Anda di halaman 1dari 25

PEM ELEKTROLISER

LAPORAN AWAL

Nabillah Fa’diyyah Zahra

140310190063

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI FISIKA

2022

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................i

BAB 1............................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Tujuan.................................................................................................................2

BAB 2............................................................................................................................3

2.1 Hidrogen.............................................................................................................3

2.2 Air.......................................................................................................................4

2.3 Dekomposisi Air.................................................................................................5

2.4 Elektrolisis..........................................................................................................6

2.4 Hukum Faraday Mengenai Elektrolisis..............................................................7

2.5 PEM Elektroliser (Polymer Electrolite Membrane)...........................................9

BAB 3..........................................................................................................................14

3.1 Rencana Perancangan Algoritma Penelitian.....................................................14

3.2 Alat-alat Percobaan...........................................................................................14

3.3 Prosedur Percobaan...........................................................................................15

BAB 4..........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kehidupan sehari-hari, listrik mempunyai peran yang sangat penting bagi
keberlangsungan hidup. Setiap tahunnya kebutuhan masyarakat akan listrik semakin
meningkat. Hampir semuanya menggunakan bahan bakar fosil. Maka, akibat dari
perilaku tersebut, masyarakat dunia terpaksa mengeksploitasi secara terus-menerus
yang berimbas pada menipisnya ketersediaan bahan bakar fosil. Seperti diketahui,
sumber bahan bakar yang berasal dari fosil ini merupakan sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui dan menimbulkan dampak polusi, karena dalam
pembentukannya membutuhkan waktu yang sangat lama dan dalam pemakaiannya
menghasilkan gas-gas berbahaya. Maka dari itu perlu adanya energi alternatif yang
terbarukan serta ramah lingkungan. Salah satunya adalah penggunaan hidrogen.

Hingga saat ini banyak dikembangkan energi baru dan ramah lingkungan, salah
satu bentuk energi alternatif yang saat ini menjadi perhatian besar terutama di negara
maju yaitu hidrogen. Hidrogen diproyeksikan akan menjadi bahan bakar masa depan
yang lebih ramah lingkungan dan lebih efisien, dimana suplai energi yang dihasilkan
sangat bersih karena hanya menghasilkan air sebagai emisi.

Hidrogen di alam sangat berlimpah tetapi bukan dalam bentuk komponen


tunggal, melainkan dalam bentuk senyawa yaitu air. Dengan teknologi Polymer
Electrolyte Membrane (PEM) atau dikenal dengan teknologi fuel cell, maka gas
hidrogen dapat langsung dikonversikan menjadi energi listrik. Gas hidrogen yang
tinggi memberikan tingkat emisi yang mendekati sero emission.

Berdasarkan uraian di atas, percobaan ini dilakukan untuk memahami proses


PEM elektroliser lebih lanjut, menentukan tegangan dekomposi air, menentukan laju
produksi hidrogen pada berbagai jenis elektroliser, menentukan efisiensi energi dan
efesiensi faraday, serta mengamati berbagai pengaruh lingkungan terhadap efisiensi
elektroliser.

1.2 Tujuan

1. Menentukan tegangan dekomposi air.


2. Menentukan laju produksi hidrogen pada berbagai jenis elektroliser.
3. Menentukan efisiensi energi dan efesiensi faraday.
4. Mengamati berbagai pengaruh lingkungan terhadap efisiensi elektroliser.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hidrogen

Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes:
membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan
nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau,
bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat
mudah terbakar. Dengan massa atom 1,00794 amu, hidrogen adalah unsur teringan
dan terbanyak di dunia.

Hidrogen adalah gas ringan (lebih ringan dari udara), tidak berwarna, tidak
berbau, dan sangat mudah terbakar pada konsentrasi serendah 4% di udara bebeas.
Jika terbakar tidak menunjukkan adanya nyala dan akan menghasilkan panas yang
sangat tinggi (Gozali, 2015).

Tabel 2.1 Sifat Fisik Gas Hidrogen

Sumber: (Gozali, 2015)

Reaksi pembakaran hidrogen dan oksigen akan menghasilkan:

H2 + ½O2  H2O

Dari reaksi pembakaran gas hidrogen tersebut sudah pasti tidak akan mencemari
udara seperti yang ditimbulkan pada pembakaran bahan bakar fosil saat ini. Selain
itu, keunggulan dari hidrogen bila dijadikan bahan bakar dibandingkan dengan bahan
bakar lain ialah nilai oktan yang lebih besar. Ketika dicampur dengan oksigen dalam
berbagai perbandingan, hidrogen akan meledak seketika disulut dengan api dan akan
meledak sendiri pada temperature 560oC (G., et al., 2018).

2.2 Air

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H 2O (satu molekul air tersusun
atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen). Air
bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu
pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0oC).

Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dibanding
atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan
jumlah muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom
tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik
listrik antar molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing
molekul saling berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada
akhirnya menaikkan titik didih air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai ikatan
hidrogen (Gozali, 2015).

Tabel 2.2 Ketetapan Fisik Air


Sumber: (Gozali, 2015)

2.3 Dekomposisi Air

Dekomposisi air menjadi H2 dan O2 secara fotokatalitik menggunakan fotokatalis


semikonduktor adalah suatu metode konversi energi solar menjadi energi kimia,
termasuk konversi biomassa dan elektrolisis air menggunakan solar cell (Kudo,
2007). Fotokatalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi kimia dengan
menggunakan energi foton dari cahaya matahari. Proses produksi hidrogen secara
fotokatalitik menggunakan fotokatalis semikonduktor dan cahaya sebagai sumber
photogenerated electron (-) dan hole (+) (Husin, et al., 2013).
Reaksi penguraian terjadi ketika satu reaktan terurai menjadi dua atau lebih
produk. Ini bisa diwakili oleh persamaan umum:
AB A++ B-
Dalam persamaan ini, AB mewakili reaktan yang memulai reaksi, dan A dan B
mewakili produk dari reaksi. Panah menunjukkan arah di mana reaksi terjadi.
Contohnya adalah dekomposisi air menjadi hidrogen dan oksigen dengan elektrolisis.
Pada katoda, air (H2O) dibagi menjadi gas hidrogen (H2) dan ion hidroksida (OH-),
yang tertarik ke anoda bermuatan positif. Pada anoda, air dibagi menjadi gas oksigen
dan ion hidrogen (H+), yang tertarik ke katoda (Brainard, 2014). Berikut penulisan
secara reaksinya:
2H2O 2H+ + O22-

Hidrogen dari air diproduksi secara elektrolisis dan fotokataliltik dekomposisi


air. Pada elektrolisis air, penguraian molekul air (H2O) menjadi hidrogen (H2) dan
oksigen (O2) menggunakan energi pemicu reaksi berupa energi listrik. Proses ini
berlangsung kerika dua buah elektroda ditempatkan dalam air dan arus searah (direct
current) dialirkan diantara 2 elektroda tersebut. Elektrolisis dikenal sebagai produksi
hidrogen dari air yang paling efektif dengan tingkat kemurnian tinggi (Husin, et al.,
2012).
2.4 Elektrolisis

Elektrolisis ialah proses yang menggunakan energi listrik agar reaksi kimia
nonspontan dapat terjadi. Sel elektrolitik ialah alat untuk melaksanakan elektrolisis.
(G., et al., 2018). Elektrolisis adalah metode pemecahan molukel-molukel air menjadi
atom-atom penyusunnya (hidrogen dan oksigen) dengan menggunakan arus listrik
yang melewati 2 kutub elektroda

Pada elektrolisis, sebuah sumber listrik dihubungkan dengan dua elektroda atau 2
plat yang diletakkan di dalam suatu larutan. Setelah proses dijalankan, maka air akan
terpisah menjadi hidrogen dan oksigen. Hidrogen akan terkumpul di katoda
(elektroda negatif) dan oksigen akan terkumpul pada anoda (elektroda positif). Gas
hidrogen yang dihasilkan jumlahnya dua kali lipat dari gas oksigen yang dihasilkan
dan keduanya proporsional dengan total energi listrik yang dialirkan melalui air
(Haryati, 2016).

Gambar 2.1 Proses Elektrolisis ( (Haryati, 2016)


0
−¿E =−1,23V ¿

Anoda ( oksidasi ) :2 H 2 O→ 4 H +¿+O +4 e 2 ¿


x1
0
−¿ E =0 V ¿
−¿→ H 2 +2O H ¿
Katoda ( reduksi ) :2 H 2 O+2 e x2

+
0
−¿ E =−1,23 V ¿
+¿+O2+ 2 H 2+4 O H ¿
4 H 2 O+2 H 2 O → 4 H

0
2 H 2 O →2 H 2 +O 2 E =−1,23 V

Reaksi reduksi/oksidasi (redoks) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya


bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Oksidasi
adalah peningkatan bilangan oksidasi dan reduksi adalah penurunan bilangan
oksidasi. Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau
ion, sedangkan reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul,
atom, atau ion.

Dari reaksi tersebut, gas hidrogen dan oksigen akan membentuk gelembung pada
elektrode. Elektrolisa air memanfaatkan arus listrik untuk menguraikan air menjadi
unsur-unsur pembentuknya, yaitu H2 dan O2. Gas hidrogen muncul di kutub negatif
atau katoda dan oksigen berkumpul di kutub positif atau anoda.

Hidrogen yang dihasilkan dari proses elektrolisa air berpotensi menghasilkan


zero emission, apabila listrik yang digunakan dihasilkan dari generator listrik bebas
polusi seperti energi angin atau panas matahari. Namun demikian dari sisi konsumsi
energi, cara ini memerlukan energi listrik yang cukup besar.

Energi listrik yang diperlukan untuk elektrolisis adalah 285,83 kJ/mol H 2 produk.
Energi dalam jumlah yang cukup besar ini digunakan untuk mengatasi berbagai
hambatan (energi aktivasi, resistansi listrik, resistansi transport dan resistansi reaksi
kimia) (Gozali, 2015).
2.4 Hukum Faraday Mengenai Elektrolisis

Berdasarkan hasil eksperimen Michael Faraday, ia menemukan beberapa kaidah


perhitungan elektrolisis yang dikenal dengan Hukum Faraday (Gozali, 2015).

1. Hukum I Faraday
“Jumlah zat yang dihasilkan elektroda sebanding dengan arus listrik yang
mengalir pada sel elektrolisis.”
m ≈Q (1)
“Bila sejumlah tertentu arus listrik melalui sel, dengan jumlah mol zat yang
berubah dielektroda adalah konstan tidak tergantung jenis zat.”
Misalnya, kuantitas listrik yang diperlukan untuk mendapatkan 1 mol logam
monovalen adalah 96.485 C/mol (Coulomb/mol) tidak bergantung pada jenis
logamnya.
2. Hukum II Faraday
“Jumlah zat-zat yang diendapkan pada masing-masing elektroda oleh
sejumlah arus listrik yang sama banyaknya akan sebanding dengan berat
ekivalen masing-masing zat tersebut.”
m ≈ massa ekivalen (2)
Massa ekivalen (ME) zat adalah massa atom relatif (Ar) dibagi dengan
perubahan bilangan oksidasinya atau muatan ionnya.
Ar
ME= (3)
biloks
Arus listrik suatu faraday (1F) didefinisikan sebagai jumlah arus listrik yang
terdiri dari 1 mol elektron.
Secara aljabar penggabungan hukum Faraday I dan II menghasilkan
persamaan sebagai berikut :
e . i .t
m= (4)
F
Keterangan :
m = Massa zat (gr)
e = Massa ekuivalen atau (M/valensi)
i = Kuat arus (Ampere)
F = Tetapan Faraday = (96.485 C/mol ≈ 96.500 C/mol) (1 F = satu mol elektron;
1 farad = 1C/V)

Pada proses elektrolisis dalam sebuah elektroliser terlihat bahwa 1 atom


hidrogen memberikan kontribusi satu elektron terhadap arus yang mengalir
sehingga hubungan antara arus yang mengalir dengan volume hidrogen yang
dihasilkan dapat ditentukan dengan menghitung energi listrik yang digunakan
dan jumlah hidrogen yang dihasilkan. Hubungan ini telah dirumuskan dalam
hukum faraday tentang elektrolisis yang secara sistematis dinyatakan:
R.I .T .t
V= (5)
F . p. z
Keterangan :
V = Volume gas yang dihasilkan secara teoritis (m3)
R = Konstanta gas umum (8,314 J/mol.K)
P = Tekanan ruangan dalam Pa (1 Pa = 1 N/m2)
F = Konstanta Faraday (96.485 C/mol ≈ 96.500 C/mol)
T = Temperatur (K)
I = Kuat arus (A)
t = Waktu (s)
Z = Jumlah elektron untuk membebasan 1 molekul

Efisiensi Faraday pada sebuah elektroliser adalah rasio volume gas hidrogen
yang dihasilkan terhadap volume gas yang seharusnya dihasilkan menurut
perhitungan teoritis yang dinyatakan dalam Hukum 1 Faraday berikut:
V H (hasil )
η faraday= 2
(6)
V H ( hitung)
2

2.5 PEM Elektroliser (Polymer Electrolite Membrane)

PEM elektroliser memiliki desain yang sangat sederhana dan kompak karena
komponen utamanya adalah yang membran polimer penghantar proton yang dilapisi
dengan lapisan bahan katalis di kedua sisinya. Kedua lapisan ini adalah elektroda sel.
Membran pada alat ini memiliki tujuan ganda, sebagai perangkat pemisahan
gas dan konduktor ion (proton) ( (Sitanggang, et al., 2019).

Gambar 2.2 Komponen Utama PEM Elektroliser (Terran, 2009)

Ketika tegangan DC lebih besar dari tegangan dekomposisi air diterapkan ke


elektrodanya, PEM elektroliser akan memisahkan air murni menjadi hidrogen dan
oksigen. Tegangan dekomposisi teoritis air adalah sebesar 1,23V. Namun, karena
resistansi transisi, tegangan yang agak lebih tinggi diperlukan dalam praktiknya.
Maka tegangan ini akan menjadi lebih besar apabila terjadi resistansi transisi yang
disebabkan oleh berbagai faktor. Elektroliser berdaya tinggi dibangun sebagai
tumpukan di mana masing-masing elektroliser dihubungkan secara seri dan tegangan
ditambahkan.

Sebagaimana proses elektrokimia biasa, PEM Elektroliser bekerja berdasarkan


proses reduksi-oksidasi yang terjadi pada elektroda. Ketika tegangan DC diberikan
pada elektroda, air akan teroksidasi dianoda membentuk oksigen, proton (ion
hidrogen) dan elektron bebas hidrogen terkumpul secara langsung di anoda,
sedangkan proton bermigrasi melalui membrane elektrolit polimer ke katoda untuk
kemudian tereduksi menjadi hidrogen dengan mengikat elektron yang disuplai
rangkaian eksternal.

Misalkan tegangan DC diterapkan pada elektroda PEM electroliser (panel surya


pada transparansi). Di anoda (elektroda di sebelah kanan) air teroksidasi,
meninggalkan oksigen, proton H+ -ion) dan elektron bebas. Sementara gas oksigen
dapat dikumpulkan langsung di anoda, proton (kuning +) bermigrasi atau berpindah
melalui membran penghantar proton ke katoda dimana mereka direduksi menjadi
hidrogen (elektron untuk ini disediakan oleh sirkuit luar) (Terran, 2009).

Elektroliser PEM memiliki efisiensi hingga ~ 85%. Dengan proses


elektrolisisnya adalah: (Terran, 2009)
−¿→2 H 2 ¿
+¿+4 e ¿
Reaksi pada Katoda :4 H
−¿¿
+¿+O2+ 4 e ¿
Reaksi pada Anoda :2 H 2 O → 4 H

Reaksitotal : 2 H 2 O→ 2 H 2+O2

PEM (Polymer Electrilite Membrane) Elektroliser adalah jenis elektroliser yang


menggunakan membran polimer sebagai elektrolitnya yang dipadu dengan elektroda-
elektroda dengan cara yang ringkas. Apabila tegangan DC yang lebih besar dari
tegangan dekomposisi air diberikan pada elektrodanya, PEM Elektroliser akan
memisahkan air murni menjadi oksigen dan hidrogen. Tegangan dekomposisi air
menurut perhitungan teoritis adalah 1,23 V. Tegangan ini akan menjadi lebih besar
apabila terjadi resistansi transisi. Performa PEM elektrolizer pada tegangan 0,03 –
10,5 V dengan densitas arus 0,075 – 2,4 A/cm2.

Gambar 2.3 Reaksi Kimia Pada PEM Elektroliser (Carmo, et al., 2011)

PEM elektroliser bekerja berdasarkan proses reduksi oksidasi yang terjadi pada
elektroda. Ketika tegangan DC diberikan pada elektroda, air akan teroksidasi dan
anoda membentuk oksigen, proton (ion hidrogen) dan elektron bebas. Hidrogen
terkumpul langsung di anoda sedangkan proton bermigrasi melalui membrane
elektrolit polimer ke katoda untuk kemudian tereduksi menjadi hidrogen dengan
mengikat elektron yang disuplai rangkaian eksternal.

PEM elektrolizer berguna untuk menguraikan senyawa air (H2O) menjadi


oksigen (O2) dan gas hidrogen (H2) dengan menggunakan arus listrik dari
photovoltaic. Persamaan yang menyatakan karakteristik elektrolizer (persamaan
Nerst) dinyatakan sebagai berikut (Sitanggang, et al., 2019):

(7)
Dimana VNerst adalah tegangan sel reversibel, R yaitu konstanta gas ideal, P
adalah tekanan parsial. Menurut hasil eksperimen, peningkatkan suhu operasi dari 40-
80℃ akan menurunkan tegangan dan menyebabkan peningkatan performa PEM
elektrolizer (Abderezzak, et al., 2014).Semakin lama waktu berlangsungnya
elektrolisis, maka volume H2 yang dihasilkan akan semakin banyak. Secara teoritis
hal tersebut dapat ditinjau dari Hukum Faraday 2.

(8)
Dimana, I adalah arus listrik (mA), t adalah waktu (s), n adalah jumlah mol, Vm
adalah volume molar (ml.mol-1 ), V adalah volume hidrogen (ml), F adalah konstanta
Faraday, z adalah jumlah mol elektron yang ditransfer pada saat reaksi. Q adalah
beban listrik (C). Persamaan (8) menunjukkan produksi H2 yang akan dikonversikan
fuel cell menjadi listrik kembali akan dipengaruhi densitas arus dan waktu. Semakin
besar densitas arus yang digunakan pada PEM elektrolizer, semakin meningkat dan
akan mengubah produksi H2 terhadap waktu (Sitanggang, et al., 2019).
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Rencana Perancangan Algoritma Penelitian

Mulai A
Menyiapkan alat serta Mengulangi prosedur 3-5
mengukur diameter dalam sebanyak tiga kali,
pipa 1 & 2 sebanyak 3 kali mengukur ketinggian air
maksimum pipa 2

Mengisi tendon 1 dan 2


hingga penuh Mengulangi prosedur 6
dengan ¾ dan ½ x ketinggi-
an maksimum dan meng-
Mengukur debit air yang hitung debit yang keluar
keluar

Mengisi tendon dengan ½ x


Mencatat waktu pengosongan volume semula dan mencatat
tendon 1 dan mencatat waktu pengosongan
volume air buangan

Mengukur diameter poros 5


A kali & menghitung daya
poros puli

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan

3.2 Alat-alat Percobaan

1. PEM Elektroliser sebagai alat elektrolisis air.


2. Sumber daya variabel sebagai sumber tegangan.
3. Dua buah multimeter sebagai alat ukur tegangan dan arus selama proses elektrolisis.
4. Tangki air sebagai wadah untuk menampung air.
5. Tangki hidrogen sebagai wadah penampung H2 hasil elektrolisis.
6. Stopwatch sebagai alat ukur waktu percobaan.
7. Kabel-kabel penghubung sebagai penghubung antar komponen percobaan.
3.3 Prosedur Percobaan

1. Menentukan Tegangan Dekomposisi Air


 Menyusun rangkaian seperti Gambar 3.4 pada modul.

Gambar 3.2 Rangkain Elektroliser

 Mengisi tangki air dengan air deionisasi (aquades murni).


 Mengisi tangki hidrogen dengan aquades.
 Menaikkan tegangan dari 0 sampai maksimum 2 V dengan interval 0,1 V.
 Mencatat nilai arus yang terukur dan mengamati tangki hidrogen untuk
setiap nilai tegangan.
 Memberikan tanda pada tegangan berapa hidrogen mulai terlihat.

Memberi tenggang waktu sekitar 20 detik untuk setiap pengukuran.

2. Menentukan Efisiensi Energi dan Efisiensi Faraday Elektroliser PEM


 Menyusun rangkaian seperti gambar 3.4 pada modul
 Mengsi tangki hidrogen dengan air·sampai penuh, sebelumnya membuang
semua hidrogen yang tersisa.
 Memberikan tegangan elektroda sedikit diatas tegangan dekomposisi air
(misal 1,6 V). Memutuskan untuk sementara, menyiapkan stopwatch.

 Jangan memberikan tegangan > 2 V.


 Menghubungkan elektroliser dengan sumber tegangan, mencatat penunjukan
arus dan tegangan dalam waktu yang bersamaan memulai mengukur waktu
yang dibutuhkan elektroliser untuk menghasilkan sejumlah hidrogen, misal
setiap satu strip pada tangki hidrogen (5 C𝑚3 𝐴).
 Melanjutkan pengukuran dengan mencatat waktu, arus dan tegangan setiap
kali dihasilkan sejumlah hidrogen yang sama sampai tangki hidrogen penuh.
 Mengulangi pengukuran dengan dua nilai tegangan elektroda yang berbeda
(tidak lebih dari 2 V).

BAB 4
TUGAS PENDAHULUAN
1. Turunkan persamaan (3.1) pada modul.

Jawab :
Dari Hukum Faraday I : massa zat yang dihasilkan pada suatu elektroda selama
proses elektrolisis berbanding lurus dengan muatan listrik yang digunakan.

w≈Q (9)
Q=I .t (10)
Q=n . F (11)
Dari hukum gas ideal :

PV ≈ nRT (12)
PV (13)
n=
RT
Subtitusikan persamaan (5) dan persamaan (2) ke persamaan (3) :

PV (14)
I . t=
RT
I . t . RT (15)
V=
PzF

2. Dari persaniaan (3.2) pada modul, berikan analisis, faktor-faktor apa saja
yang dapat dikontrol agar elektroliser dapat bekerja secara optimal.
Jawab :
Faktor-faktor yang dapat dikontrol agar elektroliser dapat bekerja secara optimal
adalah tekanan ruang (P) dan temperatur ruang (T).
 Untuk V H 2 (ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙) : Daya dan arus yang diberikan pada elektroda, semakin
besar maka hidrogen yang dihasilkan semakin banyak.
 Untuk V H 2 (ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔): Jika dilihat berdasarkan rumus, maka yang
mempengaruhi adalah arus, waktu, temperatur, tekanan dan jumlah elektron
(z).

3. Selain elektroliser, tuliskan beberapa contoh reformer hidrogen yang lain


lengkap dengan mekanisme kerjanya.
Jawab :
Berikut contoh reformer hidrogen, anata lain :
a. Steam reforming bio-oil untuk memproduksi hidrogen.
Mekanisme kerja : Steam reforming dilakukan dengan fixed bed reactor pada
suhu 700oC dengan tekanan atmosferik. Bio-oil yang digunakan merupakan
bio-oil aqueous fraction dengan rumus empirik CH1,47O0,27. Senyawa yang
paling banyak dikandung dalam bio-oil yang digunakan adalah asam asetat dan
fenol.
b. Steam reforming gas alam
Proses produksi gas hidrogen tersebut menggunakan gas alam sebagai bahan
bakar proses. Produksi hidrogen dengan steam reforming gas alam adalah
hasil reaksi antara gas alam (metana) dan steam pada suhu tinggi. Gas
alam adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari
metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai pendek dan
ringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang
lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10),
dengan kompisisinya masing-masing. Langkah-langkah dasar proses steam
reforming terdiri dari pretreatment (pengolahan awal) umpan (gas alam),
kemudian proses reforming menjadi synthetis gas (syngas), selanjutnya
dilakukan konversi menjadi gas yang kaya hidrogen dan pemurnian gas
hidrogen. Pretreatment diperlukan karena adanya persyaratan kualitas gas
alam sebagai umpan. Umpan pertama kali dihilangkan fase cairnya,
selanjutnya dilakukan desulfurisasi untuk menyerap sulfur organik maupun
anorganik dalam gas alam sampai kadarnya 0,1 ppm. Reaksi berlangsung
pada suhu 300–400oC dan tekanan 30–45 kg/cm2.
c. Hybrid Hydro Cyclo (HCC)
HHC merupakan suatu teknologi optimalisasi air menjadi gas hidrogen sebagai
bahan bakar alternatif yang di hybrid-kan dengan bahan bakar minyak pada
berbagai jenis mesin untuk meningkatkan daya internal mesin. HHC ini akan
memadatkan bahan bakar pada saat langkah isap mesin yang digabungkan
dengan BBM sehingga diperoleh daya bakar internal mesin yg jauh lebih
optimum. Dengan demikian, gas buang berupa CO yg merupakan gas beracun,
menjadi sangat rendah dan akan keluar air (H2O) sebagai ciri pembakaran
optimum sehingga ramah lingkungan.
4. Berikan beberapa contoh mesin/equipment yang telah menggunakan hidrogen
sebagai bahan bakarnya.
Jawab :
Contoh mesin/equipment yang telah menggunakan hidrogen sebagai bahan
bakarnya adalah mobil berbahan bakar hidrogen (seperti pada mobil BMW, mobil
jepang Toyota), sepeda motor berbahan bakar hidrogen, Versa, yang
dikembangkan Puslit Fisika Terapan LIPI, dan generator elektrolizer,Generator
Electrolizer : Hemat BBM dengan metode elektrolisis / Brown, Space Shuttle
dengan bahan bakar hidrogen
5. Berikan alasan singkat mengenai prospek penggunaan hidrogen sebagai
bahan bakar terbarukan, sejauh mana pengembangannya dan faktor-faktor
apa saja yang dapat merupakan kendala dalam penggunaan hidrogen sebagai
bahan bakar.
Jawab :
Karena hidrogen merupakan unsur yang melimpah, paling banyak di bumi, tidak
beracun, dan tidak menghasilkan emisi saat digunakan dalam sel bahan bakar.
Dengan penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar terbarukan akan menyongsong
penggunaan bahan bakar ramah lingkungan yang tidak menghasilkan polusi udara
dan tidak memberikan kerusakan bagi lingkungan. Dapat mengurangi efek gas
rumah kaca secara signifikan. Adapun kendala yang dihadapi penggunaan
hidrogen sebagai bahan bakar alternatif ini adalah persetujuan publik, penanaman
modal yang besar dan harga H2 saat ini yang masih jauh lebih mahal
dibandingkan bahan bakar lainnya. Hidrogen diproyeksikan oleh banyak Negara
akan menjadi bahan bakar masa depan yang lebih ramah lingkungan dan lebih
efisien, dimana suplai energi yang dihasilkan sangat bersih karena hanya
menghasilkan air sebagai emisi. Daya hidrogen terutama dalam bentuk sel bahan
bakar hidrogen (hydrogen fuel cells) menjanjikan penggunaan bahan bakar yang
ramah lingkungan, sehingga menyebabkan ketertarikan banyak perusahaan energi
terkemuka di dunia, industri otomotif maupun pemerintahan. Teknologi sel bahan
bakar ini dengan begitu banyak keuntungan yang dijanjikan menimbulkan gagasan
“hydrogen economy” dimana hidrogen dijadikan sebagai bentuk energi utama
yang dikembangkan. Pengembangannya sudah lebih maju dengan sangat pesat,
namun dikarenakan harga pembangkit yang relatif cukup mahal, maka bahan
bakar ini belum diproduksi secara masif. Untuk menganggulangi ini maka
dilakukan water-splitting dengan semikonduktor dengan hasil yang identik dengan
elektrolisis dan masih ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
G., F. P. L., Amin, b. & Nasir, M., 2018. Pembuatan Reaktor Elektrolyzer Sebagai
Upaya Penghematan Bahan Bakar dan Penurunan Kadar Emisi Gas Buang
HC dan CO pada Toyota Kijang 5K. Padang: Teknik Otomotif FT-UNP.

Gozali, S. A., 2015. Prototype Hydrogen Fuel Generator Type Dry Cell. Palembang:
Politeknik Negeri Sriwijaya.

Haryati, T., 2016. Prototype hydrogen Fuel Generator With Insulating Cotton.
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.

Sitanggang, R., M., W. & L., A. P., 2019. Performa Sistem Integrasi PEM Fuel Cell
dan PEM Elektrolizer : Perangkat Energi Carrier di Indonesia.
Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam
Indonesia, p. 1.

Terran, 2009. Terran Cell: PEM Electrolyzer. [Online]


Available at: http://www.terrancell.com/tech_pemelectro.html
[Diakses 11 Maret 2021].

Husin, H., 2013. Fotokatalitik Dekomposisi Air Menjadi Hidrogen sebagai Energi
Bersih dan Ramah Lingkungan. Jurnal RONA LINGKUNGAN HIDUP, 6(1),
pp. ISSN : 1412-7709.

Kirkham, M. B., 2014. Oxygen Diffusion Rate. Principles of Soil and Plant Water
Relations, Volume 2, pp. 185-200.

Mazloomi, K., Sulaiman, N. & Moayedi, H., 2012. Electrical Efficiency of


Electrolytic. Hydrogen Production. Int. J. Electrochem. Sci., Issue 7, pp.
3314-3326.

Petrovic, J. and Thomas, G. 2008. Reaction of Aluminum with Water to


Produce Hydrogen. US: Dept. of Energy, 1-26.
Sitanggang, R., Muchlason, W. & Lubis, A. P., 2019. Performa Sistem Integrasi
PEM Fuel Cell dan PEM Elektrolizer: Perangkat Energi Carrier di
Indonesia. Yogyakarta, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
"Kejuangan" ISSN: 1693-4393.

Anda mungkin juga menyukai