076
07
3 0.2 0.6 0.12
1 0.2 3.6 0.72
4898.979486 16666665.81 2652582.25 1.33952E-
20 2 0.2 1 0.2 1.7517 0.987 1.1844
07
3 0.2 0.5 0.1
1 0.2 3.5 0.7
1.32052E-
30 2 0.2 1 0.2 1.6871 0.973 1.1676
07
3 0.2 0.5 0.1

Anda mungkin juga menyukai